S TE 1002413 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam perkembangan

suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki. Oleh karena itu dalam usaha peningkatan kualitas sumber
daya manusia berbagai upaya telah dilakukan demi meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan, baik melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi,
pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan,
peningkatan mutu manajemen, maupun pengubahan kurikulum pendidikan.
Upaya-upaya tersebut bertujuan membawa pengaruh positif terhadap dunia
pendidikan di Indonesia.
Perubahan dalam sistem pendidikan menjadi tuntutan suatu bangsa untuk
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang siap
menghadapi segala situasi dan kondisi dalam menghadapi perkembangan zaman,
yang secara tidak langsung muncul seiring dengan perkembangan zaman tersebut,
konsep pendidikan pun akan mengalami perubahan. Setiap perubahan konsep

pendidikan

akan

berpengaruh

terhadap

cara

dan

sistem

penyampaian

pembelajaran.
Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam dunia pendidikan
semakin terasa sejalan dengan adanya pergeseran pola pembelajaran dari tatap
muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka dan bermedia.

Pemanfaatan teknologi internet dalam pembelajaran perlu dilakukan sebagai salah
satu inovasi baru dalam penggunaan media pembelajaran dan sumber belajar.
Berbagai bentuk aplikasi dan fasilitas yang tersedia di internet bisa dimanfaatkan
secara maksimal untuk peningkatan kualitas dan mutu pembelajaran. Selain itu
juga dapat mempermudah kegiatan pembelajaran jika ditinjau dari aspek
penggunaan media.
Pembelajaran dengan metode elektronik yang biasa disebut electronic
learning (e-learning) menawarkan sebuah metode baru dalam proses belajar
mengajar. E-learning dapat dianggap sebagai piranti belajar mandiri mahasiswa
Teguh Budiarto , 2016
BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM
ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

2

ataupun juga sebagai piranti bantu dalam kelas tradisional. Sebagai piranti belajar
mandiri, e-learning memberikan pengajaran dengan tidak memandang tempat dan

waktu belajar. Mahasiawa dapat belajar dimana saja dan kapan saja. E-learning
dapat berperan sebagai seorang guru maya. Sebagai piranti bantu belajar, elearning menawarkan bantuan pembelajaran ketika pembelajaran konvensional
yang mengharuskan terjadinya proses tatap muka antara mahasiswa dengan dosen
tidak dapat dilakukan.
Pembelajaran konvensional tidak lagi sepenuhnya menjadi andalan, namun
di tengah kemajuan teknologi saat ini diperlukan variasi metode yang lebih
memberikan kesempatan untuk belajar dengan memanfaatkan aneka sumber, tidak
hanya dari guru. Pembelajaran yang dibutuhkan adalah dengan memanfaatkan
unsur teknologi informasi, dengan tidak meninggalkan pola bimbingan langsung
dari pengajar dan pemanfaatan sumber belajar lebih luas. Konsep ini sering juga
diistilahkan dengan pencampuran antara e-learning dengan pembelajaran
konvensional sehingga disebut dengan blended learning.
Pembelajaran berbasis blended learning berkembang sekitar tahun 2000
dan berkembang sangat pesat yang sekarang banyak digunakan di Amerika,
Eropa, Australia, Jepang, korea, Singapura, kalangan Perguruan Tinggi dan dunia
pelatihan (Niah Kusumawati, 2013).

Berdasarkan data Organisasi Kerjasama

Ekonomi Pembangunan (OECD) tahun 2015 negara – negara Asia menempati

posisi teratas kualitas pendidikan di dunia sementara negara – negara Afrika
dengan peringkat terendah dan Indonesia ke delapan dari bawah. Singapura
memimpin di peringkat pertama, diikuti oleh Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan
dan Jepang. Kemajuan pendidikan di Singapura dan beberapa negara lainnya yang
menduduki posisi teratas pendidikan terbaik di dunia tidak terlepas dari berbagai
faktor penunjang, diantaranya adalah fasilitas pendidikan yang memadai, biaya
pendidikan yang terjangkau, faktor pendidik yang kompeten, dan metode
pembelajaran yang baik. Salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh
negara – negara tersebut adalah blended learning. Pembelajaran dengan
mengkombinasikan sumber – sumber belajar antara tatap muka dengan pengajar
maupun yang dimuat dalam media komputer, smartphone, konferensi video, dan
media elektronik lainnya memiliki tujuan untuk memberikan kesempatan bagi
Teguh Budiarto , 2016
BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM
ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan

berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih
efisien, dan lebih menarik. Negara – negara tersebut adalah negara yang
menduduki peringkat teratas kualitas pendidikan di dunia

