ANALISA PENERAPAN ABC SYSTEM DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK CEMENT RETARDER DI PT PETROKIMIA GRESIK.

(1)

USULAN PENELITIAN

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur

Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh :

NUR ARINI PUJI LESTARI 0813010180 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR 2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

ANALISA PENERAPAN ABC SYSTEM DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK CEMENT RETARDER

DI PT PETROKIMIA GRESIK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh :

NUR ARINI PUJI LESTARI 0813010180 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(3)

DI PT PETROKIMIA GRESIK

yang diajukan oleh: NUR ARINI PUJI LESTARI

0813010180 / FE / EA

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

RINA MUSTIKA, SE, MM Tanggal : …………...

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi

DR. SRI TRISNANINGSIH, SE, MSI NIP. 196509291992032001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

USULAN PENELITIAN

ANALISA PENERAPAN ABC SYSTEM DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK CEMENT RETARDER

DI PT PETROKIMIA GRESIK

yang diajukan oleh: NUR ARINI PUJI LESTARI

0813010180 / FE / EA

telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

RINA MUSTIKA, SE, MM Tanggal : …………...

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi

DR. SRI TRISNANINGSIH, SE, MSI NIP. 196509291992032001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(5)

EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK CEMENT RETARDER DI PT PETROKIMIA GRESIK

Yang diajukan

NUR ARINI PUJI LESTARI 0813010180 / FE / AK

disetujui untuk Ujian Lisan oleh :

Pembimbing Utama

RINA MUSTIKA, SE, MMA Tanggal : …………...

Mengetahui

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi

DRS. RAHMAN AMRULLAH SUWAIDI, MS NIP. 196003301986031003

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

ANALISA PENERAPAN ABC SYSTEM DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK CEMENT RETARDER

DI PT PETROKIMIA GRESIK

SKRIPSI

Diajukan oleh :

NUR ARINI PUJI LESTARI 0813010180 / FE / EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(7)

Disusun Oleh : Nur Arini Puji Lestari

0813010180/FE/EA telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 14 Desember 2012

Pembimbing Utama Tim Penguji

Ketua

Rina Mustika, SE, MM Dr. Hero Priono, MSi, Ak

Sekretaris

Dra. Ec. Sari Andayani, M. Aks

Anggota

Rina Mustika, SE, MM

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

DR. Dhani Ichsanuddin Nur, SE.MM NIP. 196309241989031001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(8)

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur “ALHAMDULILLAH” atas Kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ANALISA PENERAPAN ABC SYSTEM DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK CEMENT RETARDER DI PT PETROKIMIA GRESIK. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk melengapi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Segala upaya penulis demi terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai macam pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih atas kerjasama dan partisipasinya kepada :

1. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak DR. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Rahman Amrullah Suwaidi, MS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu DR. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi FE Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(9)

ii

6. Bapak Sigit Pribadi, Bapak Eko dan Pak Jawad selaku pihak dari instansi yang menjadi objek penelitian ini yang telah memberikan kerjasama yang baik tanpa mempersulit proses analisis penelitian ini.

7. Seluruh Pengajar pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu di bangku kuliah. 8. Ayah saya, Alm. Masyhuri dan Ibu saya, Hj. Rohimah yang telah merawat

dan mendidik saya selama ini berserta adik saya yang mengisi hidup penulis dengan kasih sayang yang berlimpah serta tak luput memberi dukungan materiil, moril, dan spiritual.

9. Seorang terkasih saya, Ali Roba yang selalu tulus menyayangi, setia menemani, memberi semangat dikala penulis dalam keadaan susah dan senang. Sehingga hidup penulis menjadi lebih berwarna.

10.Para sahabat-sahabat dan teman-teman saya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang tak hentinya memberi semangat dan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan penelitian ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(10)

iii

Dalam hal ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, ini semua disebabkan terbatasnya kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki penulis. Sebagai penutup penulis mengharapkan semoga dibalik ketidaksempurnaan skripsi ini, masih terdapat manfaat bagi pembaca dan para peneliti selanjutnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Desember 2012

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(11)

iv

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Defininisi Akuntansi Manajemen ... 12

2.2.1.1. Tipe Informasi Akuntansi Manajemen ... 13

2.2.2. Definisi Biaya ... 15

2.2.2.1. Objek Biaya ... 16

2.2.2.2. Klasifikasi Biaya ... 16

2.2.2.2.1. Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Produksi .. 17

2.2.2.2.2. Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Volume Produksi ... 17

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(12)

v

2.2.2.2.3. Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan

Departemen ... 18

2.2.2.2.4. Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Periode Akuntansi ... 18

2.2.2.2.5. Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Keputusan, atau Evaluasi ... 19

2.2.2.3. Metode Pembebanan Biaya ... 19

2.2.3. Pengertian Biaya – Biaya Produksi ... 21

2.2.3.1 Pengertian Efisiensi Biaya Produksi ... 25

2.2.3.2. Elemen – elemen Biaya Produksi ... 26

2.2.4. Definisi Sistem Perhitungan Biaya Produksi ... 26

2.2.4.1. Kelemahan Sistem Perhitungan Biaya Tradisional ... 29

2.2.5. Definisi Activity Based Costing (ABC) ... 32

2.2.5.1. Sejarah Activity Based Costing (ABC) ... 32

2.2.5.2. Konsep Activity Based Costing (ABC) ... 34

2.2.5.3. Identifikasi Aktivitas ... 35

2.2.5.4. Klasifikasi Aktivitas. ... 37

2.2.5.5. Penentuan Activity Cost Drivers. ... 38

2.2.5.6. Manfaat Activity Based Costing (ABC) ... 39

2.2.5.7. Kendala Activity Based Costing (ABC) ... 40 .

2.2.6. Perbedaan Sistem Perhitungan Biaya Tradisional dengan Activity Based Costing (ABC)... 41

2.3. Model Analisis ... 43

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(13)

vi

3.3. Sumber Data dan Jenis Data ... 45

3.4. Prosedur Pengumpulan Data ... 46

3.5. Lokasi Penelitian ... 48

3. 6 Teknik Analisis ... 48

3. 7 Keakuratan Data ... 49

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 53

4.1.1. Profil PT Petrokimia Gresik ... 53

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 55

4.1.3. Anak Perusahaan dan Perusahaan Patungan ... 55

4.1.4. Struktur Organisasi PT Petrokimia Gresik ... 57

4.1.5. Produk PT Petrokimia Gresik ... 57

4.1.6. Unit Produksi ( pabrik ) PT Petrokimia Gresik ... 58

4.1.7. Proses Produksi PT Petrokimia Gresik ... 59

4.1.8. Fasilitas Pendukung PT Petrokimia Gresik ... 60

4.1.9. Pengolahan Limbah di PT Petrokimia Gresik ... 61

41.10 Kebijakan Pengelolahan Lingkungan ... 62

4.1.11. Biro Lingkungan dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) ... 63

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(14)

vii

4.2. Analisis dan Pembahasan ... 63

4.2.1. Data Produksi Pabrik III ... 63

4.2.2. Data Biaya Pabrik III ... 64

4.2.3. Penentuan Harga Pokok Produksi Cement Retarder Oleh Perusahaan ... 65

4.2.3.1. Alur Proses Penyusunan Harga Pokok Produksi... 65

4.2.3.2. Tahap – tahap Perhitungan Biaya Produksi ... 67

4.2.4. Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing ... 75

4.2.5. Perbandingan Harga Pokok Produksi Pembuatan Cement Retarder antara Metode Tradisional Costing dan Activity Based Costing ... 115

4.2.6. Evaluasi Perhitungan Harga Pokok Produksi pembuatan Cement Retarder berdasarkan Activity Based Costing ... 116

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 117

5.2. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(15)

viii

Tabel 1.1. : Biaya Produksi Cement Retarder ... 5

Tabel 2.1. : Perbedaan Metode Tradisional dengan ABC ... 42

Tabel 3.1. : Main Research Question ... 51

Tabel 4.1. : Produk Pupuk PT Petrokimia Gresik ... 57

Tabel 4.2. : Produk Non Pupuk PT Petrokimia Gresik ... 58

Tabel 4.3. : Limbah PT Petrokimia Gresik dan Pengelolahannya ... 61

Tabel 4.4. : Data Kuantum Produksi Pabrik III tahun 2010 ... 63

Tabel 4.5. : Laporan Biaya Produksi Cement Retarder tahun 2010 ... 64

Tabel 4.6. : Contoh Pusat Biaya dengan Dasar Alokasinya ... 70

Tabel 4.7. : Pengalokasian Biaya ... 71

Tabel 4.8. : Daftar Sumber Daya ... 76

Tabel 4.9. : Identifikasi Resources Drivers ... 77

Tabel 4.10 : Daftar Aktivitas ... 78

Tabel 4.11. : Biaya yang Melekat pada Aktivitas ... 80

Tabel 4.12. : Rasio Konsumsi Aktivitas terhadap Biaya ... 87

Tabel 4.13. : Biaya Aktivitas ... 100

Tabel 4.14. : Identifikasi Pemicu Tiap Aktivitas ... 102

Tabel 4.15. : Konsumsi Tiap Pekerjaan terhadap Masing – masing Pool ... 105

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(16)

ix

Tabel 4.16. : Perhitungan Activity Driver Rate ... 107 Tabel 4.17. : Biaya Overhead Pabrik ( BOP ) Cement Retarder ... 111 Tabel 4.18. : Perbandingan Harga Pokok Produksi per Ton Cement Retarder ... 115

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(17)

x

Gambar 2.1. : Model Operasional Akuntansi Manajemen ... 13

Gambar 2.2. : Penggolongan Informasi Akuntansi Manajemen ... 14

Gambar 2.3. : Metode Pembebanan Biaya ... 21

Gambar 2.4. : Aktivitas Value Chain di Dalam Suatu Perusahaan ... 23

Gambar 2.5. : Falsafah yang Melandasi ABC System ... 35

Gambar 2.6. : Model Analisis ... 43

Gambar 4.1. : Alur Proses Penyusunan Harga Pokok Produksi ... 66

Gambar 4.2. : Proses Alokasi Biaya ... 71

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(18)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Struktur Organisasi Perusahaan Lampiran 2 : Flow Chart Produksi Pabrik III Lampiran 3 : Laporan Biaya Produksi Pabrik III Lampiran 4 : Kuantum Produksi Pabrik III

Lampiran 5 : Jawaban Atas Main Research Question Lampiran 6 : Foto Dokumentasi

Lampiran 7 : Berita Acara Facsimile PT Petrokimia Gresik Lampiran 8 : Surat Keterangan Menyelesaikan Penelitian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(19)

xiii By :

Nur Arini Puji Lestari Abstract

Overhead loading method generally still use traditional fare calculation department. However, the current shift in the cost structure where overhead costs have a greater proportion and could be larger than the component - a component of other direct production costs.As a result, traditional methods are not able to contribute meaningfully in the allocation - allocation of costs directly related to the production of any product. So it is possible the distortion costs,ultimately cost information given was inaccurate.For this reason, the method of activity-based costing (Activity Based Costing) is present as an alternative, which in this method, the activity that caused the costs and activity costs are allocated to cost objects on the basis of the cost of activities consumed. So it can help improve the accuracy of the information production costs. The purpose of this study was to provide an overview of the calculation of Cost of Production is more precise and accurate.

The main object of this study is the calculation of Cost of Production Cement Retarder products produced by the Plant III in PT Petrokimia Gresik. Included in this type of research kualitatf descriptive analysis techniques research is, identify the stages of the production process along with activities and resources, perform calculations Cost of Production Activity Based Costing method, then compare those costs with the method performed at the discretion of company management.

After doing the above analysis, the researchers found that for the calculation of HPP products Cement retarder PT Petrokimia Gresik still use the traditional concept of rate department. After compared with the calculation of ABC on the author, it turns out there is a difference in cost between the two.The calculation of the company can cause distortion and accuracy of charging fees that are less precise. As for the concept of ABC, which use more cost driver to allocate overhead costs to products more accurately. Because according to consumption activity costs to each product

Keywords : Activity Based Costing, Calculation Traditional Concepts, Cement Retarder, Factory Overhead Costs, Cost of Production, Cost Drivers, Distortion Cost, Accuracy, Cost Efficiency, Information Costs, Resorces Drivers.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(20)

xii

ANALISA PENERAPAN ABC SYSTEM DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK CEMENT RETARDER DI PT PETROKIMIA

GRESIK Oleh:

Nur Arini Puji Lestari

Abstrak

Metode pembebanan biaya overhead pada umumnya masih menggunakan perhitungan tradisional tarif departemen. Namun saat ini struktur biaya mengalami pergeseran dimana biaya overhead memiliki proporsi yang semakin besar dan bisa menjadi lebih besar dibandingkan komponen – komponen biaya produksi langsung lainnya. Akibatnya, metode tradisional tidak dapat memberikan sumbangsih berarti dalam alokasi – alokasi biaya yang berkaitan langsung dengan produksi terhadap setiap produk. Sehingga sangat memungkinkan terjadinya distorsi biaya, akhirnya informasi biaya yang diberikan pun kurang akurat. Untuk itulah, metode perhitungan biaya berdasarkan aktivitas ( Activity Based Costing ) hadir sebagai alternatif, dimana dalam metode ini, aktivitas yang menyebabkan biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan ke objek biaya dengan dasar aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan. Sehingga dapat membantu memperbaiki informasi keakurasian biaya produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberi gambaran tentang perhitungan Harga Pokok Produksi yang lebih tepat dan Akurat.

Objek utama penelitian ini adalah perhitungan Harga Pokok Produksi produk Cement Retarder yang diproduksi oleh Pabrik III di PT Petrokimia Gresik. Termasuk dalam jenis penelitian kualitatf deskriptif, teknik analisis penelitian yang dilakukan adalah, mengidentifikasi tahapan proses produksi beserta aktivitas dan sumber dayanya, melakukan perhitungan Harga Pokok Produksi dengan metode Activity Based Costing, kemudian membandingkan biaya tersebut dengan metode yang dilakukan sesuai kebijakan manajemen perusahaan.

Setelah melakukan analisis di atas, peneliti menemukan bahwa untuk perhitungan HPP produk Cement retarder PT Petrokimia Gresik masih menggunakan konsep tradisional dengan tarif departemen. Setelah dibandingkan dengan perhitungan ABC yang dilakukan penulis, ternyata terdapat selisih biaya di antara keduanya. Perhitungan yang dilakukan perusahaan dapat menyebabkan terjadinya distorsi biaya dan akurasi pembebanan biaya yang kurang tepat. Sedangkan untuk konsep ABC, yang menggunakan lebih banyak cost driver mengalokasikan biaya overhead ke produk dengan lebih akurat. Karena sesuai dengan konsumsi biaya aktivitas terhadap tiap produknya.

Keywords : Activity Based Costing, Konsep Perhitungan Tradisonal, Cement Retarder, Biaya Overhead Pabrik, Harga Pokok Produksi, Cost Driver, Distorsi Biaya, Akurasi, Efisiensi Biaya, Informasi Biaya, Resorces Drivers.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini, berbagai lapisan usaha telah mengalami kemajuan yang pesat dan telah mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan bebas baik itu yang terjadi di dalam negeri maupun yang terjadi di luar negeri. Persaingan ini menuntut pihak manajemen dalam perusahaan untuk meningkatkan permintaan terhadap informasi yang dibutuhkan terutama untuk mengambil keputusan demi mempertahankan kelangsungan hidupnya. Keputusan yang dihasilkan oleh pihak manajemen harus relevan, dapat dipercaya, cepat, tepat waktu, dan dapat mencerminkan perspektif tentang kondisi pasar. Ketidaktepatan informasi yang dihasilkan oleh pihak manajemen dapat menyebabkan perusahaan akan mengikuti strategi yang tidak menguntungkan.

Keperluan informasi biaya yang lebih akurat menyebabkan perusahaan secara serius memperhatikan prosedur penentuan biaya yang digunakan. Salah satu contoh prosedur penentuan biaya adalah penentuan harga jual yang layak, di mana dalam menetukan harga jual ini harus dilakukan dengan tepat dan cermat, pelanggan sebagai konsumen akan merasa puas apabila memperoleh produk sesuai dengan pengorbanan yang harus dilakukan untuk memperoleh produk tersebut. Oleh karena itu Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(22)

2

informasi harga jual yang akurat dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan yang telah direncanakan. Kebutuhan akan informasi harga jual dipengaruhi oleh perhitungan harga pokok produksi. Harga pokok produksi pada perusahaan industri terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Dengan adanya perkembangan teknologi, struktur biaya mengalami pergeseran dimana biaya overhead memiliki proporsi yang semakin besar dan lebih besar daripada biaya tenaga kerja langsung. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dapat ditelusuri secara langsung ke produk. Untuk biaya overhead yang tidak bisa ditelusuri langsung ke produk, alokasi terhadapnya perlu dilakukan.

Metode pembebanan biaya overhead umumnya masih menggunakan metode konvensional, dimana membebankan biaya berdasarkan volume. Biaya overhead yang dibebankan ke produk berdasarkan sebab akibat antara biaya dengan produk. Metode biaya konvensional dapat mengukur secara akurat sumber – sumber yang dikonsumsi setiap produk secara proporsional. Namun, banyak sumber - sumber atau biaya – biaya yang timbul dari aktivitas dan transaksi – transaksi tidak berkaitan dengan volume produksi. Akibatnya, metode konvensional tidak memberikan sumbangan yang berarti dalam alokasi – alokasi biaya yang berkaitan dengan produksi ke setiap produk.

Cara pembebanan biaya seperti itu tidak mampu menunjukkan berapa biaya yang sesungguhnya dikonsumsi oleh setiap produk. Hal ini akan sangat merugikan perusahaan apabila perusahaan memproduksi berbagai jenis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(23)

produk yang berbeda satu sama lain, baik menurut volume, ukuran, kerumitan bahan baku dan jam tenaga kerja. Alokasi biaya dengan cara ini mengakibatkan adanya penyimpangan karena produk tidak menkonsumsi biaya secara proporsional terhadap volume produksi. Akibatnya, subsidi silang pun terjadi dimana produk yang memiliki volume produksi yang tinggi akan mensubsidi produk yang memiliki volume produksi yang rendah.

Sebagai altenatif, perusahaan dapat menggunakan metode perhitungan biaya berdasarkan aktivitas ( ABC / Activity Based Costing ), dimana dalam metode ini mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi. Aktivitas yang menyebabkan biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan ke objek biaya dengan dasar aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan. Ketika biaya dibebankan pada objek biaya, biaya per unit dihitung dengan membagi biaya total yang dibebankan dengan jumlah unit dari objek biaya tertentu. Pengelolaan yang baik terhadap aktivitas yang menghasilkan jasa dengan penetapan harga pokok produksi yang akurat akan menghasilkan informasi biaya yang mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas perusahaan. Kegagalan dalam perhitungan harga yang akurat dapat mengakibatkan kegagalan pengambilan keputusan.

PT Petrokimia Gresik ( Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pupuk majemuk ( Pupuk Urea, ZA, SP-36 / Superphos, Phonska, NPK, serta Pupuk Petroganik ) dan bahan kimia non pupuk lainnya ( seperti, Amoniak, Asam Sulfat, Asam Fosfat, Gypsum,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(24)

4

Cement Retarder, dan Aluminium Flouride ) yang berkapasitas produksi sebesar 4. 330. 000 ton per tahun dengan dukungan 16 pabrik yang telah beroperasi. PT Petrokimia Gresik ( Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang telah beroperasi dalam kurun waktu 39 tahun. PT Petrokimia Gresik merupakan salah satu perusahaan pupuk yang diberi amanah untuk mengamankan dan menyalurkan pupuk subsidi oleh pemerintah. Hingga saat ini PT Petrokimia Gresik ( Persero) menjadi produsen pupuk terlengkap di Indonesia. Sejalan dengan program pemerintah dalam pencapaian swasembada pangan dan swasembada berkelanjutan maka PT Petrokimia Gresik ( Persero) terus berinovasi dan berupaya meningkatkan kualitas produknya sehingga dapat meningkatkan produktifitas pertanian.

Pada tahun 2008, produksi Cement retarder mencapai 480.768,87 ton dengan total biaya produksi 205.970.920.730,10 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 2009, produksi mencapai 469.948,90 ton dengan total biaya produksi 137.471.940.495,11 milyar rupiah. Terjadi perbedaan kuantitas produksi sebesar 10.819,97 ton dengan selisih biaya produksi yang agak mencolok, yakni 68.498.980.235 milyar rupiah. Disini sudah terlihat adanya efisiensi biaya yang terjadi. Selanjutnya, pada tahun 2010 produksi mencapai 488.658,021 ton dengan total biaya produksi 118.228.629.553,61 milyar rupiah. Terlihat bahwa dengan kuantitas yang lebih besar, biaya produksi bisa ditekan sampai 19.243.310.941,5 milyar rupiah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(25)

Tabel 1. 1 : Biaya produksi Cement Retarder

Tahun Biaya Produksi Kuantum Biaya Produksi Per Ton 2008 205.970.920.730,10 480.768,87 428.419,84

2009 137.471.940.495,11 469.948,90 292.525,29 2010 118.228.629.553,61 488.658,021 232.592,41 Sumber : PT Petrokimia Gresik

Sehingga untuk mencapai tujuan di atas, perusahaan perlu mempunyai keunggulan untuk dapat mengalahkan para pesaing – pesaingnya. Apalagi dalam kondisi persaingan pasar bebas seperti saat ini maupun yang akan datang. Diantaranya adalah keunggulan kualitas, keunggulan harga jual yang relatif rendah, dan sebagainya.

Jika biaya yang digunakan oleh perusahaan tidak dikendalikan dengan baik, maka perusahaan tidak akan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, disinilah letak efisiensi biaya pada aktivitas produksi dititikberatkan. Adanya kebutuhan untuk melakukan efisiensi mendorong perusahaan untuk melakukan pembebanan biaya yang akurat atas aktivitas yang dilakukannya, sehingga perlu sistem Activity Based Costing ( ABC ). Sistem ini dapat menyediakan informasi perhitungan biaya yang lebih baik dan dapat membantu manajemen mengelola perusahaan secara efisien serta memperoleh pemahaman yang lebih baik atas keunggulan kompetitif, kekuatan, dan kelemahan perusahaan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka timbul ketertarikan untuk mengadakan penelitian pada skripsi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(26)

6

ini adalah : “ Analisa Penerapan ABC System dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi pada produk Cement Retarder di PT Petrokimia Gresik ( Persero ) “.

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana pemanfaatan Activity Based Costing dalam meningkatkan efisiensi biaya produksi pada produk Cement Retarder pada PT Petrokimia Gresik “.

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : untuk memberi gambaran tentang perhitungan harga pokok yang lebih akurat pada produk Cement Retarder dengan menggunakan Activity Based Costing sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(27)

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan berbagai manfaat untuk berbagai pihak sebagai berikut :

a. Perusahaan

Memberi informasi kepada pihak manajemen mengenai analisis Activity Based Costing dalam mengidentifikasi aktivitas karena berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi.

b. Peneliti

Mengetahui sejauh mana penerapan Activity Based Costing yang terdapat pada perusahaan berpengaruh dalam meningkatkan efisiensi biaya produksi.

c. Peneliti selanjutnya

Memberikan pengetahuan tambahan mengenai penerapan Activity Based Costing dalam upaya meningkatkan efisiensi biaya produksi perusahaan guna dilakukannya penelitian lebih lanjut.

d. Universitas

Memberikan karya ilmiah yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan pada Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur, khususnya Fakultas Ekonomi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(28)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berikut akan diuraikan secara singkat mengenai penelitian sebelumnya tentang penerapan Activity Based Costing ( ABC ) oleh peneliti – peneliti sebelumnya terkait dengan penelitian yang akan dilakukan :

1. Diangga Ardiansyah (2010) a) Judul :

Pemanfaatan Activity Based Costing ( ABC ) dalam menghitung Harga Pokok Penjualan pada kertas HVS 60 gsm bentuk roll dan plano di PT Kertas Leces ( persero ) Probolinggo.

b) Perumusan Masalah :

Bagaimana pemanfaatan Activity Based Costing ( ABC ) dalam menghitung Harga Pokok Penjualan pada kertas HVS 60 gsm bentuk roll dan plano di PT Kertas Leces ( persero ) Probolinggo.

c) Metode Penelitian :

Penelitian ini menggunakan teknik penelitian dengan metode kualitatif deskriptif.

d) Kesimpulan :

1) dengan menggunakan metode ABC, maka perusahaan memperoleh HPP yang akurat. Perbandingannya, HPP pada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(29)

produk kertas HVS 60 gsm bentuk roll pada metode tradisional lebih tinggi ( overcosts ) dibanding dengan metode ABC. HPP yang overcosts sesungguhnya menyerap biaya yang lebih kecil dari biaya tradisional. Sedangkan pada bentuk plano, HPP nya lebih rendah ( undercosts ) pada metode tradisional dibanding metode ABC. HPP yang undercosts sesungguhnya menyerap lebih besar daripada metode tradisional.

2) Metode ABC menggunakan lebih banyak cost driver sehingga akan mengalokasikan biaya overhead ke masing – masing produk dengan lebih tepat dan akurat. Dengan demikian, melalui penggunaan metode ABC, distorsi biaya yang terjadi dapat dihilangkan atau ditekan seminimal mungkin.

2. Yulian Danang (2010) a) Judul :

Activity Based Costing Sebagai Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi di PT Antar Surya Jaya.

b) Perumusan Masalah :

“Bagaimana penerapan metode Activity Based Costing terhadap perhitungan harga pokok produksi pada PT Antar Surya Jaya ?”

c) Metode Penelitian :

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(30)

10

d) Kesimpulan :

1) Penerapan harga pokok produksi dengan metode Activity Based Costing dan metode konvensional mempunyai elemen pembentukan yang sama, yaitu bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Tetapi, untuk metode Activity Based Costing perhitungan overheadnya berdasarkan aktivitas.

2) Dilihat dari keseluruhan penerapan Activity Based Costing yang dilakukan oleh PT Antar Surya Jaya dapat diketahui bahwa pembebanan biaya overhead untuk masing – masing aktivitas dihitung terlebih dahulu untuk mengetahui tarifnya. Setelah tarif tiap cost drive diketahui, langkah selanjutnya adalah pembebanan biaya sumber daya ke masing – masing proses aktivitas, dan langkah terakhir adalah pembebanan biaya proses aktivitas ke masing – masing produk.

3. Emi Ristiga (2009) a) Judul :

Analisis pengaruh Non Value Added Activity terhadap Efisiensi Biaya Produksi. ( Studi Kasus pada PT Sunpack melalui Informasi ABC ). b) Perumusan Masalah :

Apakah moving activity (perpindahan), rework activity (pengerjaan ulang), dan maintenance activity (pemeliharaan) yang merupakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(31)

aktivitas yang tidak menambah nilai (non value added activity) perusahaan berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi ?

c) Teknik Analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. d) Hipotesis :

Bahwa moving activity, rework activity, dan maintenance activity mempunyai pengaruh terhadap efisiensi biaya produksi.

e) Kesimpulan :

1) Moving Activity, Rework Activity dan Maintenance Activity secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisensi biaya produksi.

2) Moving Activity, Rework Activity dan Maintenance Activity secara parsial juga tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi biaya produksi.

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah pada objek penelitian dan keterkaitannnya dengan kebijakan penetapan harga jual melalui perhitungan harga pokok produksi yang akurat.

Sedangkan untuk persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama – sama menggunakan Activity Based Costing (ABC) dalam memperoleh informasi yang lebih akurat tentang harga pokok produksi masing – masing produk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(32)

12

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Definisi Akuntansi Manajemen

Supriyono ( 1987 ) menyebutkan bahwa “ Akuntansi Manajemen adalah salah satu bidang akuntansi yang tujuan utamanya untuk menyajikan laporan – laporan suatu satuan usaha atau organisasi tertentu untuk kepentingan pihak internal dalam rangka melaksanakan proses manajemen yang meliputi perencanaan, pembuatan keputusan, pengorganisasian dan pengarahan serta pengendalian “.

Selanjutnya jika melihat hasil pelaporan yang diperlukan manajemen yang tidak hanya laporan masa lalu tetapi juga meliputi proyek masa depan, maka akuntansi manajemen didefinisikan sebagai berikut : “ Akuntansi Manajemen adalah penerapan teknik – teknik dan konsep yang tepat dalam pengolahan data ekonomi historikal dan yang diproyeksikan dari suatu satuan usaha untuk membantu manajemen dalam penyusunan rencana untuk tujuan – tujuan ekonomi yang rasional dengan suatu pandangan ke arah pencapaian tujuan tersebut “.

Jika digambarkan dalam suatu bagan, definisi akuntansi manajemen dapat dihubungkan antara input yaitu fakta ekonomi, proses yaitu pengolahan oleh fungsi manajemen dan output yang berupa laporan atau informasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(33)

Gambar 2.1 : Model Operasional Akuntansi Manajemen

Sumber : Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajemen. Edisi 8. Salemba Empat. Hlm 4.

2. 2. 1. 1 Tipe Informasi Akuntansi Manajemen

Informasi akuntans manajemen dapat dihubungkan dengan tiga hal : objek informasi, alternatif yang akan dipilh, dan wewenang manajer. Jika akuntansi manajemen dihubungkan dengan objek informasi, seperti produk, departemen, atau aktivitas, maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi penuh. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan alternatif yang akan dipilih, maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi diferensial, yang sangat diperlukan oleh manajemen dalam pengambilan keputsan pemilihan alternatif. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan

INPUT PROCESS OUTPUT

Fakta ekonomi Penjualan Pembelian Penerimaan & pengeluaran kas Laporan khusus Biaya produk Biaya pelanggan Anggaran Laporan kinerja Identifikasi, pengumpulan , pengukuran, analisis pencatatan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(34)

14

wewenang yang dimiliki oleh manajer, dihasilkan konsep informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang terutama bermanfaat untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam organisasi. ( Mulyadi, 1993 : 15 )

Gambar 2. 2 : Penggolongan Informasi Akuntansi Manajemen

Sumber : Mulyadi, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. STIE YKPN Yogyakarta.

Informasi akuntansi manajemen

Wewenang yang dimiliki

oleh manajer Alternatif yang

akan dipilih Objek

informasi

Informasi akuntansi diferensial Informasi akuntansi

penuh

Informasi akuntansi diferensial

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(35)

2. 2. 2 Definisi Biaya

Rayburn ( 1996) dalam Setyadi (2003) mendefinisakn biaya sebagai : “ Costs measures the economic sacrifice made to achieve an organization’s good. For a product, cost represents the monetary sacrifice made to provide the service “.

Biaya menurut definisi tersebut merupakan ukuran pengorbanan ekonomi yang dilakukan utuk meraih tujuan dari perusahaan. Pada perusahaan manufaktur, biaya merupakan pengukuran moneter atas sumber daya yang digunakan. Sedangkan pada perusahaan jasa, biaya adalah pengorbanan moneter yang dikeluarkan untuk menyediakan suatu jasa.

Mulyadi (1999) dalam Setyadi (2003) mendefinisikan biaya sebagai pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi ata yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

Dari definisi tersebut, maka dapat disebutkan empat unsur biaya, yaitu :

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Biaya diukur dalam satuan uang

3. Berasal dari kejadian, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi

4. Biaya dikeluarkan untuk tujuan tertentu Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(36)

16

2. 2. 2. 1 Objek Biaya

Menurut Mulyadi (2007 : 8) cost object adalah sesuat yan menjadi tujuan pengukuran dan pembebanan biaya. Misalnya, dalam proses pembuatan produk dan penyerahan jasa, terdapat beberapa cost object : aktivitas dan produk atau jasa.

Hansen dan Mowen (2006 : 48) mengatakan objek biaya dapat berupa apapun, seperti produk, pelanggan, departemen, proyek, aktivitas, dan sebagainya, yang diukur biayanya dan dibebankan. Sebagai contoh, jika sebuah rumah sakit ingin menetapkan biaya departemen operasioanl, maka obyek biayanya adalah departemen operasional.

Suatu objek biaya (cost object), atau tujuan biaya (cost objective), didefinisikan sebagai suatu item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur (Usry, 2002).

2. 2. 2. 2 Klasifikasi Biaya

Usry (2002 : 40) mengklasifikasikan biaya didasarkan pada hubungan antara biaya dengan :

1. Produk

2. Volume produksi

3. Departemen, proses, pusat biaya (cost center), atau subdivisi lain dari manufaktur

4. Periode akuntansi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(37)

5. Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi

2. 2. 2. 2. 1 Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Produksi

Dalam lingkungan manfaktur, total biaya operasi terdiri atas dua elemen : biaya manfaktur terdiri atas biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Overhead pabrik merupakan semua biaya yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Sedangkan biaya komersial terdiri atas beban pemasaran dan administratif ( Usry, 2002 : 40).

2. 2. 2. 2. 2 Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Volume Produksi

Biaya berdasarkan hubungannya dengan volume produksi terdiri atas :

1. Biaya variabel 2. Biaya tetap

3. Biaya semivariabel

Biaya variabel merupakan biaya yang berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan. Biaya variabel biasanya memasukkan biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead yang dapat diklasifikasikan sebagai biaya variabel, misalnya perlengkapan, bahan bakar, upah lembur, penanganan bahan baku, dan lain – lain ( Usry, 2002 : 43).

.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(38)

18

Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan. Contoh biaya overhead yang biasanya diklasifikasikan sebagai biaya tetap, antara lain adalah, depresiasi, pajak property, gaji satpam, dan lain – lain.

Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jenis biaya semacam ini disebut biaya semivariabel. Contohnya adalah biaya listrik, biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin, pemanasan dan generator, dan lain – lain.

2. 2. 2. 2. 3 Biaya Berdasrakan Hubungannya dengan Departemen

Terdiri atas biaya departemen produksi dan departemen jasa. Departemen produksi dalam bisnis jasa merupakan departemen yang memiliki kontak langsung dengan klien, sedangkan departemen jasa diberikan untuk keuntungan departemen lain dan tidak secara langsung terlibat dalam proses produksi, misalnya perpustakaan ( Usry, 2002 : 45).

2. 2. 2. 2. 4 Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Periode Akuntansi

Dalam hubungannya dengan periode akuntansi, biaya dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal (capital expenditure) dan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran modal ditujukan untuk meberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva. Sedangkan pengeluaran pendapatan memberikan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(39)

manfaat untuk periode saat ini dan dilaporkan sebagai beban ( Usry, 2002 : 47).

2. 2. 2. 2. 5 Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Keputusan, atau Evaluasi

Aturan lain biaya diferensial, biaya oportunitas, dan biaya tertanam (sunk cost). Biaya diferensial merupakan salah satu nama dari biaya yang relevan untuk suatu pilihan diantara banyak alternatif. Sejumlah pendapatan atau manfaat lain yang mungkin hilang bila alternatif tersebut diambil disebut biaya oportunitas. Sedangkan suatu biaya yang telah terjadi dan oleh karenanya tidak relevan terhadap pengambilan keputusan disebut biaya tertanam ( Usry, 2002 : 47)

2. 2. 2. 3 Metode Pembebanan Biaya

Pembebanan biaya secara akurat pada objek biaya adalah sangatlah penting. Keakuratan merupakan suatu konsep yang relatif, dan harus dilakukan dengan wajar serta logis terhadap penggunaan metode pembebanan biaya. Pembebanan biaya yang tidak akurat akan menyebabkan terjadinya distorsi, yaitu pembebanan biaya yang terlalu tinggi atau terlalu rendah pada objek biaya. Pembebanan biaya yang terdistorsi dapat menghasilkan keputusan yang salah dan evaluasi yang buruk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(40)

20

Hubungan antara biaya dan objek biaya dapat digali untuk membantu meningkatkan keakuratan pembebanan biaya. Hansen dan Mowen (2006 : 38) memaparkan tiga metode pembebanan biaya : 1. Penelusuran langsung

Penelusran langsung adalah proses pengidentifikasian dan pembebanan biaya yang berkaitan secara khusus dan fisik dengan suatu objek. Metode ini bergantung pada hubungan sebab akibat yang dapa dialami secara fisik.

2. Penelusuran penggerak

Penelusran penggerak adalah untuk membebani biaya ke objek biaya, yaitu faktor penyebab yang dapat diamati dan yang mengukur konsumsi sumber daya objek biaya. Keakuratan metode ini tergantung pada kualitas hubungan sebab akibat yang digambarkan oleh penggerak.

3. Alokasi

Alokasi merupakan pembebanan biaya tidak langsung ke objek biaya. Oleh karena tidak terdapat hubungan sebab akibat, pengalokasian biaya tidak langsung didasarkan pada kemudahan atau beberapa asumsi yang berhubungan. Salah satu keunggulan metode ini adalah kemudahan dan rendahnya biaya implementasi. Namun, alokasi adalah metode yang tingkat keakuratan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(41)

pembebanan biayanya paling rendah, dan penggunaannya harus seminimal mungkin atau sedapat mungkin dihindari.

Gambar 2. 3 : Metode Pembebanan Biaya

Sumber : Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajemen. Edisi 8. Terjemahan. Salemba Empat. Hlm. 54

2. 2. 3 Pengertian Biaya Produksi

Di dalam perusahaan industri biaya produksi merupakan unsur yang penting, karena merupakan pos yang paling penting dari seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Menurut Mulyadi (1983 : 14) biaya produksi adalah biaya – biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual.

Biaya Sumber Daya

Alokasi Penelusuran

Langsung

Asumsi Hubungan Hubungan Sebab

Akibat Penelusuran

Penggerak

Pegamatan Fisik

Objek Biaya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(42)

22

Biaya produk adalah pembebanan biaya yang mendukung tujuan manajerial yang spesifik. Jadi, arti biaya produk tergantung pada tujuan manajemen yang berusaha dicapai. Untuk mendukung tujuan ini, manajemn memerlukan informasi terutama tentang semua pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan suatu produk. Dalam hal ini rantai nilai biaya produk sesuai untuk menilai profitabilitas strategis ( Hansen dan Mowen. 1999 : 43 ).

Value Chain (rantai nilai) yang dimiliki suatu badan usaha melekat dengan urutan aktivitas – aktivitas yang luas yang disebut sebagai value system (Porter, 1994). Pihak pemasok tidak hanya mengirimkan barang, tetapi juga dapat mempengaruhi kinerja badan usaha lewat beberapa cara.

Aktivitas nilai yang ada dalam value chain dihubungkan oleh suatu linkages. Linkages ini merupakan keterkaitan antar bagaiman aktivitas nilai ini dipengaruhi oleh biaya atau kinerja aktivitas yang lain. Linkages seringkali mrupakan sumber keunggulan kompettitif yang dimilikioleh badan usaha (Porter, 1994 : 48).

Dari definisi di atas menyatakan bahwa linkages mencerminkan adanya kebutuhan untuk mengkoordinasikan aktivitas – aktivitas yang dilakukan dalam badan usaha. Contohnya, pengiriman barang dengan tepat waktu memerlukan koordinasi aktivitas – aktivitas bagian operasi, logistik keluar, dan pelayanan (pemasangan). Dapat atau tidaknya suatu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(43)

badan usaha mencapai keunggulan kompetitif tergantung bagaimana badan usaha tersebut mengatur aktivitas – aktivitas yang dilakukan agar dapat saling menunjang satu sama lain.

Gambar 2. 4 : Aktivitas Value Chain di dalam suatu perusahaan

Sumber : Hansen. Mowen. 1999. Akuntansi Manajemen. Hlm. 44

Dalam kaitannya dengan memanfaatkan internal linkages tersebut, Hansen dan Mowen memberi contoh sebagi berikut ; aktivitas desain berhhubungan erat dengan aktivitas layanan konsumen. Apabila desain produk dibuat sedemikian rupa sehingga hanya sedikit suku cadang yang dibutuhkan, maka aktivitas layanan konsumenmejadi lebih mudah dilaksanakan karena dengan memproduksi barang yang membutuhkan sedikit suku cadang, produk cacat dapat dikurangi sehingga aktivitas layanan konsumen dapat dikurangi.

Melayani

Mendistribusikan Memproduksi

Mengembangkan

Memasarkan Merancang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(44)

24

Value Chain merupakan aktivitas – aktivitas yang dilakukan oleh badan usaha dan bagaimana aktivitas – aktivitas tersebut berinteraksi satu sama lain. Value Chain ini sangat berguna untuk menganalisa sumber keunggulan kompetitif.

Setiap badan usaha memiliki sekumpulan aktivitas yang dilakukan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengirimkan, dan mendukung produk yang dihasilkan oleh badan usaha tersebut. semua aktivitas ini dapat diwakili dengan menggunakan sebuah Vale Chain (rantai nilai) yang terdiri dari value activities dan margin.

Menurut Atkinson (1995: 45) aktivitas – aktivitas dalam rantai dibedakan menjadi :

1. Input activity or activities related to getting ready to make a product

Meliputi penelitian dan pengembangan, perekrutan dan pelatihan karyawan, pembelian bahan baku, komponen dan peralatan.

2. Processing activites or activity related to making a product

Meliputi pengoperasian mesin, produksi, penanganan barang dalam proses dan inspeksi.

3. Ouput activities related to dealing with a customer

Meliputi aktivitas penjualan, layanan konsumen dan distribusi produk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(45)

2. 2. 3. 1 Pengertian Efisiensi Biaya Produksi

Menurut Bhayangkara, (2008 : 13) efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya, sehingga dicapai optimalisai penggunaan sumber daya yang dimiliki. Efisiensi berhubungan dengan metode kerja perusahaan. Dalam kaitannya dengan konsep input – process – output, efisiensi adalah rasio antara output dan input. Dengan kata lain efisiensi membandingkan seberapa besar output yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah input tertentu yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga metode kerja yang baik akan dapat memandu proses operasi berjalan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Jadi efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan output dalam operasiona perusahaan.

Karena efisiensi merupakan ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan realisasi penggunaan masukan, maka jika masukan yang sebenarnya digunakan makin besar penghematannya, maka tingkat efisiensinya semakin tinggi, dan sebaliknya. Efisiensi berorientasi pada masukan, sedangkan masalah output kurang menjadi perhatian utama. Sehingga efisiensi biaya produksi merupakan kegiatan penghematan biaya – biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual (Mulyadi,1983).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(46)

26

2. 2. 3. 2 Elemen - elemen Biaya Produksi

Menurut Al Haryono Jusuf (1987 : 158) dalam Emi Ristiga (2009 : 34), biaya produksi terdiri atas tiga elemen, yaitu :

1. Biaya bahan baku

Adalah harga pokok bahan bakuyang diolah dalam proses produksi. Contoh : bahan baku untuk suatu perusahaan tekstil adalah kain.

2. Biay tenaga kerja langsung

Adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan secara langsung terhadap produk tertentu. Contoh : biaya untuk jasa – jasa yang secara langsung mengerjakan bahan baku.

3. Biaya overhead pabrik

Adalah semua biaya produksi selain dari biaya tenaga kerja langsung. Contoh : biaya bahan penolong, biay tenaga kerja tak langsung.

2. 2. 4 Definisi Sistem Perhitungan Biaya Tradisional

Sistem perhitungan biaya tradisional membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung ke produk dengan menggunakan penelusuran langsung. Sedangkan biaya overhead dibebankan dengan menggunakan penelusuran penggerak dan alokasi. Secara spesifik, perhitungan ini menggunakan penggerak aktivitas tingkat unit untuk membebankan biaya overhead ke produk. Penggerak aktivitas tingkat unit merupakan faktor yang menyebabkan perubahan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(47)

dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi. Penggerak tingkat unit yang pada umumnya digunakan untuk membebankan overhead meliputi uni yang diproduksi, jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, ataupun biaya bahan baku langsung.

Setelah pemilihan penggerak tingkat unit, langkah selanjutnya adalah menentukan kapasitas aktivitas yang diukur penggerak. Hansen dan Mowen (2006 : 107) menggolongkan empat level kapasitas aktivitas :

1. Kapasitas aktivitas yang diharapkan, yaitu output aktivitas yang diharapkan perusahaan dapat tercapai pada tahun yang akan datang. 2. Kapasitas aktivitas normal, yaitu output aktivitas rata – rata yang

dialami perusahaan dalam jangka panjang (volume normal dihitung lebih dari satu periode).

3. Kapasitas aktivitas teoritis, yaitu output aktivitas maksimum secara absolut yang dapat direalisasikan dengan berasumsi bahwa semua beroperasi secara sempurna.

4. Kapasitas aktivitas praktis, yaitu output maksimum yang dapat diwujudkan jika semuanya berjalan secara efisien.

Hansen, Mowen (2009 : 161), pembebanan overhead berdasarkan penggerak tingkat unit dapat menggunakan :

1. Tarif keseluruhan pabrik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(48)

28

Perhitungan ini terdiri atas dua tahap. Pertama, biaya overhead yang dianggarkan akan diakumulasi menjadi satu kesatuan untuk keseluruhan pabrik. Biaya overhead dibebankan secara langsung ke satuan biaya tersebut dengan menambahkan seluruh biaya overhead yang diperkirakan muncul dalam satu tahun. Selanjutnya, tarif keseluruhan pabrik dihitung dengan menggunakan penggerak tingkat unit (misalnya jam tenaga kerja langsung). Biaya overhead dibebankan ke produk dengan cara mengalikan tarif dengan jumlah total jam tenaga kerja langsung yang digunakan. Biaya per unit suatu produk dihitung dengan menjumlahkan total biaya utama produk ke biaya overhead yang dibebankan, dan kemudian membagi total biaya tersebut dengan unit yang diproduksi.

2. Tarif departemen

Tarif overhead departemen juga terdiri atas dua tahap. Pada tahap pertama, biaya overhead keseluruhan pabrik dibagi dan dibebankan ke setiap departemen produksi, dan membentuk kesatuan biaya overhead departemen. Ketika biaya dibebankan ke tiap departemen produksi, penggerak berdasarkan unit digunakan untuk menghitung tarif departemen. Produk yang diproses oleh berbagai departemen diasumsikan mengkonsumsi sumber daya overhead sesuai proporsi penggerak berdasarkan unit departemen. Pada tahap kedua, overhead dibebankan ke produk dengan mengalikan tarif departemen dengan jumlah penggerak yang digunakan. Tarif departemen

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(49)

memperhitungkan kemungkinan, sementara tarif keseluruhan pabrik tidak memperhitungkannya karena menggunakan rata – rata.

Biaya per unit suatu produk dihitung dengan menjumlahkan total biaya utama produk ke biaya overhead yang dibebankan, dan kemudian membagi total biaya tersebut dengan unit yang diproduksi.

2. 2. 4. 1 Kelemahan Sistem Perhitungan Biaya Tradisional

Horngren dkk (1994 : 194) mengatakan pendekatan tradisional sering menggunakan terlalu sedikit pusat biaya langsung, sehingga alokasi biaya memiliki rata – rata yang sangat luas. Hasil perhitungan mengenai harga pokok akan menyebabkan manajer membuat keputusan yang salah mengenai aktivitas., produk, atau konsumen.

Menurut Hansen dan Mowen (2006) terdapat dua faktor utama yang menyebabkan ketidakmampuan tarif keseluruhan pabrik dan departemen berdasarkan unit, untuk membebankan biaya overhead secara tepat : (1) proporsi biaya ooverhead yang tidak berkaitan dengan unit terhadap total biaya overhead adalah besar, dan (2) tingkat keanekaragaman produk adalah besar.

Mulyadi dalam Setyadi (2003) secara rinci menguraikan kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional sebagai berikut :

1. Akuntansi biaya tradisional didesain untuk perusahaan manufaktur, sehingga dengan akuntansi biaya tradisonal perusahaan dagang dan jasa tidak dapat memanfaatkan akuntansi biaya tradisional untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(50)

30

merencanakan dan mengimplementasikan program pengurangan biaya (cost reduction) dan perhitungan object cost secara akurat. 2. Fokus akuntansi biaya tradisional adalah hanya pada biaya produksi,

sehingga biaya- biaya di luar produksi yang jumlahnya mulai signifikan tidak mendapat perhatian memadai dari manajemen. 3. Fokus akuntansi biaya tradisional adalah penyediaan informasi biaya

bagi pihak luar perusahaan, sehingga manajemen tidak memperoleh informasi biaya untuk pengelolaan perusahaan dan informasi tentang biaya produk yang akurat.

4. Pengendalian biaya melalui akuntansi biaya tradisional hanya difokuskan terhadap biaya produksi, lebih spesifik lagi terhadap biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Sehingga sistem pengendalian biaya seperti itu menjadi tidak fit untuk perusahaan yang memiliki biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang proporsinya tidak signifikan dibandingkan dengan total biaya pembuatan produk.

5. Pengaitan biaya dengan responsible manager dan pembandingan antara biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan per puast pertanggungjawaban serta analisis terhadap penyimpangan biaya yang terjadi tidak dapat menunjukkan penyebab terjadinya penyimpangan biaya yang terjadi.

6. Akuntansi biaya tradisional menggunakan allocation intensive dalam memperlakukan biaya overhead, sehingga biaya produk yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(51)

dihasilkan tidak akurat karena alokasi menggunakan dasar yang bersifat sembarang (tanpa hubungan sebab akibat).

7. Dalam lingkungan bisnis yang di dalamnya customer lebih mendominan, biaya – biaya yang berkaitan dengan pilihan pelanggan menjadi meningkat, seperti biaya set up mesin karena bervariasinya pesanan dari pelanggan, dan biaya perubahan desain karena sifat pelanggan yang semakin pemilih. Peggunaan hanya volume – related driver dalam membebankan biaya overhead pada produk menjadikan perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada produk menjadi tidak akurat.

8. Akuntansi biaya tradisional tidak fit untuk menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks dan kompetitif, karena hanya mampu menghasilkan laporan biaya dengan dimensi tunggal (single dimensional cost report). Lingkungan bisnis sekarang ini membutuhkan multidimensional cost report.

9. Akuntansi biaya tradisional didesain pada jaman pengelolaan data akuntansi masih manual, sehingga informasi akuntansi hanya dapat dimanfaatkan oleh manajemen puncak dan pihak luar perusahaan melalui laporan akuntansi yang disajikan oleh fungsi akuntansi. Informasi akuntansi biaya tradisional memiliki karakteristik berupa informasi agregasian, hanya bersifat keuangan, dan berdimensi tunggal.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(52)

32

2. 2. 5 Definisi Activity Based Costing (ABC)

“ Activity Based Costing system (ABC system) adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat kos produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem informasi ini dapat diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, ataupun dagang.” (Mulyadi, 2007 : 40)

Hansen dan Mowen (2006) mengatakan bahwa sistem biaya berdasarkan aktivitas pertama – tama menelusuri biaya aktivitas dan kemudian produk.

2. 2. 5. 1 Sejarah Activity Based Costing (ABC)

Mulyadi (2007 : 799) mennyebutkan ABC diujicobakan pada awal tahn 1990-an di USA. Sudah lebih dari lima belas tahun ABC diperkenalkan di Indonesia bahkan beberapa perusahaan telah mengimplementasikannya. Namun, sedikit sekali perusahaan Indonesia yang telah mengimplementasikan ABC dengan berhasil, yaitu mampu memanfaatkan informasi yang dihasilkan oleh ABC dalam pengurangan biaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(53)

Konsep tentang ABC pun berbah seiring dengan perkembangan implementasi ABC itu sendiri. Mulyadi (2007 : 800) juga menyebutkan bahwa pada tahap awal perkembangannya, ABC dimanfaatkan untuk memperbaiki kecermatan perhitungan cost produk dalam perusahaan – perusahaan manufaktur yang menghasilkan banyak jenis produk. Masalah yang dihadapi perusahaan yang menghasilkan banyak jenis produk adalah pada pembebanan biaya overhead pabrik ke berbagai jenis produk yang dihasilkan perusahaan. Akuntansi biaya tradisional hanya menggunakan volume – related drivers untuk membebankan biaya overhead pabrik ke produk, sehingga cost produk yang dihasilkan menjadi tidak akurat. ABC menawarkan dasar pembebanan yang lebih bervariasi, seperti batch – related drivers, product – sustaining drivers, dan facility – sustaining drivers untuk membebankan biaya overhead ke berbagai jenis produk yang dihasilkan perusahaan. Dengan berbagai drivers yang sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan, ABC dapat menghasilkan informasi cost produk yang lebih akurat, sehingga memungkinkan manajemen mengambil keputusan tentang harga jual dan melakukan analisis dan melakukan analisis profitabilitas setiap jenis produk.

Pada perkembangan selanjutnya, ABC tidak lagi terbatas pemanfaatannya hanya untuk menghasilkan informasi cost produk yang akurat, namun meluas sebagai sistem informasi untuk memotivasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(54)

34

personel dalam melakukan improvement terhadap proses yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk atau jasa bag pelanggan.

Jika pada tahap awal perkembangannya, ABC hanya difokuskan pada biaya overhead pabrik, pada perkembangan selanjutnya, ABC diterapkan ke semua biaya. ABC menggunakan aktivitas sebagai titik pusat (focal point) untuk mempertanggungjawabkan biaya. Oleh karena aktivitas tidak hanya dijumpai di perusahaan manufaktur, maka ABC dapat dimanfaatkan di berbagai jenis organisasi dan mencakup biaya di luar produksi.

2. 2. 5. 2 Konsep Activity Based Costing (ABC)

Menurut Mulyasi (2007 : 804), terdapat dua keyakinan dasar yang melansadi konsep ABC, yaitu :

1. Cost is caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan menempatkan personel perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya. ABC system berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan. 2. The causes of cost can be managed. Penyebab terjadinya biaya

(aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personel perusahaan dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(55)

mempengaruhi biaya pengelolaan terhadap aktivitasdengan bantuan dari berbagai informasi tentag aktivitas.

Gambar 2. 5 : Falsafah yang Melandasi ABC System

Titik Pusat ABC System

Penyebab biaya dapat dikelola melalui (ABM)

Sumber : Mulyadi. ABC System. UPP STIM YKPN. 2007

2. 2. 5. 3 Identifikasi Aktivitas

Fokus dalam sistem ABC adalah aktivitas, maka identifikasi aktivitas merupakan langkah pertama dalam mendesain sistem ABC. Aktivitas merupakan suatu unit dasar pekerjaan yang dilaksanakan dalam sebuah organisasi atau tindakan dalam suatu organisasi, sehingga pengidentifikasian aktivitas berarti mengumpulkan dan mendaftar pekerjaan atau tindakan yang dilakukan dalam perusahaan yang melibatkan konsumsi sumber daya. Data tentang aktivitas didapatkan dengan mewawancarai manajer atau wakil dari area kerja fungsional. Setelah menyusun daftar aktivitas, yang dilakukan selanjutnya adalah Sumber

daya

aktivitas Cost

object

customer

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(56)

36

menentukan atribut aktivitas yang digunakan untuk menjelaskan dan menggolongkan aktivitas. Atribut aktivitas merupakan informasi keuangan dan non keuangan yang menggambarkan aktivitas individual. Atribut apa yang digunakan tergantung pada tujuannya. Misalkan, jika tujuannya adalah untuk mengkalkulasi biaya produk, atribut aktivitas yang dipilih meliputi jenis sumber daya yang dipakai, jumlah waktu yang dibutuhkan pekerja untuk menyelesaikan suatu aktivitas, dan lain – lain.

