49
3 Terhadap masyarakat Dusun Talang Gunung Kampung Talang Batu yang telah bermukim secara turun-temurun dan
telah mendapat persetujuan Menteri Kehutanan seluas 149,1 ha tetap dipertahankan.
Proses yang dilakukan hingga saat ini adalah sampai pada tahap sosialisasi dan penindakan hukum. Belum sampai pada tahap
pengusiran, karena tim bekerja dengan mengedepankan aspek sosial dan mengantisipasi terjadinya korban. Karena adanya indikasi
perlawanan dari
masyarakat perambah
jika akan
dilakukan pengusiran secara paksa. Seperti yang sudah terjadi pada tanggal 6
November 2010. Penyelesaian konflik hutan Register 45 yang berlarut-larut,salah
satu faktor penghambatnya karena pemerintah dalam menyelesaikan konflik tersebut tidak menggunakan pola pemberdayaan masyarakat
secara berkeadilan. Serta tidak ada ketegasan dari pemerintah tentang aturan serta kebijakan dalam menyelesaikan konflik
pertanahan di Mesuji Lampung.
5. Upaya Pemerintah Daerah Propinsi Lampung Terhadap Penyelesaian Konflik Mesuji Lampung.
Konflik perambah hutan di kawasan hutan Register 45 Mesuji semakin berlarut-larut dan belum terselesaikan hingga saat ini
2013. Masyarakat perambah juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari media bahwa kawasan
24
dalam proses itu dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan.
2.Kedua, proses pemberdayaan menekankan pada upaya untuk menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar
mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menemukan apa yang menjadi pilihan hidupnya, melalui proses dialog,
sehingga kecenderungan
ini dapat
dipahami sebagai
kecenderungan yang bersifat sekunder.
6. Konsepsi Keadilan
dalam Penyelesaian
Konflik Pertanahan Mesuji Lampung
a. Teori Keadilan Jeremy Bentham
Sebagaimana dikemukakan yang dikemukakan oleh Jeremy
adalah memberi kemanfaatan sebanyak-banyaknya untuk orang banyak. Kemanfaatan disini dapat diartikan sebagai kebahagiaan
happiness , jadi baik ataupun buruk atau adil tidaknya suatu
hukum, bergantung apakah hukum itu dapat memberikan kebahagiaan kepada manusia. Namun aliran Bentham ini dapat
dijadikan pemikiran hukum sepanjang masa karena garis pemikirannya berupa pendekatan hukum kearah keadilan sosial
dan sebagai alat dalam perkembangan sosial di masyarakat, yang semangkin kompleks, dalam benturan-benturan kepentingan
dalam masyarakat, terhadap pencapaian tujuan hukum modern di
25
Indonesia. Selanjutnya kita lihat keadaan Indonesia saat ini, dimana sedang menuju negara modern, hal ini dapat dilihat dari
keterlibatan negara terhadap kepentingan masyarakat
13
b. Keadilan Menurut Pancasila
Persepsi yang keliru dalam memahami makna penegakan hukum yang lebih berorientasi pada asas legalitas formal, tidak
sejalan dengan karakteristik peradilan Indonesia yang berbasis pada tiga aspek sumber hukum yaitu ilmu pengetahuan doktrin
hukum, nilai-nilai kebiasaan atau budaya luhur masyarakat lokal dan nilai-nilai religius.
14
Berdasarkan rumusan kesimpulan seminar hukum nasional ke-IV 1994, dinyatakan bahwa perlu
dikembangkan gagasan
kualitas pemberian
keadilan the
dispension of justice yang lebih cocok dengan hukum pancasila.
Pernyataan tersebut
menyiratkan perlunya
dikembangkan keadilan bercirikan Indonesia, yaitu Keadilan Pancasila, yang
berkemanusiaan humanistik,
keadilan yang
demokratik, nasionalistik, dan berkeadilan sosial. Ini berarti keadilan yang di
tegakkan tidak sekedar keadilan formal, tetapi juga keadilan substansial.
