BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN BANGLI V.1 Arah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangli a. Penetapan Kawasan Strategis KabupatenKota (KSK) - DOCRPIJM 26ef7354d9 BAB VREV BAB V 2015 2019

BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN BANGLI V.1 Arah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangli

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK)

  Kawasan strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan Dalam penjelasan pasal 5 ayat 5 UU No. 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa kawasan strategis merupakan kawasan yang didalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap :  Tata ruang di wilayah sekitarnya  Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya;  Peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kawasan strategis provinsi di Kabupaten Bangli ditetapkan berdasarkan Raperda RTRWP Bali Tahun 2009, sebagai berikut :

  a. Kawasan Strategis Berdasarkan Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi adalah : Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK) DTWK Kintamani.

  b. Kawasan Strategis Berdasarkan Kepentingan Sosial Budaya, adalah :  Kawasan Radius Kesucian Pura Sad Kahyangan Pura Batur

   Potensi Cekungan Air Bawah Tanah lintas Kabupaten/Kota mencakup Cekungan Air Bawah Tanah Denpasar – Tabanan dan Cekungan Air Bawah Tanah Batur

   awasan rawan bencana gunung berapi Batur (Daerah Bahaya II dan

  III) Dalam lingkup wilayah Kabupaten Bangli, kriteria penetapan kawasan strategis menggunakan kombinasi UU No. 26/2007, PP No. 26/2008, RTRWP Bali dan penyesuaian dengan karakteristik, potensi dan daya dukung wilayah. Kriteria tersebut antara lain :

  1. Kawasan berdasarkan kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria :  Kawasan yang potensi ekonomi tumbuh cepat, serta didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.

  2. Kawasan berdasarkan kepentingan sosial budaya ditetapkan dengan kriteria :  Kawasan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya daerah.  Kawasan yang merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya.  Kawasan yang merupakan asset yang harus dilindungi dan dilestarikan.

  3. Kawasan berdasarkan kepentingan fungsi dan daya dukung dari Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Hirarki fungsi ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya di Kabupaten bangli terdiri dari :

A. KAWASAN LINDUNG

  

a1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

   kawasan hutan lindung; dan  kawasan resapan air.

  a2)

  Kawasan perlindungan setempat  Kawasan suci (kawasan gunung, kawasan danau, kawasan campuhan)  Kawasan tempat suci (radius kesucian kawasan pura Sad Kahyangan, radius kesucian kawasan pura Dang Kahyangan, radius kesucian kawasan pura Kahyangan Tiga dan radius kesucian kawasan pura lainnya)  Kawasan sempadan sungai;  Kawasan sempadan jurang;  Kawasan sekitar danau; dan  Ruang terbuka hijau kota.

  a3) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya

   kawasan taman wisata alam  kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

   Kawasan perlindungan plasma nutfah; B.

KAWASAN BUDIDAYA

  b1) kawasan peruntukan hutan produksi;

   Kawasan Hutan Produksi terbatas  Kawasan Hutan Rakyat

  b2) kawasan peruntukan pertanian;

   kawasan peruntukan pertanian lahan basah;  kawasan peruntukan pertanian lahan kering;  kawasan peruntukan pertanian hortikultura b3) kawasan peruntukan perkebunan.

  b4) kawasan peruntukan perikanan. b5) Kawasan peruntukan peternakan b6)

  kawasan peruntukan industri;

  b7) kawasan peruntukan pariwisata;

   Daya Tarik Wisata Khusus (DTWK)  Daya Tarik Wisata (DTW)

  b8) kawasan peruntukan permukiman; dan/atau

   permukiman perkotaan; dan  permukiman perdesaan.

  b9)

  kawasan peruntukan pertambangan;

Tabel 5.1 Arahan RTRW Kabupaten

  ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG (1)

  (2) A.

KAWASAN LINDUNG

  a7) Kawasan Hutan Lindung a8) Kawasan yang memberikan perlindungan

  kawasan bawahannya;  Kawasan Resapan Air Rencana pola ruang kawasan resapan air berupa Daerah Aliran Sungai (DAS) pada Satuan Wilayah Sungai (SWS) Bangli yang mencakup seluruh wilayah daerah yang meliputi DAS Pekerisan seluas kurang lebih 66,436 Km², DAS Melangit seluas kurang lebih 52,568 Km², DAS Sangsang seluas kurang lebih 84,117 Km² dan DAS Bubuh seluas kurang lebih 59,563 Km² serta tersebar pada kawasan hutan lindung, kawasan penyangga hutan lindung dan kawasan pertanian.

