MODEL KOMUNIKASI PT. SLAMET PUTRA GRESIK DALAM MENANGANI KONFLIK PERUSAHAAN (Studi Kasus Model Komunikasi PT.Slamet Putra Gresik dalam Menangani Konflik Kenaikan Gaji Karyawan).

MODEL KOMUNIKASI PT. SLAMET PUTRA GRESIK DALAM MENANGANI
KONFLIK PERUSAHAAN
(Studi Kasus Model Komunikasi PT.Slamet Putra Gr esik dalam Menangani Konflik
Kenaikan Gaji Karyawan)

SKRIPSI

Oleh :
ARINDIO AFRILIAN
0943010074

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN, DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


MODEL KOMUNIKASI PT. SLAMET PUTRA GRESIK DALAM MENANGANI
KONFLIK PERUSAHAAN
(Studi Kasus PT. Slamet Putra Gr esik dalam Menangani Konflik Kenaikan Gaji
Karyawan)
Oleh:
ARINDIO AFRILIAN
NPM. 09 43010 074
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional " Veteran" J awa Timur
Pada Tanggal 19 J uli 2013
Menyetujui,
Pembimbing Utama

Tim Penguji:
1. Ketua

Dr s. KUSNARTO,M.Si
NIP. 1 95808 011984 021 001


J UWITO, S.Sos,M.Si
NPT. 056 700 036
2. Sekretaris

Dr s. SAIFUDIN ZUHRI,M.Si
NPT. 37006 94 00351
3. Anggota

Dr s. KUSNARTO. M. Si
NIP. 1 95808 011984 021 001

Mengetahui,
DEK AN

DRA. HJ . SUPARWATI, M.Si
NIP. 1 9559718 198302 2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


J udul Penelitian

:

Nama Mahasiswa
NPM
J urusan
Fakultas

:
:
:
:

MODEL KOMUNIKASI PT. SLAMET PUTRA
DALAM MENANGANI KONFLIK (Study Deskriptif
PT. Slamet Putra dalam Menangani Konflik Kenaikan
Gaji)
ARINDIO AFRILIAN
0943010074

Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,

PEMBIMBING UTAMA

DRS. KUSNARTO, M.Si
NIP. 1 95808 011984 021 001

Mengetahui,
DEK AN

DRA. HJ . SUPAWARTI, M,Si
NIP. 1 95597 181983 022 001

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat, rahmat, dan Penyertaan-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dengan judul “Model Komunikasi PT. Slamet Putr a Gr esik
dalam Menangani Konflik Perusahaan”
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada Bapak Drs. Kusnarto, M.Si. selaku dosen pembimbing yang
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk
kepada penulis.
Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan banyak terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penyusunan penelitian, diantaranya:
1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M. Si. selaku dekan FISIP UPN “Veteran” Jatim.
2. Bapak Juwito, S. Sos, M. Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
3. Bapak Moch. Slamet slamet selaku direktur utama dari PT. Slamet Putra Gresik.
Terima kasih atas semua dukungan fasilitas, kemudahan, kesempatan, dan
pengetahuan yang diberikan kepada saya mengenai seluk beluk perusahaan. Dan


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

juga kepada para staff dan karyawan PT. Slamet Putra Gresik, terima kasih untuk
keramah tamahan dan kerja sama selama penelitian.
4. Bapak, Ibu, dan Keluarga tercinta atas segala Doa, bimbingan, dan dukungannya
selama ini yang tak pernah ada hentinya kepada peneliti.
5. Sonny, Nuke, Emon, Rendy, Shallys, terima kasih atas semua bantuan yang
diberikan selama proses laporan dikerjakan.
6. Erik Setiawan. Terima kasih telah merekomendasikan PT. Slamet Putra sebagai
tempat melakukan penelitian.
7. Judith Ayu Pramitasari dan sahabat sejati kontrakan (Michael Mardian, Ryan
Vergiawan, Khairul Afif). Terima kasih untuk perhatian dan semangat yang
diberikan selama proses pengerjaan proposal penelitian ini. Dan teman-teman
lainnya yang ada di lingkungan sekitar penulis yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, tak henti penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa penyusunan penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Sehingga penulis berharap kritik dan saran yang membangun demi
kebaikan dan kesempurnaan dalam penyusunan penelitian.
Surabaya, Juli 2013


Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN J UDUL ..................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN
PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI .............................................................

ii

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ..............

iii


KATA PENGANTAR ................................................................................

iv

DAFTAR ISI ..............................................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

viii

ABSTRAK .................................................................................................

ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................


1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................

7

1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................

7

1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................

7

BAB II KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................

8

2.2. Landasan Teori ........................................................................


10

2.2.1. Definisi Komunikasi .....................................................

10

2.2.2. Fungsi Komunikasi .......................................................

14

2.2.3. Tujuan Komunikasi .......................................................

15

2.2.4. Hambatan Komunikasi ..................................................

15

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.5. Komunikasi yang Efektif ..............................................

17

2.3. Model Komunikasi dalam Konflik Organisasi .........................

19

2.3.1. Definisi Konflik ............................................................

19

2.3.2. Model Komunikasi ........................................................

20

2.3.3. Model Lasswell .............................................................

20

2.3.4. Model Shannon-Weaver ................................................

21

2.3.5. Model Newcomb .................................................................. 24
2.3.6. Model Jakobson ........................ .......................................... 25
2.4. Komunikasi Organisasi ............................................................

28

2.4.1. Definisi Komunikasi Organisasi ....................................

28

2.4.2. Komunikasi Organisasi dalam Perusahaan .....................

31

2.5. Komunikasi Interpersonal ........................................................

33

2.5.1. Definisi Komunikasi Interpersonal ................................

33

2.5.2. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal .................................

