MODEL PENYELESAIAN KONFLIK PERTANAHAN BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG BERKEADILAN - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

(1)

i

MODEL PENYELESAIAN KONFLIK PERTANAHAN

BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG

BERKEADILAN

RINGKASAN DISERTASI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Hukum

ERY SETYANEGARA NIM. 11010110500028

PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015


(2)

85

4 Penyelesaian Konflik

Pertanahan Berbasis Pemberdayaan 2014 5

Ormas dan LSM dalam Pemberantasan

Indept Publisisting

2014 6

Perkara Dalam Konteks

Indept Publisisting

2014 7

2012 8

Dalam Memutus Perkara Pidana di 2012 9

memutus perkara dalam konteks 2012

10

alat bukti petunjuk KPK dalam perkara 2011 11

Departemen Perikanan dan Kelautan RI,

studi kasus Prof. Dr. Ir. Rohmin Dahuri, 2010

ii

TIM PROMOTOR

Promotor

Prof. Dr. Esmi Warassih Pujirahayu,S.H., M.S

Co-Promotor


(3)

iii

MAJELIS PENGUJI

Pada Sidang Ujian Promosi Doktor

Tanggal, Agustus 2015

Ketua

: Prof. Dr. R. Benny Riyanto, S.H., M.H., CN

Sekretaris: Prof. Dr. FX Adji Samekto, S.H., M.Hum

Anggota :

1. Prof. Dr. Nurhasan Ismail, S.H., M.Si

2. Prof. Dr. Rahayu, S.H., M.H.

3. Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum.

4. Prof. Dr. Esmi Warassih Pujirahayu, S.H., M.S.

5. Prof. Dr. Nyoman Serikat Putra Jaya, S.H., M.H.

84

8 2004 Election Training Project Kerjasama KPU RI,

Australian Electoral Commision, U.N.D.P, IFES. 9 1995 Seminar Nasional Hubungan Ekonomi Politik Indonesia - China, Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya.

10 1993 dan Kepentingan

Businnes Information Forum. 11 1999 Pendidikan dan Latihan Pemantau Pemilihan

Umum oleh KIPP, Jakarta.

12 1996 Pendidikan dan Latihan Calon Penatar Inti Kamtibnas Tingkat Nasional, Direktorat BIMMAS MABES POLRI, Lemdiklat Brimob Kepala Dua Jakarta.

13 1996 Pendidikan dan Latihan Bela Negara Tingkat Nasional Angkatan ke-XVII, Kerjasama KNPI BAKORSTANAS.

14 1996 Kursus PADNAS Tingkat Nasional,

LEMHANAS RI Angkatan ke-XVI

15 1995 Pendidikan dan Latihan Manajemen Organisasi Kemasyarakatan (OKP) bagi pengurus OKP Tingkat Nasional.

16 1995 Pendidikan dan Latihan Orientasi Kewaspadaan Nasional Bagi Pengurus OKP DKI Jakarta. 17 1995 Penataran Calon Penatar P4 Tingkat Nasional,

Pola 144 Jam BP7 Pusat Jakarta.

E.Karya Ilmiah / Jurnal / Buku

No. Judul Penerbit dan

Tahun 1

Crime School 2014

2

Restorative Justice 2014

3


(4)

83

23 1996 - 1999 Kepala Departemen Kaderisasi Bela Negara KNPI Kabinet Maulana Isman, Jakarta. 23 1996 - 1999 Wakil Sekjend. Forum Pemuda Pelopor RI

Kantor MENPORA.

24 1998 - 2000 Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi Kader Politik Pemuda Tingkat Nasional. 25 1995 Ketua Kelompok Kerja GDN - 95 KODAM

JAYA, Jakarta

26 1993 - 1994 Biro Kaderisasi AMPI DKI Jakarta. 27 1993 - 1994 HUMAS Media Karya, Jakarta.

D.Kursus / Seminar / Pelatihan

No. Tahun Tempat

1 2014 Seminar Nasional Hukum Progresif Universitas Diponegoro, Semarang

2 2014 Seminar Anti Korupsi (Pencegahan Korupsi dan Pakem - Aliran Kepercayaan), UBL, Lampung

3 2011 Asian Community In

Global Community Of Nation

UNDIP, Semarang

4 2011 Seminar Nasional Penyelenggaraan Peradilan : QUO VADIS Antara Penegak Hukum dan Peradilan, Lab. FH dan Magister Universitas Lampung

5 2010

Ilmu Hukum (Perspektif, Philosofis, Normatif, Sosio Legal). FH Universitas Diponegoro, Semarang

6 2010 Kursus Pendidikan Profesi Advokat (PKPA) PERADI dan DPC AAI Bandar Lampung Serta Universitas Lampung

7 2009 Ketua Panitia Penyelenggara Seminar Nasional Anti Korupsi antara Dewan Pimpinan Nasional Jaringan Pemberantasan Korupsi (JPK) dan JAMPIDSUS KEJAKGUNG RI.

iv

MOTTO

Susungguhnya Allah Menyuruh (Kamu) berlaku Adil dan berbuat

Kebajikan, dan Allah Melarang dari perbuatan Keji,

Kemungkaran dan Permusuhan.Dia Memberikan Pengajaran

Kepadamu Agar Kamu Dapat Mengambil Pelajaran.

(An-Nahl : 90)

Hukum Bukanlah Suatu Skema Yang Final (Final Scheme) Namun

terus Bergerak, Berubah, Mengikuti Dinamika Kehidupan

Manusia, dan Hukum Juga Harus Dibedah dan Digali Melalui

Upaya-Upaya Progresif Untuk Mencari Cahaya Kebenaran

Dalam Menggapai Keadilan.


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya selama penulis

menempuh pendidikan pada Program Doktor Ilmu Hukum

Universitas Diponegoro (PDIH UNDIP) sejak September 2010,

sehingga mampu menyelesaikan penulisan disertasi dengan judul:

Model

Penyelesaian

Konflik

Pertanahan

Berbasis

Pemberdayaan Masyarakat Yang Berkeadilan

Disertasi ini mengkaji dinamika dari aspek sosial, dan aspek

hukum dan aspek

kebijakan bagaimana model penyelesaian

konflik pertanahan di Mesuji yang berbasis pemberdayaan

masyarakat

yang

berkeadilan,

kemudian

apakah

model

penyelesaian konflik pertanahan yang berbasis pemberdayaan

sudah

dilakukan

dalam

penyelesaian

konflik

Mesuji

Lampung.selanjutnya bagaimana model penyelesaian konflik

pertanahan berbasis pemberdayaan masyarakat yang berkeadilan

di Mesuji dapat terwujud.

Penulis

menyadari

bahwa

terselesaikannya

proses

pendidikan dan penulisan disertasi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini izinkan penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada

semua pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya pertama penulis sampaikan kepada yang terhormat dan

amat terpelajar Prof. Dr. Esmi Warassih Pujirahayu, S.H., M.S.

selaku promotor dan co-promotor Prof. Dr. Nyoman Serikat Putra

Jaya, S.H., M.H. yang telah membimbing dan mengarahkan

penulis, dalam penyelesaian disertasi pada program Doktor Ilmu

Hukum Universitas Diponegoro. Dan yang keduanya dengan tulus

82

7 2010 - 2015 Direktur Lembaga Independen dan Investigasi Kontrol Hukum (LIIKUM) Provinsi Lampung.

8 2010 - 2013 Sekretaris Biro Hubungan Eksternal Universitas Tulang Bawang, Lampung. 9 2013 Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem

Lampung

9 2010 Calon Bupati Lampung Tengah

10 2008 - 2012 Direktur Forum Kajian Kebijakan Publik Lampung (FOKAL).

11 2008 - 2012 Dewan Pembina Komite Wartawan Republik Indonesia (KWRI) Provinsi Lampung

12 2006 - 2015 Presiden Dewan Pimpinan Nasional Jaringan Pemberantas Korupsi (JPK).

13 2006 - 2010 Direktur LSM Nasional Yayasan Lembaga Ekonomi Masyarakat (YLEM)

14 2003 - 2008 Direktur Lembaga Advokasi dan Reformasi Kebijakan Lingkungan (LINGKAR) Provinsi Lampung

15 2003 - 2008 Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah Lampung Tengah, Lampung.

16 2003 - 2007 Sekretaris Dewan Pendidikan Lampung Tengah, Lampung.

17 2003 - 2007 Konsultan Manajemen Program (KMP) Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEM Lampung Tengah) Lampung.

18 2002 - 2015 Wakil Sekjend Komite Wartawan Republik Indonesia (KWRI) Pusat.

19 2001 - 2003 Direktur Operasional Nusantara Jaya Raya (NJR), Lampung

20 1995 - 2000 Manajer Eksekutif PT. Masterindo Perdana Jaya, Jakarta.

21 1996 - 2000 Widyaiswara Kamtibnas, MABES POLRI, Jakarta


(6)

81 B.Riwayat Pendidikan

No. Tingkat Nama Pendidikan Jurusan/ Fakultas

Tahun

1 S3

Universitas Diponegoro, Semarang

Doktor Ilmu Hukum

2015

1 S2

Universitas Bandar Lampung, Lampung

Magister Ilmu Hukum

2010

2 S1 Universitas Bandar Lampung,Lampung HukumIlmu 2009

3 S1 STIE Satu Nusa Lampung Ilmu

Ekonomi 2008 4 D III NBA Collage Internasional

Jakarta

Perbankan

1994 5 STM STM Negeri 1 Tanjung

Karang

Bangunan

1990

6 SMP Persit KCK Tanjung Karang - 1987

7 SD Xaverius Tanjung Karang - 1984

C.Pengalaman Kerja / Organisasi

No. Tahun Jabatan

1 2010 - 2015 Tenaga Ahli Walikota Bandar Lampung, Lampung.

2 2014 - 2015 Tenaga Ahli Bupati Lampung Utara, Lampung.

3. 2015 Calon Pimpinan Komosioner KPK.RI 2015-2019

2014 Calon Anggota DPR RI Dapil Lampung II (Partai Nasdem)

4 2014 - 2015 Legal Consultant BTN (Persero) Regional Sumatera

5 2010 - 2015 Direktur LBH - SETYANEGARA.

6 2010 - 2015 Direktur Eksekutif SETYANEGARA LAW FIRM.

vi

dan sabar telah memberikan bimbingan, arahan, pencerahan, dan

dorongan semangat dalam penyelesaian disertasi ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi juga

penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1.

Kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya

kepada

penulis,

sehingga

saya

dapat

menyelesaikan jenjang pendidkan tertinggi di Program

Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro.

2.

Kepada kedua Orang Tua penulis Almarhum Hi. Abd. Basyid

Sepulau Raya dan Almarhumah Hj. Syamsidar yang telah

melahirkan dan membesarkan dengan penuh kasih sayang,

mendidik dan mengajarkan arti perjuangan dalam hidup

kepada penulis.

3.

Kepada istriku, Nova Riza Sulianti,SE dan anak-anakku

tersayang M. Faris Putra Setyanegara ; M. Sultan Raffi

Setyanegara ; M. Tengku Raihan Setyanegara dan Chesia

Aurel Putri Setyanegara yang telah sabar dan selalu menjadi

penyemangat penulis dalam menempuh Pendidikan Doktor

Ilmu Hukum sampai terselesaionya Disertasi ini

4.

Kepada Ayahanda dan Ibunda Mertua, Almarhum. Inani Bin

Mai serta Almarhumah. Sukmawati.

5.

Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH., M.Hum. selaku Rektor

Universitas Diponegoro yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada jenjang

tertinggi PDIH UNDIP.

6.

Prof. Dr. R. Benny Riyanto, S.H., M.H., CN selaku Dekan


(7)

vii

7.

Prof. Dr. FX Adji Samekto, S.H., M.Hum. selaku Ketua

Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro dan

Prof. Dr. Rahayu, S.H., M.H. selaku Sekretaris Program

Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro yang telah

memberikan

kesempatan,

sarana

dan

bantuan

selama

menempuh pendidikan serta sumbangsih pemikiran dalam

penulisan disertasi ini.

8.

Para Penguji Usulan Penelitian, Seminar Hasil Penelitian,

Kelayakan, Pra Promosi Tertutup dan Promosi Terbuka, Prof.

Dr. Nurhasan Ismail, S.H., M.Si, Prof. Dr. Suteki, S.H.,

M.Hum.

9.

Para Guru Besar serta Tenaga Pengajar pada PDIH UNDIP,

Prof. Dr. Barda Nawawi S.H., Prof. Dr. I Gede A.B Wiranata,

S.H., M.H., Prof. Dr Yusriyadi, S.H., M.S., Prof. Dr Arief

Hidayat, S.H., M.S., Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, S.H., (Alm)

Prof. Dr. Paulus Hadisuprapto, S.H., M.H., Prof. Dr. FX.

Sugiyanto, M.S.

10. Selanjutnya juga penulis menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang tinggi kepada kekerabatan Kejaksaan

Agung Republik Indonesia:

11. (Alm) Prof. Dr. Marwan Efendi, S.H.,M.M.; H.M. Prasetyo,

SH Jaksa Agung Republik Indonesia; Arminsyah, S.H., M.H

(Jam Intel Kejagung RI).; Ajimbar, S.H., M.H.; Dr. M.

Nurochmad, S.H., M.H.(Jam Datun Kejagung RI); Azhari,

S.H., M.H., Teguh, S.H., M.H.; Sarjono Turin, S.H., M.H.;

Widyantoro, S.H., M.H.; Yudi Handono, S.H., M.H.; Hi.

Darmo Widjoyo, S.H., M.H.; dan Raja Nafrial, S.H., M.H.;

yang selalu menjadikan sahabat diskusi, konsultasi sekaligus

pemberi semangat penulis.

80 BIODATA

A.Identitas Diri

Nama Lengkap Jenis Kelamin Pekerjaan Tempat/ Tanggal Lahir

E-mail No. Telpon Nama Isteri Nama Anak Alamat Kantor

Alamat Rumah

: ERY SETYANEGARA,S.E., S.H., M.H. : Laki-laki

: Pengacara /Advokat

: Tanjung Karang,13 Juni 1971 : [email protected] : 0721 241306 HP. 0821.3327.5555 : Nova Riza Sulianti,SE.

: (1). M.Faris Putra Setyanegara (15 Tahun)

(2). M. Sulthan Rafi Setyanegara (13 Tahun) (3). M Tengku Reyhan Setyanegara (11 Tahun) (4). Chesia Aurel Putri Setyanegara ( 7 Tahun ) : (1). Jl.Way Abung No.34 Pahoman

Bandar Lampung.

(2). Gd.Manggala Wana Bhakti Blok VII Lt.4 Jakarta Selatan

: (1) Jl. Kalibata Raya No. 1 Apartemen Kalibata City

Tower C Lt. 15 CU, Kalibata Jakarta Selatan

(2) Jl. Singosari I No. 26 Semarang, Jawa Tengah

(3) Perum Tanjung Raya Permai Blok CC No. 3-4 Tanjung Seneng


(8)

79

http://huma.or.id/kehutanan-dan-perubahan-iklim/konflik- kehutanan-di-indonesia-apakah-redd-peluang-atau-ancaman.html.

__________-http://www.haluankepri.com/nasional/53970-sektor-kehutanan-negara-rugi-rp691-triliun.html

Bunyamin Maftuh, Implementasi Model Pembelajaran Resolusi Konflik Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas, Disertasi (tidak diterbitkan) Universitas Pendidikan Indonesia, 2005.

_________-Profil Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM), 2013.

Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penanganan Gangguan Keamana Dalam Negeri, tahun 2014. Peraturan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Nomor

002/KOMNAS HAM/IX/2011 Tentang Prosedur Pelaksanaan Penyelidikan Proyustisia Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat.

Laporan Tim Terpadu Tindak Lanjut dan Monitoring Penanganan Kasus Mesuji Bulan September s.d Desember 2013, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Republik Indonesia.

Informasi Peraturan Perundang-Undangan Kementerian Kehutanan, Edisi Tahun 2010 Nomor 1 s.d 4, Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kehutanan.

__________-Data Penduduk, Sido rukun

Peraturan Sepanjang Adat Lampung, dikarang oleh Marga Tegamongan, Boelan dan Soewai Oempoe.

viii

12. Rekan-Rekan Deputi V Kementerian Politik Hukum dan

Keamanan Republik Indonesia,; Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia (Komnas HAM), Siti Noor Layla.; Kepala Litbang

Kementerian Kehutanan Republik Indonesia Prof. Dr. Ir. San

Afri Awang, M.Sc,; Prof. Dr. Nurhasan Ismail, S.H., M.Si.;

Rekan-Rekan

HuMa

Andiko,

S.H.,

M.H.,

Chalid

Muhammad, S.H.; Nurul Firmansyah, S.H. yang selalu

menjadikan sahabat diskusi, konsultasi dan pemberi referensi

kepada penulis.

13. Kepada Bapak Komjend. (Purn). Drs. H. Sjachroedin ZP

(Mantan gubernur Lampung Periode 2008- 2013).; Irjend.

Pol.(P) Drs. Darwan Siregar, M.Sc; Irjend Pol. Drs. Syaiful

Maltha.; Brigjen Pol. Sulistyo Ishak.; Brigjen Pol. Jodie

Roseto.; Kombes Pol. Yusril Hakim YHS., SH.; menjadikan

sahabat diskusi, konsultasi sekaligus pemberi semangat

penulis.

14. Kepada Bupati Mesuji H. Khamami, SH, yang menjadikan

nara sumber, dan pemberi referensi kepada penulis.

15. Kepada Walikota Bandar Lampung Drs. H. Herman HN,

M.M. yang telah memberikan dorongan semangat kepada

penulis untuk melanjutkan studi S3.

16. Bupati Lampung Utara H. Agung Ilmu Mangku Negara,

S.SSTP., M.H., yang selalu memberi perhatian khusus,

menanyakan kapan selesainya pendidikan Doktor.

17. Kepada Dr. Yuswanto, S.H., M.H. Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Lampung, Slamet Haryadi, S.H.,

M.H. Hakim Pengadilan Tipikor Lampung, Dr. HS. Tisnanta,

S.H., M.H. yang telah mendukung dalam penyelesaian

disertasi di PDIH UNDIP.


(9)

ix

18. Kepada Para Tokoh-tokoh Adat Megou Pak, Wan Mauly

Sanggam Ketua Adat Megou Pak, Asaih Akib Kepala Marga

Tegamoan, Suttan Kaiser Kepala Marga Aji, Helmi Gelar

Suttan Tulang Bawang Kepala Marga Buay Bulan, Hosi

Pagar Alam Kepala Marga Umpu, yang menjadikan nara

sumber, konsultasi dan pemberi referensi kepada penulis.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang tinggi kepada :

1. Rektor Universitas Bandar Lampung (UBL), Dr. Ir. Yusuf

Sulfarano

Barusman,

M.BA.

yang

telah

memeberikan

semangat dan dorongan kepada penulis untuk melanjutkan

studi S3 di PDIH UNDIP.

2. Teman-teman angkatan III/17/KPK UNDIP-UNILA, Hi.

Zulfikar Ali Butho, S.H., M.H.; Dr. Heni Siswanto, S.H.,

M.H.; Dr.Tri Herlianto, S.H., M.H., M.M.; Didiek R.

Mawardi, S.H., M.H.; Dr.Tami Rusli, S.H., M.H.; Dr.Erlina,

S.H., M.Hum.; Kingkin Wahyuningdiyah, S.H., M.Hum.;

Dr.FX. Sumardja, S.H., M.H.; Dr.H. Sunaryo, S.H., M.H.;

Dr.Marsudi Utoyo, S.H., M.H.; Dr. Bambang Hartono, S.H.,

M.Hum dan (Alm). J, Pajar Widodo, S.H., M.H. Yang selalu

memberikan semangat kepada penulis.

3. Rekan-rekan sejawat SETYANEGARA LAW FIRM dan LBH

SETYANEGARA, Yustama, S.H.,M.H.; Resmen Kadapi,

S.H., M.H.; Hermawan, S.HI., M.H.; Satria Muda SR., S.H.;

Yopi Hendro, S.H.; Riski Menggala Putra, S.H.; Sugito, S.E.,

M.M.; Marsoni, S.Kom.; Putri Flesia, Salamah, S.Pd; yang

selalu memberikan semangat dalam menyelesaiakan di PDIH

Undip.

4. Teman-teman sesama mahasiswa PDIH UNDIP yang tidak

dapat saya sebutkan satu-persatunya, atas segala bantuan,

kritik dan saran dalam menyelesaikan disertasi ini.

78

Undang-Undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004 Tentang OTODA 2004-2007, Citra Umbara.

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (UU RI Nomor 12 Tahun 2011), CV. Karya Gemilang, 2014.

Undang-Undang Aparatul Sipil Negara (A.S.N) dan Peraturan Pelaksanaannya, Focus Media, 2014.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Koleksi Buku Terbitan KOMNAS HAM, 2013.

Koleksi Terbitan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 2013.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.

C. Sumber Lainnya:

Anonim. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Cetakan Ketiga

Makalah tentang Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia oleh Soedirman Kartohadiprodjo. 2009.

Makalah tentang Memasuki Bidang Penelitian Kualitatif oleh Norman K. Denzin dan Yvona S. Lincoln.

Makalah tentang Teori, Konsep dan Paradigma dalam Kajian tentang Manusia, Masyarakat dan Hukumnya.

_________-Makalah tentang Teori Hukum oleh Abdullah _________-Makalah tentang Teori Hukum oleh Hasbi Hasan.

http://huma.or.id/kehutanan-dan-perubahan-iklim/konflik- kehutanan-di-indonesia-apakah-redd-peluang-atau-ancaman.html.


(10)

77

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1999 tentang Pengusahaan Hutan dan Hasil Hutan Pada Hutan Produksi.

________-Undang-Undang Kehutanan, Pustaka Belajar, 2006 Naskah Komprehensif Perubahan Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945, Hasil Perubahan 1999-2002, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2008

________-Himpunan Lengkap Undang-undang Tentang Desa, Saufa, 2014.

________-Himpunan Peraturan Tentang Keormasan, PT. Tamita Utama, 2013.

Peraturan Perundang-undangan Penyusunan A.P.B.D Tahun Anggaran 2015, Fokus Media, 2014.

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 22 Tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2012, Tentang Kendaraan, Kesindo, 2012.

_________-Peraturan Pembentukan Produk Hukum Daerah, Fokus Media, 2014.

_________-Undang-Undang Peradilan Indonesia, Fokus Media, 2010.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Citra Umbara, 2009.

x

Terakhir penulis menyadari, disertasi ini masih jauh dari

sempurna. Mudah-mudahan, makna yang terkandung dalam

disertasi ini dapat menjadi bermanfaat untuk kita semua,baik

dikalangan; Pemerintah, Penegak hukum, Praktisi, maupun

masyarakat umum lainnya.

Mudah-mudahan amal baik semua pihak mendapatkan

balasan yang setimpal dari Allah Sub

karya yang sederhana ini dapat bermanfaat untuk pengembangan

keilmuan hukum secara teoritis maupun praktis.

Semarang, Agustus 2015.

Penulis,


(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul

...

i

Tim Promosi

...

ii

Tim Penguji Ujian Promosi...

iii

Motto

...

iv

Kata Pengantar

...

x

Daftar Isi...

xi

I. Pendahuluan

1.1.Latar Belakang...

1

1.2.Permasalahan Penelitian ...

5

1.3.Tujuan dan Kontribusi Penelitian ...

5

1. Tujuan Penelitian ...

5

2. Kontribusi Penelitian ...

6

1.4.Metode Penelitian ...

6

II. Pembahasan dan Temuan

2.1.Pembahasan ...

7

1.Model-model Konflik Pertanahan ...

7

2.Penyelesaian Konflik Pertanahan ...

8

3.Cara-cara Penyelesaian Konflik Pertanahan ...

10

a. Litigasi ...

10

76

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.52/MenHut-II/2008. Tata Cara dan Persyaratan Perpanjangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Alam Pada Hutan Produksi.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.57/MenHut-II/2008. Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 2018.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.58/MenHut-II/2008. Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota;

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan.


(12)

75

E. Sumaryono, Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat, Kanisius, 1999.

Erman, Suparman, Asal Usul Serta Landasan Pengembangan Ilmu lam Buku: Menggagas Hukum Progresif Indonesia, Pustaka Pelajar, 2006.

David, M Chalmers. Encyclopedia Americana, Americana Corporation.

Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Gramedia Pustaka, 2004.

Meuwissen Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, dan Filsafat Hukum, Adita, 2007.

B. Undang-Undang dan Peraturan Lainnya :

__________-Pancasila __________-UUD 1945

Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jendral Departemen Kehutanan

Undang-Undang RI No. 41 Tahun 1999. Kehutanan. Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jenderal Departmen Kehutanan. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Penjelasannya.

Jakarta. Titik Terang.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.62/MenHut-II/2008. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri dan Hutan Taman Rakyat.

xii

b.Non Litigasi...

11

4.Konsepsi

Konflik

dalam

Penyelesaian

Konflik

Pertanahan ...

12

5.Konsepsi Pemberdayaan dalam Penyelesaian Konflik

Pertanahan Mesuji Lampung ...

16

6.Konsepsi Keadilan dalam Penyelesaian Konflik

Pertanahan Mesuji Lampung ...

19

a. Teori Keadilan Jeremy Bentham ...

19

b.Keadilan Menurut Pancasila...

20

7.Model

Penyelesaian

Konflik

Pertanahan

Menggunakan Chambliss-Seidman ...

25

a. Nilai-nilai Keadilan dalam Penyelesaian Konflik

Mesuji dengan Pendekatan Teori (The Triangular

of Natural Law and Its Pluralistic)...

27

b.Penyelesaian Konflik yang Dilakukan Melalui

Litigasi ...

28

c. Penyelesaian Konflik yang Dilakukan Melalui Non

Litigasi

...

29

d.Nilai-nilai Keadilan dalam Penyelesaian

Konflik


(13)

xiii

1)

Nilai Keadilan dan Konsep Keadilan dalam

Penyelesaian Konflik Mesuji Lampung ...

30

2)

Konsep Keadilan ...

31

3)

Keadilan Distributif menurut John Rawls...

32

4)

Keadilan Menurut Pancasila ...

32

8.Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat Megou Pak

Masuji Lampung...

37

2.2.Temuan...

38

1.Sejarah Konflik Tanah Megou Pak Tulang Bawang....

38

2.Riwayat Konflik Tanah Register 45 Mesuji Lampung

40

a. Lokasi Moro-Moro ...

41

b.Lokasi Tugu Roda, Karya Jaya, Karya Tani, Sawit

99, Air Mati, Suka Agung ...

41

3.Ketidakpuasan

Masyarakat

Adat

Terhadap

Perusahaan Sebagai Pemicu Konflik ...

41

4.Penyelesaian Konflik Pertanahan di Mesuji Lampung

yang Dilakukan oleh Pemerintah Daerah ...

42

5.Upaya

Pemerintah

Daerah

Propinsi

Lampung

Terhadap Penyelesaian Konflik Mesuji Lampung ...

44

6.Dampak-dampak dari Konflik Pertanahan di Mesuji

Lampung...

47

74

Safitri, Myrna, Untuk Apa Pluralisme Hukum, Epistama Institute, HuMa & Forest People Programane, 2011.

_________Tak Ada Alasan Ditunda, HuMa, 2011.

T. Sirait, Martua & Rekan, Perencanaan Tata Ruang Secara Partisipatif, Word Agroforerestry Center (ICRAF), 2013. Kahman, Hisma & Rekan, Aturan Daerah dan Tenure Masyarakat

Adat, Perkumpulan HuMa, 2011.

_________Mereka Yang Belum Setara, Kerjasama Pontianak Institute dan HuMa, 2011.

_________-Menuju Kepastian dan Keadilan Tenurial, HuMa, 2011.

Menski, Werner, Perbandingan Hukum Dalam Kontes Global, Nusa Media, 2011.

Akib, Muhammad, Politik Hukum Lingkungan, PT. Raja Grafindo Persada, 2012.

Yusriyadi, Industrialisasi dan Perubahan Fungsi Sosial Hak Milik Atas Tanah, Genta Publishing, 2010.

Gunawan Wijaya & Kartini Mulyadi,Seri Hukum Harta Kekayaan, Hak-Hak Atas Tanah, Kencana Prenada Media Group, 2004.

Pada Seminar Nasional Prospek Hukum Progresif di Indonesia di UNDIP, 2009.

Benjamin Cardozo, The Nature Of Judical Proces. New Heaven: Yale University Press. CA. Van Paursen. Susunan Ilmu Pengetahuan: Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu. Terjemahan J. Drost. Ctk.3, Gramedia Pustaka Utama.


(14)

73 Moniaga,Adat Dalam

Prof. Dr. B. Arief Sidharta, SH., Refika Aditama, 2008.

__________-Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Pustaka Pelajar. 1980.

__________-Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar. 2013. __________-Penggunaan Masyarakat Merangkai Sebuah Kerangka.

Pustaka Pelajar. 2012.

Sutedi, Adrian, Peralihan Hak atas Tanah dan Pendaftarannya,

Sinar Grafika, Jakarta, 2008

Thohir, Mudjahirin, Memahami Kebudayaan. Teori, Metodologi, dan Implementasi. Semarang; Fasindo. 2007.

Wignjodipuro, Surojo ΒΈ Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat,

Gunung Agung, Jakarta, 1982

Wignjosoebroto, Soetandyo. Hukum Dalam Masyarakat Perkembangan dan Masalah Sebuah Pengantar ke Arah kajian Sosiologi Hukum. Bayumedia Publishing. 2008 Williams, J.E.H, Criminology and Criminal Justice, Buttenn worth,

London 1982.

Yusuf, Abdul Muis. Mohammad Taufik Makarao. Hukum Kehutanan di Indonesia. PT. Rineka Cipta. 2011.

Zubaedi. Pengembangan Masyarakat. PT. Fajar Interpratama Mandiri. 2013.

xiv

III. Simpulan...

48

IV. Implikasi

...

51

4.1.Secara Filosofis ...

51

4.2.Secara Teoritis ...

51

4.3.Secara Praktis ...

51

V. Rekomendasi

...

52

Daftar Pustaka

...

53


(15)

1 I. Pendahuluan

1.1.Latar Belakang

Perkembangan dalam pengolahan tanah serta sejumlah permasalahannya telah menjadi sejarah tersendiri di negara Indonesia, sejak zaman penjajah kolonial sampai sekarang masih meninggalkan permasalahan yang belum dapat terselesaikan. Permasalahan mengenai tanah pada dewasa ini semakin kompleks, disebabkan keadaan tanah yang terbatas sedangkan jumlah penduduk yang semakin bertambah, harga tanah yang meningkat dengan cepat dan kondisi masyarakat yang semakin sadar serta peduli akan penting akan haknya. Berkaitan dengan hak tersebut, tentunya tidak terlepas dengan semakin banyaknya kasus-kasus pertanahan yang berujung konfik. Pada hakikatnya, kasus pertanahan merupakan benturan kepentingan (conflict of interest) di bidang pertanahan antara siapa dengan siapa, sebagai contoh konkrit antara perorangan dengan perorangan; perorangan dengan badan hukum atau negara; badan hukum dengan badan hukum lainnya.

Penguasaan dan kepemilikan tanah yang berkonflik juga banyak terlihat dalam struktur masyarakat hukum adat, pada umumnya selain dikenal dengan adanya tanah hak milik yang bersifat individual, juga dikenal adanya tanah milik bersama (komunal) yang lazim disebut sebagai Hak Ulayat atas tanah.1 Hak Ulayat atas tanah ini dapat berupa lahan pertanian, perkebunan,

1Abdon Nababan dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) memperkirakan setiap komunitas adat memiliki areal

sekitar 8.000 hektar. Lihat Kompas, 23 April 2012, hlm.22.

Menurut Kepala badan Registrasi Wilayah Adat AMAN, Kasmita Widodo memperkirakan total luas tanah adat di Indonesia sekitar 10 juta hektar. Lihat Kompas, 21 April 2012.

72

Rahmat, Takdir. Hukum Lingkungan di Indonesia. PT. Rajagrafindo Persada. 2011.

Roberts, Simon. Order and Dispute:An Introduction to Legal Anthopology, Harmonsworth: Penguin Books. 1979

Roberto Unger Mangabeira, Law in Modern Sociey-Toward Criticism of Social Theory, NY:The Free Press, 1976.

Safitri, Myrna

Penyelenggaran Pemerintah Menyimpang: Maladministrasi

Laporan Penelitian, Kerjasama Komisi Ombudsman Nasional dan Konsorsium Pembaruan Agraria, 2002

akat Lokal Pada Kawasan Hutan, Sebuah Arean Bagi Pluralisme Hukum:

Konferensi Internasional Penguasaan Tanah dan Kekayaan Alam di Indonesia yang Sedang Berubah: Mempertanyakan Kembali Berbagai Jawaban, Hotel Santika Jakarta, 11-13 Oktober 2004.

Satjipto, Rahardjo, Hukum Dalam Jagad Ketertiban, Jakarta:UKI Press, 2006

Sarjita. Teknik Dan Strategi Penyelesaian Sengketa Atas tanah, Edisi Revisi, Tugu Jogja Pustaka, Yogyakarta, 2005.

Dari Adat ke Multikultur: Menggagas Format Kebijakan yang Tepat Bagi Masyarakat/

Hak Minoritas, Multikulturalisme dan Dilema Negara Bangsa,

Yayasan Interseksi, Jakarta,2007

Samekto, Adji, Kapitalisme, Modernisasi dan Kerusakan Lingkungan,Genta Press, Yogyakarta, 2008


(16)

71

Nurtjahjo Hendra, dan Fokky Fuad, Legal Standing Kesatuan Masyarakat Hukum Adat, Salemba Humanika, Jakarta, 2010

Anthropology Point of Vi US-China Law Review, Volume 9, Number 1, February 2012

-prinsip Dasar Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkeadilan, Demokratis, dan

Focus Group Discussion dengan tema Pertumbuhan Ekonomi Hijau Secara Inklusif (Inclusive Green Growth) Bagi Pembangunan Nasional Berwawasan Hijau: Peluang, Tantangan, dan Strategi, diselenggarakan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri RI tanggal 20 September 2013 di Hotel Aston Tropicana, Cihampelas, Bandung.

Seminar Peran Masyarakat (Hukum) Adat Dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bagian Perdata Fakultas Hukum Undip, 24 November 2010. Nurjaya, I N

Within the State Agrarian Law of Indonesia is It A Genuine

or Pseudo- US-China Law

Review, Volume 8, Number 4, April 2011.

Rahardjo, Satjipto. Hukum dan Masyarakat, Bandung, Angkasa,1990.

__________.Hukum dan Perubahan Sosial. Genta Publishing. 2009. __________. Penegakan Hukum Progresif. PT. Kompas Media

Nusantara. 2010.

2

padang penggembalaan, pemakaman, kolam, sungai, dan hutan seisinya.2

Namun keberadaan Hak Ulayat atas tanah, terutama yang masih berbentuk hutan adat, saat ini semakin tergerus oleh berbagai kebijakan pemerintah yang mengabaikan eksistensi hak ulayat. Misalnya dengan kebijakan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) Kementerian Kehutanan yang telah menetapkan sekitar 133,7 juta hektar daratan Indonesia sebagai kawasan hutan.3 Klaim sebagai hutan negara, ini antara lain agar memudahkan pemerintah memperoleh dana segar dari pemberian izin terkait dengan pemanfaatan hutan.4 Belakangan ini izin pemanfaatan hutan lebih banyak digunakan untuk perkebunan kelapa sawit5 dan pertambangan.6

Sebagai dampak dan akibat selanjutnya dari kebijakan tersebut adalah merebaknya konflik antara Masyarakat Hukum Adat (MHA) dengan pemilik modal atau dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun dengan pemerintah sendiri. Selain itu beberapa

2Untuk kepentingan analisis,hak ulayat atas tanah ini hanya dibatasi dalam ruang lingkup lahan dan hutan, dengan tiga

alasan: pertama, bagi masyarakat hukum adat,lahan dan hutan merupakan unsur utama dari hak ulayat atas tanah; kedua, kelong di Batam, awig-awig hak ulayat laut di Lombok, sasi laut di Kep. Kei dan Raja Ampat; ketiga, tanah dan hutan sering menjadi obyek konflik dan ditangani oleh lembaga pemerintah yang berbeda, tanah menjadi kewenangan Badan Pertanahan Nasional dan hutan menjadi kewenangan Kementerian Kehutanan.

3

http;//www.dephut.go.id/files/Statistik_Kehutanan_2008_Planologi.pdf (diakses 19-2-2012).. Data terbaru menyebutkan bahwa pada tahun 2012, hutan Indonesia tinggal 45 juta hektar. Lihat www.badanplanologidephut.com, diakses 27 Juli 2012.

4Sampai tahun 1991 telah diberikan izin 580 konsesi HPH dengan luas masing-masing rata-rata sekitar 105.000 hektar,

sehingga totalnya mencapai 60 juta hektar atau sekitar 31 persen dari luas daratan RI, 1.992.570 km persegi atau setara dengan 192.257.000 hektar. Lihat Owen J. Lynch dan Kirik Taibott, Keseimbangan Tindakan: Sistem Pengelolaan Hutan Kerakyatan dan Hukum Negara di Asia Pasifik, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), Jakarta, 2001, hlm.83.

5Data Sawit Watch menunjukan bahwa sampai bulan Juni 2010, pemerintah telah memberikan 9,4 juta hektar kepada

perkebunan sawit dan diperkirakan akan mencapai 26,7 juta hektar pada tahun 2020. Lihat Kompas 14 Januari 2012.

6Di Kalimantan Timur misalnya, luas izin pertambangan pada tahun 2011 meningkat 18 persen d ibandingkan dengan tahun

2010, umumnya izin dikeluarkan setelah pilkada atau menjelang pilkada. Hal yang sama tejadi di Jambi, NTB, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah. Lihat Kompas, 22 Februari 2012.


(17)

3

konflik semakin parah dengan terbelitnya masalah penyewaan Hak Ulayat pada jaman penjajahan Belanda yang tidak kunjung usai setelah kemerdekaan Republik Indonesia. Hingga saat ini sulit dipastikan berapa jumlah konflik yang menyangkut hak ulayat. Dari data Komnas HAM menyebutkan bahwa lembaga tersebut sampai akhir 2011 telah menerima 700-800 kasus konflik tanah perusahaan dengan masyarakat lokal. Data dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) juga menyebutkan bahwa hingga akhir 2011 setidaknya pernah terjadi 530 konflik lahan di wilayah masyarakat adat. Sedangkan catatanSawit Watch menyebutkan bahwa pihaknya telah menangani 663 kasus sengketa antara perusahaan perkebunan sawit dengan masyarakat.7

Pemerintahan Orde Baru dalam melaksanaan misi pembangunannya cenderung menggunakan cara-cara otoriter dengan tekanan militeristik yang sangat kental. Siapa saja masyarakat yang berani menghalangi tujuan pembangunan dapat berurusan dengan hukum dan militer.

Pemerintahan Orde Baru menginterprestasikan, bahwa Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi : tanah, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasi oleh Negara

dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. Pengertian dikuasai oleh negara adalah alasan kuat untuk tujuan pemerintah tidak ada yang bisa menghalanginya.

7Kompas, 8 September 2011

70

Menski, Werner, Perbandingan Hukum Dalam Konteks Global: Sistem Eropa, Asia dan Afrika, Penerjemah M. Khozin, Nusa Media, Bandung, 2012

Maulana, M. Rizki, Model Penyelesaian Sengketa PT Asiatic Persada Pemegang HGU di atas Tanah Ulayat Suku Anak Dalam Bathin Sembilan Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi, Tesis, Magister Kenotariatan, Undip, 2013

Nader, Laura. Law in Culture and Society, Aldine Publishing Company, Chicago, 1969.

Simposium UUPA dan Kedudukan Tanah-Tanah Adat Dewasa Ini,Binacipta, Jakarta, 1978

Edi Petebang (eds), Pelajaran Dari Masyarakat Dayak: Gerakan Sosial dan Resiliensi Ekologis di Kalimantan Barat,WWF da Institut Dayakologi, Pontianak, 2001

________________, Pengelolaan Sumber Daya Alam Dalam Perspektif Antropologi Hukum, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2008

Seminar Hukum Adat dalam Politik Hukum Nasional,

diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Airlangga tanggal 20 Agustus 2008 di Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

ND, Mukti Fajar, Yulianto Achmad. Dualisma Penelitian Hukum Normatif dan Empiris. Pustaka Pelajar. 2010.


(18)

69

Lev, Daniel S.Hukum dan Politik di Indonesia, Kesinambungan dan Perubahan. Terjemahan Nirwono dan AE Priyono. Jakarta: LP3ES, 1990.

Like Wilarjo, Realita dan Desiderata , Duta Wacana University Press, 1990.

Luthan, Salman dan Agus Triyanya. Aparat

. Jurnal Hukum, No, 9, Vol. 4 , 1997.

Lukito, Ratno, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler, Studi tentag Konflik dan Resolusi Dalam Sistem Hukum Indonesia, Terjemahan dari Sacred and Secular Laws: A Study of Conflict and Resolution in Indonesia, Penerjemah Inyiak Ridwan Muzir, Pustaka Alvabet, Jakarta, Cetakan I 2008 Mahadi,Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu Atas

Tanah di Sumatera Timur (Tahun 1800-1975), Alumni, Bandung, 1978.

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, Cetakan ke-6, 1995

Menski, Werner, Comparative Law in a Global Context: The Legal Systems of Asia and Africa, Cambridge University Press, 2006

Muladi, Barda Nawawi Arief. Teori dan Kebijakan Pidana. PT. Alumni 2010.

Moniaga, Sandra

Davidson, et. Al, Adat Dalam Politik Indonesia, KITLV-Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2010

4

Sejarah konflik tanah Ulayat dan tanah Marga adat Megou Pak Mesuji Tulang Bawang Lampung, mengalami fase yang cukup panjang, berawal dari bermukimnya masyarakat adat etnis Lampung Way Umpu yang membentuk serta menetap pada 2 desa; yaitu (1). desa Talang Batu, (2). desa Talang Gunung yang mendiami areal Mesuji sejak tahun 1908 dan diakui oleh pemerintah Hindia Belanda melalui Besluit Pan Den Resident der Lampoengshe tanggal 12 September 1918, kedua desa itu mempunyai 22 umbul (dusun/ pedukuhan).

Masyarakat Adat Megou Pak Mesuji Lampung, dari kedua desa itu hidup dengan cara bercocok tanan, seperti karet, rotan, kemenyan, dammar dan bambu dalam luas areal hutan adat seluas lebih kurang 33.500 ha.

Pada tahun 1993, melalui SK Menteri Kehutanan Republik Indonesia nomor 785/kpts-II/1993 tanggal 22 Oktober 1993 menjadi Hutan Negara yang disebut Register 45 yang didalamnya terdapat 3 desa yaitu Talang Gunung, Talang Batu dan Labuhan Batin, dan kemudian dengan alasan untuk kepentingan negara dalam peningkatan sektor ekonomi serta menambah pendapatan keuangan negara dari sektor industri maka ada penambahan luas areal, untuk dikelola sebagai Hutan Tanaman Industri atau (HTI) yang diberikan perizinannya kepada PT. Silva Inhutani Lampung melalui SK Menteri Kehutanan Nomor 93/kpts-II/1997 pada tanggal 17 Febuari 1997 menjadi seluas 43.100 ha, adanya selisih penambahan perluasan areal 9.700 ha.


(19)

5

Masyarakat Adat baik ketiga desa yang masuk dalam areal perluasan maupun Masyarakat Hukum adat Megou Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung, mulai merasa kecewa dan cemas akan perluasan areal itu,mereka menilai Pemerintah dalam hal ini pihak Kementerian Kehutanan tidak berlaku adil dan memikirkan nasib mereka serta masa depan anak dan cucunya,

Beriringan dengan waktu dan kesempatan yang ada setelah Reformasi diawal tahun 2000, juga mulai masuknya para masyarakat umum yang masuk dan mengelola lahan areal Register 45 untuk bertani, menanam sawit dan singkong, mereka mendirikan perkampungan yang disebut, Moro Dewe, Moro Seneng dan Moro Dadi, masyarakat itu berasal dari wilayah Lampung dan luar Lampung, menduduki areal seluas 4800 ha. Kegiatan serta usaha mereka itu didukung pula oleh masyarakat hukum adat Megou Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung, hubungan yang baik dalam kekerabatan adat mereka saling berinteraksi dan menjadi saudara dalam adat, yang diakui oleh Tokoh-tokoh adat dari 4 Marga, yaitu : marga Tegamoan, marga Suay Umpu, Marga Buai Bulan dan Marga Aji.

Pada tahun 2004-2005 kembali bertambah masuknya masyarakat pendatang, membuka lahan areal perkebunan di Register 45,1 ha per KK dengan jumlah sekitar 1.700 jiwa sampai di tahun 2012 jumlah mereka mencapai 15.000 jiwa. Hal ini menambah catatan panjang serta kompleksitasnya konflik pertanahan di Mesuji Lampung.Pemerintah dan Aparat Penegak hukum mencurigai 68

Simposium Masyarakat Adat Mempersoalkan Keberadaan Masyarakat Adat Sebagai Subjek Hukum, diselenggarakan oleh HuMa dan Epistema Institute, Jakarta, 27 Juni 2012 Ismail, Nurhasan, Hukum Dalam Lingkar Kehidupan Kelompok

Marjinal, Pidato dalam Rapat Senat Terbuka Dalam Rangka Dies Natalis ke-67 Fakultas Hukum UGM, 19 Februari 2013 Juliantara, Dadang Noer Fauzi, Menyatakan Keadilan Agraria,

Manual Kursus Intensif Untuk Aktivis Gerakan Pembaruan Agraria, Badan Pelaksana KPA, Bandung, 2000

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Bam. 1986.

Kasim, Ifdhal, dan Johanes da Masenus Arus, Hak Ekonomi, Sosial, Budaya,ELSAM, Jakarta, 2001

-kebijakan Transnational Institutions yang Mempengaruhi Peta Tenurial Security dalam Lingkup

Konferensi Internasional tentang Penguasaan Tanah dan Kekayaan Alam di Indonesia yang Sedang Berubah: Mempertanyakan Kembali Berbagai Jawaban, Hotel Santika, Jakarta, 11-13 Oktober 2004

Koesnoe, H. Moh. Dalam Irene A. Muslim, S. Jacobus E. Frans L

Florus, et. Al, Kebudayaan Dayak, Aktualisasi dan Transformasi, Institut Dayakologi, Pontianak, Cet. Ke-3, 2010


(20)

67

_____, T.O. (peny), Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1993

Perlindungan Masyarakat Adat Dalam Konteks Pengelolaan dalam Firsty Husbani (Peny), Demokratisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam, ICEL, Jakarta, 1999

-Pokok Penting Tentang

Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,2001.

Ife, Jim, Frank Tesoreiro.Community Development. Pustaka Pelajar. 2004.

disampaikan dalam Seminar Pluralisme Hukum dan Tantangannya Bagi Pembentukan Hukum Nasional,

Kerjasama BPHN- FH Unhas-Kanwil Depkumham Sulawesi Selatan, tanggal 1-2 Mei 2007.

Ismail, Nurhasan, Perkembangan Hukum Pertanahan, Pendekatan Ekonomi-Politik, HuMa dan Magister Hukum UGM, Yogyakarta, 2007.

Ismatullah, Deddy dan Asep A. Sahid Gatara, Ilmu Negara Dalam Multi Perspektif: Kekuasaan, Masyarakat, Hukum dan Agama, Pustaka Setia, Bandung, 2007

dalam Sulistyowati Irianto dan Sidharta (Editor), Metode Penelitian Hukum, Konstelasi dan Refleksi

6

adanya transaksional antara tokoh adat dengan masyarakat pendatang adanya jual-beli tanah yang dilegalkan oleh masyarakat hukum adat Megou Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung. Dengan ditangkapnya Tokoh Adat MPTBML, Wan Mauli B Sanggam pada tanggal 3 Maret 2012, yang sempat dikecam keras oleh masyarakat Tugu Roda dan Tokoh-tokoh adat 4 Marga MPTBML maupun Tokoh-tokoh Marga Lampung lainya. Kepolisian dinilai telah mengkriminalisasi salah satu tokoh adat Megou Pak dan tidak menghargai kearifan lokal8

Tindakan yang dilakukan secara refresif oleh Penegak Hukum Kepolisian daerah Lampung.dengan cara Litigasi dianggap tindakan yang sangat berlebihan, masyarakat mengiginkan seharusnya Pemerintah dan Penegak Hukum Harus adil arif dan bijaksana serta menghargai nilai-nilai kearifan lokal yang ada di Mesuji Lampung.

1.2.Permasalahan Penelitian

Permasalahan penelitian yang dirumuskan sehubungan dengan latar belakang adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat? 2. Mengapa penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung

yang telah dilaksanakan oleh pemerintah belum berbasis pemberdayaan masyarakat yang berkeadilan?

8


(21)

7

3. Bagaimana model ideal dalam penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung yang Berbasis Pemberdayaan Masyarakat yang berkeadilan?

1.3.Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengkaji dan menganalisa Penyelesaian konflik di Mesuji Lampung yang dilakukan pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

b. Untuk mendeskripsikan, dan menganalisis penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung yang telah dilaksanakan oleh pemerintah apakah sudah memberdayakan masyararakat secara berkeadilan.

c. Untuk menemukan model ideal dalam penyelesaian konflik pertanahan Mesuji Lampung yang berbasis pemberdayaan masyarakat yang berkeadilan.

2. Kontribusi Penelitian

a. Kontribusi Teoritis

1) Memperkaya pengembangan ilmu hukum, khususnya hukum di bidang kehutanan, pertanahan, yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat secara berkeadilan.

2) Pengkayaan dan pengembangan hukum yang nantinya memberikan kontribusi bagi pengembangan teoritis dan

66

Haar, Ter, Beginselen en Stelsel van Hef Adatrecht, terjemahan K. Ng. Soebakti Poesponoto, Asas-asa dan Susunan Hukum Adat,Pradnya Paramita, Jakarta, 2001

Hadikusuma, Hilman, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 2003

Hamidi, Jazim,Hermeneutika Hukum, Teori Penemuan Hukum Baru Dengan Interprestasi Teks,UII Press, Yogyakarta, 2005 Harsono, Boedi, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional,

Universitas Trisakti, Jakarta, 2007

Hasanah, Yuliya, Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Tanah Ulayat Baduy Pada Kawasan Hutan Lindung (Studi Kasus: Masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar, Desa Kanekes, Kec. Leuwidamar, Kab. Lebak, Propinsi Banten), Skripsi Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, 2008.

Hasanusiman. Dinamika Hutan Rakyat di Indonesia. Pustaka Pelajar. 2010.

Haris Bu

M. Azzam Manan (ed), Nasionalisme dan Ketahanan Budaya di Indoensia, Sebuah Tantangan,LIPI Press, 2011.

Husni Anang.Hukum Birokrasi dan Budaya. Genta Publising. 2009. Hutagalung, Arie S. Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum

Tanah, Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia, Jakarta 2005.

Iskandar, Johan, Ekologi Perladangan di Indonesia: Studi Kasus dari Daerah Baduy, Banten Selatan, Jawa Barat,


(22)

65

Creswell, John W., Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Edisi Ketiga, Terjemahan Achmad Fawaid, Pustaka pelajar, Yogyakarta, 2010

Chambliss, William J. & Robert B. Seidman, Law, Order and Power, Reading Mass, Addison-Wesley, 1971

Dahrendorf, Ralf dalam Bernard Raho. Teori Sosiologi Modern, Prestasi Pustakaraya, Jakarta, 2007.

Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. Penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Hukum Di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo. 1996.

Santiaji Pancasila, Suatu Tinjauan Filosofis, Historis dan Yuridis Konstitusional, Usaha Nasional, Surabaya, 1991

Dj, Otong Setiawan. Teknik dan Panduan Menerjemahkan Bahasa Inggris Bahasa Indonesia. CV. Yrama Widya. 2004. Friedman, Lawrence M. Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial. Nusa

Indah. 2009.

Giddes, Anthony.Problematika Utama dalam Teori Sosial. Pustaka Pelajar. 2009.

George, Ritzer & Goodman, Douglas J. ological

6th edition, terj. Alimandan, Teori Sosiologi Modern, Prenada Media, Jakarta, 2004.

Guba dan Linconc. SAGE Publications.

Gregory Leyh,Legal Hermeneutics, Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh M. Khozim, Nusa Media, Bandung, 2008.

8

konseptual tentang penemuan model penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung.

b. Kontribusi Praktis

1) Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai rujukan kebijakan dalam penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung yang memberdayakan secara berkeadilan.

2) Bagi masyarakat hukum adat Megou Pak Mesuji Lampung penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan evaluasi eksistensi, motivasi dan inspirasi dalam memperjuangkan identitas budaya serta bertuk perjuangan untuk mempertahankan hak-hak ulayatnya kepada negara.

3) Bagi elemen masyarakat sipil lainnya, sebagai bentuk pembelaan kepentingan masyarakat serta pelestarian dalam memperjuangkan eksistensi masyarakat hukum adat Mesuji Lampung atau kearifan lokalnya agar tidak punah dan tergerus modernisasi. Penelitian ini juga dapat menjadi rujukan evaluasi penanganan konflik pertanahan pada daerah lain di Indonesia.

1.4.Metode Penelitian

Menurut teoriinteraksionisme simbolik ini, realitas hukum yang sesungguhnya nampak dalam simbol-simbol itu, yang hanya dimengerti sesudah ditafsirkan. Maka realitas hukum yang demikian itu tidaklah dengan mudah ditangkap melalui pengalaman dan


(23)

9

penghayatan-penghayatan internal yang membuahkan gambaran pemahaman yang lengkap (verstehen).

Melalui konsep hukum ini penelitian ini akan mengidentifikasi masalah yang terkait dengan bagaimana penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung dengan pendekatan pemberdayaan dan mewujudkan keadilan sosial bagi masyarakat hukum adat Megou Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung. Penelitian ini dilakukan secara partisifatif dalam kehidupan masyarakat adat Megou Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung guna menemukan akar masalah serta jawaban permasalahan dari konflik pertanahan Mesuji. Disamping itu juga peneliti melakukan wawancara yang mendalam (in-depth) secara intensif dengan masyarakat yang menjadi partisipan dari kehidupan sosial, ekonomi, budaya, serta hukum masyarakat adat Mesuji Lampung.

II. Pembahasan dan Temuan 2.1.Pembahasan

1. Model-model Konflik Pertanahan

Tipologi konflik pertanahan merupakan jenis sengketa, konflik dan atau perkara pertanahan yang disampaikan atau diadukan dan ditangani. Tipologi konflik pertanahan yang ditangani Badan Pertanahan Nasional RI dapat dikelompokkan menjadi 8 (delapan), terdiri dari masalah yang berkaitan dengan : a. Penguasaan dan Pemilikan Tanah, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai status penguasaan 64

Bedner,

Pengakuan Hak atas Tanah Komunal di Indonesia: Sebuah

Masa Depan Hak-Hak Komunal Atas Tanah: Beberapa Gagasan Untuk Pengakuan Hukum, Van Vollenhoven Institute, Universitas Leiden dan Bappenas, Jakarta, 2011 Beilharz, Peter. Teori-teori Sosial Observasi Kritis Terhadap Para

Filosof Terkemuka. Pustaka Pelajar. 2005

Berger, Peter L., Thomas Luckmann, The Social construction of Reality A treastise In The Sociology of Knowledge Tafsir social atas Kenyataan, Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan,LP3ES, Jakarta, 1990

UUPA dan Kedudukan Tanah-Tanah Adat Dewasa Ini, Binacita, Jakarta, 1978

Burns, Collaborative Action Research for English Language Teachers, Cambrige, Cambrige University Press. 1999

S. Davidson, David Henley, Sandra Moniaga, Adat Dalam Politik Indonesia, Yayasan Pustaka Obor Indonesia-KITLV, Jakarta 2010

Cahyadi, Antonius, Donny Danardono. Sosiologi Hukum dalam Perubahan. Yayasan Obor Indonesia. 2009

dalam Antonius Cahyadi dan Donny Danardono (Editor),

Sosiologi Hukum Dalam Perubahan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009


(24)

63

Pluralisme Hukum : Konsep, Regulasi, Negoisasi Dalam Konflik Agraria di Indonesia, Epitesma Institute-HuMA-Forest People Programme, Jakarta, 2011

Ali, Faried, Andi Syamsu Alam. Studi Keibijakan Pemerintah. PT. Refika Aditama. 2012.

Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru. Kencana Media Group. 2010.

_________-Pembaharuan Hukum dalam Perspektif Kajian Perbandingan. PT. Citra Aditya Bakti. 2011.

_________-Tujuan dan Pedoman Pemindahan Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana dan Perbandingan Beberapa Negara. Oetama. 2009.

Baghi, Felix, Pluralisme, Demokrasi dan Toleransi, Ledalero, Maumere, 2012

Bakker, Laurens, Dapatkah kami memperoleh hak ulayat?, Tanah dan masyarakat di Kabupaten Paser dan Nunukan, Moeliono, Hukum Agraria dan Masyarakat di Indonesia, HuMa, Van Vollenhoven Institute dan KITLV-Jakarta, Jakarta, Jakarta, 2010.

Bamba -Mempertegas Identitas

Masyarakat Adat Dayak Kalimantan dan Resiliensi Petebang (eds),Pelajaran Dari Masyarakat Dayak: Gerakan Sosial dan Resiliensi Ekologis di Kalimantan Barat, WWF dan Institut Dayakologi, Pontianak, 2001

10

di atas tanah tertentu yang tidak atau belum tentu dilekati hak (tanah Negara), maupun yang telah dilekati hak oleh pihak tertentu;

b. Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai proses penetapan hak dan pendaftaran tanah yang merugikan pihak lain sehingga menimbulkan anggapan tidak sahnya penetapan atau perijinan di bidang pertanahan;

c. Batas atau letak bidang tanah, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak yang telah ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia maupun yang masih dalam proses penetapan batas;

d. Pengadaan tanah, yaitu perbedaan pendapat, kepentingan, persepsi atau nilai mengenai status hak tanah yang perolehannya berasal dari proses pengadaan tanah, atau mengenai keabsahan proses, pelaksanaan pelepasan atau pengadaan tanah dan ganti rugi;

e. Tanah objekLandreform, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai prosedur penegasan, status penguasaan dan pemilikan, proses penetapan ganti rugi, penentuan subjek objek dan pembagian tanah obyek

Landreform;

f. Tuntutan Ganti Rugi Partikelir, yaitu perbedaan persepsi, pendapat, kepentingan atau nilai mengenai Keputusan tentang


(25)

11

kesediaan pemerintah untuk memberikan ganti kerugian atas tanah partikelir yang dilikwidasi.

g. Tanah Ulayat, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai status Ulayat dan masyarakat hukum adat di atas areal tertentu baik yang telah diterbitkan hak atas tanah maupun yang belum, akan tetapi dikuasai oleh pihak lain;

h. Pelaksanaan Putusan Pengadilan, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai putusan badan peradilan yang berkaitan dengan subjek atau obyek hak atas tanah atau mengenai prosedur penerbitan hak atas tanah tertentu.

2. Penyelesaian Konflik Pertanahan

Di Indonesia, konflik pertanahan yang ada diselesaikan melalui Pengadilan Umum dan Pengadilan Tata Usaha Negara. Namun dari sekian banyaknya kasus yang masuk ke badan peradilan tersebut, banyak yang diselesaikan dengan hasil yang kurang memuaskan, sehingga berkembanglah pandangan di masyarakat bahwa badan peradilan tidak optimal dalam menyelesaikan sengketa pertahanan. Akibatnya, rasa keadilan dan kepastian hukum yang diharapkan masyarakat tersebut tidak terpenuhi, bahkan yang ada hanyalah persoalan baru yang dampaknya justru memperburuk kondisi yang ada.

62

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku :

Adi, Rianto, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Granit. 2004.

Afiff, Suraya A,

dalam Yayasan Kemala,

Tanah Masih di Langit, Penyelesaian Masalah Penguasaan Tanah dan Kekayaan Alam di Indonesia yang tak Kunjung Tuntas di Era, Reformasi,Yayasan Kemala, 2005

ir dan dalam Hutan, Bogor, 19-22 Februari 2006.

_______, Pendapat Hukum Terhadap RPP Tatacara Penetapan dan Pengelolaan Hutan Adat,HuMa, Jakarta, 2009

Ali, Achmad, Menguak Teori Hukum dan Teori Keadilan, Termasuk Interprestasi Undang-Undang, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009

AMAN,Memahami Dimensi-Dimensi Kemiskinan Masyarakat Adat,

AMAN & ICCO, Jakarta, 2010

Adib, Mohammad.Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar. 2010.

Arizona, Yance et.al, Dinamika Implementasi Pengakuan Hukum Hak Masyarakat Adat Atas Sumberdaya Alam, Learning Cetre-HuMa, Jakarta, 2010.

Kepastian Hak Masyarakat Atas Tanah dan Kekayaan Alam: Perkembangan dan Masalahnya di Kabupaten Sigibiromaru, itri, Untuk Apa


(26)

61

yang dituangkan dalam berita acara penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung.

2. Menginventarisasi ulang Jumlah Masyarakat Adat serta masyarakat pendatang untuk dibuat kesepakatan penyelesaian konflik pertanahan dengan Model Pemberdayaan.

3. Pengembalian tanah (inclave) ke masyarakat Adat MPTBM Lampung untuk dapat dikelola oleh masyarakat Hukum Adat sebagai Hutan Adat.

4. Mencabut izin yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan SK tahun 1997 pemegang pelaksana HGU PT. Silva Inhutani Lampung yang diteruskan oleh PT. BSMI.

5. Selanjutnya apabila akan dikelola kembali oleh Perusahaan harus ada komitmen dan perjanjian ulang dari model pemberdayaan berupa kemitraan.

12

Pola-pola penyelesaian konflik pertanahan di luar pengadilan yang dilakukan adalah : negosiasi, musyawarah mufakat dan mediasi. Negosiasi dilakukan dengan jalan dimana para pihak yang berkonflik duduk bersama untuk mencari jalan terbaik dalam penyelesaian konflik dengan prinsip bahwa penyelesaian itu tidak ada pihak yang dirugikan (win-win solution), kedua pihak tidak ada yang merasa dirugikan. Musyawarah mufakat adalah langkah lebih lanjut dari negosiasi. Jika dalam negosiasi tidak terdapat kesepakatan yang saling menguntungkan, maka langkah lebih lanjut adalah melakukan musyawarah mufakat dengan melibatkan pihak lain selaku penengah. Hasil musyawarah tersebut selanjutnya dibuatkan surat kesepatakan bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan para saksi.

Mediasi memberikan kepada para pihak perasaan kesamaan kedudukan dan upaya penentuan hasil akhir perundingan yang dicapai menurut kesepakatan bersama tanpa tekananan atau paksaan. Dengan demikian solusi yang dihasilkan mengarah kepada win-win solution. Upaya untuk win-win solution itu ditentukan oleh beberapa faktor:

1. Proses pendekatan yang objektif terhadap sumber sengketa lebih dapat diterima pihak-pihak yang memberikan hasil yang saling menguntungkan, dengan catatan bahwa pendekatan harus menitikberatkan pada kepentingan yang menjadi sumber dan bukan pada posisi atau kedudukan para pihak.


(27)

13

2. Kemampuan yang seimbang dalam proses negosiasi atau musyawarah. Perbedaan kemampuan tawar menawar akan menyebabkan adanya penekanan oleh pihak satu terhadap yang lain.

Dengan berjalannya waktu, penyelesaian konflik pertanahan melalui ADR secara implisit dimuat dalam Peraturan Presiden Nomor 10 tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional (BPN). Dalam struktur organisasi BPN dibentuk satu kedeputian, yaitu Kedeputian Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan. BPN telah pula menerbitkan Keputusan Kepala BPN No. 34 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan yang telah diganti dengan Peraturan Kepala BPN No. 3 tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan. Dalam menjalankan tugasnya menyelesaikan konflik pertanahan, BPN melakukan upaya antara lain melalui mediasi.

3. Cara-cara Penyelesaian Konflik Pertanahan a. Litigasi

Litigasi adalah penyelesaian sengketa atau konflik yang paling umum, yaitu melalui mekanisme membawa sengketa ke pengadilan dimana hakin akan membuat putusan. Litigasi harus berdasarkan aturan yang ketat dan mengikat. Saat ini Indonesia sedang melakukan reformasi sistem hukum untuk mencapai hal 60

beserta kearifan lokalnya agar mendapat perlindungan dari negara.

3) Bagi elemen masyarakat lainya agar tidak arogansi dalam sikap dan perilaku dalam memperjuangkan hak-haknya tetap dalam koridor hukum dan aturan.

4) Bagi akademisi, penelitian ini dapat digunakan untuk memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya dengan topik atau tema yang sama dalam perspektif yang berbeda, sehingga penelitian ini juga dapat digunakan untuk membangun penelitian lebih lanjut.

V. Rekomendasi

Untuk menyelesaikan konflik pertanahan di kawasan hutan Register 45 Sungai Buaya, Pemerintah Pusat (Kementerian Kehutanan), Pemerintah Provinsi Lampung, Pemerintah Kabupaten Mesuji serta Instansi terkait duduk bersama, merumuskan kesepakatan dan hal-hal yang berkaitan dalam pengelolaan pertanahan di Mesuji yang melibatkan partisipatif masyarakat Adat dan Pendatang.

Penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung, harus dilakukan langkah-langkah sbb :

1. Pemetaan kawasan areal Register 45, untuk dapat bersama sama Tokoh Adat Megou Pak TBML dan Masyarakat bersama sama dilibatkan dalam pengukuran ulang dan membuat kesepakatan


(28)

59 IV. Implikasi

4.1.Secara Filosofis

Agar dapat berpengaruh pada Perubahan Paradigma berfikir; baik menyangkut budaya, hukum dan sosialnaya,untuk Masyarakat Hukum adat Megou Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung, Masyarakat pendatang, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat, Penegak Hukum, Ormas dan LSM untuk dapat saling bekerjasama dan dapat merumuskan hal-hal yang mendukung program model pemberdayan masyarakat yang akan dibentuk.

4.2.Secara teoritis

Memperkaya pengembangan ilmu hukum, khususnya hukum di bidang Kehutanan; kasus dan konflik Pertanahan, yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat secara berkeadilan. Pengkayaan dan pengembangan hukum yang nantinya memberikan kontribusi bagi penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung.

4.3.Secara Praktis

1) Bagi Pemerintah dapat digunakan sebagai rujukan membuat regulasi/ kebijakan model penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung yang dapat memberdayakan masyarakat secara berkeadilan.

2) Bagi masyarakat hukum adat Megou Pak Mesuji Lampung penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan evaluasi eksistensi, motivasi dan inspirasi dalam memperjuangkan identitas budaya serta bentuk perjuangan dalam mempertahankan hak-hak masyarakat adat dan tradisional 14

tersebut. Proses litigasi bisa memakan waktu lama dan biaya yang besar (termasuk biaya memperoleh perintah eksekusi dan biaya lainnya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan eksekusi). 1) Dasar Hukum

Berikut adalah sumber hukum untuk penyelesaian sengketa (gugatan perdata):

(1)Legalislature

a.HIR (Het Herzein Indonesisch Reglement) Stb. 1848 No. 16 Jonto Stb, 1941 No. 44 untuk wilayah Jawa dan Madura.

b.RBg (Rechtsreglement Buitengewesten) Stb. 1927 No. 227 untuk wilayah di luar Jawa dan Madura.

c.BW: Buku IV of Burgelijke Wetboek Voor Indonesisch.

d.RV (Reglement of de Burgelijk Rechtsvordering) Stb. 1847 No. 52 Jo. Stb. 1984 No. 63 Hukum Acara Perdata untuk Golongan Eropa.

e.UU No. 20/1947 tentang Peradilan Ulangan di Jawa dan Madura.

f. UU No. 04/2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

g.UU No. 14/1985 Jo, UU No. 5/2004 tentang Jaksa Agung.

h.UU No. 2/1986 Jo, UU No. 8/2004 tentang Lingkungan Peradilan Umum.


(29)

15 (2)Yurisprudensi.

Pada yurisprudensi, putusan hakim pada kasus yang tidak diatur undang-undang dapat digunakan sebagai referensi oleh hakim yang sedang menilai kasus serupa.

(3)Kebiasaan yang diadopsi oleh hakim dalam pemeriksaan kasus perdata.

(4)Doktrin

(5)Perjanjian Internasional

RV Pasal 8 Ayat 3 mengatur rincian yang harus dimasukkan dalam penyusunan aplikasi gugatan ke Pengadilan Negeri. Penyertaan rincian berikut dapat mempercepat proses pendaftaran gugatan;

a. Ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri. b. Tanggal.

c. Ditandatangani oleh penggugat atau yang memiliki surat kuasa

d. Identitas semua pihak (nama lengkap, alamat)

e. Fundamental Petendi, termasuk deskripsi sengketa dan dasar hukum atas gugatan.

f. Daftar tuntutan yang akan diputus di sidang setelah aplikasi gugatan siap, penggugat atau pengacaranya akan membawa gugatan ke Pengadilan Negeri dimana tergugat terdaftar. Apabila ada lebih dari 1 tergugat, maka gugatan dapat didaftarkan di salah satu pengadilan negeri dimana salah satu tergugat terdaftar. 58

pagu anggaran tersendiri sehingga dapat mandiri dan independen dalam penyelesaian konflik

(4)Kelembagaan khusus itu berupa Komisi Penyelesaian Konflik Pertanahan yang di dalamnya tergabung SDM dari unsur Kepolisian, Kejaksaan, BPN, Pemerintah Dalam Negeri (Depdagri), Pemerintahan Desa Tertinggal (PDT), Kemetrian Pekerjaan Umum (PU), dan Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, yang dapat melaksanakan model penyelesaian konflik melalui pemberdayaan masyarakat. (5)Model Pemberdayaan masyarakat berupa : Kemitraan

Terpadu Antara Perusahaan dan masyarakat di fasilitasi serta diawasi, dimonitor serta di evaluasi oleh Pemerintah (Komisi Penyelesaian Konflik Pertanahan).

(6)Model Pemberdayaan yang diprogramkan oleh Komisi Penyelesaian Konflik Pertanahan berupa :

h. Hutan Sahabat Rakyat, kawasan konservasi dan serta madu lebah hutan yang dibina secara berkelompok tani madu hutan.

i. Hutan Desa, model hutan Tanaman Rakyat (HTR), menanam sentra rotan, damar, jati, sengon dan sejenisnya denga sistim tumpang sari, palawija, dan buah-buahan serta ternak (ayam, sapi dan kambing).


(30)

57

pengelolaan oleh PT. BSMI, yang mengabaikan perjanjian awal serta wan prestasi terhadap masyarakat dan plasmanya. (4)Belum adanya kebijakan dan aturan menggunakan model

penyelesaiaan konflik pertanahan yang berbasis pemberdayaan masyarakat berkeadilan di mesuji.

(5)Paradigma berfikir aparat penegak hukum dalam penyelesaian konflik Mesuji terlihat sangat Positivistik, dengan cara litigasi. Cara pandang serta berfikir dari penegak hukum yang tekstual dan kontekstual, sehingga cenderung materialis, pragmatis. Dalam melaksanakan tugas pengamanan serta mengeluarkan masyarakat dari arel Register 45 dengan cara memaksa sehingga ada perlawanan dari kelompok masyarakat adat dan masyarakat pendatang di Mesuji.

3. Model Penyelesaian konflik pertanahan Mesuji Lampung yang berbasis pemberdayaan masyarakat yang berkeadilan adalah sbb :

(1)Kebijakan Pemerintah untuk membuat Regulasi/ Payung Hukum Undang-undang Khusus yang menangani Konflik Pertanahan berikut cara-cara dan proses litigasi dan non litigasi (mediasi).

(2)Membentuk Kelembagaan Khusus yang menangani persoalan konflik pertanahan dan mempunyai konsep model pemberdayaan masyarakat secara berkeadilan.

(3)Kelembagaan yang mempunyai kewenangan khusus dan diberi anggaran khusus bersumber dari Pos APBN dan ada

16 b. Non Litigasi

Penyelesaian sengketa atau konflik melalui ADR.

Pada umumnya penyelesaian sengketa atau konflik tanah dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui melalui pengadilan (litigasi) dan penyelesaian sengketa di luar pengadilan (non-litigasi). Penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan seringkali menimbulkan permasalahan baru. Permasalahan baru ini timbul apabila ada pihak yang tidak menerima hasil putusan pengadilan yang memenangkan salah satu pihak. Permasalahan lainnya timbul, yaitu apabila memperkarakan objek sengketa yang sama ke lembaga peradilan yang berbeda. Seringkali ditemui sengketa tanah yang diajukan ke Peradilan Umum (PU) dan Peradilan Tata Usaha Negara PTUN. Keputusan antara PU dan PTUN seringkali berbeda, oleh karena itu hal ini dapat menimbulkan permasalahan baru dalam penyelesaian sengketa tanah.

Penyelesaian sengketa melalui di luar pengadilan (non-litigasi) merupakan penyelesaian sengketa yang sedang dikembangkan saat ini. penyelesaian sengketa melalui jalur non-litigasi atau lebih dikenal dengan istilah Alternative Dispute Resolution (ADR), diatur dalam Undang-undang Nomor 9 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Mekanisme penyelesaian sengketa dengan cara ini digolongkan dalam media non-litigasi yaitu merupakan penyelesaian konflik atau sengketa yang kooperatif yang diarahkan pada suatu


(31)

17

kesepakatan satu solusi terhadap konflik atau sengketa yang bersifatwin-win solution.

Penyelesaian sengketa tanah saat ini banyak dilakukan melalui jalur non-litigasi. Adanya pihak ketiga yang ikut campur tangan dalam penyelesaian sengketa ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi permasalahan sengketa tanah. BPN dalam menanggulangi sengketa tanah, telah mengeluarkan Peraturan Kepala BPN Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan Perka BPN nomor 3 tahun 2011. Berdasarkan peraturan ini BPN dapat berperan sebagai pihak ketiga yang dapat memberikan solusi bagi para pihak yang sedang bersengketa.

Penyelesaian sengketa melalui ADR merupakan penyelesaian sengketa yang dilakukan bersama dengan pihak ketiga. Pihak ketiga ini bertugas menjadi mediator antara kedua belah pihak yang bersengketa.

4. Konsepsi Konflik dalam Penyelesaian Konflik Pertanahan

Teori Konflik dari Ralf Dahrendorf9, masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus di antara unsur-unsurnya. Keteraturan yang terdapat dalam masyarakat hanyalah disebabkan karena adanya

9Ritzer, George & Goodman, Douglas J., 2004, 6th edition, terj. Alimandan, Teori

Sosiologi Modern, Prenada Media, Jakarta, hlm. 154 56

(4)Penggunaan dana dari Pos kegiatan lain akan berakibat hukum, apabila pemerintah menggunakan maka berpotensi penyalahgunaan keuangan negara.

(5)Kebijakan Pemerintah yang terdahulu yaitu SK Menhut nomor :93/KPTS II/1997 yang belum dicabut tentang HGU PT Inhutani Lampung yang digunakan oleh PT. BSMI sekarang menjadi permasalahan yang tidak kunjung selesai/ lambat.

2. Penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji belum menggunakan model pemberdayaan masyarakat yang berkeadilan, dikarenakan sbb :

(1)Penyelesaian konflik pertanahan di Mesuji Lampung Pemerintah masih mengumpulkan bahan keterangan serta mendata kelompok-kelompok masyarakat Adat serta masyarakat pendatang sebagai bahan masukan untuk mengambil langkah dan kebijakan apa kedepannya.

(2)Pihak Perusahaan PT. Bintang Sejahtera Mandiri Indonesia (BSMI) sebagai pengelola HGU, Hutan Tanaman Industri (HTI) masih memakai cara-cara pressures mengunakan Ormas Pekat dan Aparat Penegak Hukum untuk mengusir paksa/ mengeluarkan masyarakat di areal lahannya.

(3)Pola Kemitraan yang disepakati antara masyarakat dan PT. Inhutani pada tahun 1997 tidak melanjutkan pengelolaannya yang disebabkan krisis moneter, kemudian dilanjutkan


(1)

2.Kedudukan Lembaga/ Komisi Penanganan Konflik pertanahan ini adalah bersifat Independen sehingga tidak ada lagi conflic of interest serta ada kekuatan-kekuatan lain baik pemerintah maupun penegak hukum yang dapat menginterpensinya

3.Adanya Lembaga Peradilan Khusus yang menangani konflik pertanahan di bawah Mahkamah Agung (MA )sehingga yang berkonflik dapat cepat serta efisien dalam setiap keputusannya..

4.Personil kelembagaan atau komisioner Penyelesaian Konflik Pertanahan itu direkrut melalui Panitia seleksi yang Independen, diajukan Presiden dan finalFit and Propertest di DPR RI, yang direkrut dari Instansi yang berkepentingan serta unsur partisipatis atau keterwakilan tokoh masyarakat atau LSM.

a. Nilai-Nilai Keadilan Dalam Penyelesaian Konflik Mesuji dengan pendekatan Teori (The Triangular of Natural Law and Its Pluralistic)

Penjelasan yang bersifat substantif dalam model penyelesaian konflik Mesuji Lampung dapat diketengahkan lewat kajian teori Werner Menski yang di tunjang pula dengan kajian teoriJustice Of Fairness John Rawls.

Nilai kemanfaatan (society) yaitu nilai yang mendasar pada azas kemanfaatan, serta mencari solusi yang paling tepat (win-win solution) melalui langkah mediasi (non-penal). Gambaran dari pengelolaan kawasan hutan tersebut diberi izin pengelolaan atau hak

penguasaan hutan industri (HPHTI) kepada PT. Silva Inhutani dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 93/Kpts-II/97 tertanggal 17 Februari 1997.

Sejak dikeluarkannya Surat Keputusan tersebut kehidupan pertanian masyarakat mulai terusik dan gelisah dimana pengukuhan tapal batas Register 45 serta perluasannya dianggap masyarakat tidak melalui prosedural, dan tidak melibatkan partisipasi masyarakat Adat Megou Pak Tulang Bawang. yang seharusnya dari jumlah arel 33.500 ha berkembang luasnya menjadi 43.100 ha dengan rasio kelebihan 9.600 ha seharusnya dilibatkan persetujuan masyarakat Adat setempat (masyarakat Adat Talang Gunung, Desa Talang Batu). Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa tokoh adat peristiwa tata batas yang dilaksanakan pada tahun 1985 sampai 1986 itu dilaksankan pada malam hari yang tidak melibatkan tokoh masyarakat adat setempat, yang berakibat dusun Tulang Gunung, DesaTalang Batu sudah berada di tengah-tengah Register 45 (dalam areal perluasan).

Atas dasar peninjauan tersebut maka Menteri Kehutanan melalui Sekjend dengan Nomor Surat 1224/II-KUM/2002 tanggal 8 Juli 2002 menyetujui masyarakat Desa Talang Batu mengeluarkan 7000 Ha dari dalam wilayah Register 45. Pada bulan November 2002 Direktur Jenderal Bina Produksi Departemen Kehutanan mencabut izin Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Silva Inhutani dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor


(2)

9983/Kpts-41

menanganinya dengan anggaran juga yang khusus yang ditopang dari APBN dan APBD, sebagai wujud kepedulian Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam sinergitas untuk mengembangkan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang terpadu secara adil.

2.2.Temuan

1. Sejarah Konflik Tanah Megou Pak Tulang Bawang

Desa Talang Batu Dusun Talang Gunung berdirinya sejak tahun 1908 dan dihuni oleh masyarakat setempat yang diakui oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1918 melalui Besluit Pan Den

Resident der Lampungsche 12 September 1918 Nomor 6185/5.1918

yang tediri dari 22 umbul (pedukuhan/ dusun).

Hutan Adat Suay Umpu Megou Pak Tulang Bawang dengan luas 33.500 ha yang diminta oleh pemerintah Hindia Belanda dan diserahkan oleh Kepala Kampung Talang Batu saat itu adalah Bahusin gelar Tuan Pesirah pada tanggal 12 April 1940 melalui

Beshuit ResidentLampung Nomor 249 yang penyerahannya melalui

sidang Dewan Marga tertanggal 25 Januari 1940 yang penyerahan tersebut tidak termasuk desa Talang Batu yang dihuni oleh 22 umbul/ dusun dimana masyarakat Adat Talang Batu menanam rotan, kemenyan, damar, bambu dan karet. Setelah Indonesia merdeka baru disebutkanlah Register 45 menjadi kawasan hutan industri pada tahun 1993 yang di perluas menjadi 43.100 Ha dengan SK Menhut No 785/kpts-II/1993 tanggal 22 November 1993. Kemudian

32

penjelasan dapat dilihat dari skema ragaan pada Teori Triangular

Concept of Legal Pluralismsebagai berikut :

Ragaan 5 :

Tringular Concept of legal pluralism

Sumber diadaptasi dari Werner Menski, Comparative law in A global context (The Legal System of Asia and Africa), hlm 187&612 dan dari

Suteki, Desain Hukum Ruang Sosial, hlm 196

Sebagaimana yang digambarkan Menski dalam kajiannya, The

Triangular of Natural Law And Its Pluralistic, maka meminjam

istilah itu dapat dijelaskan bahwa Hukum Adat Masyarakat Megou Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung yang bersumber dari hukum alam, yang merupakan hukum adat yang diterapkan secara turun temurun dari unsur-unsur nilai dan unsur-unsur etnis/ norma yaitu postulat hukum yang baik eksistensi maupun bentuk materiil (substansi) bersumber pada kehadiran negara (some rule-negotiating

power). dari input sosial serta kultur masyarakat hukum adat Megou

Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung Legal Pluralism: Substantive Justice

Perfect

State Positivsm Society

Social-legal approach Morality/Ethic Religion


(3)

Secara filosofis semangat pemerintah harus tetap mengedepankan nilai-nilai keadilan secara religius, yang merata dari Sabang sampai Merauke. Secara teoritis penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu melalui mekanisme peradilan formal dalam pengadilan (litigasi) dan diluar proses peradilan (non litigasi) dapat dibandingkan 2 (dua) penyelesaian itu sbb :

b. Penyelesaian Konflik yang Dilakukan Melalui Litigasi Konflik pertanahan yang diselesaikan dengan proses melalui jalur litigasi (pengadilan) dapat dicontohkan sbb :

1) Kasus Pok Minah dengan 5 butir biji kakaonya, yang dituduh dan disangkakan mencuri dari kebun milik Perhutani, yang berujung dipenjara dampak dari kasus tersebut menuai kontroversi dianggap menciderai rasa keadilan di masyarakat, karena sesuatu yang dianggap tidak adil dan manusiawi.

2) Kasus nenek Asyani yang dituduh mencuri kayu 2 batang pohon jati yang diakui milik Perhutani, dituntut di Pengadilan Situbondo dijerat dengan Pasal 18 Juncto Pasal 83 UU 18 tahun 2013 tentang pencegahan tentang pencegahan dan perusakan hutan sehingga berujung dipenjara dengan ancaman 15 tahun penjara.

3) Kasus Bahtiar, dari Situbondo Jawa Timur yang dijerat dengan Pasal 18 Juncto Pasal 83 UU 18 tahun 2013.

Pasal (1). Pemberdayaan masyarakat setempat melalui program kemitraan Kehutanan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil melalui kemitraan Kehutanan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.

Pasal (2). Masyarakat setempat adalah kesatuan sosial yang terdiri dari warga Negara Republik Indonesia yang tinggal didalam dan/ atau disekitar hutan,yang bermukim didalam dan sekitar kawasan hutan yang memiliki komunitas sosial dengan kesamaan mata pencaharian yang bergantung pada hutan dan aktivitasnya dapat berpengaruh terhadap ekosistem hutan.

Pemberdayaan mayarakat yang telah dilakukan oleh Departemen Kehutanan dalam implementasi dari peraturan menteri Kehutanan tersebut, selama ini sudah banyak dilakukan, ada yang berhasil tetapi banyak juga yang gagal, dikarenakan kurangnya koordinasi antar instansi satu dengan yang lainya, sehingga banyak menemui kegagalan.

Kelemahan dari kegiatan pemberdayaan masyarakat selama ini harus menjadi catatan dan analisa untuk perbaikan pemberdayaan masyarakat kedepan baik yang akan di formulasikan pada pemberdayaan mayarakat hukum adat Megow Pak Mesuji Lampung dalam upaya pemerintah menyelesaikan konflik pertanahan yang selama ini dirasa kurang serius dalam penanganannya. Strategi pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Mesuji lebih pada keterlibatan dan koordinasi yang terarah dan terpadu dalam Kelembagaan khusus yang


(4)

39

hak-hak administratifnya yang harus dilindungi oleh Negara. Pemberdayaan masyarakat Megou Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung merupakan tanggung jawab Pemerintah dalam hal ini Kementerian Desa Tertinggal serta Kementerian Dalam Negeri Direktorat Otonomi Daerah/ Kampung. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa/ kampung haruslah adil dan merata di seluruh pelosok tanah air tanpa terkecuali supaya tidak ada kecemburuan daerah satu dengan yang lainnya baik di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Adil dan merata dalam memberdayakan pembangunan ekonomi sosial masyarakat adalah bentuk tanggung jawab negara dalam mensejahterakan masyarakat Indonesia yang adil dan merata.

Pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan merupakan salah satu wujud pelaksanaan konstitusi Negara. Pasal 33 UUD 1945 mengamanatkan agar penguasaan negara atas hutan ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,dan secara bersama-sama juga harus mengakomodir beberapa kelompok kepentingan. Misalnya; kelompok rimbawan, kelompok petani, kelompok peternak, masyarakat hukum adat yang mempunyai ikatan serta kaitannya dalam pengelolaan hutan Negara.

Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia nomor: P.39/Menhut-II/2013 tentang pemberdayaan masyarakat setempat melalui kemitraan Kehutanan Bab I Ketentuan Umum,

34

4) Kasus yang menimpa tokoh adat Megou Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung, dijerat dengan UU No. 41 tahun 1999 Pasal 50 ayat 3 huruf f, yang divonis 12 bulan penjara. 5) Kasus Harso Taruno, 67 tahun, dengan tuduhan menggarap

dan menyewa lahan BKSD senilai 2,5 juta rupiah, diseret ke ranah hukum setelah memotong pohon di lahan, yang dituntut 1 tahun penjara dan denda empat ratus ribu rupiah di Pengadilan Negeri Wonosari, Gunung Kidul, Jogjakarta.

Dari beberapa kasus diatas dapat terlihat bahwa ada kelemahan yang terjadi pada penegakan Hukum dibidang kehutanan, dengan dihapusnya pasal 50 dari UU no 41/1999, yang digantikan oleh Undang-undang no 18 tahun 2013 ternyata belum mampu mewujudkan keadilan substantif dan tujuan dari hukum selain kepastian adalah kemanfaatan. Ternyata dari permasalahan kasus diatas kepedulian negara yang melindungi hak-hak masyarakat hukum di Indonesia yang khususnya di Masyarakat Adat MPTBML.

Penegak hukum yang menjadikan tersangkanya tokoh masyarakat adat Megou Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung, yaitu Wan Mauli B Sanggam, Masyarakat menganggap adalah sesuatu yang menkriminalisasi dan melukai rasa keadilan.

Dari hasil fakta empiris diatas dapatlah disimpulkan bahwa penyelesaian konfli pertanahan di Mesuji tidak memberdayakan dan mengabaikan nilai keadilan sehingga dapat dilihat bahwa


(5)

penyelesaian konflik melalui litigasi berakhir pada ketidakadilan dan penderitaan masyarakat saja.

Dikarenakan penyelesaian konflik melalui jalur litigasi yang selama ini dilakukan oleh pemerintah dirasakan tidak adil dan manusiawi, dan banyak menuai pertentangan di kalangan masyarakat dan tokoh adat baik di Mesuji maupun di Propinsi Lampung, seperti dikatakan oleh tokoh adat Megou Pak Tulang Bawang Mesuji Lampung Suttan Kaiser dari Marga aji23

Hal serupa ditunjukkan semangat penanganan konflik pertanahan oleh Badan Pertanahan RI (BPN) melalui keputusan Kepala BPN RI nomor : 34 tahun 2007, tentang Petunjuk Teknis Penangana dan Penyelesaian Masalah Pertanahan, dimana BPN sebagai mediator dari yang berkonflik dan memediasi untuk mencari solusi agar yang berkonflik dapat menyelesaikan melalui proses mediasi.

c. Penyelesaian Konflik Pertanahan Mesuji Melalui Non Litigasi

Ditangkapnya salah satu tokoh adat Megou Pak Tulang Bawang, menurut Tokoh masyarakat Marga Suay Umpu Khozi Pagaralam24 adalah perlakuan arogansi dari aparat penegak hukum yang merekayasa guna mengkriminalisasi saudara Wan Mauli B Sanggem, tokoh adat Megou Pak TBML, yang ditangkap dengan tuduhan memperjualbelikan lahan pertanahan di Register 45.

23

Wawancara dengan Suttan Keiser, tokoh Marga Aji Megou pak pada tanggal 10 Juli 2013. 24

Wawancara dengan Khozi pagaralam tokoh Marga Suay Umpu Megou Pak Tulang Bawang, 12 Juli tahun 2013

Jurgen Habermas melangkah lebih jauh. Baik Frankena maupun Rawls masih menempatkan keadilan sebagai bagian dari teori moral. Tapi Habermas menganggap teori moral itu sendiri adalah teori keadilan, atau dalam bahasa Habermas: masalah keadilan konkstensif dengan maasalah moral. Habermas mengikuti Kant, membuat distingsi tegas antara etika dan moral, antar persoalan evaluatif dan persoalan normatif. Etika berkenaan dengan nilai-nilai hidup baik menurut pandangan hidup tertentu yang aneka ragam. Moral berkenaan dengan norma yang diakui bersama dan mengikat masyarakat sebagai suatu kesatuan. Norma itu adalah keadilan.

Demikian halnya, keadilan menurut Jeremy Bentham

kmanfaatan kepada orang sebanyak-banyaknya serta kemanfaatan ini diartikan sebagai kebahagiaan.28

8. Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat Megou Pak Masuji Lampung

Sumodiningrat29, mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah proses perubahan dari ketergantungan menuju kemandirian baik dalam bidang ekonomi, sosial, serta administrasi. Masyarakat tidak hanya merupakan objek tetapi lebih sebagai subjek pembangunan. Masyarakat hukum adat Megou Pak Tulang Bawang harus diberdayakan dari ekonominya, status sosialnya, serta pengakuan

28http://mualev.blogspot.com/

29


(6)

37

Mahkamah Agung (PERMA) RI nomor 2 tahun 2003 tentang prosedur mediasi di pengadilan.

d. Nilai-Nilai Keadilan dalam Penyelesaian Konflik Pertanahan 1) Nilai Keadilan dan Konsep Keadilan dalam penyelesaan

Konflik Mesuji Lampung

Konsep Keadilan, keadilan sesungguhnya merupakan konsep relatif26. Pada sisi lain, keadilan merupakan hasil interaksi antara harapan dan kenyataan yang ada, yang perumusannya dapat menjadi pedoman dalam kehidupan individu maupun kelompok. Dari aspek etimologis kebahasaan, kata adil berasal dari bahasa

Arabadalahyang mengandung maknatengahataupertengahan.

Dari makna ini kata adala kemudian di sinonimkan dengan

Wasthyang menurunkan kata Wasith yang berarti penengah atau

orang yang berdiri di tengah yang mengisyaratkan sikap yang adil27.

Keadilan ini menjadi ruh yang mampu mengarahkan dan memberi kehidupan pada norma hukum tertulis, sehingga jika keadilan ini menjadi ruh, maka hukum tertulis itu ibarat tubuh manusia. Tanpa ruh, tubuh akan mati. Sebaliknya tanpa tubuh, kehidupan ruh tidak akan terimplikasi dalam relitas. Jika ruh dan tubuh dapat berjalan seiring, akan ada harmoni dalam kehidupan manusia,

26Majjid Khadduri .The Islamic Conception of Justice, Baltimore and London : The Johns Hopinks University Press, 1984. 27Adil itu sendiri dalam bahasa arab dikenal sebagai yang bermakna orang yang berlaku adalah atau mampu

sebagai penengah.

36

Seharusnya penegak hukum dapat juga menempuh jalur melalui non litigasi atau mediasi, apalagi barang bukti yang dimiliki penegak hukum berupa kuitansi jual-beli senilai 2 juta rupiah saja dan 2 orang saksi yang dianggap korban dari pembelian tanah di kawasan Register 45 Mesuji Lampung.

Dari hasil wawancara penulis dengan tersangka Wan Mauli Sanggem,25 bahwa mengenai hal bukti kwitansi adalah hasil rekayasa saja, karena para tokoh memberikan kavling tanah adat karena pendatang merupakan bagian yang sudah menjadi keluarga dalam adat.adapun mengenai persoalan dana merupakan inisiatif masyarakat sendiri bergotong-royong, sumbangan suka rela dalam misi memperjuangkan hak masyarakat yang sudah bergabung dengan masyarakat adat Megou Pak Mesuji Lampung,

Penyelesaian perkara di luar pengadilan jauh lebih efektif serta efisien dikarenakan tidak dibutuhkan waktu yang lama dalam menyelesaikan konflik, karena para pihak tidak ada yang menang dan kalah, sesuai asas dan kearifan lokal yaitu musyawarah dan kekeluargaan. Berdasarkan pasal 1 ayat (10) Undang-undang No. 30 tahun 1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa,maka masyarakat dapat memilih menyelesaikan sengketa melalui jalur non litigasi, misalnya : mediasi, negoisasi, konsiliasi, konsultasi, dan penilaian ahli.Sedang mediasi di pengadilan atau litigasi diatur secara jelas mengenai proses mediasi dalam Peraturan

25

Wawancara dengan Wan Mauli B Sanggam Tokoh Adat Megou Pak Tulang Bawang yang ditangkap dengan tuduhan menjual belikan tanah hutan Register 45,tanggal 15 Juli 2013.