Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

(1)

x

INTISARI

Bagi petugas medis, peningkatan jumlah operasi sesar seharusnya menjadi hal yang mengkhawatirkan sebab kemungkinan risiko yang dialami pasien juga besar. Salah satu risiko operasi sesar yaitu infeksi, dapat dicegah dengan pemberian terapi antibiotika profilaksis yang tepat.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih. Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif-evaluatif. Data diperoleh dari kartu rekam medik pasien yang disimpan di RS Panti Rapih.

Presentase operasi sesar pada bulan Januari-Desember 2007 berkisar antara 31,82-45,13%. Tipe operasi sesar berdasarkan jumlah operasi sesar yang pernah dilakukan yaitu operasi sesar primer (81,40%) dan operasi sesar ulangan (18,60%). Tipe operasi sesar berdasarkan alasan dilakukannya operasi yaitu operasi sesar elektif (53,49%) dengan indikasi paling banyak disproporsi kepala panggul (23,53%); dan operasi sesar emergency (46,51%) dengan indikasi paling banyak induksi gagal (25,00%). Karakteristik pasien yang menjalani operasi sesar yaitu sebesar 53,48% berusia 20-29 tahun; sebesar 58,14% menjalani kehamilan yang pertama; sebanyak 69,77% belum pernah melahirkan sebelumnya; dan sebanyak 86,05% belum pernah mengalami aborsi. Antibiotika profilaksis yang paling banyak digunakan yaitu berupa seftriakson 2 gram (81,40%) dan rute pemberian yang paling banyak digunakan adalah intravena (86%). Drug related

ploblems yang muncul pada penggunaan antibiotika profilaksis yaitu 8 kasus

terapi obat tidak diperlukan, 5 kasus salah obat; 12 kasus dosis terlalu rendah, dan 41 kasus efek samping obat.


(2)

xi

ABSTRACT

For medical people, the increasing number of cesarean section is an attractive event because the section has a big risks that should be considered. Infection, one kind of the risks, can be prevented by an appropriate use of prophylaxis antibiotics.

The goal of this study is to evaluate the use of prophylaxis antibiotics in patients who undergo cesarean section on August and September 2007 in Panti Rapih hospital. This study is included in non-experimental with descriptive-evaluative design experimental. Data are collected from patient ’s medical records that have been stored by Panti Rapih hospital.

Percentage of cesarean section which occur on Januari-Desember 2007 is range from 31,82-45,13%. The type of cesarean section based on cesarean section that has been done before are primer cesarean section (81,40%) and re-cesarean section (18,60%). The type of cesarean section based on the reasons to do the section are elective cesarean section (53,49%) with the most common indication is cephalopelvic disproportion (23,53%); and emergency cesarean section (46,51%) with the most common indication is failed induction (25,00%). Patient’s characteristics are 20-29 years old (53,48%); have their first pregnant (58,14%); 69,77% never have partus history before; and 86,05% never have abortion history. The most common use of prophylaxis antibiotics is 2 gram ceftriaxone (81,40%) and the most common route administration is intravena (86%). Drug related

problems which occur in the use of prophylaxis antibiotics are 8 cases

unnecessary drug therapy, 5 cases wrong drug; 12 cases dose too low, and 41 cases adverse drug reaction.

Key words: prophylaxis antibiotics, cesarean section, Panti Rapih hospital

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA PASIEN YANG MENJALANI OPERASI SESAR

PADA BULAN AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2007 DI RS PANTI RAPIH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Eunike Sefti Arisandy NIM : 048114136

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

ii

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA PASIEN YANG MENJALANI OPERASI SESAR

PADA BULAN AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2007 DI RS PANTI RAPIH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Eunike Sefti Arisandy NIM : 048114136

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(7)

v

PERSEMBAHAN

One night I dr eamed a dr eam.

I was walking along t he beach wit h my Lor d. Acr oss t he dar k sky f lashed scenes f r om my lif e. For each scene, I not iced t wo set s of f oot pr int s in t he sand,

one belong t o me and one t o my Lor d. When t he last scene of my lif e shot bef or e me,

I looked back at t he f oot pr int s in t he sand. Ther e was only one set of f oot pr int s.

I r ealized t hat t his was t he lowest and t he saddest t imes of my lif e. This always bot her ed me and I quest ioned t he Lor d about my dilemma.

‘Lor d, You t old me when I decided t o f ollow, You would walk and t alk wit h me all t he way.

But I ' m awar e t hat dur ing t he most t r oublesome t imes of my lif e, t her e is only one set of f oot pr int s.

I j ust don' t under st and why, when I need You most , You leave me.’ He whisper ed, ‘My pr ecious child, I love you and will never leave you

never , ever , dur ing your t r ials and t est ings. When you saw only one set of f oot pr int s,

it was t hen t hat I car r ied you.’


(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Eunike Sefti Arisandy

Nomor Mahasiswa : 048114136

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA PASIEN YANG MENJALANI OPERASI SESAR PADA BULAN AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2007 DI RS PANTI RAPIH

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 31 Maret 2008 Yang menyatakan

(Eunike Sefti Arisandy)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(9)

vi

PRAKATA

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis pada Pasien yang Menjalani Operasi Sesar pada Bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih” dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M. Kes. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing, memberikan kritik dan saran selama penyusunan proposal penelitian, pelaksanaan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. dan Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji yang bersedia untuk memberikan masukan yang berguna demi peningkatan hasil karya tulis ini.

4. Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Farmasi.


(10)

vii

5. Segenap dewan direksi RS Panti Rapih yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk dapat melakukan penelitian di RS Panti Rapih.

6. Segenap petugas bagian rekam medik RS Panti Rapih yang telah banyak membantu dalam proses pengambilan data.

7. Ibu Lin dan Bapak Rustamadji yang telah mendukung dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

8. Papa dan Mama atas doa dan semangat yang diberikan. 9. Adikku, Linda, atas dukungan yang diberikan.

10.Yusak dan Rahel atas doa, cinta, semangat, keceriaan, kebersamaan dan pengorbanan yang diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan baik.

11.Keluarga Lydia Inawati yang mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

12.Sahabat-sahabatku, Chika, Novi, Lala, Apri, Sinta atas semangat, doa, keceriaan dan kebersamaan. Semoga persahabatan kita akan terus berlanjut selamanya.

13.Teman-teman KKN angkatan XXXIV kelompok Dukuh Turi yang telah memberikan banyak ”pelajaran kehidupan” yang tak ternilai harganya.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang juga telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas semua kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(11)

viii

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta,


(12)

ix

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Februari 2008 Penulis,

Eunike Sefti Arisandy

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(13)

x

INTISARI

Bagi petugas medis, peningkatan jumlah operasi sesar seharusnya menjadi hal yang mengkhawatirkan sebab kemungkinan risiko yang dialami pasien juga besar. Salah satu risiko operasi sesar yaitu infeksi, dapat dicegah dengan pemberian terapi antibiotika profilaksis yang tepat.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih. Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif-evaluatif. Data diperoleh dari kartu rekam medik pasien yang disimpan di RS Panti Rapih.

Presentase operasi sesar pada bulan Januari-Desember 2007 berkisar antara 31,82-45,13%. Tipe operasi sesar berdasarkan jumlah operasi sesar yang pernah dilakukan yaitu operasi sesar primer (81,40%) dan operasi sesar ulangan (18,60%). Tipe operasi sesar berdasarkan alasan dilakukannya operasi yaitu operasi sesar elektif (53,49%) dengan indikasi paling banyak disproporsi kepala panggul (23,53%); dan operasi sesar emergency (46,51%) dengan indikasi paling banyak induksi gagal (25,00%). Karakteristik pasien yang menjalani operasi sesar yaitu sebesar 53,48% berusia 20-29 tahun; sebesar 58,14% menjalani kehamilan yang pertama; sebanyak 69,77% belum pernah melahirkan sebelumnya; dan sebanyak 86,05% belum pernah mengalami aborsi. Antibiotika profilaksis yang paling banyak digunakan yaitu berupa seftriakson 2 gram (81,40%) dan rute pemberian yang paling banyak digunakan adalah intravena (86%). Drug related

ploblems yang muncul pada penggunaan antibiotika profilaksis yaitu 8 kasus

terapi obat tidak diperlukan, 5 kasus salah obat; 12 kasus dosis terlalu rendah, dan 41 kasus efek samping obat.


(14)

xi

ABSTRACT

For medical people, the increasing number of cesarean section is an attractive event because the section has a big risks that should be considered. Infection, one kind of the risks, can be prevented by an appropriate use of prophylaxis antibiotics.

The goal of this study is to evaluate the use of prophylaxis antibiotics in patients who undergo cesarean section on August and September 2007 in Panti Rapih hospital. This study is included in non-experimental with descriptive-evaluative design experimental. Data are collected from patient ’s medical records that have been stored by Panti Rapih hospital.

Percentage of cesarean section which occur on Januari-Desember 2007 is range from 31,82-45,13%. The type of cesarean section based on cesarean section that has been done before are primer cesarean section (81,40%) and re-cesarean section (18,60%). The type of cesarean section based on the reasons to do the section are elective cesarean section (53,49%) with the most common indication is cephalopelvic disproportion (23,53%); and emergency cesarean section (46,51%) with the most common indication is failed induction (25,00%). Patient’s characteristics are 20-29 years old (53,48%); have their first pregnant (58,14%); 69,77% never have partus history before; and 86,05% never have abortion history. The most common use of prophylaxis antibiotics is 2 gram ceftriaxone (81,40%) and the most common route administration is intravena (86%). Drug related

problems which occur in the use of prophylaxis antibiotics are 8 cases

unnecessary drug therapy, 5 cases wrong drug; 12 cases dose too low, and 41 cases adverse drug reaction.