34

2.5.3. Proses Komunikasi Interpersonal ....................................

36

2.6. Komunikasi Kelompok ............................................................

38

2.6.1. Definisi Komunikasi Kelompok ....................................... .. 38
2.6.2. Pengaruh Kelompok dalam Organisasi ................................. 39
2.7. Kerangka Berpikir .... .................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ........................................................................
vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

42

3.2. Lokasi Penelitian .....................................................................

45

3.3. Subjek Penelitian dan Informan ………………………………..

45

3.4. Metode Pengumpulan Data …………………………………….

47

3.5. Metode Analisis Data …………………………………………..

48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ......................................... 50
4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Gresik. ........................... 50
4.1.2. Gambaran Umum PT. Slamet Putra Gresik .................. 50
4.2. Penyajian Data dan Analisis Data ............................................ 52
4.2.1. Identitas Informan ………………………………………. 54
4.3. Hasil dan Pembahasan
4.3.1. Hasil ........................................................................... 57
4.3.2. Pembahasan ................................................................ 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 71
5.2. Saran......................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 73

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Struktur Organisasi PT.Telekomunikasi Indonesia,Tbk. Dan
Lampiran 2 : Kuesioner
Lampiran 3 : Rekapitulasi Jawaban Responden
Lampiran 4 : Dokumentasi Penelitian

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Abstraksi
Konflik dalam tubuh perusahaan merupakan sesuatu hal yang mendasar dan essensial.
Dalam perusahaan, konflik mempunyai kekuatan yang dapat membangun kinerja perusahaan
bila dapat ditangani dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model
komunikasi PT. Slamet Putra Gresik dalam menangani konflik kenaikan gaji karyawan.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Komunikasi
Lasswell dan Model komunikasi Newcomb. Subyek penelitian dari penelitian ini adalah 5
narasumber yang mengetahui dan terhubung langsung dengan konflik internal perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, PT. Slamet
Putra Gresik menggunakan model komunikasi Lasswell, lalu dilanjutkan dengan model
komunikasi Newcomb dalam menangani konflik kenaikan gaji karyawan.
Kata kunci : Model Komunikasi, Konflik

Conflict within tehe company is a fundamental and essential. In this case, PT. Slamet
Putra Gresik experiencing internal conflict between the management team and employees.
This research aim to determine the communications model of PT. Slamet Putra Gresik in
management employees salary increases conflict.
Theoretical basis used in this study are Lasswell’s and Newcomb’s. Research subject
used are 5 informants who connected with this case.
Based on the analysis and discussion, it can be conclude that, using the Lasswell
Model Communication, followed by Newcomb Model Communication in dealing with
employee salary increases conflict.
Key Word : Communications Model, Conflict

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan dewasa ini telah berkembang begitu pesatnya, terutama setelah
ada penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang membuat kehidupan
manusia menjadi lebih mudah. Salah satu kebutuhan yang cukup penting dan
essensial bagi masyarakat adalah kebutuhan

akan informasi. Pada umumnya

masyarakat selalu mencari informasi yang dianggapnya perlu untuk mereka ketahui.
Manusia dapat mengikuti peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitarnya ataupun di
tempat lain, melalui informasi yang diperolehnya. Selain itu memahami kedudukan
serta perannya dalam masyarakat.
Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia
akan informasi, informasi yang disajikan media massa merupakan kejadian atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia sehingga antara manusia
dan media massa keduanya saling membutuhkan satu sama lain dan tidak dapat
dipisahkan. Manusia membutuhkan media massa untuk memenuhi kebutuhan akan
informasi, sedangkan media massa membutuhkan manusia untuk mendapatkan
informasi dan mengkonsumsi berita-berita yang disajikan oleh media massa tersebut.
Peran media massa dalam kehidupan sosial kerap dipandang sebelah mata
secara berbeda-beda, namun tidak ada yang menyangkal atas perannya yang
signifikan dalam masyarakat modern. Menurut Mc Quail dalam Winarso, peran
media massa sebagai window on event and experience. Media dipandang sebagai

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

jendela yang memungkinkan khalayak “melihat” apa yang terjadi diluar sana. Selain
itu, media massa sebagai filter atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk
diberi perhatian atau tidak. Media massa senantiasa memilih isu, informasi atau
bentuk konten lain berdasarkan standar para pengelolanya. Khalayak dipilihkan oleh
media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian (Winarso,
2005:54)
Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar, buku, baliho, majalah,
tabloid) dan media elektronik (radio, televisi, video, film). Pesan-pesan yang
ditayangkan media elektronik dapat mengarahkan masyarakat kearah perilaku
prososial maupun antisosial. Penayangan berkesinambungan mengenai laporan
kekerasan seperti aksi unjuk rasa yang belakangan terjadi, dianggap sebagai salah
satu faktor yang mendorong perilaku agresif, terutama agresifitas buruh tenaga kerja,
karyawan, dan karyawati untuk melakukan hal yang sama apabila keinginan dan hak
mereka tidak dipenuhi oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Di sisi lain,
perusahaan tidak akan tinggal diam dan tidak akan menolerir tindakan pegawai yang
demikian, karena setiap kebijakan yang dibuat telah disesuaikan dengan norma,
kesepakatan dan kemampuan perusahaan. Dari kesenjangan nilai itulah maka timbul
konflik.
Apabila konflik diatas terus berjalan, maka hanya kerugian yang akan didapat
oleh kedua belah pihak. Pegawai bisa kehilangan pekerjaannya dan aktivitas
perusahaan berjalan tidak maksimal. Kemungkinan buruk lainnya bagi perusahaan
apabila konflik seperti ini berkelanjutan adalah hilangnya kepercayaan dari
masyarakat terhadap kredibilitas dan loyalitas perusahaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Konflik adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih banyak anggota
organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang langka, atau
aktivitas kerja dan atau karena mereka memiliki status, tujuan, penelitian, atau
pandangan yang berbeda (Gibson, J.L. et el., 1996).
Konflik merupakan sebuah situasi dua orang atau lebih menginginkan tujuantujuan yang menurut persepsi mereka dapat dicapai oleh salah satu diantara mereka,
tetapi tidak mungkin dicapai bersama. Karena itu, setiap perusahaan tidak boleh
mengabaikannya dan harus memiliki serangkaian kesiapan tersendiri untuk
mengatasi konflik. Dari berbagai konflik yang telah terjadi sebelumnya dapat dilihat
ada konflik yang dapat diselesaikan dengan baik, artinya tidak melumpuhkan
perusahaan, tetapi ada juga konflik yang meluluhlantakkan perusahaan tersebut. Hal
penting yang dapat dipelajari dari perusahaan yang selamat dari konflik adalah
kemampuannya untuk mengelola konflik dan memasukkan faktor komunikasi
sebagai bagian penting dalam penyelesaian konflik, sehingga konflik tidak berlarutlarut dan bertambah parah.
PT. Slamet Putra merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa dan tenaga
kerja atau yang lebih dikenal dengan sebutan outsourching. Perusahaan yang berdiri
sejak tahun 1979 ini merupakan usaha keluarga yang dijalankan secara turuntemurun dan berlokasi di kota Gresik. Sebelumnya perusahaan ini bergerak di bidang
transportasi, namun sejak tahun 2003 PT. Slamet beralih bidang pekerjaan menjadi
perusahaan penyedia jasa dan tenaga kerja.
Fenomena komunikasi organisasi yang terjadi di PT. Slamet Putra umumnya
berjalan dengan lancar. Mulai dari karyawan awalnya tidak saling kenal menjadi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

kenal, kemudian mereka berinteraksi sehingga dapat bekerjasama dalam satu tim
dengan baik. Hubungan karyawan dengan pihak manajemen juga berjalan dengan
baik, aspirasi karyawan dikelola oleh mandor atau pengawas lapangan untuk
disampaikan pada atasan. Demikian pula dengan jajaran direksi, mereka selalu
menjaga iklim organisasi tetap kondusif dengan memberikan apa yang diminta oleh
para karyawan melalui kebijakan dan kelonggaran yang sifatnya tidak merugikan
perusahaan.
PT. Slamet Putra menyediakan tenaga kerja atau buruh salah satunya kepada
perusahaan PT. Petrokimia Gresik. Hubungan kerjasama ini sudah dilakukan sejak 3
tahun lalu. Perjanjian kontrak kerja oleh kedua perusahaan dilakukan setiap awal
tahun dan dihadiri oleh lebih dari 15 perusahaan supplier rekanan PT. Petrokimia
Gresik. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan negosiasi ini berkisar antara satu
hingga dua minggu.
Namun dalam kaitannya dengan hasil rapat negosiasi dan pembaharuan
kontrak kerja 2012-2013 yang dilangsungkan pada bulan Februari 2012 lalu ini,
antara jajaran direksi PT.Slamet Putra dengan para karyawan terjadi salah pengertian
yang berujung pada timbulnya konflik dan krisis kepemimpinan dalam tubuh
perusahaan. Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan persepsi dari kedua belah pihak
dalam menyikapi hasil rapat pembaharuan kontrak kerja khususnya kenaikan upah
minimum karyawan.
Sebagian besar karyawan menganggap keputusan itu merugikan pihaknya.
Kenaikan tarif atau upah tenaga kerja dianggap terlalu kecil dan tidak sebanding
dengan target minimum perusahaaan dan kerja keras mereka selama ini. Karyawan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

PT. Slamet Putra menuntut kenaikan gaji mereka setara dengan karyawan tetap pada
perusahaan induk PT. Petrokimia Gresik. Tuntutan karyawan ini juga tidak lepas dari
adanya oknum atau pihak luar yang bermain “dibalik layar”, para oknum ini sengaja
membentuk pergerakan besar-besaran di kalangan karyawan untuk memaksa
perusahaan memenuhi tuntutan mereka. Oknum yang dimaksud adalah Serikat Buruh
Indonesia (SBI). SBI adalah lembaga sosial yang dibentuk dengan tujuan membela
dan melindungi hak-hak buruh. Namun dalam kasus ini, terindikasi bahwa SBI
memiliki kepentingan sendiri dan mencemari nilai-nilai fundamental berdirinya
organisasi.
Di sisi lain jajaran manajemen menganggap kesepakatan kontrak kerja
dengan perusahaan induk PT. Petrokimia tidak merugikan pihak manapun. Nilai
besaran gaji untuk karyawan PT. Slamet ini rasional dan tidak menyalahi undangundang ketenaga kerjaan mengenai upah minimum regional (UMR) di kabupaten
Gresik.
Selain itu keputusan ini juga menimbulkan adanya kecemburuan sosial dan
kecurigaan diantara karyawan terhadap jajaran manajemen. Karena biasanya
pengurangan upah atau kenaikan upah yang tidak signifikan bermuara pada tindak
korupsi oleh oknum tertentu. Apalagi kabar mengenai beberapa perusahaan berskala
lebih besar yang banyak terlibat kasus korupsi makin menyulut kecurigaan itu.
Konflik dalam tubuh perusahaan PT. Slamet Putra merupakan sesuatu hal
yang mendasar dan esensial. Dalam organisasi, konflik mempunyai kekuatan yang
dapat membangun kinerja perusahaan, karena adanya varibel yang bergerak bersama
secara dinamis. PT. Slamet berfokus menyelesaikan konflik kenaikan gaji ini secara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

internal, antara jajaran manajemen dan karyawan PT. Slamet. Asumsi munculnya
pihak luar hanyalah untuk memanfaatkan ketegangan yang terjadi. Dalam hal ini
konflik merupakan suatu proses yang wajar dalam perusahaan atau masyarakat.
Konflik tidak hanya harus diterima dan dikelola dengan baik, tetapi juga
harus didorong karena konflik merupakan kekuatan untuk mendatangkan perubahan
dan kemajuan dalam lembaga. Konflik antar orang di dalam organisasi tak dapat
dielakkan, tetapi dapat dimanfaatkan kearah produktif bila dikelola secara baik
(Cummings,1980:59). Akan tetapi sebaliknya, manajemen konflik yang tidak efektif
dengan cara menerapkan sanksi yang berat bagi penentang, dan berusaha menekan
bawahan yang menentang kebijakan sehingga iklim organisasi semakin buruk dan
meningkatkan sifat ingin merusak. (Owens, R.G.,1991)
Seperti perusahaan lainnya, PT. Slamet Putra memiliki visi, misi serta tujuan
umum yang akan dicapai, dan untuk mencapai suatu tujuan maka perlu untuk
menciptakan suasana kondusif antara pimpinan (jajaran direksi) dan bawahan (tenaga
kerja atau buruh). Berangkat dari studi kasus diatas, peneliti ingin mengetahui
mengenai bagaimana model komunikasi PT. Slamet Putra dalam menangani konflik
kenaikan gaji karyawan, yang nantinya ini akan digunakan sebagai acuan dalam
memperbaiki kualitas penanganan konflik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah bagaimana model komunikasi PT. Slamet Putra Gresik dalam menangani
konflik kenaikan gaji karyawan?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah pada penelitian
ini, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
model komunikasi PT. Slamet Putra Gresik dalam menangani konflik kenaikan gaji
karyawan.

1.4 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau
landasan pemikiran pada ilmu komunikasi terutama topik bahasan yang
berhubungan dengan model komunikasi penanganan konflik dalam organisasi
sebagai bahan pertimbangan untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan bisa
menambah pengetahuan pembaca dalam menangani konflik dalam organisasi,
terutama pada publik internalnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu
Dari penelitian terdahulu yang berjudul Model Komunikasi dalam Sosialisasi
Pengarusutamaan Gender dan Anggaran Responsif Gender di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta yang dilakukan oleh Puji Lestari/Machya Astuti Dewi Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional ‘veteran’ Yogyakarta.
Metode Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data Focus Group
Discussion dan uji coba model komunikasi Pengarustamaan Gender ( PUG) dan
Anggaran Responsive Gender (ARG). Hasil penelitian ini menunujukan bahwa
Model komunikasi PUG dan ARG yang diujicobakan, mengerti tentang Gender dan
responsive gender, namun belum mengimpletasikan dalam program kerja, dan hasil
post test ternyata para peserta pelatihan dari perwakilan dinas kobupaten bantul,
gunung kidul, kulon progo, dan sleman merasa puas dengan materi, metode,
narasumber. Hasil penelitian PUG-ARG dapat diimplementasikan didinas masingmasing. Model ini dapat mempelancar dalam proses komunikasi pembuatan program
kerja yang responsive gender dan diiplementasikan dalam perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi program, serta didukung oleh personil disemua dinas yang memiliki
pengetahuan memadai tentang PUG, demi keharmonisan dan kesejahteraan
masyarakat, khususnya dipemerintah provinsi DIY.
Lalu penelitian kedua yang berjudul Model Komunikasi dalam Sosialisasi
Undang-Undang No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah

8
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Tangga yang diteliti oleh Susilastuti Dwi N., M. Edy Susilo, dan Zudiyatko Program
Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta dengan metode kualitatif dan
menggunakan teknik descriptive analysis ini menemukan bahwa, komunikator yang
berperan sebagai narasumber dalam kegiatan sosialisasi perlu mendapatkan
perhatian. Komunikator dipilih berdasarkan latarbelakang komunikasi yakni
masyarakat sasaran kegiatan sosialisasi. Selama ini kegiatan sosialisasi UndangUndang PKDRT yang dilaksanakan BPPM masih berasal dari internal BPPM dan
belum banyak menggunakan variasai narasumber. Komunikator kegiatan sosialisasi
tidak hanya sekedar menguasai Undang-Undang PKDRT namun harus mengkaitkan
dengan persoalan

penyebab masalah KDRT seperti persoalan sosial, Budaya,

Agama, Ekonomi. BPPM DIY hendak lebih memfokuskan kegiatan sosialisasi untuk
jajaran profensi, kota atau kabupaten dalam bentuk training, yang akan menjadi
narasumber jenjang dibawahnya.
Dari kedua penelitian tersebut diatas dapat dibandingkan dengan penelitian
yang sedang dilakukan peneliti saat ini yang berjudul Model Komunikasi PT. Slamet
Putra Gresik dalam Menangani Konflik Perusahaan, dari kedua penelitian tersebut di
atas memiliki persamaan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti saat
ini metodenya sama-sama menggunakan metode kualitatif dan juga sama-sama
meneliti tentang model komunikasi. Selain itu terdapat pula perbedaan berupa objek
penelitian, kedua penelitian tersebut di atas meneliti objek yang sudah umun, dan
meneliti model komunikasi orang normal serta objek tersebut mudah untuk dijumpai.
Sedang kelebihan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini objeknya tidak mudah
dijumpai, karena PT.Slamet Putra dan karyawannya yang menjadi objek penelitian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

memiliki aturan jam kerja yang berubah yang tidak memungkinkan penulis
menjumpai dalam satu waktu. Selain itu juga penelitian ini dilakukan agar tidak
terjadi pengulangan masalah mengenai golongan kelompok tertentu yang belum
tersentuh penelitian. Oleh sebab itu penulis dalam penelitian ini melakukan
pengumpulan data menggunakan observasi berperan (participant observation) dan
dilanjutkan wawancara mendalam (in depth interview). Peneliti menempatkan diri
dalam partisipasi aktif (active participation), dimana peneliti ikut melakukan apa
yang dilakukan oleh nara sumber tetapi belum sepenuhnya lengkap. Selama
melakukan observasi partisipatif, peneliti juga melakukan wawancara (interview)
kepada

orang-orang

didalamnya

dengan

jenis

wawancara

semiterstruktur

(semistructure interview).
Pernyataan permasalahan tersebut penting untuk diteliti karena hasil
penelitiannya akan sangat berguna bagi banyak organisasi untuk melakukan tindak
pencegahan konflik atau yang tengah menghadapi keadaan serupa.

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Definisi Komunikasi
Pengertian komunikasi dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal
mengandung kesamaan makna antara kedua belah pihak yang terlibat. Dikatakan
minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya berupa informatif, yakni agar orang
lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

suatu paham atau keyakinan melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan yang lainlain.
Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan politik
sudah disadari oleh cendekiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum
masehi. Akan tetapi studi Aristoteles hanya berkisar pada retorika dalam lingkungan
kecil. Baru pada pengalaman abad ke-20 , ketika dunia dirasakan semakin kecil
akibat revolusi perdagangan dan sebagainya, dan pesatnya penemuan-penemuan,
maka secara perlahan mulai disadari pentingnya komunikasi ditingkatkan dari
pengetahuan menjadi ilmu. Dari sekian banyak ahli-ahli yang menaruh minat pada
komunikasi adalah Carl Hovland, menurutnya ilmu komunikasi adalah upaya yang
sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta
pembentukan pendapat dan sikap (Effendy, 1995 : 10).
Definisi Hovland diatas menunjukkan bahwa yang dijadikan obyek studi ilmu
komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan
pendapat umum (Public Opinion) dan sikap publik (Public attitude) yang dalam
kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.
Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasi sendiri,
Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain
(Communication is the process to modify the behavior of the other individuals). Akan
tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain
apabila komunikasinya itu memang komunikatif seperti diuraikan diatas untuk
memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif. Para
peminat komunikasi seringkali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Lasswell dalam karyanya “The Structure And Function Communication In society”.
Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah
menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel In Whom
With What Channel To Whom Why Effect ?.
Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur
sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan , yakni :
1. Komunikator (Communicator, Source, Sender)
2. Pesan ( Message )
3. Media ( Channel, Media )
4. Komunikan ( Communicant, Receiver)
5. Efek/ Effect ( Impact, Influence )
Jadi berdasarkan paradigma tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media yang
menimbulkan efek tertentu (Effendy, 1995 : 10 ).
Proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang (Komunikator). Pikiran bisa merupakan gagasan informasi opini dan lainlain yang muncul dari dalam benaknya. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran
disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi
akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran perasaan tidak terkontrol. Pikiran
dan perasaan yang akan disampaikan itu dinamakan Picture in our head oleh Walter
Lippman. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana agar “Gambaran dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

benak” dan “Isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima, bahkan
dilakukan oleh komunikan (Effendy, 1995 : 11).
Adapun beberapa definisi komunikasi menurut para pakar, sebagai berikut :
1. Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa,
dengan cara apa, kepada siapa, dengan efek apa (Lasswell)
2. Komunikasi adalah proses dimana seorang individu atau komunikator
mengoperkan stimulant biasanya dengan lambang-lambang bahasa (verbal
maupun non-verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain (Carl Hovland)
3. Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau emosi
dari seseorang kepada orang lain terutama melalui smbol-simbol (Theodorson
dan Thedorson)
4. Kommunikasi adalah seni menyampaikan informasi, ide-ide dan sikap
seseorang kepada orang lain (Edwin Emery)
5. Komunikasi adalah suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara sesama
manusia (Delton E, Mc Farlan)
6. Komunikasi adalah proses sosial, dalam arti pelemparan pesan / lambang
yang mana mau tidak mau akan menumbuhkan pengaruh pada semua proses
dan berakibat pada bentuk perilaku manusia dan adat kebiasaan (William
Albig)
7. Komunikasi berarti suatu mekanisme hubungan antar manusia dilakukan
dengan mengartikan simbol lisan dan membacanya melalui ruang dan
menyimpan dalam waktu (Charles H. Cooley)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

8. Komunikasi merupakan proses pengalihan suatu maksud dari sumber kepada
penerima, proses tersebut merupakan seni aktifitas, rangkaian atau tahaptahap yang memudahkan peralihan maksud (A. Winner)
9. Komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menngunakan sistem
simbolinguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan non-verbal.
Sistem ini dapat disosialisasikan langsung / tatap muka atau melalui media
lain (tulisan, oral, dan visual). (Karlfried Knapp). (Tommy Suprapto, 2011 :
5-6)

2.2.2 Fungsi Komunikasi
Robert G. King memasukkan fungsi komunikasi kedalam ruang lingkup ilmu
komunikasi. Menurutnya, ada tiga fungsi dari proses komunikasi yang dapat
dijadikan acuan dalam setiap rancangan materi pesan yang ingin disampaikan. Efek
apa yang ingin dicapai dicapai diakhir proses komunikasi. Ada tiga fungsi
komunikasi yang ditemukan oleh King, yaitu:
a. Proses pengembangan mental (Development of Menthal Process)
b. Penyesuaian dengan lingkungan (Adjustment of Environment)
c. Manupulir lingkungan (Manipulation of Environment) (Lukiati Komala, 2009
: 138)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

2.2.3 Tujuan Komunikasi
Setiap proses komunikasi memiliki tujuan untuk efisiensi dan efektifitas,
demikian yang dikatakan King dalam ruang lingkupnya. Efisiensi maksudnya adalah
dengan sumber daya yang ada, tetap diusahakan sebuah proses komunikasi mencapai
hasil yang maksimal. Ketika seorang komunikator menyampaikan pesan, materi
pesan yang disampaikan sebisa mungkin mendapatkan feedback yang positif dari
penerima pesannya.
Tujuan efektifitas dalam ruang lingkup Robert G. King diartikan sebagai cara
mengoptimalkan setiap fungsi komponen dalam proses komunikasi. Setiap unsur
yang terlibat dalam proses komunikasi, baik itu komunikator, media, pesan, maupun
komunikan harus memainkan perannya secara tepat untuk menciptakan iklim yang
kondusif sebagai proses komunikasi mencapai tujuan (Lukiati Komala, 2009 : 139140)

2.2.4 Hambatan Komunikasi
Secara umum ada dua jenis gangguan dalam komunikasi :
1. Gangguan teknis, yaitu gangguan yang menyangkut hambatan yang ada pada
saluran komunikasi yang menjadi media antara komunikator dan komunikan
(penerima pesan) yang menyebabkan pesan tidak sampai; dan
2. Gangguan Semantik, yaitu gangguan yang berkaitan dengan masalah
pemahaman yang berbeda tentang makna dari simbol atau isi pesan yang
disampaikan, misalnya masalah bahasa yang berbeda (Nurani, 2010 : 86-87)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Komunikasi juga melibatkan gangguan (noise), yang merupakan semua hal
yang tidak dimaksudkan oleh sumber informasi. Ada 4 jenis gangguan: Pertama,
gangguan semantik (semantic noise) berhubungan dengan slang, jargon, atau bahasabahasa spesialisasi yang digunakan secara perseorangan atau kelompok. Misalnya
saja ketika salah satu dari kami menerima laporan medis dari dokter mata, kata-kata
yang muncul adalah ‘ocular neuritis’. Dilated funduscopic examination, dan
papillarity conjungctival changes. Ini adalah contoh gangguan semantik karena
diluar komunitas kedokteran, kata-kata ini memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki makna sama sekali, apalagi bahasa yang digunakan adalah bahasa inggris.
Kedua, gangguan fisik (physical noise), berada diluar penerima. Ketiga,
gangguan psikologis (phsycological noise) merujuk pada prasangka, bias, dan
kecenderungan yang dimiliki oleh komunikator terhadap satu sama lain atau terhadap
pesan itu sendiri.
Keempat, gangguan fisiologis (psysiological noise) adalah gangguan yang
bersifat biologis terhadap proses komunikasi. Gangguan semacam ini akan muncul
apabila anda sebagai pembicara sedang sakit, lelah, atau lapar. (Lukiati Komala,
2009 : 128-129).
Pada hakekatnya kebanyakan dari gangguan yang timbul bukan berasal dari
sumber atau salurannya, tetapi pada audience (penerima)nya. Manusia sebagai
komunikan memiliki kecenderungan untuk acuh tak acuh, meremehkan sesuatu,
salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat dengan jelas apa yang diterimanya
dari komunikator. Setidaknya ada tiga faktor psikologis yang mendasari hal itu,
yaitu:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

1. Selective attention. Orang biasanya cenderung untuk mengekspose dirinya
hanya kepada hal-hal (komunikasi) yang dikehendakinya. Misalnya,
seseorang tidak berminat membeli mobil, jelas dia tidak akan berminat
membaca iklan jual beli mobil.
2. Selective perception. Suatu kali seseorang berhadapan dengan suatu peristiwa
komunikasi, maka ia cenderung menafsirkan isi komunikasi sesuai dengan
prakonsepsi yang sudah dimiliki sebelumnya. Hal ini erat kaitannya dengan
kecenderungan berpikir secara stereotip.
3. Selective retention. Meskipun seseorang memahami suatu komunikasi, tetapi
berkecenderungan hanya mengingat apa yang mereka ingin untuk diingat.
(Tommy Suprapto, 2001 : 14-15). Misalnya setelah membaca suatu artikel
berimbang mengenai kasus lumpur lapindo, seseorang mahasiswa yang
terlanjur tidak menaruh respek terhadap Aburizal Bakrie hanya akan
mengingat hal-hal jelek mengenai lumpu lapindo. Sebaliknya mahasiswa
yang pro terhadap Aburizal Bakrie akan berfokus pada kelebihan-kelebihan
dalam penyelesaian masalah tersebut.

2.2.5 Komunikasi yang Efektif
Komunikasi akan efektif apabila terjadi pemahaman yang sama dan
merangsang pihak-pihak lain untuk berpikir atau melakukan sesuatu. Kemampuan
untuk berkomunikasi secara efektif akan menambah keberhasilan individu maupun
organisasi. Komunikasi yang efektif akan membantu mengantisipasi masalah-

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

masalah, membuat keputusan yang tepat, mengkoordinasikan aliran kerja,
mengawasi orang lain, dan mengembangkan berbagai hubungan.
Sehubungan dengan komunikasi yang efektif, komunikasi dibedakan menjadi
dua, yakni komunikasi individu dan komunikasi massa. Dalam komunikasi individu
suatu komunikasi dikatakan efektif apabila komunikan (audience) mampu
memahami pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim atau komunikator.
Sementara dalam komunikasi massa, komunikasi dikatakan efektif apabila mampu
menjangkau komunikasi secara lebih luas.
Secara sederhana komunikasi terdiri dari tiga unsur, yaitu: komunikator,
pesan dan komunikan. Dengan demikian, apabila dirunut dari proses komunikasi,
maka faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi yang efektif adalah:
1. Kredibilitas dan daya tarik komunikator
Kredibilitas komunikator menunjukkan bahwa pesan yang disampaikannya
dianggap benar dan dapat dipercaya. Kepercayaan yang tinggi terhadap
komunikator akan menyebabkan kesediaan komunikan untuk menerima
pesan dan mengubah sikap sesuai keinginan komunikator. Buruknya
kredibilitas komunikator bisa menimbulkan ketidak percayaan sehingga
komunikan tidak bersedia melakukan perubahan sikap. Padahal pesan yang
disampaikan komunikator sesungguhnya benar. Selain muncul melalui
kepercayaan, kredibilitas juga muncul melalui keahlian dan status sosial.
Seorang komunikator yang memiliki daya tarik adalah seorang artis. Oleh
karena itu tidaklah mengherankan apabila banyak organisasi melibatkan artis
agar komunikasi dapat menjadi lebih efektif.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

2. Kemampuan pesan untuk membangkitkan tanggapan
Suatu pesan akan menimbulkan reaksi dan umpan balik apabila memenuhi
kondisi sebagai berikut:
a. Menarik perhatian
b. Menggunakan lambang atau bahasa yang dipahami komunikan
c. Mampu memahami kebutuhan pribadi komunikan
3. Kemampuan komunikan untuk menerima dan memahami isi pesan
Suatu komunikasi akan berlangsung efektif apabila komunikan memiliki
kemampuan

untuk

memahami

pesan,

sadar

akan

kebutuhan

dan

kepentingannya, mampu mengambil putusan sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingannya, serta secara fisik dan mental mampu menerima pesan.
(Sutrisna Dewi, 2007 : 14-16)

2.3 Model Komunikasi dalam Konflik Organisasi
2.3.1 Definisi Konflik
Konflik adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih banyak anggota
organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang langka, atau
aktivitas kerja dan atau karena mereka memiliki status, tujuan, penelitian, atau
pandangan yang berbeda (Gibson, J.L. et el., 1996). Konflik merupakan sebuah
situasi dimana dua orang atau lebih menginginkan tujuan-tujuan yang menurut
persepsi mereka dapat dicapai oleh salah satu diantara mereka, tetapi tidak mungkin
dicapai bersama.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

2.3.2 Model Komunikasi
Untuk lebih memahami fenomena komunikasi kita akan menggunakan
model-model komunikasi. Model komunikasi adalah representasi suatu fenomena,
baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur terpenting fenomena tersebut.
Model jelas bukan fenomena itu sendiri. Akan tetapi peminat komunikasi, termasuk
mahasiswa, sering mencampuradukkan model komunikasi dengan fenomena
komunikasi. Sebagai alat untuk menjelaskan fenomena komunikasi, model
mempermudah penjelasan tersebut hanya saja model tersebut mereduksi fenomena
komunikasi; artinya, ada nuansa komunikasi lainnya yang mungkin terabaikan dan
tidak terjelaskan oleh model tersebut.
Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi merupakan
deskripsi ideal mengenai apa yang dibituhkan untuk terjadinya komunikasi. Suatu
model mempresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian
komunikasi yang tidak perlu dalam dunia nyata. Sedangkan B. Audrey Fischer
mengatakan model adalah mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan,
unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model.
Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan
kata lain, model adalah teori yang disederhanakan.

2.3.3 Model Lasswell (1948)
Salah satu model komunikasi yang masih sering digunakan untuk tujuan
tertentu adalah model yang dikemukakan oleh Harold Lasswell. Lasswell
menggunakan prinsip 5 W dalam melihat proses komunikasi, yaitu who (siapa), what

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

(apa), in which medium (dalam media apa), to whom (kepada siapa), dan what effect
(apa efeknya).
Siapa
Berkata apa
Melalui saluran apa
Untuk siapa
Dengan efek yang seperti apa ?
Gambar 1. Model Lasswell

Model ini masih linier: melihat komunikasi sebagai transmisi pesan:
memunculkan ‘efek’ bukan makna. Efek menunjukkan sebuah perubahan yang dapat
diamati dan diukur dari penerima yang disebabkan oleh elemen-elemen dari proses
komunikasi yang bisa diidentifikasikan. Perubahan satu dari elemen tersebut akan
mengubah efek: kita bisa mengubah pengirim, kita bisa mengubah pesan, kita bisa
mengubah saluran: perubahan dari masing-masing elemen tersebut akan menciptakan
perubahan yang sesuai terhadap efek. Secara implisit sebagian besar dari riset
komunikasi menggunakan model ini. Kerja dari institusi dan proses-proses
didalamnya, pelaku (producer) komunikasi, audience dan bagaimana audience
dipengaruhi, jelas berasal dari sebuah model yang berdasar pada proses linier. (John
Fiske, 2012 : 48-50)

