Deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas III SMP Budi Mulia Padon, Sleman-Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan - USD Repository

  DESKRIPSI MOTIVASI INTRINSIK DALAM BELAJAR SISWA KELAS III SMP BUDI MULIA PADON, SLEMAN – YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

  SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

  Oleh: Edisman Siallagan

  NIM: 051114005 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

  MOTTO Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh.

  Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.

  (II Petrus 1:10) “Tidak ada jalan yang mulus untuk sukses, giat bekerja adalah kuncinya”.

  (Penulis) Skripsi ini kupersembahkan untuk:

  Yesus Kristus Sang Juru Selamatku dan Bunda Maria yang senantiasa melindungi umatnya, Kongregasi Bruder Budi Mulia

  

ABSTRAK

DESKRIPSI MOTIVASI INTRINSIK DALAM BELAJAR SISWA

KELAS III SMP BUDI MULIA PADON, SLEMAN -

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

  

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN

TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Edisman Siallagan

051114005

  Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman Yogyakarta, tahun ajaran 2009/2010. Masalah pertama yang diteliti adalah “Bagaimana deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman - Yogyakarta, tahun ajaran 2009/2010?”. Masalah kedua adalah “Topik-topik bimbingan manakah yang sesuai untuk meningkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman - Yogyakarta?”.

  Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman – Yogyakarta yang berjumlah 58 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah “kuesioner motivasi intrinsik dalam belajar siswa”. Kuesioner tersebut terdiri dari 60 butir. Teknik analisa data yang digunakan adalah perhitungan persentase dengan pendistribusiannya berdasarkan rumus Penilaian Acuan Patokan tipe I. Tingkat motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman

  • – Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 digolongkan menjadi 5 yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman - Yogyakarta sebagai berikut: (1) tidak ada siswa yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar sangat tinggi dan sangat rendah, (2) 3 siswa memiliki motivasi intrinsik dalam belajar tinggi, (3) 29 siswa memiliki motivasi intrinsik dalam belajar cukup, (4) 26 siswa memiliki motivasi intrinsik dalam belajar rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diusulkan topik-topik bimbingan yang dapat meningkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman - Yogyakarta. Topik-topik bimbingan tersebut adalah: Motivasi Intrinsik dalam

  

ABSTRACT

THE DESCRIPTION OF VIII GRADE STUDENTS’ INTRINSIC

LEARNING MOTIVATION IN BUDI MULIA PADON,

SLEMAN- YOGYAKARTA JUNIOR HIGH SCHOOL

  

ACADEMIC YEAR OF 2009 /2010

AND ITS IMPLICATION TOWARDS

GUIDANCE TOPICS PROPOSAL

Edisman Siallagan

  

051114005

  The purpose of this research was to gain a description on the VIII grade students’ intrinsic learning motivation in Budi Mulia Padon Sleman Yogyakarta Junior High School, in academic year of 2009/2010. The first problem which was studied was “How was the description of VIII grade students’ intrinsic learning motivation in Budi Mulia Padon Sleman Yogyakarta Junior High School, in academic year 2009/2010?”. Second problem was “Which counselling topic was appropriate to increase the VIII grade students’ intrinsic learning motivation in Budi Mulia Padon Sleman Yogyakarta Junior High School?”.

  This research uses was descriptive approach. The subjects in this research were VIII grade students in Budi Mulia Padon Sleman Yogyakarta Junior High School by the total amount of 58 students. There are 60 items presented in the questionnair. The technique of data analysis used was calculation of percentages and its level by its distribution based on the formulation of Type I Standard Reference Evaluation. The level of VIII grade students’ intrinsic learning motivation in Budi Mulia Padon Sleman Yogyakarta Junior High School in academic year of 2009/2010 was classified into 5, i.e.: very high, high, moderate, low, very low.

  The result of this research revealed the description of VIII grade students’ intrinsic learning motivation as follow: (1) there were no students who had very high and very low intrinsic learning motivation, (2) 3 students had high intrinsic learning motivation, (3) 29 students had moderate intrinsic learning motivation, and (4) 26 students had low intrinsic learning motivation. Based on these results, it was proposed counselling topics that could increase the VIII grade students’ intrinsic learning motivation in Budi Mulia Padon Sleman Yogyakarta Junior

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, dan berkatNya yang telah diberikan selama belajar di Universitas Sanata Dharma, sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar, sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana. Selama menjalani studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta banyak pengalaman berharga yang diperoleh, dengan pengalaman tersebut kiranya membantu dalam dunia bimbingan nantinya.

  Selama penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penulisannya. Tanpa bantuan, bimbingan dan kerelaan mereka mungkin akan banyak hambatan yang dihadapi. Pada kesempatan ini, secara khusus dihaturkan terima kasih kepada:

  1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ibu Dra. Maria Josepha Retno Priyani, M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing dan mendampingi dengan penuh kesabaran, memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dan memberikan dorongan kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.

  3. Bapak F.X. Indaryanto, S.Pd. sebagai kepala Sekolah SMP Budi Mulia Padon, Sleman – Yogyakarta yang telah berkenan memberi ijin untuk penelitian.

  4. Guru-guru dan karyawan SMP Budi Mulia Padon, Sleman – Yogyakarta yang telah menerima dan membantu proses penelitian, sehingga penelitian dilakukan dengan lancar.

  5. Sr. Maria Asumpta, SND dengan guru-guru dan karyawan SMP St. Aloysius Denggung yang telah memberi ijin dan mendukung untuk uji coba penelitian di sekolah tersebut.

  6. Para Bruder Budi Mulia Klepu yang telah memberi dukungan untuk penulisan

  DAFTAR ISI

  6 BAB II LANDASAN TEORI …………………………………….....

  16 1. Pengertian bimbingan …………………………………….....

  14 C. Bimbingan …………………………………………………….....

  11 2. Motivasi ekstrinsik …………………………………….....

  11 1. Motivasi intrinsik …………………………………….....

  7 B. Macam-macam motivasi …………………………………….....

  7 A. Pengertian motivasi …………………………………….....

  5 E. Definisi operasional …………………………………….....

  HALAMAN JUDUL …………………………………………….... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………….... ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………… iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN …..………….. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……..... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………. vi ABSTRAK …………………………………………….... vii

  5 D. Manfaat penelitian …………………………………….....

  4 C. Tujuan penelitian …………………………………………….....

  1 B. Rumusan masalah …………………………………………….....

  1 A. Latar belakang masalah …………………………………….....

  KATA PENGANTAR ……………………………………..... ix DAFTAR ISI ……………………………………………………..... x DAFTAR TABEL ……………………………………………..... xii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………..... xii BAB I PENDAHULUAN …………………………………….....

  

ABSTRACT ……….. …………………………………………….... viii

  16

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………….....

  23 A. Jenis penelitian …………………………………………….....

  23 B. Subjek penelitian …………………………………………….....

  23 C. Alat pengumpul data …………………………………….....

  23 1. Kuesioner motivasi intrinsik belajar siswa ……………......

  24 2. Uji coba kuesioner motivasi intrinsik belajar siswa …….......

  26 a. Validitas …………………………………………….....

  28 b. Reliabilitas …………………………………….....

  30 D. Pengumpulan data ……………………………………….

  32 1. Tahap persiapan …………………………………….....

  32 2. Tahap pelaksanaan …………………………………….....

  32 E. Teknik analisa data …………………………………….....

  33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …….....

  36 A. Hasil penelitian …………………………………………….....

  37 B. Pembahasan …………………………………………….....

  38 BAB IV USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN …………….....

  44 BAB VI RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN …….....

  51 A. Ringkasan …………………………………………….....

  51 B. Kesimpulan …………………………………………….....

  54 C. Saran-saran …………………………………………….....

  55 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….....

  56 LAMPIRAN …………………………………………………….....

  58

  DAFTAR TABEL Tabel 1: Rincian Kisi-Kisi Motivasi Intrinsik Belajar Siswa dan Sebaran Item-

  Item Kuesioner Tabel 2: Rincian Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Intrinsik Belajar Siswa dan

  Sebaran Item-Item Setelah Uji Coba Kuesioner Tabel 3: Jadwal Pengumpulan Data Penelitian Tabel 4: Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I Tabel 5: Penggolongan Motivasi Intrinsik Belajar Siswa Kelas VIII SMP Budi

  Mulia Padon Tahun Ajaran 2009/2010 Tabel 6: Usulan Topik-Topik Bimbingan DAFTAR LAMPIRAN Lamp. 1: Kuesioner Motivasi Intrinsik Belajar Siswa Yang Diuji Coba …………………………………………………………………........ (1) Lamp. 2: Tabulasi Data Uji Coba Kuesioner Motivasi Intrinsik dalam Belajar Siswa …………………………………………………………........ (9) Lamp. 3: Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Motivasi Intrinsik dalam Belajar ……………………………………………………………..... (15) Lamp. 4: Kuesioner Motivasi Intrinsik Belajar Siswa……..…….... (26) Lamp. 5: Tabulasi Data Penelitian Motivasi Intrinsik dalam Belajar Siswa ………………………………………………………………………. (32) Lamp. 6: Perhitungan Gambaran Motivasi Intrinsik dalam Belajar Siswa ……………………………………………………………………….. (42) Lamp. 7: Kualifikasi Motivasi Intrinsik Belajar Siswa……............. (45) Lamp. 8: Total Skor Motivasi Intrinsik Belajar Yang Didapat …………………………………………………………………….…. (48)

BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Banyak guru mengeluh karena rendahnya semangat belajar siswa. Setiap

  guru berharap agar siswa dapat memusatkan pikiran dan perhatian pada kegiatan belajarnya. Harapan para guru tersebut berbanding terbalik dengan respon sebagian siswa yang kurang memberikan perhatian pada kegiatan belajar. Siswa kurang memperhatikan pelajaran yang diberikan guru, siswa bercakap-cakap dengan siswa lain sewaktu guru menjelaskan pelajaran, asyik melukis sesuatu di dalam bukunya, tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR), kurang siap menghadapi ulangan/ujian, ada yg berpandangan bahwa yang penting asal lulus, dan sebagainya. Nampaknya para guru harus berusaha membimbing dan membantu siswa agar lebih semangat dalam belajar.

  Guru berperan membantu siswa agar memiliki semangat belajar yang tinggi. Siswa dibantu agar memiliki motivasi belajar. Siswa harus memiliki semangat belajar yang berasal dari dalam diri sendiri agar kegiatan belajar berlangsung efektif. Kondisi belajar yang kondusif dan menyenangkan dapat meningkatkan

  2  

   

  Siswa perlu menyadari tujuan belajarnya. Dengan menyadari tujuan belajar siswa dapat meningkatkan semangat belajar dari yang tidak bersemangat menjadi lebih bersemangat. Pemahaman dan kesadaran akan tujuan belajar akan membuat yang bersangkutan giat belajar dan berlatih. Motivasi berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai. Motivasi menggerakkan tingkah laku untuk mencapai tujuan tersebut. Tingkah laku timbul karena adanya suatu kebutuhan. Tingkah laku mengarah dan diteruskan pada pencapaian tujuan untuk memuaskan kebutuhan itu (Handoko, 1992: 19).

  Kurangnya motivasi intrinsik belajar siswa disebabkan beberapa faktor, antara lain: 1) kehidupan di luar sekolah menawarkan banyak hal yang dapat membuat orang merasa puas, meskipun rasa puas itu tidak dapat bertahan lama; 2) adanya pengaruh negatif dari teman-teman yang tidak menghargai prestasi tinggi dalam belajar di sekolah dan prestasi di bidang lain; 3) ada kekaburan mengenai cita-cita kehidupan sesudah tamat sekolah; 4) keadaan keluarga yg kurang menguntungkan, karena sejak kecil anak kurang ditantang untuk memberikan prestasi yang patut dibanggakan atas dasar usahanya sendiri; 5) adanya sikap kritis sejumlah orang muda terhadap masyarakat, sehingga mereka meragukan kegunaan dari belajar di sekolah (Winkel, 2009: 197).

  Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Kedua aspek motivasi tersebut diperlukan dalam kegiatan belajar sehingga kegiatan belajar dapat berhasil. Namun dilihat dari tujuan yang

  3  

   

  upaya untuk memenuhi kebutuhan, tanpa melakukan kegiatan belajar siswa tidak dapat memperoleh apa yang dibutuhkan. Misalnya: siswa membutuhkan ilmu pengetahuan maka siswa harus belajar sehingga memperolehnya, tanpa belajar siswa tidak dapat memperoleh ilmu pengetahuan tersebut. Motivasi intrinsik mendorong siswa melakukan kegiatan belajar dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat karena di luar kegiatan tersebut siswa tidak dapat memperoleh apa yang dibutuhkan. Siswa hanya dapat memperoleh apa yang dibutuhkan dengan melakukan kegiatan belajar.

  Pada umumnya siswa SMP cenderung memiliki semangat belajar kalau disertai dengan hadiah atau penguatan. Jika diberi hadiah maka kegiatan belajar akan dilakukan dengan penuh semangat dan sungguh-sungguh, akibatnya bisa terjadi ketergantungan pada hadiah. Oleh karena itu, lebih baik apabila kegiatan belajar tidak tergantung pada hadiah atau stimulus dari luar. Kegiatan belajar yang didorong dari luar diri kurang efektif secara berkelanjutan. Siswa harus dibimbing agar belajar yang didasari motivasi dari dalam atau intrinsik, tidak tergantung pada hadiah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru pembimbing adalah dengan memberikan layanan bimbingan yang tersusun dan terencana dalam suatu program bimbingan dalam upaya peningkatan motivasi intrinsik belajar (Esti Wuryani, 2008: 330).

  Penelitian diadakan pada siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon dengan alasan bahwa 1) banyak guru mengeluhkan tentang rendahnya motivasi intrinsik

  4  

   

  asyik melukis sesuatu di dalam bukunya, tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR), kurang siap menghadapi ulangan/ujian, ada yg berpandangan bahwa yang penting asal lulus, dan sebagainya, 2) sekolah ini adalah sekolah swasta yang dikelolah oleh Yayasan Budi Mulia Lordes dengan visi “Pendidikan Budi Mulia adalah lembaga pendidikan yang membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang bermutu secara kognitif, afektif dan psikomotorik berdasarkan iman kristiani,” dan misi “mengupayakan dan mencari pola-pola inovatif agar para insan pendidikan Budi Mulia dapat menjadi manusia utuh yang berkembang secara optimal” (Kongregasi Bruder Budi Mulia, 2006: 5). Yayasan Budi Mulia Lordes mendukung upaya guru meningkatkan semangat belajar secara inovatif agar siswa dapat tumbuh dan berkembang secara utuh. 3) kebanyakan siswa memilih sekolah di SMP Budi Mulia Padon karena tidak diterima di sekolah negeri.

  Kegiatan belajar berhubungan erat dengan motivasi. Jika belajar tanpa motivasi maka belajar tidak akan berhasil, atau membawa perubahan. Motivasi menjadi dasar penggerak dalam melakukan kegiatan belajar yang menghasilkan perubahan tingkah laku (Djamarah, 2008: 153). Hasil belajar akan menjadi optimal, apabila ada motivasi.

B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010?

  5  

   

  2. Topik-topik bimbingan manakah yang sesuai untuk meningkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010?

  C. Tujuan Penelitian

  1. Memperoleh gambaran motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.

  2. Menyusun topik-topik bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman, Yogyakarta.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Siswa Kelas VIII Setelah mengikuti bimbingan klasikal dengan topik-topik bimbingan yang diusulkan siswa menjadi tahu manfaat motivasi intrinsik dalam belajar.

  2. Bagi Guru Pembimbing Guru pembimbing mampu menyusun dan mengembangkan program bimbingan untuk meningkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon kelas VIII.

  3. Bagi Peneliti

  6  

   

  Peneliti mengetahui gambaran motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Padon, Sleman – Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.

  4. Bagi kepala sekolah Mengetahui dan mendukung pelaksanaan program bimbingan untuk meningkatkan motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VIII SMP

  Budi Mulia Padon.

E. Definisi Operasional

  1. SMP Budi Mulia Padon adalah salah satu sekolah di bawah naungan Yayasan Budi Mulia Lordes, yang beralamat di Padon, Sendangrejo, Minggir, Sleman, Yogyakarta

  2. Motivasi intrinsik dalam belajar adalah motif-motif yang telah aktif dan tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan suatu aktivitas yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan,dan nilai-sikap.

  3. Topik-topik bimbingan adalah pokok-pokok pembicaraan dalam suatu kegiatan bimbingan

     

BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memuat pengertian motivasi, macam-macam motivasi, pengertian

  bimbingan, program bimbingan dan peran bimbingan dalam meningkatkan motivasi intrinsik belajar siswa.

A. Pengertian Motivasi

  Motivasi berasal dari bahasa Latin, yaitu motivum. Kata motivum menunjuk pada alasan tertentu mengapa sesuatu itu bergerak. Dalam bahasa Inggris kata motivasi disebut motivation yang berasal dari kata motivum (Esti Wuryani, 2008: 329). Secara etimologis motivasi berasal dari kata “motif”. Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif adalah dorongan/alasan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu/melakukan tindakan/bersikap tertentu (Handoko, 1992: 9). Motif juga diartikan sebagai daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu (Hamzah, 2008: 3). Jadi Motivasi adalah suatu daya, energi dan tenaga yang telah aktif dalam diri seseorang, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya (Handoko, 1992: 9).

  Dengan motivasi seseorang didorong untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah, 2008: 3).

  8  

   

  tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 2007: 74). Pengertian motivasi ini dikemukakan oleh Mc. Donald dalam tiga elemen penting yakni; (1) bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia, maka akan menyangkut kegiatan fisik manusia. (2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. (3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya terdorong oleh adanya unsur lain yaitu tujuan.

  Mc. Donald mengatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afeksi (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu, berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dalam aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya (Djamarah, 2008: 148).

  Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha untuk meniadakan perasaan tidak suka itu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan

  9  

    kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

  Dikatakan “keseluruhan”, karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar (Sardiman, 2007: 75).

  Motivasi belajar adalah dasar penggerak yang mendorong siswa melakukan kegiatan belajar yang menghasilkan perubahan tingkah laku (Djamarah, 2008: 153). Dasar penggerak dalam bentuk faktor psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan terungkap lewat sikap dan tingkah laku.

  Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, perasaan senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang memiliki tingkat inteligensi yang tinggi, dapat menjadi gagal dalam belajar karena kurang memiliki motivasi. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, tentu saja membutuhkan keterlibatan guru dalam memberi motivasi yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa.

  Dalam kegiatan belajar mengajar apabila siswa tidak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sungguh-sungguh, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya mengapa siswa bersikap demikian. Sebabnya bisa bermacam-macam yakni suasana hati yang tidak menentu, sakit, lapar, atau problem pribadi dan lain-lain.

  Kondisi seperti itu menunjukkan bahwa pada diri siswa tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki daya, semangat dalam belajar. Untuk itu perlu adanya upaya untuk

  10  

   

  Pada umumnya siswa membutuhkan kepercayaan sosial dan tidak mau dikucilkan. Misalnya siswa diberi peran dalam kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler di sekolah. Peranan dalam suatu kegiatan dapat memberikan rasa percaya diri pada siswa. Siswa merasa dihargai dan berguna atau dihormati oleh guru dan teman sebayanya. Perhatian, pengakuan, status, martabat, dan sebagainya merupakan kebutuhan yang wajar serta dapat memberikan motivasi bagi siswa dalam belajar (Wuryani Esti, 2008: 331)

  Kebutuhan akan perhatian dan penghargaan, membangkitkan minat siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Minat merupakan kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Minat sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya, dan siswa lebih mudah mengerti dan memahami pelajaran yang menarik minatnya. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat, karena minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempengaruhi semangat belajar dan dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa. Jadi minat merupakan sumber dari motivasi yakni keinginan hati yang diwujudkan dalam sikap dan tingkah-laku untuk mencapai tujuan (Sardiman, 2007: 76).

  11  

   

B. Macam-Macam Motivasi

  Motivasi belajar dibedakan dalam dua bentuk, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Sebagai motivasi, kedua motivasi ini ada pada diri subjek dan memberikan arah pada kegiatan belajar.

1. Motivasi Intrinsik

  Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2007: 89). Motivasi intrinsik dalam belajar merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu. Misalnya, siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, keinginan menjadi orang yang terdidik, atau ingin menjadi ahli di bidang ilmu tertentu (Winkel, 2009: 195).

  Keinginan untuk menjadi ahli dan orang yang terdidik, berpangkal pada penghayatan akan kebutuhan dan daya upaya siswa dalam melakukan kegiatan belajar, untuk memenuhi kebutuhan itu (Winkel, 2009: 195). Keinginan siswa tersebut hanya dapat dipenuhi dengan belajar yang giat, karena tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, selain belajar.

  Siswa belajar dengan perasaan senang, karena siswa menyadari bahwa dengan belajar, dia memperkaya dirinya sendiri. Motivasi intrinsik belum tentu

  12  

   

  guru menyadarkan anak akan kaitan antara belajar dan menjadi orang yang berpengetahuan. Maka, biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul dari dalam diri sendiri namun pengaruh dari pendidik telah ikut menanamkan kesadaran itu. Yang khas pada motivasi instrinsik, karena belajar dapat didorong oleh motivasi yang kuat (Winkel, 2009: 196).

  Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2007: 89). Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada yang mendorongnya, karena sudah jelas ia rajin mencari buku-buku yang perlu untuk dibacanya. Adanya dorongan untuk membaca buku karena siswa mempunyai keinginan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Kemudian kalau dilihat dari tujuan kegiatan yang dilakukannya (kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perubahan belajar itu sendiri. Contoh; seorang siswa melakukan aktivitas belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain.

  Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik memiliki ciri-ciri sebagai berikut 1) tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai); 2) ulet menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa), tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi

  13  

   

  mandiri; 5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif); 6) dapat mempertanggungjawabkan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu); 7) tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya; 8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal (Sardiman, 2007: 83).

  Motivasi intrinsik bertujuan inheren dengan situasi belajar dan kebutuhan serta siswa menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu (Djamarah, 2008). Misalnya, siswa cenderung mengerjakan tugas-tugas yang menantang dan berusaha untuk menemukan penyelesaiannya sendiri. Siswa termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah melainkan karena orientasinya pada masa depan. Maka kegiatan belajar dipandang sebagai jalan menuju ke realisasi cita-cita.

  Siswa yang tidak bermotivasi intrinsik, sulit sekali melakukan aktivitas belajar secara terus-menerus. Siswa yang bermotivasi intrinsik, selalu ingin maju dan memiliki keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan dan berani bertanya kepada siapa saja bila menghadapi masalah. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang.

  14  

   

  terus-menerus, belajar secara terencana dan terjadwal, dan senang dan rajin membaca buku pelajaran. Dia belajar bukan karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi, mengharapkan pujian orang lain atau mengharapkan hadiah berupa benda, tetapi karena keinginan kuat untuk maju dan memperoleh keberhasilan. Tanpa diberikan janji-janji yang muluk-mulukpun siswa rajin belajar. Perintah tak diperlukan, karena tanpa perintah, siswa sudah taat pada jadwal belajar yang dibuatnya sendiri.

2. Motivasi Ekstrinsik

  Motivasi ekstrinsik adalah aktivitas belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. Misalnya, siswa rajin untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan kepadanya kalau berhasil baik; siswa yang tekun dalam belajar untuk menghindari ancaman akan hukuman, dan siswa yang belajar demi memperoleh pujian (Winkel, 2009: 194).

  Dorongan atau daya penggerak untuk belajar, bersumber pada penghayatan suatu kebutuhan, tetapi kebutuhan itu sebenarnya dapat dipenuhi melalui kegiatan lain, tidak harus melalui kegiatan belajar. Maka kegiatan belajar hanya untuk memenuhi kewajiban. Misalnya; siswa dapat memiliki kendaraan bermotor dengan cara lain, selain belajar. Hubungan antara kegiatan belajar dan memiliki sepeda motor, dibuat-buat atau diciptakan sendiri, atas prakarsa orang tua yang

  15  

   

  kebutuhan yang pada dasarnya juga dapat dipenuhi dengan menggunakan sarana lain.

  Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh seseorang, biarpun orang lain mungkin memegang peranan dalam menimbulkan motivasi itu. Maka, yang khas pada motivasi ekstrinsik bukanlah ada atau tidak adanya pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada dasarnya dapat dipenuhi dengan cara lain (Winkel, 2009: 195).

  Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar.

  Berbagai macam cara bisa dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat siswa dalam rangka menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas (Djamarah, 2008: 151).

  Motivasi ekstrinsik ini bukan berarti tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan tetap dibutuhkan, karena keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga perlu motivasi ekstrinsik (Sardiman, 2007: 91).

  Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi dalam belajar akan menunjukkan hasil belajar yang baik. Dengan kata lain,

  16  

   

  motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

C. Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

  Menurut Natawidjaja (dalam Winkel, 2004: 29) bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian sumbangan dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta memberikan sumbangan yang berarti.

  Menurut Moegiadi (dalam Winkel, 2004: 29) bimbingan dapat berarti (1) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri (2) suatu cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya (3) sejenis pelayanan kepada individu-individu, agar mereka dapat menemukan pilihan menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan di mana mereka hidup (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menentukan dan

  17  

   

  Berdasarkan pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1992, bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta didik dan kelemahan dirinya sendiri. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara objektif lingkungan, baik lingkungan sosial maupun fisik. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, maupun bidang budaya/keluarga/kemasyarakatan (Winkel, 2004: 43).

  Menurut Jones (dalam Prayitno, 2004: 93) bimbingan merupakan pemberian bantuan oleh seseorang kepada orang lain dalam menemukan pilihan, penyesuaian diri dan pemecahan permasalahan. Sama halnya dengan Jones, maka Crow dan Crow juga mengemukakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang dapat diberikan oleh pribadi yang terdidik dan terlatih baik pria maupun wanita, setiap individu yang dapat menjalani hidup, memperluas wawasan, mengambil keputusannya sendiri dan menanggung bebannya sendiri. Crow dan Crow menambahkan pula bahwa pembimbing harus memperoleh latihan khusus agar pemberian bantuan dapat dipertanggungjawabkan, karena erat hubungannya dengan perubahan hidup dan nasib seseorang (Winkel, 2004: 28).

  18  

   

2. Program Bimbingan

  Arti kata “Program” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1994) adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan. Menurut Winkel (2004: 91) “Program bimbingan (guidance program) adalah sesuatu rangkaian bimbingan yang terencana terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu”.

  Pelayanan bimbingan diwujudkan dalam sejumlah kegiatan bimbingan yang tercakup dalam suatu program bimbingan, yang dikatakan bertujuan, agar siswa mampu (1) mengembangkan pengertian dan pemahaman diri selama proses kemajuannya di sekolah, (2) mempertemukan pengetahuan tentang dirinya sendiri dengan informasi tentang kesempatan kerja yang ada secara tepat dan bertanggungjawab, yang akhirnya diwujudkan dalam membuat pilihan-pilihan, (3) mewujudkan penghargaan terhadap pribadi orang lain, (4) mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya, baik dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang- bidang lain kehidupan lainnya (Winkel, 2004: 66).

  Program bimbingan adalah rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi dalam suatu periode tertentu, misalnya satu tahun ajaran (Winkel, 2004: 119). Program kegiatan bimbingan yang disusun dalam suatu periode tertentu, menjadi pegangan bagi guru pembimbing dalam memberikan layanan bimbingan. Pelayanan bimbingan terutama diberikan kepada para siswa, dengan membantu mereka dalam mengenal diri sendiri, memberikan

  19  

   

  mencapai tujuan itu, mengatasi masalah yang timbul berkaitan studi akademik, hubungan dengan orang lain dan pelaksanaan rencana masa depan. Di sekolah menengah, pelayanan bimbingan juga dapat diberikan kepada kepala sekolah, para guru, dan para orang tua murid, sejauh itu menyangkut kepentingan siswa.

  Misalnya, tenaga bimbingan dapat memberikan informasi kepada kepala sekolah tentang aneka jenis masalah yang kerap dihadapi oleh siswa. Tenaga bimbingan dapat memberikan waktu kepada seorang guru untuk berkonsultasi tentang siswa yang menjadi kasus di sekolah. Tenaga bimbingan dapat memberikan ceramah kepada orang tua siswa tentang ciri khas masa remaja, supaya mereka lebih mengerti akan anak-anak mereka (Winkel, 2004: 91).

  Bimbingan beroperasi dalam lingkungan pendidikan sekolah dan memusatkan pelayanannya pada para peserta didik sebagai individu yang harus mengembangkan kepribadiannya masing-masing dan memanfaatkan pendidikan sekolah yang mereka terima bagi perkembangan dirinya. Adanya pelayanan bimbingan di sekolah memberikan jaminan, bahwa semua peserta didik mendapat perhatian sebagai seorang pribadi yang sedang berkembang serta mendapat bantuan dalam menghadapi semua tantangan, kesulitan dan masalah yang berkaitan dengan perkembangan mereka.

  

D. Peranan Bimbingan dalam Meningkatkan Motivasi Intrinsik Belajar

Siswa

  20  

   

  belajarnya. Melalui layanan bimbingan yang terpadu dan berkesinambungan, siswa dapat memperoleh kemampuan dan dukungan serta perhatian, agar ia dapat menyelesaikan tugas-tugas belajarnya dengan baik dan semakin meningkatkan motivasi belajarnya. Kemampuan yang ia butuhkan itu, ia peroleh sebagai hasil dari latihan-latihan dalam pelayanan bimbingan belajar siswa.

  Tujuan utama pelayanan bimbingan yang diberikan oleh guru pembimbing yakni membekali siswa agar lebih siap menghadapi tantangan di masa yang akan datang dan mencegah timbulnya masalah-masalah yang serius di kemudian hari. Pelayanan bimbingan belajar di SMP bertujuan membantu siswa untuk mengenal diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik, menguasai pengetahuan dan keterampilan, dan berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat.

  Pengembangan kurikulum pengajaran di beberapa jenis pendidikan sekolah menengah mempunyai dampak terhadap tuntutan pelayanan bimbingan. Misalnya, kemungkinan untuk memilih di antara beberapa program studi, penerapan sistem belajar siswa aktif, dan pembaharuan materi pelajaran sesuai dengan kemajuan di segala bidang ilmu. Dalam keadaan demikian, siswa sendiri dituntut untuk membuat berbagai pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk meningkatkan motivasi belajar dan untuk menaruh perhatian pada lingkungan hidupnya di masa modern.

  Menurut Winkel (2004: 164), tenaga bimbingan yang bertugas di institusi pendidikan formal harus mengetahui segala permasalahan yang menyangkut

  21  

   

  bimbingan kelompok (klasikal) dan bimbingan individual terutama dalam wawancara konseling.

  Suatu kegiatan bimbingan di bidang akademik yang dapat meningkatkan motivasi intrinsik belajar siswa antara lain:

  1. Menurut peneliti, usaha meningkatkan motivasi intrinsik belajar siswa dapat ditempuh dengan pemberian layanan bimbingan secara berkala (bertahap) tentang cara belajar yang tepat di sekolah dan di rumah, secara individual atau secara kelompok. Perlunya penyadaran tersebut karena siswa bisa tahu cara belajar yang tepat tapi belum tentu mau melaksanakannya karena mudah terbawa oleh suasana lingkungan yang menawarkan banyak hiburan yang menyenangkan sehingga siswa kurang disiplin dalam belajar.

  2. Siswa dibantu untuk mengatasi aneka ragam kesulitan belajar seperti; kurang mampu menyusun dan menaati jadwal belajar di rumah, kurang siap menghadapi ujian dan ulangan, kurang dapat berkonsentrentasi dalam belajar, kurang menguasai cara belajar yang efektif diberbagai bidang studi, keadaan rumah yang tidak mendukung sehingga mempersulit kegiatan belajar secara rutin, dan sebagainya (Djamarah, 2008: 233). Dengan demikian, paling sedikit, para siswa didampingi untuk menjadi lebih mahir dalam menanganni persoalan dalam lingkup bidang studi yang diampu oleh seorang guru (Winkel, 2009: 147). Maka tenaga bimbingan harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang seluk beluk belajar, termasuk

  22  

   

Dokumen yang terkait

Tingkat motivasi belajar siswa : studi deskriptif pada siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Surakarta tahun ajaran 2016/2017 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar.

0 0 108

Deskripsi pemahaman siswa kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 tentang pubertas dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

0 0 120

Deskripsi penyesuaian sosial siswa SMP BOPKRI 3 Yogyakarta kelas VII tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial.

1 0 93

Deskripsi motivasi belajar intrinsik siswa kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik bimbingan klasikal.

0 0 120

Deskripsi kesulitan belajar yang intens dialami siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

0 0 149

Deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan.

0 0 117

Deskripsi motivasi belajar intrinsik siswa kelas XI IPS SMA Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2012 2013 dan implikasinya terhadap usulan topik bimbingan klasikal

0 1 118

Deskripsi kesulitan belajar yang dialami oleh mayoritas siswa kelas VIII SMP Negeri Mulyodadi Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal - USD Repository

0 0 68

Deskripsi kebiasaan belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 dan implikasinya terhadap usulan topik bimbingan belajar - USD Repository

0 0 100

Deskripsi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para siswa kelas XI SMA Bruderan Purworejo tahun pelajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal - USD Repository

0 0 91