Key words: prophylaxis antibiotics, cesarean section, Panti Rapih hospital

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(15)

xii

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

INTISARI... x

ABSTRACT... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 3

2. Keaslian karya ... 3

3. Manfaat penelitian... 4


(16)

xiii

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Operasi Sesar... 6

1. Definisi operasi sesar ... 6

2. Tipe-tipe operasi sesar ... 6

3. Indikasi operasi sesar ... 8

4. Risiko operasi sesar... 8

B. Infeksi... 9

1. Definisi infeksi... 9

2. Infeksi paska operasi... 9

3. Faktor risiko infeksi ... 10

C. Antibiotika ... 12

1. Definisi antibiotika... 12

2. Prinsip penggunaan antibiotika ... 12

D. Antibiotika Profilaksis ... 14

1. Definisi antibiotika profilaksis... 14

2. Prinsip pemberian antibiotika profilaksis pada pasien operasi sesar... 14

3. Antibiotika profilaksis pilihan ... 15

E. Drug Related Problems (DRPs)... 17

F. Keterangan Empiris ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 20

B. Definisi Operasional ... 20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(17)

xiv

C. Subyek Uji... 22

D. Bahan Penelitian ... 23

E. Jalannya Penelitian... 23

F. Analisis Data ... 24

G. Kesulitan yang Dialami dan Pemecahan Masalah... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelayanan Operasi Sesar yang Dilakukan di RS Panti Rapih Tahun 2007 ... 26

B. Karakteristik Operasi Sesar... 27

1. Tipe operasi sesar berdasarkan alasan dilakukannya operasi ... 27

2. Tipe operasi sesar berdasarkan jumlah operasi sesar yang pernah dilakukan... 28

3. Indikasi operasi sesar elektif ... 29

4. Indikasi operasi sesar emergency ... 30

C. Karakteristik Pasien yang Menjalani Operasi Sesar ... 31

1. Usia pasien... 31

2. Riwayat kehamilan pasien ... 33

3. Riwayat melahirkan pasien... 33

4. Riwayat aborsi pasien ... 34

D. Pola Penggunaan Antibiotika Profilaksis Untuk Operasi Sesar ... 35

1. Variasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih... 35


(18)

xv

2. Rute pemberian antibiotika profilaksis di RS Panti Rapih

pada bulan Agustus dan September 2007 ... 36

E. Drug Related Problems Saat Penggunaan Antibiotika Profilaksis.... 37

1. Evaluasi drug related problems... 37

2. Kasus DRPs yang terjadi pada pasien yang melakukan operasi sesar di RS Panti Rapih pada bulan Agustus dan September 2007... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 47

B. Saran... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 51

BIOGRAFI PENULIS ... 95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel I. Penggunaan antibiotika di masa kehamilan menurut Wattimena,

Sugiarto, Widianto, Sukandar, Soemardji, Setiadi (1990)... 13 Tabel II. Kategori dan penyebab munculnya DRPs menurut Cipolle,

Strand, dan Morley (2004) ... 18 Tabel III. Total pelayanan persalinan di RS Panti Rapih tahun 2007... 26 Tabel IV. Persentase jumlah operasi sesar di RS Panti Rapih tahun 2007... 27 Tabel V. Indikasi operasi sesar elektif pada bulan Agustus dan September

2007 di RS Panti Rapih... 29 Tabel VI. Indikasi operasi sesar emergency pada bulan Agustus dan

September 2007 di RS Panti Rapih... 30 Tabel VII. Variasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang

menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September

2007 di RS Panti Rapih... 35 Tabel VIII. Rute pemberian antibiotika profilaksis yang digunakan pasien

yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September

2007 di RS Panti Rapih... 36 Tabel IX. Kasus terapi obat yang tidak diperlukan pasien yang menjalani

operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS

Panti Rapih ……… 38

Tabel X. Kasus salah obat pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan


(20)

xvii

Tabel XI. Kasus dosis terlalu rendah pasien yang menjalani operasi sesar

pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih……. 40 Tabel XII. Kasus efek samping obat pasien yang menjalani operasi sesar

pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih …… 41 Tabel XIII. Kasus pasien dengan nomor RM 154872 (DRP efek samping

obat)……… 42

Tabel XIV. Kasus pasien dengan nomor RM 060314 (DRPs salah obat dan

efek samping obat)………. 43

Tabel XV. Kasus pasien dengan nomor RM 487481 (DRPs dosis terlalu

rendah dan efek samping obat)………... 44 Tabel XVI. Kasus pasien dengan nomor RM 144015 (DRPs tidak perlu

terapi obat dan efek samping obat)………... 45 Tabel XVII. Kasus pasien dengan nomor RM 165550 (DRPs tidak perlu

antibiotika profilaksis, perpanjangan penggunaan antibiotika

dan efek samping obat……… 46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Hal. Gambar 1. Tipe operasi sesar berdasarkan alasan dilakukannya operasi

pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih... 28 Gambar 2. Tipe operasi sesar berdasarkan jumlah operasi sesar yang

pernah dilakukan sebelumnya oleh pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS

Panti Rapih... 28 Gambar 3. Usia pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus

dan September 2007 di RS Panti Rapih... 32 Gambar 4. Riwayat kehamilan pasien yang menjalani operasi sesar pada

bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih... 33 Gambar 5. Riwayat melahirkan pasien yang menjalani operasi sesar pada

bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih... 34 Gambar 6. Riwayat aborsi pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan


(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Hal. Lampiran 1. Data pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus

dan September 2007 di RS Panti Rapih... 51 Lampiran 2. Surat persetujuan ijin penelitian dari pihak RS Panti Rapih... 94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(23)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu kesehatan semakin pesat, salah satu kemajuan dalam bidang obstetrik dan ginekologi yaitu kemajuan dalam teknik operasi sesar yang semakin memudahkan persalinan. Operasi sesar sejauh ini telah banyak membantu menyelamatkan nyawa ibu dan bayi. Operasi sesar perlu dilakukan apabila risiko melahirkan secara normal terlalu besar bagi ibu dan bayi serta ada indikasi medis yang mendukung seperti bobot bayi yang akan dilahirkan terlalu besar, bayi depresi saat akan dilahirkan, atau selang waktu antar pembukaan awal hingga kelahiran terlalu lama. Sekarang ini, banyak pasien yang meminta agar dapat melahirkan melalui operasi sesar. Alasan yang melandasi keputusan pasien untuk melahirkan melalui sesar di antaranya yaitu kekhawatiran akan rasa sakit yang akan dialami apabila melahirkan secara normal, kekhawatiran akan dilakukannya tindakan episiotomy, dan bahkan untuk memilih hari kelahiran calon anak.

Menurut studi yang dilakukan Health Grades (perusahaan informasi kesehatan di Amerika) angka melahirkan melalui operasi sesar elektif atau yang telah direncanakan sebelumnya meningkat 36% dari tahun 2001 hingga 2003 (Moninger, 2007). Di RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada tahun 1970 persentase operasi sesar hanya 5% dari seluruh persalinan, tetapi pada tahun 2002 meningkat pesat hingga 26% dari seluruh persalinan. Sepanjang tahun 2005


(24)

2

dan 2006, di RSUPN Cipto Mangunkusumo terdapat 25-30 pasien operasi sesar di antara 100 orang yang menjalani proses persalinan (Iis Sinsin, 2005 cit Indriarti, 2007). Di RS Panti Rapih angka melahirkan melalui operasi sesar pada tahun 2006 meningkat 24,97% dari tahun 2001. Bagi petugas medis, peningkatan jumlah operasi sesar seharusnya menjadi hal yang mengkhawatirkan sebab kemungkinan risiko ya ng mungkin timbul akan semakin meningkat seiring bertambahnya angka kejadian operasi sesar.

Salah satu risiko operasi sesar yang dapat dialami pasien yaitu terjadinya infeksi paska operasi sesar. Infeksi paska operasi sesar dapat berupa endometritis, infeksi luka operasi, dan sepsis. Infeksi dapat terjadi sebab terjadi pembedahan pada bagian perut dan dinding rahim yang dapat menyebabkan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh pasien. Selain itu lemahnya kondisi pasien paska operasi dapat menyebabkan bertumbuhnya bakteri patogen yang sebenarnya merupakan flora normal tubuh.

Infeksi paska operasi dapat diatasi dengan pemberia n antibiotika profilaksis yang tepat. Antibiotika profilaksis merupakan antibiotika yang diberikan sebelum terjadinya infeksi. Syarat antibiotika yang dapat digunakan sebagai profilaksis pada operasi sesar yaitu harus dapat mengeradikasi bakteri yang mungkin menginfeksi paska operasi, diberikan melalui rute parenteral, kadar antibiotika profilaksis serta waktu penggunaannya harus dapat me ncegah terjadinya infeksi. Selain itu, pemilihan antibiotika profilaksis perlu mempertimbangkan kemungkinan pengaruh antibiotika pada bayi yang dikandung. Peningkatan jumlah operasi sesar tiap tahunnya serta kebutuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(25)

penggunaan antibiotika profilaksis pada kondisi yang khusus yaitu adanya kehamilan maka dilakukan penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis pada Pasien yang Menjalani Operasi Sesar pada Bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

1. Permasalahan

a. Berapakah besar kejadian operasi sesar dibandingkan total proses persalinan yang dilakukan Januari-Desember tahun 2007?

b. Bagaimana karakteristik operasi sesar yang berlangsung pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih?

c. Bagaimana karakteristik pasien yang menjalani operasi sesar yang berlangsung pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih? d. Seperti apa pola penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang

menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih dilihat dari variasi penggunaan antibiotika profilaksis dan cara pemberian antibiotika profilaksis?

e. Apa saja Drug Related Problems (DRPs) yang muncul saat penggunaan antibiotika profilaksis?

2. Keaslian karya

Penelitian tentang Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis pada Pasien yang Menjalani Operasi Sesar pada Bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian lain yang membahas penggunaan obat pada pasien bedah sesar yaitu oleh Wikaningtyas (2004) tentang Gambaran Peresepan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di


(26)

4

Instalasi Rawat Inap RS. Panti Rapih Yogyakarta periode Januari-Juni 2002 dan Dewi (2007) tentang Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Pasca Bedah Sesar di Bangsal Bakung Timur Rumah Sakit Sanglah Denpasar periode Februari 2007.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Memberikan gambaran mengenai penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk melaksanakan terapi antibiotika profilaksis yang lebih efektif dan efisien pada operasi sesar.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi deskriptif mengenai penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui berapa besar kejadian operasi sesar dibandingkan total proses persalinan yang dilakukan Januari-Desember tahun 2007.

b. Mengetahui karakteristik operasi sesar yang berlangsung pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(27)

c. Mengetahui karakteristik pasien yang menjalani operasi sesar yang berlangsung pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih. d. Mengetahui pola penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang

menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih dilihat dari variasi penggunaan antibiotika profilaksis dan cara pemberian antibiotika profilaksis.


(28)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Operasi Sesar 1. Definisi operasi sesar

Operasi sesar atau seksio cesarea didefinisikan sebagai suatu proses penghantaran bayi, plasenta dan membran (setelah 28 minggu) melalui pemotongan atau pembedahan pada perut dan dinding rahim (Benson, 1980).

Di Amerika, angka melahirkan melalui operasi sesar elektif atau yang telah direncanakan sebelumnya meningkat 36% dari tahun 2001 hingga 2003 (Moninger, 2007). Sepanjang tahun 2005 dan 2006, terdapat 25-30 pasien operasi sesar di antara 100 orang yang menjalani proses persalinan di RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta (Sinsin, 2005 cit Indriarti, 2007).

2. Tipe -tipe operasi sesar

Berdasarkan alasan dilakukannya operasi, tipe operasi sesar dibagi menjadi 2 yaitu operasi sesar elektif dan operasi sesar emergency. Operasi sesar elektif yaitu operasi yang dilakukan secara terencana karena adanya indikasi medis yang tidak memungkinkan pasien menjalani persalinan spontan atau normal. Indikasi untuk melakukan operasi sesar elektif dapat diketahui melalui pemeriksaan rutin ke dokter kandungan. Apabila keputusan akhir yang diambil yaitu operasi sesar maka perlu direncanakan waktu yang tepat untuk melaksanakan operasi. Operasi sesar emergency merupakan operasi sesar yang dilakukan ketika pasien mengalami kesulitan dalam persalinan normal dan perlu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(29)

penanganan secepatnya agar nyawa ibu dan bayi dapat terselamatkan. Pasien yang menjalani operasi sesar emergency sebenarnya memiliki kesempatan untuk melahirkan secara normal dengan atau tanpa bantuan induksi, vakum, atau

forceps, tetapi pada proses persalinan mengalami kesulitan yang mengharuskan

menjalani operasi sesar sebagai metode pengakhiran persalinan. Salah satu alasan yang mendasari keputusan sesar yaitu untuk menyelamatkan nyawa pasien dan bayi (Benson, 1980).

Tipe operasi sesar berdasarkan jumlah operasi sesar yang pernah dilakukan sebelumnya dibagi menjadi 2 yaitu operasi sesar primer dan operasi sesar ulangan. Operasi sesar primer adalah operasi sesar yang dilakukan oleh pasien untuk yang pertama kalinya. Operasi sesar ulangan (re-cesarean section) ialah operasi sesar yang telah dilakukan untuk kedua kalinya, ketiga kalinya, dan seterusnya. Pengertian yang lebih memudahkan istilah operasi sesar ulangan yaitu operasi yang telah dilakukan lebih dari satu kali (Benson, 1980). Pasien yang pernah menjalani operasi sesar pada kehamilan yang pertama, pada kehamilan berikutnya pasien dapat melakukan persalinan per vaginam apabila tidak ada penyulit persalinan. Persalinan per vaginam yang dilakukan pasien yang pada kehamilan sebelumnya menjalani operasi sesar dikenal dengan istilah Vaginal

Birth After Cesarean (VBAC). Pada pasien yang telah melakukan operasi sesar

sebanyak 2 kali, pada kehamilan berikutnya pasien harus melakukan operasi sesar lagi sebab ada risiko rahim robek (Handaya, 2006).


(30)

8

3. Indikasi operasi sesar

Operasi sesar dilakukan bila ada indikasi medis, di antaranya: ari-ari menutup jalan lahir (plasenta previa); preeklampsia-eklampsia; bayi berukuran besar, umumnya punya berat lebih dari 4,2 kg (macrosomia); detak jantung janin melambat (fetal distress); proses persalinan normal berlangsung lama sehingga terjadi kelelahan persalinan atau terjadi kegagalan persalinan normal (dystosia); kegagalan persalinan dengan induksi; letak bayi melintang atau sungsang; proporsi panggul ibu dengan kepala bayi yang tidak pas sehingga dikhawatirkan persalinan terhambat (cephalo pelvic disproportion/ CPD); kepala bayi lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus); ibu hamil menderita herpes genital, hipertensi, dan AIDS; tali pusar bayi putus (Anonim, 2007a).

4. Risiko operasi sesar

a. Pasien yang menjalani operasi sesar mendapat 3 sampai 5 lapisan jahitan yang apabila penyembuhannya tidak sempurna dapat terinfeksi kuman. Kemungkinan infeksi luka akibat operasi sesar lebih besar dari luka persalinan normal.

b. Perdarahan masif pada operasi sesar dua kali lipat lebih banyak dibandingkan persalinan normal.

c. Bekuan darah di kaki, organ-organ dalam panggul hingga paru-paru. d. Kematian langsung karena operasi sesar amat jarang (sekitar 7 dalam 100.000 persalinan), tetapi risikonya empat kali lebih tinggi daripada persalinan biasa.

(Bakar, 2002)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(31)

B. Infeksi 1. Definisi infeksi

Infeksi merupakan interaksi antara mikroorganisme dengan pejamu rentan yang terjadi melalui kode transmisi kuman. Cara transmisi mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airborne, dan dengan kontak langsung (Anonim, 2007b).

2. Infeksi paska operasi sesar

Adanya infeksi paska operasi sesar dapat dinilai dari tanda-tanda klinis yang berupa suhu tubuh di atas 38oC dan meningkatnya angka leukosit.

Endometritis merupakan infeksi yang sering terjadi setelah melakukan persalinan sesar. Insiden endometritis berkisar kurang dari 10% pada rumah sakit swasta, sampai 50% pada pasien di rumah sakit pendidikan yang besar. Insiden endometritis paska operasi sesar lebih besar dibandingkan dengan insiden endometritis paska persalinan normal yang hanya berkisar 0,9-3,9%. Faktor risiko yang berpengaruh pada endometritis paska operasi sesar yaitu lamanya proses persalinan atau ketuban pecah dini, bakteri vaginosis, pemeriksaan vagina berkali-kali, dan penggunaan monitor janin internal (Wilson dan Sande, 2001). Endometritis merupakan infeksi polimikrobia. Bakteri yang biasanya menginfeksi yaitu streptokoki grup B, Gardnerella vaginalis, E. coli, bakteri anaerob dan enterokoki (Wilson dan Sande, 2001). Tanda-tanda klinis endometritis yaitu subinvolusi urteri, uterus lembek dan nyeri tekan, lokia berbau adanya eritema dengan cairan serous (Roeshadi, 2006).


(32)

10

Selain itu dapat juga terjadi infeksi pada luka operasi. Tanda-tanda klinis luka operasi sesar yang mulai terinfeksi adalah terjadinya pembengkakan dan warna kemerahan pada bekas jahitan yang disebut dengan infiltrat, muncul rasa sakit di daerah jahitan, bekas jahitan operasi sesar terbuka dan bernanah (Hasuki, 2008).

Kemungkinan infeksi lainnya paska operasi adalah terjadinya sepsis. Sepsis adalah masuknya mikroorganisme ke dalam aliran darah, dapat menyebar ke organ lain dan menimbulkan infeksi di tempat yang baru. Sepsis merupakan salah satu infeksi yang mungkin terjadi pada pasien maupun bayi yang dilahirkan pasien. Sepsis dapat terjadi pada pasien apabila kejadian yang mungkin berisiko menimbulkan sepsis tidak segera ditangani, contohnya ketuban pecah dini. Selain pada pasien, sepsis juga dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan pasien. Sepsis pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena terpapar mikroorganisme yang sebelumnya menginfeksi pasien dan karena penggunaan antibiotika profilaksis yang terlalu dini (DeCherney dan Pernoll, 1994).

3. Faktor risiko infeksi

Faktor risiko yang berpengaruh pada kemungkinan terjadinya infeksi. a. Diabetes mellitus

Kadar glukosa yang terlalu tinggi dan tidak diimbangi produksi hormon insulin yang berlebih menyebabkan insulin yang ada tidak dapat mencukupi kebutuhan untuk menurunkan kadar glukosa darah. Kondisi ini menguntungkan perkembangbiakan mikroorganisme karena glukosa merupakan salah satu media perkembangbiakan yang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(33)

b. Penyakit kronis

Tuberkulosis, infeksi pada serviks ataupun vaginitis dan sebagainya, sangat memungkinkan mikroorganisme yang ada untuk sewaktu-waktu menjalar ke bagian tubuh lain dan berkembang biak di tempat baru. Sewaktu ada perlukaan operasi sesar, proses penyembuhannya dapat terganggu karena adanya infeksi bakteri, kuman, virus ataupun jamur.

c. Anemia

Selama kehamilan dan saat melahirkan, ibu dengan hemoglobin (Hb) di bawah 8 g/dl sangat mudah terserang infeksi, karena berdasarkan penelitian, pasien yang kadar hemoglobinnya kurang dari 10 g/dl memiliki kadar leukosit yang rendah. Dengan begitu infeksi dapat mudah terjadi, terlebih ketika terjadi perlukaan pada bagian tubuh pasien. Padahal, pasien yang memiliki hemoglobin rendah, sewaktu melahirkan kadar hemoglobinnya dapat semakin rendah karena adanya postpartum hemorrhage.

d. Ketuban pecah dini (KPD)

Ditandai dengan keluarnya cairan dari vagina yang baunya amat khas. Ketuban pecah dini memungkinkan masuknya bakteri ke jalan lahir yang telah terbuka dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan juga bayi di dalam rahim. e. Persalinan lama

Proses bersalin yang cukup lama memberi kesempatan terjadinya infeksi. Bila mikroorganisme berkembang, selain akan menimbulkan infeksi di organ reproduksi pasien, kemungkinan dapat menimbulkan infeksi di bekas luka operasi sesar.


(34)

12

f. Ketidaksterilan

Hal penting dalam operasi sesar adalah kondisi steril dari peralatan yang digunakan, tim dokter yang menangani, para asisten dokter, dan ruangan bersalin. Infeksi tidak hanya dapat terjadi di bekas luka sesar, tetapi dapat meluas hingga ke organ vital lainnya, seperti otak, paru-paru, hati, jantung.

g. Gizi yang seimbang

Dengan mencukupi kebutuhan gizi pasien dengan baik maka imunitas akan meningkat sehingga tidak akan mudah terinfeksi.

(Hasuki, 2008)

C. Antibiotika 1. Definisi antibiotika

Antibiotika ialah zat atau senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya (Anonim, 2000). Selain dari makhluk hidup, antibiotika dapat dibuat secara sintesis.

2. Prinsip penggunaan antibiotika

Prinsip penggunaan antibiotika didasarkan pada 2 pertimbangan, yaitu: a. penyebab infeksi

Penggunaan antibiotika diharapkan sesuai dengan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Akan tetapi dalam penerapannya sulit untuk diwujudkan karena harganya yang relatif mahal dan dugaan pada penyakit infeksi berat perlu segera dilakukan penanganan. Untuk itu penggunaan antibiotika dapat juga didasarkan atas educated guess, yaitu pemilihan antibiotika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(35)

didasarkan pada jenis mikroorganisme yang biasanya menginfeksi bagian-bagian tubuh.

b. faktor pasien

Faktor yang perlu dipertimbangkan pada pemilihan antibiotika yaitu usia, wanita hamil atau menyusui, alergi, fungsi ginjal, fungsi hati. Hal ini berpengaruh pada jenis dan dosis antibiotika yang akan digunakan.

(Anonim, 2000)

Tabel I. Penggunaan antibiotika di masa kehamilan menurut Wattimena, Sugiarto, Widianto, Sukandar, Soemardji, Setiadi (1990)

Antibiotika Embrio

1-3 bulan

Per fetal 4-9 bulan

Minggu terakhir kehamilan

Akibat terhadap bayi di dalam kandungan

Ampisilin + + +

Eritromisin + + +

Gentamisin ± - - Gangguan pendengaran

Kanamisin ± - - Gangguan pendengaran

Kloramfenikol ± ± - Agranulasitosis, sindrom bayi kelabu

Karbenisilin + + +

Neomisin ± - - Gangguan pendengaran

Oksasilin + + +

Penisilin + + +

Polimiksin ± - -

Sefalosporin ± + +

Streptomisin ± - - Gangguan pendengaran

Tetrasiklin ± - - Ditimbun di tulang, gigi berubah warna dari

normal

Keterangan:

+ : boleh digunakan - : tidak boleh digunakan ± : digunakan dengan hati- hati


(36)

14

D. Antibiotika Profilaksis 1. Definisi antibiotika profilaksis

Antibiotika profilaksis yaitu antibiotika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi baik sebelum maupun sesaat setelah terpapar mikroorganisme patogen tetapi belum menunjukan manifestasi infeksi. Penggunaan antibiotika profilaksis dalam operasi melibatkan pertimbangan risiko dan keuntungan. Untuk mencegah infeksi pada luka bekas operasi, antibiotika harus diberikan dalam waktu sebelum 2 jam dari waktu operasi. Antibiotika harus dihentikan setelah 24 jam setelah prosedur operasi (Anonim, 2000).

2. Prinsip pemberian antibiotika profilaksis pada pasien operasi sesar

a. Digunakan pada pasien yang memiliki risiko infeksi tinggi. Kategori pasien yang risiko infeksinya tinggi yaitu mengalami ketuban pecah dini atau waktu persalinannya lama, menjalani persalinan percobaan dan gagal menjalani persalinan dengan bantuan forceps.

b. Antibiotika diberikan apabila pasien termasuk pasien high risk dan menjalani operasi sesar emergency (Kanji dan Devlin, 2005).

c. Aktivitas antibiotika harus disesuaikan dengan kemungkinan terbesar mikroorganisme patogen yang mengkontaminasi luka atau lokasi operasi (educated guess).

d. Jika antibiotika profilaksis lebih dari satu, pemilihan antibiotika profilaksis harus didasarkan pada kemungkinan terbesar mikroorganisme yang mengkontaminasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(37)

e. Pada prosedur operasi yang berlangsung selama 3 jam atau kurang, dosis antibiotika profilaksis tunggal biasanya sudah cukup. Prosedur yang berlangsung lebih dari 3 jam membutuhkan tambahan dosis efektif.

(Barnas, 2000)

3. Antibiotika profilaksis pilihan

Pemilihan antibiotika profilaksis untuk operasi sesar sebaiknya memenuhi syarat berikut, yaitu: berupa sediaan parenteral, sesuai dengan mikroorganisme yang kemungkinan besar menginfeksi, kadar antibiotika profilaksis serta waktu penggunaannya harus dapat mencegah terjadinya infeksi saat pelaksanaan operasi. Selain itu, antibiotika yang dipilih hendaknya tidak memiliki efek yang tidak diinginkan terhadap bayi yang ada dalam kandungan.

Pencegahan infeksi pada operasi obstetric and gynaecology: a. Operasi sesar

Dosis tunggal sefuroksim IV diberikan setelah tali pusat dipotong.

Dapat digantikan dengan klindamisin IV jika ada riwayat alergi terhadap penisilin atau sefalosporin.

b. Histerektomi

Dosis tunggal sefuroksim IV ditambah metronidasol IV atau gentamisin IV ditambah metronidasol IV atau ko-amoksoklav tunggal.

c. Pengakhiran kehamilan

Dosis tunggal metronidasol oral, dan berikan doksisiklin paska operasi. (Anonim, 2007c)


(38)

16

Dosis tunggal antibotika profilaksis sudah cukup dan efektif dari 3 kali pemberian dosis atau pemberian hingga 24 jam setelah operasi dalam pencegahan infeksi. Jika prosedur operasi berlangsung lebih dari 6 jam atau terjadi kehilangan darah 1500 ml atau lebih, diperlukan pemberian dosis kedua untuk menjaga kecukupan kadar antibiotika selama prosedur (Anonim, 2003).

Sefazolin 1-2 gram secara intravena dan ampisilin 1 gram secara intravena merupakan antibiotika profilaksis yang dapat digunakan pada operasi sesar (McEvoy dkk, 2003). Selain itu, penggunaan seftriakson 1-2 gram secara intravena dosis tunggal terbukti memiliki keefektifan yang tidak berbeda bermakna dengan penggunaan ampisilin 1 gram multidosis secara intravena (Ahmed, Gerais, Adam, 2004).

Sefazolin 1-2 g sebagai antibiotika profilaksis dapat digantikan dengan metronidasol atau klindamisin. Penggunaan gentamisin dapat diberikan pada pasien dengan alergi ß-laktam.

Tidak sama seperti prosedur operasi lainnya, pemberian antibiotika profilaksis pada operasi sesar harus dilakukan setelah sayatan pertama dibuat atau setelah tali pusat dipotong (Kanji dan Devlin, 2005). Penundaan pemberian dosis pertama sampai tali pusat dipotong dapat mencegah infeksi pada pasien dan tidak mempengaruhi nilai tes laboratorium bayi (Cunningham dkk, 1983 cit DeCherney dan Pernoll, 1994). Pemberian antibiotika profilaksis yang terlalu awal dapat menyebabkan terjadinya sepsis pada bayi baru lahir (DeCherney dan Pernoll, 1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(39)

E. Drug Related Problems (DRPs)

Pengertian drug related problems yaitu kejadian-kejadian yang tidak diinginkan yang dialami pasien yang diduga atau terlibat dalam terapi obat yang menginginkan tercapainya tujuan terapi. Drug related problems merupakan sebuah konsekuensi dari kebutuhan akan obat yang tidak tercapai (Cipolle, Strand, Morley, 2004).

Salah satu tugas dan tanggung jawab farmasis dalam melakukan pelayanan kefarmasian yaitu melakukan identifikasi, mengatasi dan mencegah terjadinya drug related problems. Untuk dapat mengidentifikasi, mengatasi, dan mencegah drug related problems, farmasis harus dapat memahami bagaimana pasien dengan drug related problems ada dalam komunitas klinis. Drug related

problems selalu memiliki 3 komponen utama.

1. Kejadian atau risiko yang tidak diinginkan yang dialami pasien. Masalah dapat berupa komplain medis, tanda, simptom, diagnosis, penyakit, ketidakmampuan, nilai laboratorium yang tidak normal, atau sindrom.

2. Terapi obat (produk dan atau aturan dosis) yang dilakukan.

3. Hubungan yang terjadi (atau diduga) antara kejadian pada pasien yang tidak diinginkan dan terapi obat. Hubungan dapat berupa:

a. konsekuensi terapi obat, hubungan langsung atau hubungan sebab akibat, atau

b. membutuhkan tambahan atau modifikasi terapi obat sebagai pemecahan atau pencegahannya.


(40)

18

Drug related problems tidak dapat dicegah atau diatasi jika penyebabnya tidak

diketahui secara pasti. Penting untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan tidak hanya drug related problem, tetapi juga penyebab yang biasanya muncul. Tabel II merupakan rangkuman dari penyebab yang umumnya menimbulkan drug related problems (Cipolle, Strand, Morley, 2004).

Tabel II. Kategori dan penyebab munculnya DRPs menurut Cipolle, Strand, dan Morley (2004) Drug related problems Penyebab munculnya DRPs

Terapi obat yang tidak diperlukan

(unnecessary drug therapy)

a.Tidak ada indikasi yang tepat untuk terapi obat yang dilakukan.

b.Mengkonsumsi multiple drugs pada kondisi yang cukup memerlukan terapi

single drug.

c. Kondisi pasien lebih tepat diobati dengan terapi non farmakologis.

d.Terapi obat digunakan untuk mengobati efek samping yang dapat dicegah

yang berkaitan dengan pengobatan lainnya.

e.Penyalahgunaan obat, penggunaan obat, atau merokok yang menjadi

penyebabnya. Memerlukan terapi obat

tambahan

(need additional drug therapy)

a.Kondisi medis memerlukan inisiasi terapi obat.

b.Terapi obat pencegahan diperlukan untuk mengurangi resiko perkembangan

kondisi yang baru.

c.Kondisi medis memerlukan farmakoterapi tambahan untuk menghasilkan

sinergisme atau efek tambahan. Salah obat

(wrong drug)

a.Obat yang digunakan bukan yang paling efektif.

b.Kondisi medisnya sulit untuk dikontrol lewat terapi obat.

c.Bentuk sediaan obat tidak tepat.

d.Obat tidak efektif untuk indikasi yang muncul.

Dosis terlalu rendah (dose too low)

a.Dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang diinginkan.

b.Interval dosis terlalu jauh untuk dapat menghasilkan respon yang diinginkan.

c.Interaksi obat mengurangi jumlah obat yang aktif.

d.Durasi terapi obat terlalu singkat untuk menghasilkan respon yang diinginkan.

Efek samping obat (adverse drug reaction)

a.Obat menghasilkan reaksi yang tidak diinginkan tetapi tidak tergantung pada

besar dosis.

b.Obat yang lebih aman diperlukan karena adanya faktor risiko.

c.Interaksi obat menyebabkan munculnya reaksi yang tidak diinginkan tetapi

tidak tergantung pada besar dosis.

d.Aturan dosis diberikan atau diganti terlalu cepat.

e.Obat menyebabkan reaksi alergi.

f. Obat dikontraindikasikan karena faktor risiko.

Dosis terlalu tinggi (dose too high)

a.Dosis terlalu tinggi.

b.Frekuensi pemberian obat terlalu sering.

c.Durasi pemakaian obat terlalu lama.

d.Interaksi obat yang terjadi menghasilkan reaksi toksik obat.

Ketidakpatuhan pasien (uncompliance)

a.Pasien tidak paham instruksi yang diberikan.

b.Pasien memilih untuk tidak meminum obat.

c.Pasien lupa meminum obat.

d.Obat terlalu mahal untuk pasien.

e.Pasien tidak dapat menelan atau menggunakan sendiri obat yang dipilihkan.

f. Obat yang hendak ditebus tidak tersedia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(41)

F. Keterangan Empiris

Penggunaan antibiotika profilaksis pada prosedur operasi sesar penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Penelitian ini diharapkan dapat mengevaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.