Untuk tujuan menghitung biaya produk, atribut aktivitas digunakan untuk menggolongkan aktivitas – aktivitas terkait ke dalam kelompok – kelompok yang menjadi dasar bagi penggolongan biaya yang homogen. Aktivitas dapat dikelompokkan ke dalam kelompok sejenis berdasarkan karakter yang sama (Hansen, Mowen, 2006), yaitu : (1) mereka secara logis berhubungan, dan (2) memiliki resiko konsumsi yang sama terhadap semua produk. Kumpulan dari biaya overhead yang berhubungan dengan masing – masing kelompok aktivitas disebut kesatuan biaya sejenis. Begitu kesatuan biaya ditentukan, biaya per unit dari penggerak aktivitas terpilih dihitung dengan membagi biaya kelompok dengan kapasitas praktis penggerak aktivitas, disebut juga (pool rate).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(57)

2. 2. 5. 4 Klasifikasi Aktivitas

Pada pembentukan kumpulan aktivitas yang berhubungan, Hansen dan Mowen (2006) mengklasifikasikan aktivitas ke dalam empat kategori umum :

1. Aktivitas tingkat unit

Merupakan aktivitas yang dilakukan setiap kali suatu unit diproduksi. Biaya aktivitas tingkat unit bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. Contohnya, bahan baku dan aktivitas tenaga kerja langsung, permesinan, dan peralatan.

2. Aktivitas tingkat batch

Merupakan aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch produk diproduksi. Biaya aktivitas tingkat batch bervariasi dengan jumlah batch, tetapi bersifat tetap terhadap jumlah unit pada setiap batch. Contohnya, jadwal produksi, penyetelan, penanganan bahan, dan lain – lain.

3. Aktivitas tingkat produk

Merupakan aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktiivitas ini mengkonsumsi input yang mmengembangkan produk atau memungkinkan produk untuk diproduksi atau dijual, dan cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan jenis produk yang berbeda. Contohnya, pemasaran produk, pengiriman, desain produk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(58)

38

4. Aktivitas tingkat fasilitas

Merupakan aktivitas yang menopang proses umum produksi suatu pabrik. Aktivitas tersebut memberi manfaat bagi organisasi pada bebagai tingkat, namun tidak memberikan manfaat pada setiap produk secara spesifik. Contohnya, manajemen pabrik, depresiasi gedung, tata letak.

2. 2. 5. 5 Penentuan Activity Cost Drivers

Cost Drivers merupakan suatu faktor yang menyebabkan konsumsi sumber daya oleh aktivitas suatu produk. Metode ABC menggunakan lebih banyak Cost Drivers untuk menelusuri biaya aktivitas produksi dalam suatu proses produk yang menyerap sumber daya yang digunakan dalam aktivitas yang bersangkutan.

Menurut Cooper (1991) dalam Sudiarsana (2001) dalam Ardiansyah (2010), terdapat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih cost drivers :

1. Biaya pengukuran cost driver (cost measurement).

2. Korelasi antara cost driver yang dipilih dengan konsumsi aktual aktivitas (degree of corelation).

3. Perilaku yang disebabkan oleh penggunaan cost driver (behavior effects).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(59)

Sedangkan faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan multiple cost driver menurt Cooper (1991) dalam Sudiarsana (2001) dalam Ardiansyah (2010 : 29) adalah :

1. Tingkat keakuratan yang diharapkan dari biaya produk yang dilaporkan. Semakin tinggi tingkat keakuratan yang diharapkan maka semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.

2. Tingkat keanekaragaman produk. Semakin besar tingkat keanekaragaman produk maka semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.

3. Biaya relatif aktivitas yang berbeda. Semakin besar jumlah aktivitas yang mewakili proporsi yang signifikan dari total biaya produk maka semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.

4. Tingkat keanekaragaman volume. Semakin besar lingkup ukuran suatu batch maka semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.

5. Penggunaan cost driver yang berkaitan secara tidak sempurna. Semakin rendah korelasi cost driver dengan konsumsi aktual suatu aktivitas maka semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.

2. 2. 5. 6 Manfaat Activity Based Costing (ABC)

Rayburn (1999) menyebutkan beberapa keunggulan ABC sebagai berikut :

1. ABC memperbaiki distorsi yang melekat dalam informasi biaya tradisional berdasarkan alokasi bertahap yang hanya menggunakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(60)

40

penggerak yang dilakukan oleh volume. ABC lebih jauh mengakui hubungan sebab akibat antara penggerak biaya dengan kegiatan. 2. ABC menawarkan bantuan dalam memperbaiki proses kerja dengan

menyediakan informasi yang lebih baik untuk membantu mengidentifikasi kegiatan yang membutuhkan banyak pekerjaan, sehingga berguna bagi perusahaan dengan biaya overhead yang tinggi, produk yang beragam, dan berbagai macam ukuran batch pelaksanaan produksi.

3. Informasi ABC mendorong perusahaan mengevaluasi kegiatan untuk mengetahui mana yang tidak bernilai dan dapat dieliminasi.

4. Sistem ABC menyediakan data yang relevan, dengan syarat biaya setiap kegiatan adalah sejenis dan benar – benar proporsional terhadap penggerak biaya.

2. 2. 5. 7 Kendala Activity Based Costing (ABC)

Dalam Ardiansyah ( 2010 : 31) Penggunaan metode ABC ini juga memiliki kendala sehingga manajer harus menperhatikan :

1. Alokasi

Beberapa biaya membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume yang arbiter sebab tidak dapat ditemukan aktivitas yang dapat menyebabkab biaya tersebut. Misalkan, gaji CEO.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(61)

2. Mengabaikan biaya

Biaya produk dan jasa yang diidentifikasi metode ABC cenderung tidak mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk atau jasa tersebut. Beberapa biaya, seperti biaya aktivitas pemasaran, pengiklanan, penelitian dan pengembangan, tidak termasuk biaya produk karena menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk pelaporan keuangan mengharuskan biaya tersebut diberlakukan sebagai biaya periodik.

3. Mahal dan menghabiskan waktu

Sistem ABC membutuhkan banyak waktu dan tidak murah untuk dikembangkan dan dilaksanakan.

2. 2. 6 Perbedaan Sistem Perhitungan Biaya Tradisional dengan Activity Based Costing (ABC)

Warindrani (2006) dalam Ardiansyah (2010) merinci adanya perbedaan dari metode tradisional dengan ABC.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(62)

42

Tabel 2. 1 : Perbedaan Metode Tradisional dengan ABC

Tradisional Kontemporer (ABC)

Pemicu biaya : unit (unit level activity drivers)

Pemicu aktivitas atas dasar unit merupakan faktor yang menyebabkan biaya ketika jumlah unit yang dihasilkan berubah.

Biaya overhead berubah secara proporsional dengan unit pengukur selain volume.

Pemicu biaya yang digunakan : unit diproduksi, jam kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya bahan baku.

Jumlah pemicu biaya yaitu yang didasarkan pada unit dan non unit dan didasarkan pada hubungan sebab akibat.

Macam : tarif tunggal dan tarif berbeda yang berlaku untuk tiap departemen.

Macam : metode ABC

Hanya menyediakan informasi biaya. Disamping menyediakan informasi biaya juga kinerja aktivitas.

Sumber : Ardiansyah, Diangga. 2010 : 42

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(63)

2. 3 Model Analisis

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2. 7 : Model Analisis

Cement Retarder

Kesimpulan Sumber daya, aktivitas

pembuatan, data.

Alokasi berdasarkan cost driver Activity Based Cost

System (ABC) Sistem perhitungan

biaya tradisional

Tarif berdasarkan kebijakan Manajemen

Perbandingan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(64)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif, yaitu jenis penelitian yang digunakan untuk meneliti masalah – masalah yang membutuhkan studi mendalam (Ardiansyah, 2010), dengan pendekatan studi kasus, yaitu suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas – batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana multi sumber bukti dimanfaatkan, dimana menggambarkan penggunaan ABC dalam meningkatkan efisiensi biaya produksi pada produk pupuk Phonska

3. 2 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan yang disesuaikan dengan kondisi pada objek yang diteliti. Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini terbatas pada penerapan activity based costing dalam mengalokasikan biaya berdasar masing - masing cost driver, sumber daya yang dipakai dalam proses produksi, tarif harga pokok, beserta laba yang dihasilkan. Pembatasan ruang lingkup dilakukan untuk menjaga agar penelitian tidak keluar dari pokok permasalahan yang telah ditetapkan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(65)

3. 3 Sumber Data dan Jenis Data

Bukti atau data untuk keperluan studi kasus bisa berasal dari enam sumber, yaitu : dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, observasi partisipan, dan perangkat – perangkat fisik.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari : 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber intern perusahaan, baik melalui observasi maupun wawancara langsung pada pihak – pihak yang berwenang di perusahaan. Misalnya, manajer pabrik, superintenndent akuntansi, supervisor harga pokok, ataupun karyawan – karyawan lainnya.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen perusahaan yang dibutuhkan, yaitu

a) Laporan biaya produksi b) Laporan biaya aktivitas

c) Laporan harga pokok produksi d) Rekapitulasi kuantum pabrik III

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Kuantitatif

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(66)

46

Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari laporan dan data dari pihak manajemen yang meliputi tarif pembuatan Cement Retarder, aktivitas – aktivitas yang terlibat di dalamnya, dan laporan biaya.

2. Data Kualitatif

Adalah data yang berupa penjelasan dan keterangan secara tertulis ataupun hasil wawancara narasumber, seperti data mengenai gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, struktur organisai, perusahaan, dan data lainnya yang mendukung.

3. 4 Prosedur Pengumpulan Data

Pendekatan kualitatif lebih menekankan pada perolehan informasi langsung dari objek penelitian dan tidak adanya pembatasan antara peneliti dengan objek yang diteliti. Prosedur yang digunakan dalam rangka pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan merupakan tahap awal dari prosedur pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti menitikberatkan pada penccarian dan pengumpulan masalah yang akan dibahas dengan mengadakan tinjauan secara tidak langsung pada PT Petrokimia Gresik.