dan telah berhasil

menerapkan metode pembelajaran blended learning yang dinilai dapat
meningkatkan hasil belajar.
Hasil penelitian yang dilakukan Dziuban, Hartman, dan Moskal (2004)
menemukan bahwa program blended learning memiliki potensi untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dan juga menurunkan tingkat putus sekolah
dibandingkan dengan pembelajaran yang sepenuhnya pembelajaran online.
Demikian juga ditemukan bahwa metode pembelajaran berbasis blended lebih
baik dari pada pembelajaran tatap muka. Pembelajaran berbasis blended learning,
di samping untuk meningkatkan hasil belajar, bermanfaat pula untuk
meningkatkan hubungan komunikasi pada tiga mode pembelajaran yaitu
lingkungan pembelajaran yang berbasis ruang kelas tradisional, yang blended, dan
yang sepenuhnya online. Para peneliti memberikan bukti yang menunjukkan
bahwa blended learning menghasilkan perasaan berkomunitas lebih kuat antar
mahasiswa dari pada pembelajaran tradisional atau sepenuhnya online (Rovai dan

Jordan, 2004).
Kondisi pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, dalam kenyataan
sulit mengalami kemajuan yang berarti, bahkan dalam

skala global kualitas

pendidikan kita jauh di bawah negara – negara tetangga. Di Indonesia blended
learning berkembang sekitar tahun 2009 dan belum begitu pesat di bandingkan
dengan negara – negara tetangga, ini dikarenakan beberapa hal diantaranya
fasilitas yang belum memadai dan sumber daya manusia yang terbatas. Indonesia
dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta tersebar di 900 pulau terbentang ribuan
kilometer, dan memiliki tiga zona waktu. Sejalan dengan itu, kebutuhan akan
pendidikan tinggi berkualitas dan pengembangan profesional berjalan begitu cepat
dan beragam. Melihat kondisi tersebut mantan wakil presiden Indonesia Boediono
mencetuskan suatu program blended learning yang bernama Pembelajaran Daring
Indonesia Terbuka dan Terpadu (PDITT). Dalam perkembangannya, pemerintah
hanya berani mempercayakan pengelolaan program ini kepada UI, ITB, ITS,
Teguh Budiarto , 2016
BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM
ORGANISASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

UGM, Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Ilmu Komputer, dan UBINUS.
Hal ini dikarenakan menurut pemerintah universitas tersebut sudah lebih dulu
mencoba penerapan blended learning di universitasnya masing – masing dan di
nilai mampu dalam menerapkan blended learning. Melihat dari manfaat dari
blended learning sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, lebih
menarik dan dapat meningkatkan hasil belajar sudah seharusnya blended learning
menjadi salah satu metode pembelajaran di perguruuan tinggi yang ada di
Indonesia.
Citra dan mutu pelayanan berbasis ICT di suatu perguruan tinggi menjadi
salah satu pertimbangan dan perhatian utama masyarakat. Keberhasilan sebuah
perguruan tinggi selain ditentukan oleh cara mengajar dosen, kemampuan seorang
pemimpin dalam membangun iklim organisasi yang dikelolanya juga sangat
dibutuhkan. Kepemimpinan yang baik dapat membangun iklim organisasi yang
baik sehingga dapat mendukung segala kebijakan yang ada, termasuk kebijakan
mengenai blended learning. Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk
mempengaruhi, memotivasi dan membuat orang lain mampu memberikan

kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organisasi (Richards & Eagel,
1986). Iklim organisasi yang kondusif sangat dibutuhkan bagi dosen untuk
menumbuhkan dorongan dalam diri dosen tersebut untuk bekerja lebih
bersemangat. Ini berarti bahwa iklim kerja berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
motivasi para dosen. Hal ini sesuai dengan ungkapan Dirjen Dikti (Buku IIC;
1983), yang menyebutkan bahwa, “Iklim organisasi sangat mempengaruhi
motivasi para anggotanya. Ada iklim yang menggairahkan para anggotanya untuk
berprestasi, ada pula iklim yang justru memadamkan motivasi untuk berprestasi”.
Melihat kenyataan yang ada di lapangan banyak universitas di Indonesia
yang

sudah

mencoba

menerapkan

blended

learning


namun

dalam

implementasinya belum maksimal, hal ini dikarenakan pengetahuan dalam
implementasi blended learning kurang dan memang belum ada panduan khusus
mengenai implementasi blended learning. Dari kenyataan dan pandangan yang
telah dikemukakan, maka penulis berusaha ingin mengetahui lebih jauh elemenelemen atau komponen utama yang menjadi dasar pertimbangan, peran pimpinan
dan iklim yang dibangun dalam implementasi blended learning di perguruan
Teguh Budiarto , 2016
BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM
ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

