Teori & Pendekatan psikoanalisa DISINI psikoanalisis

KONSEP DASAR, PROSES DAN TEKNIK PSIKOANALISIS
A. TEORI PSIKOANALISIS
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat
manusia, dan metode psikoterapi, berorientasi untuk berusaha membantu individu untuk
mengatasi ketegangan psikis yang bersumber pada rasa cemas dan rasa terancam yang
berlebih-lebihan (anxiety). Menurut pandangan Freud, setiap manusia didorong oleh
kekuatan-kekuatan irasional di dalam dirinya sendiri, oleh motif-motif yang tidak disadari
dan oleh kebutuhan-kebutuhan alamiah yang bersifat biologis dan naluri.
Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan
cara-cara fisik. Psikoanalisis jelas terkait dengan tradisi Jerman yang menyatakan bahwa
pikiran adalah wujud yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Psikoanalisis
merupakan psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya tertuju kearah bidang motivasi, emosi,
konflik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisa dahulu lahir bukan dari
psikologi melainkan dari kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Tokoh utama
psikoanalisa ialah Sigmund Freud (1896).
B. SEJARAH PERKEMBANGAN
Dimulai dari suatu metode penyembuhan penderita sakit jiwa, hingga menjadi sebuah
gagasan baru tentang manusia, psikoanalisis dianggap salah satu gerakan revolusioner
dalam bidang psikologi. Peletak dasar teori ini adalah Sigmund Shlomo Freud yang
dilahirkan di Moravia, Cekoslovakia pada tanggal 6 mei 1856, pada usia 4 tahun bersama
keluarganya Freud pindah ke Wina, Austria. Kondisi politik Austria saat itu membatasi

ruang geraknya untuk bisa meneruskan cita-citanya kuliah di fakultas hukum, sehingga
Freud memutuskan untuk mengambil jurusan kedokteran, dan pada usia 25 tahun dia telah
lulus dan bekerja di sebuah rumah sakit di kota Wina. Di sini Freud bertemu dengan seorang
dokter dokter spesialis syaraf bernama Josef Breuer, yang sedang merawat seorang pasien
dengan gejala-gejala histeria bernama Bertha Pappenheim.
Pada tahun 1885 Freud mendapatkan kesempatan untuk pergi ke Paris selama 4 bulan
dan bertemu dengan Jean Charchot, seorang ahli syaraf dan hipnotis berkebangsaan Jerman.
Dari beliau, Freud belajar tentang penggunaan hipnotis untuk menyembuhkan gejala-gejala
histeria. Sepulangnya dari Paris, di Wina Freud kembali bekerja sama dengan Breuer dan
menghasilkan sebuah buku yang sangat terkenal Studies of Hysteria (Freud & Breuer,
1895).
Buku ini kemudian menjadi dasar bagi penelitian-penelitian Freud selanjutnya, beliau
pertama kali memperkenalkan istilah psikoanalisa pada tahun 1896. Tulisan-tulisan Freud
berikutnya pada periode tahun 1890-an banyak membahas tentang pentingnya peningkatan
kesadaran individu tentang kehidupan seksualitasnya. Menurut Freud gejala-gejala histeria
dan neurosis disebabkan oleh pengalaman seksual yang traumatis pada masa kecil.
Freud melakukan penelitian dan ditulis dalam karya terbesar Freud yaitu Interpretation
of Dreams, yang diselesaikannya pad tahun 1899, berisi tentang konsep bahwa mimpi
merefleksikan harapan-harapan yang ditekan, dan bahwa proses mental dan fisik itu saling
berhubungan satu sama lain, sebuah konsep yang saat itu banyak mendapatkan penolakan

dari masyarakat luas
Seiring dengan penolakan tersebut, respon positif mulai berdatangan dari beberapa
simpatisan, dimulai dengan mengadakan forum the Wednesday Psychological Society
(1902) hingga menjadi the Vienna Psychoanalytic Society (1908). Pada tahun-tahun itu Fr
eud juga menjadi semakin produktif dalam menulis, beberapa buku berhasil diterbitkannya
antara lain : the Psychopathology of Everyday Life (1901), Three Essays on Sexuality
(1905), dan Jokes and Their Relation to the Unconscious (1905). Sebuah peristiwa penting
yang akhirnya memberikan pengakuan terhadap psikoanalisa dan membawanya ke Amerika
adalah undangan dari Stanley Hall untuk memberikan kuliah umum di Clark University di

Worcester, Massachusetts pada tahun 1909. Setelah itu perhatian dunia semakin besar
terhadap teori Psikoanalisa, ditambah dengan terbitnya buku penting Freud yang lain seperti
Introductory Lectures on Psycho-Analysis (1917) dan the Ego and the Id (1923).
Sigmund Freud terus aktif berkarya hingga maut menjemputnya pada tahun 1939
karena penyakit kanker mulut dan rahang yang telah dideritanya selama 16 tahun terakhir,
dan melewati 33 kali operasi. Beliau meninggal dunia di London pada usia 83 tahun dan
meninggalkan warisan yang tidak ternilai bagi dunia psikoterapi modern.
C. HAKIKAT MANUSIA
Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik, mekanistik,
dan reduksionistik. Di mana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional,

motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan
naluriah, dan oleh peristiwa-pristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama
dari kehidupan. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia
juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Menurutnya tujuan
segenap kehidupan adalah kematian, kehidupan ini adalah tidak lain jalan melingkar ke arah
kematian.
Berdasarkan dari teori yang dikembangkan Freud, prinsip-prinsip psikonalisis tentang
hakikat manusia didasarkan pada asumsi-asumsi :
a. Pengalaman masa kanak-kanak mempengaruhi perilaku pada masa dewasa
b. Proses mental yang tidak disadari mengintegrasi perilaku-perilaku
c. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan
libido dan agresivitasnya sejak lahir
d. Secara umum perilaku manusia bertujuan untuk meredakan ketegangan, menolak
kesakitan dan mencari kenikmatan
e. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis
f. Apa yang terjadi pada seseorang saat ini dihubungkan pada sebab-sebab di masa
lampaunya dan memotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang
g. Latihan pengalaman di masa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa
dewasa dan diulangi dalam transferensi selama proses terapi.
D. PERKEMBANGAN PERILAKU

1. Struktur Kepribadian
Menurut pandangan Psikoanalisis, struktur kepribadian manusia tersusun secara
struktural, dimana terdapat subsistem yang berinteraksi secara dinamis, yaitu id, ego, dan
superego.
a. Id, atau biasa disebut struktur kepribadian primitif adalah sistem kepribadian yang
dimiliki individu sejak lahir, yang dihubungkan dengan faktor biologis dan
hereditas. Digerakkan oleh libido, yaitu energi psikis untuk dapat beradaptasi secara
fisiologis dan sosial untuk mempertahankan dan mengembangkan spesiesnya.
Prinsip kerjanya selalu mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit atau
ketidaknyamanan. Tempatnya ada pada alam bawah sadar dan secara langsung
berpengaruh terhadap perilaku seseorang tanpa disadari.
Menurut Freud terdapat dua insting dasar dalam Id, yaitu Eros dan Thanatos. Eros
merupakan insting untuk bertahan hidup, dengan libido sebagai dorongan utama.
Sedangkan Thanatos merupakan insting yang mendorong individu untuk berperilaku
agresif dan destruktif.
b. Ego, adalah strukutur kepribadian yang tidak diperoleh saat lahir, tetapi dipelajari
sepanjang berinteraksi dengan lingkungannya. Ego memiliki kontak dengan dunia
eksternal dari kenyataan, merupakan eksekutif dari struktur kepribadian yang
bertugas memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Ego mempunyai tugas sebagai
“penengah” antara dorongan-dorongan biologis (Id) dan tuntutan atau hati nurani


