DOCRPIJM 170371deed BAB IIIBab 3.ARAHAN KEBIJAKAN DAN PEM. CK

3.1 KONSEP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM DIRJEN CIPTA KARYA

  Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

  Konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.

  Amanat Penataan Ruang/Spasial

   UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Amanat Pembangunan Nasional - RPJPN 2005-2025 - RPJMN 2010-2014 Amanat Pembangunan Nasional - UU Nomor 20/2001 tentang Rumah Susun - UU Nomor 28/2002 tentang Bangunan Gedung - UU Nomor 18/2008 tentang Pengelolaan Amanat Internasional

   Agenda HabitatRIO +20

   MDGs

  

Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan

pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing-masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.

3.1.1 AMANAT PEMBANGUNAN NASIONAL

  

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional

karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

A. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

  

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU Nomor 17 Tahun 2007, merupakan

dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 202

  5 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu :

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air

  c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan

adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.

Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana

dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan

makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

  d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu:

  

RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan

pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah

dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.

  

RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat

terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang

dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya

kota tanpa permukiman kumuh.

  

RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

B. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

  

RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010

menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk

  

serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat

(on-site) yang layak bagi 90 % total penduduk.

  c. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di daerah perkotaan.

  d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.

  

Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk

meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai, melalui :

  a. menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,

  b. memastikan ketersediaan air baku air minum,

  c. meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman,

  d. meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan, e. meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi,

  f. meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,

  g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur, i. meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta, j. mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.

C. Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

  A. Prinsip Dasar Keberhasilan Pembangunan

Prinsip-prinsip dasar percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi menuju negara

maju membutuhkan perubahan dalam cara pandang dan perilaku seluruh komponen bangsa, sebagai berikut :

  • Perubahan harus terjadi untuk seluruh komponen bangsa;
  • Perubahan pola pikir (mindset) dimulai dari Pemerintah dengan birokrasinya;
  • Perubahan membutuhkan semangat kerja keras dan keinginan untuk membangun kerjasama dalam kompetisi yang sehat;
  • Produktivitas, inovasi, dan kreatifitas didorong oleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menjadi salah satu pilar perubahan;
  • Peningkatan jiwa kewirausahaan menjadi faktor utama pendorong perubahan;
  • Dunia usaha berperan penting dalam pembangunan ekonomi;
  • Kampanye untuk melaksanakan pembangunan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan;
  • Kampanye untuk perubahan pola pikir untuk memperbaiki kesejahteraan dilakukan secara luas oleh seluruh komponen bangsa.

  B. Prasyarat Keberhasilan Pembangunan

  1. Peran Pemerintah dan Dunia Usaha

Dunia Usaha (Swasta, BUMN, dan BUMD) mempunyai peran utama dan penting dalam

pembangunan ekonomi, terutama dalam peningkatan investasi dan penciptaan lapangan

kerja, sementara Pemerintah bertanggung jawab menciptakan kondisi ekonomi makro yang

kondusif untuk percepatan dan perluasan investasi. Oleh karena itu, kebijakan

  3. Reformasi Birokrasi

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia memerlukan dukungan

birokrasi Pemerintah berupa reformasi yang berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

  • • Menciptakan birokrasi yang efektif, dapat mengatur kehidupan masyarakat dan

    mendukung kebutuhan sektor usaha;
  • • Birokrasi didukung oleh kelembagaan yang kuat dan efektif, menciptakan birokrasi dan

    administrasi yang rapi, lembaga legislatif yang bertanggung jawab, lembaga yudisial

    yang independen;
  • Menciptakan komitmen kepada penerapan good governance;
  • • Birokrasi dan struktur kelembagaan yang kuat dan efektif harus mampu menjadi saluran

    umpan balik bagi perencanaan ke depan.

  4. Penciptaan Konektivitas Antar Wilayah di Indonesia

Pemerintah menjadi motor penciptaan konektivitas antar wilayah yang diwujudkan dalam

bentuk :

  

Merealisasikan sistem yang terintegrasi antara logistik nasional, sistem transportasi

nasional, pengembangan wilayah, dan sistem komunikasi dan informasi;

 Identifikasi simpul-simpul transportasi (transportation hubs) dan distribution centers

untuk memfasilitasi kebutuhan logistik bagi komoditi utama dan penunjang;

  

Penguatan konektivitas intra dan antar koridor dan konektivitas internasional (global

connectivity);

  

Peningkatan jaringan komunikasi dan teknologi informasi untuk memfasilitasi seluruh

  • • Peningkatan produktivitas melalui peningkatan kegiatan penelitan dan pengembangan

    khususnya untuk bibit maupun teknologi pasca panen.

  

Kebijakan terkait penyediaan air bersih tidak terfokus pada pembangunan infrastruktur,

namun juga harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:

  • Pemerintah memastikan ketersediaan dan akses terhadap air bagi seluruh penduduk;
  • • Penyediaan air bersih memperhatikan kelestarian lingkungan sumber air untuk menjaga

    keberlanjutannya;
  • • Pengembangan hutan tanaman harus dilanjutkan guna memastikan peningkatan luas

    hutan untuk keberlanjutan ketersediaan air;
  • • Kabupaten/Kota memiliki luasan hutan sebagai persentase tertentu dari luas

    wilayahnya.

  

Ketahanan energi didasarkan kepada manajemen resiko dari kebutuhan dan ketersediaan

energi di Indonesia, yang meliputi :

  

Manajemen resiko tersebut melalui pengaturan komposisi energi (energy mix) yang

mendukung pembangunan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan;

  

Revisi peraturan perundang-undangan yang tidak mendukung iklim usaha, serta

perbaikan konsistensi antar peraturan;

  

Pembatasan ekspor komoditas energi untuk pengolahan lebih lanjut di dalam negeri

guna meningkatkan nilai tambah ekspor;  Tata kelola penambangan untuk meminimalkan kerusakan lingkungan.

6. Jaminan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan

  memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah serta memperbaiki ketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia.

  

Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan mengembangkan

klaster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatan konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur pendukungnya. Secara keseluruhan, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan konektivitas tersebut menciptakan Koridor Ekonomi Indonesia. Peningkatan potensi ekonomi wilayah melalui koridor ekonomi ini menjadi salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama).

  

Dalam rangka Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi dibutuhkan penciptaan

kawasan-kawasan ekonomi baru, diluar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang telah ada. Pemerintah dapat memberikan perlakuan khusus untuk mendukung pembangunan pusat-pusat tersebut, khususnya yang berlokasi di luar Jawa, terutama kepada dunia usaha yang bersedia membiayai pembangunan sarana pendukung dan infrastruktur. Tujuan pemberian perlakuan khusus tersebut adalah agar dunia usaha memiliki perspektif jangka panjang dalam pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.

  

Perlakuan khusus tersebut antara lain meliputi : kebijakan perpajakan dan kepabeanan

peraturan ketenagakerjaan, dan perijinan sesuai kesepakatan dengan dunia usaha. Untuk menghindari terjadinya enclave dari pusat-pusat pertumbuhan tersebut, Pemerintah Pusat dan Daerah mendorong dan mengupayakan terjadinya keterkaitan (linkage) semaksimal mungkin dengan pembangunan ekonomi di sekitar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru tersebut dapat berupa KEK dalam skala besar yang diharapkan

Gambar 2.1 Ilustrasi Koridor Ekonomi Indonesia C.

   Penguatan Konektivitas Nasional

Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

  (global) dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan guna memaksimalkan keuntungan dari keterhubungan regional dan global/internasional.

Gambar 3.2 Konsep Gerbang Pelabuhan dan Bandar Udara Internasional di Masa Depan

  Maksud dan tujuan Penguatan Konektivitas Nasional adalah sebagai berikut:

  1. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman, melalui inter-

  modal supply chains systems.

Tabel 2.1 Komponen Konektivitas

  Sumber : MP3EI Gambar 2.3.

  Visi Konektivitas Indonesia terhubung secara efisien dan efektif. Jaringan komunikasi dan informasi juga perlu diintegrasikan untuk mendukung kelancaran arus informasi terutama untuk kegiatan perdagangan, keuangan dan kegiatan perekonomian lainnya berbasis elektronik.

  

Sistem tata kelola arus barang, arus informasi dan arus keuangan harus dapat dilakukan

secara efektif dan efisien, tepat waktu, serta dapat dipantau melalui jaringan informasi dan komunikasi (virtual) mulai dari proses pengadaan, penyimpanan/pergudangan, transportasi, distribusi, dan penghantaran barang sesuai dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat yang dikehendaki produsen dan konsumen, mulai dari titik asal (origin) sampai dengan titik tujuan (destination).

globally connected adalah sistem konektivitas nasional yang efektif dan efisien yang

terhubung dan memiliki peran kompetitif dengan sistem konektivitas global melalui jaringan pintu internasional pada pelabuhan dan bandara (international gateway/exchange) termasuk fasilitas custom dan trade/industry facilitation. Efektivitas dan efisiensi sistem konektivitas nasional dan keterhubungannya dengan konektivitas global akan menjadi tujuan utama untuk mencapai visi tersebut.

  karena itu, tujuan utama di dalam sistem pendidikan dan pelatihan untuk mendukung hal tersebut diatas haruslah bisa menciptakan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan sains dan teknologi

3.1.2 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya A. Arahan RPJMN 2015-2019

A. Sasaran Bidang Pembangunan Kawasan Permukiman

  1. 100% pelayanan air minum;

  2. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

  3. Peningkatan efisiensi layanan air minum melalui prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

  4. Pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0%;

  5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung; 6. 100% akses sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan);

  7. Meningkatkan keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan;

B. Sasaran Pembangunan Perkotaan

  4. Mendukung Pengurangan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan

  5. Mendukung Pembangunan SPAM Regional dan SPAM Kota Binaan

  6. Mendukung Pembangunan TPA Regional dan ITF

  7. Mendukung Penataan Kampung Nelayan dan Revitalisasi Kawasan Pusaka C.

   Renstra Cipta Karya 2015-2019

  1. Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  2. Pusat Kawasan Strategis Nasional (PKSN)

  3. Kawasan Kumuh (30 kawasan)

  4. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

  5. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

  6. Kawasan Industri Prioritas (KIP) di 22 lokasi

  7. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) di 10 lokasi

  8. Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) di 35 lokasi

RENCANA AKSI PROGRAM 100-0-100

  1. AIR MINUM :

  • SPAM Regional di 31 kws
  • SPAM Perkotaan di 3.697 IKK
  • SPAM Perdesaan di 14.262 desa) 2014 2015 2016 2017 2018 2019

  Target 71 % 76 % 82 % 88 % 94 % 100 % APBN 70,5 % 72,7 % 72,9 % 74,3 % 77,5 % 80,3 %

  2. AIR LIMBAH :

  • AL Terpusat di 12 kab/kota
  • AL Komunal 458 kab/kota
  • AL Skala kawasan 150 kab/kota
  • IPLT 222 kab/kota 2014 2015 2016 2017 2018 2019

  Target 62 % 64 % 72 % 85 % 92 % 100 % APBN 62 % 63,9 % 66,2 % 69,5 % 73,6 % 76,9 %

  3. KUMUH :

  • Penanganan kawasan kumuh di 38.432 Ha 2014 2015 2016 2017 2018 2019

  8. Perumahan Permukiman

  9. Perkotaan

  10. Percepatan Pertumbuhan Industri dan KEK

  11. Pembangunan Pariwisata Sasaran Tahun 2017 : Akses Air Minum Layak 84%

  Akses Layak 70,7% Aksses Sanitasi Layak Akses Dasar 12,4%

  Total Akses 83,2% Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan 38.431 Ha (Kondisi Kumuh 45%) Kota Metropolitan 7 kota Kota Sedang 10 kota Pusat Pertumbuhan 14 kws.

  Kota Baru 2 kota

3.2 RTRW NASIONAL

3.2.1 Rencana Struktur Ruang Nasional

  Sesuai dengan lingkup perencanaan RTRWN yang meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka arahan RTRWN yang akan dijadikan sebagai

  4. Marabahan – Banjarmasin

  5. Liang Anggang – Martapura

  6. Pelaihari – Pagatan

  7. Pagatan – Batulicin

  8. Batulicin – Tanah Grogot (Kuaro)

  C. Pelabuhan Sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional

   Pelabuhan Internasional : Pelabuhan Banjarmasin  Pelabuhan Nasional : Pelabuhan Batulicin

  D. Bandar Udara Sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional  Pusat Penyebaran Sekunder : Bandara Syamsuddin Noor  Pusat Penyebaran Tersier : Bandara Stagen

  E. Wilayah Sungai  Wilayah Sungai Barito - Kapuas

  F. Kawasan Lindung Nasional  Suaka Margasatwa Pleihari - Martapura 

  Suaka Margasatwa Kuala Lupak

   Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku  Cagar Alam Teluk Pamukan

  Dari arahan RTRW Nsional tersebut diatas, maka kebijakan nasional yang terkait dan bersinggungan langsung dengan wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah sebagai berikut :

1. Kawasan Andalan Nasional Kawasan Kandangan dan Sekitarnya

3.4 ARAHAN RTRW PULAU KALIMANTAN

  Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Kalimantan disyahkan pada tanggal 5 Januari 2012 dalam bentuk Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2012 tanggal 5 Januari 2012 tentang RTRW Pulau Kalimantan. Tujuan dari penyusunan RTRW Pulau Kalimantan adalah untuk mewujudkan :

  1. Kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasanberfungsi lindung yang bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45%(empat puluh lima persen) dari luas Pulau Kalimantan sebagai Paru-paruDunia;

  2. Kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk ketenagalistrikan;

  3. Pusat pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi di Pulau Kalimantan;

  4. Pusat perkebunan kelapa sawit, karet, dan hasil hutan secara berkelanjutan;

  5. Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbangnegara yang berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikankeharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara,kesejahteraan masyarakat, dan

Gambar 3.1. Rencana Struktur Ruang Nasional

  R AKHI

Gambar 3.2. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional

  R AKHI

3.4.1 Rencana Struktur Ruang Pulau Kalimantan

   Pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKN Banjarmasin,

   Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru

   Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan PKNBanjarmasin, PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru.

   Pusat industri pengolahan danindustri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan di PKN Banjarmasin, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan PKW Kotabaru  Pusat pengembangan ekowisata di PKN Banjarmasin, dan PKW Kotabaru

   Pusat pengembangan wisata budaya di PKN Banjarmasin, dan PKW Amuntai  Pusat kegiatan ekonomi di PKN Banjarmasin,PKW Martapura, dan PKW Marabahan

3.4.2 Rencana Pengembangan Infrastruktur

   Pengembangan jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi dengansungai di PKN Banjarmasin yang terintegrasi dengan Sungai Barito  Pengembangan jaringan jalan arteri primer pada Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan, yang merupakan bagian dari Jaringan Jalan Trans Kalimantan,

  1. PKN Banjarmasin dengan Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin) dan Bandar Udara Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin),

  2. PKW Kotabaru dengan Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu)dan Bandar Udara Stagen (Kabupaten Kotabaru);

   Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan untuk melayani PKN sebagai pusat pertumbuhan utama meliputi jaringan jalan bebas hambatan antar kota yang menghubungkan:

  1. Banjarmasin-Liang Anggang, Liang Anggang-Pelaihari, Kuala Kapuas- Banjarmasin;

  2. Marabahan-Banjarmasin; Liang Anggang-Martapura; Pelaihari-Pagatan; Pagatan-Batulicin; dan Batulicin-Tanah Grogot (Kuaro);

   Pengembangan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan jalur kereta api, pelabuhan, bandar udara, serta transportasi sungai dan penyeberangan untuk membuka keterisolasian wilayah Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan yang terpadu dengan Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin), dan Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu)  Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan yang terpadu denganBandar

  Udara Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin), dan Bandar Udara Stagen (Kabupaten Kotabaru)

   Jaringan Jalan Lintas Tengah Pulau Kalimantan yang terpadu dengan jaringan

   Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani pengangkutan batu bara, hasil hutan, dan komoditas unggulan lainnya dilakukan pada jaringan transportasi Sungai Barito  Pengembangan jaringan transportasi penyeberangan untuk membukake terisolasian wilayah pulau- pulau kecil terluar, meningkatkan keterkaitan antar provinsi di Pulau Kalimantan dengan provinsi di luar Pulau Kalimantan, dan antar negara yaitu menghubungkan :

  1. Batulicin-Garongkong (Pulau Sulawesi);

  2. Batulicin-Barru (Pulau Sulawesi)

  3. Banjarmasin-Semarang (Pulau Jawa)

  4. Banjarmasin-Lamongan (Pulau Jawa);  Pengembangan dan pemantapan pelabuhan yang melayani kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan menuju pasar nasional dan internasional :

  1. Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin) sebagai pelabuhan utama untuk melayani a. PKN Banjarmasin, PKW Marabahan, dan PKWMartapura sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya, b. PKW Amuntai sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Kandangan dan Sekitarnya,

   Pengembangan alur pelayaran yang menghubungkan antar pelabuhan meliputi alur pelayaran yang menghubungkan Pelabuhan Banjarmasin (Kota Banjarmasin), dan Pelabuhan Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu)  Pengembangan sarana bantu navigasi pelayaran pada kawasan konservasi perairan yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi Taman Wisata Alam Laut Pulau Laut Barat-Selatan dan Pulau Sembilan (Kabupaten Kotabaru).

   Pengembangan dan pemantapan bandar udara yang terpadu dengan sistem jaringan transportasi darat untuk meningkatkan keterkaitan antar wilayah yaitu di :

  1. Bandar Udara Syamsuddin Noor (Kota Banjarmasin) sebagai Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder yang terpadu dengan pengembangan Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan dan Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Selatan Pulau Kalimantan Bagian Timur;

  2. Bandar Udara Stagen (Kabupaten Kotabaru) sebagai bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier yang terpadu dengan pengembangan Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan

   Pengembangan bandar udara untuk melayani kawasan perkotaan nasional sebagai pintu gerbang internasional dalam rangka mendukung kegiatan ekowisata, wisata budaya, dan industri dilakukan Bandar Udara Syamsuddin Noor(Kota Banjarmasin)

   Jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Tanah Laut - Banjar Baru- Banjarmasin - Barito Kuala - Kapuas - Pulang Pisau - Katingan - Kotawaringin Timur - Seruyan - Kotawaringin Barat - Lamandau -Ketapang - Pontianak, jaringan pipa transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi Natuna

  • – Pontianak – Palangkaraya-Banjarmasin

   Pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru berupa PLTU Asam-asam (KabupatenTanah Laut), PLTA Kusan (Kabupaten Kotabaru), PLTA Riam Kanan (Kabupaten Banjar) dan PLTA M Noor(Kabupaten Banjar),

   Pengembangan pembangkit listrik pada mulut tambang kawasan pertambangan batubara Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Tapin.

   Pengembangan dan rehabilitasi jaringan transmisi tenaga listrik untuk melayani kawasan perkotaan nasional, kawasan andalan, kawasan terisolasi, dan kawasan perbatasan negara  Pengembangan jaringan terestrial yang menghubungkan antar pusat perkotaan nasional dan melayani kawasan andalan Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan di Pantai Selatan Kalimantan yang menghubungkan PKN Banjarmasin, PKW Marabahan, PKW Martapura, PKW Amuntai, dan PKW Kotabaru serta melayani Kawasan Andalan Kandangan dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Banjarmasin

  Kota Banjarbaru) yang melayani PKN Banjarmasin, PKW Martapura dan Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya;

   Pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi teknis pada DI untuk meningkatkan luasan lahan pertanian pangan dilakukan di jaringan irigasi pada DI Riam Kanan (Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru), DI Tapin (Kabupaten Tapin), DI Telaga Langsat (Kabupaten Hulu Sungai Selatan), DI Sungai Bungur (Kabupaten Kota Baru), dan DI Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu) Berdasarkan paparan diatas, maka kedudukan Kabupaten Hulu Sungai Selatan dalam RTRW Pulau Kalimantan direncanakan atau diarahkan memegang peranan dan fungsi sebagai berikut :

  A. Rencana Struktur Ruang Pulau Kalimantan

   Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet

   Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan.  Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan  Pusat pengembangan ekowisata

  B. Rencana Pengembangan Infrastruktur

   Pengembangan jaringan jalan nasional yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pertumbuhan dengan pelabuhan dan bandar udara untuk

Tabel 3.2 Rencana Kawasan Lindung RTRW Pulau Kalimantan di Provinsi Kalimantan Selatan Kab. Kab. Kab. Kab.

  Kab. Tanah Barito Kab. Kab. Kab. Kab. Balang- Taba- Kab. Kab. Kota Kota Rencana Kawasan Lindung Banjar Laut Kuala Tapin HSS HSU HST an long Tanbu Ktbr Bjms Bjbr

  Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa endemik kawasan di kawasan hutan lindung

  V V

  V V

  V V

  V V Pemertahanan luasan kawasan bervegetasi hutan tetap yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

  V V

  V V

  V V

  V V Pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan hutan lindung

  V V

  V V

  V V

  V V Rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi dalam rangkamemelihara keseimbangan ekosistem pulau

  V V

  V V

  V V

  V V Pemertahanan permukiman masyarakat adat dan penyediaan akses

  R

  bagimasyarakat adat yang tidak mengganggu kawasan berfungsi

  AKHI

  lindung

  V V

  V V

  V V

  V V Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Tanah Barito Kab. Kab. Kab. Kab. Balang- Taba- Kab. Kab. Kota Kota

  Rencana Kawasan Lindung Banjar Laut Kuala Tapin HSS HSU HST an long Tanbu Ktbr Bjms Bjbr Pemertahanan & peningkatan fungsi kawasan resapan air, khususnyapada hulu sungai

  Hulu Sungai Barito Pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan resapan air

  Hulu Sungai Barito Pengendalian perkembangan sempadan Sungai Kapuas, sempadan Sungai Barito, sempadan SungaiMurung, sempadan Sungai kawasan terbangun yang Martapura, sempadan Sungai Riam Kanan,sempadan Sungai Riam Kiwa, sempadan Sungai Nagara, mengganggudan/atau merusak dan sempadanSungai Tapin di WS Barito-Kapuas fungsi sempadan sungai Pengendalian pemanfaatan Danau Bangkau (Kabupaten Hulu SungaiSelatan dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah), Danau Bitin ruang pada kawasan sekitar (KabupatenHulu Sungai Utara), Waduk RiamKanan (Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru) danau atau wadukyang berpotensi mengganggu dan/atau merusak fungsi kawasan sekitardanau atau waduk Suaka Margasatwa Pelaihari Martapura

  V Suaka MargasatwaKuala Lupak

  V

  • – Cagar Alam Teluk Kelumpang Selat Laut

  V

  • – Selat Sebuku Cagar Alam Teluk Pamukan

  V Cagar Alam Sungai Lulan dan

  R

  Sungai Bulan

  V Taman Hutan Raya Sultan Adam

  V V

  AKHI Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Tanah Barito Kab. Kab. Kab. Kab. Balang- Taba- Kab. Kab. Kota Kota

  Rencana Kawasan Lindung Banjar Laut Kuala Tapin HSS HSU HST an long Tanbu Ktbr Bjms Bjbr Taman Wisata AlamPelaihari

  V CagarAlam Gunung Sebatung

  V TamanWisata Alam Laut Pulau Laut Barat-Selatan dan Pulau Sembilan

  V Pelestarian kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan Loksado

  V Pasar Terapung

  V Pemertahanan kawasan pantai berhutan bakau di wilayah pesisir untukperlindungan pantai dan kelestarian biota laut

  V V

  V V

  V Pengembangan jaringan drainase yang terintegrasi dengan sungai padakawasan perkotaan yang rawan banjir

  V V

  V Pemertahanan fungsi kawasan cagar alam geologi yang memiliki keunikanbentang alam berupa karst

  V V kawasan rawan gerakan tanah

  V V

  V V

  V V

  V Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun

  R

  pada kawasanimbuhan air

  AKHI

  tanah (CAT) Palangkaraya-

  V V

  V V

  V V

  V V

  V V

  V Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Tanah Barito Kab. Kab. Kab. Kab. Balang- Taba- Kab. Kab. Kota Kota

  Rencana Kawasan Lindung Banjar Laut Kuala Tapin HSS HSU HST an long Tanbu Ktbr Bjms Bjbr Banjarmasin koridor ekosistem burung endemik yg menghubungkanantarekosistem pesisir, yang menghubungkan CA Teluk Kelumpang-Selat Laut- Selat Sebuku, CA Sungai Lulan dan SungaiBulan, CA Teluk Pamukan, Tahura SultanAdam dan TWA Pelaihari

  V V

  V R

  AKHI

   lintas provinsi WS Barito Kapuas yang melayani PKN Banjarmasin, PKW Kuala Kapuas, PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Martapura, PKW Marabahan, dan Kawasan Andalan Buntok, Kawasan Andalan Muara Teweh, Kawasan Andalan Kuala Kapuas, Kawasan Andalan Kandangan dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan Sekitarnya  Pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi teknis pada DI untuk meningkatkan luasan lahan pertanian pangan dilakukan di jaringan irigasi pada DI Riam Kanan (Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru), DI Tapin (Kabupaten Tapin), DI Telaga Langsat (Kabupaten Hulu Sungai Selatan), DI Sungai Bungur (Kabupaten Kota Baru), dan DI Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu)

C. Kawasan Lindung Nasional

   Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa endemik kawasan di kawasan hutan lindung.  Pemertahanan luasan kawasan bervegetasi hutan tetap yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya.  Pengendalian kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan hutan lindung.  Rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi dalam rangka memelihara keseimbangan ekosistem pulau.

   Pemertahanan permukiman masyarakat adat dan penyediaan akses

   Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada kawasan imbuhan air tanah (CAT) Palangkaraya-Banjarmasin.

D. Kawasan Budidaya

   Pengembangan kawasan peruntukan hutan yang didukung dengan industripengolahan dengan prinsip berkelanjutan dilakukan pada kawasan peruntukan hutan.

   Pemertahanan luasan kawasan peruntukan pertanian beririgasi, rawapasang surut dan sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahanpertanian pangan berkelanjutan.

   Pengendalian alih fungsi lahan kawasan pertanian sawah menjadinon sawah.

   Pengembangan kawasan peruntukan pertanian.

   Pengembangan kawasan budi daya perkebunan kelapa sawit.  Pengembangan kawasan budi daya perkebunan karet.  Kawasan peruntukan pertambangan mineral.

   Kawasan peruntukan pertambangan batubara.

   Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi.  Pelestarian kawasan permukiman berbasis budaya Kalimantan.  Pengembangan prasarana dan sarana transportasi yang menghubungkan antara kawasan ekowisata, wisata budaya, obyek wisata lainnya, dan kawasan perkotaan

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

  Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi yang didasarkan pada kriteria:

  a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional; b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

  Dalam RTRWN (PP No. 26 Tahun 2008) ditetapkan Kota Banjarmasin sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Penetapan Kota Banjarmasin sebagai PKN karena Kota Banajrmasin merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Selatan yang tentunya mempunyai sarana dan prasarana dengan tingkat pelayanan regional maupun nasional dan dengan jumlah pendduk pada tahun 2010 berjumlah 638.902 jiwa menjadikan Kota Banjarmasin sebagai Kota Besar sesuai dengan kriteria kawasan perkotaan besar yang ditetapkan dengan kriter.i Antasaria jumlah penduduk lebih dari 500.000 (lima ratus ribu) jiwa.

  Standar infrastruktur minimal yang dimiliki Pusat Kegiatan Nasional (PKN), antara lain memiliki bandar udara pusat penyebaran sekunder, dan/atau pelabuhan pemerintahan kabupaten, jasa pariwisata nasional, jasa dan perdagangan nasional, kegiatan keagamaan regional dan nasional.

  b. Kota Banjarbaru sebagai kota inti Kawasan Metropolitan Banjar Bakula dengan fungsi pusat pemerintahan provinsi, industri nasional, perdagangan regional dan nasional, jasa transportasi udara nasional, dan pendidikan tinggi.

c. Kota Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu) sebagai Pusat Kawasan Strategis

  Nasional dengan fungsi sebagai pusat jasa, industry dan perdagangan regional dan nasional, pemerintahan lokal, pelayanan wilayah belakang. Pusat Kawasan Strategis Nasional ditetapkan dengan kriteria :

   Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga;

   Pusat berkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;

   perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang Pusat menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

   Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya. Dalam menunjang pelaksanaan tersebut maka status Kota Banjarbaru dan Kota Martapura perlu ditingkatkan menjadi PKN dan menyatukan dengan kota Banjarmasin bersama serta ibukota kecamatan di sekitarnya menjadi satu kesatuan kawasan b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau

  c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

  Dalam RTRWN (PP No. 26 Tahun 2008) ditetapkan Kota Kota Marabahan (Kabupaten Barito Kuala), Martapura (Kabupaten Banjar), Amuntai (Kabupaten Hulu Sungai Utara), dan Kotabaru (Kabupaten Kotabaru) sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

  Penetapan PKW selain sebagai ibukota kabupaten juga disebabkan posisi strategis ibukota kabupaten tersebut berbatasan langsung dengan provinsi tetangga dalam hal ini Provinsi Kalimantan Tengah maupun Provinsi Kalimantan Timur dan mempunyai fungsi pelayanan regional.

  Standar infrastruktur minimal yang dimiliki Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) antara lain : adanya bandara pusat penyebaran tersier dan/atau pelabuhan regional/pengumpan primer dan/atau terminal penumpang tipe B, pasar induk regional, perbankan regional dan/atau nasional, rumah sakit umum tipe B, perguruan tinggi D-3.

  Standar pelayanan minimal pada masing-masing PKW tidak sama, yaitu :

a. PKW Martapura merupakan pusat pendidikan pondok pesantren, pusat kerajinan

  Dalam menunjang pelaksanaan tersebut maka status Kota Barabai sebagai PKW dalam perubahan RTRW Nasional (PP No. 26 Tahun 2008) yang akan datang.

5. Pusat Kegiatan Lokal

  Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan yang didasarkan pada kriteria:

  a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan; dan/atau

  b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Dalam revisi RTRWP KalSel rencana pengembangan sistem perkotaan provinsi meliputi PKL sebagaimana ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi terdiri dari Kota

  

Banjarbaru, Rantau (Kabupaten Tapin), Kandangan (Kabupaten Hulu Sungai

  Selatan), Barabai (Kabupaten Hulu Sungai Tengah), Tanjung (Kabupaten Tabalong), Paringin (Kabupaten Balangan), Pelaihari (Kabupaten Tanah Laut),

  Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu);

  Sistem perkotaan provinsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di :

  a. Kota Banjarbaru dengan fungsi pusat pemerintahan provinsi, industri nasional, perdagangan regional dan nasional, jasa transportasi udara nasional, dan f. Kota Paringin (Kabupaten Balangan) sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan fungsi pusat perdagangan lokal, pemerintahan local, pelayanan wilayah belakang; g. Kota Pelaihari (Kabupaten Tanah Laut) sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sebagai pusat jasa, industry dan perdagangan regional, pemerintahan lokal, pelayanan wilayah belakang;

  h. Kota Batulicin (Kabupaten Tanah Bumbu) sebagai pusat jasa, industry dan perdagangan regional dan nasional, pemerintahan lokal, pelayanan wilayah belakang. Standar Infrastruktur Minimal yang dimiliki Pusat Kegiatan Lokal (PKL), antara lain : Bandara Perintis, dan/atau Pelabuhan Lokal/Pengumpan Sekunder dan/atau Terminal Penumpang Tipe C, Pasar Induk Lokal, Perbankan Lokal dan/atau Regional, Rumah Sakit Umum Tipe C, Sekolah Menengah Umum/Kejuruan. Kota-kota lainnya yang dikembangkan adalah ibukota kecamatan yang berkembang baik dari pengaruh penjalaran atau perembetan dari ibukota kabupaten/kota maupun karena adanya bangkitan-dan tarikan baru seperti pelabuhan laut, pusat perdagangan dan pusat transit seperti Kota Margasari, Negara, Alabio, Danau Panggang, Kelua, Astambul, Binuang, Pantai Hambawang, Anjir Pasar, Alalak, Handil Bakti, Kertak Hanyar, Gambut, Pengaron, Liang Anggang, Bati-Bati, Jorong, Takisung, Kintapura, Sungai Danau, Pagatan, Tanjung Samalantakan, Gunung Batu Besar, Manggalau, Sengayam

3.4.2 Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi 1. Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat

  Memelihara, meningkatkan dan memantapkan aksesibilitas, fungsi, status dan kelas jalan secara bertahap pada jalan arteri primer, kolektor primer dan kolektor sekunder terutama yang menghubungkan antar wilayah, antar pusat permukiman, antar kawasan sentra produksi, antar pusat pemasaran untuk menjamin keberlangsungan pergerakan orang, barang dan jasa menuju outlet (pintu keluar) utama pelabuhan dan bandar udara; b. Memelihara, meningkatkan dan memantapkan aksesibilitas kawasan rawa, pesisir, perbatasan provinsi dan kawasan tertinggal untuk mendukung pengembangan ekonomi wilayah dan peningkatan interaksi sosial dan budaya; c. Meningkatkan dan mengembangkan terminal penumpang tipe A, B dan C dalam sistem jaringan pelayanan angkutan umum Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP); Berdasarkan strategi pengembangan sistem jaringan jalan maka pengem-bangan sistem jaringan jalan Provinsi Kalimantan Selatan yang terkait dengan pembangunan wilayah Kabupaten Kotabaru, meliputi : a. Pembangunan, peningkatan dan pengembangan sistem jaringan jalan kolektor sekunder dan tersier dengan status jalan Provinsi meliputi : Sebelimbingan

  Strategi pengembangan sistem jaringan jalan dilakukan upaya, antara lain : a.

  • – Kotabaru – Berangas ;
e. Pembangunan, peningkatan dan pengembangan pada ruas-ruas jalan khusus angkutan

komoditi yang mendukung kelancaran arus distribusi dari sentra-sentra produksi pertanian

dalam arti luas, sentra produksi energi dan mineral yang dikelola oleh pihak

swasta/investor menuju pelabuhan khusus, yang nantinya akan dipersiapkan menjadi cikal

bakal jalan umum apabila masa kontrak investor telah berakhir dan atau adanya

kepentingan pengembangan wilayah, yaitu: Pembangunan jalan khusus angkutan komoditi

untuk Kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru;

Pengembangan sistem jaringan jalan Provinsi Kalimantan Selatan diwujudkan dengan

kesesuaian dengan sistem jaringan pelayanan angkutan umum dan pengembangan terminal yang berfungsi untuk kemudahan pelayanan pergantian antar moda secara terpadu dalam berbagai tingkatan (hirarkhi), regional Pulau Kalimantan, lokal Provinsi Kalimantan Selatan dan untuk kebutuhan kabupaten/kota yang bersangkutan, meliputi : a. Pengembangan terminal meliputi : 

  

Terminal Tipe B difungsikan untuk melayani pergerakan lokal antar moda, antar kota

dalam Provinsi Kalimantan Selatan yang diarahkan untuk pembangunan dan

pemindahan Terminal Batuah Martapura, pemeliharaan Terminal Rantau, pembangunan

dan pemeliharaan Terminal Antaluddin, pembangunan dan pemindahan terminal

Amuntai di Kecamatan Amuntai Tengah (Desa Tapus), pemeliharaan Terminal Barabai di