(42)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis pada Pasien yang Menjalani Operasi Sesar Pada Bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih” termasuk dalam jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif-evaluatif. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan dan mengevaluasi suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta. Hasil penelitian ditekankan pada penggambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki.

B. Definisi Operasional

1. Pasien adalah wanita yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih, usia kehamilan di atas 38 minggu, menggunakan antibiotika profilaksis, memiliki data laboratorium paska operasi yang mencantumkan nilai leukosit.

2. Operasi ialah operasi sesar yang berlangsung pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

3. Pasien dengan faktor risiko infeksi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pasien yang mengalami ketuban pecah dini, anemia, menderita diabetes mellitus, mengalami penyakit kronis, operasi berlangsung lama, nilai leukosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(43)

sebelum operasi lebih rendah dari nilai rujukan, dan pasien yang tidak memiliki nilai laboratorium sebelum operasi.

4. Anemia pada wanita hamil ditandai dengan rendahnya nilai hemoglobin yaitu di bawah 11,0 g/dl.

5. Antibiotika profilaksis yang dimaksud yaitu antibiotika yang digunakan sebelum operasi sesar sampai 24 jam setelah operasi sesar yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi yang biasanya terjadi paska operasi.

6. Antibiotika terapi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu antibiotika yang digunakan pada keadaan di mana ada tanda-tanda infeksi paska operasi seperti meningkatnya angka leukosit, suhu tubuh di atas 38oC, subinvolusi urteri, uterus le mbek dan nyeri tekan, lokia berbau, terjadinya infiltrat, muncul rasa sakit di daerah jahitan, luka bernanah dan terlihat basah.

7. Drug Related Problems (DRPs) yaitu masalah-masalah yang timbul

sehubungan dengan pemberian antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

8. Terapi obat yang tidak perlu yaitu DRP yang terjadi jika pasien yang menjalani operasi sesar tidak memiliki indikasi yang mendukung penggunaan antibiotika profilaksis sebelum, saat, dan/ atau setelah operasi sesar berlangsung.

9. Memerlukan terapi obat tambahan yaitu DRP yang terjadi jika pasien memerlukan tambahan antibiotika lain untuk dikombinasikan dengan


(44)

22

antibiotika profilaksis yang sudah diterima pasien yang bertujuan untuk menangani kemungkinan infeksi.

10.Salah obat yaitu DRP yang terjadi jika pemilihan jenis antibiotika dan rute pemberian antibiotika profilaksis yang digunakan pasien tidak sesuai dengan disarankan untuk digunakan pada literatur pembanding.

11.Dosis terlalu rendah yaitu DRP yang terjadi jika kadar antibiotika antibiotika profilaksis jaringan kurang mencukupi kebutuhan saat operasi sesar berlangsung.

12.Efek samping obat yaitu DRP yang terjadi jika ada interaksi antara antibiotika profilaksis yang digunakan dengan obat-obat lain yang diterima pasien dan kemungkinan kejadian sepsis pada bayi akibat penggunaan antibiotika profilaksis yang terlalu awal.

13.Dosis terlalu tinggi yaitu DRP yang terjadi jika dosis antibiotika profilaksis yang diberikan ke pasien dosisnya terlalu tinggi.

14.Ketidakpatuhan pasien yaitu DRP yang terjadi jika pasien menolak penggunaan antibiotika profilaksis.

C. Subyek Uji

Pengambilan subyek uji didasarkan pada kriteria inklusi yaitu pasien yang menjalani operasi pada bulan Agustus dan September 2007, usia kehamilannya di atas 38 minggu, menggunakan antibiotika profilaksis, dan memiliki hasil laboratorium paska operasi yang mencantumkan nilai leukosit. Dari 92 orang yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(45)

2007, ada 49 orang yang tidak termasuk kriteria inklusi, jadi hanya ada 43 orang yang menjadi subyek uji.

D. Bahan Penelitian

Bahan dari penelitian ini adalah data yang terdapat dalam kartu rekam medik pasien yang berisi nomor rekam medik, nama pasien, umur, usia kehamilan, tanggal operasi, jam operasi, indikasi operasi, jenis tindakan operasi, data laboratorium sebelum dan sesudah operasi, riwayat pengobatan yang diterima, pemeriksaan fisik pasien seperti tekanan darah, nadi, dan suhu badan.

E. Jalannya Penelitian 1. Persiapan

Pada tahap ini, dilakukan pembuatan proposal dan surat ijin untuk dapat melakukan penelitian di RS Panti Rapih.

2. Orientasi

Setelah mendapatkan ijin melakukan penelitian dari pihak RS Panti Rapih lalu dilakukan tahap orientasi. Awal tahap orientasi dilakukan dengan melakukan perkenalan dengan karyawan bagian rekam medik dan bagian instalasi farmasi rumah sakit. Pada tahap ini dilakukan pengarahan dari kepala bagian rekam medik tentang tata cara dan tata busana dalam pengambilan data di rumah sakit. Selain itu didapat data jumlah operasi sesar yang dilakukan di rumah sakit pada periode yang telah ditetapkan. Adapun keterangan lain yang dapat dihimpun


(46)

24

yaitu data yang tercatat dalam kartu rekam medik berupa identitas pasien, pemeriksaan fisik, data laboratorium dan riwayat pengobatan.

3. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan pencatatan ulang semua kartu rekam medik yang menjadi subyek uji penelitian. Penulisan ulang ini dimaksudkan untuk memudahkan pengelolaan data sehingga tidak perlu lagi mencari kartu rekam medik di rumah sakit, yang dapat mengganggu kegiatan di rumah sakit.

4. Pengolahan data dan pembuatan laporan

Pada tahap ini dilakukan pengelompokan data menurut kriteria- kriteria sehingga data dapat disajikan sesuai harapan yaitu mudah dibaca dan mempresentasikan hal yang sebenarnya. Dan pada tahap pembuatan laporan, penyusunan laporan didasarkan pada data yang telah diolah sehingga dapat dibuat suatu karya ilmiah yang memberikan manfaat.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif yaitu dengan persentase. Data ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Evaluasi DRPs dilakukan dengan membandingkan antibiotika profilaksis yang diterima pasien dengan literatur yang diacu. Literatur yang digunakan sebagai acuan yaitu AHFS

Drug Information 2004 (McEvoy dkk, 2003), Drug Information Handbook (Lacy,

Amstrong, Goldman, Lance, 2006), Pharmacotherapy: A Pathophysiologic

Approach (Kanji dan Devlin, 2005) dan Eastern Mediterranean Journal (Ahmed,

Gerais, Adam, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(47)

G. Kesulitan yang Dialami dan Pemecahan Masalah

1. Waktu efektif pengambilan data sangat singkat (3,5 jam). Pemecahan masalahnya yaitu membuat blangko yang berisi tabel-tabel data sehingga pengambilan data lebih teratur dan cepat.

2. Bulan Februari rumah sakit akan sangat sibuk dalam mempersiapkan ISO sehingga para peneliti yang sedang mengambil data di rumah sakit diharuskan cepat selesai. Penulis yang awalnya menetapkan periode penelitian bulan Agustus-Oktober 2007 terpaksa mengurangi periode penelitian menjadi bulan Agustus dan September 2007.


(48)

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Operasi Sesar yang Dilakukan di RS Panti Rapih Tahun 2007 Tabel III. Total pelayanan persalinan di RS Panti Rapih tahun 2007

Jumlah Pasien Persalinan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

1. Spontan 57 72 80 80 90 71 85 61 59 77 62 71

2. SC 33 40 49 62 70 58 42 45 47 49 51 48

3. Vacum 1 5 3 0 2 2 5 2 0 4 0 2

TOTAL 91 117 132 142 162 131 132 108 106 130 113 121

Keterangan: SC = seksio cesarea

Pada tabel III terlihat bahwa operasi sesar berada pada urutan no.2 terbanyak pada metode persalinan yang terjadi selama tahun 2007. Operasi sesar menjadi salah satu alternatif persalinan yang banyak dipilih oleh masyarakat sekarang ini dikarenakan banyaknya kemajuan dalam teknik operasi yang membuat pasien merasa lebih nyaman dalam melakukan proses persalinan, seperti perkembangan metode penjahitan rahim dengan benang untuk menghentikan perdarahan, tindakan aseptik, perubahan sayatan pada rahim dari cara klasik menjadi melintang di segmen bawah rahim. Selain itu pasien juga mendapat hak penuh untuk dapat memilih metode persalinan yang hendak dijalankan. Apabila pasien lebih memilih operasi sesar dibandingkan metode lain dengan berbagai pertimbangan, maka dokter dan rumah sakit hanya memenuhi keinginan pasien. Hal ini membuat angka kejadian operasi sesar khususnya operasi sesar elektif semakin besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(49)

Tabel IV. Persentase jumlah operasi sesar di RS Panti Rapih tahun 2007

No Bulan Persentase (%)

1 Januari 36,26

2 Februari 34,19

3 Maret 37,12

4 April 43,66

5 Mei 43,21

6 Juni 44,27

7 Juli 31,82

8 Agustus 41,67

9 September 44,34

10 Oktober 37,69

11 November 45,13

12 Desember 39,67

Dari tabel IV didapatkan hasil bahwa operasi sesar yang terjadi tahun 2007 berkisar antara 31,82-45,13%. Ini berarti terdapat 32-45 pasien operasi sesar dari 100 pasien yang menjalani proses persalinan. Besarnya persentase operasi sesar yang berlangsung pada Januari-Desember 2007 di RS Panti Rapih lebih tinggi dari persentase operasi sesar yang berlangsung di RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta sepanjang tahun 2005-2006.

B. Karakteristik Operasi Sesar

1. Tipe operasi sesar berdasarkan alasan dilakukannya operasi

Tipe operasi sesar dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan alasan dilakukannya operasi. Ada tipe operasi sesar elektif dan operasi emergency.

Dari data pada gambar 1 didapat hasil sebanyak 53,49% pasien menjalani operasi sesar elektif dan 46,51% pasien menjalani operasi sesar emergency.


(50)

28

Tipe Operasi Caesar

53,49% 46,51%

Elektif

Emergency

Gambar 1. Tipe operasi sesar berdasarkan alasan dilakukannya operasi pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

2. Tipe operasi sesar berdasarkan jumlah operasi sesar yang pernah dilakukan

Tipe Operasi Caesar 18,60%

81,40%

Primer Ulangan

Gambar 2. Tipe operasi sesar berdasarkan jumlah operasi sesar yang pernah dilakukan sebelumnya oleh pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007di RS Panti Rapih pada

Pada gambar 2 terlihat bahwa sebanyak 81,40% pasien menjalani operasi sesar untuk yang pertama kalinya dan sebanyak 18,60% pasien pernah menjalani operasi sesar sebelumnya.

Pasien yang pertama kali menjalani operasi sesar, masih ada kemungkinan besar untuk menjalani persalinan normal (Vaginal Birth After

Cesarean/ VBAC) pada kehamilan berikutnya. Studi yang telah dilakukan pada

wanita yang sebelumnya menjalani operasi sesar, 60-80% pasien yang menjalani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(51)

persalinan percobaan berhasil melahirkan normal setelah dokter ahli kebidanan melakukan promosi terhadap VBAC (DeCherney dan Pernoll, 1994).

Apabila pasien sebelumnya sudah pernah melakukan operasi sesar sebanyak 2 kali, pada persalinan berikutnya harus dilakukan operasi sesar lagi sebab terlalu besar risiko robeknya rahim. Kemungkian melahirkan secara normal hanya 1-2%. Bedah sesar umumnya dibatasi sampai tiga kali. Semakin sering dibedah, semakin terjadi banyak perlekatan yang terjadi di dalam tubuh. Akibatnya, ada risiko memotong kandung kemih atau organ lain.

3. Indikasi operasi sesar elektif

Tabel V. Indikasi operasi sesar elektif pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Indikasi Jumlah Presentase (%)

Mini laparotomy on women (MOW) 2 5,88

Histerektomi 1 2,94

Miomektomi 1 2,94

Operasi sesar ulangan 5 14,71

Fetal distress 1 2,94

Ketuban pecah dini 2 5,88

Preklampsia ringan 1 2,94

Disproporsi kepala panggul 8 23,53

Letak lintang 1 2,94

Bayi besar 1 2,94

Obesitas 1 2,94

Letak sungsang 4 11,76

Serotinus 2 5,88

Riwayat jantung 1 2,94

Inkoordinasi 1 2,94

Anak berharga 1 2,94

Riwayat obstetri jelek 1 2,94

TOTAL 34 99,98

Indikasi pada operasi sesar elektif merupakan indikasi yang telah diketahui selama masa kehamilan hingga mendekati waktu persalinan. Pasien dapat mengetahui penyulit untuk melahirkan per vaginam dengan melakukan pemeriksaan rutin ke dokter ahli kebidanan. Apabila dokter atau pasien memutuskan untuk melakukan operasi sesar jauh sebelum waktu persalinan tiba


(52)

30

maka perlu dilakukan penetapan waktu yang tepat untuk melakukan operasi sesar elektif. Penetapan waktu operasi yang dimaksud yaitu menetapkan tanggal operasi dengan mempertimbangkan maturitas janin. Tabel V menunjukkan indikasi yang paling banyak pada operasi sesar elektif yaitu disproporsi kepala panggul (DKP). Adanya ketidakseimbangan antara besar kepala bayi dengan panggul dapat diidentifikasi dengan melakukan pemeriksaan vagina maupun menjalankan persalinan percobaan. Jika bayi belum dapat dilahirkan melalui vagina maka diperlukan operasi sesar (DeCherney dan Pernoll, 1994). Persalinan percobaan sudah jarang dilakukan karena sering muncul tanda-tanda fetal distress sebelum persalinan percobaan ini terselesaikan. Berdasarkan lembar keperawatan, dijelaskan kepada pasien tentang program dokter untuk melakukan persalinan percobaan sebelum dilakukannya operasi sesar, tetapi kebanyakan pasien dengan indikasi disproporsi kepala panggul menolak rencana tersebut dan meminta untuk dilakukan operasi sesar.

4. Indikasi operasi sesar emergency

Tabel VI. Indikasi operasi sesar emergency pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Indikasi Jumlah Presentase (%)

Operasi sesar ulangan 2 5,55

Preeklampsia berat 1 2,78

Partus macet 4 11,11

Ketuban pecah dini 8 22,22

Fetal distress 2 5,55

Serotinus 6 16,67

Disproporsi kepala panggul 2 5,55

Panggul asimetris 1 2,78

Induksi gagal 9 25,00

Preeklampsia ringan 1 2,78

TOTAL 36 99.99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(53)

Pada awalnya pasien diperkirakan dapat menjalani persalinan per vaginam, tetapi terdapat penyulit saat menjalankan persalinan per vaginam yang menyebabkan persalinan tidak dapat dilanjutkan sehingga dipilih operasi sesar untuk mengakhiri persalinan. Perbedaan dengan operasi sesar elektif yaitu pasien telah atau sedang mengalami kontraksi persalinan.

Dari tabel VI dapat dilihat bahwa indikasi yang paling banyak pada operasi sesar emergency yaitu induksi yang dilakukan gagal. Induksi persalinan adalah pencetusan persalinan buatan. Induksi persalinan biasanya menggunakan oksitosin, yaitu suatu hormon yang menyebabkan kontraksi rahim menjadi lebih kuat. Jika induksi tidak menyebabkan kemajuan dalam persalinan, maka dilakukan operasi sesar untuk mengakhiri persalinan agar bayi dapat terselamatkan.

C. Karakteristik Pasien yang Menjalani Operasi Sesar 1. Usia pasien

Pasien yang menjalani operasi sesar di RS Panti Rapih pada bulan Agustus dan September 2007 usianya berkisar antara 20-40 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil 53,48% pasien berusia 20-29 tahun; 39,53% pasien berusia 30-34 tahun; 6,98% pasien berusia 35-40 tahun.

Pada gambar 1 terlihat bahwa sebagian besar pasien yang menjalani operasi sesar berusia 20-29 tahun.


(54)

32

Usia pasien

53,48% 39,53%

6,98% 20-29 tahun

30-34 tahun

35-40 tahun

Gambar 3. Usia pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007di RS Panti Rapih

Sebesar 53,48% pasien berada pada usia 20-29 tahun. Pada usia ini laju morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi adalah yang paling rendah. Usia di bawah atau di atas itu memiliki risiko yang lebih besar (Pernoll, 2001).

Hanya ada 6,98% pasien yang berusia 35-40 tahun. Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih dikategorikan pasien high risk, terutama bagi yang baru hamil untuk yang pertama kalinya. Risiko komplikasi yang dapat terjadi selama kehamilan yaitu meningkatnya abnormalitas kromosomal, hipertensi kronik, hipertensi yang diinduksi kehamilan, obesitas, leiomioma uterine, meningkatnya masalah kesehatan yang berkaitan dengan usia (seperti diabetes mellitus) dan meningkatnya kemungkinan melahirkan dengan cara operasi sesar (Pernoll, 2001). Tindakan perawatan selama kehamilan yang baik serta memiliki kebiasaan yang sehat dapat mengurangi risiko yang mungkin muncul dalam kehamilan, seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan artritis. Risiko yang tidak dapat diperbaiki dengan gaya hidup yang sehat yaitu abnormalitas kromosomal, yang mengakibatkan kelainan pada bayi yaitu Down syndrome.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(55)

2. Riwayat kehamilan pasien

Riwayat kehamilan

27,91% 58,14%

2,33%

11,63% Kehamilan I

Kehamilan II Kehamilan III Kehamilan IV

Gambar 4. Riwayat kehamilan pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Dari data yang telah dihimpun, sebanyak 58,14% pasien menjalani kehamilan untuk yang pertama kalinya. Sebesar 27,91% pasien menjalani kehamilan yang kedua; 11,63% pasien menjalani kehamilan yang ketiga; dan 2,33% pasien menjalani kehamilan keempat.

3. Riwayat melahirkan pasien

Berdasarkan data yang diperoleh, didapat hasil 69,77% pasien belum pernah melahirkan; 23,26% pasien pernah melahirkan 1 kali sebelum kehamilan kali ini; dan sebesar 6,98% pasien sudah 2 kali melahirkan sebelum kehamilan sekarang ini. Apabila telah memiliki riwayat melahirkan lebih dari 5 kali maka risiko uterine inertia, postpartum hemorrhage, placenta previa, dan abruptio

placenta mulai meningkat hampir secara eksponensial. Pasien yang memiliki

riwayat melahirkan kurang dari 5 kali tidak termasuk pasien high risk.

Gambar 5 menunjukkan sebagian besar pasien belum pernah mengalami proses melahirkan.


(56)

34

Riwayat melahirkan

69,77% 23,26%

6,98% Belum pernah

1 kali 2 kali

Gambar 5. Riwayat melahirkan pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

4. Riwayat aborsi pasien

Masyarakat cenderung mengartikan aborsi sebagai tindakan untuk menggugurkan kehamilan yang dilakukan atas permintaan pasien. Dalam istilah medis, aborsi dapat dikategorikan menjadi aborsi spontan dan aborsi terinduksi yang terdiri dari aborsi terinduksi obat serta aborsi elektif. Aborsi spontan ialah pengakhiran kehamilan di mana usia kandungan di bawah 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram yang diakibatkan trauma yang kebetulan atau sebab alami. Aborsi terinduksi yaitu pengakhiran kehamilan yang diakibatkan campur tangan manusia.

Sebanyak 86,05% pasien belum pernah mengalami kejadian aborsi sebelumnya; 11,63% pasien pernah mengalami 1 kali aborsi; dan sebesar 2,33% pasien sudah pernah 3 kali mengalami aborsi.

Gambar 6 menunjukkan bahwa sebagian besar pasien belum pernah mengalami aborsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(57)

Riwayat aborsi

86,05% 2,33%

11,63%

Belum pernah 1 kali

3 kali

Gambar 6. Riwayat aborsi pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Pasien dengan riwayat aborsi 3 kali atau lebih termasuk dalam kategori pasien high risk. Pasien tersebut memiliki risiko yang lebih besar seperti:

1. luka pada rahim,

2. pertumbuhan pada janin terganggu apabila plasenta tumbuh di bekas luka, 3. kontraksi rahim yang tidak normal karena adanya luka,

4. kualitas rahim menurun (tidak dapat ditempeli plasenta).

D. Pola Penggunaan Antibiotika Profilaksis Untuk Operasi Sesar 1. Variasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani

operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih Tabel VII. Variasi penggunaan antibiotika profilaksis pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan

Agustus dan September 2007di RS Panti Rapih

Jumlah Persentase (%)

Tunggal

Seftriakson 1 g 1 2,33

Seftriakson 2 g 35 81,40

Kombinasi

Amoksisilin 500mg + Seftriakson 2 g 2 4,65

Kotrimoksasol 960 mg+ Seftriakson 2 g 5 11,63


(58)

36

Dari tabel VII terlihat penggunaan antibiotika profilaksis yang paling banyak yaitu seftriakson 2 gram sebesar 81,40%. Penggunaan antibiotika tunggal lainnya yaitu seftriakson 1 gram sebesar 2,33%. Selain penggunaan antibiotika profilaksis tunggal, digunakan juga kombinasi antibiotika profilaksis. Penggunaan kombinasi antibiotika profilaksis berupa amoksisilin 500 mg dengan seftriakson 2g sebesar 4,65% dan penggunaan kotrimoksasol 960 mg dengan seft riakson 2g sebesar 2,33%.

2. Rute pemberian antibiotika profilaksis di RS Panti Rapih pada bulan Agustus dan September 2007

Tabel VIII. Rute pemberian antibiotika profilaksis yang digunakan pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Rute pemberian Jumlah Persentase (%)

Intravena (IV) 43 86,0

Oral (PO) 7 14,0

TOTAL 50 100

Berdasarkan data tabel VIII, rute pemberian yang paling banyak digunakan yaitu rute intravena (IV) sebesar 86,0%, sedangkan rute per oral (PO) hanya sebesar 14,0%. Injeksi intravena memudahkan tercapainya kadar obat yang diinginkan dalam jaringan dalam yang lebih singkat dibandingkan rute pemberian per oral. Rute pemberian per oral memerlukan adanya waktu tunda untuk dapat terabsorpsi dan menghasilkan kadar yang tinggi dalam darah maupun jaringan oleh karena itu ada waktu minimal pemberian obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(59)

E. Drug Related Problems Saat Penggunaan Antibiotika Profilaksis

Cara mengevaluasi penggunaan antibiotika profilaksis dalam penelitian ini yaitu dengan cara menganalisis drug related problems (DRPs) yang terjadi saat pasien mendapat antibiotika profilaksis.

1. Evaluasi drug related problems

Dari evaluasi yang dilakukan terdapat 4 macam DRPs yaitu terapi obat tidak diperlukan, salah obat, dosis terlalu rendah, dan efek samping obat. Berikut adalah drug related problems yang terjadi dalam penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih.

a. Terapi obat tidak diperlukan

Operasi sesar termasuk dalam operasi bersih yang seharusnya tidak memerlukan antibiotika profilaksis karena risiko terkena infeksinya kecil yaitu sebesar 2-4% (Kanji dan Devlin, 2005). Antibiotika profilaksis dapat digunakan pada pasien yang akan menjalani sesar apabila termasuk dalam kategori pasien yang memiliki risiko infeksi tinggi, menjalani operasi sesar emergency dan termasuk pasien high risk. Contoh keadaan pasien yang dikategorikan sebagai pasien high risk yaitu usia ibu saat mengandung 35 tahun atau di atasnya, pernah melakukan 3 kali atau lebih aborsi, mengalami anemia, mengalami obesitas, mengalami preeklamsia berat, dan eklampsia.


(60)

38

Tabel IX. Kasus terapi obat yang tidak diperlukan pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Jumlah kasus Problem Penilaian Rekomendasi 4 kasus

144015 159979 559584 584755

Pemberian seftriakson 2g sebagai antibiotika profilaksis.

Tidak ada indikasi penggunaan antibiotika profilaksis.

Antibiotika profilaksis tidak perlu diberikan dengan syarat semua peralatan operasi dan ruang operasi dalam keadaan steril serta tim operator menjaga keadaan tetap steril.

2 kasus 472651 581827

Perpanjangan penggunaan antibiotika profilaksis.

Tidak ada peningkatan angka leukosit.

Penggunaan antibiotika perlu dihentikan.

2 kasus 165550 270301

Pemberian antibiotika profilaksis serta perpanjangan penggunaan antibiotika profilaksis

Tidak ada indikasi penggunaan antibiotika profilaksis serta perpanjangan penggunaan antibiotika profilaksis.

Pada kasus yang sama antibiotika profilaksis tidak perlu digunakan dan perlu penghentian perpanjangan penggunaan antibiotika profilaksis.

Dari evaluasi yang dilakukan, terdapat 4 kasus pemberian seftriakson 2 g sebagai antibiotika profilaksis. Pasien-pasien tersebut tidak memiliki indikasi penggunaan antibiotika profilaksis sebab tidak termasuk dalam kriteria yang perlu mendapat antibiotika profilaksis karena tidak mengalami anemia, tidak menjalani operasi sesar emergency, dan tidak termasuk pasien high risk. Pihak dokter mungkin mempertimbangkan hal lain ketika memberikan antibiotika profilaksis kepada pasien, yang mungkin tidak dituliskan dalam kartu rekam medik.

Selain kasus panggunaan antibiotika profilaksis yang tidak diperlukan, ada juga kasus perpanjangan penggunaan antibiotika profilaksis yaitu sebanyak 2 kasus. Pada keempat kasus tersebut hasil pemeriksaan laboratorium paska operasi tidak menunjukkan adanya peningkatan jumlah leukosit yang menunjukkan tidak adanya infeksi paska operasi sehingga penggunaan antibiotika sebaiknya dihentikan. Penggunaan antibiotika profilaksis perlu dihentikan setelah 24 jam setelah operasi. Selain itu terdapat 2 kasus penggunaan antibiotika profilaksis yang tidak diperlukan dan perpanjangan penggunaan antibiotika profilaksis. Pemakaian antibiotika ya ng berlebihan dapat meningkatkan biaya perawatan selama di rumah sakit. Kerugian lain yang mungkin ditimbulkan yaitu munculnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(61)

strain mikroba yang resisten dan munculnya efek samping obat serta superinfeksi mikroba lain.

b. Salah obat

Tabel X. Kasus salah obat pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Dari evaluasi yang telah dilakukan, terdapat 5 kasus pemberian kotrimoksasol 960 mg sebagai antibiotika profilaksis yang dimasukkan dalam DRP salah obat. Pemilihan antibiotika profilaksis perlu mempertimbangkan faktor keamanan penggunaan pada ibu hamil (pregnancy risk factor). Penggunaan antibiotika profilaksis dapat berpengaruh terhadap bayi yang dikandung. Faktor keamanan penggunaan kotrimoksasol pada kehamilan ialah C atau D (pada kehamilan cukup bulan). Faktor keamanan penggunaan C pada kehamilan berarti studi pada hewan menunjukkan efek yang tidak diinginkan pada janin dan tidak ada studi terkontrol pada wanita, atau studi pada hewan uji maupun wanita belum ada. Faktor keamanan penggunaan D pada kehamilan berarti terdapat risiko pada janin manusia tetapi keuntungan penggunaan pada wanita hamil dapat diterima meski berisiko (bila obat diperlukan pada keadaan yang mengancam keselamatan atau pada sakit yang serius di mana obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif). Penggunaan kotrimoksasol pada kehamilan sukup bulan dapat menyebabkan kernikterus pada bayi baru lahir. Penggunaan kotrimoksasol

Jumlah kasus

Problem Penilaian Rekomendasi

5 kasus 060314 196389 350815 391515 554643

Pemberian kotrimoksasol 960 mg sebagai antibiotika profilaksis.

Kotrimoksasol kontraindikasi

pada kehamilan dan laktasi

Menggunakan antibiotika

lain yang tidak

kontraindikasi pada kehamilan dan laktasi.


(62)

40

kontraindikasi pada kehamilan dan masa laktasi. Pihak dokter mungkin mempertimbangkan kondisi pasien yang tidak tertulis dalam rekam medik yang mendasari penggunaan kotrimoksasol sebagai antibiotika profilaksis.

c. Dosis terlalu rendah

Tabel XI. Kasus dosis terlalu rendah pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih

Jumlah kasus Problem Penilaian Rekomendasi

10 kasus 122186 170621 379123 413353 470994

472791 493864 553355 582006 585672

Pemberian seftriakson 2g secara intravena.

Waktu pemberian terlalu awal (lebih dari 2 jam).

Waktu pemberian saat pemotongan tali pusat sampai paling lama 2 jam sebelum operasi.

2 kasus 487481 534467

Pemberian amoksisilin oral 500mg.

Jarak pemberian dengan operasi lebih dari 1 jam

Pemberian antara 30menit - 1jam sebelum operasi.

Evaluasi DRP dosis terlalu rendah pada penggunaan antibiotika profilaksis dalam penelitian ini perlu melihat antara antibiotika profilaksis yang digunakan, bentuk sediaan antibiotika profilaksis tersebut, waktu penggunaan antibiotika profilaksis, waktu optimum pemberian antibiotika profilaksis, dan waktu pelaksanaan prosedur operasi. Penggunaan antibiotika profilaksis yang melebihi waktu pemberian optimal menyebabkan kadar antibiotika dalam jaringan tidak dapat mencukupi kebutuhan saat operasi. Akibatnya pasien tidak mendapat perlindungan dari infeksi bakteri yang mungkin terjadi saat operasi.

Dari tabel XI terlihat 10 kasus terdapat masalah pada waktu pemberian antibiotika seftriakson 2 g yang diberikan secara intravena. Seftriakson intravena diberikan maksimal 2 jam sebelum operasi untuk menjamin cukupnya kadar antibiotika saat operasi berlangsung (McEvoy dkk, 2003). Selain itu terdapat 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(1)

40. No RM: 584598

Data diri Data operasi Pemeriksaan Nilai rujukan 4/9 5/9 6/9 7/8 8/8 No Nama obat, dosis, frekuensi 5/9 6/9 7/8 8/8 Hemoglobin 12,0 – 16,5 11,4 1 Proginova 2 tablet/ 6

jam

07.00 √ Leukosit 4,0 – 11,0 15,7 2 Ceftriaxone 2 g IV 14.30 √

Hematokrit 37,0 – 47,0 32,6 08.00 √ √ √ Umur:

27 tahun

Tanggal: 5 September

Tanda Vital 4/9 5/9 6/9 7/8 8/8 16.00 √ √ Tekanan Darah

(mmHg)

140/100 120/80 130/80 130/70 120/80

3 Ceftriaxone 3x1 g IV

24.00 √ √ √ Suhu (0C) 36,2 36,2 37 37,2 36,2 4 Vitamin C 1000 mg/ hari

IV

20.00 √ 08.00 Nadi (x permenit) 80 80 80 112 84 07.00 √ Berat badan:

78 kg

Jam: 16.05-16.55

16.30 √ 5 Kalnex 500 mg/ 6 jam IV

24.00 √

6 Syntocinon 1 ampul 16.00 √ 11.00 06.00 √ Tinggi badan:

161 cm

16.00 19.00 √ 7 Pronalges suppo 3x1

tube

24.00 √ 06.00 √ 14.00 √ Indikasi:

partus macet, induksi gagal

8 Sanprima F oral 3x1

20.00 √ Usia

kehamilan: 40-41 minggu

08.00 √ √ 12.00 √ √ 9 Metil ergometrin 3x1 oral

18.00 √ Gravida (G):

1

10 CDR 1x1 oral 12.00 √ 08.00 √ √ 12.00 √ √ 11 Moloco B12 3x1 oral

18.00 √ Parita (P):

0

08.00 √ √ 12.00 √ √ 12 Mefinal 3x500mg oral

18.00 √ Abortus (AB):

0

Penggolongan tindakan:

emergency

13 Dulcolac suppo 1 tube 10.30 √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

91

41. No RM: 584755

Data diri Data operasi Pemeriksaan Nilai rujukan 3/9 4/9 5/9 6/9 7/9 No Nama obat, dosis, frekuensi 3/9 4/9 5/9 6/9 7/9 8/9

Hemoglobin 12,0 – 16,5 13,0 11,4 1 Ceftriaxone 2 g IV 05.30

Leukosit 4,0 – 11,0 11,4 13,6 2 Kalmetason 10 mg

IV malam

20.15 √

Eritrosit 3,8 – 5,8 4,00 08.00 √ √

Umur: 27 tahun

Tanggal: 4 September

Hematokrit 37,0 – 47,0 37,9 3,7

3 Ceftriaxone 2x1 g

IV 20.00 √ 16.30

Trombosit 150,00 – 450,00 452 4 Vitamin C 1 g IV 13.00 √ 08.00

Eosinofil 0,00 – 9,50 0,8 07.15 √

Basofil 0,00 – 2,50 0,1 14.00 √

Berat badan: 60 kg

Neutrofil 35,00 – 88,70 69,8

5 Kalnex 500 mg/ 6 jam

20.00 √

Limfosit 12,00 – 44,00 20,2 6 Syntocinon 1

ampul/hari

13.00 √ 08.00

Monosit 0,00 – 11,20 9,1 08.00 √

MCV 80,00 – 96,00 94,8 16.00 √ √

Tinggi badan: 155 cm

Jam: 07.35-08.45

MCH 27,00 – 31,00 32,5

7 Pronalges suppo 3x1 tube

24.00 √

MCHC 32,00 – 36,00 34,3 06.00 √ √ √

RDW - CV 11,60 – 14,80 13,2 14.00

Golongan darah A

8 Clindamicin 3x300 mg oral

20.00 √ √

Masa pendarahan

1 – 3 1 menit

24 detik

08.00 √ √ √

Masa pembekuan

2 – 6 3 menit

41 detik

12.00 √ √

Usia kehamilan: 38 minggu

SGOT 0,00 – 32,00 19,3

9 Metil ergometrin 3x1 oral

18.00 √ √

SGPT 0,00 – 31,00 20,6 10 CDR 1x1 oral 12.00 √ √ √

Ureum 10,00 – 50,00 13 08.00 √ √ √

Creatinin 0.50 – 0.90 0,53 12.00 √ √ √

Gravida (G): 1

Indikasi: letak sungsang

Asam Urat 2,40 – 5,70 4,1

11 Asam mefenamat 3x 500 mg oral

18.00 √ √

Kadar glukosa sewaktu

70,00 – 110,00 110 08.00 √ √ √

Kalium 3,50 – 5,10 4,0 12.00 √ √ √

Natrium 136,00 – 145,00 139

12 Moloco B12 3x1 oral

18.00 √ √

Protein albumin - -

Parita (P): 0

HBsAg Rapid/Stick

Non reaktif non reaktif

Tanda Vital 3/9 4/9 5/9 6/9 7/9

Tekanan Darah (mmHg)

110/70 100/70 95/60 90/60 110/80

Suhu (0C) 36,2 36,2 36,4 36,5 36,5

Abortus (AB): 0 Penggolongan tindakan: elektif

Nadi (x permenit) 80 84 80 84 80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

42. No RM: 585672

Data diri Data operasi Pemeriksaan Nilai rujukan 17/9 18/9 19/9 No Nama obat, dosis, frekuensi 17/9 18/9 19/9 20/9 Hemoglobin 12,0 – 16,5 11,0 9,7 1 Kalmetason 2 ampul 17.45 √

Leukosit 4,0 – 11,0 11,4 13,4 2 Ceftriaxone 2 g IV 05.00 √ Eritrosit 3,8 – 5,8 3,8 3 Tramal 100 mg/drip 05.15 √ Umur:

30 tahun

Hematokrit 37,0 – 47,0 33,6 29,0 08.00 √ √ Trombosit 150,00 – 450,00 196

4 Ceftriaxone IV 2x1 g

20.00 √ √ Eosinofil 0,00 – 9,50 0,6 5 Vitamin C 1000 mg / hari IV 08.00 √ √ √ Tanggal:

18 September

Basofil 0,00 – 2,50 0,2 07.30 √

Berat badan: 58 kg

Neutrofil 35,00 – 88,70 80,3 14.00 √ Limfosit 12,00 – 44,00 13,3

6 Kalnex 500 mg Iv/6 jam

20.00 √

Monosit 0,00 – 11,20 5,6 09.15 √

MCV 80,00 – 96,00 88,2

7 Pronalges suppo 3x1 tube

16.00 √ √ Tinggi badan:

154 cm

MCH 27,00 – 31,00 28,9 8 Syntocinon 1 ampul/ hari 07.40 √ MCHC 32,00 – 36,00 32,7 9 Clindamicin 3x300mg 06.00 √ Jam:

07.35-08.30

RDW - CV 11,60 – 14,80 14,7 08.00 √

Golongan darah A

10 Metil ergometrin 2x1

12.00 √ Masa pendarahan 1 – 3 1 menit

0 detik

08.00 √ Masa pembekuan 2 – 6 3 menit

45 detik

11 Asam mefenamat 3x500 mg oral

12.00 √ Usia

kehamilan: 38-39 minggu

SGOT 0,00 – 32,00 19,3 08.00 √

SGPT 0,00 – 31,00 13,4

12 Moloco B12 3x1 oral

12.00 √ Ureum 10,00 – 50,00 13 13 CDR 1x1 oral 12.00 √ Creatinin 0.50 – 0.90 0,48

Gravida (G): 1

Indikasi: sungsang

Asam Urat 2,40 – 5,70 6,3

Kadar glukosa sewaktu

70,00 – 110,00 91

Kalium 3,50 – 5,10 3,5 Natrium 136,00 – 145,00 141 Parita (P):

0

Protein albumin - -

Tanda Vital 17/9 18/9 19/9 Tekanan Darah

(mmHg)

110/60 120/70 110/70

Suhu (0C) 36,9 36 37,0

Abortus (AB): 0

Penggolongan tindakan: elektif

Nadi (x permenit) 80 84 80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

93

43. No RM: 586954

Data diri Data operasi Pemeriksaan Nilai rujukan 15/9 16/9 17/9 18/8 No Nama obat, dosis, frekuensi 15/9 16/9 17/9 18/8 Hemoglobin 12,0 – 16,5 11,0 1 Ceftriaxone 2 g IV 21.30 √

Leukosit 4,0 – 11,0 20,4 08.00 √

Hematokrit 37,0 – 47,0 33,3 16.00 √ Umur:

34 tahun

Tanda Vital 15/9 16/9 17/9 18/8

2 Ceftriaxone 3x1 g IV

24.00 √ Tekanan Darah

(mmHg)

130/85 100/60 100/60 100/60 3 Vitamin C 1000 mg IV 24.00 √ 08.00 Suhu (0C) 36,3 36,3 36,1 36 04.30

Tanggal: 15 September

Nadi (x permenit) 88 83 84 80 10.30 √ Berat badan:

51 kg

4 Kalnex 500 mg/ 6 jam IV

22.15 √ 08.00 √ 16.00 √ 5 Pronalges suppo 3x1 tube

23.45 √ Tinggi badan:

151 cm

6 Syntocinon 1 ampul/drip 22.15 √

08.00 √ √ Jam:

22.00-23.15

7 Ceftriaxone 2x2 g IV

20.00 √ 06.00 √ √ 14.00 √ √ 8 Sanprima F 3x1 oral

20.00 √ Usia kehamilan:

39-40 minggu

08.00 √ √ 12.00 √ √ 9 Metil ergometrin 3x1 oral

18.00 √ Gravida (G):

3

Indikasi: disproporsi kepala panggul, sesar ulangan

08.00 √ √ 12.00 √ √ 10 Mefinal 3x500 mg oral

18.00 √ Parita (P):

1

11 CDR 1x1 oral 12.00 √ √ 08.00 √ √ 12.00 √ √ Abortus (AB):

1

Penggolongan tindakan: elektif

12 Moloco B12 3x1 oral

18.00 √ √ Keterangan: √ = obat diadministrasikan ke pasien

MOW =

mini laparotomy on women

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

95

BIOGRAFI PENULIS

Eunike Sefti Arisandy, lahir di Purwokerto pada

tanggal 14 Juni 1986. Penulis merupakan anak pertama

dari pasangan Boenjamin dan Susiyanti. Penulis telah

menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak Santa

Maria Purbalingga pada tahun 1990-1992. Kemudian

melanjutkan di Sekolah Dasar PIUS Purbalingga pada

tahun 1992-1998. Pada tahun 1998-2001, penulis

menempuh Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Purbalingga. Penulis

kemudian melanjutkan studi di Sekolah Menengah Atas BOPKRI 1 Yogyakarta

pada tahun 2001-2004 dan melanjutkan ke jenjang perkuliahan di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2004.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH SESAR (Sectio caesarea) DI INSTALASI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH SESAR (Sectio caesarea) DI INSTALASI BEDAH RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2010.

0 0 14

PENDAHULUAN EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH SESAR (Sectio caesarea) DI INSTALASI BEDAH RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2010.

1 3 13

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH SESAR (sectio caesarea) DI INSTALASI BEDAH RSUD Dr. EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH SESAR (sectio caesarea) DI INSTALASI BEDAH RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 201

2 2 15

Evaluasi peresepan antibiotika profilaksis dengan metode gyssens pada pasien yang menjalani operasi sesar pada Bulan April 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

2 21 186

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien operasi apendisitis akut di Instalasi Rawat Inap RSUD Badung Provinsi Bali tahun 2011.

0 4 101

Evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien ulkus diabetes mellitus di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005.

1 7 116

Kajian penggunaan antibiotik profilaksis dan evaluasi drug related problems-nya pada bedah orthopaedi kasus fraktur di unit bedah RS Panti Rapih Yogyakarta periode Agustus 2007-September 2007 - USD Repository

0 0 159

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi sesar pada bulan Agustus dan September 2007 di RS Panti Rapih - USD Repository

0 0 116

Evaluasi penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut di RS Panti Rapih tahun 2009 - USD Repository

0 0 108

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN OPERASI SESAR (CAESAREAN SECTION) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE 2008

0 3 149