  Kawasan resapan air, ditetapkan dengan kriteria: curah hujan tinggi, berstruktur tanah yang mudah meresapkan air, geomorfologi yang mampu A.

   Arahan Pengelolaan Sistem Perkotaan dan Sistem Perdesaan A.1. Arahan Pengelolaan Kawasan Perkotaan

  Arahan pengelolaan kawasan perkotaan adalah :

  1. Penetapan status dan batas-batas wilayah Kawasan Perkotaan fungsi PKL dan PPK berdasarkan kebutuhan ruang bagi pengembangan kegiatan dan pelayanan perkotaan dengan pendekatan batas unit administrasi desa/kelurahan atau batas fisk tertentu;

  2. Nama, batas wilayah dan fungsi kawasan perkotaan selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten;

  3. Setiap kawasan perkotaan baik PKL dan PPK harus mempunyai Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Perkotaan dalam bentuk Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan perkotaan serta pedoman pengendalian pemanfaatan ruang dalam bentuk Peraturan Zonasi Kawasan yang disusun berdasarkan meresapkan air secara besar-besaran. RDTR Kawasan Perkotaan;

  a9) Kawasan perlindungan setempat

  4. Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada no. 3, maka Pemerintah Kabupaten Bangli wajib  Kawasan suci (kawasan gunung, kawasan danau, mengembangkan peta dasar wilayah atau kawasan kawasan campuhan); perkotaan yang bersumber dari data peta Citra Satelit

   Kawasan tempat suci (radius kesucian kawasan terkini yang selanjutnya di perbaharui setiap lima pura Sad Kahyangan, radius kesucian kawasan tahun sekali, yang sekaligus dapat dimanfaatkan pura Dang Kahyangan dan Kahyangan Jagat, dan sebagai pemantauan langsung pergeseran/perubahan radius kesucian kawasan pura Kahyangan Tiga); pemanfaatan ruang untuk acuan melakukan evaluasi  Kawasan sempadan sungai;

  Rencana Tata Ruang (RTR) pada berbagai tingkatan; Arahan pengelolaan bagi perlindungan kawasan

  5. Peningkatan kapasitas dan kemampuan sempadan sungai meliputi: kelembagaan dan aparatur pengelolaan kawasan

   Pencegahan kegiatan budidaya sepanjang perkotaan dalam kegiatan perencanaan, sungai yang dapat mengganggu kelestarian pembangunan, pengendalian, dan pengawasan; fungsi sungai; dengan melibatkan lembaga/aparat kecamatan,

   Pengendalian kegiatan di sekitar sempadan desa, desa pekraman dan lembaga kemasyarakatan sungai; lainnya;

   Pengamanan daerah aliran sungai; dan

  6. Integrasi RTR Kawasan Perkotaan dengan tata  Sempadan sungai pada sungai tanpa bahaya sukerta palemahan yang menjadi bagian tak banjir yang memiliki jurang, mengikuti terpisahkan dari awig-awig desa pekraman setempat; ketentuan aturan sempadan jurang.

  7. Pengembangan berdasarkan falsafah Tri Hita Karana atau disesuaikan dengan sosial budaya masyarakat

   Kawasan sempadan jurang; setempat, dengan orientasi ruang mengacu pada Arahan pengelolaan kawasan sempadan jurang adalah :  daratan di tepian jurang yang memiliki kemiringan lereng sekurang-kurangnya 45% (empat puluh lima persen), kedalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) meter dan bidang datar bagian atas sekurang-kurangnya 11 (sebelas) meter);  sempadan jurang bagian atas sebagaimana dimaksud pada huruf a, harus memiliki lebar sekurang-kurangnya 2 (dua) kali kedalaman jurang dan tidak kurang dari 11 (sebelas) meter dihitung dari tepi jurang ke arah bidang datar; dan  bangunan untuk kepentingan umum, keagamaan, hankam dan akomodasi wisata pada kawasan daya tarik wisata khusus (KDTWK) atau kawasan daya tarik wisata (DTW), dapat dilakukan pada sempadan jurang dengan ketentuan tidak kurang dari 11 (sebelas) meter dihitung dari tepi jurang ke arah bidang datar, setelah dinyatakan stabil konsep Catus Patha dan Tri Mandala serta karakter bangunan mencerninkan penerapan arsitektur tradisional Bali untuk menjaga identitas kota yang berjatidiri budaya Bali;

  8. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan sesuai skala pelayanan berdasarkan fungsi yang diemban yang didukung ketersediaan fasilitas dan infrastruktur pendukung perkotaan sesuai kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

  9. Merupakan pusat permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang rendah sampai tinggi yang pengembangan ruangnya ke arah horizontal yang dikendalikan dan vertikal secara terbatas sesuai dengan kebijakan daerah;

  10. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Kota minimal 40% untuk PKL, 50% untuk PPK dan 60% untuk PPL dari luas kawasan perkotaan;

  11. Penyediaan untuk ruang terbuka non hijau kota, penyediaan prasarana dan sarana pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal dan ruang evakuasi; dan

  12. Memelihara, merevitalisasi, rehabilitasi, preservasi, melalui penelitian teknis dari instansi berwenang  Pengendalian kegiatan budidaya di dalam kawasan sempadan jurang.

   Kawasan sekitar danau; dan Arahan pengelolaan kawasan Danau Batur dan sekitarnya adalah ditujukan bagi perlindungan kawasan meliputi :  Pencegahan kegiatan budidaya sekitar danau yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau;  Pengendalian kegiatan yang dapat mengganggu nilai kesucian danau, teruatama pada kawasan pinggir danau yang digunakan untuk upacara agama;  Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar danau;  Pengamanan dan pelestarian di daerah hulu;  Pemanfaatan untuk kegiatan budidaya perikanan;  Pemanfaatan untuk kegiatan rekreasi air secara terbatas; dan  Pemanfaatan untuk kegiatan transportasi dan renovasi bangunan yang memiliki nilai-nilai sejarah, budaya, kawasan suci, tempat suci, dan pola-pola permukiman tradisional setempat.

  A.2. Arahan Pengelolaan Sistem Perdesaan

  Arahan pengelolaan sistem perdesaan adalah :

  1. Penetapan pusat-pusat pelayanan kawasan perdesaan yang terintegrasi dengan kawasan perkotaan meliputi :  Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) sebagai pusat permukiman dan kegiatan sosial ekonomi yang melayani kegiatan skala antar desa, yang dapat berupa pusat permukiman satu desa atau lebih yang beraglomerasi;  Pusat Kawasan Agropolitan yang melayani kawasan agropolitan pada kawasan perdesaan di sekitarnya yang yang mendorong tumbuhnya kota pertanian melalui berjalannya sistem dan usaha agribisnis untuk melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya;  Pusat Kawasan Agropolitan juga dapat berupa PPK atau PPL yang terintegrasi dengan kawasan penyebarangan. perdesaan di sekitarnya dan kawasan perkotaan;

   Pusat-pusat kegiatan Desa Wisata atau Desa  Ruang terbuka hijau kota.

  Industri Kecil; dan

  a10) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan

   Pusat-pusat desa yang hanya melayani skala desa cagar budaya bersangkutan.

  1. Kawasan taman wisata alam’ dan

  2. Setiap kawasan perdesaan di Kabupaten Bangli harus Arahan pengelolaan Kawasan Taman Wisata tercover dalam Rencana Tata Ruang yang dapat Alam (TWA) adalah : terakomodasi dalam Rencana Detail Tata Ruang

  (RDTR) Kecamatan sebagai rencana rinci dari RTRW  kawasan taman wisata alam harus memeiliki ketentuan zonasi untuk zona inti, zona tiap Kabupaten /Kota, terintegrasi dan saling pemanfaatan, dan zona lain yang dapat melengkapi dengan RTR Kawasan Strategis Provinsi, mendukung pelestarian sumberdaya alam hayati RTR Kawasan Strategis Kabupaten atau RTR Khusus dan ekosistemnya; dan Kawasan Perdesaan dan Kawasan Agropolitan;

  3. Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada no. 2,  Pembatasan kegiatan wisata alam apabila kawasan tersebut juga sekaligus merupakan maka Pemerintah Kabupaten Bangli wajib kawasan suci mengembangkan peta dasar wilayah atau kawasan perdesaan yang bersumber dari data peta Citra Satelit

  2. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. terkini yang selanjutnya di perbaharui setiap lima

  a11) Kawasan rawan bencana alam

  tahun sekali, yang sekaligus dapat dimanfaatkan

  1. Kawasan rawan tanah longsor; dan

  sebagai pemantauan langsung pergeseran/perubahan 2. Kawasan rawan banjir. pemanfaatan ruang untuk acuan melakukan evaluasi a12) Kawasan lindung geologi.

  Rencana Tata Ruang (RTR) pada berbagai tingkatan;

  1. Kawasan cagar alam geologi;

2. Kawasan rawan bencana alam geologi (kawasan

  rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, Kawasan rawan yang terletak di zona patahan aktif dan kawasan rawan bahaya gas beracun); dan

  Arahan mitigasi dan adaptasi kawasan gerakan tanah meliputi :  Melakukan rehabilitasi dan konservasi lahan yaitu dengan jalan melakukan perbaikan pola tanam dan upaya konservasi lahan (sengkedan, tanaman keras dan lain-lain) untuk menahan laju gerakan tanah  Membatasi kegiatan budidaya;  Memasang sistem peringatan dini kawasan rawan gerakan tanah  Pengembangan sistem jaringan drainase;  Pengembangan bangunan penahan gerakan tanah; dan  Pengaturan kegiatan budidaya yang sesuai dengan kondisi fisik kawasan.

  4. Penataan ruang kawasan perdesaan harus memperhatikan prinsip-prinsip dan ketentuan umum sesuai ketentuan perundangan, pedoman, standar pelayanan minimal serta nilai-nilai kearifan lokal;

  5. Pemanfatan ruang kawasan perdesaan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya di perdesaan;

  6. Integrasi RTR Kawasan Perdesaan dengan tata sukerta palemahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari awig-awig desa pekraman setempat;

  7. Kelompok-kelompok permukiman perdesaan dengan konsep Tri Hita Karana, Catus Patha Desa Pekraman,

  Tri Mandala, karang bengang atau ruang terbuka pada perbatasan antar desa yang dikelilingi lahan pertanian maupun hutan, serta karakter bangunan mencerninkan penerapan arsitektur tradisional Bali sebagai jati diri lansekap kawasan perdesaan Bali;

  8. Merupakan pusat permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang rendah;

  9. Tutupan vegetasi minimal 75% dari luas wilayah;

  10. Memelihara, merevitalisasi, rehabilitasi, preservasi, dan renovasi bangunan yang memiliki nilai-nilai

3. Kawasan yang memberikan perlindungan sejarah, budaya, kawasan suci, tempat suci, dan

  terhadap air tanah (kawasan imbuhan air tanah pola-pola permukiman tradisional setempat; dan dan sempadan mata air)

  11. Mengendalikan pengembangan fasilitas/akomodasi Arahan pengelolaan kawasan imbuhan air tanah, pariwisata perdesaan, yang disesuaikan dengan meliputi : fungsi dan daya dukung lingkungan.

   Pemanfaatan ruang untuk kawasan resapan air,

B.

   Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

  minimasi bangunan fisik yang akan mengganggu kawasan resapan tersebut;

  B.1. Sistem Jaringan Transportasi Wilayah

   Meningkatkan upaya pelestarian di Sistem jaringan transportasi wilayah, meliputi sistem jaringan kawasan tersebut dengan penanaman pohon, jalan, sistem pelayanan angkutan umum, sistem angkutan vegetasi dll untuk mempermudah / danau, manajemen dan rekayasa lalu lintas dan Sistem mempercepat proses peresapan air kedalam sarana penunjang transportasi lainnya. tanah; dan

  B.1.1. SISTEM JARINGAN JALAN :

   Pengembangan studi Penelitian Groundwater Sistem jaringan jalan terdiri dari jalan umum dan jalan Modelling dan pengembangan peta tematik air khusus. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan tanah detail untuk masing-masing cekungan air bagi lalu lintas umum yang dikelompokkan berdasarkan tanah di Provinsi Bali sabagai dasar pengawasan sistem, status, fungsi, kelas jalan. Sistem jaringan jalan dan pengendalian pemanfaatan air tanah. merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.  Kawasan lindung lainnya. Kawasan perlindungan plasma nutfah;

  Rencana pengembangan sistem jaringan jalan meliputi

B. KAWASAN BUDIDAYA

  b11) Kawasan peruntukan hutan produksi;

  a) pengembangan ruas jalan baru Simpang Sidan

  (Tabel 5.3): 1) Jalan Kolektor Primer-1 (K1) terdiri dari :

  1. Kawasan Hutan Produksi terbatas; dan

  • – Jalan Ida bagus Mantra yang berada di luar wilayah kabupaten; dan

  • – Bangli menjadi jalan kolektor primer (K1) sehingga memiliki status jalan nasional.
  • – Seribatu;
  • – Penelokan;

  2) Jalan Kolektor Primer-2 (K2) terdiri dari :

  d) Sribatu

  d) Pengotan

  c) Bangli

  b) Kedisan

  Penelokan

  a)

  i) Ubud

  Ubud

  h)

  g) Sangeh

  f) Penelokan

  e) Penelokan

  c) Bangli

  b) Bangli

  a) Bedahulu

  b) usulan peningkatan fungsi jalan kolektor primer 2 (K2) Simpang Sidan

  • – Sribatu;
  • – Penelokan;

  • – Kubutambahan;

  • – Suter – Menanga;
  • – Kintamani;
  • – Tegalalang – Penelokan; dan

  • – Kedewatan – Kintamani; 3) Jalan Kolektor Primer-3 (K3) terdiri dari :
  • – Kedisan;

  Arahan pengelolaan kawasan peruntukan hutan rakyat, mencakup:  Mengembalikan kawasan peruntukkan hutan

  2. Kawasan Hutan Rakyat

  Arahan pengelolaan kawasan peruntukan hutan produksi terbatas mencakup :  Mempertahankan kawasan hutan produksi untuk mendukung pencapaian tutupan vegetasi hutan minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah Kabupaten Bangli;  Integrasi hasil produksi tanaman kayu dengan industri kreatif;  Pengembangan fungsi penyangga pada kawasan hutan produksi yg berbatasan dengan hutan lindung;  Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengelolaan hutan produksi; dan  Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada kawasan lahan kritis dan bekas terbakar.

  • – Toyabungkah;

  • – Nongan;

  • – Kintamani; dan
rakyat dengan kemiringan di atas 40%, yang berupa hak milik masyarakat yang telah terlanjur teralih fungsi menjadi kegiatan budidaya lainnya;

  • – Madenan – Bondalem; 4) Jalan Kolektor Primer-4 (K4) terdiri dari :

   Mendukung pencapaian tutupan vegetasi hutan minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah Kabupaten Bangli;  Integrasi hasil produksi tanaman kayu dengan kegiatan industri dan industri kreatif;  Pengembangan fungsi penyangga pada kawasan peruntukkan hutan rakyat yang berbatasan dengan hutan lindung; dan  Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada kawasan lahan kritis.

  b12) Kawasan peruntukan pertanian; 1. kawasan peruntukan pertanian lahan basah;

  Arahan pengelolaan kawasan budidaya tanaman pangan dilaksanakan melalui:  Pemanfaatan semua lahan-lahan yang sudah mendapatkan pengairan (irigasi) tetapi belum dimanfaatkan sebagai lahan sawah;  Pengoptimalan produktivitas lahan-lahan sawah yang sudah ada melalui program

  e) Dausa

  a) Tamanbali-Guliang Kangin;

  b) Bunutin-Selati;

  c) Macingan-Selat;

  d) Tanggahan-Serokadan;

  e) Serokadan-Bangunlemah;

  f) Lumbuan-Susut;

  g) Pengelipuran-Buungan-Tiga;

  h) Sekardadi-Bayung Gede i) Kitamani-Langgahan; j) Belantih-Selulung; k) Tembuku-Tohpati; l) Bangbang-Nyanglan; m) Bangbang-Penaga Landih; n) Suter-Penaga Landih; dan o) Jehem-Landih.