tinggi. Maka dari pertimbangan tersebut peneliti melakukan fokus penelitian di
STEI ITB sebagai sasaran atau subyek penelitian, mengingat beberapa dosen
STEI dipercaya untuk mengelola Blended Learning ITB dan PDITT program

blended learning milik DIKTI. Blended learning di ITB sudah dimulai dari tahun
2009 dan berkembang sangat pesat hampir semua fakultas sudah menggunakan
blended learning. Hal ini tidak terlepas dari peran seorang pimpinan dalam
memberikan fasilitas yang dapat mendukung terlaksananya blended learning dan
iklim organisasi yang di bangun. Di STEI ITB blended learning telah digunakan
dengan baik sebagai media pembelajaran. Hal ini dapat dijadikan contoh bagi
perguruan

tinggi

lain

untuk

dapat

mengembangkan

kualitas


layanan

pendidikannya.

1.2

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi blended learning di STEI ITB?
2. Bagaimana pendekatan leadership dan iklim organisasi yang dibangun dalam
mengembangkan blended learning di STEI ITB?

1.3

TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk memperoleh informasi yang relevan mengenai implementasi blended
learning di STEI ITB.
2. Mengetahui model leadership dan iklim organisasi yang dibangun dalam
mengembangkan blended learning di STEI ITB.

1.4

MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak secara

langsung maupun tidak langsung yang terlibat dalam dunia pendidikan, baik
sebagai pengembang pendidikan, lembaga pendidikan formal maupun non formal.
Secara lebih khusus penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
Teguh Budiarto , 2016
BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM
ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

1. Manfaat bagi praktisi pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada
praktisi pendidikan (dosen) agar dapat meningkatkan kualitas pengajarannya
sebagai upaya kreatif, sebagai alternatif untuk mengembangkan suatu
rancangan pembelajaran yang berfokus kepada peningkatan hasil belajar
mahasiswa. Serta diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya implementasi blended learning
di perguruan tinggi yang ada hubungannya dengan Pendidikan Teknik Elektro.
2. Manfaat bagi lembaga pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa pemanfaatan
media berbasis online dapat membenahi kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan tuntutan kebutuhan belajar mahasiswa. Serta membantu Pengajar /
Dosen dalam menjalakan tugas sebagai tenaga kependidikan, dan mengetahui
dasar pertimbangan implementasi blended learning di Perguruan Tinggi yang
selanjutnya dijadikan dasar pengembangan model perkuliahan yang dilakukan
di JPTE FPTK UPI.
3. Manfaat bagi kepentingan studi lanjutan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian dalam mengembangkan
suatu model pembelajaran blended learning yang diterapkan untuk
peningkatan hasil belajar mahasiswa. Serta diharapkan menggugah mahasiswa
agar mengetahui cara menggunakan ICT dalam kegiatan pembelajaran di
JPTE sehingga menjadi bekal pengalaman dalam proses mengajar di SMK
atau tempat lainnya.

1.5

STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI
Struktur organisasi atau sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:
1. BAB I Pendahuluan
Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi/sistematika penulisan
skripsi.

Teguh Budiarto , 2016
BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM
ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

2. BAB II Kajian Pustaka
Kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting. Melalui kajian pustaka
ditunjukkan teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam
bidang ilmu yang diteliti. Dalam kajian pustaka, peneliti membandingkan,
mengontraskan, dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang
dikaji dikaitkan dengan masalah yang diteliti.
3. BAB III Metode Penelitian
Pada BAB metode penelitian ini akan menjelaskan mengenai metodologi yang
ingin digunakan dan jenis penelitian apa yang dipilih oleh penulis. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan
kualitatif.
4. BAB IV Temuan dan Pembahasan
Pada BAB 1V ini berisikan tentang pengolahan atau analisis data dan
pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan
tahap-tahap yang telah ditentukan. Di dalam penelitian ini, pengolahan data
dilakukan dengan metode penelitian kualitatif. Pembahasan dalam BAB ini
dikaitkan dengan teori-teori terkait yang telah dibahas pada BAB II Kajian
Pustaka.
5. BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi
Pada BAB V akan disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil
analisis temuan penelitian. Ada dua alternatif cara penulisan kesimpulan,
yakni dengan cara butir demi butir, atau dengan cara uraian padat. Kesimpulan
harus menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Saran atau
rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan dapat ditujukkan kepada para
pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan,
kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian
selanjutnya, kepada pemecahan masalah di lapangan atau follow up dari hasil
penelitian.

Teguh Budiarto , 2016
BLENDED LEARNING DI PERGURUAN TINGGI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF LEADERSHIP DAN IKLIM
ORGANISASI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu