UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTO PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE AUDIO VISUAL SKRIPSI

  

UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN

SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTO PAULUS NYARUMKOP

KALIMANTAN BARAT

MELALUI KATEKESE AUDIO VISUAL

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  Kristina. K NIM: 051124039

  

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN

SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTO PAULUS NYARUMKOP

KALIMANTAN BARAT

MELALUI KATEKESE AUDIO VISUAL

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  Kristina. K NIM: 051124039

  

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan untuk yang tercinta Ayahku (Kasianus), Ibuku (Regina Firmina),

  Abangku (Hadrianus Itus), Adikku (Blasius Inus dan Ignasius), Pacarku dan SMU serta Asrama Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat.

  

MOTTO

  ”Jika iman itu tidak disertai dengan perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati”.

  (Yak 2: 17)

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Kristina. K Nomor Mahasiswa : 051124039

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN

SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTO PAULUS NYARUMKOP

KALIMANTAN BARAT

MELALUI KATEKESE AUDIO VISUAL

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 04 September 2009 Yang menyatakan

  (Kristina. K)

  ABSTRAK

  Skripsi ini berjudul ”UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN

SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTO PAULUS NYARUMKOP

  Penulis KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE AUDIO VISUAL”. memilih judul ini berpangkal dari keprihatinan penulis berkaitan dengan penghayatan iman para siswa atas panggilan hidupnya sebagai seorang seminaris yang membutuhkan pembinaan yang sangat membantu memperkembangkan iman mereka. Di satu pihak pembinaan iman itu sangat dibutuhkan para seminaris, di sisi lain pembinaan yang diupayakan oleh pihak seminari masih kurang berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian pembinaan yang dijadwalkan kurang berjalan dengan baik. Pada dasarnya pembina di Asrama Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop perlu mengetahui permasalahan yang sedang dialami para siswa seminari. Dengan mengetahui permasalahan yang dihadapi. Pembina perlu mengusahakan materi, metode, dan sarana sesuai dengan situasi para siswa. Untuk itu pembina perlu tanggap terhadap kebutuhan para siswa, sehingga pembinaan iman yang diupayakan dapat terlaksana dan mencapai tujuannya.

  Persoalan mendasar skripsi ini adalah apa arti penghayatan iman para siswa SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat? Bagaimana pembinaan iman di SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat? Apa itu katekese audio visual? Program katekese audio visual macam apa yang bisa diusulkan untuk siswa-siswa Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat? Untuk mengetahui sejauhmana penghayatan iman para seminaris, maka diadakan penelitian melalui pengumpulan data di lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada para siswa seminari. Dari hasil penelitian terungkap, para seminaris masih kurang menghayati hidup panggilannya sebagai seorang yang dipanggil Tuhan untuk mewartakan kerajaan Allah ke seluruh dunia. Hal ini dikarenakan pembinaan yang diadakan oleh pihak seminari kurang menarik dan kurang menggunakan media/sarana pendukung sehingga para seminaris mengikuti pembinaan karena terpaksa dan hanya sebatas mengikuti peraturan yang ada.

  Bertolak dari hasil penelitian, penulis melakukan studi pustaka tentang apa itu seminari, pengertian iman dan katekese audio visual sebagai upaya untuk meningkatkan penghayatan iman siswa seminari. Dengan demikian penulis menawarkan usulan program pembinaan iman dengan menggunakan sarana audio visual yang dapat berguna dan membantu para pembina seminari dalam mendampingi dan memberi pembinaan kepada para siswa sebagai upaya meningkatkan penghayatan iman mereka sehingga mampu melanjutkan ke jenjang seminari tinggi.

  Melalui katekese audio visual, diharapkan pembinaan iman yang diadakan lebih membantu para siswa seminari dalam mempersiapkan diri secara matang dan mantap untuk mengambil keputusan untuk melanjutkan ke jenjang seminari tinggi. Oleh karena itu penulis menawarkan program katekese yang menggunakan sarana audio visual agar para siswa seminari bersemangat mengikuti pembinaan iman yang dilaksanakan.

  

ABSTRACT

  This thesis entitles THE EFFORT TO IMPROVE THE FAITH OF SEMINARIANS OF ST. PAUL MINOR SEMINARY OF NYARUMKOP THROUGH THE AUDIO VISUAL CATECHISM. The author chose this title based on the concern related to the call of the seminarians who need of guidance that helps to improve their faith. On one side, for the formation of seminarians, faith is needed, but on the other side, the effort from the seminary is still not run properly, so the scheduled formation does not run well. Basically, the coach at boarding of the Minor Seminary of St. Paul of Nyarumkop needs to know the problems experienced by the seminarians themselves. By knowing the problems faced, the coach needs to organize the materials, methods, and means in accordance with the situation of seminarians. For that purpose, the coach needs to respond to the needs of seminarians, so that the effort to improve the faith can be done and be able to achieve goals.

  Fundamental issue of this thesis is what faith means to seminarians of Minor Seminary of Saint Paul Nyarumkop of West Kalimantan? How is faith development in Minor Seminary of Saint Paul Nyarumkop of West Kalimantan? What is the audio visual catechism? What kind of the program of audio visual catechism can be proposed to seminarians of Saint Paul Nyarumkop was of West Kalimantan? To know the extent of seminarians’ faith, the research was conducted through the collection of data by spreading questioners to seminarians. The results of the research revealed that seminarians are still less in living out the call of God to spread the kingdom of God to the world. This is because of the guidance held by the seminary is less interesting and not enough using the media or supportive means. Seminarians were forced to follow the guidance because of the rules.

  Starting from the results of the research, the authors conducted a literally study on what the seminary is, the understanding of the faith and of the audiovisual catechism as an effort to improve seminarians faith. Thus, the author offers a proposed program of faith education by using the audiovisual facilities that it might be useful and to help the coach of the seminary in assisting and providing guidance to students as an effort to improve the faith so that they are able to continue to study in high-level seminary.

  Through the audiovisual catechism, the efforts to develop the seminarians’ faith are more helpful for seminarians in preparing themselves to make the decision to continue to the higher levels of seminary. Therefore, the author offers a catechism program using audio visual means so that the seminarians are motivated to follow the guidance conducted by seminary.

KATA PENGANTAR

  Piji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan perlindungan-Nya yang melimpah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTO PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE AUDIO VISUAL”. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan limpah terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Drs. Y.I. Iswarahadi, S.J.,M.A, selaku dosen pembimbing utama yang dengan kerelaan dan kesadaran mendampingi, memberi masukan serta mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini dari awal hingga selesai.

  2. Drs. H.J. Suhardiyanto SJ, selaku penguji II sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik yang dengan setulus hatinya membimbing, memberi perhatian, dan memberi dukungan kepada penulis.

  3. P. Banyu Dewa, HS, S.Ag., M.Si, selaku penguji III yang memberi semangat dan kegembiraan dan meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan berkaitan dengan isi skripsi ini.

  4. Para dosen dan Staf karyawan IPPAK yang memberikan dukungan selama ini.

  5. Pimpinan, Pastor Paroki dan Pembina Asrama Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat yang telah memberikan tempat dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian, serta dukungan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

  6. Siswa-siswa Seminari St. Paulus yang memberikan dukungan kepada penulis dengan bersedia mengisi kuesioner yang disebarkan.

  7. Ayahku Kasianus, Ibuku Regina Firmina, Abangku Hadrianus Itus, Adikku Belasius Inus, Adikku Ignasius, Pacarku Marselinus Uwik dan sanak saudara yang tercinta, yang selalu menyemangati dan membiayai penulis selama studi di IPPAK.

  8. Sahabatku Monik, Pepen, dan Yustina Dina yang selalu memberikan semangat dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  9. Teman-teman seangkatan 2005-2006 yang telah meneguhkan, dan memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

  10. Para sahabat dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang dengan caranya masing-masing memberikan dukungan dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini dengan terbuka dan lapang dada.

  Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapa saja yang membutuhkannya teristimewa untuk pihak SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat. Yogyakarta,

  13 Juli 2009 Penulis Kristina. K

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. iv MOTTO...................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..................................................... vi ABSTRAK.................................................................................................. vii ABSTRACT................................................................................................ viii KATA PENGANTAR................................................................................ ix DAFTAR ISI............................................................................................... xi DAFTAR SINGKAT.................................................................................. xii

  ..................................................................... 1

  BAB I. PENDAHULUAN A

  . Latar Belakang....................................................................................... 1 B

  . Rumusan Masalah.................................................................................. 6 C

  . Tujuan Penulisan................................................................................... 6 D

  . Manfaat Penelitian…………………………………………................. 7 E

  . Metode Penulisan……………………………………………............... 8 F

  . Sistematika Penulisan………………………………………................. 8

  BAB II. KATEKESE AUDIO VISUAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI

  A.

  Pandangan Gereja Katolik Mengenai Seminari ..……........................ 10 1.

  Pengertian Seminari ………………………………………………. 10 2. Tahap-tahap Seminari ....................................................................... 11 3.

  Ciri-ciri Seminari............................................................................... 14 4. Hak-hak dan Kewajiban Seminari..................................................... 19 B. Pandangan Gereja Katolik Mengenai Iman........................................... 22 1.

  Pengertian Iman................................................................................ 22 2. Cara Menghayati Iman dalam Hidup Sehari-hari.............................. 28 C. Katekese Audio Visual............................................................................ 31 1.

  Pengertian Katekese Audio Visual.................................................... 31 2. Kekhasan Katekese Audio Visual..................................................... 34 3. Kekuatan dan Kelemahan Katekese Audio Visual............................ 36 4. Pola Naratif Eksperiensial................................................................. 38 5. Pemahaman tentang Metode SOTARAE........................................... 40 D. Penelitian yang Relevan…………………………………….................. 44 E. Kerangka Pikir........................................................................................ 44 F. Hipotesis................................................................................................. 45

  BAB III. PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTO PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT. A. Gambaran Situasi SMA Seminari St. Paulus........................................... 42 1. Letak Geografis Persekolahan Katolik Nyarumkop……………….. 46 2. Latar Belakang Siswa-Siswa SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop .......................................................................................47

  4. Jadwal Kegiatan Harian dan Tahunan…………………………… 48 B. Arti Penghayatan Iman Bagi Siswa-Siswa SMA Seminari St.Paulus

  Nyarumkop Kalimantan Barat............................................................... 50 1.

  Tujuan Penelitian............................................................................. 50 2. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 51 3. Metode Penelitian............................................................................. 51 4. Instrumen Penelitian.......................................................................... 51 5. Responden Penelitian......................................................................... 52 6. Variabel Penelitian............................................................................ 53 7. Hasil Penelitian............................................................................... 54 a.

   Identitas Responden................................................................... 54

  b. Upaya meningkatkan penghayatan iman siswa seminari.............. 55 c.

  Bentuk-bentuk pembinaan iman................................................... 58

  d. Pandangan mengenai pelaksanaan katekese audio visual............ 61 e.

  Usulan dan saran terhadap pelaksanaan katekese audio visual.... 62 8. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................ 64 a.

   Identitas Responden..................................................................... 64

  b. Upaya meningkatkan penghayatan iman siswa seminari............. 65 c.

  Bentuk-bentuk pembinaan iman.................................................... 67

  d. Pandangan mengenai pelaksanaan katekese audio visual............. 68 e.

  Usulan dan saran terhadap pelaksanaan katekese audio visual..... 69

  BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE AUDIO VISUAL A. Usulan Program Katekese Audio Visual Dalam Upaya Meningkatkan Penghayatan Iman Siswa-Siswa SMA Seminari St.Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat.............................................. 71 1. Pengertian Program Katekese Audio Visual....…………………… 72 2. Tujun Program Katekese Audio Visual........................................... 73 3. Pemikiran Dasar Penyusunan Program Katekese Audio Visual...... 74 B. Contoh Persiapan Katekese Audio Visual Dalam Upaya Meningkatkan Penghayatan Iman Siswa-Siswa SMA Seminari St.Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat............................................... 86 1. Satuan Persiapan Katekese Audio Visual I...................................... 86 2. Satuan Persiapan Katekese Audio Visual I....................................... 97 BAB V. PENUTUP A. KESIMPULAN....................................................................................... 108 B. SARAN................................................................................................... 110 DAFTAR PUSTAKA

  ................................................................................... 112

  LAMPIRAN

  .................................................................................................. (1) Lampiran I: Kuesioner.................................................................................. (1) Lampiran II: Riwayat Hidup Santa Faustina …………………………….. (5) Lampiran III: Surat Penelitian .................................................................... (6)

  

DAFTAR SINGKATAN

A. SINGKATAN KITAB SUCI

  KS : Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan yang terdapat dalam daftar singkatan Alkitab Deuterokanonika (1995) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia.

  B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA

  OT : Optatam Tatius, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pembinaan Iman, 28 Oktober 1965.

  KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes II, 25 Januari 1983.

  DV : konsitusi dogmatis tentang Wahyu Ilahi

  Dei Verbum,

  Kan : Kanon CT : Catechese Trandendae, Ajaran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.

  GS :Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di dunia dewasa ini, 7 Desember 1975.

  C. SINGKATAN LAIN

  St : Santo/Santa SMA : Sekolah Menengah Atas

  KPB : Kelas Persiapan Bawah KPA : Kelas Persiapan Atas TOR : Tahun Orientasi Rohani TV : Televisi AV : Audio Visual

  IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik PAK AV : Pendidikan Agama Katolik Audio Visual PERUM : Persekolahan untuk Masyarakat KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

  VCD : Video Compact Disk SOTARAE: Suatu petunjuk untuk mengenalisa sebuah dokumen dari kelompok group media (Situasi, Observasi, Tema, Analisis, Rangkuman, Aksi dan Evaluasi). Art : Artikel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seminari Menengah Santo Paulus Nyarumkop merupakan sebuah kompleks persekolahan Katolik yang dibangun sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Nyarumkop terletak di sebelah timur kota Singkawang, Kabupaten Singkawang Timur, Kecamatan Nyarumkop. Di sana terdapat persekolahan dari Tingkat TK- Topang (Seminari Tinggi). Siswa yang bersekolah di sana datang dari berbagai

  macam lingkungan dan anak dari zamannya, dalam arti mereka adalah remaja yang hidup pada masa sekarang (hic et nunc) dengan segala semangat, masalah dan konsekuensinya. Sebagai remaja mereka sedang dalam proses menuju kematangan fisik dan seksual yang sarat dengan masalah-masalah sosial dan psikologis. Pergaulan dengan teman sebaya sangat mempengaruhi, bahkan tidak jarang menentukan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku.

  Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat secara umum sama dengan seminari yang ada di kepulauan Indonesia, yaitu mendidik dan membina serta mempersiapkan para siswa seminari sedemikian rupa dalam rangka memasuki jenjang Seminari Tinggi. Dokumen Konsili Vatikan II menyatakan bahwa:

  Di seminari-seminari menengah yang didirikan untuk memupuk tunas-tunas panggilan, para seminaris hendaknya melalui pembinaan hidup rohani yang khas, terutama dengan bimbingan rohani yang cocok, disiapkan untuk mengikuti Kristus Penebus dengan semangat rela berkorban dan hati yang jernih (OT, ar. 3). Ini menunjukkan perlunya usaha dari pihak sekolah dan asrama seminari mengusahakan dan mengupayakan pembinaan-pembinaan bagi para siswanya untuk mengolah hidup rohani dan benih-benih panggilannya. Para siswa yang masuk Seminari St. Paulus Nyarumkop ini memiliki benih-benih panggilan yang baru tumbuh dalam diri mereka. Mereka masuk Seminari St. Paulus Nyarumkop dengan harapan benih panggilan yang baru tumbuh bisa semakin berkembang dan semakin kuat. Oleh sebab itu pihak keluarga siswa, pihak sekolah, dan pihak asrama seminari perlu bekerjasama.

  Pihak sekolah seminari mempersiapkan para siswa dari segi pengetahuan atau intelektual. Sedangkan pihak asramanya lebih pada pengolahan kepribadian yaitu hidup rohani para siswanya. Bentuk-bentuk pembinaan yang sering diberikan di asrama seminari adalah:

1. Doa rutin bagi para siswa yaitu doa pagi dan malam 2.

  Retret 1 tahun sekali 3. Pengakuan Dosa 1 tahun 2 kali 4. Pendalaman Kitab Suci setiap hari rabu 5. Perayaan Ekaristi 6. Turne ke kampung-kampung setiap hari minggu (khusus kelas III).

  Bentuk-bentuk pembinaan di atas memang berjalan, tetapi para siswa seminari mengikutinya hanya sebatas rutinitas bukan dilaksanakan dengan gairah yang tinggi apalagi dengan peraturan yang ketat. Penulis melihat, pembinaan yang ada masih kurang atau rasanya tidak cukup dalam mempersiapkan para siswa seminari untuk masuk jenjang Seminari Tinggi.

  Peserta didik Seminari St. Paulus Nyarumkop adalah anak dari zamannya. Salah satu indikasi zaman ini adalah perkembangan ekonomi yang menawarkan banyak pilihan kepada masyarakat, termaksud para remaja. Banyaknya pilihan yang ditawarkan tidak jarang membuat para remaja takut atau enggan untuk membuat komitmen jangka panjang karena takut kehilangan kesempatan mencoba pilihan lain yang juga menarik.

  Dalam tawaran pilihan-pilihan itu sangat besar pengaruh dan jasa media komunikasi elektronik. Para remaja zaman ini adalah para remaja yang lahir, hidup dan dididik dalam lingkup media komunikasi semacam itu. Kehidupan rohani kaum muda khususnya Siswa-siswa SMA di zaman sekarang ini sangatlah kurang. Pada zaman yang serba modern dan dunia dewasa sekarang ini mereka seakan tidak perduli atau cuek dengan kehidupan rohani mereka (penghayatan iman mereka sebagai penerus Gereja). Begitu banyak hal duniawi yang membuat mereka tergiur dan membuat mereka jatuh ke dalam hal yang tidak baik, sehingga tidak lagi peka mendengarkan suara hati (panggilan mereka sebagai penerus Gereja). Sebagai siswa seminari mereka dituntut untuk bisa menjadi seorang pemimpin atau panutan bagi masyarakat di sekitar mereka, baik di tempat dimana mereka sekolah maupun di daerah mereka masing-masing.

  Selain mereka dituntut untuk bisa lebih menghayati iman, mereka juga dituntut untuk bisa mematuhi peraturan-peraturan yang ada di asrama dan di sekolah seperti masalah kedisiplinan, kekeluargaan, kemandirian, kesederhanaan dan kecakapan (dalam pergaulan maupun intelektual mereka). Seminari menengah/awal adalah masa pemilihan atau penyaringan untuk memilih hidup membiara atau bebas (sebagai awam biasa). Banyaknya tuntutan di sekolah maupun di asrama, membuat para seminaris menganggap hal itu sebatas peraturan yang tertulis. sehingga pada saat doa atau misa ada yang tertidur karena tidak adanya kesadaran untuk melakukannya dengan sepenuh hati.

  Pada zaman sekarang orang menuntut agar proses pengembangan iman diusahakan secara hidup, menarik dan variatif karena pada dasarnya iman itu hidup, intim dan pribadi. Pada akhir abad 20 Gereja mengalami suatu situasi baru dalam pelaksanaan tugasnya mewartakan kerajaan Allah sebagai akibat perubahan kehidupan sosial. Menghadapi situasi baru tersebut Gereja mengadakan pembaharuan dengan meninjau kembali seluruh kegiatan pastoralnya (Adisusanto & Ernestine 1997: 30). Gereja mulai terbuka terhadap hasil audio visual dan mulai merefleksikan diri bahwa usaha pewartaan sebelumnya kurang bisa menyentuh kehidupan umat.

  Bahasa audio-visual mulai dipakai dan rupanya umat (siswa-siswi) memberikan respon positif.

  Generasi muda mencari bahasa yang lebih emosional, namun kuat. Yang paling penting pada abad sekuler ini adalah menolong kaum muda untuk menghayati berkatekese dengan baik. Salah satu bentuk katekese yang diajarkan untuk menanggapi zaman yang serba modern ini adalah katekese audio visual (Adisusanto & Ernestine, 1977:16).

  Bahasa audio visual adalah suatu bentuk ungkapan yang pertama-tama bukan untuk memberikan kesempatan kepada kita untuk menyampaikan kata-kata dengan teliti, tetapi untuk menyatakan pengalaman secara menyeluruh. Bahasa audio Visual tidak sama dengan bahasa cetakan, bahkan tidak sama dengan bahasa lisan yang bermaksud menyampaikan inti pokok pembicaraan. Bahasa audio visual tidak begitu banyak menyampaikan doktrin atau ide-ide, melainkan ingin merangsang perasaan seorang pribadi. Misalnya, suara yang disampaikan melalui pengeras suara yang baik akan mengungkapkan nafas dan isi hati pemilik suara. Dengan demikian bahasa audio visual bukan untuk menyampaikan suatu ide, tetapi mau menyampaikan pengalaman pribadi kepada orang lain. Bahasa audio visual menuntut kreativitas, partisipasi, afektivitas dan kesadaran yang kritis (Adisusanto & Ernestine,1977:7).

