INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA): Studi Kasus Pembentukan Ekonomi Warga Negara di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.

(1)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Raya Kabupaten Kubu Raya)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Kewarganegaraan

OLEH:

MUHAMMAD ANWAR RUBE’I

1202236

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Raya Kabupaten Kubu Raya)

Oleh

Muhammad Anwar Rube’i

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah

Pascasarjana

© Muhammad Anwar Rube’i 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

CIVIC (EKONOMI WARGA NEGARA)

(Studi Kasus Pembentukan Ekonomi Warga Negara di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Endang Danial, AR. M.Pd NIP. 195005021976031002

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP.196308201988031001

Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP.196308201988031001


(4)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAKS ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan masalah ... 17

C. Tujuan penelitian ... 19

D. Manfaat penelitian ... 20

E. Struktur organisasi penulisan ... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21

A. Pendidikan Kewarganegaraan ... 21

B. Internalisasi nilai-nlai kewirausahaan ... 30

C. Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Mengintegrasikan nilai- nilai kewirausahaan ... 43

D. Economic Civic ... 66

E. Hambatan dan Upaya Mengatasi Hambatan Dalam Mengintegrasi Nilai-nilai Kewirausahaan... 84

F. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 87

G. Paradigma Penelitian ... 90

BAB III METODE PENELITIAN ... 91

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 91

B. Pendekatan Dan Metode Penelitian ... 92

C. Defenisi Operasional ... 95

D. Instrume Penelitian ... 98

E. Teknik Pengumpulan Data ... 98

F. Teknik analisis data ... 104

G. Uji Validitas Data ... 106

H. Tahapan Penelitian di Lapangan ... 109

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 112

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 112

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 119

C. Nilai-nilai Kewirausahaan Yang Ditanamkan Dalam Pendidikan Kewarganegaraan ... 120


(5)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Implementasi Pembelajaran PKn dalam mengintegrasikan

Nilai-nilai kewirausahaan ... 124

E. Hambatan dalam mengintegrasikan Nilai-nilai Kewirausahaan Dalam Pendidikan Kewarganegaraan ... 154

F. Upaya mengatasi Hambatan dalam mengintegrasikan Nilai-nilai Kewirausahaan Dalam Pendidikan Kewarganegaraan ... 157

G. Pembahasan Hasil Penelitian ... 167

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 243

A. Kesimpulan ... 243

B. Rekomendasi ... 247

DAFTAR PUSTAKA ... 249


(6)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel. 2.1 Ciri-ciri/Karakter Wirausaha ... 39 Tabel. 2.2 Nilai-nilai Pendidikan Kewirausahaan ... 40 Tabel 2.3 Indikator Ketercapaian Nilai-nilai

Kewirausahaan Jenjang SMA/MA/SMALB/Paket C ... 42 Tabel. 4.1 Jumlah Guru Yang Mengajar di SMA Negeri 1 Sungai Raya

Kabupaten Kubu Raya ... 115 Tabel. 4.2 Jumlah siswa Tahun Ajaran 2013/2013 SMA Negeri 1

Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya ... 116 Tabel. 4.3 Keadaan Faslitas Belajar ... 117 Tabel. 4.4 Triangulasi Nilai-nilai Kewirausahaan Yang Ditanamkan

Dalam PKn ... 177 Tabel. 4.5 Triangulasi Implementasi Pembelajaran PKn

Dalam Mengintegrasikan Nilai-nilai Kewirausahaan ... 216 Tabel. 4.6 Triangulasi Hambatan Mengintegrasikan

Nilai-nilai Kewirausahaan ... 227 Tabel. 4.7 Triangulasi Upaya Mengatasi Hambatan Mengintegrasikan


(7)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 2.1 Paradigma Penelitian ... 90 Gambar. 3.1 Model Analisis Data Miles dan Hiberman ... 105 Gambar. 4.4 Matrik Hasil Penelitian ... 160


(8)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi yang ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang amat pesat, terutama teknologi informasi dan komunikasi, telah mengubah dunia seakan-akan menjadi kampung dunia (global village). Dunia menjadi transparan tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang demikian itu berdampak pada seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Di samping itu, dapat pula mempengaruhi pola pikir, pola sikap, dan pola tindak seluruh masyarakat Indonesia. Dunia sudah dirasakan ibarat sebuah dusun global (global village). Batas-batas geografis maupun Negara sudah tidak lagi penting (significant). Artinya Negara-negara itu harus berkompromi dengan logika ekonomi yang tidak mengenal batas Negara. Dengan kata lain kita masih memiliki banyak sistem politik tetapi hanya satu sistem ekonomi, yaitu sistem ekonomi dunia. Konsep satu ekonomi nampaknya telah mendorong munculnya satu identitas global.

Fenomena globalisasi telah menantang kekuatan penerapan unsur-unsur karakter bangsa. Kenichi Ohmae dalam bukunya yang berjudul Borderless World:

Power and Strategy in the Interlinked Economy (1999) dan The End of Nation State: The Rise of Regional Economies (1996) mengatakan bahwa dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas wilayah negara dalam arti geografis dan politik relatif masih tetap. Namun kehidupan dalam suatu negara tidak mungkin dapat membatasi kekuatan global yang berupa informasi, inovasi, dan industri yang membentuk peradaban modern.

Persoalan globalisasi memiliki dua mata pisau yang amat tajam, untuk kita semua yang mesti diwaspadai. Globalisasi bukan berarti bebas nilai; baik-buruk, benar-salah, pantas-tidak pantas pasti ada dalam tatanan nilai masing-masing orang, keluarga, organisasi, masyarakat, dan negara. Sehingga sekalipun bebas berinteraksi antar sesama di seluruh dunia, tetapi dia memiliki ciri khas


(9)

masing-Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masing, karakter yang dapat membedakan antara satu orang dengan orang lain, antara keluarga satu dengan yang lain, begitu juga antara karakter warga negara satu dengan negara lain. Walaupun dapat berinteraksi dan saling membelajarkan antarwarga negara satu dengan negara lain tetapi masing-masing mempertahankan identitas masing-masing, bahkan menjaga, menyuburkan identitas keanekaragaman budaya. Jangan sampai terjadinya peleburan identitas, dan hilangnya karateristik budaya, gaya, cara hidup. Inilah yang menjadi persoalan pokok bagaimanakah pembelajaran atau pembekalan warga negara agar dia memiliki karakter yang khas memiliki harga diri dan responsibel dan partisipatif dalam dunia semakin sempit/datar.

Tantangan globalisasi menjadikan pendidikan sebagai bagian penting untuk mewujudkan manusia yang berkualitas. Lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam pembinaan karakter bangsa terutama menghadapi tantangan zaman dan arus neoliberalisme dunia, agar mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas memiliki daya saing secara bermartabat di dunia internasional. Hal yang lebih mendasar adalah bagaimanakah sistem pendidikan dapat membangun karakter bangsa yang lebih maju dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang sudah lebih dahulu maju pesat dari berbagai aspek kehidupan.

Menurut Engkoswara (1999) kehidupan manusia Indonesia menjelang tahun 2020 akan semakin membaik dan dinamik. Untuk itu kualitas lulusan dituntut memiliki kemampuan kemandirian yang tangguh agar dapat menghadapi tantangan, ancaman, hambatan yang diakibatkan terjadinya perubahan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa tantangan yang terjadi pada era global adalah semakin menipisnya kualitas kemandirian manusia Indonesia. Krisis yang melanda Indonesia yang multidimensi mengakibatkan budaya bangsa semakin memudar, yaitu terjadinya degradasi moral spiritual, semangat berusaha dan bekerja yang semakin melemah, kreativitas yang semakin mengerdil dan menjurus ke arah negatif. Melalui pengembangan individu diharapkan secara keseluruhan masyarakat akan mengalami “self empowering” untuk lebih kreatif dan inovatif. Kecenderungan tejadinya perubahan tidak dapat dihindari semua pihak, baik individu, kelompok masyarakat, bangsa, maupun Negara, sehingga dituntut untuk


(10)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lebih memfokuskan diri pada penyusunan rencana strategik dengan visi yang jauh ke depan agar siap menghadapi setiap perubahan. Realita yang ada, banyak lulusan pendidikan yang tidak mampu mengisi lowongan pekerjaan karena ketidak cocokan antara kemampuan yang dimilki dengan kemampuan yang dibutuhkan dunia kerja. Disamping itu penyerapan tenaga kerja oleh instansi pemerintah maupun swasta sangat terbatas, akan memberi dampak jumlah tingkat pengangguran akan meningkat pada setiap tahunnya.

Berdasarkan pendapat Engkoswara di atas dapat dikatakan bahwa generasi muda sangat penting mempunyai karakter yang mandiri. Generasi muda yang mandiri merupakan cerminan kualitas yang dimilikinya, karena dengan kemandirian manusia akan memiliki karakter yang tidak mudah menyerah dan akan selalu konsisten terhadap segala keputusan yang telah diambil. Sejalan dengan hal ini Sumahamijaya (2003: 9) menyatakan bahwa:

Ciri-ciri sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan unggul adalah berkarakter mandiri, berwatak kerja keras, tekun belajar dan menghargai waktu, pantang menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan, selalu proaktif dalam mencari dan menemukan solusi atas masalah-masalah yang dihadapi. menghadapi masa depan yang penuh dengan persaingan sangatlah diperlukan SDM yang berkualitas unggul supaya dapat bertahan dan bersaing di masa mendatang.

Pemikiran tersebut di atas memberikan pemahaman bahwa untuk menghadapi kehidupan di masa sekarang dan masa yang akan datang dan demi terbentuknya generasi yang mampu berdaya bersaing dalam era globalisasi ini, maka dibutuhkan generasi yang berkarakter mandiri, kreatif, bertanggung jawab, berani melakukan perubahan, proaktif, selalu memiliki solusi dalam mengentaskan semua permasalahan yang dihadapinya baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, bangsa dan negara.

Secara historis salah satu kegagalan bangsa Indonesia dalam menghasilkan mutu lulusan yang produktif, merupakan dampak dari sistem pendidikan yang diterapkan pada masa orde baru. Hal mana dijelaskan Todaro (2003:7) bahwa pelembagaan nilai-nilai kebangsaan dapat memupuk nilai kebanggaan, kegigihan, kejujuran, patriotisme sangat popular ketika zaman orde baru dan banyak


(11)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membuahkan hasil walaupun pada akhirnya pendidikan yang bersifat indoktrinatif dana refresif dalam pendekatannya membuat rakyat Indonesia tidak berdaya, kurang kreatif, kurang gigih dan militan dalam bekerja, senang berfikir instan dan lebih senang bekerja daripada berusaha sendiri sehingga pembinaan karakter bagi masyarakat pada masih terus dikembangkan sampai pada masa reformasi seperti sekarang ini.

Berkaitan dengan pembangunan pendidikan nasional, maka prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2007) antara lain adalah mewujudkan masyarakat berakhlak mulia,

bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila”. Salah

satu upaya untuk merealisasikannya adalah dengan memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan. Upaya ini bertujuan untuk membentuk dan membangun manusia Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antar umat beragama, melaksanakan interaksi antar budaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.

Pembangunan dan pemantapan jati diri bangsa ditunjukkan untuk mewujudkan karakter bangsa dan sistem sosial yang berakar, unik, modern, dan unggul. Jati diri tersebut merupakan kombinasi antara nilai luhur bangsa, seperti religius, kebersamaan dan persatuan, serta nilai modern yang universal yang mencakup etos kerja dan prinsip tata kepemerintahan yang baik. Pembangunan jati diri bangsa tersebut dilakukan melalui transformasi, revitalisasi, dan reaktualisasi tata nilai budaya bangsa yang mempunyai potensi unggul dan menerapkan nilai modern yang membangun.

Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga akan menjadi bangsa yang beradab dan dapat bersaing di dunia internasional. Berkaitan dengan cita-cita pendidikan nasioanl telah dijelaskan


(12)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab

Berdasarkan tujuan nasional tersebut maka seluruh jalur jenjang dan jenis pendidikan di Indonesia harus memiliki konsekuensi yang sama yaitu bermuara kepada tujuan nasional yang dapat mengembangkan sumber daya manusia secara terarah, terpadu, menyeluruh dengan melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen yang ada secara optimal sesuai dengan potensinya dalam membentujk manusia Indonesia seutuhnya. Sistem pendidikan di indonesia harus selalu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional maupun global. Kemudian apabila kita melihat arah dari tujuan nasional pendidikan itu sudah jelas bahwa perlunya mengembangkan suatu misi yang teramat penting yaitu membentuk manusia seutuhnya yang memiliki semangat kebangsaan cinta tanah air dan mampu berpartisipasi dalam pembangunan. Untuk mewujudkan cita-cita itu maka usaha mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan harus semakin ditingkatkan, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pengembangan proses pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif yang sarat dengan nilai-nilai kebaikan tentunya akan melahirkan generasi penerus bangsa yang cerdas secara pengetahuan, moral, dan mandiri. Belajar dan mengajar merupakan isi pokok pendidikan, oleh karena itu semua komponen yang ada dalam pendidikan harus diabadikan demi terciptanya proses belajar yang baik pada siswa.

Permasalahan yang terjadi saat ini adalah apakah pendidikan di masing-masing satuan pendidikan telah dilaksanakan dengan baik, dan mencapai hasil yang diharapkan. Sedangkan untuk melihat mutu penyelenggaraan pendidikan


(13)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat dilihat dari beberapa indikator. Beberapa indikator mutu hasil pendidikan yang selama ini digunakan di Negara kita adalah nilai ujian nasional (UN), persentase kelulusan, angka dropout (DO), angka mengulang kelas, persentase lulusan yang melanjutkan ke jenjang pendidikan diatasnya. Indikator-indikator tersebut cenderung bernuansa kuantitatif, mudah pengukurannya, dan bersifat universal serta mematikan kemampuan kreativitas peserta didik. Di samping indikator kuantitatif, indikator mutu hasil pendidikan lainnya yang sangat penting untuk dicapai adalah indikator kualitatif yang meliputi: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Indikator kualitatif tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik dan berkaitan dengan pembentukan sikap serta ketrampilan/skill berwirausaha peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun, memiliki sikap dan ketrampilan/skill berwirausaha (Puskur Kemendiknas: 2010:1).

Berdasarkan Penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan mata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill dari pada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa pendidikan perlu juga membangkitkan kreativitas siswa dalam pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, peningkatan mutu pembelajaran dan factor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.

Pembelajaran kita selama ini berjalan dengan verbalistik dan berorientasi semata-mata kepada penguasaan isi dari mata pelajaran. Pengamatan terhadap praktek pembelajaran sehari-hari menunjukkan bahwa pembelajaran difokuskan agar siswa menguasai informasi yang terkandung dalam materi pelajaran dan kemudian dievaluasi seberapa jauh penguasaan itu dicapai oleh siswa.


(14)

Seakan-Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan pembelajaran bertujuan untuk menguasai isi dari mata pelajaran tersebut. Bagaimana keterkaitan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari dan bagaimana materi tersebut dapat digunakan untuk memecahkan problema kehidupan, kurang mendapat perhatian. Pembelajaran seakan terlepas dari kehidupan sehari-hari, oleh karena itu siswa tidak mengetahui manfaat apa yang dipelajari, seringkali tidak tahu bagaimana menggunakan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan siswa.

Bertolak dari masalah tersebut, kiranya perlu dilakukan langkah-langkah agar pendidikan dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup, yaitu kemampuan dan keberanian menghadapi problema kehidupan, kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya. Pendidikan yang dapat mensinergikan berbagai mata pelajaran, mata diklat, mata kuliah menjadi kecakapan hidup yang diperlukan seseorang, di manapun ia berada, bekerja atau tidak bekerja, apapun profesinya. Dengan bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu memecahkan problema kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak

melanjutkan pendidikannya. Dan juga dapat “…mendorong keterbukaan intelektual, …” (Jawwad, 2004: 48).

Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran yang sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan (output) pendidikan. Dan hal ini pun sangat tergantung pada guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Muchith di bawah ini:

Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru dalam melaksanakan atau mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan secara baik dan tepat akan memberikan kontribusi sangat dominan bagi siswa, sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik akan menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan. (Muchith, 2008: 1)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa, posisi guru memegang peranan penting untuk mengolah isi materi yang akan disampaikan


(15)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepada siswa di kelas. Semakin berkualitas baik itu dari segi isi materi dan strategi yang digunakan oleh guru, maka akan semakin baik hasilnya bagi siswa.

Senada dengan pendapat di atas, Banks (1997: 99) mengemukakan bahwa:

“Teachers, as well as other educators and leaders, must play an important role in educating students from diverse groups to become effective citizens in a democratic society. To become thoughtful and active citizens, students must experience democracy in classrooms and in schools. Action speaks much more cogently than words. Consequently, how teachers respond to marginalized students in classroom will to a great extent determine wheter they will experience democracy or oppression in classrooms and schools”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa guru sebagai pendidik dan pemimpin di kelas, hendaknya mampu memegang peranan penting dalam memberikan pengajaran kepada siswa walaupun mereka datang dari latar belakang yang berbeda untuk menjadikan mereka sebagai warga negara yang baik dan cerdas dalam kehidupan masyarakat yang demokratis, dan untuk menjadikan mereka sebagai siswa yang dapat berperan serta serta memiliki pemikiran yang baik.

Berbicara mengenai pendidikan sebagai proses pembentukan karakter dan pribadi yang mempunyai pola pikir untuk melakukan perubahan dan menciptakan peluang usaha. maka dalam Perpres No.5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional disebutkan bahwa substansi inti program aksi bidang pendidikan di antaranya adalah penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test), namun pendidikan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya-bahasa Indonesia dengan memasukkan pula pendidikan kewirausahaan sehingga sekolah dapat mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan sumber daya manusia.

Dalam rangka pembangunan insan cerdas komprehensif dan seutuhnya sebagaimana yang ditegaskan dalam rencana strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014, bahwa yang dimaksud dengan insan Indonesia cerdas adalah

“insan yang cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis”. Namun demikian, kenyataan di


(16)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lapangan menunjukkan bahwa system pembelajaran saat ini belum sepenuhnya secara efektif membangun peserta didik memiliki akhlak mulia dan karakter bangsa termasuk karakter wirausaha. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan jumlah pengangguran yang relatif tinggi, jumlah wirausaha yang masih relatif sedikit, dan terjadinya degradasi moral. Kebijakan untuk menanggulangi masalah ini terutama masalah yang terkait dengan kewirausahaan antara lain dapat dilakukan dengan cara: (a) menanamkan pendidikan kewirausahaan ke dalam semua mata pelajaran, bahan ajar, ekstrakurikuler, dan kegiatan pengembangan diri, (b) mengembangkan kurikulum pendidikan yang memberikan muatan pendidikan kewirausahaan yang mampu meningkatkan pemahaman tentang kewirausahaan, menumbuhkan karakter dan keterampilan berwirausaha, dan (c) menumbuhkan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal di bawah Departemen Pendidikan nasional, mempunyai tujuan antara lain adalah menghasilkan manusia yang berpengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki guna menyongsong masa depan yang lebih baik. Kemudian setelah tamat bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi memasuki lapangan kerja secara mandiri sebagai wirausaha (entrepreneur). Saat ini lembaga pendidikan formal yang ada disemua tingkatan sekolah, baik sekolah negeri atau sekolah swasta, telah menempatkan materi pelajaran mulok (Muatan lokal) ke dalam materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Materi mulok yang dikembangkan di sekolah sangat bervariasi jenisnya tergantung kebutuhan dan disesuaikan dengan kondisi sekolah dimana sekolah tersebut berada. Hal ini juga didasarkan pada tuntutan dari KTSP, bahwa mulok dapat dikembangkan melalui mata pelajaran tersendiri maupun yang diintegrasikan pada mata pelajaran lain yang sesuai.

Sekolah sebagai tempat berinteraksi antarsesama peserta didik dipastikan melibatkan beragam nilai kehidupan yang lahir secara pribadi dengan berbagai penampilan dalam bentuk pikiran, ucapan, dan perbuatan. Sekolah mempunyai peran yang besar dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan kepada peserta didik. Pendidikan nilai tidak sekedar program khusus yang diajarkan melalui mata pelajaran, tetapi mencakup keseluruhan proses pendidikan. Dalam hal ini,


(17)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan nilai berusaha membantu peserta didik untuk menyadari, mengalami nilai-nilai yang berlaku dan diterima secara universal.

Nilai-nilai yang perlu ditanamkan dalam diri anak mencakup nilai-nilai yang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Misalnya adalah nilai-nilai kesopanan, toleransi, kehormatan, kejujuran, bertanggung jawab, bekerjasama, beribadah, dan lain sebagainya, perlu mendapatkan perhatian secara khusus di sekolah dasar. Bagaimana sekolah itu mampu untuk menanamkan nilai-nilai tersebut. Ironisnya adalah muatan pendidikan nilai mulai pudar dalam proses pendidikan. Pendidikan hanya sebatas mentransfer knowledge saja, sehingga yang terjadi adalah pendidikan hanya sebatas mencetak angka-angka saja. Tidak membekali dan menanamkan nilai-nilai yang sangat penting untuk keberlangsungan peserta didik di masa yang akan datang.

Berdasarkan pengamatan dan hasil kajian saat ini, nilai-nilai kewirausahaan masih jarang diberikan pada materi pelajaran di sekolah, dan masih sangat minim sekali dibahas pada pada materi pelajaran. Selama ini pembelajaran di sekolah sangat kering dengan nilai-nilai kewirausahaan, maka tidak sedikit anak kurang memahami makna sebuah nilai (filosofi) dalam kehidupan sehari harinya. Nilai nilai kewirausahaan ini apabila di gali dan dikembangkan dalam pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kreatifitas diri siswa sehingga, siswa akan lebih memaknai dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian maka salah satu untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang nilai-nilai kewirausahaan adalah melalui pembelajaran dan pendidikan di sekolah.

Minimnya pembelajaran untuk menggali dan mengembangkan nilai-nilai kewirausahaan tersebut maka lebih jauh nilai-nilai kewirausahaan perlu diajarkan dan ditransformasikan dalam bentuk pelatihan dan pendidikan karakter. Agar pengetahuan mengenai nilai-nilai kewirausahaan ini dapat dipahami oleh para siswa maka pengertian dari nilai-nilai terlebih dahulu perlu diungkapkan untuk mendapatkan pemahanan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam kewirausahaan. Berkaitan dengan apa itu nilai, Suryana (2006:37) menegaskan, dan mengolongkan pengertian dari nilai itu sendiri adalah:


(18)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Terdapat dua kelompok nilai, yaitu: 1) sistem nilai pribadi, 2) sistem nilai kelompok atau organisasi. Dalam sistem nilai pribadi terdapat empat jenis sistem nilai, yaitu: (1) nilai primer pragmatik, (2) nilai primer moralistik, (3) nilai primer afektif, dan (4) nilai bauran. Dalam sistem nilai primer pragmatik terkandung beberapa unsur, di antaranya perencanaan, prestasi, produktivitas, kernampuan, kecakapan, kreativitas, kerja sama, dan kesempatan. Sedangkan dalam nilai moralistik terkandung unsur-unsur keyakinan, jaminan, martabat pribadi, kehormatan, dan ketaatan”.

Secara khusus dapat dikatakan bahwa nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah adalah nilai-nilai kewirausahaan yang pragmatik dan mudah untuk dipahami. Dalam sistem nilai primer pragmatik terkandung beberapa unsur, di antaranya perencanaan, prestasi, produktivitas, kernampuan, kecakapan, kreativitas, kerja sama, dan kesempatan. Sedangkan dalam nilai moralistik terkandung unsur-unsur keyakinan, jaminan, martabat pribadi, kehormatan, dan ketaatan. Dalam kewirausahaan, sistem nilai primer pragmatik tersebut dapat dilihat dari watak, jiwa, dan perilaku, misalnya selalu bekerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, keberanian mengambil risiko, produktivitas. kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen, dan kemampuan mencari peluang. Selanjutnya, nilai moralistik meliputi keyakinan atau kepercayaan diri, kehormatan, kepercayaan, kerja sama, kejujuran, keteladanan, dan keutamaan.

Entrepreneurship yang dijadikan sebagai salah satu kompetensi yang harus dicapai dalam Standar Kompetensi Lulusan, telah teruji mengandung nilai-nilai kebaikan yang sepatutnya dimiliki peserta didik. Nilai-nilai-nilai kebaikan yang terkandung yaitu mempunyai visi dan misi, kreatif dan inovatif, berani menanggung resiko, berjiwa kompetisi, mampu melihat dan menciptakan peluang, cepat tanggap dan gerak cepat, berjiwa sosial dan menjadi dermawan (Gina, 2009: 5).

Berbicara tentang nilai-nilai kewirausahaan maka, menurut para ahli kewirausahaan, ada banyak nilai-nilai kewirausahaan yang dianggap paling pokok dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik sebanyak 17 (tujuh belas) nilai yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik dan warga sekolah yang lain. Implementasi dari nilai-nilai pokok kewirausahaan tersebut tidak secara langsung dilaksanakan sekaligus oleh satuan pendidikan, namun dilakukan secara bertahap.


(19)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini bukan berarti membatasi penanaman nilai-nilai (internalisasi) kewirausahaan tersebut kepada semua sekolah secara seragam, namun setiap jenjang satuan pendidikan dapat menginternalisasikan nilai-nilai kewirausahaan yang lain secara mandiri sesuai dengan keperluan. Implementasi nilai-nilai kewirausahaan yaitu: (1) mandiri, (2) kreatif, (3) berani mengambil resiko dengan pertimbangan, (4) berorientasi pada tindakan, (5) kepemimpinan, (6) kerja keras, (7) Jujur, (8) Disiplin, (9) Inovatif, (10) Tanggung-jawab, (11) Kerja sama, (12) Pantang menyerah (ulet), (13) Komitmen, (14) Realistis, (15) Rasa ingin tahu, (16) Komunikatif, (17) Motivasi kuat untuk sukses.(Kemendiknas: 2010:10).

Jiwa entrepreneur sebenarnya dimiliki oleh setiap peserta didik, tetapi dalam jumlah dan kadar yang berbeda-beda. Oleh karena itu aspek tersebut harus diasah dan dipraktikkan sehingga dapat dikembangkan menjadi karakter. Pada dasarnya jiwa entrepreneur ini bukan sekedar pengetahuan teknik atau keterampilan, tetapi lebih berorientasi pada sikap mental melalui proses diri dengan praktik dan pengalaman karena dorongan motivasi dari diri sendiri. Oleh karena itu guru sangat berperan penting dalam menanamkan sikap mental peserta didik ini melalui proses pembelajaran. Untuk mengimplementasikan aspek tersebut, guru harus memahami betul, sehingga ketika penyampaian materi akan terintegrasikan dalam proses pembelajaran. Materi tidak hanya dipandang sebagai

sesuatu yang “murni” namun merupakan terapan yang nantinya bisa direalisasikan

oleh peserta didik. Dengan bekal sikap mental itulah diharapkan muncul gagasan, ide, dan pemikiran peserta didik dalam menghadapi kehidupannya.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah di jelaskan di atas, bahwa dapat dikatakan bahwa perlunya integrasi nilai-nilai kewirausahaan dalam satuan mata pelajaran khususnya melalui Pendidikan Kewarganegaraan yang berbasis nilai/karakter. Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek.

a. Pendidikan kewirausahaan terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran b. Pendidikan kewirausahaan yang terpadu dalam kegiatan ekstra

kurikuler


(20)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Perubahan pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan dari teori ke praktik

e. Pengintegrasian pendidikan kewirausahaan ke dalam bahan/Buku ajar f. Pengintegrasian pendidikan kewirausahaan melalui kutur sekolah g. Pengintegrasian pendidikan kewirausahaan melalui muatan lokal

(Puskur Kemendiknas, 2010 :58)

Integrasi pendidikan kewirausahaan yang dilakukan saat ini merupakan momentum untuk revitalisasi kebijakan Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan, mengingat jumlah terbesar pengangguran terbuka dari tamatan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Hal yang tidak bisa dilupakan dan dirasakan sangat penting dalam konteks pendidikanyang berwawasan kewirausahaan di sekolah yaitu bahwa Kementerian Pendidikan Nasional juga perlu membuat kerangka pengembangan kewirausahaan yang ditujukan bagi kalangan pendidik dan kepala sekolah. Mereka adalah agen perubahan ditingkat sekolah yang diharapkan mampu menanamkan karakter dan perilaku wirausaha bagi jajaran dan peserta didiknya. Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan ditandai dengan proses pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip

dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta

didiknya melalui kurikulum terintegrasi yang dikembangkan di sekolah.

Untuk menanamkan nilai-nilai kewirausahaan pada peserta didik ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain: (1) pembenahan dalam kurikulum; (2) peningkatan peran sekolah dalam mempersiapkan wirausaha; (3) pembenahan dalam pengorganisasian proses pembelajaran; (4) pembenahan pada diri guru. Keberhasilan program pendidikan kewirausahaan dapat diketahui melalui pencapaian criteria oleh peserta didik, guru, dan kepala sekolah yang antara lain meliputi: (1) peserta didik memiliki karakter dan perilaku wirausaha yang tinggi, (2) lingkungan kelas yang mampu mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai kewirausahaan yang diinternalisasikan, (3) lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang bernuansa kewirausahaan (Mulyani, 2011:7).

Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value-based education”. Konfigurasi atau


(21)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kerangka sistemik Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut. Pertama, PPKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab.

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang wajib diberikan di semua jenjang pendidikan termasuk jenjang pendidikan tinggi. Kedua, PPKn secara teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. Ketiga, PPKn secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar

(learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, ber-bangsa, dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara (Winataputra dan Budimansyah, 2007:86).

Jika memperhatikan uraian tersebut, maka tampak bahwa PKn merupakan program pendidikan yang sangat penting untuk upaya pembangunan karakter bangsa. Sebagai suatu program pendidikan yang amat strategis bagi upaya

pendidikan karakter, PKn perlu memperkuat posisinya menjadi “subjek pembelajaran yang kuat” (powerful learning area) yang secara kurikuler ditandai oleh pengalaman belajar secara kontekstual dengan ciri-ciri: bermakna

(meaningful), terintegrasi (integrated), berbasis nilai (valuebased), menantang

(challenging), dan mengaktifkan (activating). Melalui pengalaman belajar semacam itulah para siswa difasilitasi untuk dapat membangun pengetahuan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang demokratis dalam koridor psiko-pedagogis-konstruktif.


(22)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada dasarnya keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam konteks pembinaan generasi muda menjadi seorang warganegara dewasa. Anak adalah warganegara hipotetik, yakni warganegara yang “belum jadi” karena masih harus dididik menjadi warganegara dewasa yang sadar akan hak dan kewajibannya (Budimansyah, 2007:11). Oleh karena itu masyarakat sangat mendambakan generasi mudanya dipersiapkan untuk menjadi warganegara yang baik dan dapat berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan negaranya. Keinginan tersebut lebih tepat disebut sebagai perhatian yang terus tumbuh, terutama dalam masyarakat demokratis. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa tak satu pun negara, termasuk Indonesia, telah mencapai tingkat pemahaman dan penerimaan terhadap hak-hak dan tanggung jawab di antara keseluruhan warganegara untuk menyokong kehidupan demokrasi konstitusional.

Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang mengarah pada pembentukan warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Secara konseptual dan epistemologis, pendidikan kewarganegaraan memiliki misi menumbuhkan potensi individu agar memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai warga negara yang berwatak dan berperadaban baik. Selanjutnya, pendidikan kewaraganegaraan merupakan salah satu wujud dari pendidikan karakter yang mengajarkan etika personal dan nilai-nilai kebajikan Best (Winataputra, 2007).

Secara praktis dan teoritis pendidikan kewarganegaraan di sekolah merupakan sarana membentuk karakter siswa sesuai dengan konteks kehidupan di sekolah. pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab dalam rangka mempersiapkan peserta didik agar menjadi waraga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Senada dengan pendapat Somantri (2001:287) bahwa “untuk program PKn mungkin akan banyak muncul “persuasive generalization” dalam arti menumbuhkan tanggung jawab setiap warga Negara dalam mencari dan memperoleh tingkat hidup lebih baik, yaitu: (a) mempersiapkan diri dalam lapangan kerja yang diperolehnya; (b) mempersiapkan dan melatih diri dalam


(23)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hubungan social dan perubahan social yang harmonis; (c) mempersiapkan dan melatih diri sebagai warga negara yang cerdas, kritis dan bertanggung jawab dalam hubungan dengan syarat-syarat objektif yang sudah menjadi ketetapan-ketetapan Negara.

Oleh karena itu pembinaan dan pembentukan karakter siswa melalui pendidikan kewarganegaraan di sekolah sangatlah penting, hal ini bertujuan untuk merubah sikap dan mental siswa kearah yang lebih baik. Sebagaimana terdapat dalam tujuan pendidikan kewarganegaraan itu sendiri, yaitu untuk menjadi warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizen). Hal ini menunjukan bahwa peran pendidikan kewarganegaraan di sekolah sangat penting dalam membentuk karakter siswa melalui pembinaan nilai-nilai yang dilakukan, baik dalam proses pembelajaran maupun proses pembiasaan yang terjadi di ingkungan sekolah secara keseluruhan.

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan karakter merupakan sistem penanaman nilai-nilai yang baik dan benar pada siswa di sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Salah satu unsur penting dalam pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai agar peserta didik memiliki pengetahuan tentang nilai-nilai dasar sebagai acuan dalam berperilaku. Pemahaman tersebut mestinya menjadi bagian dari pemahaman pendidikan karakter, hal tersebut disebabkan karena peserta didik lebih banyak belajar dari pemahaman dan pengertian tentang nilai-nilai yang dipahami oleh orang dewasa atau guru (Koesoema, A., 2007: 213). Selanjutnya salah satu tugas penting dari pendidikan adalah membangun karakter anak didik. Karakter merupakan standar batin yang terimplementasikan dalam berbagai bentuk kualitas diri, sehingga karakter diri dilandasi nilai serta cara berpikir berdasarkan nilai tersebut dapat terwujud dalam perilaku (Budimansyah, 2010:116).

Apabila pendidikan nilai/karakter sebagai basis Pendidikan Kewarganegaraan dilaksanakan secara terus menerus baik melalui pendidikan formal, informal, dan nonformal maka akan mampu menumbuhkembangkan semangat dan jiwa kewirausahaan. Suksesnya dalam pembentukan karakter


(24)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peserta didik akan sangat berperan dalam pembentukan jiwa kewirausahaan. Dalam upaya pengembangan pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan berbais nilai/karakter pada dasarnya sejalan dengan pengembangan semangat atau jiwa kewirausahaan. Melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah.

Dari beberapa uraian tersebut di atas, upaya mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan melalui pendidikan kewarganegaraan yang berbasis nilai/karakter dianggap penting dan menarik untuk dikaji lebih jauh, sehingga perlu dilakukan sebuah penelitian ilmiah tentang integrasi nilai-nilai kewirausahaan dalam Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk Economic Civic.

Penelitian Studi Kasus ini akan dilaksanakan pada SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, penulis dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan antara lain:

1. Realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa.

2. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.

3. Masih banyak guru belum terlatih secara baik dalam melaksanakan belajar aktif dan membentuk karakter. Peran guru dalam mengembangkan karakter adalah kemampuan menterjemahkan misi dan program pembinaan karakter/moral, nilai kedalam program pembelajaran yang menarik di


(25)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekolah. Bukan berorientasi pada hasil belajar siswa semata tetapi lebih para proses pembelajaran; Proses pembiasaan nilai-nilai kejujuran, toleransi, keberanian dalam interaksi antara siswa dan guru, antara siswa dan siswa, di sekolah, rumah dan lingkungan belajar siswa.

4. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai dan moral, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai.

5. Pendidikan kewarganegaraan menerima sumber-sumber pengetahuan lainnya untuk memperkayanya. Sehingga perlunya proses pengintegrasian unsur-unsru dari pengetahuan dalam pendidikan kewarganegaraan.

6. Perlunya pengembangan pendidikan kewarganegaraan baik dari segi bahan atau materi PKn maupun dari segi penggunaan metode mengajarnya. pendidikan kewarganegaraan menghendaki pelajaran yang mempunyai arti bagi para siswa dalam menanggapi masalah-masalah kemasyarakatan dan kenegaraan. Menurut Somantri (2001:158-159) mengatakan bahwa “untuk pengembangan PKn kita harus secara integrative memperhatikan unsur-unsur yaitu: a) hubungan pengetahuan intraseptif (intraceptive knowledge) dengan pengetahuan ekstraseptif (extraceptive knowledge) atau antara agama dan imu, b) kebudayaan Indonesia dan tujuan pendidikan nasional, c) disiplin ilmu penddidikan, terutama psikologi pendidikan, d) disiplin ilmu-ilmu social, khususnya “ide fundamental” ilmu Kewarganegaraan, e) dokumen Negara, khusunya Pancasila, UUD 1945 dan perundangan Negara, serta serta sejarah perjuangan bangsa, f) kegiatan dasar manusia, g) pengertian Pendidikan IPS.

7. Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mengarah pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Namun pada umumnya belum secara memadai mendorong terinternalisasinya nilai-nilai oleh masing-masing siswa.


(26)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka fokus masalah penelitian ini yaitu “Bagaimana terintegrasinya nilai-nilai kewirausahaan dalam Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk Economic civic di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya". Agar lebih terarah, maka fokus masalah di atas dirinci dalam beberapa sub-sub masalah yang sekaligus, menjadi pertanyaan penelitian, yakni sebagai berikut:

1. Nilai-nilai kewirausahaan apa saja yang ditanamkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk economic civic di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya?

2. Bagaimana implementasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan sebagai upaya membentuk

economic civic di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya?

3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi pada saat mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan dalam Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk economic civic di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya?

4. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi pada saat mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan dalam proses Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk economic civic di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian tentang integrasi nilai-nilai kewirausahaan dalam Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk economic civic di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menggali, mengkaji, dan mengorganisasikan informasi-argumentatif tentang:

1. Nilai-nilai kewirausahaan apa saja yang ditanamkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk economic civic di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.


(27)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana implementasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan sebagai upaya membentuk

economic civic di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.

3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi pada saat mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan dalam proses Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk economic civic di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.

4. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi pada saat mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan dalam proses Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk economic civic di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya?

D. Manfaat Penelitian 1. Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam menggali dan mengkaji tentang integrasi nilai-nilai kewirausahaan dalam Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk Economic civic siswa di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.

2. Praktis

Secara praktis manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Bagi siwa : memahami konsep nilai-nilai kewirausahaan dan memberikan pembelajaran dan pengalaman nyata tentang kegiatan wirausaha, sehingga terbentuknya sikap atau karakter wirausaha.

b. Bagi guru: penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan mengembangkan model pembelajaran PKn berbasis nilai/karakter yang mampu membentuk karakter atau sikap wirausaha siswa.

c. Bagi Sekolah: diharapkan akan memberikan sumbangan konsepsi dan kerangka praksis-kurikuler dan sosio kultural pembelajaran karakter dalam konteks school-based democratic education untuk membudayakan nilai-nilai kewirausahaan dan nilai-nilai karakter.