15
Oleh karena itu, penerapan asas legalitas dalam KUHP dalam konteks ke-Indonesiaan sistem hukum nasional
13
Damang,SH,Aliran Ultilitarianisme,http:www.negara hukum.comhukumaliran-ultilitarianisme.html,2001
14
Suteki. Integrasi Hukum dan Masyarakat. Pustaka Magister. Semarang. 2007, hlm. 60, 61, 105. Lebih lanjut dikatakan bahwa pembangunan hukum di Indonesia di dasarkan tiga bahan dasar yaitu hukum islam religiouswisdom, hukum adat
living law wisdom dan hukum modern state law, kenyataannya terkesan ada upaya sistematis menegaskan hukum adat,
maka perlu di lembagakan kembali re-institusionalization.
15
Barda Nawawi Arif. Op. Cit. hlm. 87
48
Tim yang saat itu masih bekerja dalam mengatasi konflik hutan Register 45 Kabupaten Mesuji adalah Tim Terpadu Penertiban dan
Penyelamatan Hutan Register 45 Sungai Buaya yang dibentuk berdasarkan SK Bupati Mesuji No. B118I.02HKMSJ2012.
Akibat dari belum adanya penertiban Register 45 yang akan
dilakukan oleh
Tim Terpadu
Penertiban, Pengosongan
dan Penyelamatan Hutan Produksi Register 45 Kabupaten Mesuji pada
saat itu penduduk pendatang atau perambah Register 45 semakin bertambah dan tak terkendali jumlahnya ± 15.000 Jiwa.
Pada tanggal 02 Mei 2012 Pemerintah Kabupaten Mesuji, Pemerintah Provinsi Lampung, Kementerian Kehutanan RI dan
instansi terkait dalam penyelesaian masalah Register 45 telah menyepakati hal-hal sebagai berikut :
1 Kawasan Hutan Produksi Register 45 tetap dipertahankan sebagai Kawasan Hutan Negara, dengan catatan: Ketua
DPRD Kabupaten Mesuji merekomendasikan agar tanah masyarakat di Talang Gunung seluas 7.000 Ha yang masuk
dalam KHP Register 45 agar dikaji kembali. Ketua DPRD Provinsi
Lampung diwakili
Anggota Komisi
I merekomendasikan
agar lahan
masyarakat masyarakat
Labuhan Batin seluas 2.600 ha yang masuk dalam KHP Register 45 agar juga dikaji kembali.
2 Terhadap masyarakat yang menduduki kawasan hutan tanpa izin akan dikeluarkan dari kawasan hutan tersebut.
47
dibentuk oleh Kementerian Politik Hukum dan Keamanan. Tim tersebut tidak hanya menangani kasus di Register 45, tim tersebut
telah melaksanakan hal-hal sebagai berikut: 1 Melakukan sosialisasi kepada para penduduk pendatang atau
perambah agar mengosongkan Register 45 yang telah dilakukan tanggal 08 sd 15 Februari 2012.Sosialisasi yang
dilakukan oleh Tim tersebut berupa Sosialisasi Formil dan sosialisasi Non Formil:
Sosialisasi non formil yaitu dengan adanya polisi intelijen yang
bertemu dengan
masyarakat dengan
memberi himbauan:
a Himbauan kepada masyarakat untuk menyadarkan bahwa kawasan hutan Register 45 tidak layak untuk dijadikan
sebagai tempat tinggal. b Menghimbau masyarakat untuk kembali ke daerah asalnya
masing-masing. c Menghimbau masyarakat asli agar tidak terlibat dalam
perambahan hutan. 2 Telah melakukan pendataan para penduduk pendatang atau
perambah Register 45 yang dilaksanakan pada 08 sd 12 Februari 2012 dan telah dilaporkan kepada Gubernur
Lampung. 3 Rencana
penertiban pada
tanggal 28
Februari 2012
dibatalkan atas saran Kapolres Tulang Bawang melalui Surat No: B302II2012 tanggal 27 Februari 2012.
26
jangan diartikan semata-mata kepastian kebenaran keadilan formal Undang-undang tetapi lebih menukik pada kepastian
kebenaran keadilan nilai-nilai substantif.