  Katekese audio visual adalah ”Pesan sejauh pesan menyeluruh pancaindra, perasaan, badan, gagasanku”. Katekese audio visual adalah penyampaian pengalaman pribadi sebagai seorang Kristiani, sedangkan tujuan katekese audio visual bukan semata-mata untuk memperoleh pengetahuan intelektual, melainkan persaudaraan dengan kelompok orang yang percaya akan Kristus, seperti ditulis oleh St.Yohanes dalam suratnya: ”Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus” (1Yoh,1-3). (Adisusanto & Ernestine,1977: 8).

  B. Rumusan Masalah

  Dari penjelasan di atas, bisa ditemukan beberapa hal yang perlu dicermati dalam usaha meningkatkan penghayatan iman khususnya bagi siswa SMA seminari yang menjalankan hidup panggilannya tidak dengan serius. Metode katekese yang digunakan adalah metode katekese audio visual. Beberapa hal di atas dirumuskan ke dalam pertanyaan untuk penelitian sebagai berikut: 1.

  Apa arti penghayatan iman para siswa SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat?

  2. Bagaimana pembinaan iman di SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat?

  3. Apa itu Katekese Audio Visual?

  4. Program katekese audio visual macam apa yang bisa diusulkan untuk siswa- siswa Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat?

  C. Tujuan Penulisan

  Tujuan dari penulisan ini untuk: 1.

  Mengetahui sejauhmana penghayatan iman siswa seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat.

  2. Mengetahui pembinaan iman di SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop, agar dapat menghadirkan bentuk pembinaan iman yang lebih baik lagi

  3. Mengetahui sejauhmana pemahaman siswa SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop tentang katekese audio visual.

  4. Mendorong para siswa SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop semakin bersemangat dengan adanya program yang baru.

D. Manfaat Penulisan 1.

  Bagi siswa SMA Seminari a.

  Tulisan ini dapat memaparkan apa yang dimaksud dengan penghayatan iman siswa SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop.

  b.

  Tulisan ini mendorong para seminaris menjadi pembawa damai c. Tulisan ini dapat membantu para seminaris untuk melaksanakan katekese audio visual secara telatur baik di lingkungan maupun di paroki.

2. Bagi penulis a.

  Penulis semakin mengetahui tanggapan para siswa seminari St. Paulus Nyarumkop mengenai katekese audio visual b. Penulis semakin mengetahui peranan katekese audio visual bagi siswa SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop.

  c.

  Penulis semakin mendalami secara khusus katekese audio visual.

3. Bagi pihak Gereja

  Diharapkan Gereja memberi perhatian terhadap perkembangan iman para seminaris. Salah satunya dengan mengupayakan terus-menerus pelaksanaan katekese audio visual secara teratur.

  E. Metode Penulisan

  Metode penulisan yang dipakai adalah deskriptif analitis berdasarkan studi dan analitis pustaka, dilengkapi dengan penelitian secara sederhana melalui kuesioner. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana katekese audio visual dapat meningkatkan penghayatan iman para siswa SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat. Berdasarkan penelitian tersebut akan diusulkan program katekese dengan menggunakan media audio visual.

  F. Sistematika Penulisan

  Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan skripsi ini, penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan sebagai berikut:

  BAB I: PENDAHULUAN Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

  BAB

  II: KATEKESE AUDIO VISUAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI.

  Bab ini menguraikan Kajian Pustaka dan Hipotesis yang meliputi: Pengertian seminari, Tahap-tahap seminari, Ciri-ciri seminari, Hak-hak dan kewajiban seminari. Pengertian iman, arti penghayatan iman para siswa SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat dan pengertian katekese audio visual, kekhasan katekese audio visual, kekuatan dan kelemahan katekese audio visual, dan pola naratif eksperiensial. Bagian akhir dari bab dua ini berisikan penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis.

  BAB III: PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI SANTO PAULUS NYARUMKOP KALIMANTAN BARAT. Penelitian tentang penghayatan iman siswa SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat. Bab ini menguraikan metodologi penelitian mengenai upaya meningkatkan penghayatan iman siswa SMA Seminari St. Paulus Nyarumkop Kalimantan Barat melalui katekese audio visual mengenai persiapan penelitian, hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian.

  BAB IV: USULAN PROGRAM KATEKESE AUDIO VISUAL Bagian akhir dari bab ini berisikan usulan program katekese audio visual serta contoh perencanaan program katekese audio visual. BAB V: PENUTUP Penutup meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II KATEKESE AUDIO VISUAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN SISWA-SISWA SMA SEMINARI A. Pandangan Gereja Katolik Mengenai Seminari 1. Pengertian Seminari Kata “seminari” berasal dari kata Latin semen yang berarti ”benih” atau

  ”bibit”. Seminari berasal dari kata Latin seminarium yang berarti ”tempat pembibitan, tempat persemaian benih-benih”. Oleh sebab itu seminari berarti sebuah tempat (tepatnya sebuah sekolah yang tergabung dengan asrama: tempat belajar dan tempat tinggal) di mana benih-benih panggilan imamat yang terdapat dalam diri anak-anak muda, disemaikan secara khusus, dan untuk jangka waktu tertentu, dengan tatacara hidup dan pelajaran yang khas, dengan dukungan para staf pengajar dan pembina, yang biasanya terdiri dari para imam/biarawan. Adapun kata ”seminaris” menunjukkan pada para siswa yang belajar di seminari tersebut.(Ponomban, 2007: 1).

