PENGARUH KUALITAS BAHAN BAKU DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PT. WARNATAMA CEMERLANG DI GRESIK.

(1)

(Suatu Kasus Pada Perusahaan Di Kabupaten Gresik-Jawa Timur)

SKRIPSI

Diajukan Oleh: Dini Lies Setyowati

0513010138/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

Nya yang telah diberikan kepada peneliti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “PENGARUH KUALITAS BAHAN BAKU DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PT. WARNATAMA CEMERLANG DI GRESIK ”.

Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddinnur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra. Ec. Tituk Diah W, Maks, selaku Dosen Pembimbing Utama, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Staf dan Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak dan Ibu yang tercinta serta kakak yang tersayang yang telah memberikan semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.


(3)

untuk perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan peneliti, semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, Mei 2010

Peneliti


(4)

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR ……….. viii

ABSTRAKSI ………... ix

BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ……….….. 1

1.2. Perumusan Masalah ………...……….….. 8

1.3. Tujuan Penelitian ……….. 8

1.4. Manfaat Penelitian ……….…... 8

BAB II: KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ……….. 10

2.1.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang ……….. 16

2.2. Kajian Teori ……… 17

2.2.1. Pengertian efisiensi ………..………... 17

2.2.2. Pengertian biaya produksi ………..………. 17

2.2.3. Efisiensi biaya produksi ………..……… 18

2.2.4. Pengertian kualitas dan biaya kualitas …………..……….. 19

2.2.4.1. Pengertian kualitas ………..………. 19

2.2.4.2. Pengertian biaya kualitas ………..………… 20

2.2.5. Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas …………... 21

2.2.6. Pengertian produk ………..…………. 22

2.2.7. Pengertian kualitas produk ………..……… 23

2.2.8. Pemborosan produk rusak ………..…………. 24


(5)

produk terhadap efisiensi biaya produksi …………..…….. 26

2.2.11.Pengaruh Kualitas Produk terhadap Efisiensi Biaya Produksi ………... 27

2.3. Diagram kerangka pikir ………..………. 28

2.4. Hipotesis ………..……… 30

BAB III: METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel …………..………31

3.1.1. Definisi Operasional ………..……….…..31

3.1.2. Pengukuran Variabel ………..………..32

3.2. Teknik Penentuan Sampel ………..…………..32

3.2.1. Populasi ...………..……….…..32

3.2.2. Sampel ……….………33

3.3. Teknik Pengumpulan Data ……….….….…33

3.3.1. Jenis Data ………..……….…..33

3.3.2. Sumber Data ………...………. 34

3.3.3. Pengumpulan Data ………..……… 34

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ………..…… 35

3.4.1. Uji Normalitas ……….…….……….. 35

3.4.2. Uji Outlier ……….…….………. 35

3.4.3. Uji Asumsi Klasik ………..………..36

3.4.4. Teknik Analisis dan Regresi ………..………. 40

3.4.5. Uji Hipotesis ………...……… 41

BAB IV: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ………. 44

4.1.1. Profil Perusahaan ……… 44

4.1.2. Fokus pada Pelanggan ………. 46


(6)

4.1.6. Perencanaan Produksi ………. 49

4.1.7. Pengadaan Bahan Baku dan Kemasan ……… 49

4.1.8. Proses Produksi Cat dan Thinner ……… 49

4.1.9. Pelayanan Technis ……….. 50

4.1.10.Pengelolahan Bahan Baku dan Produk Cat dan Thinner…. 51 4.1.11.Identifikasi dan Mamputelusur ………... 51

4.1.12.Anaslisis Data dan Berkesinambungan ……….. 52

4.2. Deskripsi Hasil Analisis ………. 52

4.2.1. Kualitas Bahan Baku (X1) ………. 52

4.2.2. Kualitas Produk (X2) ………. 54

4.2.3. Efisiensi Biaya Produksi (Y) ………. 55

4.3. Analisis Regresi Linier Berganda ……….. 56

4.3.1. Uji Normalitas ……….…….……….. 56

4.3.2. Uji Asumsi Klasik ………..……… 59

4.3.3. Persamaan Regresi Berganda ………. 61

4.4. Uji Hipotesis ………... 62

4.4.1. Uji Kecocokan Model ( Uji F) ……… 62

4.4.2. Uji t ………. 63

4.4.3. Nilai r ² Parsial ……… 64

4.5. Pembahasan ………. 65

4.5.1. Implikasi ……….. 68

4.5.2. Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ……….. 69

4.5.3. Keterbatasan Penelitian ………... 70


(7)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

Tabel 1.1. : Data Efisiensi Biaya Produksi ……… 6

Tabel 2.1. :Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang …….. 16

Tabel 4.1. : Data Kualitas Bahan Baku ... 53

Tabel 4.2. : Data Kualitas Produk ... 54

Tabel 4.3. : Data Efisiensi Biaya Produksi ... 55

Tabel 4.4. : Hasil Uji Normalitas (1) ………... 56

Tabel 4.5. : Hasil Uji Outlier ... 57

Tabel 4.6. : Hasil Uji Normalitas (2) ……… 58

Tabel 4.7. : Nilai VIF (Variance Inflation Factor) ……….. 59

Tabel 4.8. : Korelasi Rank Spearman ……….. 60

Tabel 4.9. : Hasil Uji Durbin Watson ……….. 60

Tabel 4.10. : Persamaan Regresi ……….. 61

Tabel 4.11. : Uji F ... 63

Tabel 4.12. : Hasil Uji t ………... 64

Tabel 4.13. : Nilai r2parsial ... 65

Tabel 4.14. : Rangkuman Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ... 69


(9)

Gambar 2.1. : Pengaruh Kualitas Bahan Baku terhadap Efisiensi Biaya Produksi..25 Gambar 2.2. : Kerangka Pikir ………... 30 Gambar 3.1. : Kurva Uji Autolorelasi ………. 40


(10)

Oleh

Dini Lies Setyowati

ABSTRAK

Kualitas produk merupakan keseluruhan karakteristik produk atau jasa dari rancangan sampai pengiriman produk tersebut ke pelanggan sesuai dengan diharapkan tanpa melalui pembuatan yang berulang-ulang. Untuk memperoleh produk dengan kualitas sesuai dengan yang distandarkan, perusahaan harus mengadakan pengawasan bahkan sebelum proses produksi dimulai. Kualitas adalah tolak ukur relatif terhadap kebaikan. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas bahan baku dan kualitas produk terhadap efisiensi biaya produksi dan untuk mengetahui manakah yang paling dominan antara kualitar bahan baku dan kualitas produk terhadap efisiensi biaya produksi pada PT. Warnatama Cemerlang di Gresik.

PT. WARNATAMA CEMERLANG di Gresik merupakan populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada data bahan baku, produk, jadi biaya produksi dengan data berkala (time series) bulanan, yang diambil 3 tahun mulai januari 2007 sampai desember 2009 dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Kesimpulan yang diambil dari analisis adalah kualitas bahan baku memiliki pengaruh positif yang signifikan dengan efisiensi biaya produksi, sehingga hipotesis ke-1 yang menyatakan “Bahwa kualitas bahan baku dan kualitas produk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi biaya produksi”, teruji kebenarannya. Kualitas bahan baku memiliki pengaruh lebih dominan terhadap efisiensi biaya produksi, sehingga hipotesis ke-2 yang menyatakan “Bahwa kualitas bahan baku lebih berpengaruh secara dominan terhadap efisiensi biaya produksi”, teruji kebenarannya.

Kata Kunci : Kualitas Bahan Baku, Kualitas Produk Dan Efisiensi Biaya Produksi


(11)

x By

Dini Lies Setyowati

Abstract

The product quality is the overall characteristics of products or services from design to delivery of product to customers in accordance with expected without going through the repetitive manufacture. To obtain a product with quality in accordance with a standardized, companies need to conduct surveillance even before production begins. Quality is the benchmark relative to the good. Based on these descriptions, this study aims to determine the effect of raw material quality on product quality and production cost efficiency and to find out where the most dominant among kualitar raw materials and product quality on efficiency of production costs at PT. Brilliant Warnatama in Gresik.

PT. WARNATAMA CEMERLANG in Gresik, a population and sample used in this study focused on the raw data, the product, so the cost of production with periodic data (time series) monthly, taken three years from January 2007 until December 2009 by using purposive sampling technique. The analysis used is multiple linear regression analysis. Conclusions drawn from the analysis is the quality of raw materials has a significant positive effect with the efficiency of production costs, so the first hypothesis which states "That the quality of raw materials and product quality has a significant impact on production cost efficiencies," verified. The quality of raw materials have more dominant influence on efficiency of production costs, so that the second hypothesis which states "That the quality of raw materials is more influential in a dominant effect on the efficiency of production costs", verified.

Keywords: Quality of Raw Materials, Quality Products And Production Cost Efficiency


(12)

2010 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan lajunya pertumbuhan perekonomian di negara ini, makin terasa adanya aktivitas usaha ke arah persaingan untuk meraih pangsa pasar yang terbesar. Perusahaan - perusahaan baru yang menawarkan berbagai macam produk bermunculan, sehingga tidak terelakkan timbulnya persaingan yang semakin kompetitif.

Perkembangan dunia bisnis semakin pesat dan keadaan perekonomian dunia pun dapat berubah, dimana dalam hal ini baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keadaan perusahaan. Pimpinan perusahaan harus mengikuti perkembangan jaman dan perubahan yang terjadi pada segala aspek di lingkungan sehingga mampu mempertahankan kelangsungan hidup. Perusahaan memperoleh laba jika hasil penjualan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Dengan berkembangnya perusahaan, secara otomatis organisasi perusahaan ikut berkembang. Hal ini akan mengakibatkan masalah yang timbul di dalam perusahaan akan semakin luas dan komplek. Apabila keadaan tersebut didiamkan akan mengakibatkan keterbatasan manajemen dalam mengatur mengatur sistem kerja dan financial perusahaan. Untuk dapat memecahkan masalah tersebut, tentunya pimpinan perusahaan dalam mengambil


(13)

kebijakan tidak hanya internal perusahaan, tetapi juga eksternal perusahaan.

Semakin berkembang teknologi dan peradaban manusia, maka cara berpikir mereka sebagai konsumen membeli barang atau jasa tidak lagi hanya untuk memenuhi kebutuhan saja tetapi mereka sudah mulai menggunakan pertimbangan mengenai kualitas barang atau jasa yang mereka beli serta pertimbangan mengenai harga. Kecepatan memenuhi permintaan pasar dengan kualitas produk dan harga bersaing inilah yang diharapkan menghentikan persaingan.

Dengan adanya bahan baku dengan kualitas baik maka akan memberikan kualitas keluaran yang baik pula. Keberhasilan suatu perusahaan dalam pengolahan bahan baku tersebut tergantung dari upaya perusahaan untuk mencari dan memilih dengan teliti bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi. Dengan kualitas bahan baku yang semakin baik maka akan mengurangi terjadinya kesalahan produksi maupun proses produksi ulang. Untuk mendapatkan bahan baku yang bermutu baik maka dilakukan pengujian atau pengetesan bahan baku, maka dapat diketahui bahan baku yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan dan mana yang tidak sesuai. Bila mutu bahan baku sesuai dengan standar yang ditetapkan maka diharapkan adanya produk yang bermutu baik.


(14)

Ketersediaan bahan baku menjadi bagian yang paling penting di dalam proses produksi dan harus ada pada saat dibutuhkan, selain itu faktor yang paling penting adalah ketersediaan mesin-mesin yang siap dioperasikan untuk mengubah bahan bahu menjadi barang jadi yang siap di jual. Semua itu memerlukan pengawasan dan pengendalian dalam penggunaan dan pengoperasiannya agar perusahaan dapat berproduksi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Menurut Mulyadi (2007:14), biaya produksi dibagi menjadi: (1). Biaya bahan langsung, (2). Tenaga kerja langsung, (3). Biaya overhead pabrik. Elemen yang paling penting agar perusahaan dapat merencanakan dan mengendalikan biaya produksi adalah bahan baku, sehingga sesuai dengan tujuan diadakan perencanaan dan pengendalian serta perusahaan dapat menyelenggarakan persediaan bahan baku yang tepat.

Kualitas adalah tolak ukur relatif terhadap kebaikan (Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen, 2001:963).Kualitas produk merupakan keseluruhan karakteristik produk atau jasa dari rancangan sampai pengiriman produk tersebut ke pelanggan sesuai dengan diharapkan tanpa melalui pembuatan yang berulang-ulang. Tanpa memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan, itu berarti mematikan harapan bagi perusahaan di masa yang akan datang, sehingga perusahaan akan menghasilkan produk yang lebih rendah kualitasny. Untuk memperoleh produk dengan kualitas sesuai dengan yang distandarkan, perusahaan harus mengadakan pengawasan bahkan sebelum proses produksi dimulai. Jadi kualitas


(15)

produk yang tinggi merupakan kunci keunggulan bersaing, dimana kualitas bahan bkunya bisa diupayakan dengan cara mengadakan seleksi sumber bahan, pemeriksaan penerimaan bahan dan penjagaan gudang bahan baku perusahaan (Agus Ahyari, 1990:264). Pemrosesan dilanjutkan dengan mengahasilkan produk jadi sebagai hasil produksinya yang diharapkan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi dari pada sebelum diproses dan kemudian menyerahkannya dibagian gudang.

Kemampuan dalam mengendalikan operasi dipakai perusahaan secara efektif dan efisien terutama yang menyangkut dengan peningkatan laba yang dijadikan sebagai evaluasi manajemen perusahaan dan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pimpinan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Zamzami (2002) bahwa kualitas produk mempunyai pengaruh lebih dominan terhadap efisiensi biaya produksi dibanding dengan kualitas bahan baku dikarenakan hasil produk tersebut menjadi patokan sebagai perbaikan yang terus menerus untuk menjadi acuan lebih baik.

PT. WARNATAMA CEMERLANG adalah Perusahaan yang bergerak di Industri Cat dan Thinner di Indonesia, dengan kapasitas produksi yang cukup besar PT. WARNATAMA CEMERLANG dapat melayani permintaan para konsumen yang memusatkan pemasarannya dalam negeri. Banyaknya pesaing–pesaing perusahaan lain untuk memasuki pasar dengan harga yang lebih murah untuk menarik pembeli. Hal ini membuat persaingan menjadi ketat dan kompetitif. Untuk


(16)

menghadapi hal ini kami meningkatkan kualitas bahan baku, kualitas produk dan efisiensi biaya produksi secara terus menerus.

Oleh karena itu, PT. WARNATAMA CEMERLANG sadar bahwa kualitas produk dipengaruhi banyak hal, salah satunya adalah kualitas bahan baku yang digunakan. Bahan baku disini adalah untuk bahan baku cat (resin, solvent, additive, piqment, lainnya), dan bahan baku thinner (solvent yang diambil beberapa persen). Untuk itu pemilihan bahan baku yang berkualitas tinggi merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan.

Sehubungan dengan penelitian yang diadakan pada PT. WARNATAMA CEMERLANG sebagai tujuan obyek penelitian, maka perusahaan ini kurang memperhatikan komponen biaya dari proses produksi. Penyebab dari komponen tersebut adalah tidak adanya kesesuaian dan pemborosan dalam penggunaan bahan baku.

Efisiensi biaya produksi dapat diukur dengan cara membandingkan antara anggaran biaya produksi yang telah ditetapkan dengan realisasi biaya produksi yang digunakan atau terjadi. Jika biaya produksi semakin mendekati anggaran yang ditetapkan maka akan dapat dikatakan bahwa efisiensi biaya produksi telah tercapai.

Adapun untuk data efisiensi biaya produksi mulai tahun 2007 sampai 2009 dapat dilihat tabel di halaman berikutnya:


(17)

Tabel: 1.1 Data Efisiensi Biaya Produksi

PERIODE ANGGARAN REALISASI SELISIH TAHUN BULAN (Rp) (Rp) (Rp)

2007 1 4.429.128.020 4.244.902.731 184.225.289 2007 2 5.491.733.560 5.313.713.446 178.020.114 2007 3 5.522.480.875 5.405.351.010 117.129.865 2007 4 7.026.129.620 6.652.109.072 374.020.548 2007 5 6.635.216.610 7.100.504.450 -465.287.840 2007 6 6.657.714.500 7.309.105.305 -651.390.805 2007 7 7.559.865.200 8.156.338.668 -596.473.468 2007 8 6.012.299.200 6.913.297.195 -900.997.995 2007 9 5.700.457.590 5.616.116.226 84.341.364 2007 10 3.838.679.000 3.724.099.655 114.579.345 2007 11 6.553.844.950 6.387.681.328 166.163.622 2007 12 6.279.688.220 5.974.689.611 304.998.609 2008 13 9.103.380.280 8.841.933.244 261.447.036 2008 14 8.197.493.670 7.629.176.505 568.317.165 2008 15 8.945.047.360 8.348.171.353 596.876.007 2008 16 10.116.850.490 9.812.732.521 304.117.969 2008 17 10.268.479.985 10.107.576.175 160.903.810 2008 18 9.834.027.610 9.421.514.927 412.512.683 2008 19 11.872.909.755 11.726.408.333 146.501.422 2008 20 13.019.787.590 12.334.591.390 685.196.200 2008 21 10.191.531.365 9.869.557.244 321.974.121 2008 22 6.333.430.600 6.193.347.193 140.083.407 2008 23 8.056.999.450 7.937.450.956 119.548.494 2008 24 4.495.788.530 4.368.281.960 127.506.570 2009 25 6.169.752.270 5.944.721.846 225.030.424 2009 26 6.388.479.870 5.961.896.172 426.583.698 2009 27 4.252.833.210 4.024.896.451 227.936.759 2009 28 5.875.267.735 5.553.745.273 321.522.462 2009 29 6.703.572.495 6.564.323.181 139.249.314 2009 30 12.373.090.710 11.600.087.221 773.003.489 2009 31 10.634.305.050 10.031.069.791 603.235.259 2009 32 8.581.199.925 8.270.597.447 310.602.478 2009 33 5.232.299.265 5.092.421.709 139.877.556 2009 34 9.919.812.770 9.601.367.395 318.445.375 2009 35 12.273.452.235 12.032.109.640 241.342.595 2009 36 9.257.114.860 8.964.299.602 292.815.258


(18)

Dari data tersebut pada tahun 2007 telah tampak terjadi kesenjangan antara anggaran biaya produksi yang ditetapkan dengan realisasi biaya produksi yang digunakan. Dimana kesenjangan tersebut terjadi karena adanya tekanan biaya pada bahan baku cat yang terus meningkat secara signifikan. Dampak yang terjadi antara kualitas bahan baku terhadap efisiensi biaya produksi terjadi apabila kandungan kualitas bahan baku tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh perusahaan sehingga terjadi pengujian atau pengetesan berulang-ulang, otomatis juga menambah berat kandungan-kandungan komposisi bahan baku, semakin bertambah pula biaya produksi yang dikeluarkan sehingga pengunaan tidak efisien berdampak pula pada biaya produksi yang tidak efisiensi. Sedangkan dampak yang terjadi antara kualitas produk terhadap efisiensi biaya produksi terjadi apabila hasil produk yang sudah jadi tidak sesuai dengan mutu atau kualitasyang ditetapkan perusahaan sehingga tidak lolos seleksi dari uji kualitas, otomatis akan meningkatkan biaya produksi dimana hasil produk tersebut harus dilakukan proses pengerjaan ulang dan berakibat pemborosan. Sehingga efisiensi biaya produksi tidak bisa ditingkatkan dan sebagai akibatnya profitabilitas perusahaan akan menurun.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti berminat mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas Bahan Baku dan Kualitas Produk terhadap Efisiensi Biaya Produksi pada PT. WARNATAMA CEMERLANG”.


(19)

1.2. Perumusan Masalah

Penelitian dirancang untuk menjawab pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah kualitas bahan baku dan kualitas produk mempunyai pengaruh terhadap efisiensi biaya produksi?

2. Diantara kualitas bahan baku dan kualitas produk manakah yang lebih dominan pengaruhnya terhadap efisiensi biaya produksi?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai :

1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas bahan baku dan kualitas produk terhadap efisiensi biaya produksi.

2. Untuk mengetahui manakah yang paling dominan antara kualitar bahan baku dan kualitas produk terhadap efisiensi biaya produksi.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian dan penyusunan skripsi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian dalam menerapkan pengetahuan teori yang diperoleh selama kuliah dan untuk mengetahui praktek yang sebenarnya dihadapi perusahaan.


(20)

b. Bagi perusahaan

Dari hasil penelitian dapat memberikan masukkan dan menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan serta menentukan kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi. c. Bagi pihak lain

Dipergunakan sebagai bahan bacaan ekonomi yang dapat memberikan kegunaan bagi mahasiswa khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Yosi Afriana Saraswati (2004)

1) Judul : Pengaruh Kualitas Bahan Baku Dan Jam Tenaga Kerja Langsung Terhadap Efisiensi Biaya Produksi Pada PT. SARANA WARNA MEGAH.

2) Perumusan masalah

(1)Apakah kualitas bahan baku dan jam tenaga kerja langsung mempengaruhi peningkatan efisiensi biaya produksi ?

(2)Apakah kualitas bahan baku mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap efisiensi biaya produksi ?

(3)Apakah jam tenaga kerja langsung mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi biaya produksi ?

3) Hipotesis

(1)Diduga bahwa kualitas bahan baku dan jam tenaga kerja langsung secara bersama-sama mempengaruhi secara signifikan terhadap peningkatan efisiensi biaya produksi.


(22)

(2)Diduga bahwa kualitas bahan baku mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan efisiensi biaya produksi.

(3)Diduga bahwa jam tenaga kerja langsung mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan efisiensi biaya produksi.

4) Kesimpulan

(1)Dari pengujian secara silmultan dengan menggunakan uji F, bahwa variabel kualitas bahan baku (X1) dan jam tenaga kerja langsung (X2) berpengaruh signifikan terhadap efisiensi biaya produksi (Y), pada tingkat signifikan 0,05. Pernyataan ini didukung dengan nilai Fhitung 29,098 lebih besar dari Ftabel

sebesar 4,26.

(2)Sedangkan dari pengujian secara parsial menggunakan uji t diperoleh bahwa hasil kualitas bahan baku (X1) dan jam tenaga kerja langsung (X2) berpengaruh signifikan terhadap efisiensi biaya produksi (Y), pernyatan ini didukung dengan nilai t hitung

untuk variabel jam tenaga kerja langsung (X2) sebesar -2,2622 lebih besar dari t tabel sebasar 0,0048.

b. Ahmad Zamzami (2002)

1) Judul : Pengaruh Kualitas Bahan Baku Dan Kualitas Produk Terhadap Efisiensi Biaya Produksi Pada PT. SURYA SAKTI UTAMA.


(23)

2) Perumusan Masalah

(1)Apakah kualitas bahan baku dan kualitas produk mempuyai pengaruh nyata terhadap efisiensi biaya produksi?

(2)Diantara kualitas bahan baku dan kualitas produk manakah yang paling dominan pengaruhnya terhadap efisiensi biaya produksi?

3) Hipotesis

(1)Diduga mempunyai pengaruh nyata antara kualitas bahan baku dan kualitas produk terhadap efisiensi biaya produksi.

(2)Diduga kualitas produk lebih berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi.

4) Kesimpulan

(1)Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian secara simultan dengan menggunakan uji F, maka dinyatakan bahwa kualitas bahan baku dan kualitas produk mempunyai pengaruh yang nyata terhadap efisiensi biaya produksi. Hal ini dibuktikan dari hasil pengujian yang menyatakan bahwa nilai Fhitung sebesar 5,431 lebih dari Ftabel sebesar 4,26 sehingga Fhitung berada di daerah penolakan Ho.

(2)Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t, hipotesis yang menyatakan bahwa kualitas produk mempunyai pengaruh lebih besar dibanding dengan kualitas bahan baku terhadap efisiensi biaya produksi


(24)

tidak teruji kebenarannya, dan pengaruh variabel kualitas bahan baku adalah signifikan karena nilai 3,293 dari variabel kualitas bahan baku lebih besar dibandingkan nilai 2,262 atau berada di daerah Ho. Sedangkan pengaruh dari variabel kualitas produk tidak signifikan karena nilai 3,293 dari variabel kualitas produk berada di daerah terima Ho.

c. Erni Puspanantasari Putri (2006)

1) Jurnal : Peningkatan Kualitas Produk Pengerajin Kulit Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Usahanya Dalam Memperluas Jaringan Pasar.

2) Perumusan Masalah

(1)Faktor-faktor apakah menyebabkan kualitas produk pengrajin kulit rendah

(2)Upaya-upaya apakah yang harus dilakukan dalam

meningkatkan kualitas produknya sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas yang berdampak juga bagi peningkatan pertumbuhan usahanya dalam memperluas jaringan pasar

3) Hipotesis

(1)Faktor yang menyebabkan kualitas produk pengrajin kilit rendah dapat ditinjau dari faktor manusia, mesin material, metode dan modal.


(25)

(2)Upaya untuk meningkatkan kualitas produk pengrajin kulit adalah dengan pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan kualitas dan memperluas jaringan pasar dengan mengikuti pameran produk kecil yang bersifat lokal maupun nasional.

4) Kesimpulan

(1)Kemampuan proses pada karakteristik pengukuran

menunjukan bahwa nilai indeks kapabilitas proses (Cp) pada masing-masing home industri yang diteliti mempunyai nilai Cp<1,00. hal ini berarti proses memiliki kapabilitas yang rendah untuk memenuhi spesifikasi pengukuran yang diharapkan. Demikian pula dengan ukuran indeks kinerja kane (Cpk) berada dalam criteria CPL atau CPU<1,00 yang berarti bahwa proses tidak mampu memenuhi batas spesifikasi bahwa (LSL) maupun atas (USL).

(2)Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kapabilitas proses rata-rata untuk menghasilkan produk yang sesuai (tidak cacat) sebesar 89,03% ({75,4% + 95,7% + 96%}/3) dan produk yang cacat sebesar 10,97% ({ 2,6% + 4,3% + 4%}/3).

d. Vitria Yuliani (2007)

1) Judul : Pengaruh Kualitas Bahan Baku dan Kualitas Produk Terhadap Efektifitas Biaya Produksi Pada PT. SURABAYA MEKABOX DI SURABAYA.


(26)

2) Perumusan masalah

(1)Apakah kualitas bahan baku dan kualitas produk mempunyai pengaruh terhadap efektivitas biaya produksi yang terjadi pada perusahaan PT. SURABAYA MEKABOX ?

(2)Manakah diantara kualitas bahan baku dan kualitas produk yang mempunyai pengaruh lebih dominan terhadap efektivitas biaya produksi di PT. SURABAYA MEKABOX ?

3) Hipotesis

(1)Terdapat pengaruh yang signifikan pada kualitas bahan baku dan kualitas produk terdahap efektivitas biaya produksi.

(2)Kualitas bahan baku mempunyai pengaruh yang paling

dominan terhadap efektivitas biaya produksi. 4) Kesimpulan

(1)Dari hasil penelitian dan pengujian secara simultan dengan menggunakan uji F, bahwa kualitas bahan baku dan kualitas produk mempunyai pengaruh yang nyata terhadap efiktivitas biaya produksi. Pertanyaan ini didukung dengan nilai Fhitung

10,653 lebih besar dari Ftabel sebesar 3,467.

(2)Dari hasil penelitian dan pengujian secara parsial dengan mengunakan uji t, bahwa kualitas produk mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap efektivitas biaya produksi. Pertanyaan ini didukung dengan nilai t hitung untuk variabel


(27)

kualitas produk sebesar 10,653 lebih besar dari t tabel sebesar 3,467.

2.1.1 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

Tabel 2.1 :Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

No. Nama Variabel Sampel Alat uji Hasil

1. Yosi Afriana (2004)

Kualitas bahan baku dan jam tenaga kerja langsung PT. Sarana Warna Megah Regresi linier berganda Terdapat pengaruh antara kualitas bahan baku dan jam tenaga kerja langsung dalam efisiensi biaya produksi 2. Ahmad Zamzami (2002) Kualitas bahan baku dan kualitas produk PT. Surya Sakti Utama Korelasi Pearson Terdapat hubungan antara kualitas bahan baku dan kualitas produk dalam efisiensi biaya produksi 3. Erni Puspanantas ari Putri (2006) Kualitas produk pengerajin kulit dan petumbuhan perusahaan Sentra Industri Kecil Desa Kendensari Kabupaten Sidoarjo Check sheet, Brain storming, Control chart Terdapat pengaruh kualitas produk pengrajin kulit dalam memperluas jaringan pasar 4. Vitria Yuliani (2007) Kualitas bahan baku dan kualitas produk PT. Surabaya Mekabox di Surabaya Regresi linier berganda Terdapat hubungan antara kualitas bahan baku dan kualitas produk dalam efektivitas biaya produksi

5. Dini Lies

Setyowati (2010) Kualitas bahan baku dan kualitas produk PT. Warnatama Cemerlang di Gresik Regresi linier berganda Terdapat hubungan antara kualitas bahan baku dan kualitas produk dalam efisiensi biaya produksi


(28)

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Pengertian efisiensi

Semakin berkembang suatu perusahaan, maka kegiatan dan masalahnya juga semakin kompleks, khususnya masalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Agar suatu perusahaan dapat beroperasi dengan lancar maka banyak kegiatan yang harus dilaksanakan berdasarkan perencanaan dan pengendalian yang cermat maka biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan akan menjadi lebih efisien.

Bhayangkara (2008:13), Efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan output dalam operasional perusahaan. Menurut Supriyono (1994:329), Efisiensi adalah rasio keluaran terhadap masukan atau jumlah keluaran per unit masukan, sedang efisien adalah melaksanakan sesuatu dengan benar.

Jadi untuk pengukuran efisiensi adalah selisih dari masukan yang digunakan dengan keluaran yang dihasilkan, semakin besar keluaran yang dihasilkan dibandingkan dengan keluaran yang digunakan, maka tingkat efisiensi yang dituju akan tercapai.

2.2.2. Pengertian biaya produksi

Menurut Mulyadi (2007:14), biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang


(29)

siap untuk dijual. Menurut Mulyadi (2003:101), biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan atau terjadi difungsi produksi.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi yaitu kegiatan pengelolahan bahan menjadi produk yang siap dijual. Menurut Mulyadi (1981:11), adapun unsur-unsur biaya produksi adalah sebagai berikut:

a. Biaya bahan baku

Adalah harga pokok bahan baku yang diolah didalam proses produksi.

b. Biaya tenaga kerja langsung

Adalah biaya yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara langsung menangani proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.

c. Biaya overhead pabrik

Adalah semua biaya produksi, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung .

2.2.3. Efisiensi biaya produksi

Efisiensi merupakan ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan realisasi penggunaan masukan, maka jika masukan yang sebenarnya digunakan makin besar penghematannya, maka tingkat efisiensinya semakin tinggi dan


(30)

sebaliknya. Jadi efisiensi biaya produksi merupakan kegiatan penghematan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual (Mulyadi,1983:14)

Pengukuran efisiensi dapat dikembangkan dengan cara membandingkan antara biaya yang sesungguhnya dipergunakan dengan standar pembiayaan yang telah ditetapkan, yaitu tentang biaya tertentu yang dapat menggambarkan berapa besar biaya yang dipergunakan untuk dapat menghasilkan jumlah keluaran tertentu. Diharapkan dengan menggunakan biaya produksi seminimal mungkin didapatkan hasil semaksimal mungkin. Jika biaya produksi mendekati standar yang ditetapkan maka dapat dikatakan efisiensi biaya produksi telah tercapai.

2.2.4. Pengertian kualitas dan biaya kualitas 2.2.4.1. Pengertian kualitas

Definisi Hansen and mowen (2005:5) kualitas adalah kepuasan kepuasan pelanggan dimana harapan pelanggan dapat digambarkan melalui atribut-atribut kualitas yang biasa disebut dimensi kualitas. Kualitas dapat pula didefinisikan sebagai kesesuaian suatu produk dengan persyaratan yang diajukan pelanggan (Muhammad Akhyar Adnan, 2000:13). Menurut Don R. Hasen dan Maryane M. Mowen (2001:963), pengertian kualitas merupakan tolak ukur relatif terhadap kebaikan.


(31)

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah ukuran relatif kebaikan atau sesuatu hal yang memenuhi berbagai harapan pelanggan.

2.2.4.2. Pengertian biaya kualitas

Menurut Hansen and mowen (2005:7) kegiatan yang berhubungan dengan kualitas adalah kegiatan yang dilakukan karena mungkin atau terdapat kualitas yang buruk. Biaya-biaya untuk kegiatan-kegiatan tersebut disebut biaya kualitas. Jadi biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya. Biaya dan kualitas merupakan salah satu kesatuan dan bukanlah suatu yang perlu dipertentangkan atau sesuatu yang berlawanan. Oleh karena itu, dalam pengertian ini sangatlah tidak mungkin menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan biaya rendah.

Seperti telah diketahui bahwa mutu suatu barang merupakan kesesuaian dari barang tersebut. Hampir setiap produsen menginginkan suatu hasil dengan mutu terbaik, tetapi selain itu juga produsen menginginkan biaya yang digunakan efisien. Dengan kata lain dengan menghasilkan barang berkualitas baik menggunakan biaya yang lebih murah.

Menurut Assauri (1993:270), biaya kualitas dapat dikelompokkan dalam 3 bagian, yaitu :


(32)

1. Biaya-biaya pencegahan (prevention)

Biaya pencegahan adalah biaya-biaya yang diperlukan dalam melakukan usaha-usaha untuk mencapai suatu mutu yang tertentu agar jangan sampai terjadi produk cacat.

2. Biaya penaksiran (appraisal)

Biaya penaksiran adalah biaya-biaya yang dibutuhkan dalam melakukan pengecekan dan usaha-usaha lainnya yang diperlukan untuk menjaga mutu.

3. Biaya kegagalan (failure)

Biaya kegagalan ada dua bagian, yaitu : biaya kegagalan internal, seperti biaya yang dikeluarkan pada saat pengelolahan (processing) dan biaya kegagalan eksternal yang dikeluarkan setelah produk yang dihasilkan sampai ke tangan pembeli.

2.2.5. Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas

Menurut Assauri (1993:268), mutu dipengaruhi faktor-faktor yang akan menentukan bahwa suatu barang akan dapat memenuhi tujuannya. Oleh karena itu mutu merupakan tingkat pemuasan suatu barang, tingkat mutu tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Fungsi suatu barang

Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi-fungsi untuk apa barang tersebut digunakan sehingga barang yang dihasilkan harus dapat memenuhi kebutuhan konsumennya.


(33)

2. Wujud luar

Salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan oleh konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya. Untuk menentukan mutu barang tersebut adalah wujud luar barang itu. Faktor wujud luar yang terlihat bukan hanya terlihat dari bentuk tetapi juga dari warna, pembungkusan dan lain-lainnya.

3. Biaya barang tersebut

Umumnya biaya dan harga dapat menentukan kualitas dari barang tersebut. Hal ini terlihat jika barang tersebut mempunyai harga mahal pasti berkualitas bagus, namun apabila barang tersebut berharga murah maka dapat menunjukan bahwa kualitas barang tersebut relatif rendah.

2.2.6. Pengertian produk

Menurut Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen (2000:43), produk adalah barang yang diproduksi dengan mengubah bahan baku melalui penggunaan tenaga kerja dan masukan modal seperti pabrik, tanah, dan mesin. Menurut Indriyo Gitosudarmo (2002:67), pengertian produk tidak dapat dilepaskan dengan kebutuhan, karena produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan menurut Agus Ahyari (1987:3), produk adalah hasil kegiatan produksi yang berwujud barang. Di dalam hal ini perlu kiranya untuk


(34)

diketahui bahwa terdapat perbedaan antara produk dan jasa, walaupun keduanya merupakan hasil dari kegiatan produksi.

Dari berbagai definisi diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa produk sebagai hasil dari kegiatan produksi akan mempunyai wujud tertentu, mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tertentu.

2.2.7. Pengertian kualitas produk

Dikatakan produk berkualitas menurut Supriyono (1994:337) apabila produk tersebut memenuhi kriteria yang diharapkan oleh pelanggan, umumnya ada dua macam kualitas yang diakui yaitu :

1. Mutu rancang (quality of design) adalah suatu fungsi berbagai spesifikasi produk.

2. Mutu kesesuaian (quality of conformance) adalah suatu ukuran mengenai bagaimana suatu produk memenuhi berbagai persyaratan atau spesifikasi.

Ahyari (1986:127), kualitas produk adalah merupakan suatu jumlah dari atribut yang dimiliki dari produk ini akan mempunyai aspek, dimana antara satu produk dengan produk yang lainnya akan mempunyai titik berat yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dari masing-masing produksi tersebut. Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan kualitas produk adalah sesuatu nilai lebih yang dimiliki oleh suatu produk untuk memenuhi keinginan konsumen.


(35)

2.2.8. Pemborosan produk rusak

Semakin banyak produk yang berkualitas dihasilkan, maka akan tercapai suatu efiensi biaya produksi, namun apabila semakin banyak produk rusak yang dihasilkan maka akan terjadi suatu pemborosan biaya produksi. Menurut Mulyadi (1999:324), produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang lebih baik. Produk rusak lain dengan sisa bahan merupakan bahan baku yang mengalami kerusakan dalam proses produksi, sehingga belum sempat terjadi suatu produk, sedangkan produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik. Hal ini dapat disimpulkan, kerusakan produk apabila dibandingkan dengan kerusakan bahan baku pengaruhnya terhadap efisiensi biaya produksi lebih berpengaruh kerusakan produk.

Menurut Carter Usry (2004:206) bahwa produk cacat adalah unit yang sudah selesai atau separuh selesai namun cacat dalam hal tertentu. Menurut Don R. Hasen dan Maryanne M. Mowen (2001:964), produk cacat adalah yang tidak memenuhi spesifikasinya.

Dari definisi diatas, dapat diketahui bahwa produk cacat tersebut apabila diperbaiki masih mendatangkan hasil atau masih menguntungkan jika dibandingkan dengan produk yang tidak diperbaiki. Pada perusahaan manufaktur ketidaksempurnaan produk mungkin disebabkan kesalahan dalam bahan baku, tenaga kerja atau mesin. Jika


(36)

produk cacat tersebut diproses kembali dalam satu tahapan atau lebih dibuat dalam standar produk yang dapat di jual, maka hal ini akan lebih menguntungkan untuk dilakukan.

2.2.9. Pengaruh Kualitas Bahan Baku terhadap Efisiensi Biaya Produksi

Bahan baku merupakan dasar yang akan diolah menjadi suatu produk atau merupakan dari kesatuan bentuk dari produk jadi yang merupakan hasil dari proses produksi.

Gambar 2.1. : Pengaruh Kualitas Bahan Baku terhadap Efisiensi Biaya Produksi

Bahan baku merupakan salah satu input yang tidak kalah penting dibandingkan dengan tenaga kerja dan modal. Oleh karena itu pengadaan dan pengawasan kualitas bahan baku sangat penting dilakukan agar kualitas bahan baku yang diterima perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dengan bahan baku yang berkualitas diharapkan produk yang dihasilkan juga berkualitas.

INPUT PROSES OUTPUT


(37)

Penggunaan bahan baku yang berkualitas dapat menekan biaya produksi menjadi serendah mungkin karena tidak perlu ada pengerjaan ulang terhadap produk cacat sehingga pemakaian biaya produksi menjadi lebih efisien.

2.2.10. Teori yang melandasi antara kualitas bahan baku dan kualitas produk terhadap efisiensi biaya produksi.

Teori Marginal Efficiency of Capital, dikemukakan oleh: John. M. Keynes. Keynes mendefinisikan”Marginal Efficiency of Capital sebagai tingkat diskonto yang memberikan nilai konstan kepada hasil-hasil yang akan dicapai pada masa yang akan datang yang sama dengan biaya-biaya produksi benda modal yang bersangkutan”. Keynes dalam Winardi (1975:81).

Menurut Keynes dalam Winardi (1975:80), Efisiensi marginal modal pada umumnya adalah tingkatan hasil bersih tertinggi yang akan diperoleh dari semua benda-benda modal yang dapat menghasilkan keuntungan.

Keynes dalam Winardi (1975:80), berpendapat ada sebuah dalil penting yang menyatakan bahwa invetasi-investasi akan diperluas sedemikian rupa sehingga efisiensi marginal modal akan sama dengan suku bunga. Dalil tersebut didasarkan atas asumsi bahwa para pengusaha serta pemilik harta kekayaan lainnya akan selalu berusaha


(38)

untuk mencapai hasil semaksimal mungkin dari investasi-investasi yang telah mereka keluarkan.

Maksudnya adalah suatu produk yang telah dinyatakan berkualitas atau bebas dari cacat atau kerusakan pada saat proses produksi dapat dipastikan bahwa efisiensinya tinggi sehingga produk yang berkualitas tinggi dapat menarik banyak konsumen untuk membeli produk tersebut. Maka banyak pengusaha akan menanamkan modalnya yang berupa investasi jika investasi yang ditanamkan tersebut memiliki efisiensi yang tinggi, sama halnya dengan konsumen yang akan menanamkan investasinya jika produk yang menjadi investasi tersebut berkualitas dan memiliki efisiensi yang tinggi. Sesuatu yang efisiensi pasti akan banyak diminati.

Teori penawaran oleh Adam Smith (1776) jika harga suatu barang naik maka barang yang ditawarkan juga akan semakin banyak. Seorang produsen berani menawarkan produknya dengan harga yang lebih tinggi daripada harga produk pesaing karena produsen menawarkan produk yang lebih berkualitas. Jadi hasil penelitian ini menunjang hukum penawaran.

2.2.11. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Efisiensi Biaya Produksi

Produksi sering didefinisikan sebagai penciptaan guna, di mana guna berarti kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi dengan perkembangan tekhnologi dan peradaban


(39)

manusia, pengertian tersebut sedikit berubah, konsumen dalam memberi barang atau jasa mulai mempertimbangkan kualitas dan harga yang dibelinya. Kualitas memberikan dampak pada bisnis melalui dua cara yaitu terhadap biaya produksi dan pendapatan. Proses produksi yang memperhatikan kualitas akan menghasilkan produk yang bebas dari kerusakan. Ini berarti dihindarkan terjadinya pemborosan sehingga ongkos produksi per unit akan menjadi rendah yang gilirannya akan membuat harga produk menjadi lebih kompetitif.

Hasil produksi yang sudah sesuai atau lolos seleksi dari uji kualitas yang ditentukan sudah melaksanakan program pengendalian kualitas secara konsisten. Jadi untuk kualitas produk dapat dijelaskan bahwa dengan mengurangi produk cacat yang dihasilkan maka akan menghindari adanya pengerjaan ulang yang berarti adanya penghematan biaya produksi secara efisien.

2.3. Diagram kerangka pikir

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diambil premis-premis yang kemudian dari premis tersebut akan disimpulkan sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam mengemukakan hipotesis, maka premis-premisnya sebagai berikut :


(40)

 Premis 1

Kualitas produk mempunyai pengaruh lebih besar dibanding dengan kualitas bahan baku terhadap efisiensi biaya produksi. (Ahmad Zamzami:2002).

 Premis 2

Kualitas bahan baku mempunyai pengaruh yang lebih dominan dibandingkan dengan jam tenaga kerja langsung terhadap efisiensi biaya produksi. (Yosi Afriana Saraawati:2004).

 Premis 3

Kualitas produk pengrajin kulit di pengaruhi oleh pengembangan sumber daya manusia, pelatihan kualitas dan perluasan jaringan pasar. (Erni Puspanantasari Putri:2006).

 Premis 4

Biaya bahan baku berpengaruh nyata terhadap biaya produksi. (Mulyadi:2003).

Dari premis-premis diatas dapat disimpulkan dalam bentuk kerangka pikir yang merupakan pola pikir yang menunjukkan pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen yang diteliti.

Dalam penelitian ini kerangka pikir dapat digambarkan, sebagai berikut :


(41)

Gambar 2.2. : Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis

Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka dilakukan perumusan hipotesis sebagai berikut:

a. Bahwa kualitas bahan baku dan kualitas produk mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi biaya produksi.

b. Bahwa kualitas bahan baku lebih berpengaruh secara dominan terhadap efisiensi biaya produksi.

Kualitas bahan baku (X1)

Kualitas produk (X2)

Efisiensi biaya produksi (Y)


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nazir, 1988:152).

Varibel-variabel yang berhubungan dengan hipotesis dalam penelitian ini :

a. Kualitas bahan baku (X1)

Yaitu komposisi bahan baku yang digunakan sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan untuk dilakukan proses produksi menjadi produk jadi.

b. Kualitas produk (X2)

Yaitu suatu hasil produk yang telah lolos dari segala macam uji kualitas yaitu kekuatan, mutu dan spesifikasi yang ditetapkan oleh perusahaan.

c. Efisiensi biaya produksi (Y)

Yaitu biaya yang digunakan untuk proses produksi dengan menggunakan biaya seminimal mungkin untuk memperolah output yang semaksimal mungkin dengan tetap memperhatikan kualitas.


(43)

3.1.2. Pengukuran Variabel

a. Kualitas bahan baku (X1)

Diukur dengan keseluruhan bahan baku dalam proses produksi yang lolos dari uji kualitas yang dinyatakan dalam Kg, termasuk skala rasio. b. Kualitas produk (X2)

Diukur dengan keseluruhan hasil produk jadi yang lolos dari uji kualitas,yang dinyatakan dalam Unit, termasuk skala rasio.

c. Efisiensi biaya produksi (Y)

Diukur dengan selisih antara anggaran yang ditetapkan dengan realisasi yang digunakan dinyatakan dengan prosentase, termasuk skala rasio.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain yang akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004:44).

Populasi obyek penelitian ini adalah PT. WARNATAMA CEMERLANG di Gresik dengan menggunakan data tahunan, mulai berdiri sampai dengan sekarang.


(44)

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan kerakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono, 2004:45).

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu penarikan sampel dengan tujuan-tujuan tertentu yaitu sample yang digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada data bahan baku, produk jadi, biaya produksi dengan data berkala (time series) bulanan, yang diambil 3 tahun mulai januari 2007 sampai desember 2009.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Menurut cara perolehannya, jenis data terdiri dari dua kelompok yaitu data primer dan data sekunder (Djarwanto, 2001:21). Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah:

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari perusahaan, khususnya yang ada hubungannya dengan laporan biaya produksi, kualitas bahan baku dan kualitas produk.


(45)

2. Data Sekunder

Data yang sudah ada dan disusun pihak perusahaan seperti, struktur organisasi, sejarah perusahaan, aliran proses produksi, laporan biaya produksi, kualitas bahan baku, dan kualitas produk.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data merupakan asal mula pengambilan data, dimana sumber data dalam penelitian berasal dari intern perusahaan yaitu PT. WARNATAMA CEMERLANG di Gresik, khususnya berasal dari bagian keuangan dan produksi.

3.3.3. Pengumpulan Data

a. Observasi

Pengumpulan data dengan melakukan peninjauan langsung ke perusahaan yang berupa pengamatan dan pencatatan.

b. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data historis perusahaan yang telah didokumenkan dan masih berlaku saat ini.

c. Interview

Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara wawancara dengan manejer produksi untuk memperoleh keterangan langsung atas pertanyaan sekitar permasalahan yang dibahas.


(46)

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogorov_Smirnov (Sumarsono, 2004:40). Ukuran untuk menetukan normalitas adalah : a. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka

distribusi adalah tidak normal.

b. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal.

3.4.2. Uji Outlier

Data outlier adalah data yang secara nyata berbeda dengan data-data yang lain. Data outlier bisa terjadi karena beberapa sebab, yaitu :

1. Kesalahan dalam pemasukan data 2. Kesalahan dalam pengambilan sampel

3. Memang ada data-data ekstrim yang tidak bisa dihindarkan

keberadaannya.

Deteksi adanya outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang batas yang dikategorikan sebagai outlier dengan cara mengkonversikan nilai data penelitian kedalam standart score atau disebut juga dengan Z-score yang mempunyai nilai rata-rata nol dan standart deviasi satu. Rumus z-score :


(47)

X x z 

dimana :

x = Nilai data X = Nilai rata-rata

 = Standar deviasi

Jika sebuah data outlier, maka nilai Z yang didapat lebih besar dari angka +1,96 atau lebih kecil dari angka -1,96. Jika dilihat pada tabel z, nilai z = 1,96 sama dengan luas daerah di bawah kurva normal sebesar 97,5%. Hal ini berarti 97,5% dari seluruh nilai data adalah data yang normal atau jika data tersebut bervariasi dari rata-ratanya, variasi tersebut masih dalam batas normal. (Santoso, 2002 : 26).

3.4.3. Uji Asumsi Klasik a. Multikoliniearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya koreksi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendektesi ada atau


(48)

tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:

 Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempenaruhi variabel dependen.

 Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinieritas. Multikolinieritas disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.

 Multikolinieritas juga dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflotion factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregresi terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel-variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama


(49)

dengan nilai VIF > 10. setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinieritas yang masih dapat ditolerir (Imam Ghozali,2005:91)

b. Heteroskedastisitas

Perhitungan ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara menentukan formulasi regresi berganda dengan menggunakan residual sebagai indikator terikat (Algifari, 1997 : 76). Hal ini dapat diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus pengujian korelasi Rank Spearman korelasi adalah :

rs =

1 N N

d 6

1 2

2 i

Jika nilai signifikan koefisien korelasi Rank Spearman untuk semua variabel bebas terhadap residual lebih besar dari level of significant (0,05) maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas..

c. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi-korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional) (Gujarati, 1995 : 201). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi, artinya nilai residual (Y observasi – Y prediksi) pada waktu ke-i (et) tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode sebelumnya (et-1).


(50)

Identifikasi ada atau tidaknya autokorelasi, dapat dites dengan menghitung nilai Durbin Watson (d tes) dengan persamaan :

d =

     N t 1 t t 2 N t 2

t 1 t1

2

e

e

e

……….. (Gujarati, 1995 : 215)

Keterangan :

d = nilai Durbin Watson

et = Residual pada waktu ke-t

et-1 = Residual pada waktu ke-t-1 (satu periode sebelumnya)

N = Banyaknya data

Untuk mendiagnosa adanya autokorelasi dalam suatu model

regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 3.1 : Kriteria Uji Durbin Watson

Nilai d Kesimpulan

0 < d < dL Ada autokorelasi positif

dL d  dU Tidak ada kesimpulan

dU < d < 4-dU Tidak ada autolorelasi

4-dU d  4-dL Tidak ada kesimpulan


(51)

Gambar 3.1 : Kurva Uji Autolorelasi

3.4.4. Teknik Analisis dan Regresi

Teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan persamaan regresi linier berganda. Untuk melihat besar kecilnya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat dinyatakan sebagai berikut : Efisiensi biaya produksi (Y) = Variabel terikat

Kualitas bahan baku (X1) = Variabel bebas Kualitas Produk (X2) = Variabel bebas Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e

Sumber: (Djarwanto,2001:186) Keterangan:

Y = efisiesi biaya produksi

a = konstanta

b1 b2 = koefisien regresi

Ada autokorelasi positif

Daerah keragu-raguan

Daerah keragu-raguan

Ada autokorelasi negatif

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada autokorelasi negatif


(52)

X1 = kualitas bahan baku X2 = kualitas produksi

e = pengganggu

3.4.4. Uji Hipotesis a. Uji F

Digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan prosedur sebagai berikut :

1) Ho : ß1 = ß2 = … = ßj = 0 (X1 , X2 bersama Xj tidak berpengaruh terhadap Y).

Ha : salah satu dari ßj ≠ 0 (X1 , X2 bersama Xj berpengaruh terhadap Y).

2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan K : jumlah variabel.

3) Dengan F hitung : R ² / k

(1 – R ² )/ n – k – 1 Keterangan:

F hitung = F hasil perhitungan

R = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel determinasi


(53)

4) Kriteria pengujian sebagai berikut :

a. Apabila nilai probabilitas  0,05 maka H0 diterima dan H1

ditolak

b. Apabila nilai probabilitas  0,05 maka H0 ditolak dan H1

diterima

Sumber: Anonim(2009:L22)

b. Uji t

Digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan prosedur sebagai berikut : 1) Ho : ßj = 0 (tidak terdapat pengaruh X1 atau X2 terhadap Y)

Ho : ßj ≠ 0 (terdapat pengaruh X1 atau X2 terhadap Y) Dimana j = 1,2,… … …, k : variabel ke j sampai dengan ke k 2) Dalam penelitian ini digunakab tingkat signifikan 0,05 dengan

derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan K : jumlah variabel.

3) Dengan t hitung : t hit = bj

se (bj) Keterangan :

t hit = t hasil perhitungan

bj = Koefisien regresi Se bj = Standar eror


(54)

4) Kriteria pengujian sebagai berikut:

a. Apabila nilai probabilitas  0,05 maka H0 diterima dan H1

ditolak

b. Apabila nilai probabilitas  0,05 maka H0 ditolak dan H1

diterima


(55)

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Profil Perusahaan

PT. Warnatama Cemerlang adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri Cat dan Thinner yang didirikan pada tahun 1996. Dalam melaksanakan pekerjaannya, PT. Warnatama Cemerlang sangat menyadari pentingnya mutu produk terhadap pelanggan dan pihak-pihak yang terkait dimana perusahaan beroperasi.

PT. Warnatama Cemerlang mempunyai komitmen dalam melakukan proses operasional sesuai dengan permintaan dan persyaratan pelanggan serta ketentuan yang berlaku sehingga dapat memuaskan pelanggan. PT. Warnatama Cemerlang mewujudkan komitmen tersebut dengan menerapkan Sistem Manajemen Mutu yang mengacu pada persyaratan ISO 9001:2000, suatu Sistem Manajemen yang diakui secara internasional. PT. Warnatama Cemerlang berkembang menjadi perusahaan yang handal yang mengaplikasikan tegnologi paling efisien pada proses produksi sambil menawarkan produk-produk dan layanan berkualitas kepada pelanggan. Tujuan utama dari PT. Warnatama Cemerlang sebagai sebuah

perusahaan muda, fleksibel dan agresif adalah untuk menghadirkan produk cat dan thinner berkualitas bagi industri dan dekorasi sesuai kebutuhan


(56)

pelanggan. Produk-produk cat dan thinner dikembangkan dan diproduksi memenuhi semua persyaratan yang dibutuhkan.

Manajemen percaya bahwa kepuasan pelanggan telah menjadi salah satu elemen penting bagi keberhasilan perusahaan.dengan moto perusahaan “quality is everything” PT. Warnatama Cemerlang menjalankan bisnis secara professional dan selalu berusaha keras untuk memproduksi produk berkualitas tinggi.

PT. Warnatama Cemerlang menghasilkan produk-produk sebagai berikut: 1. Solvent Base:

a. Cat (1K)

1. Nitrocellulose 2. Acrylic

3. Synthetic Enamel 4. Stoving

b. Cat (2K) 1. Melamine 2. Poly Urethane 3. Epoxy

4. Poly Esther c. Thinner

1. Thinner Laquer 2. Thinner Melamine 3. Thinner PU


(57)

4. Thinner Epoxy 5. Thinner A Special 6. Thinner A

7. Thinner B 2. Water Base:

a. Wood Coating Water Base b. Decorative Paint (Cat Tembok)

1. Cemerlang 2. Q-tex 3. Columbus c. Stain Color

Pelanggan utama produk PT. Warnatama Cemerlang adalah pelanggan industri dan pelanggan retail yang diwakili oleh distributor tunggal yang bekerjasama dengan perusahaan dalam memasarkan produk.

4.1.2. Fokus pada Pelanggan

Pimpinan PT. Warnatama Cemerlang memastikan bahwa persyaratan/permintaan pelanggan ditetapkan dan dipenuhi dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan mereka akan produk perusahaan. Penetapan dan pemenuhan persyaratan pelanggan dilakukan melalui penyediaan produk cat dan thinner yang sesuai sengan perintaan pelanggan baik dari segi mutu, harga maupun pelayanan yang diberikan.


(58)

4.1.3. Tanggung jawab, Wewenang dan Komunikasi

Pimpinan PT. Warnatama Cemerlang menetapkan tanggung jawab dan wewenang serta mengkomunikasikannya pada fungsi/bagian terkait. Tanggung jawab dan wewenang didokumentasikan dalam bentuk job description untuk masing-masing posisi dalam struktur organisasi. Setiap karyawan dipastikan memahami dan mampu menjalankan pekerjaan sesuai dengan job description masing-masing.

4.1.4. Manajemen SDM

Manajemen PT. Warnatama Cemerlang menyediakan dan menetapkan sumber daya yang diperlukan bagi proses produksi dan tercapainya sasaran mutu perusahaan. Sumber daya yang diperlukan meliputi sumber daya manusia, prasarana dan sarana serta kesediaan anggaran yang sesuai dengan perencanaannya.

Penyelenggaraan pengelolahan keuangan perusahaan terkait implementasi sistem manajemen mutu meliputi kegiatan penagihan dan pembayaran. Hal ini dilakukan dalam rangka mengendalikan aktifitas keuangan secara professional, accountanble dan auditable guna mendukung kelancaran operasi perusahaan.

Pengeloaan SDM dilakukan berdasarkan formasi ketenagaan yang ada dan didasarkan atas kebutuhan tiap-tiap bagian. Para karyawan dilatih secara eksternal maupun internal. Pelatihan eksternal adalah pelatihan yang diadakan oleh instansi/lembaga diluar PT. Warnatama Cemerlang.


(59)

Sedangkan pelatihan internal adalah pelatihan yang diselenggarakan oleh PT. Warnatama Cemerlang aebagai sarana pembelajaran karyawan di lingkup PT. Warnatama Cemerlang.

4.1.5. Sarana dan Prasarana

PT. Warnatama Cemerlang melalui bagian Maintenance melaksanakan kegiatan koordinasi pelaksanaan dan pengoptimalan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang diperlukan dalm proses realisasi produk meliputi: penentuan sistem palaksanaan reparasi/perbaikan di bidang mekanikal, instrumntasi, elektrikal yang berkaitan dengan fasilitas produk dan fasititas lainnya serta koordinasi dengan funsi terkait untuk menilai kalaiyakan semua fasilitas produksi. PT. Warnatama Cemerlang melalui fungsi delivery melaksanakan

pengelolaan dan penyediaan layanan fasilitas transportasi pengiriman produk cat dan thinner kepada pelanggan.

Sistem pencatatan kegiatan pada PT. Warnatama Cemerlang dilakukan secara komputerisasi menggunakan program SQL. Fungsi IT di PT. Warnatama Cemerlang bertanggung jawab dalam perencanaan, implementasi dan pemeliharaan sistem komputerisasi yang digunakan dan memastikan seluruh proses kegiatan tercatat dan mampu telusur untuk kepentingan evaluasi.


(60)

4.1.6. Perencanaan Produksi

Bagian PPCI PT. Warnatama Cemerlang melaksanaan koordinasi perencanaan produksi berdasarkan Sales Order yang diterima. Perencanaan produksi dilakukan berdasarkan informasi stok produk, rencana pembelian dan penggunaan bahan baku, data mesin yang beroperasi, formulasi, kalkulasi biaya produksi, hingga perhitungan hasil produksi.

4.1.7. Pengadaan Bahan Baku dan Kemasan

PT. Warnatama Cemerlang melakukan proses penyediaan bahan baku dan kemasan untuk mendukung proses produksi dengan pembeli melalui fungsi/Seksi Purchasing.

Setiap kali Supplier melakukan pengiriman bahan baku dan kemasan ke PT. Warnatama Cemerlang, Seksi gudang Bahan Baku memeriksa barang yang datang sesuai dengan dokumen Purchase Order, termasuk jumlah dan spesifikasi barang. Pengendalian mutu terhadap bahan baku dilakukan melalui pengujian oleh Seksi QC.

Setiap permintaan penggunaan bahan baku dan kemasan untuk keperluan produksi akan diproses oleh Gudang Bahan Baku sesuai dengan permintaan dari PPCI.

4.1.8. Proses Produksi Cat dan Thinner

Produksi cat dan thinner PT. Warnatama Cermelang dimulai dari persiapan bahan hingga cat dan thinner dikemas sesuai dengan permintaan


(61)

pelanggan. Langkah-langkah persiapan produksi cat dan thinner dilakukan sesuai dengan Surat Order Produksi dari PPCI yang diterjemahkan menjadi Surat Perintah Produksi (Formulasi).

Berdasarkan Surat Perintah Produksi, fungsi Produksi memproduksi cat maupun thinner dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengadukan (Mixing)

b. Pencampuran warna (Matching) c. Pengemasan (Packing)

Setelah mendapatkan bahan baku dari GBB yang meliputi Solvent, Resin, Additivie, piqmet, lainnya. Maka petugas produksi mencampurkan bahan baku sesuai petunjuk dalam formulasi produksi kedalam tengki, kemudian diaduk selama beberapa waktu sesuai kebutuhan dalam formulasi. Kemudian proses pewarnaan, Warna disesuaikan dengan warna yang diminta oleh Customer, setelah sesuai dengan standart maka dilanjutkan dengan proses pengemasan.

Kemasan yang dipakai juga disesuaikan dengan permintaan Customer. Untuk menjamin mutu hasil produksi, dilakukan pengujian hasil produksi cat maupun thinner sebelum dikemas.

4.1.9. Pelayanan Tennis

PT. Warnatama Cemerlang memiliki fungsi Technical Service yang berperan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan terkait aplikasi penggunaan produk cat dan thinner yang dihasilkan oleh perusahaan.


(62)

Fungsi Technical Service merupakan perpanjangan tangan perusahaan dalam memberikan informasi penggunaan produk, penanganan keluhan pelanggan terhadap aplikasi produk, menggali informasi produk-produk cat dan thinner yang beredar di pasar, melakukan validasi hasil riset/pengembangan di pelanggan, pengumpulan dan menyajikan data performance produk sebagai bahan evaluasi bagi produksi.

Pembagian kerja fungsi Technical Service dilakukan berdasarkan wilayah atau area, dimana perusahaan juga menempatkan personil Technical Service di tempat pelanggan sebagai bentuk pelanyanan agar produk yang digunakan pelanggan teraplikasi dengan baik

4.1.10. Pengelolaan Bahan Baku dan Produk Cat dan Tinner

Manajemen PT. Warnatama Cemerlang melalui fungsi Gudang Bahan Baku melaksanakan pengelolaan bahan baku dan kemasan, yang meliputi penerimaan bahan baku dan kemasan dari suplier, pengendalian penympanannya, dan pengeluaran bahan baku dan kamasan untuk keperluan produksi. Hasil produksi cat dan thinner diserahkan oleh Seksi Produksi ke Gudang Produksi sebagai tempat penampungan hasil produksi sebelum disimpan di Gudang Barang Jadi.

4.1.11. Identifikasi dan Mamputelusur

PT. Warnatama Cemerlang mengidentifikasi produk dengan Lot Number yang tercantum Pada setiap Produknya. Status produk dipantau


(63)

melalui identifikasi oleh fungsi QC dan Gudang Bahan Baku dan Gudang Barang Jadi. Bahan baku dan kemasan yang sudah dicek diidentifikasi dengan cara yang sesuai di Gudang Bahan Baku. Dalam proses produksi, produk diidentifikasi berdasarkan hasil pengujian dari QC. Produk yang sesuai dapat dilanjutkan untuk proses pengemasan, sedangkan yang tidak sesuai diproses lebih lanjut sesuai ketentuan. Barang yang ada di Gudang Barang jadi diidentifikasi dengan cara yang sesuai untuk memudahkan proses pengiriman ke pelanggan.

4.1.12. Analisis Data dan Peningkatan Berkesinambungan

Kegiatan pelaksanaan analisis data dan peningkatan berkesinambungan meliputi penentuan pandumpulan dan analisis data pencapaian kinerja seluruh proses kegiatan, sasaran dan sistem manajemen sebagai dasar untuk peningkatan berkesinambungan.

4.2. Deskripsi Hasil Analisis 4.2.1. Kualitas Bahan Baku (X1)

Diukur dengan keseluruhan bahan baku dalam proses produksi yang lolos dari uji kualitas yang dinyatakan dalam Kg, termasuk skala rasio. Berikut ini data kualitas bahan baku pada PT. Warnatama Cemerlang mulai dari tahun 2007 sampai tahun 2009 adalah:


(64)

Tabel 4.1 : Data Kualitas Bahan Baku PT. Warnatama Cemerlang Mulai Dari Tahun 2007 Sampai Tahun 2009 (dalam kg)

Tahun No. Bulan

2007 2008 2009

1 Januari 495.276 1.101.908 659.817

2 Februari 581.608 857.170 687.273

3 Maret 587.685 952.376 486.632

4 April 820.264 1.590.121 590.401

5 Mei 546.044 1.865.824 750.571

6 Juni 585.619 1.506.688 2.857.544

7 Juli 697.716 2.983.271 1.789.658

8 Agustus 520.525 3.491.262 919.802

9 September 617.233 1.680.903 578.851

10 Oktober 475.258 698.255 1.532.332

11 Nopember 725.814 850.393 2.258.263

12 Desember 699.023 521.738 1.198.026

Rata-rata 612.672 1.508.326 1.192.431 Sumber : Lampiran IV

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kualitas bahan baku tertinggi tahun 2007 terjadi pada bulan April sebesar 820.264 kg sedangkan kualitas bahan baku terendah terjadi pada bulan Oktober sebesar 475.258 kg.

Kualitas bahan baku tertinggi tahun 2008 terjadi pada bulan Agustus sebesar 3.491.262 kg sedangkan kualitas bahan baku terendah terjadi pada bulan Desember sebesar 521.738 kg.

Kualitas bahan baku tertinggi tahun 2009 terjadi pada bulan Juni sebesar 2.857.544 kg sedangkan kualitas bahan baku terendah terjadi pada bulan Maret sebesar 486.632 kg.

Rata-rata kualitas bahan baku yang dihasilkan oleh PT. Warnatama Cemerlang, Gresik mengalamai peningkatan dan penurunan, dimana tahun 2008 mengalami kenaikan dari 612.672 kg menjadi 1.508.326 kg, dan tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 1.192.431 kg.


(65)

4.2.2. Kualitas Produk (X2)

Diukur dengan keseluruhan hasil produk jadi yang lolos dari uji kualitas,yang dinyatakan dalam Unit, termasuk skala rasio. Berikut ini data kualitas produk pada PT. Warnatama Cemerlang mulai dari tahun 2007 sampai tahun 2009 adalah:

Tabel 4.2 : Data Kualitas Produk PT. Warnatama Cemerlang Mulai Dari Tahun 2007 Sampai Tahun 2009 (dalam unit)

Tahun No. Bulan

2007 2008 2009

1 Januari 19.049 48.029 25.704

2 Februari 24.153 29.335 23.748

3 Maret 26.880 33.023 18.023

4 April 30.046 67.896 21.391

5 Mei 30.920 89.660 35.388

6 Juni 40.527 57.245 101.547

7 Juli 45.160 145.810 64.099

8 Agustus 39.108 129.354 36.645

9 September 30.094 70.894 26.292

10 Oktober 20.485 31.935 62.450

11 Nopember 33.236 41.062 156.422

12 Desember 26.181 23.339 58.012

Rata-rata 30.487 63.965 52.477

Sumber : Lampiran IV

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kualitas produk tertinggi tahun 2007 terjadi pada bulan Juli sebesar 45.160 unit sedangkan kualitas produk terendah terjadi pada bulan Januari sebesar 19.049 unit.

Kualitas produk tertinggi tahun 2008 terjadi pada bulan Juli sebesar 145.810 unit sedangkan kualitas produk terendah terjadi pada bulan Desember sebesar 23.339 unit.

Kualitas produk tertinggi tahun 2009 terjadi pada bulan Nopember sebesar 156.422 unit sedangkan kualitas produk terendah terjadi pada bulan Maret sebesar 18.023 unit.


(66)

Rata-rata kualitas produk yang dihasilkan oleh PT. Warnatama Cemerlang, Gresik mengalamai peningkatan dan penurunan, dimana tahun 2008 mengalami kenaikan dari 63.965 unit menjadi 30.487 unit, dan tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 52.477 unit.

4.2.3.Efisiensi Biaya Produksi (Y)

Diukur dengan selisih antara anggaran yang ditetapkan dengan relaisasi yang digunakan, dalam Rupiah, dinyatakan dengan prosentase, termasuk skala rasio. Berikut ini data efisiensi biaya produksi pada PT. Warnatama Cemerlang mulai dari tahun 2007 sampai tahun 2009 adalah: Tabel 4.3 : Data Efisiensi Biaya Produksi PT. Warnatama Cemerlang Mulai

Dari Tahun 2007 Sampai Tahun 2009 (dalam %) Tahun No. Bulan

2007 2008 2009

1 Januari 4,16 2,87 3,65

2 Februari 3,24 6,93 6,68

3 Maret 2,12 6,67 5,36

4 April 5,32 3,01 5,47

5 Mei -7,01 1,57 2,08

6 Juni -9,78 4,19 6,25

7 Juli -7,89 1,23 5,67

8 Agustus -14,99 5,26 3,62

9 September 1,48 3,16 2,67

10 Oktober 2,98 2,21 3,21

11 Nopember 2,54 1,48 1,97

12 Desember 4,86 2,84 3,16

Rata-rata -1,08 3,45 4,15

Sumber : Lampiran IV

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa efisiensi biaya produksi tertinggi tahun 2007 terjadi pada bulan Desember sebesar 4,86% sedangkan

efisiensi biaya produksi terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar -14,99%.


(67)

Efisiensi biaya produksi tertinggi tahun 2008 terjadi pada bulan Februari sebesar 6,93% sedangkan efisiensi biaya produksi terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 1,23%.

Efisiensi biaya produksi tertinggi tahun 2009 terjadi pada bulan Februari sebesar 6,68% sedangkan efisiensi biaya produksi terendah terjadi pada bulan Nopember sebesar 1,97%.

Rata-rata efisiensi biaya produksi yang dihasilkan oleh PT. Warnatama Cemerlang, Gresik mengalamai peningkatan, dimana tahun 2008 mengalami kenaikan dari -1,08% menjadi 3,45% kg, dan tahun 2008 menjadi 4,15%.

4.3. Analisis Regresi Linier Berganda 4.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak (Sumarsono, 2004: 40). Uji normalitas dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov Smirnov. Adapun hasil dari pengujian normalitas adalah :

Tabel 4.4 : Hasil Uji Normalitas (1)

No. Variabel Penelitian Kolmogorov Smirnov

Tingkat Signifikan 1.

2. 3.

Kualitas bahan baku (X1) Kualitas produk (X2) Efisiensi biaya produksi (Y)

1,447 1,367 1,859

0,030 0,048 0,002 Sumber : Lampiran II

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat ditunjukkan bahwa variabel kualitas bahan baku (X1), kualitas produk (X2) dan efisiensi biaya produksi


(68)

(Y) tidak berdistribusi normal, karena tingkat signifikan yang dihasilkan kurang dari 5% (sig > 0,05).

Salah satu uji statistik yang dapat digunakan untuk menormalkan suatu data adalah uji outlier. Suatu observasi dikatakan outlier jika nilai zscore-nya ± 1,96. Berikut ini hasil uji outlier pada variabel kualitas bahan baku (X1), kualitas produk (X2) dan efisiensi biaya produksi (Y):

Tabel 4.5 : Hasil Uji Outlier

Descriptive Statistics

36 -,79961 3,13739 ,0000000 1,00000000 36 -,87898 3,05116 ,0000000 1,00000000 36 -3,62615 1,00495 ,0000000 1,00000000 36

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Zscore(x1)

Zscore(x2) Zscore(y) Valid N (listwise)

Sumber : Lampiran II

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa pada variabel kualitas bahan baku (X1), kualitas produk (X2) dan efisiensi biaya produksi (Y) terdapat outlier, karena nilai z-score yang dihasilkan melebihi selang ± 1,96. Observasi yang dikategorikan sebagai outlier pada variabel kualitas bahan baku (X1), kualitas produk (X2) dan efisiensi biaya produksi (Y), adalah sebagai berikut :

1. Observasi ke-6 yaitu bulan Juni 2007, pada variabel efisiensi biaya produksi (Y) dengan nilai zscore sebesar -2,52542.

2 Observasi ke-7 yaitu bulan Juli 2007, pada variabel efisiensi biaya produksi (Y) dengan nilai zscore sebesar –2,12611.

3. Observasi ke-8 yaitu bulan Agustus 2007, pada variabel efisiensi biaya produksi (Y) dengan nilai zscore sebesar -3,62615.


(69)

4. Observasi ke-19 yaitu bulan Juli 2008, pada variabel kualitas bahan baku (X1) dengan nilai zscore sebesar 2,44127 dan variabel kualitas produk (X2) dengan nilai zscore sebesar 2,74981.

5. Observasi ke-20 yaitu bulan Agustus 2008, pada variabel kualitas bahan baku (X1) dengan nilai zscore sebesar 3,10135 dan variabel kualitas produk (X2) dengan nilai zscore sebesar 2,28250.

6. Observasi ke-30 yaitu bulan Juni 2009, pada variabel kualitas bahan baku (X1) dengan nilai zscore sebesar 2,27790.

7. Observasi ke-35 yaitu bulan Nopember 2009, pada variabel kualitas produk (X2) dengan nilai zscore sebesar 3,05116.

Berdasarkan penjelasan tersebut, ditunjukkan bahwa banyaknya data outlier yaitu 7 (tujuh) data atau observasi, sehingga jumlah observasi atau data yang digunakan untuk uji selanjutnya adalah sebanyak 36 – 7 = 29 data atau observasi.

Setelah uji outlier, maka dilakukan uji normalitas lagi dan hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas (2)

No. Variabel Penelitian Kolmogorov Smirnov Tingkat Significant 1. 2. 3.

Kualitas bahan baku (X1) Kualitas produk (X2) Efisiensi biaya produksi (Y)

0,998 1,208 1,078 0,272 0,108 0,196 Sumber : Lampiran II

Berdasarkan tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa variabel kualitas bahan baku (X1), kualitas produk (X2) dan efisiensi biaya produksi (Y)


(70)

berdistribusi normal, karena tingkat signifikan yang dihasilkan lebih dari 5% (sig > 0,05).

4.3.2. Uji Asumsi Klasik

Tujuan utama menggunakan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien yang terbaik linier dan tidak bias (BLUE : Best Linier Unbiassed Estimator).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa model regresi linier berganda yang dihasilkan adalah BLUE (Best Linier Unbiassed Estimator), karena tidak multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasilnya adalah sebagai berikut :

1. Multikolinieritas

Adapun nilai VIF dari variabel kualitas bahan baku (X1), kualitas produk (X2) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7 : Nilai VIF (Variance Inflation Factor)

No. Variabel Bebas VIF

1. 2.

Kualitas bahan baku (X1) Kualitas produk (X2)

8,931 8,931

Sumber : Lampiran V

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi terjadi multikolinearitas yang rendah atau tidak terjadi multikolinieritas, karena besaran VIF yang dihasilkan oleh variabel kualitas bahan baku (X1) dan kualitas produk (X2) kurang dari angka 10.


(71)

2. Heteroskedastisitas

Adapun nilai koefisien korelasi rank spearman dan tingkat signifikan pada variabel kualitas bahan baku (X1), kualitas produk (X2) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8 : Korelasi Rank Spearman

No. Variabel Bebas Koefisien korelasi

Rank Spearman

Tingkat signifikansi 1.

2.

Kualitas bahan baku (X1) Kualitas produk (X2)

0,249 0,173

0,192 0,370

Sumber : Lampiran V

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas, karena tingkat signifikansi yang dihasilkan oleh variabel kualitas bahan baku (X1) dan kualitas produk (X2) lebih besar dari 0,05.

3. Uji Autokorelasi

Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi adalah uji Durbin Watson. Dibawah ini merupakan hasil uji Durbin Watson, yaitu:

Tabel 4.9 : Hasil Uji Durbin Watson

Model Summaryb

,610a ,372 ,324 2,08721 1,568 Model

1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), x2, x1 a.

Dependent Variable: y b.

Sumber : Lampiran V

Nilai DW (durbin watson) yang dihasilkan sebesar 1,568 berada diantara dU (1,27) dengan 4-dU (2,73) (Lampiran VI), maka dapat


(1)

kualitas bahan baku memiliki pengaruh lebih dominan terhadap efisiensi biaya produksi.

Bagi penelitian terdahulu, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk menambah variabel lain selain kuantitas bahan baku dan jam tenaga kerja langsung, misalnya : biaya overhead pabrik yang tidak dibahas pada penelitian ini, karena unsur-unsur biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.

4.5.3. Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu

Beberapa perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.14: Rangkuman Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Variabel

Penelitian Hasil Penelitian 1 Yosi Afriana

(2004)

Kualitas bahan baku dan jam tenaga kerja langsung

Terdapat pengaruh antara kualitas bahan baku dan jam tenaga kerja langsung dalam efisiensi biaya produksi

2 Ahmad Zamzami (2002)

Kualitas bahan baku dan kualitas produk

Terdapat hubungan antara kualitas bahan baku dan kualitas produk dalam efisiensi biaya produksi 3 Erni Puspanantasari Putri (2006) Kualitas produk pengerajin kulit dan petumbuhan perusahaan

Terdapat pengaruh kualitas produk pengrajin kulit dalam memperluas jaringan pasar

4 Vitria Yuliani (2007)

Kualitas bahan baku dan kualitas produk

Terdapat hubungan antara kualitas bahan baku dan kualitas produk dalam efektivitas biaya produksi

5 Dini Lies Setyowati (2010)

Kualitas bahan baku dan kualitas produk

Terdapat pengaruh kualitas bahan baku dan kualitas produk terhadap efisiensi biaya produksi


(2)

4.5.4. Keterbatasan Penelitian

Adanya keterbatasan waktu dan biaya serta data PT. Warnatama Cemerlang di Gresik, maka periode pengamatan yang dapat dilakukan hanya tiga tahun saja yaitu tahun 2007 sampai dengan 2009, hal ini dapat mempengaruhi generalisasi hasil penelitian.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan :

1. Kualitas bahan baku dan kualitas produk memiliki kontribusi yang nyata terhadap efisiensi biaya produksi. Kualitas bahan baku memiliki kontribusi positif terhadap efisiensi biaya produksi, artinya peningkatan kualitas bahan baku berdampak pada peningkatan efisiensi biaya produksi. Sedangkan kualitas produk memiliki kontribusi negatif terhadap efisiensi biaya produksi, artinya peningkatan kualitas produk berdampak pada peningkatan efisiensi biaya produksi.

2. Kualitas bahan baku memiliki kontribusi lebih besar terhadap efisiensi biaya produksi, dibandingkan kualitas produk.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ada beberapa saran untuk pihak-pihak yang terkait, antara lain :

1. Bagi PT. Warnatama Cemerlang di Gresik untuk mengendalikan biaya produksi adalah dengan melakukan perbaikan produktivitas melalui efisiensi bahan baku, karena kualitas bahan baku memiliki pengaruh lebih dominan terhadap efisiensi biaya produksi.


(4)

2. Bagi penelitian yang akan datang, hendaknya menambah variabel lain seperti biaya overhead pabrik, memperpanjang periode pengamatan atau data dalam bentuk bulanan sehingga jumlah observasi relatif lebih banyak dan prosedur statistik regresi linier berganda yang dipakai.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Dan Skripsi Jurusan

Akuntansi, UPN “Veteran”Jatim.

Akhyar, Muhammad Adnan, 2002, Akuntansi Mutu Terpadu, AMP YKPN, Yogyakarta.

Ahyari, Agus, 1987, Manajemen Produksi I, UT, Penerbit Karunia, Jakarta. ______, 1986, Efisiensi Persediaan Bahan, Edisi Kedua, BPFE UGM,

Yogyakarta.

Assauri, Sofyan, 1993, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Empat, Penerbit FE UI, Jakarta.

Bhayangkara, 2008, Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Djarwanto, 2001, Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian, Edisi

kedua, Liberty, Yogyakarta.

Daljono, 2004, Akuntansi Biaya, Edisi Dua, BPFE Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,

Edisi ketiga, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Domador, 1995, Ekonometrika Dasar, Terjemahan Sumarno Zain, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hansen Don R and Mowen Maryanne M., 2005, Akuntansi Manajemen, Buku II,

Edisi Tujuh, Penerbit Salemba Empat, Yogyakarta.

Indriayanto Nur, Supomo Bambang, 1999, Metode Penelitian Bisnis, Edisi

Pertama, BPFE Universitas Diponegoro, Bandung.

Indriyono Gitosudarmo, M Com, 2002, Manajemen Operasi, Edisi Kedua, BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Maher, Michael W. dan Edward B. Deakin, !996, Akuntansi Biaya, Edisi


(6)

Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi

Tiga, Penerbit Salemba Empat, Yogyakarta.

_______, 2007, Akuntansi Biaya, Edisi kelima, Cetakan Kedelapan, Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.

Munawir, 2002, Akuntansi Keungan Dan Manajemen, Edisi pertama, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Nazir, Mohammad, !988, Metodologi Penelitian, Edisi pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, edisi revisi, penerbit Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”, Surabaya.

Supriyono, 1994, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk

Tekhnologi Maju dan Globalisasi, Edisi Pertama, Penerbit BPFE,

Yogyakarta.

Santoso, Singgih, 2005, Menguasai Stastistik Di Era Informasi Dengan SPSS 12, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sudjana, 1996, Teknik Analisis Regresi dan Korelai, Edisi Pertama, Penerbit Tarsito, Bandung.

Usry, Carter, 2002, Akuntansi Biaya, Edisi 13, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.

Jurnal dan Penelitian :

Ahmad Zamzami, 2002, Pengaruh Kualitas Bahan Baku dan Kualitas Produk Terhadap Efisiensi Biaya Produksi pada PT Surya Sakti Utama, Fakultas Ekonomi UPN Jawa Timur, Surabaya.

Erni puspanantasari Putri, 2006, Peningkatan Kualitas Produk Pengerajin Kulit Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Usahanya Dalam Memperluas Jaringan Pasar, Venture, Vol.9 No.1, April 2006, Penerbit Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.

Nunik Yuliani, 2007, Pengaruh Kualitas Bhan Baku dan Kualitas Produk Terhadap Efektifitas Biaya Produksi Pada PT Surabaya Mekabox, Fakultas Ekonomi UPN Jawa Timur, Surabaya.

Yosi Afriana, 2004, Pengaruh Kualitas Bahan Baku dan Jam Tenaga Kerja Langsung Terhadap Efisiensi Biaya Produksi Pada PT Sarana Warna Megah, Fakultas Ekonomi UPN Jawa Timur, Surabaya.