16
Dalam menegakkan
hukum, pemerintah
juga harus
berpedoman diri pada Pancasila dan UUD 1945 yang merupakan ruh penentu arah. Dengan demikian dalam penegakan hukum,
pemerintah harus sesuai Grand design sistem dan politik hukum nasional yang mestinya tetap berdasarkan pada paradigma
Pancasila, yaitu : a. Paradigma Ketuhanan moral-religius,
b. Paradigma Kemanusiaan humanistik, c. Paradigma Kebangsaan persatuan nasionalistik,
d. Paradigma kerakyatan demokrasi, e. Paradigma keadilan sosial.
Grand design ini menghendaki adanya keseimbangan ketiga
nilai dasar yaitu: 1
Nilai Ketuhanan moral-religius, 2
Nilai Kemanusiaan humanistik, 3
Nilai Kemasyarakatan, yaitu nasionalistik, demokratik dan keadilan sosial.
Dalam penegakan hukum seharusnya pemerintah berpegang teguh pada prinsip bahwa hukum adalah untuk manusia, bukan
manusia untuk hukum. Oleh karena itu, hakim harus senantiasa mengedepankan nilai keadilan dalam masyarakat, sehingga harus
16
Barda Nawawi Arif. 2010. Op. Cit. hlm. 27
27
selalu mengikuti
dinamika perubahan
yang ada
dalam masyarakat.
17
Upaya penegakan hukum dan keadilan serta kepastian kepastian substantif dan material
substantive material certainty, tidak sekedar kepastian ormal
formal legal
certainty sehingga diharapkan lebih bisa
mengarah ke penegakan hukum pidana yang adil.
18
Kepastian hukum dalam UUD 1945 lebih mengandung asas keseimbangan
dan mengandung konsep integratif.
19
Intinya lebih mengandung makna keadilan substantif tidak sekedar kepastian formal.
20
Demikianlah berbagai
syarat untuk
mencapai atau
menciptakan penegakan hukum yang adil atau berkeadilan. Lebih lanjut perlu dijajaki :
. Ada dua aspek terpenting untuk mencapai penegakan hukum yang adil dan
berkeadilan, yaitu tatacara penegakan hukum procedural justice
dan isi atau hasil penegakan hukum substantive justice. Bagaimana dengan keadilan substantif?, keadilan substantif
menyangkut isi keadilan itu sendiri. Secara teoritik banyak pandangan mengenai hal itu, ada yang melihat dari tingkat
17
Siti Malikhatun Badriah. Penemuan Hukum dalam Konteks Pencarian Keadilan. Badan Penerbit Undip. Semarang. 2010. hlm. 95-96.
18
Lihat Barda Nawawi Arief. Perkembangan Asas Hukum Pidana Indonesia. Semarang. Pustaka Magister. 2008. hlm.13
19
Istilah asas keseimbangan antara kepastian substantif substantive certainty dan kepastian formal formal certainty untuk an oleh Barda Nawawi Arief,
sedangkan istilah konsep Integratif dari UUD 1945 dikemukakan oleh M. Arief Amrulla h untuk menggambarkan kepaduan antara prinsip keadilan dalam Rechtsstaat dengan prinsip keadilan the Rule of Law.
20
Kuat Puji Prayitno. Rekonstruksi Pemikiran Hukum Pidana yang Integral.Badan Penerbit UNDIP.Semarang.2011.hlm. 7- 8.
46
BSMI yang
menyangkut sengketa
pemilikan tanah
dengan masyarakat sekitar dan permasalahan PT. Silva Inhutani Lampung
yang mengelola hutan Register 45 dengan masyarakat sekitar dan para
perambah. Penyelesaian
masalah sudah
beberapa kali
diusahakan melalui
berbagai forum
rapat, kajian
akademis, kunjungan lapangan dan lain-lain, namun hingga kini belum dapat
menyelesaikan permasalahan ini secara keseluruhan.
31
Di wilayah Kabupaten Mesuji yang potensial untuk perkebunan, berdiri
beberapa perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kepala sawit, singkong dan sebagainya.
4. Penyelesaian Konflik Pertanahan di Mesuji Lampung yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah