Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih tahun 2009 - USD Repository

  

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS

PADA PASIEN YANG MENJALANI OPERASI APENDISITIS

AKUT DI RS PANTI RAPIH TAHUN 2009

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Yuma Pinandita Lingga Dewi NIM : 078114137

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

  

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS

PADA PASIEN YANG MENJALANI OPERASI APENDISITIS

AKUT DI RS PANTI RAPIH TAHUN 2009

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh:

  Yuma Pinandita Lingga Dewi NIM : 078114137

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

  

“SAYA + TUHAN = CUKUP”

Sebuah karya kecil ini kupersembahkan untuk: My Savior, Jesus Christ, Kau sungguh Allah yang ajaib bagiku. Bunda Perawan Maria, Engkaulah perantara doa dan penenang hidupku di saat gundah.

  Bapak, Ibu, Kakak, Nenek, dan Unny, Kalianlah anugerah serta inspirasi terindah dalam hidupku.

  

PRAKATA

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kemuliaanNya yang telah Ia berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis pada Pasien yang Menjalani Operasi Apendisitis Akut di RS Panti Rapih tahun 2009” ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) dalam Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Penulis sangat menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain berupa materil, waktu, tenaga, moral, maupun spiritual. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan, berkat dan kasihNya yang melimpah kepada penulis serta ujianNya sehingga membuat penulis semakin menyadari berbagai arti nilai kehidupan.

  2. Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma dan sebagai dosen atas segala bimbingan dan pengajarannya selama penulis melakukan proses pembelajaran di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.

  3. Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, Apt., M. Kes. selaku dosen pembimbing dan dosen penguji atas segala kesabaran, bimbingan, waktu, tenaga, dan masukan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

  4. Yosef Wijoyo, M. Si., Apt. selaku dosen penguji atas dukungan, arahan, masukan, dan kritik yang diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi. 5. dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK. selaku dosen penguji atas dukungan, arahan, masukan, dan kritik yang diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi.

  6. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

  7. Kepala dan para staf bagian Instalasi Rekam Medis serta bagian Personalia Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta atas izin dan bantuan selama proses pengambilan data.

  8. Dokter bedah, Kepala Instalasi Farmasi, dan Wakil Kepala Kamar Bedah yang telah bersedia untuk diwawancara dan berbagi informasi dengan penulis.

  9. Seluruh pasien operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih pada tahun 2009 yang secara tidak langsung telah membantu dalam memberikan informasi dalam penelitian ini.

  10. Segenap dosen pengajar dan staf sekretariat Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma atas segala bimbingan, pesan moral, pengajaran, dan bantuan selama penulis melakukan proses pembelajaran di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.

  11. Keluarga besar penulis, khususnya orang tua yaitu Ayahanda I Made Budiartana, S. Pd. dan Ibunda Yustina Sri Rahayuningsih yang telah mencurahkan kasih sayang dan pengorbanannya demi memberikan yang terbaik di dalam seluruh hidup penulis.

  12. Kakakku, Yuma Aswindra Brahmanda Putra atas dukungan dan suka duka yang dijalani bersama dalam setiap langkah hidup penulis.

  13. Sahabat-sahabatku, Yosephine Dian Hendrawati, Lydia Valentina Guru, Sisilia Rani Thoma, dan teman-teman penulis baik di dalam maupun di luar Universitas Sanata Dharma yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kasih, dukungan, dan ketersediaannya untuk saling berbagi suka duka dan berbagai informasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

  14. Bennedictus Irwan Wahyu Kristanto, atas doa, cinta, semangat, dukungan, keceriaan, kebersamaan, dan pengorbanan yang diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan baik.

  15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang juga turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak yang membutuhkan.

  Penulis

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL …………………..……………………......….............. ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… iv HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS vi PRAKATA ……………..…………..……………………………...……….. vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………..……...……………… x DAFTAR ISI …………………....……………………...…………………... xi DAFTAR TABEL …………………..…..………………………………….. xv DAFTAR GAMBAR ………………...……...…………………………...…. xvii DAFTAR LAMPIRAN …………………..…..………………...……...…… xviii

  INTISARI …………………..……...……………………..……………….... xix

  ABSTRACT ……………………..…..……………………...……………….. xx BAB I. PENGANTAR …………………...……...…………………...……...

  1 A. Latar Belakang …………………………...……...……..……..………….

  1

  4 1. Permasalahan ………………………...…………......…………….......

  5 2. Keaslian Penelitian……………………………...………..…………...

  6 3. Manfaat Penelitian ………………………..…...……...……………....

  B. Tujuan Penelitian ………………………………....………...………........

  6

  6 1. Tujuan Umum …………………..………………...………………….

  7 2. Tujuan Khusus ………………………..…..……...…………………...

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ………………………………..…..…

  8

  8 A. Antibiotika ……………………………...………...……………………… 1. Definisi ………………………...…………..…………………………..

  8 2. Prinsip Dasar Penggunaan Antibiotika ……………………..………....

  8 3. Mekanisme Kerja Antibiotika ……………………..………..…..……..

  9

  12 B. Antibiotika Profilakis ……………………..………..…………………….

  1. Definisi ……………………...……..…………………………………..

  12

  2. Prinsip Pemberian Antibiotika Profilaksis pada Pasien Operasi Apendisitis Akut …………………………..…………………………..

  12 3. Antibiotika Profilaksis Pilihan ……………………..…..……………...

  13 4. Mekanisme Kerja Antibiotika Profilaksis …………………...……..….

  15 C. Apendisitis Akut ………………………..……....………………………..

  16 1. Definisi ………………………...……………..………….…………….

  16 2. Klasifikasi …………………...…………………...…………………….

  17 3. Keluhan …………………..…………………..………………………..

  18 4. Penatalaksanaan Terapi …………………………...…………..……….

  18

  19 D. Operasi Opendisitis Akut ………………………..………..……………...

  E. Keterangan Empiris ………………………...……………...……………..

  20 BAB III. METODE PENELITIAN …………………………..………..……

  21 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………...…………..……

  21 B. Definisi Operasional ………………………..…………...……………….

  21 C. Subyek Penelitian …………………………...………...………………….

  23

  D. Bahan Penelitian ………………………………....………………………

  23

  23 E. Instrumen Penelitian ……………………………......…………………….

  F. Lokasi Penelitian ………………………………..………..………………

  24 G. Tata Cara Penelitian ………………………………...……………………

  24 1. Tahap Persiapan …………………………………..…..……………….

  24 2. Tahap Pengambilan Data ………………………………..…………….

  24 3. Tahap Penyelesaian Data ……………………...…………..…………..

  25 H. Tata Cara Analisis Hasil ……………………..………..…………………

  25 1. Jumlah Pasien Operasi Apendisitis Akut …………………..………….

  25 2. Karakteristik Demografi Pasien …………………..………..………….

  26

  3. Jenis, Waktu, Cara, Dosis, dan Lama Pemberian Antibiotika Profilaksis ………………..…...……………………………………….

  27 4. Kesesuaian Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika Profilaksis ……....

  28 5. Faktor-faktor yang Mendasari Pemilihan Antibiotika Profilaksis ….....

  29 I. Kesulitan Penelitian ……...……………………………………...………...

  29 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………...………………

  30

  30 A. Jumlah Pasien ………………...………………..………...……………….

  31 B. Karakteristik Demografi Pasien ………………..………………………...

  1. Usia Pasien ………………………..……………………..…………….

  31

  2. Jenis Kelamin Pasien ………………………………...…………...……

  32 3. Keluhan Pasien ………………………………...…………..…………..

  33 4. Lama Keluhan Pasien ………………………………………...………..

  34 5. Lama Perawatan Pasien …………………………….…...…...………...

  35

  35 C. Jenis, Waktu, Cara, Dosis, dan Lama Pemberian Antibiotika Profilaksis

  35 1. Jenis Antibiotika …………………………..…………………………..

  2. Waktu Pemberian ……………..………..…………………..…………

  36 3. Cara Pemberian ……………………………………..……………..…..

  38 4. Dosis Pemberian …………………………………………………….....

  39 5. Lama Pemberian ………………………………………………..……..

  40

  41 D. Kesesuaian Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika Profilaksis …………

  41

  1. Jenis Antibiotika ………………..…………………..………………… 2. Waktu Pemberian ……………..…………………..…………………..

  43 3. Cara Pemberian ……………..………………..………………………..

  44 4. Dosis Pemberian …………………...…………………...……………...

  46 5. Lama Pemberian ……………………..………………………………..

  47

  49 E. Faktor-faktor yang Mendasari Pemilihan Antibiotika Profilaksis ……….

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………..…………………..

  57 A. Kesimpulan ................................................................................................

  57 B. Saran ………………………...……………………………………………

  58 DAFTAR PUSTAKA …………………………..…………………………...

  59 LAMPIRAN …………………………...……………………………………

  65 BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………...

  88

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I. Distribusi jumlah pasien operasi apendisitis akut menurut kelompok usia di RS Panti Rapih tahun 2009 …………………...

  32 Tabel II. Distribusi jumlah pasien apendisitis akut menurut jenis kelamin di RS Panti Rapih tahun 2009 ………………………………

  33 Tabel III. Distribusi jumlah pasien operasi apendisitis akut menurut jenis keluhan di RS Panti Rapih tahun 2009 …………………………..

  34 Tabel IV. Distribusi jumlah pasien di RS Panti Rapih tahun 2009 menurut lamanya keluhan sakit ………....………………………………...

  35 Tabel V. Distribusi antibiotika yang digunakan sebagai profilaksis tunggal pada pasien operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih tahun 2009 ……………………………………………………………...

  36 Tabel VI. Distribusi waktu pemberian antibiotika sebelum operasi dan setelah operasi di RS Panti Rapih tahun 2009 …………………...

  37 Tabel VII. Distribusi cara pemberian antibiotika per oral dan intravena di RS Panti Rapih tahun 2009 ………………………………………

  39 Tabel VIII. Distribusi dosis pemberian antibiotika profilakis di RS Panti Rapih tahun 2009 ………………………………………………...

  40 Tabel IX. Distribusi jumlah antibiotika profilaksis pada lama pemberian 24 jam dan lebih dari 24 jam di RS Panti Rapih tahun 2009 ………..

  41

  Tabel X. Distribusi jumlah kasus menurut jenis antibiotika profilaksis yang sesuai dan tidak sesuai Standar Pelayanan Medik RS Panti Rapih dan pedoman umum (WHO 2009; Kanji, et al., 2008; dan ASHP, 1999) di RS Panti Rapih tahun 2009 …………………….

  43 Tabel XI. Distribusi jumlah kasus menurut waktu pemberian antibiotika profilaksis yang sesuai dan tidak sesuai Standar Pelayanan Medik RS Panti Rapih dan pedoman umum (WHO 2009; Kanji, et al., 2008; dan ASHP, 1999) di RS Panti Rapih tahun 2009 …..

  44

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Peran penisilin dalam menghambat enzim transpeptidase dari pembentukan cross-link peptida di peptidoglikan ……...……

  10 Gambar 2. Distribusi jumlah pasien operasi apendisitis akut menurut kelompok usia di RS Panti Rapih tahun 2009 ……………......…...

  32 Gambar 3. Distribusi jumlah pasien apendisitis akut menurut jenis kelamin di RS Panti Rapih tahun 2009 ……………….………………...…….

  33 Gambar 4. Distribusi jumlah kasus menurut cara pemberian antibiotika profilaksis yang sesuai dan tidak sesuai Standar Pelayanan Medik RS Panti Rapih dan pedoman umum (WHO, 2009; Kanji, et al.; 2008; dan ASHP, 1999) di RS Panti Rapih tahun 2009 …………..

  46 Gambar 5. Distribusi jumlah kasus menurut lama pemberian antibiotika profilaksis yang sesuai dan tidak sesuai pedoman umum (WHO, 2009; Kanji, et al., 2008; dan ASHP, 1999) di RS Panti Rapih tahun 2009 ………………………………….………….……...…..

  49

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Data pasien yang menjalani operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih tahun 2009 ……………………...………………………..

  65 Lampiran 2. Hasil wawancara mendalam dengan dokter bedah I ………….... 71 Lampiran 3. Hasil wawancara mendalam dengan dokter bedah II …………... 72 Lampiran 4. Hasil wawancara mendalam dengan Kepala Instalasi Farmasi .... 74 Lampiran 5. Hasil wawancara mendalam dengan Wakil Kepala Kamar

  Bedah ……………………………………………………………

  78 Lampiran 6. Lembar kerja untuk pengumpulan data ………………………… 80 Lampiran 7. Pedoman wawancara mendalam dengan dokter bedah, Kepala

  Instalasi Farmasi, dan Wakil Kepala Kamar Bedah RS Panti Rapih ……………………………………………...…………….

  81

  

INTISARI

  Peningkatan jumlah operasi apendisitis akut dan tingginya risiko infeksi setelah operasi, mengakibatkan pemberian antibiotika profilaksis menjadi penting. Oleh sebab itu, dibutuhkan ketepatan penggunaan antibiotika profilaksis untuk mencegah infeksi setelah operasi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran pemilihan dan penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien operasi apendisitis akut, jumlah pasien, karakteristik demografinya, jenis antibiotika, waktu, cara, dosis, lama pemberian, kesesuaian dengan pedoman, maupun faktor-faktor yang mendasari pemilihannya.

  Penelitian ini menggunakan metode non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif, bersifat retrospektif. Populasi yang digunakan 82 pasien, dengan kriteria inklusi menjalani operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih tahun 2009 dan menggunakan antibiotika profilaksis. Kriteria eksklusinya adalah operasi apendisitis akut yang dilakukan bersama dengan operasi lainnya. Faktor- faktor yang mendasari pemilihan antibiotika profilaksis diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam.

  Hasil penelitian menunjukkan jenis antibiotika profilaksis yang digunakan adalah seftriakson 70% (n= 82). Pemberian lebih dari 1 jam sebelum operasi 49%, cara pemberian intravena 91%, 54% pada dosis 2 gram, dan lama pemberian 1 hari 56%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemilihan dan penggunaan antibiotika profilaksis di RS Panti Rapih belum sepenuhnya sesuai pedoman sehingga masih perlu diupayakan peningkatan ketaatan terhadap pedoman pengobatan yang telah disepakati.

  Kata kunci: Antibiotika, antibiotika profilaksis, apendisitis akut, operasi apendisitis akut, evaluasi

  

ABSTRACT

  An increasing number of acute appendicitis surgery and the high risk of postoperative infection, resulting in the provision of prophylactic antibiotics to be important. Therefore, it takes accuracy of the use of prophylactic antibiotics so the postoperative infection can be prevented. This study aimed to get an idea of the selection and use of prophylactic antibiotics in patients with acute appendicitis operation, the following number of patients, demographic characteristics, type of antibiotic, time, method, dosage, duration of administration, compliance with the guidelines, as well as the factors underlying the selection.

  This study uses non-experimental methods with retrospective descriptive evaluative designs. Population that used 82 patients, with the inclusion criteria who underwent surgery of acute appendicitis in Panti Rapih Hospital in 2009 and using prophylactic antibiotics. Exclusion criteria were acute appendicitis operation conducted jointly with other operations. The factors underlying the selection of antibiotic prophylaxis is obtained by conducting in-depth interviews.

  The results showed type of antibiotic prophylaxis used were ceftriaxone 70% (n= 82). Giving more than 1 hour before surgery 49%, 91% intravenous route of administration, 54% at doses of 2 grams, and the duration of one day 56%. Based on these results, it can be concluded that the selection and use of prophylactic antibiotics in Panti Rapih Hospital has not been appropriate completely the guidelines so it is still necessary to improve adherence to treatment guidelines that have been agreed.

  Key words: antibiotic, antibiotic prophylaxis, acute appendicitis, surgery of acute appendicitis, evaluation

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Antibiotika profilaksis pada suatu tindakan operasi mengacu pada

  pemberian atau administrasi agen antimikroba pada pasien yang menjalani prosedur operasi guna mencegah terjadinya infeksi setelah operasi. Pemberian antibiotika profilaksis ini diharapkan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat terjadinya infeksi setelah operasi. Salah satu prosedur operasi yang menggunakan antibiotika profilaksis untuk mencegah terjadinya infeksi setelah operasi adalah operasi apendisitis akut.

  Apendisitis akut merupakan penyebab terbanyak kasus nyeri akut abdomen baik di negara maju maupun negara berkembang. Penelitian yang dilakukan oleh Laal dan Mardanloo (2009) di RS Sina Tehran, Iran memperoleh hasil bahwa apendisitis akut sebagai penyebab terbanyak kasus nyeri akut abdomen, yaitu sebesar 56,8% (n= 139). Sedangkan pada penelitian lain yang dilakukan oleh Al-Mulhim (2006) memperoleh hasil bahwa operasi apendisitis akut merupakan operasi darurat abdominal yang paling banyak dilakukan, yaitu sebesar 47,4% (n= 1096).

  Menurut National Digestive Diseases Information Clearinghouse setiap orang dapat menderita apendisitis akut, akan tetapi penyakit ini lebih sering terjadi pada individu-individu yang berusia 10-30 tahun (NDDIC, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Imelda (2008) di RSU Dr. Soetomo Surabaya memperoleh hasil bahwa operasi apendisitis akut paling banyak dilakukan pada pasien dengan rentang usia 17-64 tahun, yaitu sebesar 82,18% dengan rasio insiden apendisitis hampir sama antara laki-laki dan perempuan yaitu 1,1:1. Penelitian lain yang dilakukan oleh Junias (2009) memperoleh hasil bahwa terdapat 51 pasien apendisitis yang telah melakukan operasi apendisitis akut di RS Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Frekuensi kejadian dari 51 subyek yang diteliti adalah pada laki-laki sebesar 23 orang (45,1%) dan pada perempuan sebesar 28 orang (54,9%).

  Jumlah operasi apendistis akut pun meningkat setiap tahunnya di negara- negara berkembang. Data yang diperoleh dari Departamen Kesehatan RI menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi apendisitis akut dari 6% menjadi 9% pada tahun 1999-2001 (Depkes RI, 2002). Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Walker dan Segal (1995) diperoleh hasil bahwa kasus operasi apendisitis mengalami peningkatan dari 8,2 menjadi 9,5 per 100.000 penduduk di Afrika Selatan. Hal yang sama juga terjadi di Lautech Teaching Hospital Nigeria, pada tahun 2003 operasi apendisitis akut berjumlah 36 kasus dan meningkat pada tahun 2008 menjadi 67 kasus. Peningkatan jumlah operasi apendisitis akut dapat menjadi hal yang mengkhawatirkan sebab kemungkinan timbulnya infeksi setelah operasi pun akan ikut meningkat (WHO, 2009).

  Penggunaan antibiotika profilaksis telah terbukti kemanfaatannya dalam upaya mencegah terjadinya infeksi setelah operasi. Pada suatu penelitian yang melibatkan 996 pasien operasi apendisitis akut, telah dibandingkan kejadian infeksi luka operasi antara pasien yang tidak mendapatkan antibiotika profilakis

  (plasebo) dengan pasien yang menerima antibiotika profilaksis. Kejadian infeksi luka operasi pada kelompok plasebo adalah 7% (n= 526) dibandingkan dengan 2% (n= 470) pada kelompok pasien yang menerima antibiotika profilaksis (Bauer,

  

et al., 1989). Hal ini menunjukkan penggunaan antibiotika profilaksis secara

signifikan dapat mengurangi kejadian infeksi luka operasi.

  Infeksi luka operasi atau Surgical Site Infection (SSI) merupakan salah satu infeksi setelah operasi yang paling banyak terjadi setelah prosedur operasi, termasuk operasi apendisitis akut. Sekitar 20% pasien yang menjalani operasi darurat abdominal dilaporkan mengalami infeksi luka operasi (Auerbach, 2001).

  Sedangkan pada operasi apendisitis akut sendiri sebesar 8,41% (n= 2069) pasien mengalami infeksi luka operasi (Li, et al., 2010).

  Pada umumnya, infeksi luka setelah operasi apendisitis disebabkan oleh bakteri anaerob dan bakteri gram negatif (Laterre, et al., 2006 dan ASHP, 1999).

  Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang menjalani operasi apendisitis akut rentan terhadap infeksi oleh karena hadirnya mikrorganisme tersebut. Oleh sebab itu, regimen pemberian antibiotika profilaksis yang rasional dan pemilihan antibiotika profilaksis yang tepat sangatlah diperlukan untuk melawan bakteri-bakteri patogen penyebab infeksi sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi setelah operasi apendisitis akut.

  Pemilihan antibiotika profilaksis pada pasien operasi apendisitis akut harus selalu disesuaikan dengan mikroorganisme patogen yang menyebabkan infeksi.

  Demikian pula konsentrasinya harus dijaga atau dipertahankan pada lokasi operasi selama prosedur operasi (AHSP, 1999). Adapun penggunaan antibiotika profilaksis dalam hal jenis, waktu, cara, dosis, dan lama pemberian antibiotikanya harus tepat dan didukung oleh pedoman atau guideline yang telah disepakati bersama (Kanji and Devlin, 2008).

  Peningkatan jumlah operasi apendisitis akut pada beberapa tahun terakhir dan risiko infeksi setelah operasi yang cukup tinggi pada pasien yang tidak menerima antibiotika profilaksis, mengakibatkan penggunaan antibiotika profilaksis menjadi hal yang sangat penting. Penggunaan antibiotika profilaksis yang tepat dapat melindungi pasien dari terjadinya infeksi setelah operasi (WHO, 2009). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai “Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis pada Pasien yang Menjalani Operasi Apendisitis Akut di RS Panti Rapih tahun 2009” untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika profilaksis.

  Mengingat RS Panti Rapih merupakan salah satu rumah sakit swasta terbesar di Yogyakarta dan sebagai rumah sakit rujukan, maka kemungkinan besar akan banyak pasien yang berobat di RS Panti Rapih, sehingga dengan jumlah pasien yang banyak dapat memberikan gambaran yang cukup lengkap dan jelas mengenai penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut.

1. Permasalahan

  Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka dapat disusun permasalahan sebagai berikut: a. Berapa jumlah pasien yang menjalani operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih pada tahun 2009? b. Seperti apa karakterisitik demografi pasien yang menjalani operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih berdasarkan usia, jenis kelamin, keluhan, lama keluhan, dan lama perawatan?

  c. Seperti apa pola penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut terkait dengan jenis antibiotika, waktu, cara, dosis dan lama pemberiannya?

  d. Apakah penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih tahun 2009 sudah sesuai dengan Standar Pelayanan Medik RS Panti Rapih, WHO Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009), Antimicrobial Prophylaxis in Surgery (Kanji and Devlin, 2008), dan ASHP

  Therapeutic Guidelines (ASHP, 1999) ditinjau dari jenis antibiotika profilaksis,

  waktu, cara, dosis dan lama pemberian antibiotika profilaksis?

  e. Faktor-faktor apa yang mendasari pemilihan antibiotika profilaksis bagi pasien yang menjalani operasi apendisitis akut RS Panti Rapih tahun 2009?

2. Keaslian Penelitian

  Sejauh yang peneliti ketahui, penelitian berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis pada Pasien yang Menjalani Operasi Apendisitis Akut di RS Panti Rapih tahun 2009” belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan yang berhubungan dengan penggunaan antibiotika pada pasien operasi apendisitis akut antara lain:

  a. “Studi Penggunaan Antibiotika pada Kasus Bedah Apendiks: Instalasi Rawat Inap Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya” oleh Imelda tahun 2008. b. “Studi Penggunaan Obat Pada Penderita Apendisitis Akut Di Bagian Bedah RSU Dr. Saiful Anwar Malang” oleh Fatmawati tahun 2007.

  Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian di atas dalam hal lokasi penelitian, periode pengambilan data, dan subjek penelitian. Subjek penelitian pada penelitian yang dilakukan oleh Imelda (2008) adalah pasien operasi apendisitis, baik apendisitis akut maupun apendisitis kronis, yang menerima antibiotika profilaksis dan antibiotika terapi di RSU Dr. Soetomo Surabaya tahun 2006. Sedangkan subjek penelitian pada penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2007) adalah pasien operasi apendisitis akut yang menggunakan antibiotika dan analgetika di RSU Dr. Saiful Anwar Malang pada tahun 2005.

3. Manfaat Penelitian

  a. Manfaat teoritis. Menambah wawasan dan menjadi salah satu sumber informasi dalam pemilihan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut.

  b. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas terapi dalam pemilihan dan penggunaan antibiotika profilaksis secara rasional pada operasi apendisitis akut.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

  Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pemilihan dan penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut pada tahun 2009 di RS Panti Rapih.

2. Tujuan Khusus

  Untuk mencapai tujuan umum maka penelitian ini secara khusus ditujukan untuk: a. menghitung jumlah pasien yang menjalani operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih pada tahun 2009.

  b. mengidentifikasi karakterisitik demografi pasien operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih berdasarkan usia, jenis kelamin, keluhan, lama keluhan, dan lama perawatan.

  c. mengidentifikasi jenis antibiotika profilaksis yang digunakan, berikut waktu, cara, dosis dan lama pemberiannya.

  d. menilai kesesuaian jenis, waktu, cara, dosis, dan lama pemberian antibiotika profilaksis yang digunakan oleh pasien operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih tahun 2009 dengan Standar Pelayanan Medik RS Panti Rapih, WHO

  Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009), Antimicrobial Prophylaxis in Surgery (Kanji and Devlin, 2008), dan ASHP Therapeutic Guidelines (ASHP,

  1999).

  e. mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasari pemilihan antibiotika profilaksis melalui wawancara mendalam dengan dokter bedah, Kepala Instalansi Farmasi, dan Wakil Kepala Kamar Bedah RS Panti Rapih.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Antibiotika

  1. Definisi

  Antibiotika adalah zat atau senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya (BPOM, 2008). Selain berasal dari makhluk hidup, antibiotika juga dapat diproduksi secara sintetis.

  2. Prinsip dasar penggunaan antibiotika

  Prinsip umum penggunaan antibiotika sama seperti obat-obat lainnya, yaitu dapat memenuhi kriteria sebagai berikut: antibiotika diberikan sesuai dengan indikasi penyakit, tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat lama pemberian, mutu terjamin dan aman, serta antibiotika tersedia setap saat dengan harga yang terjangkau (WHO, 2001).

  Pemilihan antibiotika yang tepat didasarkan pada pertimbangan faktor sensitivitas bakteri terhadap antibiotika dan keadaan tubuh penderita. Pemberian antibiotika yang ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman (Hessen and Kaye, 2004). Namun dalam praktek sehari-hari, tidak mungkin untuk melakukan pemeriksaan mikrobiologis pada setiap pasien yang dicurigai menderita suatu infeksi. Selain itu, untuk infeksi berat yang memerlukan penanganan segera, pemberian antibiotika dapat segera dimulai setelah pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman. Pemberian antibiotika tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada educated guess, yaitu pemilihan antibiotika didasarkan pada jenis mikroorganisme yang menjadi penyebab tersering suatu infeksi. Keadaan tubuh penderita perlu dipertimbangkan untuk dapat memilih antibiotika yang tepat.

  Faktor yang perlu dipertimbangkan pada pemilihan antibiotika yaitu usia, wanita hamil atau menyusui, alergi, fungsi ginjal, dan fungsi hati. Hal ini berpengaruh pada jenis dan dosis antibiotika yang akan digunakan (BPOM, 2008).

3. Mekanisme kerja antibiotika

  Antibiotika bekerja dalam tubuh manusia dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Menghambat sintetis dinding sel bakteri

  Sintesis dinding sel bakteri dihambat dengan cara menghambat cross-

  linking peptidoglikan yang merupakan reaksi terakhir dalam sintesis dinding

  sel bakteri (Graumlich, 2003). Antibiotika yang bekerja dengan mekanisme ini adalah antibiotika-antibiotika golon gan β–laktam (penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem). Antibiotika golongan

  β–laktam secara struktural mirip dengan monomer peptida pada peptidoglikan. Monomer peptida ini berikatan dengan enzim transpeptidase untuk membentuk cross-linking peptidoglikan sehingga dapat menguatkan dinding sel bakteri. Namun dengan hadirnya antibiotika

  β–laktam, ikatan antara enzim transpeptidase dengan monomer peptida terhambat karena enzim transpeptidase mengikat antibiotika β–laktam. Hal ini mengakibatkan cross-linking peptidoglikan tidak terjadi sehingga dinding sel bakteri lemah, bakteri lisis, dan kemudian mati (Gordon, 2009 dan Woodin and Moririson, 1994).

  

Gambar 1. Peran penisilin dalam menghambat enzim transpeptidase

dari pembentukan cross-link peptida di peptidoglikan (Kaiser, 2009)

  Mekanisme lain untuk menghambat sintetis dinding bakteri sel adalah dengan cara menghambat pertumbuhan peptidoglikan. Antibiotika yang bekerja dengan mekanisme ini adalah vankomisin. Vankomisin mengikat erat dan mencegah penggabungan prekursor sub-unit dari dinding sel, sehingga prekusor tidak dapat bergabung ke dalam matriks peptidoglikan. Proses ini menyebabkan sel lisis dan mati (Woodin and Moririson, 1994).

b. Menghambat sintetis protein

  Penghambatan sintesis protein dapat mengakibatkan terganggunya proses translasi atau penerjemahan kode genetik pada bakteri. Beberapa jenis antibiotika bekerja pada ribosom 30S (aminoglikosida, tetrasiklin) dan ada pula yang bekerja pada ribosom 50S (klindamisin, linkomisin, kloramfenikol, eritromisin, klaritromisin). Beberapa antibiotika yang bekerja dengan mekanisme ini menyebabkan sintesis protein terhambat secara reversibel, kecuali pada aminoglikosida. Aminoglikosida mengikat ribosom 30S secara ireversibel yang kemudian menyebabkan sintesis protein bakteri menjadi terhambat (Gordon, 2009).

  c. Menghambat sintetis asam nukleat Antibiotika yang bekerja pada mekanisme ini adalah golongan rifampin dan kuinolon. Rifampin berikatan dengan RNA polimerase bakteri sehingga menghambat sintesis mRNA (proses transkipsi). Sedangkan kuinolon berikatan dengan DNA girase yang berfungsi memotong untai DNA sehingga mencegah terjadinya superkoil, menguraikan DNA, dan menghentikan replikasi DNA (Graumlich, 2003).

  d. Menghambat metabolisme asam folat Bakteri membutuhkan asam folat yang digunakan sebagai kofaktor enzim untuk sintesis DNA dan RNA. Asam folat diperoleh bakteri dengan mensintesis sendiri dari asam para amino benzoat (PABA). Antibiotika yang bekerja pada mekanisme ini adalah golongan sulfonamida dan trimetoprim.

Dokumen yang terkait

Evaluasi peresepan antibiotika profilaksis dengan metode gyssens pada pasien yang menjalani operasi sesar pada Bulan April 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

2 21 186

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien operasi apendisitis akut di instalasi rawat inap Rumah Sakit Baptis Batu Jawa Timur tahun 2011.

0 6 94

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien operasi apendisitis akut di Instalasi Rawat Inap RSUD Badung Provinsi Bali tahun 2011.

0 4 101

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

4 14 118

Evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien kaker prostat yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 - USD Repository

0 2 145

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih - USD Repository

0 0 116

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien hernia inguinalis di RS DR. Moewardi Surakarta periode Juni-Oktober tahun 2008 - USD Repository

0 0 90

Evaluasi drug therapy problems penggunaan antibiotika pada pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008 - USD Repository

0 0 109

Evaluasi drug therapy problems penggunaan antibiotik pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi di RS Bethesda Yogyakarta periode tahun 2006-2008 - USD Repository

0 0 146

Evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien demam tifoid kelompok pediatrik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari-Desember 2010 - USD Repository

0 3 153