Dilema Yudhoyono.

---- - - -_._-

Pikiran Rakyat
. Senin
123
17

Selasa

4
18

OJan

o

19

OPeb

5


20

8 Mar

6
21
OApr

0

Rabu

0

7

(V

22


23

OMei

Kamis

9

OJun

24

0

Jumat

o

Sabtu


0

Minggu

12
13
14
15
16
10
11
27
28
29
30
31
25
26


OJul

0 Ags

OSep OOkt ONov ODes

Dilema Yudhoyono
Oleb FIRMAN MANAN
RESIDEN Susilo
Bambang Yudhoyono
adalah presiden pertama, sejak tumbangnya rezim
orde barn yang mendapatkan
legitimasi sangat tinggi pada
awalpemerintahannya.Besamya dukungan politik yang
didapatkan Presiden Yudhoyono, seakan memberikan jalan
kepadanya untuk menjalankan
pemerintahan secara stabil
dan efektif.
Namun, hari-hari belakangan menunjukkan betapa
modal politik yang dimiliki

Presiden Yudhoyo.no, seakan
kurang berfaedah. Sejak Pansus Hak Angket Bank Century
bekeIj'a, perpecahan koalisi
tinggal menunggu waktu. Perpecahan semakin nyata,
manakala dalam voting pada
sidang paripurna DPR, Partai
Golkar, PKS, dan PPP mendukung pilihan bahwa kebijakan dan implementasi kebijakan dalam penanganan Bank
Century bermasalah.
Rangkaian peristiwa itu
menggambarkan beberapa halo
Pertama, koalisi yang dibangun sejak awal memiliki
kelemahan. Koalisi tidak didasarkan atas kesamaan platform di antara anggota koalisi,
tetapi lebih kepada kepentingan politik. Menjadi wajar, ketika partai-partai yang tergabung di dalam koalisi berbeda pandangan ketika dihadapkan pada isu tertentu.
Kedua, lemahnya koordinasi
PRakan menguat.
Kedua, membubarkan koalmembangun poros
isi

~


kekuatan barn dengan mengajak PDIY menjadi mitra koalisi, sebagaimana yang
ditawarkan Taufik Kiemas.
Namun, hal ini agak sulit terealisasi mengingat kuatnya resistensi dari mantan presiden
Megawati Soekamoputri serta
kader-kader PDIP.
Ketiga, tetap mempertahankan koalisi, tetapi disertai
upaya lebih keras untuk
menyelaraskan perbedaanperbedaan di antara partaipartai anggota koalisi. Pilihan
inilah yang kemungkinan besar diambil Presiden Yudhoyono, terutama setelah
mendengar pemyataannya
menanggapi hasil sidang
paripurna DPR Yudhoyono
walaupun menyatakan tidak
ada kesalahan yang dilakukari
dalam proses pemberian dana
talangan terhadap Bank Century, tidak menyinggung kemungkinan teIjadinya perubahan poros koalisi. Terlebih,
Presiden mempunyai rekam
jejak sebagai pemimpin yang
akomodatif dan menghindari
konflik. Di sisi lain, Partai

Golkar, PKS, maupun PPP
tidak memiliki tradisi menjadi
oposisipemerintah,sebagaimana ditunjukkan dalani
periode pemerintahan Yudhoyono jilid pertama.
Apabila altematif mempertahankan koalisi yang dipilih,
terdapat beberapa hal yang
harns diperhatikan. Pertama,
melakukan reorientasi terhadap bangunan koalisi. Kontrak koalisi yang disepakati
terbukti tidak efektif untuk dijalankan. Hal ini ditengarai,
karena perbedaan persepsi di
antara anggota koalisi.
Di satu pihak, banyak kader
Partai Demokrat meminta parpol-parpol peserta koalisi menunjukkan loyalitas dengan
mendukung sepenuhnya pe-

Kliplng Humas Unpad 2010

merintah. Di pihak lain, kader
partai Golkar, PKS, dan PPP
berkeras dalam kapasitasnya

sebagai anggota DPR, mereka
mempunyai kewajiban menjalankan fungsi pengawasan
terhadap pemerintahan. Kader-kader partai yang tergabung
di lembaga eksekutif sebagai
menteri memang harus menunjukkan loyalitas, karena
mereka merupakan pembantu
yang bertanggungjawab langsung kepada presiden. Namun,
tidak demikian halnya dengan
kader-kader di DPR, karena
mereka juga harus mempertanggungjawabkan kineIjanya
kepada konstituen, bukan
kepada pimpinan koalisi. Dengan demikian, koalisi dJ.bangun
tanpa menghilangkan kebebasan melakukan \)engawasan,
walaupun tentunya peserta
koalisi harus menjauhkan diri
dari agenda kepentingan politik jangka pendek, sehingga
pemerintahan -selama tidak
melakukan peyimpangan-- dapat dikawal secara baik hingga
berakhir pada 2014.
Kedua, menghentikan model komunikasi politik berupa

tekanan atau ancaman. Bukan
berarti proses hukum terhadap pihak-pihak yang
ditenggarai bermasalah harns
dihentikan karena kepentingan politik, karena proses
hukum harns diletakkan di
atas kepentingan politik. Yang
tidak boleh dilakukan adalah
menggunakan dalih hukum
untuk tawar-menawar politik.
Ketiga, mengefektitkan koordinasi antara partai-partai
anggota koalisi. Perlu dipertimbangkan untuk memberdayakan kader-kader Partai
Demokrat sebagai perpanjangan tangan presiden dalam
melakukan koordinasi, selain
menjadi tidak arif untuk membebani Presiden Yudhoyono

dengan urusan-urusan koordinasi antarpartai, sementara
presiden telah mempunyai beban berat untuk menjalankan
pemerintahan sehari-hari.
Apabila hal-hal tersebut
diperhatikan, langgengnya

pemerintahan di bawah koordinasi Presiden Yudhoyono
merupakan keniscayaan. Mandat dari rakyat yang telah
diberikan akan dapat dijalankan sampai pada saatnya,
dikembalikan kepada rakyat
pada 2014, dengan dukungan
kritis dan konstruktif dari partai-partai pendukung pemerintah. Dengan mengedepankan kepentingan rakyat
serta kepentingan jangka panjang, benturan-benturan kepentingan di antara partaipartai anggota koalisi niscaya
dapat diredam, sehingga program-program pembangunan
untuk mewujudkan kesejahteraan kepada seluruh rakyat dapat beIjalan dengan lancar.***

Penulis, staf pengajar
Jurusan Ilmu Pemerintahan
FISIP Universitas Padjadjaran.