yang terbentuk dari orang tua, budaya, dan tradisi ( superego). Ego bertindak
realistis dan berfikir logis dalam merumuskan rencana-rencana tindakan bagi
pemuasan kebutuhan. Hubungan antara ego dengan id, adalah bahwa ego adalah
tempat bersemayamnya inteligensi dan rasionalitas yang mengawasi dan
mengendalikan impuls buta id, sementara id hanya mengenal kenyataan yang
subyektif.
c. Superego, adalah struktur kepribadian yang berhubungan dengan tindakan baikburuk, benar-salah. Superego dikembangkan dari kebudayaan dan nilai sosial,
terbentuk karena adanya interaksi dengan orang tua dan masyarakat,
merepresentasikan hal-hal yang ideal, dan mendorong individu kepada
kesempurnaan, bukan kesenangan semata. Dapat dikatakan superego merupakan
kata hati seseorang dan sebagai alat kontrol dari dalam individu untuk menentang
kehendak Id. Tempatnya pada alam sadar dan terbentuk sejak kanak-kanak lalu terus
berkembang hingga dewasa.
Sehingga menurut Freud, struktur kepribadian merupakan sistem yang kompleks,
karena adanya interaksi antara tuntutan Id, dunia realitas yang dimiliki Ego dan
harapan moral Superego.
2. Pribadi sehat dan bermasalah
Manusia yang memiliki kepribadian sehat menurut pandangan psikoanalisa antara
lain:

1. Orang yang bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah
2. Dapat mengatasi kecemasan dan tekanan yang ada dalam hidupnya
3. Kinerja yang seimbang antara id, ego dan super ego
4. Pada alam pikiran tidak sadar dan kreativitas sebagai kompensasi untuk masa anakanak yang traumatis
5. Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
Sedangkan manusia yang memiliki kepribadian yang menyimpang atau tidak sehat
menurut psikoanalisa antara lain:
1. Individu bersifat egois, tidak bermoral, dan tidak mau tahu kenyataan
2. Manusia sebagai homo valens dengan berbagai dorongan dan keinginan
3. Manusia didorong oleh dorongan seksual agresif
4. Masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang
direpresi atau proses belajar yang tidak benar pada masa anak-anak
5. Adanya dinamika yang tidak efektif antar super ego.
E. HAKIKAT KONSELING
Secara umum hakikat konseling adalah mengubah perilaku. Dalam pendekatan
psikonanalisis hakikat konseling adalah agar individu mengetahui ego dan memiliki ego
yang kuat, yaitu menempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak mampu
memilih secara rasional dan menjadi mediator antara Id dan Superego. Konseling dalam
pandangan psikoanalisis adalah sebagai proses re-edukasi terhadap ego menjadi lebih
realistik dan rasional.Konseling pada prosesnya untuk membantu individu menyadari

ketidak sadaran. Proses konseling berarti perubahan dari ketidak sadaran menuju kesadaran
F. KONDISI PENGUBAHAN
1. Tujuan
Tujuan konseling psikoanalisis adalah membentuk kembali struktur karakter
individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar dalam diri klien (Corey, 1977,
p. 38). Proses konseling dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalamanpengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa
dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstruksi kepribadian dasar. Konseling
psikoanalisa menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidak sadaran

untuk membuat yang tidak disadari menjadi disadari. Tilikan dan pemahaman
intelektual sangat penting, tetapi yang lebih adalah mengasosiasikan antara perasaan dan
ingatan dengan pemahaman diri sehingga memberikan kesempatan kepada klien untuk
menghadapi situasi yang selama ini gagal diatasinya.
2. Sikap,peran dan tugas konselor
Karakteristik konselor dalam psikoanalisa adalah membiarkan dirinya anonim serta
hanya berbagi sedikit saja perasaan dan pengalaman pribadinya kepada konseli. Peran
utama konselor dalam konseling ini adalah membantu konseli dalam mencapai
kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam
menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis, serta dalam rangka
memperoleh kembali kendali atas tingkah lakunya yang impulsif dan irasional.

Konselor membangun hubungan kerja sama dengan konseli dan kemudian
melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Konselor juga
memberikan perhatian kepada resistensi konseli untuk mempercepat proses penyadaran
hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran. Sementara konseli berbicara, konselor
berperan mendengarkan dan kemudian memberikan tafsiran-tafsiran terhadap informasi
konseli, konselor juga harus peka terhadap isyarat-isyarat non verbal dari konseli. Salah
satu fungsi utama konselor adalah mengajarkan proses arti proses kepada konseli agar
mendapatkan pemahaman terhadap masalahnya sendiri, mengalami peningkatan
kesadaran atas cara-cara berubah, sehingga konseli mampu mendaptakan kendali yang
lebih rasional atas hidupnya sendiri.
3. Sikap, peran dan tugas konseli
Konseli harus bersedia terlibat dalam proses konseling secara intensif, dan
melakukan asosiasi bebas dengan mengatakan segala sesuatu yang terlintas dalam
pikirannya, karena produksi verbal konseli merupakan esensi dari kegiatan konseling
psikoanalisa. Pada kasus-kasus tertentu konseli diminta secara khusus untuk tidak
mengubah gaya hidupnya selama proses konseling. Dalam pelaksanaan konseling
psikoanalisis, klien menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan
mengarahkan diri untuk membangun tingkah laku baru.
4. Situasi Hubungan
Dalam konseling psikoanalisis terdapat 3 bagian hubungan konselor dengan klien,