2. Survey Kepustakaan

Survey kepustakaan merupakan suatu teknik pengumpulan data informasi yang berkaitan dengan materi penelitian. Pada studi kepustakaan peneliti mempelajarai teori yang akan digunakan sebagai landasan teoritis dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(67)

konsep yang menunjang sebagai referensi yang akan digunakan untuk membantu memecahkan masalah.

3. Survey Lapangan

Pada studi lapangan, peneliti melakukan pengamatan secara langsung untuk memperoleh data – data yang diperlukan. Beberapa cara yang dilakukan dalam studi lapangan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

a) Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung di lapangan untuk mendapatkan data atau informasi yang sebenarnya dan untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai keadaan permasalahan yang dibahas.

b) Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab langsung kepada pihak – pihak yang terkait dengan bidang yang diteliti, antara lain bagian produksi, keuangan, dan pemasaran.

c) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melihat data yang berupa dokumen dan catatan – catatan perusahaan, mengambil data yang berhubungan dengan obyek dan masalah yang diteliti, seperti profil perusahaan, struktur organisasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(68)

48

perusahaan, laporan keuangan perusahaan dan dokumen – dokumen perusahaan yang lain yang terkait dengan perhitungan Harga Pokok Produksi dengan menggunakan metode yang masih konvensional.

3. 5 Lokasi Penelitian

Perusahaan yang akan diteliti adalah PT Petrokimia Gresik, yang bergerak dalam industri pupuk, bahan baku semen,dan bahan kimia lainnya. Lokasi perusahaan ini sendiri terletak di Jl. Jenderal A. Yani, Gesik.

3. 6 Teknik Analisis

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, pada tahap analisa ini dilakukan pendokumentaian dan penelitian yang berkaitan dengan analisa kemungkinan penerapan activity based costing dalam meningkatkan efisiensi biaya produksi. Dari data – data yang tertulis tersebut maka akan dilakukan teknik analisa sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi tahap – tahap proses produksi yang diterapkan oleh perusahaan untuk menghitung harga pokok produksi.

a) Identifikasi sumber daya, biaya, dan aktivitas yang digunakan.

b) Identifikasi cost driver serta tarifnya untuk masing – masing aktivitas. c) Identifikasi pembebanan biaya overhead ke aktivitas dan pembebanan

biaya masing – masing aktivitas ke produk.

2. Mengumpulkan, mempelajari, dan memahami data urutan – urutan kegiatan produksi serta data lain yang terkait dengan proses produksi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(1)

Hal yang sedemikian itu mungkin disebabkan oleh banyaknya jenis produk yang diproduksi oleh Pabrik III. Yang dapat mengakibatkan pengalokasian biaya menjadi tidak tepat, misalnya biaya yang seharusnya dibebankan ke produk Asam Flousilikat, namun ternyata dibebankan ke produk Cement Retarder.

4.2.6 Evaluasi Perhitungan Harga Pokok Produksi Pembuatan Cement Retarder berdasarkan Activity Based Costing

Menurut perhitungan yang dilakukam oleh Perusahaan, biaya overhead per unit ton Cement Retarder adalah Rp. 136.761,64. Sehingga terdapat selisih sebesar Rp. 19.891,80 bila dibandingkan dengan metode ABC yang ternyata hanya sebesar Rp. 116.869,84 untuk overheadnya.

Perhitungan oleh Perusahaan menurut penulis adalah kurang akurat, karena hanya berdasar satu cost driver saja. Sangat berbeda dengan metode ABC yang menggunakan banyak cost drivers. Sehingga dengan metode ABC, perhitungan HPP untuk Cement Retarder menjadi lebih akurat, tidak terdistorsi, dan lebih efisensi. Karena sebenarnya, HPP menurut perhitungan Perusahaan terlalu tinggi atau over costing sebesar Rp. 19.891,80.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Main Research Question serta pembahasan pada bab – bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. PT Petrokimia Gresik merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) yang bergerak dalam bidang industri pupuk mejemuk dimana selama berdirinya perusahaan ikut berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan pupuk sektor perkebunan besar. Dalam menghitung Harga Pokok Produksi (HPP), perusahaan menggunakan metode perhitungan tradisional dengan pembebanan biaya alokasi bertahap yang sudah merupakan satu kesatuan sistem dalam aplikasi yang dimiliki oleh perusahaan.

2. PT Petrokimia Gresik sama sekali belum menggunakan konsep ABC untuk menghitung Harga Pokok Produksi untuk tiap produknya. Hal tersebut dikarenakan, metode ABC dirasa tidak cocok dengan kondisi Perusahaan yang memiliki berbagai produk yang heterogen.

3. Karena memiliki produk yang sangat heterogen, bahan baku yang dibutuhkan oleh tiap Pabrik juga berbeda – beda. Sedangkan untuk Pabrik III, bahan bakunya adalah Batuan Phosphat dengan Bahan Kimia sebagai bahan penolongnya. Itu pun berbeda – beda jenis dan kadarnya untuk tiap


(3)

4. Bahan baku utama untuk produk Cement Retarder adalah Purified Gypsum.

5. Bahan Kimia, Solar, Minyak Pelumas Pabrik, Biaya Gaji dan Kesejahteraan, Suku Cadang, Bahan Pembantu Pabrik, Biaya Pemeliharaan, Biaya Asurani, Biaya Pajak dan Retribusi, Biaya Jasa, Biaya Penyusutan, Listrik, Katalis, Air Baku, Gas Bumi, Batu Bara merupakan Biaya Overhead Pabrik yang terjadi pada PT Petrokimia Gresik.

6. Proses produksi Cement Retarder dimulai dari Purifying Section, Drying and Calsination Section, dan yang terakhir adalah Granulation Section. Dan kesemua proses tersebut terjadi di dalam Pabrik III.

7. Karena memang Perusahaan belum mengenal konsep ABC, dalam memperhitungkan Harga Pokok Produksinya tidak terdapat pengelompokkan tingkat aktivitas secara mendetail. juga tidak terdapat perhitungan tarif kelompok pada tingkat aktivitas.

8. Biaya Overhead dibebankan dengan menggunakan metode alokasi biaya secara bertahap. Dasar alokasinya mengikuti tingkat konsumsi pusat – pusat biaya. Alokasi pertama pertama dimulai dari pusat biaya yang memberikan manfaat paling besar terhadap suatu produk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

119

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran kepada PT Petrokimia Gresik agar :

1. Hendaknya PT Petrokimia Gresik, khusunya Pabrik III mencoba menggunakan metode perhitungan ABC sehingga dapat meminimalisasi terjadinya distorsi biaya produksi. Serta akan memungkinkan terjadinya efisiensi biaya pada setiap produk perusahaan.

2. Pembebanan biaya melalui tarif departemen dirasa tidak dapat memeberikan akurasi yang tepat pada tiap penyerapan biaya ke tiap – tiap produk Pabrik III. Jadi sebaiknya Pabrik III PT Petrokimia Gresik menggunakan pembebanan Biaya Overhead Pabrik sesuai dengan konsumsi aktivitas terhadap tiap produknya. Seperti yang telah dilakukan oleh penulis pada bab sebelumnya. Sehingga akan didapat akurasi pembebanan biaya yang lebih tepat dan akurat.


(5)

Ahmad, Kamaruddin. 1996. Akuntansi Manajemen : Dasar – dasar Konsep Biaya & pengambilan Keputusan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. 2008. Akuntansi Manajemen. Edisi 8. Terjemahan. Jakarta : Salemba Empat

Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Edisi Kedua. Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

Mulyadi. 2003. Activity Based Costing System. Edisi 6. Yogyakarta : UPP AMP YKPN

Supriyono, R. A. 1987. Akuntansi Manajemen 1 : Konsep Dasar Akuntansi Manajemen dan Proses Perencanaan. Yogyakarta : BPFE

Usry, Carter. 2002. Akuntansi Biaya. Edisi 13. Terjemahan. Jakarta : Salemba Empat

Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen. Edisi kedua. Yogyakarta : UPP AMP YKPN

Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat

... . 2001. Activity Based Cost System. Edisi 8. Yogyakarta : UPP STIM YKPN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

Penelitian :

Ardiansyah, Diangga. 2010. “Pemanfaatan Activity Based Costing (ABC) Dalam Menghitung Harga Pokok Penjualan Pada Kertas HVS 60gsm Bentuk Roll dan Plano di PT Kertas Leeces (persero) Probolinggo”

Danang, Yulian. 2010. “Activity Based Costing (ABC) Sebagai Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi di PT Antar Surya Jaya”

Ristiga, Emi. 2009. “Analisis Pengaruh Non Value Added Activity Tehadap Efisiensi Biaya Produksi (Studi Kasus pada PT Sunpack Melalui Informasi ABC)”

Jurnal :

Meyliana. 2005. “Suatu Tinjauan Mengenai Penetapan Harga Pokok Produk Dengan Menggunakan Activity Based Cost System Dalam Mendukung Pembebanan Biaya Overhead Yang Lebih Akurat”. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol 5. No 1

L. D, Nunik. 2007. :ABC System : Sistem Biaya dalam Mengatasi Kelemahan Sistem Biaya Tradisional”. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol 6. No 2. Hal 88 - 100

Website :

http : // www.petrokimia-gresik.com http ; // www.google.com