  Seminari merupakan lembaga khusus untuk pendidikan para calon imam. Di dalam seminari dipersiapkan mereka yang merasa terpanggil untuk melanjutkan misi Yesus dan para Rasul untuk mewartakan Kerajaan Allah kepada semua orang.

  Dari sejarah Gereja, kita mengenal seminari yang klasik, yakni serentak sebagai sebuah sekolah di mana para seminarisnya belajar di dalam kompleks seminari, entah sebagai sebuah SMP atau SMU, dan sekaligus sebagai asrama di mana mereka tinggal dan hidup dari hari ke hari (Ponomban, 2007: 1).

  Seminaris adalah kaum muda yang merasa tertarik menjadi imam. Mereka membutuhkan pengukuhan dan pengarahan dalam memantapkan diri untuk menanggapi panggilan hidupnya. Perlulah mereka dibantu dalam memelihara bibit- bibit panggilan yang sedang tumbuh dalam hati mereka, sehingga bibit-bibit panggilan itu dapat tumbuh dan berkembang. Gereja sendiri perlu senantiasa memelihara bibit-bibit panggilan yang ditaburkan dalam hati kaum muda dan salah satunya melalui lembaga seminari menengah (Suhardi, 1995: 31).

2. Tahap-Tahap Seminari

  Untuk dapat menjadi seorang imam seminaris perlu melewati beberapa tahap- tahap pendidikan dan pembinaan sebagai bekal dan persiapan hidup mereka menuju kepribadian seorang imam yang akan mengabdikan dirinya kepada Allah. Adapun tahap-tahap seminari adalah: a.

  Seminari Menengah Keluarga merupakan seminari awal bagi para seminaris sebelum masuk seminari. Keluarga dapat menjadi tempat persemaian awal untuk menanamkan benih panggilan dalam diri seminaris. Keluarga mempunyai tugas untuk mengenalkan Allah kepada anak-anaknya dan membina anaknya agar tertarik oleh panggilan Tuhan, mulai mendapat tanggapan, pemupukan dan pemurnian sebagaimana mestinya sebelum mereka masuk seminari.

  Seminari menengah yang ada di Indonesia didirikan untuk membina para siswa yang baru menyelesaikan studi di bangku SMP. Seminari Menengah adalah sebuah seminari yang melayani mereka yang merasa terpanggil dan ingin mengembangkan panggilan itu, yang akhirnya berani mengambil keputusan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Seminari Tinggi untuk menjadi imam.

  Di dalam komunitas Seminari Menengah para seminaris mendapat berbagai bentuk pembinaan yang sudah ditentukan oleh pihak seminari guna mengembangkan panggilan yang dimiliki para siswa seminari. Melalui berbagai bentuk pembinaan yang diupayakan diharapkan para siswa seminari benar-benar mampu untuk menghayati panggilan Tuhan atas hidupnya, kemudian memiliki semangat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Seminari Tinggi. Tentu keputusan para siswa seminari untuk melanjutkan ke jenjang Seminari Tinggi tidak menjadi paksaan dari pihak lain, tetapi semuanya harus atas dasar keputusan pribadi.

  Di sini mereka mengikuti 3 tahap pendidikan untuk memenuhi kurikulum pemerintah plus kurikulum seminari, sekaligus dengan tambahan 1 tahun, entah pada tahun pertama memasuki seminari (disebut KPB: Kelas Persiapan Bawah) atau nanti ditambahkan sesudah melewati 3 tahun pendidikan SMUnya (disebut KPA: Kelas Persiapan Akhir). (Ponomban, 2007: 1). b.

  Tahap-Tahap Rohani Seminari Tahun Orientasi Rohani (TOR) adalah sebuah tempat pembinaan khusus benih-benih panggilan bagi mereka yang telah menamatkan Seminari

  Menengah tingkat SMU atau Seminari Menengah KPA, dan memilih calon imam diosesan atau imam praja. Selama setahun mereka mengalami pembinaan khusus di bidang kepribadian dan kerohanian sekaligus untuk lebih mengenal dan menghayati seluk beluk imamat. Pendidikan ditempuh selama 1 tahun praktek tahun orientasi rohani (Ponomban, 2005: 1).

  Di Seminari Tahun Orientasi Rohani (TOR), para seminaris dibantu untuk memperkuat dan mengembangkan kepribadian dan kerohanian yang telah mereka peroleh di Seminari Menengah, agar para seminaris dapat dengan bebas mengambil keputusan untuk menjadi imam, dan juga menyadari bahwa panggilan menjadi imam semata-mata adalah karunia dari Allah (Komisi Seminari KWI, 1989: 42). Oleh sebab itu pada tahap Tahun Orientasi Rohani (TOR), setiap kegiatan para seminaris perlu dievaluasi untuk mengkaji perkembangan seminaris tanpa terkecuali. Evaluasi perlu diperkaya dengan rekoleksi. Hal ini penting supaya para seminaris dapat senantiasa maju langkah demi langkah dalam tugas dan hidup panggilannya. Pada masa Tahun Orientasi Rohani (TOR), para seminaris perlu banyak belajar dalam bekerjasama dengan rekan sejawat serta perlu kedewasaan dalam berhadapan dengan orang lain terutama dengan kawan lawan jenis. c.

  Tahap Seminari Tinggi/Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Seminari Tinggi adalah jenjang pembinaan terakhir bagi para calon imam sesudah mereka mengikuti Seminari Tahun Orientasi Rohani. Biasanya pendidikan yang ditempuh di sini berlangsung selama 6 tahun kuliah ditambah 1 tahun praktik Tahun Orientasi Pastoral.

  Oleh sebab itu Hukum Gereja (kanon 1032 $2) memberikan kemungkinan bagi mereka yang mau menjadi imam sesudah mengikuti pendidikan akademis yang memadai untuk tidak mengikuti seluruh tuntutan pembinaan mulai dari Seminari Menengah KPA, TOR, dan Seminari Tinggi. Uskup dapat memberi dispensasi sesudah penyelidikan yang matang untuk mengikuti pendidikan filsafat dan teologi saja, bahkan juga untuk tidak tinggal di seminari sebagaimana lazimnya (KHK, 1991: 297).

3. Ciri-ciri Seminari

  Seminari didirikan untuk memupuk tugas-tugas panggilan, oleh sebab itu para seminaris diharapkan melalui pembinaan hidup rohani yang khusus, terutama dengan bimbingan rohani yang cocok, disiapkan untuk mengikuti Kristus Penebus dengan semangat rela berkorban dan hati yang jernih (Optatam Totius: art 3).

  Seluruh pendidikan bagi para seminaris harus bertujuan seturut teladan Tuhan kita Yesus Kristus, Guru, Imam dan Gembala, mereka dibina untuk menjadi gembala jiwa-jiwa yang sejati. Hendaknya mereka disiapkan untuk pelayanan sabda. Selain itu menghadirkan Kristus bagi sesama, seperti yang dikatakan dalam Injil bahwa Dia yang tidak “datang untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang” (Mrk 10:45; bdk. Yoh 13: 12-17) dengan mengabdikan diri kepada siapa saja, memperoleh banyak orang (bdk. 1Kor 9: 19).

  Sebelum masuk seminari hendaknya diadakan penyelidikan yang cermat tentang ketulusan maksud serta kehendak bebas para calon, tentang kesesuaian mereka untuk imamat di bidang rohani, moral dan intelektual, dan tentang cukupnya kesehatan badan maupun jiwa (Optatam Totius: art 6).

  Seminaris adalah calon imam. Salah satu hal penting bagi imam adalah kemampuan berelasi. Para seminaris diarahkan untuk menyadari dirinya sebagai manusia, ciptaan yang paling sempurna, sehingga mereka selalu bersyukur atas hidupnya. Para seminaris diharapkan mau bekerjasama dengan siapa pun yang berkehendak baik untuk menciptakan kemanusiaan yang utuh dengan didasarkan pada cinta kasih dan keadilan, dan semakin memupuk nilai-nilai kerohanian yang unik, orisinal, dinamis, serta mengembangkan esensinya sehingga ia semakin dewasa dalam iman dan being religious.

  Seminari mendidik para seminarisnya untuk belajar memaknai segala peristiwa dalam terang rahmat Tuhan. Pemahaman ini jangan hanya disyukuri saja karena syukur saja belum cukup. Seminaris harus berada di seminarium di sebuah tempat persemaian yang khusus. Dengan demikian ia didampingi dan dikembangkan dalam satu kelompok bibit unggul dengan materi dan sistem pengembangan yang khusus.

  Suasana seminari menjadi semacam sebuah “paroki atau keuskupan kecil” dalam arti sang pemimpin umat ini mulai meghidupi sebuah hidup bersama antara belbagai suku, etnis, dan kepribadian yang berbeda. Mereka belajar bersosialisasi dan berkomunikasi.

  Di seminari mereka berlatih melayani dan memimpin lewat berbagai latihan kepribadian dan praktik kerja dan karya serta orientasi. Di seminari mereka belajar bekerjasama, mengembangkan diri, bakat dan talenta demi kepentingan umum, penuh solidaritas dan disiplin serta belas kasih. Di seminari mereka belajar taat dan hormat kepada pemimpinnya sekaligus kepada Gereja semesta dan Tuhan sendiri. Di seminari mereka belajar berdoa secara intens, berlatih memimpin doa, ibadat, dll.

  Mengingat tujuan hidupnya yang sangat khas maka para seminaris juga membutuhkan suasana dan sarana yang lebih menyiapkan mereka sesiap mungkin.

  Kendati mereka tinggal di seminari mereka tidak asing terhadap dunia dan keluarga. Tersedia waktu dan kesempatan untuk itu. Di seminari bina diri mereka menjadi komplit dan prima.

  Siswa Seminari St. Paulus Nyarumkop merupakan kaum muda Katolik yang sedang mendekati masa dewasa, di mana para seminaris sedang mengalami proses pertumbuhan fisik dan perkembangan mental. Di bawah ini adalah tahap-tahap proses pertumbuhan para seminaris sebagai kaum muda Katolik: a.

  Pertumbuhan Fisik Perkembangan fisik merupakan gejala yang paling nampak pada para kaum muda.

  Berkat pertumbuhan fisik itu para seminaris sebagai anak laki-laki akan semakin menampakkan dirinya sebagai pria. Berkaitan dengan pertumbuhan fisik para seminaris sebagai kaum muda akan mempersoalkan cepat dan lambatnya pertumbuhan. Bersamaan dengan pertumbuhan fisik siswa seminaris juga mulai menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan seks dan pergaulan dengan lawan jenis (Mangunhardjana, 1986: 12).

  b.

  Perkembangan Mental Perkembangan mental nampak pada gejala-gejala perubahan dalam perkembangan intelektual, dan cara berpikir. Pada masa ini masa kanak-kanak sudah mulai ditinggalkan, mereka tidak lagi berpikir dengan konsep-konsep yang konkrit, tetapi dengan konsep-konsep yang lebih abstrak. Para seminaris sebagai kaum muda juga akan mulai berpikir secara kritis untuk menggali pengertian tentang diri mereka sendiri, membentuk gambaran diri mereka, peranan yang diharapkan mereka, panggilan hidup dan masa depan mereka. Oleh sebab itu pada tahap inilah para siswa Seminari St. Paulus Nyarumkop akan mulai melihat panggilan hidupnya (Mangunhardjana, 1986: 13). c.

  Perkembangan Emosional Perkembangan emosional akan nampak pada semangat kaum muda yang berapi- api, perpindahan gejolak hati yang cepat, keras kepala dan tingkah laku yang terlalu over acting. Masalah yang dihadapi kaum muda di sekitar perkembangan emosional adalah bagaimana menilai baik buruknya emosi dan bagaimana menguasai dan mengarahkannya (Mangunhardjana, 1986: 13-14).

  d.

  Perkembangan Sosial Perkembangan sosial para kaum muda menyangkut perluasan jalinan hubungan dengan orang lain. Masalah-masalah penting yang dihadapi kaum muda sehubungan dengan perkembangan sosial adalah masalah-masalah sekitar pergaulan mereka dengan teman-teman seperti: cara masuk dalam kelompok, bergaul dengan kelompok, dan peranan mereka dalam kelompok (Mangunhardjana, 1986: 13-14).

  e.

  Perkembangan Moral Perkembangan moral membawa kaum muda ke dalam tingkat hidup yang lebih daripada masa sebelumnya. Mereka sudah mulai mempertanyakan dan ingin mengetahui dasar-dasar mengapa hal-hal dan tindakan itu baik dan buruk. Masalah-masalah moral itu tidak hanya terbatas pada diri mereka, tetapi meluas sampai pada masalah moral dalam hidup masyarakat, misalnya: kejahatan dalam

  Dari sini akan muncul masalah panggilan hidup, oleh sebab itu kaum muda akan mengalami berbagai ketegangan batin (Mangunhardjana, 1986: 15).

  f.

  Perkembangan Religius Perkembangan religius menyangkut hubungan dengan Tuhan. Pada umur-umur menjelang dewasa praktik ajaran, bahkan Tuhan sendiri dipertanyakan dengan berbagai cara, entah lewat pertanyaan atau sengaja tidak menjalankan lagi kegiatan-kegiatan Gereja. Di sini mereka mau mengetahui segi-segi yang paling dalam tentang Tuhan. Dari sini mereka mau mengorek bagaimana menjadi orang religius sejati (Mangunhardjana, 1986: 15-16).

  Berdasarkan proses pertumbuhan yang dijalani oleh para seminaris yang tidak lain adalah kaum muda Katolik, maka pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat perlu memberikan pelayanan dan pendampingan yang memadai bagi perjalanan hidup panggilan mereka agar dapat menjawab segala pertanyaan yang selalu hadir dalam hidup kaum muda (Mangunhardjana, 1986: 16).

Dokumen yang terkait

REDESAIN SEMINARI TINGGI SANTO PAULUS YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN SEMINARI TINGGI SANTO PAULUS YOGYAKARTA (PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU).

0 3 13

I.1. Lata LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN SEMINARI TINGGI SANTO PAULUS YOGYAKARTA (PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU).

0 4 4

TINJAUAN ESENSI PROYEK LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN SEMINARI TINGGI SANTO PAULUS YOGYAKARTA (PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU).

1 8 17

KONSEP PERANCANGAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN SEMINARI TINGGI SANTO PAULUS YOGYAKARTA (PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU).

0 8 29

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG NORMA-NORMA PERNIKAHAN MELALUI LAYANAN ORIENTASI DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL

0 0 24

SKRIPSI POKOK PEWARTAAN PAULUS DALAM SURAT RASUL PAULUS KEPADA JEMAAT DI GALATIA UNTUK KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS PADUA PAROKI KALASAN YOGYAKARTA

0 5 171

UPAYA MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN KRISTIANI KAUM MUDA MILIRAN, PAROKI BACIRO, YOGYAKARTA, MELALUI KATEKESE SKRIPSI

0 2 188

UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN MASA TUA BAGI PARA SUSTER FCJM LANJUT USIA DI INDONESIA MELALUI KATEKESE SKRIPSI

0 2 188

MENINGKATKAN PENGHAYATAN KAUL KEMISKINAN DALAM PELAYANAN DAN PERSAUDARAAN KONGREGASI BRUDER MARIA TAK BERNODA (MTB) MELALUI KATEKESE

0 1 140

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAHASISWI TENTANG ABORSI BAGI MAHASISWI ASRAMA KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT DI YOGYAKARTA MELALUI KATEKESE AUDIO VISUAL SKRIPSI

0 0 137