Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN

PENGARUH EFISIENSI BIAYA PRODUKSI TERHADAP LABA BERSIH PADA PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

SKRIPSI OLEH

KUMALA VERA DEWI 070521170 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NAMA : KUMALA VERA DEWI NIM : 070521170

DEPARTEMEN : MANAJEMEN

JUDUL SKRIPSI : PENGARUH EFISIENSI BIAYA PRODUKSI TERHADAP LABA BERSIH PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

Tanggal : ... Dosen Pembimbing,

(Drs. H. Nakman Harahap, M.Si)


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : KUMALA VERA DEWI NIM : 070521170

DEPARTEMEN : MANAJEMEN

JUDUL SKRIPSI : PENGARUH EFISIENSI BIAYA PRODUKSI TERHADAP LABA BERSIH PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

Tanggal : ... Ketua Departemen Manajemen,

(Prof. DR. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si)

Tanggal : ... Dekan Fakultas Ekonomi USU,


(4)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan ini adalah hasil kerja sendiri melalui penelitian yang saya lakukan. Segala sumber dan kutipan yang terdapat dalam skripsi ini telah saya lampirkan sebagaimana mestinya.

Medan, Juli 2010

070521170


(5)

ABSTRAK

Kumala Vera Dewi (2010). Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Pembimbing Drs. H. Nakman Harahap, M.Si. Ketua Departemen Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, S.E, M.Si. Dr. Khaira Amalia F, S.E, MBA, Ak (Penguji I). Drs. Syahyunan, M.Si (Penguji II).

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh efisiensi biaya produksi yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Masalah yang dirumuskan pada peneitian ini adalah apakah efisiensi biaya produksi yang terdiri dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Periode penelitian ini dimulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah efisiensi biaya produksi yang terdiri dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Metode analisis yang digunakan untuk melihat dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah metode analisis deskriptif dan statistik. Pengujian hipotesis secara simultan (uji statistik F) dan secara parsial (uji statistik t) dengan

α = 5 %. Pe ngolahan data peneliti dibantu dengan menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.00 for Windows.

Hasil uji F (simultan) menunjukkan variabel biaya produksi yang terdiri dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan efisiensi biaya overhead pabrik secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba bersih. Hasil uji secara parsial (uji statistik t) menunjukkan bahwa variabel efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan efisiensi biaya overhead pabrik memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap laba bersih. Adapun variabel yang berpengaruh paling dominan adalah variabel efisiensi biaya tenaga kerja langsung. Kata Kunci : Laba Bersih, Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena penulis telah diberikan kemampuan dan kesehatan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi.

Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, nasehat, dan motivasi dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai dengan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, S.E, M.Si., selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. H. Nakman Harahap, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing serta banyak memberikan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Khaira Amalia F, S.E, MBA, Ak., selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.


(7)

6. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, atas semua jasa yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

8. Staff Departemen Manjemen: Kak Dani, Kak Vina, Bang Jum, dan Kak Susi yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

9. Kedua orangtua penulis: Bapak Sukiyat dan Ibu Komsiyam, yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan, baik material maupun non-material kepada penulis.

10. Untuk Rian Susanto, penulis ucapkan terima kasih karena sudah memberikan waktu dan tenaga serta dukungannya kepada penulis.

11. Seluruh teman-teman penulis yang ada di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, baik program reguler maupun program ekstensi. 12. Teman-teman konsentrasi Manajemen Keuangan: Eva, Imelda, Beatrik, Kak

Santi, Amel, Rudolf, Bang Bima, terima kasih untuk semua dukungannya kepada penulis.

Terima kasih.

Medan, Juli 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Kerangka Konseptual ... 5

D. Hipotesis ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... 8

F. Metode Penelitian ... 9

1. Batasan Operasional ... 9

2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 10

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

4. Populasi dan Sampel ... 12

a. Populasi ……… 12

b. Sampel ………. 13

5. Jenis dan Sumber Data ... 13

6. Teknik pengumpulan Data ... 13

7. Metode Analisis Data ... 13

a. Metode Analisis Deskriptif ... 13

b. Metode Analisis Linier Berganda ... 14

c. Pengujian Asumsi Klasik ... 14

d. Uji Hipotesis ... 16

e. Koefisien Determinasi (R2) ... 17

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 19

B. Pengertian Laba Bersih ...…... 20

C. Biaya ………... 22

D. Efisiensi Biaya ………... 24

1. Pengertian Biaya ... 22

2. Komponen Dasar Biaya ... 23

E. Pengendalian Biaya ... 26

1. Anggaran Fleksibel ... 26

2. Biaya Standar ... 27

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan ... 31


(9)

B. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ... 32

1. Visi Perusahaan ... 32

2. Misi Perusahaan ... 32

3. Tujuan Perusahaan ... 33

C. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas ... 34

D. Kebun pada PTPN III ... 43

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ... 45

1. Efisiensi Biaya Produksi ... 45

2. Laba Bersih ... 58

B. Analisis Regresi Linier Berganda ... 63

C. Uji Asumsi Klasik ... 64

1. Uji Normalitas ... 64

2. Uji Heteroskedastisitas ... 66

3. Uji Autokorelasi ... 68

4. Uji Multikolinieritas ... 69

D. Uji Hipotesis ... 69

1. Uji Simultan dengan F-Test (ANOVA) ... 69

2. Uji t (Uji Secara Parsial) ………... 71

E. Koefien Determinasi ………... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... vii LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Produksi, Biaya Produksi, dan Laba Bersih ... 4

Tabel 1.2 Kriteria Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 11

Tabel 1.3 Kriteria Efisiensi Biaya Overhead Pabrik ... 12

Tabel 1.4 Populasi Penelitian ... 12

Tabel 3.1 Kebun Kelapa Sawit pada PTPN III Medan ... 43

Tabel 4.1 Perhitungan Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2009 ... 46

Tabel 4.2 Perhitungan Net Profit Margin Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2009 ... 58

Tabel 4.3 Descriptive Statistics ... 62

Tabel 4.4 Perhitungan Analisis Regresi Linier Berganda ... 63

Tabel 4.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test…………..………….. 66

Tabel 4.6 Hasil Uji Glejser ………..………. 67

Tabel 4.7 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 68

Tabel 4.8 Output Durbin Watson ………...…...……… 68

Tabel 4.9 Output Uji Multikolinieritas ………..…... 69

Tabel 4.10 Perhitungan Uji F………..………. 70

Tabel 4.11 Perhitungan Uji t ………..………. 72

Tabel 4.12 Variables Entered/Removed ………..…... 74

Tabel 4.13 Model Summaryb ………..………….………… 75


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 7 Gambar 3.1 Bagan Organisasi PTPN III Medan ... 34 Gambar 4.1 Histogram Dependent Variable:

Net Profit Margin ………... 65 Gambar 4.2 Scatterplot Dependent Variable:


(12)

ABSTRAK

Kumala Vera Dewi (2010). Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Pembimbing Drs. H. Nakman Harahap, M.Si. Ketua Departemen Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, S.E, M.Si. Dr. Khaira Amalia F, S.E, MBA, Ak (Penguji I). Drs. Syahyunan, M.Si (Penguji II).

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh efisiensi biaya produksi yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Masalah yang dirumuskan pada peneitian ini adalah apakah efisiensi biaya produksi yang terdiri dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Periode penelitian ini dimulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah efisiensi biaya produksi yang terdiri dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Metode analisis yang digunakan untuk melihat dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah metode analisis deskriptif dan statistik. Pengujian hipotesis secara simultan (uji statistik F) dan secara parsial (uji statistik t) dengan

α = 5 %. Pe ngolahan data peneliti dibantu dengan menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.00 for Windows.

Hasil uji F (simultan) menunjukkan variabel biaya produksi yang terdiri dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan efisiensi biaya overhead pabrik secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba bersih. Hasil uji secara parsial (uji statistik t) menunjukkan bahwa variabel efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan efisiensi biaya overhead pabrik memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap laba bersih. Adapun variabel yang berpengaruh paling dominan adalah variabel efisiensi biaya tenaga kerja langsung. Kata Kunci : Laba Bersih, Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik.


(13)

ABSTRAK

Kumala Vera Dewi (2010). Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Pembimbing Drs. H. Nakman Harahap, M.Si. Ketua Departemen Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, S.E, M.Si. Dr. Khaira Amalia F, S.E, MBA, Ak (Penguji I). Drs. Syahyunan, M.Si (Penguji II).

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh efisiensi biaya produksi yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Masalah yang dirumuskan pada peneitian ini adalah apakah efisiensi biaya produksi yang terdiri dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Periode penelitian ini dimulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah efisiensi biaya produksi yang terdiri dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Metode analisis yang digunakan untuk melihat dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah metode analisis deskriptif dan statistik. Pengujian hipotesis secara simultan (uji statistik F) dan secara parsial (uji statistik t) dengan

α = 5 %. Pe ngolahan data peneliti dibantu dengan menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.00 for Windows.

Hasil uji F (simultan) menunjukkan variabel biaya produksi yang terdiri dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan efisiensi biaya overhead pabrik secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba bersih. Hasil uji secara parsial (uji statistik t) menunjukkan bahwa variabel efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan efisiensi biaya overhead pabrik memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap laba bersih. Adapun variabel yang berpengaruh paling dominan adalah variabel efisiensi biaya tenaga kerja langsung. Kata Kunci : Laba Bersih, Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Efisiensi Biaya Overhead Pabrik.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih (Adie: 2010). Laba bersih merupakan nilai akhir yang diperoleh setelah laba operasional ditambah dengan pendapatan lain- lain dan dikurangi dengan biaya lain-lain. Jika nilai akhirnya negatif disebut rugi bersih. Tujuan pengukuran laba ini yang lebih umum adalah mensyaratkan pengukuran laba untuk periode yang lebih pendek guna memberikan alat kendali dan dasar bagi keputusan pemegang saham, kreditor, investor dan manajemen secara berkesinambungan atau periodik. Ukuran laba bersih ini dapat dilihat dengan membandingkan (rasio) antara laba terhadap pendapatan. Rasio ini dikenal sebagai Net Profit Margin (NPM). NPM yang tinggi menyiratkan keahlian manajer dalam mencetak laba dengan meminimalisir biaya–biaya.

Biaya dalam suatu perusahaan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan. Tujuan itu dapat tercapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai bentuk suatu pengorbanan oleh perusahaan telah diperhitungkan secara tepat. Menurut Samryn (2001: 23) istilah biaya umumnya digunakan untuk pengorbanan manfaat


(15)

ekonomis untuk memperoleh jasa yang tidak dikapitalisir nilainya. Biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya pabrik dan biaya non-pabrik. Biaya pabrik adalah semua biaya yang terjadi di pabrik, baik yang berhubungan langsung maupun yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Biaya pabrik ini dibagi atas biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Bahan langsung terdiri dari bahan-bahan baku yang menjadi bagian yang integral dari produk jadi dan dapat ditelusuri hubungannya dengan mudah ke dalam produk yang dihasilkan. Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari biaya-biaya tenaga kerja pabrik yang dapat ditelusuri hubungannya dengan mudah ke dalam produk- produk tertentu. Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang meliputi semua biaya yang berhubungan dengan pabrik kecuali bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya non-pabrik meliputi biaya yang terjadi dalam perusahaan tetapi tidak berhubungan langsung dengan proses produksi atau tujuan utama terjadinya bukan dalam rangka proses produksi.

Persaingan yang dihadapi perusahaan semakin ketat karena adanya pengaruh dari banyaknya perusahaan yang berdiri, baik perusahaan besar, perusahaan menengah, maupun perusahaan. Setiap pengusaha berlomba-lomba untuk menjadikan produknya lebih unggul dari produk yang dihasilkan oleh pesaing, baik dalam hal mutu, harga maupun bagian pasar yang dikuasai. Manajer harus melakukan berbagai macam usaha untuk meminimumkan biaya yang dibutuhkan agar dapat menghasilkan dan mencapai manfaat untuk saat ini dan masa yang akan datang,. Mengurangi biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan berarti perusahaan akan menjadi efisien.


(16)

Produk yang dihasilkan (kuantitas dan kualitas) secara hemat akan mampu bersaing dan mampu mendatangkan profit, maka diperlukan suatu alat pengendalian biaya agar tercipta efisiensi biaya-biaya produksi. Efisiensi biaya produksi dapat dilakukan dengan membandingkan rencana biaya produksi dengan realisasinya. Efisiensi biaya produksi dalam penelitian ini menggunakan biaya standar, yang berarti biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan harus mencapai biaya standar yang dibuat atau dengan kata lain membandingkan antara realisasi biaya produksi dengan biaya standar.

Efisiensi biaya produksi merupakan salah satu variabel yang penting. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melaksanakan proses produksi perlu dikendalikan sebaik-baiknya, karena walaupun proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan baik namun apabila tidak didukung dengan usaha untuk dapat menekan biaya produksi serendah–serendahnya akan berakibat naiknya biaya produksi. Kondisi tersebut dapat dicapai dengan berusaha mengendalikan biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan, terutama biaya yang berkenaan langsung dengan produksi karena dengan mengendalikan biaya produksi seefisien mungkin, maka akan dihasilkan harga pokok produksi yang lebih rendah, di mana dengan harga pokok produksi yang lebih rendah itu perusahaan akan mampu bersaing di pasaran, sehingga perusahaan dapat memperoleh laba yang optimal.

PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 (empat belas) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil


(17)

perkebunan. Kegiatan usaha perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama perseroan adalah minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet.

Biaya produksi yang ada pada PTPN III (Persero) Medan ini terdiri dari: 1. Biaya tenaga kerja langsung,

2. Biaya overhead pabrik, seperti: biaya pemeliharaan tanaman, biaya pemupukan, biaya panen, biaya pengangkutan ke pabrik, biaya umum, biaya pengolahan, beban pembelian, dan beban penyusutan.

PTPN III (Persero) Medan ini memiliki lahan perkebunan (unit kebun) yang terdapat pada 5 (lima) daerah Tingkat II Sumatera Utara yaitu Kabupaten Deli Serdang, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Berikut ini adalah data jumlah biaya produksi pada PTPN III (Persero) Medan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.

Tabel 1.1

Jumlah Produksi, Biaya Produksi, dan Laba Bersih Kelapa Sawit Pada PTPN III (Persero) Medan tahun 2007 sampai 2009

Keterangan 2006 2007 2008 2009

Jumlah Produksi (Juta Kg)

Realisasi 417 557 567 738

Standar 408 589 633 761

B. T. Kerja Langsung (Rp Juta)

Realisasi 18.221 20.948 22.717 24.922

Standar 15.542 18.692 21.034 26.505

Biaya Overhead Pabrik (Rp Juta)

Realisasi 644.646 817.483 1.141.681 1.353.351

Standar 567.853 771.142 1.040.485 1.393.157

Laba Bersih (Rp Juta) 293.853 702.749 844.718 519.814

Sumber: PTPN III (Persero) Medan (2010)

Tabel 1.1 di atas menunjukkan jumlah produks, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik pada PTPN III (Persero) Medan. Biaya produksi terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 diikuti dengan peningkatan jumlah produksi kelapa sawit. Laba bersih yang dapat


(18)

dihasilkan oleh PTPN III (Persero) Medan mengalami peningkatan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 sedangkan dari laba bersih tahun 2008 samapai dengan 2009 mengalami penurunan. Persentase kenaikan dan penurunan laba bersih pada tahun 2006 sampai dengan 2009 adalah 12% sampai dengan 36%. Biaya produksi yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik mengalami peningkatan sebesar 19% sampai dengan 32% untuk biaya tenaga kerja langsung, dan 15% sampai dengan 37% untuk biaya overhead pabrik.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah efisiensi biaya produksi yang terdiri efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan?”.

C. Kerangka Konseptual

Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya


(19)

kesempatan) sedangkan laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi dihintung dengan menggunakan rasio Net Profit Margin. Margin ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mencetak laba bersih (penjualan dikurangi semua biaya dan pajak). Rumusnya adalah laba bersih dibagi dengan penjualan (laba bersih/penjualan). Semakin tinggi margin laba bersih semakin bagus karena itu berarti perusahaan mampu mencetak tingkat keuntungan yang tinggi.

Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya memerlukan biaya produksi. Biaya produksi merupakan biaya yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu produk. Biaya produksi dalam suatu perusahaan dapat terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Menurut Carter (2006: 40) bahan baku adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. Sedangkan overhead pabrik adalah semua biaya yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu.

Perusahaan selalu berusaha menciptakan suatu produksi yang efisien sehingga pihak manajemen harus bekerja seoptimal mungkin dalam pengeluaran biaya produksi yaitu melakukan perencanaan yang matang serta senantiasa melakukan pengendalian biaya untuk menghindari pemborosan sehingga dapat


(20)

menghasilkan laba yang optimal. Parkinson (1993: 147) mengemukakan bahwa laba adalah selisih antara biaya dan harga jual dari suatu produk.

PTPN III Medan memiliki biaya produksi, yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, sedangkan untuk biaya bahan baku pada PTPN III (Persero) Medan ini tidak ada, karena PTPN III (Persero) Medan hanya membudidayakan tanaman kelapa sawit saja. Biaya produksi tersebut harus diefisienkan agar laba bersih yang maksimal dapat tercapai. Berdasarkan teori pendukung, maka kerangka konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan:

Sumber: Carter (2006), data diolah Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah:

Efisiensi biaya produksi yang terdiri dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung (X1)

Efisiensi Biaya Overhead Pabrik (X2)

Laba Bersih (Y)


(21)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh efisiensi biaya produksi yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik terhadap laba bersih pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

2. Manfaat Penelitan

Manfaat di dalam penelitian ini adalah: a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan, serta sebagai bahan pertimbangan bagi pembuatan keputusan tentang laba bersih dan efisiensi biaya produksi dengan membandingkan biaya standar dengan realisasi biaya-nya.

b. Bagi Peneliti/Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan peneliti tentang laba bersih dan efisiensi biaya produksi dengan membandingkan biaya standar dengan realisasi biaya-nya.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Referensi bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat dijadikan perbandingan dalam melakukan penelitian yang sama di masa yang akan datang.


(22)

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Peneliti memberikan batasan-batasan di dalam melakukan penelitian ini. Batasan-batasan itu adalah:

a. Penelitian adalah mengenai biaya produksi kelapa sawit. Peneliti memilih kelapa sawit karena bagi PTPN III (Persero) Medan kelapa sawit merupakan komoditi utama yang memberikan konstribusi besar bagi pendapatan perusahaan. Perusahaan sudah dikenal di pasar lokal dan internasional dengan pasokan yang tepat waktu kepada pembeli.

b. Data yang digunakan adalah data biaya produksi dan laporan keuangan PTPN III (Persero) Medan tahun 2006 sampai dengan 2009.

c. Untuk menghitung efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik dapat menggunakan suatu alat pengendalian, yaitu dengan membandingkan realisasi biaya dengan standar biaya-nya.

2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Laba Bersih (Y)

Ukuran efisiensi laba bersih ini dapat dilihat dengan membandingkan (rasio) antara laba terhadap pendapatan. Rasio ini dikenal sebagai Net Profit Margin (NPM), yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Sales Total

Tax After Income Net


(23)

b. Efisiensi biaya tenaga kerja langsung (X1)

Efisiensi biaya tenaga kerja langsung adalah bagaimana perusahaan dapat menggunakan biayanya seminimum mungkin untuk membiayai tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan proses produksi.

Varians efisiensi biaya produksi dapat dihitung dari selisih antara standar biaya dengan realisasi biaya. Untuk mengukur perubahan varians biaya produksi digunakan rumus sebagai berikut (Makridakis, Wheelwright dan McGee 1999:70):

ei = Xi - Fi Keterangan:

ei = varians

Xi = data aktual untuk periode ke i Fi = ramalan untuk periode yang sama

Langkah-langkah untuk menentukan nilai efisiensi biaya tenaga kerja langsung adalah:

1) Menentukan rentang varians (persentase varians terbesar dikurangi persentase varians terkecil), yaitu:

| 78,90% | - | (-43,95% | = | 122,85% |

2) Penilaian efisiensi biaya tenaga kerja langsung dibedakan menjadi 4 (empat) kriteria yaitu: efisien, kurang efisien, tidak efisien, dan sangat tidak efisien.

3) Menetapkan interval kelas varians, yaitu: | 122,85% | : 4 = | 30,71% |


(24)

4) Penilaian efisiensi biaya tenaga kerja langsung adalah: Tabel 1.2

Kriteria Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung No. Rentang Varians Kriteria Nilai

1 | -43,95% - -13,24% | Efisien 4 2 | -13,25% - 17,47% | Kurang Efisien 3 3 | 17,48% - 48,18% | Tidak Efisien 2 4 | 48,19% - 78,90% | Sangat Tidak Efisien 1 Sumber: Makridakis, et al. (1999), data diolah

c. Efisiensi biaya overhead pabrik (X2)

Efisiensi biaya overhead pabrik merupakan bagaimana perusahaan tersebut dapat menggunakan biaya seminimal mungkin untuk membiayai produksi selain biaya tenaga kerja langsung.

Adapun langkah-langkah untuk menentukan nilai efisiensi biaya overhead pabrik adalah:

1) Menentukan rentang varians (persentase varians terbesar dikurangi persentase varians terkecil), yaitu:

| 78,90% | - | (-43,95% | = | 122,85% |

2) Penilaian efisiensi biaya overhead pabrik dibedakan menjadi 4 (empat) kriteria yaitu: efisien, kurang efisien, tidak efisien, dan sangat tidak efisien.

3) Menetapkan interval kelas varians, yaitu: | 122,85% | : 4 = | 30,71% |


(25)

Tabel 1.3

Kriteria Efisiensi Biaya Overhead Pabrik

No. Rentang Varians Kriteria Nilai 1 | -43,95% - -13,24% | Efisien 4 2 | -13,25% - 17,47% | Kurang Efisien 3 3 | 17,48% - 48,18% | Tidak Efisien 2 4 | 48,19% - 78,90% | Sangat Tidak Efisien 1 Sumber: Makridakis, et al. (1999), data diolah

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang berlokasi di Jalan Sei Batanghari No.2 Medan. Waktu penelitian adalah mulai dari bulan Mei sampai bulan Juni 2010.

4. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti (Sedarmayanti, 2002: 121). Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah kebun yang menghasilkan komoditas kelapa sawit dan yang memiliki laporan biaya produksi yang lengkap pada PTPN III (Persero) Medan.

Tabel 1.4 Populasi Penelitian

Jumlah Kebun Penghasil Kelapa Sawit Pada PTPN III (Persero) Tahun 2006 - 2009

Tahun Kebun

2006 32 kebun

2007 32 kebun

2008 32 kebun

2009 32 kebun

TOTAL 128 kebun


(26)

b. Sampel

Menurut Sedarmayanti (2002: 124) sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel. Penarikan sampel menggunakan metode sensus dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang berisikan informasi dan teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian. Peneliti memperoleh data sekunder dari literature, buku, dan internet.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah studi dokumentasi, yang merupakan teknik pengumpulan data dan informasi dari buku-buku, jurnal, internet, dan sumber data lain yang berhubungan dengan objek penelitian, yang nantinya data tersebut digunakan sebagai acuan dan bahan pertimbangan terhadap apa yang ada di lapangan.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode ini merupakan suatu metode di mana data yang telah diperoleh, disusun, dikelompokkan, dianalisis, kemudian diinterprestasikan sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya.


(27)

b. Metode Analisis Regresi Linier Berganda

Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pengolahan data peneliti dibantu dengan aplikasi komputer, yaitu dengan menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.00 for Windows.

Persamaan regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan:

Y = Rasio Net Profit Margin a = Konstanta

b1, b2 = Koefisien regresi

X1 = Efisiensi biaya tenaga kerja langsung

X2 = Efisiensi biaya overhead pabrik

e = Standard error c. Pengujian Asumsi Klasik

Syarat-syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi oleh model regresi sebelum data dianalisis adalah:

1) Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (Situmorang, dkk., 2008: 55). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan histogram, dan kolmogrov-sminorv.


(28)

2) Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas merupakan pengujian apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut (Situmorang, dkk., 2008: 63). Uji heteroskedastisitas ini menggunakan pendekatan grafik dan uji Glejser.

3) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (Situmorang, dkk., 2008: 78). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi ini menggunakan uji Durbin Watson (DW).

4) Uji Multikolinieritas

Menurut Situmorang, dkk. (2008: 96) uji multikolinieritas merupakan adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang dapat menjelaskan dari model regresi. Untuk mengetahui adanya multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya Tolorance dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:

a) VIF > 5, maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas. b) VIF < 5, maka tidak terdapat multikolinieritas.

c) Tolorance < 0,1, maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas. d) Tolorance > 0,1, maka tidak terdapat multikolinieritas.


(29)

d. Uji Hipotesis

1) Uji Simultan dengan F-Test (ANOVA)

Uji F (uji signifikan simultan) dilakukan untuk mengetahui apakah model penelitian telah dapat diterima atau tidak untuk dilakukan analisis selanjutnya.

Kriteria pengujiannya adalah:

H0 : b1 = b2 = 0, artinya secara simultan variabel efisiensi biaya tenaga

kerja langsung dan efisiensi biaya overhead pabrik tidak memenuhi model penelitian.

Ha : tidak semua bi (b1, b2) sama dengan nol, maka dianggap variabel

independen (bebas) telah memenuhi model penelitian terhadap variabel dependen (terikat).

Kriteria pengambilannya keputusan adalah: H0 diterima jika Fhitung≤ Ftabel pada α = 5 %

H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 %

2) Uji-t (Uji secara Parsial)

Uji-t (uji secara parsial) digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individual. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial masing-masing variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Setelah didapat nilai thitung


(30)

Kriteria pengujiannya adalah:

H0 : b1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel

efisiensi tenaga kerja langsung terhadap variabel laba bersih secara parsial. Ha : b1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel efisiensi

tenaga kerja langsung terhadap variabel laba bersih secara parsial.

H0 : b2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel

efisiensi biaya overhead pabrik secara parsial terhadap variabel laba bersih.

Ha : b2 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh signifikan dari

variabel efisiensi biaya overhead pabrik terhadap variabel laba bersih. Pada penelitian ini thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada

tingkat signifikansi (α) = 5 %.

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika -ttabel≤ thitung≤ ttabel pada α = 5 %

H0 ditolak jika -ttabel > thitung > ttabel pada α = 5 %

e. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen atau variabel terikat. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis R Square. Besarnya R Square berkisar antara 0 – 1 yang berarti semakin kecil besarnya R Square, maka hubungan kedua variabel semakin lemah, artinya semakin


(31)

lemah variabel bebas menerangkan variasi variabel terikat. Jika R Square semakin mendekati 1, maka hubungan kedua variabel semakin kuat.


(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Pinasih (2005) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Efisiensi Biaya Bahan Baku dan Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung Terhadap Rasio Profit Margin (Studi Kasus pada Perusahaan Meubel PT. Jaya Indah Furniture Kabupaten Jepara)” mengemukakan bahwa berdasarkan teknik analisis data yang digunakan, yaitu analisis regresi linier berganda dua prediktor untuk uji F statistik (tingkat signifikansi adalah 5%) dan regresi sederhana untuk uji t statitik dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar α = 5%, dan pengolahan data menggunakan program SPSS menunjukkan bahwa efisiensi biaya bahan baku dan efisiensi biaya tenaga kerja langsung secara bersama-sama berpengaruh terhadap rasio profit margin pada tahun 2002 - 2004 dengan koefisiensi determinasi sebesar 27.2%. Secara parsial efisiensi biaya bahan baku dan pengendalian biaya tenaga kerja langsung berpengaruh terhadap rasio profit margin.

Amin (2008) meneliti tentang ”Analisis Biaya Bahan Baku dan Biaya Overhead Pabrik yang Berpengaruh Terhadap Efisiensi Biaya Produksi Pada PT. Autokorindo Pratama Gresik” menjelaskan bahwa dengan menggunakan alat analisis model regresi linier berganda dengan bantuan SPSS 10.0 for Windows, pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dan uji F, keduanya dengan pada level of significan 5% menunjukkan bahwa biaya bahan baku, biaya overhead pabrik langsung, dan biaya overhead pabrik tidak langsung berpengaruh secara simultan terhadap efisiensi biaya produksi.


(33)

Vitasari (2007) meneliti tentang ”Penerapan Analisis Varians Sebagai Kontrol Efisiensi Biaya Produksi pada PT Mubarokfood Cipta Delicia Kudus’ mengemukakan bahwa dengan menggunakan penelitian kuantitatif dengan variabel kajian biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik dan metode pengumpulan data yaitu wawancara dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif persentase, analisis Statistical Quality Control, dan analisis varians (selisih). Berdasarkan analisis deskriptif persentase, tingkat efisiensi biaya produksi untuk jenang halus dan jenang merah maupun tingkat efisiensi total biaya produksi jenang menunjukkan adanya perbedaan, namun setelah dianalisis dengan Statistical Quality Control biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik baik biaya overhead pabrik variabel maupun tetap masih berada pada daerah in control. Dari analisis varians diketahui bahwa selisih biaya bahan baku disebabkan selisih harga, selisih biaya tenaga kerja langsung disebabkan selisih efisiensi upah langsung, dan selisih biaya overhead pabrik disebabkan selisih terkendalikan dan selisih volume.

B. Pengertian Laba Bersih

Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi atau penghasilan per saham. Adapun unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban.


(34)

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2008: 13) mendefinisikan penghasilan dan beban sebagai berikut:

1. Pengahasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Pengahasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan sedangkan keuntungan (laba) penghasilan yang mungkin timbul atau tidak dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan biasa. Laba (profit) merupakan selisih bersih antara pendapatan dengan pengeluaran.

2. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

Salah satu indikator keberhasilan perusahaan adalah kemampuan mencetak laba secara efisien, yaitu bahwa manajer perusahaan tersebut mampu membukukan pendapatan dan sales yang signifikan, dan dalam waktu yang sama manajer mampu meminimalisir biaya–biaya. Mengingat laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya, maka ukuran efisiensi dapat dilihat dengan membandingkan (rasio) antara laba terhadap pendapatan. Rasio ini terkenal dengan sebutan NPM (Net Profit Margin), yaitu rasio yang membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dengan penjualan bersih untuk menunjukkan


(35)

berapa bagian dari penjualan bersih yang menjadi laba setelah bunga dan pajak. NPM tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Sales Total

Tax After Income Net

NPM =

Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan bersih perusahaan-perusahaan terhadap total penjualan. Semakin tinggi rasio ini, semakin menguntungkan karena laba bersih perusahaan makin besar. Selain itu, tingginya NPM menyiratkan keahlian manajer dalam mencetak laba dengan meminimalisir biaya– biaya. Investor di bursa seringkali mengkaitkan antara NPM terhadap return saham, dimana perusahaan dengan NPM yang tinggi dipersepsikan sebagai perusahaan yang memiliki prospek baik di masa datang.

C. Biaya

1. Pengertian Biaya

Hansen (2006: 40) mengemukakan bahwa biaya adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi.

Biaya menurut The Committee on Cost Concepts - American Accounting Asociation, merupakan suatu peristiwa/kejadian yang diukur berdasarkan nilai uang, yang timbul atau mungkin akan timbul untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Menurut Parkinson (1993: 35) biaya adalah apa yang dibayarkan pembeli untuk memperoleh barang atau jasa.


(36)

Mulyadi (1986: 3) berpendapat bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa biaya adalah sesuatu yang diukur dalam satuan uang yang dapat digunakan untuk memperoleh barang atau jasa yang bermanfaat dan digunakan untuk mencapai tujuan.

2. Komponen Biaya Dasar

Menurut Bambang dan Kartasapoetra (1998: 4) usaha produksi yang dilangsungkan dalam suatu pabrik pada umumnya terdapat 3 (tiga) komponen biaya dasar, yaitu:

a. Biaya bahan (material) langsung

Biaya bahan baku langsung (direct material cost) merupakan biaya bagi bahan-bahan secara langsung yang digunakan dalam produksi untuk mewujudkan suatu macam produk jadi yang siap untuk dipasarkan, atau siap diserahkan kepada pemerintah.

b. Biaya tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya bagi para tenaga kerja yang langsung ditempatkan dan didayagunakan dalam menangani kegiatan-kegiatan proses produksi, menangani segala peralatan produksi sehingga produk dari usaha itu dapat terwujudkan.


(37)

Biaya tenaga kerja tidak langsung diterjunkan dalam kegiatan produksi, seperti tenaga-tenaga yang diserahi pekerjaan tulis menulis, pembiayaannya adalah termasuk biaya umum.

c. Biaya overhead atau biaya umum

Biaya umum merupakan biaya-biaya bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang tersangkut dalam kegiatan produksi yang bukan merupakan/termasuk dalam biaya utama (prime cost).

D. Efisiensi Biaya

Pengertian efisiensi dalam produksi merupakan perbandingan antara output dan input, berkaitan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input. Jika rasio ouput besar maka efisiensi dikatakan semakin tinggi. Dapat dikatakan bahwa efisiensi adalah penggunaan input terbaik dalam memproduksi output (Shone dalam Susantun, 2000).

Menurut Supriyono (2001: 24) efisiensi adalah rasio keluaran terhadap masukan. Suatu pusat pertanggung-jawaban (biaya) dinamakan efisien jika pusat pertanggung-jawaban tersebut:

1. Sumber atau biaya atau masukan yang digunakan lebih kecil untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang sama.

2. Sumber atau biaya atau masukan yang digunakan adalah sama untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah lebih besar.

Perusahaan dengan operasi yang efisien tidak akan membuang sumber daya. Penilaian efisiensi terpisah dari penilaian efektivitas. Sebuah perusahaan


(38)

dapat efektif melalui pencapaian tujuan atau sasaran yang disusun untuk operasinya, tetapi masih belum efisien, dan perusahaan yang efisien mungkin belum efektif jika gagal mencapai tujuan operasi (Blocher, 2001: 726).

Menurut Simamora (1999: 301) pengendalian biaya (cost control) adalah perbandingan kinerja aktual dengan kinerja standar, penganalisaan selisih-selisih yang timbul guna mengidentifikasi penyebab-penyebab yang dapat dikendalikan, dan pengambilan tindakan untuk membenahi atau menyesuaikan perencanaan dan pengendalian pada masa akan datang. Satu-satunya cara mengukur efisiensi adalah dengan membandingkan biaya aktual dengan biaya standar atau tolak ukur biaya lainnya.

Bambang dan Kartasapoetra (1998: 4), bagi pengendalian biaya (cost control), perhitungan-perhitungan biaya salah satu kepentingannya adalah untuk pengendalian pengeluaran-pengeluaran, yang menjurus ke efisiensi pendayagunaan tenaga kerja, bahan-bahan, alat-alat produksi (mesin-mesin) dan pabrik. Efisiensi ini sangat penting untuk menghasilkan produk (kuantitas dan kualitas) secara hemat yang akan mampu bersaing dan mampu mendatangkan profit.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi biaya berhubungan dengan pengendalian biaya dengan cara membandingkan biaya aktual dengan biaya standar atau tolak ukur biaya lainnya sehingga dapat menghasilkan produk yang baik dan mampu mendatangkan laba.


(39)

E. Alat Pengendalian Biaya

Pengendalian adalah usaha sistematis manajemen untuk mencapai tujuan. Aktivitas-aktivitas dimonitor terus-menerus untuk memastikan bahwa hasilnya berada pada batasan yang diinginkan. Hasil aktual untuk setiap aktivitas dibandingkan dengan rencana, dan jika ada perbedaan yang signifikan, tindakan perbaikan dapat dilakukan (Carter and Usry, 2006: 6).

Parkinson (1993: 35) mengemukakan bahwa ada beberapa prasyarat untuk kontrol biaya yang efektif, yaitu:

1. Usaha harus diarahkan agar menjadi efektif

Konsentrasi harus berada dalam pengontrolan bidang yang memerlukan biaya terbesar.

2. Organisasi secara keseluruhan harus diperiksa

Kontrol terhadap biaya menghendaki agar organisasi secara keseluruhan dapat ditinjau lagi. Misalnya ada suatu reduksi (pengurangan) besar pada harga dari beberapa bahan baku dengan memakai kualitas yang lebih rendah, tetapi hal ini dapat mengakibatkan mesin lebih lambat untuk melakukan proses produksi.

Menurut Samryn (2001: 211) di dalam pengendalian biaya dapat menggunakan anggaran fleksibel dan biaya standar.

1. Anggaran Fleksibel

Samryn (2001: 226) mengemukakan bahwa anggaran fleksibel merupakan suatu bentuk anggaran yang dirancang untuk mengcover suatu range aktivitas dan


(40)

yang dapat digunakan untuk membuat anggaran beberapa level biaya dalam kisaran yang dapat dibandingkan dengan biaya yang sesungguhnya terjadi.

Hansen (1999: 368) berpendapat bahwa anggaran yang menjadikan perusahaan memiliki kemampuan untuk menghitung biaya yang diharapkan selama rentang aktvitas disebut anggaran fleksibel (flexible budget). Anggaran fleksibel memiliki tiga kegunaan, yaitu:

a. Anggaran fleksibel dapat digunakan untuk menyusun anggaran sebelum adanya tingkat aktivitas yang diharapkan.

b. Anggaran fleksibel dapat menentukan besarnya biaya pada berbagai tingkat aktivitas, anggaran tersebut dapat digunakan untuk menghitung berapa biaya yang harus dikeluarkan pada tingkat aktivitas aktual. Setelah biaya yang diharapkan diketahui, laporan kinerja yang membandingkan biaya aktual dengan yang diharapkan dapat dibuat.

c. Anggaran fleksibel dapat membantu para manajer menghadapi ketidakpastian dengan melihat hasil yang diharapkan pada berbagai tingkat aktivitas. Anggaran ini juga dapat digunakan untuk memberikan hasil keuangan dari berbagai macam skenario kegiatan.

2. Biaya Standar

Menurut Hall (2007: 570) standar adalah tingkat kinerja yang ditetapkan sebelumnya yang diyakini oleh para manajer dapat dicapai. Standar diterapkan pada semua aspek. Setelah diterapkan, standar menjadi dasar evaluasi kerja di mana pengambil keputusan membandingkan kinerja operasional yang dipertanyakan dengan standar yang ada. Perbedaan di antara dua hal ini disebut


(41)

varian (variance). Misalnya, varian harga untuk suatu item persediaan merupakan selisih antara harga yang diharapkan – standar – dengan harga sebenarnya yang dibayarkan. Jika harga aktual lebih besar dari standar, varian dikatakan tidak menguntungkan (unfavorable). Jika harga aktual kurang dari standar, variannya dikatakan menguntungkan (favorable).

Samryn (2001: 211) berpendapat bahwa standar dapat didefinisikan sebagai patokan (benchmark) atau norma yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja. Standar biaya (cost standard) menunjukkan berapa jumlah biaya penggunaan waktu atau bahan yang akan terjadi. Sedangkan biaya standar menurut Blocher (2001: 750) merupakan pengeluaran perusahaan yang ditentukan sebelumnya yang dibutuhkan dalam operasi atau untuk tujuan tertentu.

Menurut Supriyono (1999: 437) metode harga pokok standar adalah metode digunakan dengan tujuan utama yaitu untuk mengukur efisiensi perusahaan. Oleh karena itu harga pokok standar harus ditentukan atas dasar tingkat efisiensi dan tingkatan kegiatan normal.

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan sistem harga pokok standar adalah tingkat reliabilitas, akurasi, dan keakseptabilan dari harga pokok standar yang ditetapkan. Penentuan harga pokok standar dapat meliputi sebagai berikut: standar bahan baku, standar biaya tenaga kerja langsung, dan standar biaya overhead pabrik (Supriyono, 2000: 102).


(42)

a. Standar biaya bahan baku

Standar biaya bahan baku adalah biaya bahan baku yang seharusnya terjadi dalam pengolah satu satuan produk. Syarat-syarat yang harus ada dalam menyusun standar biaya bahan baku adalah:

1) Anggaran bahan baku yang akurat 2) Kewajaran pembelian rutin

3) Pengawasan atas pengiriman bahan baku yang dibeli dan diangkut oleh pengangkut yang capable

4) Fasilitas penerimaan dan penyimpanan bahan baku yang memadai 5) Pengawasan terhadap sahnya bahan baku yang dipakai

6) Metode yang memadai untuk mengidentifikasikan dan mengawasi bahan baku di dalam proses

7) Kewajaran dari penyimpanan dan pengiriman produk selesai. b. Standar biaya tenaga kerja langsung

Standar biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja langsung yang seharusnya terjadi di dalam pengolahan satu satuan produk. Kondisi atau syarat-syarat yang harus ada di dalam menyusun standar biaya tenaga kerja langsung adalah:

1) Tata letak pabrik, kondisi peralatan, tempat kerja, fasilitas transportasi telah distandarisasi pada keadaan atau tingkatan praktis.

2) Terdapat pengawasan terhadap pengelolaan bahan baku baik segi kuantitas dan kualitas yang memadai sampai dengan bahan diolah di pabrik.


(43)

3) Sistem perencanaan, rute, dan kecepatan kerja.

4) Instruksi kerja untuk karyawan dan diadakan training atau pengarahan kerja sebelum karyawan melaksanakan pekerjaan tertentu.

c. Standar biaya overhead pabrik

Standar biaya overhead pabrik adalah biaya overhead pabrik yang seharusnya terjadi di dalam mengolah satu satuan produk. Tarif overhead standar dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik dalam sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas. Tarif biaya overhead pabrik standar menggabungkan biaya tetap dan variabel dalam satu tarif yang didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu. Sebagai akibatnya dalam tarif ini semua biaya overhead pabrik diperlakukan sebagai biaya variabel. Di lain pihak anggaran fleksibel memisahkan faktor-faktor biaya tetap dan variabel, dan memperlakukan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya yang jumlahnya tetap dalam volume tertentu.


(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 (empat belas) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet.

Sejarah Perseroan diawali dengan proses pengambil-alihan perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI) pada tahun 1958 yang dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). PPN pada tahun 1968 direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang selajutnya pada tahun 1974 bentuk badan hukumnya diubah menjadi PT Perkebunan (Persero).

Pemerintah merestrukturisasi BUMN subsektor perkebunan dengan melakukan penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegitan usaha perusahaan BUMN, yang diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1994, 3 (tiga) BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan III (Persero), PT Perkebunan IV (Persero) , PT


(45)

Perkebunan V (Persero) disatukan pengelolaannya ke dalam manajemen PT Perkebunan Nusantara III (Persero).

Ketiga perseroan tersebut kemudian digabung dan diberi nama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara Peraturan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH, No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-8331.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996 yang dimuat di dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 81 Tahun 1996 Tambahan Berita Negara No. 8674 Tahun 1996.

B. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan 1. Visi Perusahaan

Perusahaan mempunyai visi yaitu membentuk perusahaan agroindustri berbasis perkebunan yang tangguh di pasar global. Visi ini akan menjadikan perseroan sebagai perusahaan perkebunan yang besar serta terintegrasi dengan industri hilir yang kuat.

2. Misi Perusahaan

Misi Perusahaan, yaitu:

a. Memelihara kelestarian sumber daya alam, lingkungan air, dan kesuburan tanah.


(46)

b. Membangun usaha perkebunan dan industri hilir yang berkesinambungan dengan ramah lingkungan pada teknologi yang tepat guna, sehingga diperoleh produksi yang maksimal, mutu yang baik, biaya yang efesien dan nilai tambah yang terus meningkat.

c. Mengembangkan kinerja perusahaan yang optimal, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk memenuhi kepuasan pelanggan yang ada pada gilirannya memperkokoh posisi dan pangsa pasar perusahaan.

d. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan taraf hidup petani dan karyawan pada khususnya.

e. Bagi Pendapatan Nasional melalui upaya peningkatan produksi dan pemasaran dari beberapa jenis komoditi perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan negeri, ekspor, sekaligus dalam rangka meningkatkan ekspor non migas.

3. Tujuan Perusahaan

Tujuan perusahaan ditentukan berdasarkan visi dan misi perusahaan, juga mempertimbangkan faktor pertumbuhan dan stabilitas usaha dalam jangka panjang, yaitu:

a. Mengusahakan budidaya tanaman meliputi pembukuan dan pengelolaan lahan, persemaian bibit, penanaman dan pemeliharaan serta melakukan kegiatan-kegiatan penunjang yang berhubungan dengan perusahaan budidaya tanaman tersebut.


(47)

b. Melaksanakan panen hasil produksi, pengelolaan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi dan barang jadi. c. Menyelenggarakan kegiatan pemasaran berbagai hasil produksi serta

melakukan kegiatan perdagangan barang lainnya.

d. Pemanfaatan peluang pasar domestik dan internasional melalui pengembangan jaringan pemasaran global bekerja sama dengan mitra sekaligus.

e. Melakukan pengembangan usaha bidang perkebunan, agrowisata, dan industri hilir.

f. Pengembangan sistem informasi manajemen terpadu dengan komputerisasi untuk mendukung pengambilan keputusan secara cepat dan tepat guna.

C. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Manajemen mempunyai hubungan yang erat dalam organisasi di dalam suatu perusahaan sehingga diperlukan struktur organisasi yang merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pada hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian ataupun orang-orang yang mewujudkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggungjawab setiap karyawan dalam perusahaan dapat diketahui dengan jelas. Disamping itu setiap karyawan dapat mengetahui tugasnya masing-masing.


(48)

Kesatuan perintah sangat penting dalam organisasi untuk menjaga tidak terjadinya kesimpang siuran dalam pelaksanaan tugas atau kesalahan atasan dan bawahan. Struktur perusahaan diatur dalam Surat Keputusan Direksi SKKP No.3.12/SKPTS/03 3 April 2007 tentang struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan sebagai berikut:

Sumber: www. ptpn3.co.id (2010)


(49)

Fungsi, tugas dan wewenangnya dari masing-masing bagian berdasarkan struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah:

1. Rapat Umum Pemegang Saham

Rapat Umum Pemegang Saham adalah pimpinan tertinggi yang membawahi Dewan Komisaris, Direktur serta setingkat lebih bawah tugas dan wewenangnya adalah:

a. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris

1) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan penggunaan modal atau asset perusahaan dalam mencapai tujuan.

2) Menguasai Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya oleh pemegang saham.

b. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris yang terdiri dari 1 (satu) Komisaris dan 4 (empat) Komisaris anggota yang bertugas untuk mengawasi pekerjaan Direktur Utama. Tugas dan wewenang Dewan Komisaris dalam PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah:

1) Memberikan nasehat kepada pemimpin.

2) Membantu pemimpin dalam menginvestasikan dana perusahaan. 3) Mengawasi jalannya perusahaan.

c. Direktur Utama

1) Fungsi Direktur Utama yaitu: mengarahkan, memberdayagunakan seluruh sumber daya perusahaan secara optimal untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan.


(50)

2) Tugas dan Wewenang Direktur Utama adalah:

a) Mengambil keputusan dan penanggung jawab utama atas jalannya dan tercapainya tujuan perusahaan serta memelihara dan menjaga harta perusahaan.

b) Memimpin dan mengendalikan seluruh operasi perusahaan. 2. Direktur Produksi

Direktur Produksi dalam melaksanakan tugasnya mengkoordinir Kepala Bagian Tanaman, Kepala Bagian Teknik dan Kepala Bagian Teknologi/CMR.

Tugas dan wewenangnya adalah: a. Mengawasi kelancaran proses produksi.

b. Menyusun rencana kerja sesuai dengan target produksi. c. Membuat rencana penyedian bahan baku.

3. Direktur Keuangan

Fungsi utama Direktur Keuangan, yaitu mengelola dan memberdayagunakan sumber daya keuangan perusahaan secara tepat guna, sehingga tercapainya cash-flow, dan biaya operasional perusahaan yang efektif dan efesien.

Tugas dan wewenangnya adalah:

a. Merencanakan sumber-sumber dana yang diperoleh. b. Mencari dan memanfaatkan dana.

c. Menganalisa Laporan Keuangan untuk menilai apakah perusahaan mempunyai posisi keuangan yang baik.


(51)

4. Direktur Pemasaran

Tugas dan wewenangnya adalah:

a. Melaksanakan hubungan dengan perusahaan lain, serta menerima pesanan dari perusahaan lain.

b. Melakukan riset pasar dan mengumpulkan informasi pasar.

c. Mengembangkan pemasaran produksi, baik dalam maupun luar negeri. 5. Direktur Sumber Daya Manusia/Umum

Tugas dan wewenangnya adalah:

a. Menyusun rencana, mengarahkan dan mengkoordinasi bidang pengembangan Sumber Daya Manusia dan mengadakan pengkajian Sumber Daya Manusia.

b. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan penyelesaian hukum dan agrarian, kesepakatan, kesehatan dan keamanan serta social umum.

Selain itu, masih dibantu oleh beberapa bagian-bagian yang mendukung berjalannya perusahaan antara lain:

1. Kepala Bagian Tanaman

Tugas dan wewenangnya adalah:

a. Menyusun rencana jangka pendek dalam bidang tanaman dan produksi. b. Menyelenggarakan pengadaan bahan-bahan tanaman (biji, bibit dan


(52)

2. Kepala Bagian Teknik

Tugas dan wewenangnya adalah:

a. Membantu Direksi melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam merencanakan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan dengan mesin-mesin, sipil/bangunan, baik di kebun sendiri (inti) maupun di kebun plasma (PIR) dan daerah pengembangan.

b. Membuat rencana perawatan/pemeliharaan mesin-mesin, traksi dan bangunan sipil.

3. Kepala Bagian Pembiayaan

Tugas dan wewenangnya adalah:

a. Membina, mengawasi dan mengelola terlaksananya Sistem Informasi Manajemen (SIM) agar berjalan sesuai dengan fungsi dan tujuan.

b. Membina dan mengawasi Sistem Internal Control dalam rangka mengamankan harta kekayaan perusahaan.

c. Menyelenggarakan Akuntansi Keuangan (Financial Accounting), Akuntansi Biaya (Cost Accounting) dan penyusunan laporan keuangan dan analisa evaluasi kerja.

d. Berwenang mengambil keputusan yang bersifat tidak prinsipil dan tidak menyimpang dari kebijaksanaan Direksi/Direktur Keuangan.

e. Berwenang menandatangani surat/memorandum yang ditujukan kepada Biro/bagian/unit yang bersifat rutin dan tidak menyimpang dari kebijaksanaan Direksi.


(53)

4. Kepala Bagian Umum

Tugas dan wewenangnya adalah:

a. Melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan kesejahteraan karyawan staf dan tidak staf.

b. Menyelesaikan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tenaga kerja, mengelola administrasi dan pendokumentasi.

c. Merumuskan kerja sama dan kebijakan pengamanan di jajaran perusahaan dan pengadaan hubungan kerja sama dengan aparat keamanan pemerintah. d. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang ditetapkan Direksi.

5. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia Tugas dan wewenangnya:

a. Menyusun rencana jangka panjang dan jangka pendek bidang pendidikan, keselamatan dan kesejahteraan kerja serta pelayanan kesehatan.

b. Merumuskan kebijakan program pengembangan Sumber Daya Manusia (pendidikan dan pelatihan).

6. Kepala Bagian Pemasaran

Tugas dan wewenangnya adalah:

a. Menyusun rencana penjualan, melakukan proses penjualan serta mempersiapkan administrasi penjualan sebagaimana ketentuan dan peraturan yang berlaku.

b. Melakukan monitoring persediaan komoditi dan produk baik di gudang kebun/pabrik industri hilir atau tangki penyimpanan kebun maupun


(54)

instalasi perantaraan serta membuat laporan penjualan secara periodik sesuai dengan kebutuhan.

7. Kepala Bagian Pengadaan

Tugas dan wewenangnya adalah:

a. Merumuskan pengadaan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan yang pengadaannya harus melalui kantor Direksi dan unit produksi.

b. Memberikan konsultasi dan bimbingan kepada unit-unit produksi mengenai pelaksanaan kebijakan-kebijakan di bidang pengadaan barang dan jasa.

8. Kepala Bagian Seketaris Karporat Tugas dan wewenangnya adalah:

a. Mengurus/menyelenggarakan rapat-rapat direksi serta menerbitkan natulen rapat baik untuk kepentingan operasional maupun dokumentasi, termasuk mempersiapkan RUPS dan rapat-rapat Dewan Komisaris.

b. Mengatur tata tertib perusahaan sebagai bagian dari budaya kerja dan budaya perusahaan dan juga mengatur perusahaan, pemakai fasilitas mess kantor direksi, transportasi kantor direksi.

9. Kepala Bagian Sistem Pengendalian (SPI) Tugas dan wewenangnya adalah:

a. Mengelola bagian pengawasan intern dan membantu Direktur Utama dalam bidang Pengawasan Intern serta memberikan sarana dan tindak lanjut mencapai sasaran perusahaan secara efesien, efektif, dan ekonomis.


(55)

b. PTPN III (Persero) Medan ini dalam melaksanakan tugasnya kepada BPI memperhatikan pedoman BPI BUMN dan ketentuan-ketentuan/peraturan lainnya serta dibantu oleh kepala seksi dan bawahannya.

c. Menyiapkan tata cara pemeriksaan bagian pengawasan intern agar efesien dan efektif dalam melaksanakan pengawasan harta kekayaan dan pengelolaan perusahaan.

d. Melaksanakan audit/pemeriksaan intern baik fisik financial maupun manajemen terhadap seluruh unit kerja perusahaan berdasarkan norma pemeriksaan/pedoman BUMN atas pelaksanaan RAKP, kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan yang berlaku diperusahaan.

e. Memberikan masukan kepada dirut untuk penyusunan dan penyempurnaan peraturan, ketentuan system prosedur maupun administrasi pada umumnya berlaku di perusahaan.

f. Menganalisa/mengawasi laporan keuangan perusahaan sebelum diaudit BPKP dan hasilnya disampaikan kepada Direktur Utama.

g. Melakukan dan menganalisa secara periodik terhadap operasional perusahaan (pemeriksaan keuangan, operasional, komputerisasi dan analisa laporan) dalam rangka meningkatkan efesiensi, efektifitas, ekonomis dan produktifitas perusahaan dalam menyampaikan saran dan pendapat kepada Direktur Utama.

h. Menyusun kebijakan pengawasan audit (Audit Policy) program kerja pemeriksaan tahunan, (PKPT), program pemeriksaan, evaluasi hasil pemeriksaan, laporan triwulan BPI dan laporan tahunan BPU.


(56)

i. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dan juga mengatur perusahaan, pemakaian fasilitas mess kantor direksi, transportasi kantor direksi.

D. Kebun pada PTPN III

PTPN III (Persero) Medan memiliki lahan perkebunan (unit kebun) yang terdapat pada 5 (lima) daerah Tingkat II Sumatera Utara yaitu Kabupaten Deli Serdang, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Berikut ini adalah tabel nama-nama kebun yang ada pada PTPN III (Persero) Medan.

Tabel 3.1

Kebun Kelapa Sawit Pada PTPN III (Persero) Medan

NO. KEBUN

1 Sei Meranti 2 Sei Daun 3 Torgamba 4 Bukit Tujuh 5 Sei Baruhur 6 Sei Kebara 7 Aek Torop 8 Aek Roso 9 Sisumut

10 Aek Nabara Utara 11 Aek Nabara Selatan 12 Membang Muda 13 Merbau Selatan 14 Rantau Prapat 15 Labuhan Haji 16 Sei Dadap 17 Sei Silau 18 Pulau Mandi 19 Huta Padang 20 Bandar Selamat 21 Ambalutu 22 Bangun 23 Dusun Ulu


(57)

Lanjutan

Tabel 3.1

Kebun Kelapa Sawit Pada PTPN III (Persero) Medan

NO. KEBUN

24 Bandar Betsy 25 Gunung Para 26 Gunung Pamela 27 Gunung Monako 28 Silau Dunia 29 Tanah Raja 30 Rambutan 31 Sei Putih 32 Sarang Ginting 33 Hapesong 34 Batang Toru


(58)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

1. Efisiensi Biaya Produksi

Analisis deskriptif efisiensi biaya produksi ini terdiri dari efisiensi biaya tenaga kerja langsung dan efisiensi biaya overhead pabrik. Perhitungan efisiensi biaya produksi adalah dengan menggunakan laporan biaya produksi pada PTPN III (Persero) Medan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, dengan membandingkan varians dengan standar biaya-nya. Persentase varians yang kecil bahwa pengendalian biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik semakin efisien. Penentuan nilai efisiensi biaya produksi adalah:

a. Rentang Varians = Varians terbesar – varians terkecil = 78,90% – (-43,95%) = 122,85% b. Interval Kelas = 122,85% : 4 = 30,71%

-43,95% - -13,24% = Efisien (E) = 4 -13,25% - 17,47% = Kurang Efisien (KE) = 3 17,48% - 48,18% = Tidak Efisien (TE) = 2 48,19% - 78,90% = Sangat Tidak Efisien (STE)= 1

Tabel 4.1 menunjukkan perhitungan efisiensi biaya produksi (biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik) dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009.


(59)

Tabel 4.1

Perhitungan Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2009

TAHUN JENIS BIAYA KEBUN REALISASI STANDAR VARIANS % KRITERIA NILAI

2006

Biaya Tenaga Aek Nabara Selatan 905,099,265 813,752,000 91,347,265 11.23 KE 3 Kerja Langsung Aek Nabara Utara 372,200,209 353,274,000 18,926,209 5.36 KE 3

Aek Raso 754,131,938 514,184,000 239,947,938 46.67 TE 2

Aek Torop 1,578,615,792 1,234,423,000 344,192,792 27.88 TE 2

Ambalutu 59,666,472 38,930,000 20,736,472 53.27 STE 1

Bandar Selamat 443,396,579 506,771,000 (63,374,421) (12.51) KE 3

Bangun 132,341,408 170,077,000 (37,735,592) (22.19) E 4

Batang Toru 154,214,000 155,490,000 (1,276,000) (0.82) KE 3

Bukit Tujuh 663,326,247 397,175,000 266,151,247 67.01 STE 1

Dusun Ulu 623,022,609 459,252,000 163,770,609 35.66 TE 2

Gunung Monako 354,866,087 454,790,000 (99,923,913) (21.97) E 4

Gunung Pamela 332,768,291 311,475,000 21,293,291 6.84 KE 3

Gunung Para 166,016,458 118,793,000 47,223,458 39.75 TE 2

Hapesong 98,729,307 70,512,000 28,217,307 40.02 TE 2

Huta Padang 664,429,965 539,946,000 124,483,965 23.05 TE 2

Labuhan Haji 176,264,507 194,471,000 (18,206,493) (9.36) KE 3

Membang Muda 449,501,304 381,868,000 67,633,304 17.71 TE 2

Pulau Mandi 400,829,750 345,297,000 55,532,750 16.08 KE 3

Rambutan 692,670,107 502,868,000 189,802,107 37.74 TE 2

Rantau Prapat 460,765,885 418,717,000 42,048,885 10.04 KE 3

Sarang Ginting 85,380,752 49,327,000 36,053,752 73.09 STE 1


(60)

Lanjutan

Tabel 4.1

Perhitungan Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2009

TAHUN JENIS BIAYA KEBUN REALISASI STANDAR VARIANS % KRITERIA NILAI

2006

Biaya Tenaga Sei Daun 1,354,065,792 1,260,914,000 93,151,792 7.39 KE 3 Kerja Langsung Sei Kebara 759,114,272 635,368,000 123,746,272 19.48 TE 2 Sei Meranti 1,734,208,845 1,521,137,000 213,071,845 14.01 KE 3

Sei Putih 40,514,924 72,284,000 (31,769,076) (43.95) E 4

Sei Silau 378,893,212 506,376,000 (127,482,788) (25.18) E 4

Silau Dunia 431,723,589 352,205,000 79,518,589 22.58 TE 2

Sisumut 527,766,459 454,393,000 73,373,459 16.15 KE 3

Tanah Raja 311,767,843 252,635,000 59,132,843 23.41 TE 2

Torgamba 921,466,630 783,894,000 137,572,630 17.55 TE 2

Biaya Overhead Aek Nabara Selatan 38,992,534,572 37,337,911,000 1,654,623,572 4.43 KE 3 Pabrik Aek Nabara Utara 19,374,809,596 17,323,800,000 2,051,009,596 11.84 KE 3 Aek Raso 33,048,138,532 26,378,749,000 6,669,389,532 25.28 TE 2 Aek Torop 49,502,522,541 40,587,175,000 8,915,347,541 21.97 TE 2

Ambalutu 3,713,715,400 2,639,779,000 1,073,936,400 40.68 TE 2

Bandar Selamat 23,655,479,215 17,394,717,000 6,260,762,215 35.99 TE 2

Bangun 9,999,894,758 6,981,610,000 3,018,284,758 43.23 TE 2

Batang Toru 6,607,668,285 5,497,239,000 1,110,429,285 20.20 TE 2 Bukit Tujuh 26,180,896,963 24,321,125,000 1,859,771,963 7.65 KE 3 Dusun Ulu 25,790,156,644 23,628,388,000 2,161,768,644 9.15 KE 3 Gunung Monako 19,181,990,591 14,265,828,000 4,916,162,591 34.46 TE 2 Gunung Pamela 17,091,624,601 15,095,698,000 1,995,926,601 13.22 KE 3


(61)

Lanjutan

Tabel 4.1

Perhitungan Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2009

TAHUN JENIS BIAYA KEBUN REALISASI STANDAR VARIANS % KRITERIA NILAI

2006

Biaya Overhead Hapesong 6,445,392,312 5,781,693,000 663,699,312 11.48 KE 3 Pabrik Huta Padang 21,567,947,279 20,525,674,000 1,042,273,279 5.08 KE 3 Labuhan Haji 15,738,502,016 13,479,078,000 2,259,424,016 16.76 KE 3 Membang Muda 13,888,981,123 12,447,879,000 1,441,102,123 11.58 KE 3 Pulau Mandi 20,774,035,881 17,198,679,000 3,575,356,881 20.79 TE 2

Rambutan 37,008,732,829 37,045,794,000 (37,061,171) (0.10) KE 3

Rantau Prapat 16,962,884,040 13,601,331,000 3,361,553,040 24.71 TE 2 Sarang Ginting 5,037,735,872 4,066,505,000 971,230,872 23.88 TE 2 Sei Baruhur 40,720,163,056 33,328,461,000 7,391,702,056 22.18 TE 2 Sei Dadap 36,714,753,589 34,999,651,000 1,715,102,589 4.90 KE 3

Sei Daun 61,236,125,796 58,372,486,000 2,863,639,796 4.91 KE 3

Sei Kebara 43,689,273,174 37,124,311,000 6,564,962,174 17.68 TE 2 Sei Meranti 62,383,616,752 54,422,624,000 7,960,992,752 14.63 KE 3

Sei Putih 3,740,003,825 3,740,844,000 (840,175) (0.02) KE 3

Sei Silau 15,914,276,684 14,606,616,000 1,307,660,684 8.95 KE 3 Silau Dunia 18,090,555,599 13,239,379,000 4,851,176,599 36.64 TE 2

Sisumut 23,919,873,461 23,018,327,000 901,546,461 3.92 KE 3

Tanah Raja 18,274,008,205 15,231,371,000 3,042,637,205 19.98 TE 2

Torgamba 42,189,552,039 40,068,093,000 2,121,459,039 5.29 KE 3

2007

Biaya Tenaga Aek Nabara Selatan 714,278,658 674,183,000 40,095,658 5.95 KE 3 Kerja Langsung Aek Nabara Utara 472,055,155 515,018,000 (42,962,845) (8.34) KE 3


(62)

Lanjutan

Tabel 4.1

Perhitungan Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2009

TAHUN JENIS BIAYA KEBUN REALISASI STANDAR VARIANS % KRITERIA NILAI

2007

Biaya Tenaga Aek Torop 1,653,117,313 1,189,411,000 463,706,313 38.99 TE 2 Kerja Langsung Ambalutu 237,592,335 278,315,000 (40,722,665) (14.63) E 4

Bandar Selamat 895,342,297 968,915,000 (73,572,703) (7.59) KE 3

Bangun 351,379,148 257,805,000 93,574,148 36.30 TE 2

Batang Toru 154,196,254 145,895,000 8,301,254 5.69 KE 3

Bukit Tujuh 453,924,856 573,230,000 (119,305,144) (20.81) E 4

Dusun Ulu 820,012,422 554,835,000 265,177,422 47.79 TE 2

Gunung Monako 640,584,077 805,899,000 (165,314,923) (20.51) E 4

Gunung Pamela 572,090,147 516,502,000 55,588,147 10.76 KE 3

Gunung Para 166,529,060 118,133,000 48,396,060 40.97 TE 2

Hapesong 112,312,447 125,502,000 (13,189,553) (10.51) KE 3

Huta Padang 449,853,142 389,016,000 60,837,142 15.64 KE 3

Labuhan Haji 168,773,436 126,878,000 41,895,436 33.02 TE 2

Membang Muda 502,919,318 346,476,000 156,443,318 45.15 TE 2

Pulau Mandi 679,794,682 746,032,000 (66,237,318) (8.88) KE 3

Rambutan 746,765,910 690,499,000 56,266,910 8.15 KE 3

Rantau Prapat 414,818,890 388,826,000 25,992,890 6.68 KE 3

Sarang Ginting 117,288,984 129,218,000 (11,929,016) (9.23) KE 3

Sei Baruhur 1,405,053,753 1,202,593,000 202,460,753 16.84 KE 3

Sei Dadap 932,382,527 831,068,000 101,314,527 12.19 KE 3


(63)

Lanjutan

Tabel 4.1

Perhitungan Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2009

TAHUN JENIS BIAYA KEBUN REALISASI STANDAR VARIANS % KRITERIA NILAI

2007

Biaya Tenaga Sei Meranti 1,665,090,635 1,332,619,000 332,471,635 24.95 TE 2 Kerja Langsung Sei Putih 64,884,409 94,255,000 (29,370,591) (31.16) E 4

Sei Silau 523,366,889 582,332,000 (58,965,111) (10.13) KE 3

Silau Dunia 676,366,102 714,208,000 (37,841,898) (5.30) KE 3

Sisumut 770,786,555 611,034,000 159,752,555 26.14 TE 2

Tanah Raja 543,829,490 374,360,000 169,469,490 45.27 TE 2

Torgamba 914,264,217 748,870,000 165,394,217 22.09 TE 2

Biaya Overhead Aek Nabara Selatan 29,133,979,368 28,743,727,000 390,252,368 1.36 KE 3 Pabrik Aek Nabara Utara 23,651,208,638 22,723,065,000 928,143,638 4.08 KE 3

Aek Raso 32,754,605,062 26,705,973,000 6,048,632,062 22.65 TE 2

Aek Torop 43,739,646,341 41,230,976,000 2,508,670,341 6.08 KE 3

Ambalutu 10,031,619,451 9,721,810,000 309,809,451 3.19 KE 3

Bandar Selamat 35,522,104,671 34,095,755,000 1,426,349,671 4.18 KE 3

Bangun 15,812,400,134 12,183,733,000 3,628,667,134 29.78 TE 2

Batang Toru 8,309,833,224 8,525,448,000 (215,614,776) (2.53) KE 3

Bukit Tujuh 23,690,851,268 23,265,471,000 425,380,268 1.83 KE 3

Dusun Ulu 31,761,990,281 28,841,776,000 2,920,214,281 10.12 KE 3

Gunung Monako 31,918,118,842 28,236,101,000 3,682,017,842 13.04 KE 3 Gunung Pamela 23,205,301,156 21,210,652,000 1,994,649,156 9.40 KE 3

Gunung Para 8,168,306,318 7,188,652,000 979,654,318 13.63 KE 3


(64)

Lanjutan

Tabel 4.1

Perhitungan Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2009

TAHUN JENIS BIAYA KEBUN REALISASI STANDAR VARIANS % KRITERIA NILAI

2007

Biaya Overhead Labuhan Haji 17,549,195,416 16,157,359,000 1,391,836,416 8.61 KE 3 Pabrik Membang Muda 16,468,790,096 16,582,326,000 (113,535,904) (0.68) KE 3 Pulau Mandi 27,641,137,001 26,145,510,000 1,495,627,001 5.72 KE 3 Rambutan 42,302,099,555 41,365,423,000 936,676,555 2.26 KE 3 Rantau Prapat 18,075,055,545 17,357,135,000 717,920,545 4.14 KE 3 Sarang Ginting 5,606,091,228 4,795,281,000 810,810,228 16.91 KE 3 Sei Baruhur 32,328,563,868 30,128,609,000 2,199,954,868 7.30 KE 3

Sei Dadap 38,617,944,117 38,674,367,000 (56,422,883) (0.15) KE 3

Sei Daun 49,057,288,804 48,709,161,000 348,127,804 0.71 KE 3

Sei Kebara 40,078,477,630 36,371,904,000 3,706,573,630 10.19 KE 3 Sei Meranti 50,999,759,831 47,951,870,000 3,047,889,831 6.36 KE 3

Sei Putih 4,313,031,271 3,905,813,000 407,218,271 10.43 KE 3

Sei Silau 18,470,598,429 19,435,907,000 (965,308,571) (4.97) KE 3

Silau Dunia 22,081,867,297 19,377,311,000 2,704,556,297 13.96 KE 3

Sisumut 38,039,861,398 34,672,758,000 3,367,103,398 9.71 KE 3

Tanah Raja 23,117,871,034 22,315,371,000 802,500,034 3.60 KE 3

Torgamba 30,748,151,615 29,749,025,000 999,126,615 3.36 KE 3

2008

Biaya Tenaga Aek Nabara Selatan 499,328,412 449,710,000 49,618,412 11.03 KE 3 Kerja Langsung Aek Nabara Utara 523,757,565 512,951,000 10,806,565 2.11 KE 3

Aek Raso 653,185,220 700,254,000 (47,068,780) (6.72) KE 3


(1)

Samryn, L.M., 2001. Akuntansi Manajerial: Suatu Pengantar, PT.

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Sedarmayanti, Hj., dan Hidayat, Syarifuddin, 2002. Metodologi Penelitian,

Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung.

Sekaran, Uma, 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi Keempat,

Penerjemah: Kwan Men Yon, Salemba Empat, Jakarta.

Simamora, Henry, 1999. Akuntansi Manajemen, Salemba Empat, Jakarta.

Situmorang, Syafrizal Helmi., Dalimunthe, Doli M. JA’far, Muda, Iskandar, Lufti,

Muslich., Syahyunan. 2008. Analisis Data Penelitian (Menggunakan

Program SPSS), USU Press, Medan.

Supriyono, R.A., 1999. Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya dan Penentuan

Harga Pokok, Buku 1, BPFE, Yogyakarta.

_____________, 2000. Akuntansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian

Biaya Serta Pembuatan Keputusan, Buku 2, BPFE, Yogyakarta.

_____________, 2001. Akuntansi Manajemen 2: Struktur Pengendalian

Manajemen, Edisi Pertama, Editor: Mulyadi, BPFE, Yogyakarta.

Susantun, I. 2000. Fungsi Keuntungan Cobb-Dauglas Dalam Pendugaan Efisiensi

Ekonomi Realtif. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.5 No.2. hal

149-161.

Vitasari, Pulung, 2007. Penerapan Analisis Varians Sebagai Kontrol Efisiensi

Biaya Produksi pada PT Mubarokfood Delicia Kudus. Skripsi.

Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Tidak Dipublikasikan.

diakses oleh


(2)

(3)

DESCRIPTIVE STATISTICS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Net Profit Margin 128 1.00 3.00 2.1875 .75033 Efisiensi Biaya Tenaga Kerja

Langsung 128 1.00 4.00 2.7969 .72481 Efisiensi Biaya Overhead

Pabrik 128 2.00 4.00 2.8359 .39240 Valid N (listwise) 128

UJI GOODNESS OF FIT

KOEFISIEN DETERMINASI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 .488a .238 .226 .66010 a. Predictors: (Constant), Efisiensi Biaya Overhead Pabrik, Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung

b. Dependent Variable: Net Profit Margin

UJI HIPOTESA

1.

Uji F

ANOVAb


(4)

2.

Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .078 .446 .175 .861 Efisiensi Biaya Tenaga

Kerja Langsung .437 .083 .422 5.244 .000 Efisiensi Biaya

Overhead Pabrik .313 .154 .164 2.035 .044 a. Dependent Variable: Net Profit Margin

UJI ASUMSI KLASIK

1.

Uji Normalitas


(5)

b.

Pendekatan Kolmogrov-Sminorv

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual N 128 Normal Parametersa Mean .0000000 Std. Deviation .65488312 Most Extreme Differences Absolute .113 Positive .098 Negative -.113 Kolmogorov-Smirnov Z 1.280 Asymp. Sig. (2-tailed) .075 a. Test distribution is Normal.

2.

Uji Heteroskedastisitas

a.

Pendekatan Grafik


(6)

b.

Uji Glejser

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .652 .249 2.614 .010 Efisiensi Biaya Tenaga

Kerja Langsung -.089 .047 -.173 -1.904 .059 Efisiensi Biaya

Overhead Pabrik .047 .086 .050 .547 .586 a. Dependent Variable: absut

3.

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson 1 .488a .238 .226 .66010 1.965 a. Predictors: (Constant), Efisiensi Biaya Overhead Pabrik, Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung

b. Dependent Variable: Net Profit Margin

4.

Uji Multikolinieritas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) .078 .446 .175 .861

Efisiensi Biaya Tenaga

Kerja Langsung .437 .083 .422 5.244 .000 .942 1.062 Efisiensi Biaya

Overhead Pabrik .313 .154 .164 2.035 .044 .942 1.062 a. Dependent Variable: Net Profit Margin