Deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan.

(1)

vii

DESKRIPSI MOTIVASI INTRINSIK DALAM BELAJAR SISWA KELAS VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Oleh :

Ligan Budi Kurniadi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2012

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan tingkat motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012, (2) mengetahui topik- topik yang layak untuk diusulkan berdasarkan hasil analisis butir yang terindikasi masuk kategori sedang ataupun rendah.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik pada siswa yang berjumlah 45 item. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 tahun pelajaran 2011/2012. Populasi penelitian ini adalah 118 siswa dan yang dijadikan sampel adalah 30 siswa.. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar intrinsik yaitu menyadari akan kebutuhan dalam belajar, belajar dengan gigih untuk meraih tujuan yang ingin di capai, menunjukkan minat yang kuat dan emosi yang stabil, keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki.

Hasil Penelitian adalah (1) motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012 masuk pada kategori sangat tinggi sebesar 27%, pada kategori tinggi 53% , pada kategori sedang 19%, pada kategori rendah 1%, dan 0% pada kategori sangat rendah. (2) pada butir item 0% pada kategori sangat rendah, 0% pada kategori rendah, pada kategori sedang 18%, pada kategori tinggi 22% dan pada kategori sangat tinggi 60%,.


(2)

viii

OF THE SEVENTH GRADE STUDENTS AT STELLA DUCE 2 JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA IN 2011/2012

ACADEMIC YEAR AND ITS IMPLICATIONS TOWARDS THE SUGGESTED TOPICS OF

STUDY GUIDANCE. By:

Ligan Budi Kurniadi Sanata Dharma University

Yogyakarta, 2012

This study belongs to a descriptive research which aimed (1) to describe the level of intrinsic learning motivation of the seventh grade students at Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta in 2011/2012 academic year and (2) to acknowledge the appropriate topics suggested based on the analysis results in learning difficulties item.

The instrument used of this research is a questionnaire about intrinsic learning motivation which consists of 45 items. As a descriptive study, this research employs a survey method. The subject is all seventh grade students at Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta in 2011/2012 academic year. The population was 118 students and 30 students were sampled. The questionnaire is based on the aspects of intrinsic learning motivation,i.e. awareness of the need to learn, learningperseveringlyto achieve the objectives, showing a strong interest as well as being stable in emotions, beliefs about capabilities owned.

The results show that: (1) The intrinsic learning motivation of the seventh grade students at Stella Duce 2 Junior High SchoolYogyakarta in 2011/2012 academic year belongs to very high (27%), high (53%), medium (19%), low (1%), and very low (0%). (2) On the point of 0% (which belongs to very low category), 0% is on low sub category, 18% is in medium sub category, 22% is in high sub category and 60% is in very high sub category.


(3)

i

TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh : Ligan Budi Kurniadi

NIM : 061114040

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(4)

(5)

(6)

iv

“Setiap ada kesungguhan di situlah terdapat

keberhasilan

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertai

setiap langkahku dalam kehidupan ini

Kepada Ayah dan Ibuku yang tercinta Bapakku Carl Benjamin

Budimin dan Ibu Antonia Suharlilik yang senantiasamemberiku

dukungan untuk menyelesaikan sripsi ini

Dosen pembimbingku Bu Setyandari yang selalu dengan penuh


(7)

(8)

(9)

vii

DESKRIPSI MOTIVASI INTRINSIK DALAM BELAJAR SISWA KELAS VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Oleh :

Ligan Budi Kurniadi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2012

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan tingkat motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012, (2) mengetahui topik- topik yang layak untuk diusulkan berdasarkan hasil analisis butir yang terindikasi masuk kategori sedang ataupun rendah.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik pada siswa yang berjumlah 45 item. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 tahun pelajaran 2011/2012. Populasi penelitian ini adalah 118 siswa dan yang dijadikan sampel adalah 30 siswa.. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar intrinsik yaitu menyadari akan kebutuhan dalam belajar, belajar dengan gigih untuk meraih tujuan yang ingin di capai, menunjukkan minat yang kuat dan emosi yang stabil, keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki.

Hasil Penelitian adalah (1) motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012 masuk pada kategori sangat tinggi sebesar 27%, pada kategori tinggi 53% , pada kategori sedang 19%, pada kategori rendah 1%, dan 0% pada kategori sangat rendah. (2) pada butir item 0% pada kategori sangat rendah, 0% pada kategori rendah, pada kategori sedang 18%, pada kategori tinggi 22% dan pada kategori sangat tinggi 60%,.


(10)

viii

OF THE SEVENTH GRADE STUDENTS AT STELLA DUCE 2 JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA IN 2011/2012

ACADEMIC YEAR AND ITS IMPLICATIONS TOWARDS THE SUGGESTED TOPICS OF

STUDY GUIDANCE. By:

Ligan Budi Kurniadi Sanata Dharma University

Yogyakarta, 2012

This study belongs to a descriptive research which aimed (1) to describe the level of intrinsic learning motivation of the seventh grade students at Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta in 2011/2012 academic year and (2) to acknowledge the appropriate topics suggested based on the analysis results in learning difficulties item.

The instrument used of this research is a questionnaire about intrinsic learning motivation which consists of 45 items. As a descriptive study, this research employs a survey method. The subject is all seventh grade students at Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta in 2011/2012 academic year. The population was 118 students and 30 students were sampled. The questionnaire is based on the aspects of intrinsic learning motivation,i.e. awareness of the need to learn, learningperseveringlyto achieve the objectives, showing a strong interest as well as being stable in emotions, beliefs about capabilities owned.

The results show that: (1) The intrinsic learning motivation of the seventh grade students at Stella Duce 2 Junior High SchoolYogyakarta in 2011/2012 academic year belongs to very high (27%), high (53%), medium (19%), low (1%), and very low (0%). (2) On the point of 0% (which belongs to very low category), 0% is on low sub category, 18% is in medium sub category, 22% is in high sub category and 60% is in very high sub category.


(11)

ix

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa seluruh pengalaman saat mengerjakan sksipsi ini merupakan penyertaan dan pertolongan yang terindah dari Tuhan. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses penyelesaian skripsi ini. Baik pengalaman menyenangkan mupun kurang menyenangkan, namun semua pengalaman itu merupakan pelajaran yang berharga bagi perkembangan diri penulis

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, perhatian, dukungan, dan banyak pihak yang telah membantu demi kelancaran dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A. sebagai dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi, banyak


(12)

x

3. Pak Moko sebagai pegawai administrasi Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah bersedia memberikan waktunya dalam proses penelitian maupun selama kuliah.

4. Dra. Anna Harsanti sebagai kepala Sekolah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

5. Fansisca Romana Pipiet, S.Pd dan Suster Bibi S.Pd sebagai guru BK SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah meluangkan waktunya untuk mencari kelas yang bersedia menjadi subjek penelitian dan dukungan kepada peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

6. Siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang dengan tulus memberikan waktu dan pikirannya dalam pengisian kuesioner.

7. Ayahku Carolus Budimin dan ibuku Antonia Suharlilik yang tercinta yang selalu memberikan dorongan dan dukungan, serta perhatian untuk menyelesaikan skripsi ini, serta doa.

8. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberi semangat dan dukungan selama penulisan skripsi ini (Sandi, Ryas, Venti, Stella, Ella Djoang, Ocha, Ano, Agus, Elda, Yoga, Asti, Alit, Jojo)


(13)

xi

langsung maupun langsung selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari akan kekurangan dan kelemahan penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Penulis mohon maaf apabila dalam skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Terima Kasih.

Penulis


(14)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1


(15)

xiii

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Motivasi ... 8

B. Macam-macam Motivasi ... 1. Motivasi Ekstrinsik ... 15

2. Motivasi Intrinsik ... 17

3. Aspek-aspek Motivasi Intrinsik ... 20

C. Motivasi Belajar ... 30

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 30

D. Pengertian Belajar ... 33

E. Bimbingan ... 34

1. Pengertian Bimbingan ... 33

2. Peranan Bimbingan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Subjek Penelitian ... 40

C. Instrumen Penelitian ... 41

1. Kuesioner ... 41

2. Ujicoba Kuesioner ... 43


(16)

xiv

4. Pengembangan Instrumen ... 46

A. Telaah Ahli……… ... 46

D. Pengumpulan Data ... 47

1. Persiapan ... 47

2. Pelaksanaan ... 48

E. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian ... 53

1. Motivasi Belajar Intrinsik Para Siswa SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 53

2. Pembahasan ... 54

B. Usulan Topik-topik Bimbingan dan Konseling Belajar ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(17)

xv

Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 40

Tabel 2 : Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 42

Tabel 3 : Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Realibilitas ... 46

Tabel 4 : Jadwal Pengumpulan Data Penelitian ... 48

Tabel 5 : Kategori Tingkat Motivasi Belajar Intrinsik Kelas VII ... 51

Tabel 6 : Kategorisasi Skor Butir Skala Motivasi Belajar Intrinsik ... 52

Tabel 7 : Penggolongan Subyek Dalam 5 Kategori ... 53

Tabel 8 : Penggolongan Item Dalam 5 Kategori ... 63


(18)

xvi

Lampiran 1 : Tabulasi Skor Uji Coba ... 71

Lampiran 2 : Hasil uji Analisis Validitas dan Realibilitas ... 72

Lampiran 3 : Rekapitulasi Item Valid dan Tidak Valid ... 75

Lampiran 4 : Kuesioner... 76

Lampiran 5 : Tabulasi Penelitian ... 80

Lampiran 6 : Data Hasil Motivasi Belajar Intrinsik ... 98

Lampiran 7 : Tabulasi Data Hasil Capaian Skor Motivasi Belajar Intrinsik 99 Lampiran 8 : Surat Pengantar Uji Coba instrument / Penelitian ... 100


(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah, kegiatan tersebut sebagian besar dilakukan di sekolah, dan sisanya di rumah. Dalam belajar siswa membutuhkan motivasi. Motivasi dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat sehingga akan berdampak ke prestasi siswa tersebut. Namun banyak penurunan motivasi belajar siswa di sekolah belakangan ini, hal ini dapat dilihat dari banyaknya anak sekolah yang membolos sekolah, tidak mengerjakan tugas sekolah, terlalu sering terlambat sekolah, dan lain sebagainya. Penurunan motivasi belajar siswa akan berdampak pada keseriusan siswa dalam belajar dan akan berdampak pada penurunan prestasi belajar siswa di sekolah.

Motivasi sangat diperlukan dalam belajar, karena motivasi mampu mendukung siswa dalam melakukan belajar. Siswa akan


(20)

bersemangat untuk menyelesaikan tugas dan kegiatan belajarnya karena ada motivasi yang kuat dalam dirinya. Keinginan untuk mendapatkan nilai yang tinggi merupakan faktor penting untuk mendukung siswa giat belajar dan hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi siswa itu sendiri. Keinginan siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya dan motivasi dari dalam diri siswa. Hal ini sangat penting bagi siswa untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Siswa yang mengalami penurunan motivasi belajar cenderung tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Gejala yang tampak antara lain: kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran, kelalaian dalam mengerjakan pekerjaaan rumah, rendahnya persiapan saat menghadapi ulangan, adanya pandangan asal lulus, kurangnya minat bertanya pada saat mata pelajaran berlangsung, tidak menggunakan waktu untuk berdiskusi dengan semestinya, tidak ada semangat bersekolah (membolos), sering terlambat sekolah serta kurangnya minat membaca di perpustakaan dan lain sebagainya.

Kebanyakan siswa belakangan ini tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi, hal ini di karenakan kurangnya kesadaran untuk mempunyai keinginan dalam berprestasi, tidak mengetahui cara-cara


(21)

belajar yang efektif sehingga malas untuk belajar, kurangnya menggali kemampuan diri dan lain sebagainya. Motivasi belajar intrinsik sangat baik dalam mencapai prestasi belajar siswa karena motivasi ini tumbuh dari dalam diri dan tidak mudah terpengaruh oleh keadaan lingkungan, sebab ada motivasi yang kuat untuk memiliki kemampuan dan mencapai tujuan, namun sayangnya kebanyakan siswa kurang mempunyai motivasi dari dalam diri mereka cenderung mudah terpengaruh oleh teman ataupun lingkungan sekitarnya.

Melihat adanya kenyataan di atas, di perlukan dukungan serta perhatian yang sangat besar dari orang tua siswa serta dukungan dari orang sekitarnya. Dukungan dan perhatian tersebut akan memunculkan motivasi pada diri siswa. Kerjasama antara guru bimbingan konseling dengan orang tua sangat diperlukan untuk memantau perkembangan anak, sehingga guru bimbingan konseling dapat mengetahui anak-anak yang motivasi belajarnya agak menurun, dan segera ditangani. Salah satu cara yang dapat dilakukan pembimbing adalah memberikan layanan bimbingan yang terstruktur dan terjadwal dalam suatu program bimbingan. Usulan topik-topik bimbingan hendaknya berdasarkan sikap dan tingkah laku yang ditunjukan oleh siswa dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah, untuk inilah dibutuhkan penelitian.


(22)

Berdasarkan hal-hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai motivasi intrinsik dalam belajar.. Peneliti meneliti kelas VII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta karena ingin melihat s tingkat motivasi intrinsik yang dimiliki para siswa.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Melalui penelitian ini, akan diperoleh gambaran mengenai motivasi belajar siswa kelas VII yang dapat digunakan sebagai bahan untuk mengusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Permasalahan pokok dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar Siswa kelas VII SMP Stella Duce VII Yogyakarta Tahun Ajaran 2011-2012 ? 2. Topik-topik Bimbingan manakah yang sesuai untuk meningkatkan

belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011-2012 ?


(23)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran tentang motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012.

2. Menyusun Topik - topik bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan motivasi belajar siwa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 .

D. Manfaat Penelitian

1. Siswa

Siswa kelas VII Stella Duce 2 Yogyakarta dapat menyadari bahwa motivasi intrinsik dalam belajar itu sangat penting untuk meningkatkan prestasi belajar.

2. Guru pembimbing

Berdasarkan motivasi belajar yang ditunjukkan oleh siswa-siswi kelas VII Guru Pembimbing dapat mengembangkan program bimbingan dan menyusun topik-topik bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan motivasi belajar siswa-siswi kelas VII tersebut.


(24)

3. Bagi peneliti

Dapat mengetahui gambaran motivasi belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.

E. Definisi Operasional

1. Siswa dalam Penelitian ini adalah Siswa kelas VII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012

2. SMP Stella Duce 2 Yogyakarta adalah salah satu SMP dibawah yayasan Tarakanita, milik suster-suster tarekat Carolus Boromeus, yang beralamat di Jalan Suryodiningratan 33 yogyakarta

3. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1986: 88)

4. Belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan, nilai-sikap (Winkel, 1996:53)


(25)

5. Bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan (Winkel, 1997: 78)


(26)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian tentang pengertian motivasi, motivasi belajar, pengertian belajar, dan bimbingan belajar.

A. Pengertian Motivasi

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu , terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak (Sardiman, 2005: 73)

Thomas L Good dan Jere B. Brophy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku. Marx dan Tambouch (1967) mengumpamakan motivasi sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasoline (dalam Prayitno, 1986: 8).


(27)

Motivasi adalah proses yang memberi semangat , arah, dan kegigihan perilaku artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,terarah dan bertahan lama (Santrock, 2007: 510)

Menurut Mc.Donald (dalam Sardiman, 1986: 73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian motivasi yang dikemukakan oleh Mc.Donald, motivasi mengandung 3 elemen penting yaitu

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system

“neurophysiological” yang ada pada organism manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.


(28)

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/ terdorong oleh adanya unsure lain dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Dari ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energy yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

Motivasi hendaklah dianggap sebagai sesuatu yang terkait dengan kebutuhan. Maksudnya bahwa individu termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas kalau hasil aktifitas itu memenuhi kebutuhannya. Robert C.Beck pada tahun 1978 (dalam Prayitno, 1989: 8) mengemukakan bahwa pengertian motivasi yang dibahas oleh para ahli meliputi pembahasan tentang kebutuhan untuk berprestasi. Kebutuhan untuk berafiliasi, rangsangan, kebiasaan dan perasaan ingin tahu berasal dari siswa. kebutuhan untuk berprestasi yaitu suatu


(29)

keinginan untuk selalu unggul atau menjadi yang terbaik. Siswa yang memiliki kebutuhan berprestasi yang baik berkata : saya dalam menyelesaikan tugas harus mendapatkan nilai baik. Sedangkan kebutuhan untuk berafiliasi adalah kebutuhan sosial yang meliputi kebutuhan untuk diakrabi, bekerjasama dan diakui secara sosial. Siswa yang memiliki kebutuhan berhubungan sosial yang tinggi berkata : “saya ingin bekerjasama dengan teman, dan teman saya menyayangi dan menghargai.

Anderson dan Faust pada tahun1979 (dalam Prayitno, 1989:10) mengemukakan bahwa motivasi dalam belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, kosentrasi dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar menampakkan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan, tanpa mengenal perasaan bosan, apalagi menyerah. Sebaliknya terjadi pada siswa yang memiliki motivasi rendah, Mereka menampakkan keengganan, cepat bosan dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar


(30)

Menurut Thornburgh (dalam Prayitno, 1989: 26) terdapat lima Karakteristik Umum Motivasi yaitu

a. Tingkah laku yang bermotivasi adalah digerakkan

Pendorongnya mungkin kebutuhan dasar dan mungkin juga kebutuhan yang dipelajari. Kebutuhan dasar misalnya makan dan minum. Kebutuhan yang dipelajari misalnya pujian guru. Oleh karena itu jika siswa bertingkah laku berarti ia sedang memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini tampak bahwa tingkah laku itu penuh arti.

b. Tingkah laku yang bermotivasi memberi arah

Siswa-siswa menyalurkan energinya untuk menyelesaikan tugas-tugas akademis, mengembangkan hubungan sosial, memperoleh penghargaan dan persetujuaan (penerimaan) dari guru dan meningkatkan perasaan mampu. Apabila siswa memilih sumber yang dapat menimbulkan motivasi, maka berarti ia sedang mencapai tujuan yang diharapkannya memuaskan.

c. Motivasi menimbulkan intensitas bertindak

Adanya suatu usaha yang merangsang intelektual siswa maka rangsangan ini merupakan pendorong untuk timbulnya motivasi yang kuat bagi siswa itu. Seorang siswa yang hebat dalam bidang


(31)

akademis atau terkenal dalam bidang atletik maka ia akan termotivasi untuk membuktikan hal itu semuanya. Hal ini akan menimbulkan semangat bekerja yang memungkinkan ia berhasil. d. Motivasi itu adalah efektif

Karena tingkah laku mempunyai arah kepada tujuan, maka siswa memilih tingkah laku yang tepat untuk mencapai tujuan atau memuskan kebutuhannya. Jadi tidaklah selalu siswa akan memiliki motivasi untuk melakukan aktivitas tertentu. Siswa tertentu mungkin tidak menyukai olahraga renang, tetapi ia menyenangi olahraga senam. Siswa ini akan membaca segala sesuatu yang menyangkut senam di perpustakaan sekolah, atau mengikuti les senam dan sebagainya. Jadi jelas bahwa motivasi itu selektif. Karena itu siswa hanya bergairah untuk beraktifitas yang memenuhi kebutuhannya.

e. Motivasi merupakan kunci untuk pemuasan kebutuhan

Untuk termotivasi secara fisik maupun psikis siswa harus merasa adanya kekurangan pada dirinya. Kalau ia merasa ada kurang pada dirinya, maka ia termotivasi untuk memenuhi kekurangan itu.


(32)

Menurut Sardiman (1986: 84) motivasi mempunyai beberapa fungsi yang utama yaitu

Pertama, adalah mendorong manusia untuk berbuat, motivasi berpern sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

Kedua, yaitu menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya

Ketiga, yaitu menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi tujuan dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik,sebab tidak serasi dengan tujuan yang dimilikinya.


(33)

B. Macam-macam motivasi

Motivasi belajar dibahas dalam dua bentuk yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

1. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah aktivitas belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar sendiri. Misalnya, siswa rajin karena ingin memperoleh hadiah yang telah dijanjikan kepdanya kalau berhasil baik; Siswa yang tekun belajar untuk menghindari ancaman dan hukuman; dan siswa yang belajar demi memperoleh pujian ( Winkel 1996: 173)

Winkel (2004: 195) mengemukakan, perilaku yang tergolong motivasi belajar ekstrinsik sebagai berikut:

1. Belajar demi memenuhi kewajiban.

2. Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan. 3. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan. 4. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.

5. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting, misal guru dan orang tua.


(34)

6. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/ golongan administratif. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar (Sardiman 1986: 90) . Sebagai contoh, seseorang akan belajar karena tahu besoknya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh guru atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik atau agar mendapat hadiah / pujian. Jadi, kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.

Namun demikian, bukan berarti motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam belajar mengajar motivasi ekstrinsik tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam


(35)

proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

(Prayitno, 1989: 14) Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan atau keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri siswa untuk belajar. Thornburgh mengatakan bahwa rumusan yang lebih baru menegaskan bahwa motivasi ekstrinsik dinamakan demikian karena tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlihat di dalam aktifitas belajar. Sebagai contoh seseorang siswa belajar Bahasa Inggris dengan tujuan mendapat ijazah atau untuk mematuhi perintah guru. Di dalam belajar siswa yang didorong oleh motivasi ekstrinsik selalu mengharapkan persetujuan guru untuk meyakinkan dirinya bahwa apa yang sedang atau yang telah dikerjakannya itu benar.

2. Motivasi Intrinsik

Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1986: 88). Sebagai contoh seseorang yang senang


(36)

membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkrit seorang siswa melakukan belajar karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, bukan karena tujuan yang lain.

Menurut Sardiman (1986: 83) motivasi yang ada pada diri setiap orang atau disebut juga motivasi intrinsik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik,


(37)

ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya)”.

4) Lebih senang bekerja mandiri.

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai adalah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakan itu bersumber pada suatu kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.

Motivasi intrinsik adalah kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan


(38)

secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu. Misalnya, siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik, atau ingin menjadi ahli di bidang ilmu tertentu (Winkel, 1996: 174)

Menurut Winkel (1996: 174) keinginan untuk menjadi ahli dan orang yang terdidik, berpangkal pada penghayatan akan kebutuhan dan daya upaya siswa dalam melakukan kegiatan belajar, untuk memenuhi kebutuhan itu. keinginan siswa tersebut hanya dapat dipenuhi dengan belajat giat, karena tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli, selain belajar.

Thornburgh (Prayitno, 1989: 10) berpendapat bahwa motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu. Tingkah laku terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari lingkungan. Individu bertingkah laku karena mendapatkan energi dan pengarah tingkah laku yang tidak dapat kita lihat sumbernya dari luar. Atau dengan kata lain individu terdorong untuk bertingkah laku kea rah tujuan tertentu tanpa adanya faktor dari luar. Individu yang digerakan oleh motivasi intrinsik, baru akan puas kalau kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil yang terlibat dalam kegiatan itu


(39)

Dalam proses belajar siswa yang bermotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. Tujuan belajar yang sebenarnya adalah menguasi apa yang sedang dipelajari , bukan karena ingin mendapatkan pujian dari guru. Grage dan Berline (dalam Prayitno, 1989: 11) mengemukakan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsic, aktivitasnya lebih baik dalam belajar daripada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik menunjukkan keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar. Siswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia adapat memecahkan masalah pelajaran dengan benar atau kalau mengerjakan tugas dengan baik. Mempelajari atau mengerjakan tugas-tugas dalam belajar membentuk tantangan baginya dan ia terpaut tanpa terpaksa terhadap tugas-tugas belajar tersebut.

Menurut John W . Santrock (2007 : 515) Terdapat dua jenis motivasi intrinsik yaitu :

a. Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal. Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan


(40)

karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Minat intrinsik siswa akan meningkat jika mereka mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka.

b. Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan berkosentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah

Menurut Phil Louther (Prayitno, 1989: 12) untuk meningkatkan motivasi dalam diri siswa ada beberapa strategi yang perlu dilakukan oleh para guru. Berikut adalah Beberapa strategi dalam mengajar agar para siswa termotivasi secara intrinsik, yaitu : 1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa, sehingga tujuan

belajar menjadi tujuan siswa atau sama dengan tujuan siswa. 2. Memberi kebebasan kepada siswa untuk memperluas kegiatan

dan materi belajar selama masih dalam batas-batas daerah belajar yang pokok.


(41)

3. Memberikan waktu ekstra yang cukup banyak bagi siswa-siswa untuk mengembangkan tugas-tugas mereka dan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada di sekolah.

4. Kadang kala memberikan penghargaan atas pekerjaan para siswa. Meminta para siswa untuk menjelaskan atau membacakan tugas-tugas yang mereka buat, kalau mereka ingin melakukannya. Hal ini perlu dilakukan terutama sekali terhadap tugas yang bukan merupakan tugas pokok yang harus dikerjakan oleh siswa, agar memperlihatkan bahwa tugas itu dikerjakan dengan baik

Berdasarkan keterangan motivasi intrinsik di atas, Motivasi Belajar Intrinsik adalah Motivasi untuk belajar yang berasal dari dalam diri, motivasi ini tidak mudah terpengaruh oleh keadaan lingkungan luar karena adanya keinginan yang kuat dari dalam diri untuk belajar agar dapat meraih cita-cita yang diinginkan.

3. Aspek-aspek motivasi belajar intrinsik

Menurut Woolfolk (2009 :196) aspek-aspek motivasi belajar intrinsik seperti kebutuhan, tujuan, interes/minat, emosi, keyakinan dan skema diri. Keenam aspek tersebut akan dijelaskan secara rinci di bawah ini:


(42)

a) Kebutuhan

Setiap aktivitas yang dilakukan siswa karena adanya dorongan dan kebutuhan tertentu. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan (Dimyati & Mudjiono, 1999: 81). Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk memenuhinya (Uno, 2007: 5). Adanya suatu proses yang dilalui siswa agar kebutuhan tersebut tercapai. Motivasi intrinsik yang muncul yaitu dengan mengerahkan segala kekuatan-kekuatan yang ada pada diri.

Menurut Pintrich (Woolfolk, 2009: 196) terdapat tiga kebutuhan utama yang dapat dikaji secara intensif adalah kebutuhan akan prestasi, kekuasaan, dan afiliasi/hubungan. Kebutuhan akan prestasi menjadi sangat penting bagi siswa untuk belajar lebih giat lagi agar memperoleh prestasi yang baik. Kebutuhan akan kekuasaan seperti siswa memiliki kebutuhan untuk menguasai setiap mata pelajaran yang ada. Kebutuhan akan hubungan adalah keinginan untuk membangun pertalian emosional yang erat dan kelekatan dengan orang lain (Woolfolk, 2009: 196-197). Dengan menjalin hubungan yang baik maka secara otomatis akan meningkatkan motivasi untuk belajar,


(43)

seperti siswa dapat belajar bersama dengan siswa lainnya, berani bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dimengerti. b) Tujuan

Menurut Locke dan Latham tujuan adalah hasil atau pencapaian yang pemenuhannya diperjuangkan oleh seseorang. Dalam mengejar tujuan, siswa pada umumnya menyadari tentang kondisi tertentu saat ini (saya belum membuka buku), kondisi ideal tertentu (saya sudah memahami setiap halaman), dan ketidaksesuaian antara situasi saat ini dan situasi ideal (Woolfolk, 2009: 198).

Menurut Locke dan Latham (Woolfolk, 2009 : 198) ada empat alasan mengapa menetapkan tujuan dapat memperbaiki kinerja. Tujuan:

(1)Mengarahkan perhatian kita ke tugas yang ada di tangan dan menghindari distraksi. Tiap kali pikiran saya berkelana, menjauh dari klaster, tujuan saya untuk menyelesaikan bagian ini membantu mengarahkan perhatian saya kembali ke pekerjaan menulis.

(2)Memberi energi pada usaha. Sampai titik tertentu, semakin menantang tujuannya, semakin besar pula usahanya.


(44)

(3) Meningkatkan persistensi. Bila kita memiliki tujuan yang jelas, kecil kemungkinan kita untuk menyerah sampai kita meraih tujuan itu: tujuan yang sulit menuntut usaha dan tenggat waktu yang ketat menghasilkan kerja yang lebih cepat.

(4) Mendukung perkembangan pengetahuan dan strategi lama tidak berhasil. Sebagai contoh, bila tujuan anda adalah mendapat nilai A dan anda tidak mencapai tujuan itu di kuis yang pertama, anda mungkin mencoba pendekatan belajar baru untuk kuis berikutnya, seperti menjelaskan poin-poin kuncinya kepada seorang teman.

c) Interes/minat dan emosi

Interes/minat dan emosi merupakan dua hal yang saling berkaitan dalam berbagai kegiatan seperti belajar. Siswa lebih cenderung memperhatikan, mempelajari, dan mengingat berbagai kejadian, gambaran, dan bacaan yang membangkitkan respons emosional (Alexander & Murphy; Cowey & Underwood; Reisberg & Heueur, dalam Woolfolk, 2009: 204) atau yang berhubungan dengan interes/minat siswa (Renninger, Hidi, & Krapp, dalam Woolfolk, 2009:204).


(45)

Menurut Schiefele; Wigfield dkk (Santrock, 2008: 206) yaitu riset pada minat terutama telah berfokus pada hubungan antara minat dengan pembelajaran. Minat dihubungkan terutama dengan tindakan pelajaran mendalam, seperti ingatan atas gagasan pokok dan respon terhadap pertanyaan pemahaman yang lebih sulit, dibanding pembelajaran yang hanya pada permukaan, seperti respon terhadap pertanyaan yang sederhana dan ingatan kata-demi-kata atas teks.

Ada dua macam interes/minat yaitu personal (individual) dan situasional. Personal interes/minat atau individual interes adalah aspek yang lebih enduring (tahan lama) pada diri seseorang, misalnya kecenderungan enduring untuk tertarik atau menikmati subjek-subjek seperti bahasa, sejarah, atau matematika, aktivitas-aktivitas seperti olah raga, musik, atau film. Siswa dengan minat individual pada belajar secara umum berusaha mencari informasi baru dan memiliki sikap yang lebih positif terhadap sekolah. Situasional interest adalah aspek yang berumur lebih pendek dari aktivitas, teks, atau materi yang membangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa. Menurut Stipek (Woolfolk, 2009: 204) minat meningkat bila siswa merasa


(46)

kompeten, jadi bahkan bila siswa pada awalnya tidak tertarik dengan suatu objek atau kegiatan, siswa dapat mengembangkan minat bila siswa mengalami kesuksesan.

d) Keyakinan dan skema-diri

(1) Keyakinan tentang kemampuan

Sebagian keyakinan paling kuat yang memengaruhi motivasi di sekolah adalah keyakinan tentang kemampuan. Dengan kerja keras, belajar atau latihan, pengetahuan dapat ditingkatkan dan oleh sebab itu kemampuan dapat ditingkatkan (Woolfolk, 2009: 215)

(2) Keyakinan tentang penyebab dan kontrol : teori atribusi Teori atribusi menyatakan bahwa individu termotivasi untuk mengungkapkan penyebab yang mendasari kinerja dan perilaku mereka sendiri. Atribusi adalah penyebab-penyebab yang menentukan hasil (Santrock, 2009: 211).

Weiner mengidentifikasikan tiga dimensi dari penyebab atribusi: (1) Lokus, apakah penyebab tersebut internal atau eksternal terhadap perilaku; (2) stabilitas, tingkat dimana penyebab tersebut tetap sama atau berubah; dan (3) kemampuan mengendalikan, tingkat dimana individu dapat


(47)

mengendalikan penyebab tersebut. Sebagai contoh, seorang siswa dapat merasakan bahwa kecerdasannya berlokasi secara internal, stabil, tidak dapat dikendalikan (Santrock, 2009: 212).

(3) Keyakinan tentang self-efficacy dan learned-helplessness Self-efficacy adalah keyakinan siswa tentang kompetensi atau efektivitas siswa di bidang tertentu (Woolfolk, 2009: 219).

Self-efficacy dan atribusi saling memengaruhi. Bila kesuksesan diatribusikan pada penyebab-penyebab internal atau dapat dikontrol seperti kemampuan atau usaha, maka

Self-efficacy meningkat. Akan tetapi, bila kesuksesan diatribusikan pada nasib atau intervensi orang lain, maka

Self-efficacy mungkin tidak diperkuat (Woolfolk, 2009: 219).

Learned helplessness adalah ekspektasi seseorang, berdasarkan pengalaman sebelumnya bahwa dirinya kurang/tidak memiliki kontrol, bahwa semua usahanya akan gagal (Woolfolk, 2009: 220). Siswa yang memiliki ketidakberdayaan yang dipelajari akan berdampak negatif bagi perkembangan selanjutnya.


(48)

(4) Keyakinan tentang harga diri

Keyakinan tentang harga diri yaitu perasaan seseorang bahwa dirinya berharga. Siswa yang memfokuskan pada tujuan belajar karena mereka menghargai prestasi dan melihat bahwa kemampuan dapat ditingkatkan. Siswa tidak takut gagal, karena kegagalan tidak mengancam kompentensi dan harga-dirinya (Woolfolk, 2009: 221).

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi belajar

(Sardiman, 1986: 75) Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energy untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang memiliki intelegensia cukup tinggi, boleh jadi gagal karena

kekurangan motivasi dalam belajar. Hasil belajar itu akan optimal kalau ada motivasi yang tepat, maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu membangkitkan


(49)

semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat/belajar. Jadi guru tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi.

Persoalan motivasi ini, dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat, minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat cirri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingan sendiri. Hal ini menunjukkam bahwa minat merupakkan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang (biasanya disertai dengan perasaan senang), karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.

Menurut Sardiman (1986: 90) terdapat beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam kegiatan di sekolah, yaitu :

1. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai nilai/angka yang baik. Sehingga siswa biasanya yang


(50)

dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik

2. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut.

3. Saingan/ kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang sangat penting.seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik untuk menjaga harga dirinya.


(51)

5. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi harus diingat oleh guru, jangan terlalu sering ( misalnya setiap hari ) karena bisa membosankan para siswa.

D. Pengertian Belajar

Sardiman (1986: 23) mengatakan bahwa Belajar adalah penambahan pengetahuan, Definisi atau konsep ini dalam praktek banyak dianut di sekolah-sekolah. Para guru berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkannya atau menerimanya. Dalam kasus yang demikian, guru hanya berperan sebagai pengajar. Sebagai konsekusensi dari pengertian yang terbatas ini, maka kemudian muncul banyak pendapat yang mengatakan bahwa belajar itu menghafal . Hal ini terbukti , misalnya kalau siswa ( subyek belajar ) itu akan ujian, mereka akan menghafal terlebih dahulu. Sudah barang tentu pengertian seperti ini, secara esensial belum memadai.


(52)

Ada pula yang mendefinisikan “ belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitam dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organism dan tingkah laku peribadi seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar tu sebagai rangkaian kegiatan jiwa-raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsure cipta,rasa dan karsa, ranah kognitif-afektif, dan psiko motorik.

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun

Menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Gagne berpendapat bahwa belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar


(53)

E. Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel, 1997: 67)

Hamalik (2009 :195), mengungkapkan fungsi bimbingan belajar adalah:

1. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang objektif dan jelas tentang potensi, watak, minat, dan kebiasaannya agar ia dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. 2. Membantu individu siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai

dengan kebutuhan bakat, minat, dan kemampuannya dan membantu siswa itu untuk menentukan cara yang efektif dan efisien dalam menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipilihnya agar tercapai hasil yang diharapkan.


(54)

3. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kemungkinan dan kecenderungan dalam lapangan pekerjaan agar ia dapat melakukan pilihan yang tepat di antara lapangan pekerjaan tersebut. Di samping itu, membantunya untuk mendapat kemajuan yang memuaskan dalam pekerjaan sambil memberikan sumbangan secara maksimal terhadap masyarakatnya..

Dari beberapa uraian pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa arti bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang yang bertujuan membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapinya sehingga dapat menetapkan pilihan-pilihannya secara bijaksana dan bertanggung jawab.

2. Peranan Bimbingan dalam meningkatkan Motivasi Belajar siswa

Menurut Winkel (1997: 143) Program bimbingan adalah suatu rangkaian bimbingan yang terencana terorganisir dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Pelayanan bimbingan diwujudkan dalam sejumlah kegiatan bimbingan yang tercakup dalam suatu program bimbingan, yang bertujuan agar siswa mampu (1) mengembangkan pengertian dan pemahaman diri selama proses kemajuannya di sekolah, (2) mempertemukan pengetahuan tentang dirinya sendiri dengan


(55)

informasi tentang kesempatan kerja yang ada secara tepat dan bertanggung jawab, yang akhirnya diwujudkan dalam membuat pilihan-pilihan, (3) mewujudkan penghargaan terhadap pribadi orang lain, (4) mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya, baik dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang-bidang kehidupan lainnya.

Suatu program bimbingan di bidang belajar akademik yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain :

1) Penyadaran kembali secara bertahap tentang cara belajar yang tepat di sekolah dan di rumah, secara individual atau secara kelompok. Perlunya penyadaran kembali karena siswa tahu akan cara belajar yang tepat tapi belum tentu menjamin pelaksanaanya karena mudah terbawa oleh suasana yang kurang menyenangkan, sehingga kurang disiplin dalam belajar.

2) Mengatasi kesulitan belajar pada siswa, seperti ketidak mampuan siswa dalam menyusun dan menaati jadwal belajar di rumah, kurang siap menghadapi ujian dan ulangan, kurang menguasai cara belajar yang tepat di berbagai bidang studi, tidak dapat menghadapi keadaan rumah yang mempersulit belajar secara rutin, dan sebagainya. Maka dengan tenaga bimbingan harus mempunyai


(56)

pengetahuan yang luas tentang seluk beluk belajar, termasuk pemahaman psikologis terhadap siswa, sehingga dapat memberi pengarahan kepada para siswa mengenai hal-hal tersebut.

3) Membentuk berbagai kelompok belajar dan mengatur seluruh kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisisen dan efektif (Winkel, 1997: 140). Untuk layanan bimbingan kelompok, guru pembimbing dapat menyusun jadwal kegiatan kelompok

Berbagai materi layanan pembelajaran maupun pembimbingan dapat dibawakan melalui kegiatan kelompok khusus yang sengaja dibentuk untuk mengembangkan motivasi belajar. Untuk layanan bimbingan kelompok, guru pembimbing menyusun jadwal kegiatan kelompok secara teratur, misalnya setiap kelompok melaksanakan kegiatan sekali dalam dua minggu , dengan topik-topik bahasan yang bervariasi. Topik-topik yang dibahas meliputi situasu dan kejadian-kejadian aktual di sekolah, dirumah ataupun di masyarakat, misalnya banyak siswa yang suka membolos bahkan sering tidak hadir di sekolah, mengisi waktu senggang, kebersihan lingkungan dan sebagainya perlu dijadikan topik yang hangat untuk dibicarakan oleh setiap kelompok siswa ( Prayitno, 1997: 105)


(57)

39

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam Penelitian ini dijelaskan mengenai jenis penelitian, subyek penelitian, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data serta teknik analisis data.

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan (Furchan, 2005: 447). Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Tujuan dari survey untuk mengumpulkan informasi tentang variable dan bukan informasi tentang individu. Alasan digunakan jenis penelitian ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variable penelitian, bukan untuk individu yang menjadi subyek penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk memperoleh informasi tentang motivasi belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun 2011/2012 dan topik-topik bimbingan yang sesuai


(58)

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011/2012 yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah 135 siswa. Karena responden dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011/2012 , maka penelitian ini disebut penelitian populasi.

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011/2012 yang terbagi dalam 4 kelas dengan jumlah siswa 117 siswa. Subyek untuk penelitian sesungguhnya diambil 117 siswa (4 kelas).

Tabel 1

Rincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012

No Kelas Jumlah Siswa

1 VII Borobudur 30

2 VII Plaosan 30

3 VII Panataran 28

4 VII Mendut 30

5 VII Prambanan 28


(59)

1. Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik Siswa

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti, yang terdiri dari dua bagian yaitu (1) bagian penjelasan dan pedoman pengisian dan (2) isi kuesioner itu sendiri yang terdiri dari 46 item pernyataan yang menggambarkan motivasi belajar intrinsik siswa.. Untuk mempermudah pengolahan, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner bentuk tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, “misalnya” sangat tidak setuju” sampai dengan “sangat setuju” (Masidjo 1995: 71). Kuesioner ini berupa kuesioner tentang motivasi intrinsik dalam belajar karena bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar karena bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar yang ditunjukkan oleh skor yang diperoleh siswa. Kuesioner motivasi belajar yang dipakai dalam penelitian ini, disusun berdasarkan indikator-indikator dari variable yang akan diteliti.


(60)

interes, emosi, keyakinan dan skema-diri. Kisi-kisi kuesioner akan dijabarkan pada Kisi-kisi dari item-item motivasi belajar ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik

No Aspek Indikator item Jumlah

1. Menyadari akan kebutuhan dalam belajar

Mampu mengidentifikasi alas an pentingnya belajar

1,9,17,25,33,41 6 Menunjukkan kebutuhan untuk menguasai

mata pelajaran

2,10,18,26,34,42, 45

7

2. Belajar dengan gigih untuk meraih tujuan yang ingin di capai

2.1 Memiliki Keinginan kuat untuk maju dan mencapai keberhasilan/kesuksesan

3,11,19,27,35 5 2.2 Mempunyai target belajar yang

dirumuskan secara pribadi

4,12,20,28,36 5 3. Menunjukkan

minat yang kuat dan emosi yang stabil

3.1 Memiliki perilaku yang menunjukkan minat yang tinggi pada pelajaran

5,13,21,29,37,43 6

3.2 Memiliki keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan

6,14,22,30,38 5

4. Keyakinan mengenai kemampuan yang dimiliki

4.1 Keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki dalam belajar

7,15,23,31,39 5 4.2 Adanya keinginan belajar secara mandiri, 8,16,24,32,40,44 6


(61)

Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu diujicobakan untuk mendapatkan keterangan mengenai mutu alat ukur tersebut. Pengujian alat ukur dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitas alat ukur yang digunakan sehingga diperoleh kelayakan penggunaanya sebagai alat ukur yang memenuhi syarat. Langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan uji coba alat ukur adalah

1. Dibuat kisi-kisi dan kuesioner motivasi belajar siswa

2. Bertemu dengan kepala sekolah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta untuk meminta uji coba instrument

3. Bertemu dengan guru pembimbing (koordinator BK) untuk membicarakan tanggal uji coba instrument yang akan diselenggarakan disekolah yang bersangkutan

4. Kuesioner dibagikan kepada para siswa dan diberikan penjelasan dari penelitian.

5. Para siswa diberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner tersebut dan diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

6. Para siswa dipersilakan untuk mengisi kuesioner. 7. Para siswa mengumpulkan kuesioner yang telah diisi


(62)

mengetahui apakah responden memahami maksud dari pertanyaan serta untuk menemukan kekurangan atau masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan kuesioner tersebut. Ujicoba kuesioner dilaksanakan di kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta

Waktu yang diperlukan untuk menjawab kuesione sekaligus memberikan petunjuk tentang pengisian kuesioner kurang lebih 20 menit. Jumlah item kuesioner motivasi belajar siswa adalah 46 item dan dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2012. Kelas yang digunakan Ujicoba kuesioner adalah kelas Prambanan.

3. Menentukan Validitas dan Reliabilitas

A. Validitas Kuesioner

Validitas adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995), Menurut Furchan (1982) “validitas menunjuk pada sejauh mana suatu alat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Penentuan kesahihan item menggunakan kriteria Azwar (1999 :65) yang menyatakan bahwa untuk skala psikologi sebaiknya digunakan dalam patokan koefisien korelasi minimal 0,30. Dengan demikian item


(63)

sama atau lebih dari 0,30 .

Proses perhitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberi skor pada setiap item adan mtabulasi data uji coba. Selanjutnya , proses perhitungan dilakukan dengan bantuan computer SPSS versi 12 for windows. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap 46 item pernyataan pada instrument uji coba kuesioner motivasi belajar siswa dinyatakan seluruhnya valid.

B. Realibilitas Kuesioner

Realibilitas suatu alat ukur adalah derajat. Keajegan alat tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya (Furchan 1982). Menurut Masidjo ( 1995 ), “ realibilitas alat ukur adalah dimana suatu tes mempu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil”. Suatu tes yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu atau berbagai pengukuran.

Dari data hasil uji coba (empirik) kepada siswa kelas VII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tanggal 30 maret 2012 diperoleh perhitungan koefisien realibilitas instrument dengan menggunakan rumus spearman


(64)

Hasil yang sudah dihitung dikonsultasikan berdasarkan kriteria menurut Guilford (Masidjo, 1995: 209) sebagai berikut

Tabel 3

Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Reliabilitas

4. Pengembangan Instrumen a. Telaah Ahli (Expert Jugment)

Penelaah butir-butir pada instrumen dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi. Hasil yang diperoleh setelah ditelaah yaitu perlunya dilakukan perbaikan pada butir-butir instrument, agar setiap butir instrumen menjadi kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami .

Masukan dan saran Dosen Pembimbing terhadap pengembangan instrumen yaitu:

Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91-1,00 Sangat tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,20 Rendah


(65)

b) Tiap butir instrumen diusahakan agar kalimat pernyataan tidak menggunakan kata selalu, sangat, hanya dan tidak karena dapat mempengaruhi pilihan jawaban yang tersedia

c) Skala instrumen kurang sesuai dengan butir pernyataan kalau bisa diganti karena tiap butir pernyataan menyangkut dengan kesesuaian dengan apa yang dialami responden sehingga diganti dengan sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju.

Dari hasil penelaah Dosen pembimbing, maka kuesioner dinyatakan siap untuk di uji coba berdasarkan kesesuaian butir pernyataan dengan kisi-kisi instrument.

D. Pengumpulan Data

1. Persiapan

a. Menentukan responden, yaitu siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta

b. Menyusun kuesioner tentang motivasi belajar intrinsik

c. Instrumen diperiksa oleh ahli, yang dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi dan Guru BK SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.


(66)

proposal dan kuesioner untuk diperiksa.

e. Intrumen diuji coba untuk menentukan validitas dan reliabilitas yang dilakukan oleh siswa SMP Stella Duce 2 Yogyakarta kelas VII Prambanan pada hari Jumat tanggal 30 Maret 2012.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan kepada siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 di ruang kelas masing-masing. Waktu yang digunakan untuk pengisian kuesioner satu jam pelajaran yaitu 20 menit. Jadwal pelaksanaan pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4 Jadwal Pengumpulan Data Penelitian

Hari/Tanggal Kelas Jumlah siswa yang Hadir 12 April 2012 VII Borobudur 30

12 April 2012 VII Plaosan 30

12 April 2012 VII Panataran 28

16 April 2012 VII Mendut 30


(67)

Langkah-langkah teknik analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Memeriksa hasil jawaban responden untuk diolah lebih lanjut

2. Memberikan Setiap item skor sesuai dengan pilihan jawaban yang sudah tersedia yaitu Sangat Sesuai (SS) = 4 diberi skor, Sesuai (S) = 3 diberi skor, Kurang Sesuai (KS) = 2 diberi skor dan Tidak Sesuai (TS) = 1 untuk pernyataan positif (favorable) .

3. Membuat tabulasi data dan menghitung skor total dari masing-masing item kuesioner dan skor rata-rata subjek maupun rata-rata butir dengan menggunakan komputer yang memiliki program

Microsoft office excel.

4. Memeriksa validitas dan reliabilitas kuesioner motivasi belajar intrinsik siswa dengan cara sebagai berikut:

a. Menghitung koefisien validitas kuesioner motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 berdasarkan setiap aspek menggunakan

Product Moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer SPSS 12.

b. Menghitung koefisien reliabilitas kuesioner motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun


(68)

5. Mengkategorikan subjek berdasarkan pada teori Azwar (2011 : 106-109) dengan berdasar pada skor teoritis yang berdistribusi normal terbagi atas enam bagian atau enam satuan standar deviasi standar. Tiga bagian berada di sebelah kiri mean (bertanda negatif) dan tiga bagian yang berada di sebelah kanan mean (bertanda positif). Pada penelitian ini skala terdiri dari 45 item yang masing-masing itemnya diberi skor Sangat Setuju = 4, Setuju= 3, Kurang Setuju = 2 dan Tidak Setuju = 1 untuk pernyataan positif (favorable) .

a. Kategorisasi tingkat motivasi belajar intrinsik

Pengkategorian disusun berpedoman pada Azwar (2009: 108) dengan mengelompokkan tingkat motivasi belajar intrinsaik dalam lima kategori yaitu motivasi belajar intrinsik sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah. Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan norma atau patokan dalam pengelompokkan skor subyek penelitian berdasarkan tingkat motivasi belajar intrinsik.

Kategorisasi tinggi rendah motivasi belajar Intrinsik diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut :

jumlah item : 45x4=180 ; nilai terendah 45x1=45 sehingga luas jarak sebenarnya 180-45= 135. Dengan demikian stuan deviasi


(69)

dalam 5 kategori diagnosis motivasi belajar intrinsik. Keenam satuan deviasi standar dibagi menjadi 5 bagian sebagai berikut :

Tabel 5 Kategori Tingkat Motivasi Belajar Intrinsik kelas VII

Selanjutnya data setiap subyek penelitian dikelompokkan berdasarkan skor total yang mereka peroleh ke dalam kategori diatas sehingga dapat dihitung jumlah dn presentase siswa dalam kategori motivasi belajar intrinsik (motivasi belajar intrinsik sangat tinggi- motivasi belajar intrinsik sangat rendah) b. Kategorisasi skor setiap butir dalam skala

Kategorisasi skor tiap butir skala adalah berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang berpedoman pada Azwar ( 2009:108) yaitu motivasi belajar sangat tinggi, tinggi sedang, rendah dan sangat rendah . kategori tersebut sebagai patokan dalam pengelompokkan skor butir

No Formula Kriteria Retang

Skor

Kategori

1. [µ+1,5. σ ] < X 146-180 Sangat Tinggi

2 [µ+0,5. σ ] < X < [µ+1,5. σ ] 124-145 Tinggi

2. [µ-0,5. σ ] < X < [µ+0,5. σ ] 101-123 Sedang

4. [µ-1,5. σ ] < X < [µ-0,5. σ ] 79-100 Rendah


(70)

117nilai tertinggi 117x4=468, nilai terendah 117x1=117, sehingga luas jarak sebenarnya 468-117 = 351 . dengan demikian satuan standar deviasi adalah 351/6= 58,5 dan mean

teoritisnya adalah ( 468+117)/2=292,5 maka penentuan kategiorisasi skor butir sebagai berikut

Tabel 6

Kategorisasi skor butir skala motivasi belajar intrinsik

No Formula Kriteria Retang

Skor

Kategori

1 [µ+1,5. σ ] < X 380-468 Sangat Tinggi

2 [µ+0,5. σ ] < X < [µ+1,5. σ ] 322-379 Tinggi

3. [µ-0,5. σ ] < X < [µ+0,5. σ ] 263-321 Sedang

4. [µ-1,5. σ ] < X < [µ-0,5. σ ] 205-262 Rendah


(71)

53

Pada bab ini disajikan hasil dari penelitian dan pembahasan dengan mengikuti

sistematika rumusan masalah pada Bab I.

A. Motivasi Belajar Intrinsik Para Siswa SMP Stella Duce 2 Tahun Ajaran 2011/2012

1. Hasil Penelitian

Hasil Penelitian Motivasi Belajar Intrinsik Siswa Kelas VII SMP Stella Duce

2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012 :

Tabel 7 Penggolongan Subjek dalam lima (5) Kategori

No Rentang Skor

Kategori No Subjek Jumlah

Subjek

Persentase 1. 146-180 Sangat

Tinggi

5,6,12,13,14,16,44,46,47,48,60,62,63,66,68, 69,71,72,74,76,

79,80,81,82,84,85,86,87,100,104,110,116

31 27%

2. 124-145 Tinggi 2,3,9,10,15,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,2 7,28,29,30, 31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,42,45,49,50, 51,52,53,54, 57,58,61,64,67,70,73,75,78,83,88,89,90,91, 93,99,104,106,107 108,109,111,112,113,114,115

63 53%

3. 101-123 Cukup 1,4,7,8,41,43,55,56,59,65,77,92,94,95,96,97 ,98,101,102,103,

105,117

22 19%

4. 79-100 Rendah 1 1 1%

5. 45-78 Sangat Rendah

0


(72)

a. Terdapat 1% siswa (1 siswa) yang masuk dalam kategori motivasi belajar

intrinsik rendah,

b. Terdapat 19% siswa (10 siswa) yang masuk dalam kategori motivasi

belajar intrinsik cukup

c. Terdapat 53% siswa (63 siswa) yang masuk dalam kategori motivasi

belajar intrinsik tinggi

d. Terdapat 27% siswa (31 siswa) yang masuk dalam kategori motivasi

belajar intrinsik sangat tinggi.

Berdasarkan data di atas, tampak sebagian besar tingkat motivasi

belajar intrinsik siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran

2011/2012 berada pada kategori Tinggi. Hal ini menunjukan bahwa para

siswa sudah mempunyai kesadaran yang baik mengenai tujuannya untuk

bersekolah dan prestasi yang ingin dicapai, dimana siswa akan mempunyai

keinginan yang kuat dari dirinya dalam belajar.

2. Pembahasan

Dalam bagian pembahasan ini peneliti akan menggunakan 3 kategori

untuk mempermudah pembahasan, hal ini dilakukan agar pembahasan ini

lebih mudah dipahami. Kategori motivasi belajar intrinsik sangat tinggi dan


(73)

sangat rendah disatukan menjadi kategori motivasi belajar intrinsik kategori

rendah.

Berdasarkan dari ketiga kategori tersebut, maka diperoleh hasil dari 117

siswa yang diteliti, ada 80% (94 siswa) yang masuk dalam kategori motivasi

belajar intrinsik tinggi. Ada 19% (22 siswa) yang masuk dalam kategori

motivasi belajar intrinsik sedang, dan ada 1% (1 siswa) yang masuk dalam

kategori motivasi belajar intrinsik rendah.

Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa sebagian besar siswa kelas VII

memiliki motivasi belajar intrinsik tinggi, hal ini terlihat jumlah siswa yang

masuk dalam kategori motivasi belajar intrinsik tinggi sebesar 80% (94

siswa), siswa yang masuk dalam kategori ini sudah mengerti akan tugasnya

yaitu belajar dan mencapai tujuan yang di inginkannya yaitu berprestasi.

Maka dari hal tersebut bimbingan yang dapat diberikan kepada siswa yaitu

bimbingan yang berdasarkan fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Fungsi

pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri

invidu (siswa), baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil

pengembangan yang telah dicapai selama ini. Intelegensi yang tinggi, bakat

yang istimewa, minat yang menonjol untuk hal-hal yang positif dan produktif,


(74)

positif lainnya dari siswa perlu dipertahankan dan dipelihara. Bukan itu saja,

Lingkungan yang baik pun (lingkungan sosial dan budaya) harus dipelihara

dan sebesar-besarnya dimanfaatan kepentingan individu dan orang-orang lain.

Jangan sampai rusak ataupun berkurang mutu dan kemanfaatannya.

Pemeliharaan yang baik bukanlah sekedar mempertahankan agar hal-hal

yang dimaksudkan tetap utuh, tidak rusak dan tetap dalam keadaanya semula,

melainkan juga mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah baik.

Pemeliharaan yang demikian itu adalah pemeliharaan membangun,

pemeliharaan yang mengembangkan. Oleh karena itu fungsi pemeliharaan dan

fingsi pengembangan tidak dapat dipisahkan. (Prayitno & Amti, 1999: 215).

Dalam mempertahankan dan memelihara agar motivasi belajar intrinsik

para siswa selalu tinggi peran guru dan orang tua sangat dibutuhkan, dimana

guru memberikan dorongan pada murid agar giat belajar. Dorongan motivasi

belajar pada siswa sudah berfungsi dengan baik di SMP Stella Duce 2

Yogyakarta, para guru terlihat sangat dekat dengan para murid dan guru bisa

memberikan dorongan motivasi untuk belajar, sehingga hasil penelitian


(75)

kemampuan, Robert W.White (dalam Prayitno, 1989: 37) mengatakan bahwa

kebutuhan untuk memiliki kecakapan atau kemampuan adalah kebutuhan

organisme untuk mampu berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya,

Kecakapan ini diperoleh secara berangsur-angsur melalui belajar dalam

jangka panjang. Kebutuhan untuk memiliki kemampuan belajar merupakan

kebutuhan intrinsik yang dapat diketahui dari kebutuhan bergerak, aktif,

kesenangan untuk mengetahui lingkungan, keinginan untuk berhasil dan

keinginan untuk menonjolkan diri.

Pertama, Kebutuhan akan memiliki kemampuan ini akan membuat siswa memiliki motivasi dari dalam dirinya untuk belajar secara terus menerus

tanpa harus disuruh. Sehingga ada kesadaran diri untuk belajar. Apabila siswa

tidak memiliki kebutuhan akan memiliki kecakapan dan kemampuan maka

motivasi belajar intrinsik dalam dirinya cenderung sedang dan rendah, karena

belajar hanya sekedar menunaikan kewajiban bukan sebagai kebutuhan untuk

memiliki kecakapan dan kemampuan tertentu. Kebutuhan ini biasanya

cenderung didasari oleh kemauan diri siswa, dan kebanyakan siswa yang

memiliki kebutuhan untuk memiliki kecakapan mempunyai motivasi belajar

intrinsik yang tinggi. Dorongan-dorongan untuk memiliki kesadaran diri


(76)

atau mendemonstrasikan berbagai kecakapan dan kemampuan yang

dimilikinya.

Kedua, mencapai cita-cita yang dimiliki oleh siswa, dimana untuk mencapai cita-cita yang diinginkan oleh siswa memerlukan nilai-nilai yang

baik. Hal ini timbulnya motivasi dalam diri untuk lebih giat belajar, sebagai

contoh : seorang siswa yang bercita-cita melanjutkan ke sekolah SMA/SMK

favorit memerlukan nilai yang baik, hal ini membuat timbulnya kesadaran dari

dalam diri siswa untuk lebih giat belajar untuk mencapai prestasi dan

menggapai cita-cita yang dimiliki oleh seorang siswa.

Ketiga, Faktor lingkungan sekolah berperan mendukung motivasi dari dalam diri siwa. Lingkungan fisik sekolah yang meliputi pengaturan ruang

kelas, besar kecilnya kelas, dan besar-kecilnya sekolah akan mempengaruhi

motivasi siswa dalam belajar. Hal ini terlihat dari suasana sekolah SMP Stella

Duce 2 Yogyakarta yang nyaman dan asri serta ditunjang dengan ruang kelas

dan tata ruang sekolah yang baik. Siswa terlihat merasa nyaman dan betah

dengan lingkungan sekolah SMP Stella Duce 2. Hal ini sangat berpengaruh

dengan proses belajar siswa di sekolah. Siswa menjadi aktif belajar di sekolah


(77)

maupun guru pembimbing memperhatikan hal-hal yang dibutuhkan para

siswa.

Lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah penting peranannya

dalam meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Guru maupun orang tua di

harapkan dapat menciptakan lingkungan sekolah dan lingkungan rumah yang

memungkinkan kegairahan dan minat siswa belajar menjadi meningkat.

Lingkungan fisik sekolah, baik itu yang menyangkut pengaturan ruangan

kelas maupun pengaturan jumlah siswa dalam satu kelas, hendaknya

mempertimbangkan persyaratan fisik maupun psikologis yang menunjang

keefektifan siswa dalam belajar.

Orang tua dapat menciptakan situasi fisik maupun psikolgis yang

menyokong minat dan kegairahan anaknya dalam belajar. Penyediaan

kesempatan yang dibutuhkan anaknya dalam belajar. Penyediaan kesempatan

yang dibutuhkan anak dalam belajar di rumah maupun diluar rumah sangat

menunjang kesuksesan anak dalam belajar. Membina hubungan akrab dengan

anak dan memberikan perhatian yang tinggi penting dan patut dilakukan oleh


(78)

yang masuk dalam kategori ini mempunyai motivasi dalam belajar, namun

masih mudah terpengaruh oleh orang lain, sehingga belajar hanya sebatas

kewajiban saja bukan sebagai kegiatan yang menyenangkan. Selain itu siswa

yang berkategori sedang belum mempunyai kemauan keras dalam belajar,

walaupun sebenarnya punya sedikit motivasi dari dalam dirinya. Maka dari itu

para siswa yang masuk dalam kategori ini memerlukan bimbingan dari guru

agar motivasi yang dimiliknya semakin baik.

Hasil penelitian menunjukkan 1% (1 siswa) yang masuk dalam kategori

motivasi belajar intrinsik rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa hanya

sebagian kecil siswa yang mempunyai motivasi belajar intrinsik rendah, ini

memperlihatkan bahwa sekolah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sudah baik

dalam membimbing para siswa dalam belajar sehinga para siswa mempunyai

motivasi intrinsik yang baik dalam belajar.

Untuk siswa yang masuk dalam kategori ini, hal yang pertama adalah disebabkan oleh siswa yang belum menemukan cara yang tepat untuk dalam

belajar, sehingga ia mengalami kesulitan dan hambatan dalam belajar, karena

hal tersebut siswa menjadi malas dan enggan belajar . Hal yang sangat

nampak pada siswa yang memiliki motivasi belajar intrinsik rendah biasanya


(1)

4 4 4 4 171 ST

3 3 3 3 139 T

4 4 4 4 165 ST

2 3 2 3 115 C

3 2 2 3 124 T

4 4 4 4 168 ST

4 3 4 4 168 ST

3 2 3 4 157 ST

4 4 4 4 159 ST

2 4 3 3 131 T

4 3 3 4 177 ST

4 4 3 4 153 ST

3 4 4 4 155 ST

4 3 4 3 149 ST

4 2 3 2 134 T

1 2 4 2 129 T

3 3 3 3 134 T

3 3 4 1 135 T

1 1 2 1 110 C

3 3 4 3 142 T

2 2 2 2 121 C

2 2 2 2 115 C

2 2 3 2 113 C

3 2 2 2 121 C

2 3 3 3 111 C

2 2 2 3 135 T

3 3 4 3 151 ST

2 2 2 2 108 C

2 2 2 2 105 C

2 2 4 4 118 C

3 2 3 3 130 ST

2 2 2 4 121 C

2 3 3 3 136 T


(2)

108 4 4 3 3 2 3 4 3 3 2

109 4 4 3 3 2 3 4 2 3 3

110 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4

111 3 3 2 4 2 3 3 3 4 4

112 3 3 2 3 2 2 4 2 3 3

113 3 4 2 4 2 2 4 3 2 3

114 3 3 2 4 3 4 3 4 4 3

115 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3

116 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4

117 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3

item 398 403 328 419 325 353 405 327 342 376

ST ST T ST T T ST T T T

3 4 3 3 3 2 4 4 3 3 2

3 4 3 2 3 4 4 3 4 3 2

4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3

3 4 3 2 3 2 3 3 2 2 3

4 4 4 2 4 4 3 3 2 3 2

4 4 2 2 3 2 4 3 3 3 2

3 4 2 1 2 3 3 4 2 3 1

3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 2

3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4

3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2

373 418 364 300 390 356 364 371 359 381 295


(3)

3 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3

3 4 2 3 1 1 3 2 3 2 2

4 4 4 3 4 2 3 4 4 3 3

3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3

3 4 2 4 4 1 4 3 2 4 4

2 2 2 2 4 4 2 4 3 4 2

3 4 3 4 3 1 3 3 2 4 2

3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2

4 4 4 3 4 3 3 4 2 4 3

2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2

343 434 321 365 407 305 364 341 339 350 331

T ST C T ST C T T T T T

2 3 4 3 3 2 3 3 2 3

2 2 4 1 4 4 2 3 3 1

4 4 3 4 4 4 3 3 3 4

2 2 3 2 4 3 4 3 3 3

2 2 4 3 2 4 3 4 2 2

2 3 3 4 4 3 3 3 2 2

3 2 3 2 3 3 3 3 1 3

3 3 3 3 3 4 3 3 2 3

2 3 4 3 2 4 3 3 2 2

2 2 3 2 3 3 2 2 2 2

304 310 389 324 360 361 346 377 296 318


(4)

2 2 3 135 T

2 3 2 125 T

4 4 3 159 ST

3 4 2 135 T

2 3 4 134 T

3 3 3 130 T

2 1 4 126 T

2 3 2 134 T

4 4 3 152 ST

3 3 2 115 C

336 351 357


(5)

9 9 9 9

9

Responden Skor Total

Tingkat Motivasi Belajar intrinsik

19 1199 C9 29 1279 T9 39 1279 T9 49 1179 C9 59 1689 ST9 69 1529 ST9 79 1159 C9 89 1119 C9 99 1339 T9 109 1279 T9 119 939 R9 129 1629 ST9 139 1619 ST9 149 1559 ST9 159 1349 T9 169 1669 ST9 179 1289 T9 189 1299 T9 199 1439 T9 209 1359 T9 219 1319 T9 229 1419 T9 239 1339 T9 249 1359 T9 259 1459 T9 269 1449 T9 279 1369 T9 289 1319 T9 299 1249 T9 309 1299 T9 319 1359 T9 329 1339 T9 339 1439 T9 349 1399 T9 359 1399 T9 369 1439 T9 379 1369 T9 389 1329 T9 399 1339 T9 409 1279 T9 419 1179 C9 429 1359 T9 439 1039 C9

449 1629 ST9 459 1419 T9 469 1519 ST9 479 1469 ST9 489 1529 ST9 499 1359 T9 509 1349 T9 519 1299 T9 529 1329 T9 539 1319 T9 549 1449 T9 559 1219 C9 569 1239 C9 579 1329 T9 589 1279 T9 599 1199 C9 609 1609 ST9 619 1389 T9 629 1469 ST9 639 1509 ST9 649 1329 T9 659 1199 C9 669 1479 ST9 679 1329 T9 689 1589 ST9 699 1669 ST9 709 1399 T9 719 1569 ST9 729 1549 ST9 739 1449 T9 749 1329 T9 759 1719 ST9 769 1399 T9 779 1659 ST9 789 1159 C9 799 1249 T9 809 1689 ST9 819 1689 ST9 829 1579 ST9 839 1599 ST9 849 1319 T9 859 1779 ST9 869 1539 ST9 879 1559 ST9 889 1499 ST9 899 1349 T9

909 1299 T9 919 1349 T9 929 1359 T9 939 1109 C9 949 1429 T9 959 1219 C9 969 1159 C9 979 1139 C9 989 1219 C9 999 1119 C9 1009 1359 T9 1019 1519 ST9 1029 1089 C9 1039 1059 C9 1049 1189 C9 1059 1309 ST9 1069 1219 C9 1079 1369 T9 1089 1459 T9 1099 1359 T9 1109 1259 T9 1119 1599 ST9 1129 1359 T9 1139 1349 T9 1149 1309 T9 1159 1269 T9 1169 1349 T9 1179 1529 ST9 1189 1159 C9 9


(6)

Dokumen yang terkait

Analisa pengaruh hasil belajar matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika: Studi pengaruh hasil belajar pokok bahasan getaran pada siswa kelas 2 semester III di SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2002/200

0 13 80

Efektifitas pembelanjaran biologi dengan teknik kasus diluar kelas dalam bentuk media slide terhadap hasil belajar siswa (sub-konsep pencemaran lingkungan kelas x semester 2 di SMAN 1 Kencong tahun ajaran 2004/2005)

0 3 117

Hubungan antara persepsi dan motivasi belajar fisika dengan hasil belajar fisika pokok bahasan energi siswa kelas 1 cawu III SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2001/2002

0 4 69

Pengaruh bimbingan dan konseling terhadap motivasi belajar siswa SMP Babus Salam Cimone-Tangerang

0 25 79

Pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 22 Pamulang

4 47 161

Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan abstraksi siswa di kelas VII SMPN 01 Kalidawir Tulungagung tahun ajaran 20172018

0 0 6

Pengaruh kecerdasan interpersonal dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII

0 0 9

Efektivitas manajemen pendidikan karakter dalam upaya meningkatkan prestasi akademik siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015

0 0 9

Identifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran IPA ruang lingkup materi dan sifatnya di SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2014-2015

1 5 9

Hubungan motivasi belajar dan gaya belajar siswa dengan prestasi belajar matematika siswa mts Islamiyah Medan tahun ajaran 2017/2018 - Repository UIN Sumatera Utara

4 24 150