2.3.4 Model Shannon And Weaver (1949; Weaver, 1948)
Model dasar mereka tentang komunikasi menampilkan komunikasi sebagai
proses linier sederhana.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Gambar 2. Model Shannon - Weaver
Model Shannon and Weaver ini menyoroti problem penyampaian pesan
berdasarkan tingkat kecermatannya. Model itu melukiskan suatu sumber yang
menyandi atau menciptakan pesan dan menyampaikannya melalui media saluran
kepada seorang penerima yang menyandi balik atau mencipta ulang pesan. Dengan
kata lain model Shannon dan Weaver mengasumsi bahwa sumber informasi
menghasilkan suatu pesan untuk dikomunikasikan deri seperangkat pesan yang
memungkinkan. Pemancar (Transmitter) mengubah pesan menjadi suatu signal yang
sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (Channel) adalah medium yang
mengirimkan signal (tanda) dari transmitter kepada penerima (Receiver). Dalam
percakapan, sumber informasi ini adalah otak, transmitternya adalah mekanisme
suara yang menghasilkan signal (kata-kata terucapkan) yang ditransmisikan lewat
udara (sebagai saluran). Penerima (Receiver), yakni mekanisme pendengaran,
melakukan operasi yang sebaliknya dilakukan transmitter dengan merekonstruksi
dari signal. Saluran (Destination) adalah (otak) orang yang menjadi tujuan pesan itu.
Suatu konsep penting dalam model Shannon dan Weaver ini adalah gangguan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

(noise), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki dan dapat
menganggu kecermatan pesan yang disampaikan. (Deddy Mulyana, 2000 : 138)
Gangguan ini selalu ada dalam tiap-tiap komunikasi. Oleh sebab itu kita harus
siap menetralkan gangguan dan tidak terkejut dengan kehadirannya. Untuk
menetralkan gangguan ini Shannon mengemukakan empat cara sebagai berikut :
1. Menambah kekuatan (power) dari signal. Misalnya dalam suasana hirukpikuk kita perlu memperkeras suara kita dalam berbicara supaya didengar
oleh lawan bicara kita.
2. Mengarahkan signal dengan tepat. Sepertihalnya dalam permasalahan diatas,
komunikator dapat mengatasi gangguan dengan berbicara dekat sekali
dengan lawan bicaranya sehingga suara kita dapat menetralkan gangguan
suara yang lain.
3. Menggunakan signal lain. Sebagai tambahan terhadap dasar pertama, dapat
dipergunakan taktik lain untuk menetralisir gangguan yaitu dengan
memperkuat pesan dengan signal lain misalnya, dengan gerakan kepala,
gerakan badan, sentuhan, dan sebagainya.
4. Redudansi. Dalam situasi yang normal kurang baik digunakan, tetapi dalam
suasan hiruk-pikuk pengulangan kata-kata kunci dalam pembicaraan perlu
dilakukan untuk membantu memperjelas pesan yang disampaikan. (Lukiati
Komala, 2009 : 108-109)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

2.3.5 Model Newcomb (1953)
Namun tidak semua model komunikasi bersifat linier. Newcomb adalah salah
satu yang diperkenalkan kepada kita sebuah bentuk fundamental yang berbeda, yaitu
bentuk segitiga.

Gambar 3. Model Newcomb
Namun demikian, signifikansi utama dari model tersebut berada pada
kenyataan bahwa ini adalah model pertama yang diperkenalkan peran komunikasi
dalam sebuah masyarakat atau sebuah hubungan sosial. Bagi Newcomb peran
tersebut adalah sederhana, yaitu menjaga keseimbangan didalam sistem sosial. Cara
model tersebut bekerja adalah seperti ini, A dan B adalah komunikator dan penerima,
mereka bisa merupakan individu-individu atau manajemen dari serikat kerja, ataupun
pemerintah dan masyarakat. X adalah bagian dalam lingkungan sosial mereka. A, B,
dan X adalah sebuah sistem, yang berarti hubungan internal yang terjadi salaing
bergantung: jika A berubah, B dan X akan berubah juga; atau jika A mengubah
hubungannya dengan X, B juga harus mengubah hubungannya dengan X ataupun
dengan A.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Catatan:
1. Orientasi A terhadap X, termasuk sikap X sebagai objek yang harus didekati
atau dijauhi (dikarakteristikan oleh tanda dan intensitas) dan atribut-atribut
kognitif (kepercayaan dan struktur kognitif)
2. Orientasi A terhadap B, memiliki arti yang sama, (untuk menghindari istilahistilah positif kepada A atau B sebagai individu (manusia), dan sikap
mendukung atau tidak mendukung terhadap X)
3. Orientasi B terhadap X
4. Orientasi B terhadap A

2.3.6 Model J akobson (1960)
Model jakobson memiliki beberapa kesamaan dengan model linier dan
segitiga. Namun demikian, sebagai seorang ahli bahasa, maka dia tertarik pada halhal seperti makna dan struktur internal dari pesan. Oleh sebab itu, jakobson
menjembatani kesenjangan antara kelompok-kelompok pemikir proses dan semiotik.
Model jakobson memiliki dua bagian. Jakobson memulai dengan membuat model
faktor-faktor konstitutif ( esensial ) dalam sebuah tindakan komunikasi. Terhadap
enam faktor yang harus ada agar komunikasi bisa terjadi. Jakobson kemudian
membuat model mengenai fungsi-fungsi yang dilakukan oleh masing-masing faktor
didalam tindak komunikasi.
Jakobson memulai dengan sebuah dasar model linier yang sudah dikenal.
Seorang penyampai mengirim seb