yaitu aliansi, transferensi, dan kontratransferensi .
a. Aliansi yaitu sikap klien kepada konselor yang relatif rasional, realistik, dan tidak
neurosis (merupakan prakondisi untuk terwujudnya keberhasilan konseling).
b. Transferensi, pengalihan segenap pengalaman klien di masa lalunya terhadap orangorang yang menguasainya, yang ditujukan kepada konselor, merupakan bagian dari
hubungan yang sangat penting untuk dianalisis, membantu klien untuk mencapai
pemahaman tentang bagaimana dirinya telah salah dalam menerima,
menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat ini dalam kaitannya
dengan masa lalunya.
c. Kontratransferensi, Yaitu kondisi dimana konselor mengembangkan pandanganpandangan yang tidak selaras dan berasal dari konflik-konfliknya sendiri.
Kontratransferensi bisa terdiri dari perasaan tidak suka, atau justru keterikatan atau
keterlibatan yang berlebihan, kondisi ini dapat menghambat kemajuan proses
konseling karena konselor akan lebih terfokus pada masalahnya sendiri. Konselor
harus menyadari perasaaannya terhadap klien dan mencegah pengaruhnya yang bisa
merusak. Konselor diharapkan untuk bersikap relatif obyektif dalam menerima
kemarahan, cinta, bujukan, kritik, dan emosi-emosi kuat lainnya dari konseli.
G. MEKANISME PENGUBAHAN
1. Tahap – tahap konseling

Secara sistematis proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase-fase
konseling dapat diikuti berikut ini:

1. Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
2. Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dan
melakukan transferensi.
3. Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa kanak-kanaknya.
4. Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.
5. Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
6. Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi.
7. Menutup wawancara konseling.
2. Teknik- teknik konseling
Ada lima teknik dasar dari konseling psikoanalisis yaitu:
1. Asosiasi Bebas
Yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari
alam pengalaman dan pemikirannya sehari-hari, sehingga klien mudah
mengungkapkan pengalaman masa lalunya.
2. Interpretasi
Yaitu teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas,
mimpi, resistensi, dan transferensi klien.
3. Analisis Mimpi
Yaitu suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi
kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.

4. Analisis Resistensi
Analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan
terjadinya resistensi.
5. Analisis Transferensi
Konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar
terungkap neurosisnya terutama pada usia selama lima tahun pertama hidupnya.
H. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN PENDEKATAN PSIKONALISA
Kelemahan dari pendekatan ini adalah:
1. Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
2. Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan
seolah-olah ditentukan oleh masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah
tanggung jawab individu berkurang.
3. Cenderung meminimalkan rasionalitas.
4. Kurang efisien dari segi waktu dan biaya
Kelebihan dari pendekatan ini adalah:
1. Penggunaan terapi wicara
2. Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia
untuk meredakan penderitaan manusia.
3. Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas mimpi-minpi,
resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi.
4. Pendekatan ini memberikan kepada konselor suatu kerangka konseptual untuk melihat
tingkah laku serta untuk memahami sumber-sumber dan fungsi simptomatologi.
I. SUMBER RUJUKAN
- http://herrystw.wordpress.com/2011/11/24/a-pendekatan-psikoanalisis/
- http://technurlogy.wordpress.com/2012/03/07/konseling-dalam-teori-psikoanalisa/
- http://pelangibercahaya.blogspot.com/2009/04/konseling-psikoanalisa-kelompok.html
- http://robikanwardani.blogspot.com/2011/11/konseling-psikoanalisa.html
- http://konseling4us.wordpress.com/2011/12/13/konseling-psikoanalisis-klasik/
- http://berkreasitriyono.blogspot.com/2012/06/makalah-teori-psikoanalisis.html
- http://paul-arjanto.blogspot.com/2011/06/teori-dan-pendekatan-konseling.html