(28)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Struktur Organisasi Penulisan

Tesis yang akan ditulis terdiri dari 5 bab, yakni: bab I tentang pendahuluan, bab II tentang kajian pustaka, bab III tentang metode penelitian, bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan serta bab V tentang kesimpulan dan rekomendasi. Untuk lebih jelasnya, pembahasan dari kelima bab ini secara singkat diuraikan dibawah ini.

Bab I tentang pendahuluan. Bab ini secara rinci mendeskripsikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis.

Bab II tentang kajian pustaka. Pada bab ini terbagi dalam beberapa sub bab yaitu: Pendidikan Kewarganegaraan, internalisasi nilai kewirausahan, nilai-nilai kewirausahaan, implementasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam menanamkan nilai-nilai kewirausahaan, integrasi nilai-nilai kewirausahaan dalam mata pelajaran PKn dan pembentukan economi civic, hasil penelitian terdahulu yang relevan dan kerangka pemikiran.

Bab III membahas tentang metode penelitian. Adapun sub bab yang dibahas dalam bab ini mencakup pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, prosedur penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analsis data.

Bab IV membahas tentang hasil dan pembahasan. Pada bab ini dibahas tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.

Bab V berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi. Pada bab ini dibagi menjadi dua sub bab yaitu: kesimpulan, dan rekomendasi.


(29)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi oprasional, prosedur penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analsis data yang ditemukan selama melakukan penelitian di lapangan.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini di laksanakan lokasi SMA Negeri 1 yang beralamat di Jalan Adisucipto KM 7,8 Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Propinsi Kalimantan Barat. Alasan pemilihan sekolah ini didasarkan pada: Pertama, Kebijakan dari pemerintah Kabupaten Kubu Raya sejak tahun ajaran 2008/2009 yang memasukkan pendidikan kewirausahaan sebagai muatan lokal wajib dijenjang sekolah SMA/SMK yang ada di Kabupaten Kubu Raya. Kedua, Keunggulan sekolah ini adalah menerapkan kurikulum Muatan Lokal (MULOK) Mata Pelajaran Kewirausahaan, khususnya kewirausahaan Batik yang diajarkan mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 3 dengan tujuan untuk mendukung ahirnya wirausahawan muda guna menekan angka pengangguran. Ketiga, jarak tempuh dari rumah ke lokasi tempat penelitian tidak terlalu jauh sehingga memudahkan untuk melakukan penelitian.

Dari beberapa alasan yang dikemukakan di atas sehingga membuat tertarik dan termotivasi peneliti untuk melakuan penelitian di sekolah SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.

2. Subjek Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini tergolong penelitian kualitatif, maka subjek penelitian merupakan pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih secara purposif bertalian dengan


(30)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tujuan tertentu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985: 200) bahwa :

...pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan yang dikenali dari rancangan sampel yang muncul, pemilihan sampel secara berurutan, penyesuaian berkelanjutan dari sampel dan pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan.

Penelitian ini juga menggunakan sampel purposif sehingga besarnya sampel ditentukan oleh adanya pertimbangan perolehan informasi. Penentuan sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai pada titik jenuh seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1996:32-33) bahwa:

Untuk memperoleh informasi sampai dicapai taraf “redundancy” ketentuan atau kejenuhan artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang dianggap berarti.

Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa dalam pengumpulan data dari responden didasarkan pada ketentuan atau kejenuhan data dan informasi yang diberikan. Dalam penelitian ini yang akan menjadi subyek penelitiannya adalah kepala sekolah Guru PKn, dan peserta didik.

B. Metode dan Pendekatan Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus berdasarkan Louis Smith (dalam Lincoln dan Denzin, 2009:300) bahwa kasus adalah suatu sistem yang terbatas/abounded system. Oleh karena itu, mengunakan studi kasus karena metode ini dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap individu, kelompok, organisasi atau gejala tertentu. S. Nasution (1996:55) :

Studi kasus atau case study adalah untuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Case study dapat dilakukan terhadap seorang individu, kelompok atau suatu golongan manusia lingkungan hidup manusia atau lembaga social


(31)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pendapat Lincoln dan Guba, Mulyana (2002:201) mengemukakan keistimewaan penelitian studi kasus sebagai berikut:

a. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subyek yang diteliti.

b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.

d. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga kepercayaan (trustworthiness).

e. Studi kasus memberikan uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas.

f. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Sesuai dengan hal tersebut diharapkan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh penulis bisa secara komprehensif mengungkapkan fakta-fakta, sehingga untuk bisa mengungkap fakta-fakta tentang integrasi nilai-nilai kewirausahaan dalam proses Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.

Instrumen utama dalam penelitian adalah penulis sendiri yang akan terjun langsung ke lapangan untuk mencari berbagai informasi melalui observasi dan wawancara. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan antar manusia, artinya selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan kontak dengan orang-orang di sekitar lokasi penelitian yaitu di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kubu Raya. Dengan demikian penulis lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Terkait dengan penelitian kualitatif ini Creswell (1998:15) mengemukakan bahwa:

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture,


(32)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

analyses words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

Maksudnya adalah penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.

Menurut Moleong (2003:3), bahwa: “Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang perilaku yang diamati”. Penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alami sebagai keutuhan, mengandalkan analisis secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha untuk menemukan teori dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan focus, memiliki seperangkat criteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati keduabelah pihak yaitu peneliti dan subjek penelitian.

Selanjutnya Alwasilah, (2003:18) berpandangan bahwa penelitian kualitatif sesungguhnya merupakan istilah umum yang memayungi berbagai metode yang sangat beragam dengan menggunakan label yang beragam pula, antara lain kualitatif (untuk menggambarkan sifat data), naturalistic ( untuk setting penelitian), grounded research (sifat induktif penelitian), fenomenologis

(pemaknaan realitas), etnografi (cara kerja di lapangan), hermeunetik (interpretasi), verstehen (cara menarik inferensi), iluminatif, participant

observation (cara kerja peneliti).

Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang integrasi nilai kewirausahaan dalam proses Pendidikan Kewarganegaraan yang ada di sekolah. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada adanya keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya.


(33)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran arti dan makna yang salah pada kajian masalah, maka perlu di uraikan definisi operasional sebagai inti dari subtansi kajian penelitian ini sebagai berikut :

1. Integrasi Nilai-nilai Kewirausahaan Dalam Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Meredith (2005) dalam Suryana (2010:62), “seorang wirausaha haruslah seorang yang mampu melihat kedepan”. Melihat ke depan berpikir dengan penuh perhitungan, mencari pilihan dari berbagai alternative masalah dan pemecahannya. Untuk menjadi wirausaha tersebut seseorang harus memiliki karakter sebagai berikut: 1) Percaya diri (Kepercayaan (keteguhan), ktidaktergantungan, Optimisme); 2) Berorientasi tugas dan hasil ( Kebutuhan atau haus akan prestasi, berorientasi laba atau hasil, tekun dan tabah, tekad, kerja keras, motivasi, energik, penuh inisiatif); 3) Pengambil resiko (mampu mengambil resiko, suka pada tantangan); 4) Kepemimpinan (Mampu memimpin, dapat bergaul dengan orang lain, menanggapi saran dan kritik); 5) Keorisinalan (Inovatif (pembaharu), kreatif, fleksibel, banyak sumber, serba bisa); 6) Berorientasi ke masa depan (Pandangan ke depan, dan Perspektif).

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai. Pendidikan Kewarganegaraan beresensikan pendidikan nilai, sehingga Pendidikan Kewarganegaraan harus memberikan perhatiannya kepada pengembangan nilai, moral, dan sikap perilaku siswa (Komalasari (2011:88)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewargengaraan sebagai pusat pendidikan nilai, bukan sekedar mentransmisikan isi nilai tertentu kepada peserta didik, akan tetapi dimaknai sebagai upaya mengembangkan proses penilaian dalam diri seseorang, semacam suatu keyakinan untuk memperkaya peserta didik dengan suatu yang lebih krusial dan fungsional.

Berdasarkan pendapat yang telah telah dikemukakan tersebut di atas, maka yang dimaksud intergrasi nilai-nilai kewirausahaan dalam proses Pendidikan


(34)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kewarganegaraan dalam penelitian ini adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran PKn sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.

Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 nilai pokok yaitu: mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras (Puskur Kemendiknas, 2010:59).

Integrasi nilai-nilai kewirausahaan dalam Pendidikan Kewarganegaraan dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

a. Mengkaji kurikulum yang ada, khususnya pada bagian standar kompetensi lulusan dimana dikembangkan pendidikan karakter dengan nilai-nilai yang perlu diinternalisasikan pada diri peserta didik. Kemudian nilai-nilai karakter tersebut didaftar, dikaji, dan dijadikan landasan bagi terintegrasikannya nilai-nilai entrepreneurship.

b. Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup didalamnya.

c. Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SK dan KD kedalam silabus.

d. Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.

e. Memasukkan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam RPP

f. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik dengan mengacu pada nilai-nilai entrepreneurship yang telah dicantumkan.


(35)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Membentuk Economic Civic

Dalam penelitian ini, untuk mengkaji tentang economic civic maka penulis mengacu pada pendapat Good dalam Wahab & Sapriya (2011: 8) sebagai berikut:

Economic civics a subject of study commonly offered in junior high school especially ninth grade that deals particulary with economic principles in government and private bussines including information about money, bank, business methods, etc., in addition to other topics more frequently included in courses in civics. (Good, 1959;h:99) Dalam (Wahab, A. dan Sapriya, 2011: 8)

Mengacu pada pendapat di atas, maka setiap warganegara harus memiliki kemampuan beradaptasi dan mengembangkan diri dengan lingkungannya melalui kemampuan berekonomi untuk kehidupan dirinya, lingkungannya, dan masyarakat. Sebagai anggota masyarakat seorang warganegara juga dituntut memiliki keterampilan yang sangat dibutuhkan ke dalam kehidupan dan kesejahteraan warganegara. Adapun urgensi pengembangan economic civics bagi wargnegara dilakukan sebagai upaya menciptakan perubahan-penting dan signifikan baik lokal, nasional maupun global sesuai dengan kemajuan, perkembangan, serta perubahan ekonomi suatu bangsa.

Dari pemaparan tersebut di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa, Maksudnya adalah seorang warga Negara harus mempunyai kemampuan dan keterampilan berpikir kreatif dalam menghadapai dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan dan kehidupan masa depan.

Torence dalam Asrori (1981) dalam Reni A (2010:39) mengemukakan karakteristik kreativitas yakni 1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar. 2) Tekun dan tidak mudah bosan. 3) percaya diri dan mandiri. 4) Merasa tertantang oleh kemajuan. 5) Berani mengambil resiko. 6) Berfikir divergen.

3. Kendala-kendala dan upaya mengetasi kenadala mengatasi hambatan dalam mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan

Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan yaitu 1) kendala dalam perencanaan pengajaran, 2) Kendala dalam pelaksanaan, 3) kendala dalam mengevaluasi. Sedangkan upaya mengatasi Kendala tersebut yaitu 1) membuat perencanaan pengajaran yang terprogram


(36)

Muhammad Anwar Rube’I, 2014

INTEGRASI NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK ECONOMIC CIVIC (EKONOMI WARGANEGARA)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan baik, 2) Melaksanakan perencanaan yang telah disusun, 3) Melakukan evaluasi sesuai dengan standar penilaian yang telah ditetapkan.

D. Instrumen Penelitian

Pendekatan penelitian kualitatif dalam mengumpulkan data penelitian di lapangan, peran peneliti merupakan intrumen utama. oleh karena itu dalam penelitian ini yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Moleong (2000:5; Creswell, 1994: 145; Fraenkel dan Wallen, 1993:380 ) mengatakan bahwa "hanya manusia sajalah yang menjadi alat yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya di lapangan". Oleh karena itu, manusia merupakan instrumen penelitian kualitatif naturalistik... " Peneliti sebagai instrumen berperan serta dalam kegiatan di mana penelitian itu diadakan dan sekafigus mencatat, menilai hat -hal yang terjadi yang berkaitan dengan situasi dan kondisi penelitian.

Selama proses penelitian peneliti akan lebih banyak menggadakan kontak dengan orang-orang dilokasi penelitian yaitu lingkungan Sekolah SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Dengan demikian peneliti lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.

Selanjutnya menurut Catherine Marshall, Getchen B. Rosman (dalam Sugiono, 2011:225) menyatakan bahwa “the fundamental methods relied on by

qualitative researcher for gathering information are, participation in the setting, direct observation, in- depth interviewing, document review”.

Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan penulis yaitu pendekatan naturalistik inquiry dengan tradisi kualitatif. Maka dalam penelitian ini peneliti


(1)

Sapriya. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Karakter

Menurut Para Ahli. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan

Indonesia.

Sapriya, dkk (2010). Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium PKn UPI Press.

Santoso. (2010). Pendidikan Karakter Wirausaha dalam Program Pendidikan

Nonformal. (Online).

(http://www.bppnfi-reg4.net/index.php/pendidikankarakter-wirausaha.html, diakses 6 September 2013).

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana Prenadamdia Group.

Somantri, N. (1976). Metode Mengajar Civics. Jakarta: Erlangga.

Somantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sumardiningsih, dkk. (2010). Pengembangan Model Pengintegrasian Pendidikan Karakter Dan Pendidikan Kewirausahaan Dalam Pembelajaran Di Smk

Daerah Istimewa Yogyakarta. (Online). (http://eprints.uny.ac.id/2781/,

diakses 6 September 2013).

Sumahamijaya, S., Yasben, D., dan Agus, D. (2003), Pendidikan Karakter Mandiri dan Kewiraswastaan; suatu upaya Bagi keberhasilan Program Pendidikan Berbasis Luas (BBE) dan Life Skill, Bandung; Angkasa. Suryana, Y. (2010). Kewirausahaan (Pendekatan Karakteristik Wirausahawan

Sukses). Bandung: Kencana Prenada Media Group.

Suryana, (2004). Penerapan Kewirausahaan dalam Mata Pelajaran. (Online). (http://davidirianto.blogspot.com/2009/03/penerapan-kewirausahaan- dalam-mata.html, diakses 28 Oktober 2013).

Sidharta, Poespadibrata. (1993). Sistem Nilai, Kepercayaan, dan Gaya

Kepemimipinan Manajer Madya Dalam Konteks Budaya Organisasi,

Bandung: Disertasi UNPAD.

Stuart, (2003). The Civic Minimum (On The Rights and Obligations of Economic Citizenship): Oxford University Press Inc., New York

Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: PT. Remaja Rosdakarya.


(2)

Suyanto. 2010. Urgensi Pendidikan Karakter. (Online). (http://mandikdasmen. kemdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html, diakses 10 Oktober 2013). Soemanto, W. (1984). Pendidikan Wirausaha (Sekuncup Ide Profesional).

Malang: Bina Aksara.

Tjakraatmadja, JH, dkk. (2012). Role OF ITB In Developing Knowledge Hub In

Bandung, West Java, Indonesia. Bandung: Center of Knowledge for

Business Competitiveness, School of Business and Management, Institute Technology of Bandung (ITB).

Tilaar, H.A.R. (2012). Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship Dalam

Pendidikan Nasional. Jakarta: Kompas.

Tim Pustaka Familia (2006), Membuat Prioritas, Melatih anak Mandiri, Yogyakarta, Kanisius,

Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas. (2010). Pembinaan Pendidikan Karakter

di Sekolah Menengah Pertama. Tidak diterbitkan.

Todaro P Michael, Smith C Stephen (2003) Pembangunan Ekonomi di Dunia

Ketiga, Edisi Indonesia, Jakarta, Penerbit Erlangga.

Tukiran, dkk. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi

Muhammadiyah. Bandung: Kerjasama Alfabeta dan UMP.

Ulwiyah, Nur, (2010). Pendidikan IPS di Tingkat Dasar dalam Perspektif Civic

Education, Tesis: IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Universitas Pendidikan Indonesia, (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung.

Vygotsky, L.S. (1978). Mind in Society. Cambridge: Harvard University Press. Wahab, dkk. (2007). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).

Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Wahab & Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.

Bandung: Alfabeta.

Winardi. (2008). Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta: Prenada Media Group

Winataputra, U.S dan Budimansyah, D. (2007). Civic Education : Landasan,

Konteks, Bahan ajar dan Kultur Kelas, Bandung : Prodi pendidikan


(3)

Winataputra. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Pendidikan Untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa (Gagasan, Instrumentasi, dan

Praksis). Bandung: Widya Aksara Press.

Winataputra, dan Budimansyah. (2012). Civic Education: Konteks, Landasan,

Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan SPS UPI Bandung.

Winecoff, H.L. (1986). Values Education: Concept and Models. Bandung: PPS-UPI.

Wirawan. (2008). Budaya dan Iklim Organisasi. Jakarta : Salemba Empat.

World Economic Forum (2003) Global Corporate Citizenship; The Leadershi Challenge for CEOs and Boards, Geneva Switzerland, World Economic

Forum, 91-93 routede la Capite. www.wbcsd.org (diakses 9 desember

2013)

Zimmerer, Thomas W. And Scarborough, Norman M. (2005). Essential of

Enterpreneurship and Small Business Management. Fourth Edition.

Singapore: Pearson Education Singapore, Pte. Ltd.

Zimmerer, W. Thomas, Norman M. Scarborough. (1996). Enterpreneurship and

The New Venture Formation. New Sersey:Prentice Hall International,

Inc.

Zuchdi, Darmiyati. (2008). Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali

Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kajian Jurnal dan Internet

Bruyat, C. and Julien, P.A. (2000). Defining the Field of Research in

Entrepreneurship. Journal of Business Venturing, Vol. 16, No. 2, pp.

165-80

Danial, AR. E. (2006). Economy Civics: Membina Warga Negara Yang Kreatif

Dalam Sistem Ekonomi Nasiona. Jurnal Civicus. Volume II Nomor. 7.

ISSN: 1412-5463.

Djahiri, A K. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: Jurusan PMPKN FPIPS IKIP Bandung.

Djahiri Kosasih (2002).”PKN sebagai Strategi Pembelajaran demokrasi di

Sekolah”. Bandung. Dalam Jurnal Civicus Volume I, Nomor 2 Edisi Juni

2002, Jurusan PMPKn FPIPS UPI.

Darmiyati Zuchdi, dkk. (2010). Artikel Pendidikan. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam Pembelajaran Bidang Studi di


(4)

Sekolah Dasar. (http://asfitinida.blogspot.com/2013/04/proposal-tesis_24.html).

Edwards, L. J. & Munir, E. J. (2005). Promoting Entrepreneurship at University

of Glamorgan through Formal and Informal Learning. Journal of Small

Business and Enterprise Developments, 12, 4; ABI/INFORM Global, pg. 613.

Jack, S. and Anderson, A. (1999). Entrepreneurship Education Within The

Enterprise Culture: Producing Refflective Practitioners. Internastional

Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research, Vol. 5 No. 3, pp.

110-25.

Komaruddin Hidayat, (2000). Agama dan Transformasi social. Jurnal Katalis Indonesia, Volume ke 1.

Komalasari, K. (2008). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP.

Bandung: Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 2 No.1

Mulyani, E. (2011). Model Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Volume 8 Nomor 1

Muthalib, S. A. (2007). Pengembangan Economi Civic Dalam Penggalian

Sumber Keuangan Negara. Jurnal Civicus. Volume II Nomor 9. ISSN:

1412-5463.

Patoni. (2011). Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Ektrakurikuler

Untuk Memantapkan Sikap Nasionalisme. Jurnal Civicus. Volume 17.

Nomor II. ISSN: 1412-5463.

Prasteyo, L. (2012). Membangun Karakter Wirausaha Melalui Pendidikan

Berbasis Nilai Dalam Program Pendidikan Non Formal. Jurnal PNFI.

Volume 1. Nomor 1. ISSN: 2085-8213.

Priyanto. S. Heru. (2009). Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di

Masyarakat. Jurnal PNFI Andragogia, Volume 1 Nomor 1

Soneta, S. (2011). Pengaruh Kompetensi Profesional Mengajar Dalam Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Penguasaan Materi Dan

Pembentukan Sikap Kewirausahaan Peserta Didik. Jurnal Pendidikan

Ilmu Sosial. Volume 19 Nomor 36. ISSN: 0854-5251.

Sukmana, (2008). Peran Pendidikan Kewirausahaan dalam Menumbuhkan

Motivasi Wirausaha (Studi Tentang Pengaruh Pendidikan

Kewirausahaan Terhadap motivasi Wirausaha Mahasiswa Universitas


(5)

Supriyatiningsih (2012). Penanaman Nilai-nilai Kewirausahaan Pada Siswa

Melalui Praktek Kerja Industri Di SMK Muhammadiyah Magelang.

Jurnal Pendidikan Ekonomi. Volume 1 Nomor 2: ISSN 2252-6889. Suwito, A. (2012). Integrasi Nilai Pendidikan Karakter Ke Dalam Mata

Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Melalui RPP. Jurnal

Ilmiah Civis. Volume II Nomor 2.

V. Lilik Hariyanto (2012). Integrasi Bahan Ajar Kewirausahaan Bidang

Produktif Bangunan. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1.

Winarno, A. (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Internalisasi

Nilai-Nilai Kewirausahaan pada SMK di Kota Malang. Jurnal Ekonomi

Bisnis. Volume 14 Nomor 2. ISSN : 0853 – 7283.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com. (Diakses tanggal 29 September 2013) www.KamusBahasaIndonesia.org. (Diakses tanggal 29 September 2013) Kemdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html. (Diakses 26 Oktober 2013)

http://en. Wikipidea.org/wiki/internalization. (Diakses tanggal 27 Oktober 2013) http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/12/1715187/Penting.Tanamkan.Kewirau sahaan.di.Sekolah. (Diakses tanggal 29 September 2013)

http://uangpanasuanggratis.blogspot.com/2009/09/pengertian- kewirausahaan.html diakses 28 Oktober 2013).

http://www.slideshare.net/guruonline/pengembangan-pendidikan-kewirausahaan diakses 28 Oktober 2013).

http://www.binaswadaya.org/index.php?option=com_content&task=view&id=160 &Itemid=38&lang=in_ID (diakses 16 Juni 2014)

http://pinisi09.wordpress.com/2011/07/31/innovative-entrepreneurship-solusi-masa-depan/ (diakses 16 Juni 2014)

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana


(6)

Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TENTANG PENANAMAN NILAI-NILAI DEMOKRASI KEPADA SISWA SMP (Studi Kasus Pada Kelas VIII SMP Negeri I Kecamatan Padangratu Kebupaten Lampung Tengah)

0 50 197

SAINTIFIKASI JAMU SEBAGAI UPAYA TEROBOSAN INTEGRASI JAMU DALAM PELAYANAN KESEHATAN FORMAL

1 3 44

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM PESERTA DIDIK ( Studi Multisitus di SMAN 1 Kedungwaru dan SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung) TESIS

0 2 25

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM RANGKA MEMBENTUK SIKAP RELIGIUS SISWA (Studi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sragen)

0 0 19

KONSEP INTEGRASI ILMU GHOYAH DAN ILMU WASILAH DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMA Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Tahun 2012-2013)

0 0 10

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBINA MELEK POLITIK SISWA SMA NEGERI 2 PURWOKERTO THE EFFECTS OF CIVIC EDUCATION LEARNING ON STUDENTS’ POLITICAL LITERACY IN SMA NEGERI 2 PURWOKERTO

0 0 19

Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa di SMA Negeri 2 Palangka Raya. - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 24

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE DISKUSI IMPROVING THE EFFECTIVENESS OF TEACHING AND LEARNING PROCESS OF CIVIC EDUCATION THROUGH DISCUSSION METHOD

0 0 12

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK DALAM PENDIDIKAN POLITIK

0 2 30

PEDOMAN PEMBENTUKAN KARAKTER SEBAGAI IMPLEMENTASI NILAI-NILAI ISLAM DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

0 3 11