  5) Jalan lokal primer meliputi jalan-jalan di luar jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kolektor primer (K-4) yang telah ada yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antar ibukota intensifikasi;  Pemantapan pelayanan jaringan irigasi;  Pencegahan dan pembatasan alih fungsi lahan sawah beririgasi;  Pengembangan target luas lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan 90% dari luas lahan sejak ditetapkannya peraturan daerah ini, di luar kebutuhan alih fungsi untuk fasilitas umum prioritas; dan  Pengembangan luasan kawasan pertanian lahan basah organik secara bertahap pada tiap subak dan dan desa/kelurahan sesuai potensinya.

  2.

  kawasan peruntukan pertanian lahan kering; dan 3. kawasan peruntukan pertanian hortikultura. Arahan pengelolaan kawasan budidaya hortikultura dilaksanakan melalui:  Pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki potensi/kesesuaian lahan untuk budidaya hortikultura unggulan secara optimal;  Pemanfaatan lahan basah yang belum beririgasi pada bulan-bulan kering;  Pemilihan jenis komoditi yang memilki nilai kecamatan, ibukota kecamatan dengan pusat desa, dan antar desa.

  6) Jalan sekunder merupakan jaringan jalan di seluruh kawasan perkotaan di luar jalan sistem primer yang melintasi kawasan perkotaan yang telah ada meliputi :

  a) jaringan jalan yang menghubungkan pusat kota dengan sub pusat pelayanan kota; b) jaringan jalan yang menghubungkan sub pusat pelayanan kota dengan pusat-pusat kawasan permukiman; dan

  c) jaringan jalan di dalam kawasan permukiman perkotaan.

  7) Usulan pengembangan dan peningkatan jalan baru meliputi : a) pengembangan baru ruas jalan Simpang Sidan

  • – Jalan Ida bagus Mantra yang berada di luar wilayah kabupaten, agar terintegrasi langsung menjadi ruas jalan Ida Bagus Mantra – Simpang Sidan – Bangli untuk meningkatkan akses langsung dari PKN menuju PKL Kawasan Perkotaan Bangli;

  b) peningkatan fungsi jalan kolektor primer 3 (K-3) menjadi jalan kolektor primer 2 (K-2), pada ruas ekonomis tinggi dengan masa tanaman jalan Ubud

  • – Kedewatan – Kintamani untuk singkat;

  mendukung pengembangan Kawasan Andalan perluasan lahan budidaya Nasional Denpasar-Ubud-Kintamani;  Pembatasan

  c) pengembangan baru ruas jalan Bayung Gede Manikliyu untuk membuka perkebunan dan peruntukan hutan rakyat;

  • – hortikultura dari kawasan budidaya
  • –Belantih-Catur, aksesibilitas kawasan pengembangan Kintamani dan

   Pengendalian kegiatan budidaya hortikultura pada kawasan yang memiliki kemiringan di sekaligus mendukung pengembangan Kawasan Andalan Nasional Denpasar-Ubud-Kintamani, atas 40%, untuk diarahkan bercampur atau dikembalikan kepada tanaman budiaya dengan fungsi jalan kolektor primer-3 (K-3); perkebunan atau tanaman kehutanan

  d) pengembangan baru ruas jalan dari parkir Pura Ulun Batur (Desa Batur Selatan)

  (agroforestry) untuk mendukung kestabilan

  • – Kuburan Cina (Desa lereng dan mencegah kerawanan longsor; Batur Utara) sebagai jalan strategis provinsi untuk memperlancar arus lalu lintas regional menerus dan

   Pemantapan kawasan agropolitan berbasis kelancaran pelaksanaan upacara keagamaan di pertanian hortikultura sebagai penggerak perekonomian kawasan perdesaan; sekitar Pura Ulun Danu Batur;

  e) pengembangan baru ruas jalan dan peningkatan  Pengembangan kemitraan dengan sektor industri dan pariwisata; dan ruas jalan antar wilayah Songan – Paleg dan

  Songan-Pradi Kangin ke wilayah Kabupaten Karangasem, serta ruas jalan Songan

   Pengembangan luasan kawasan budidaya

  • – Pradi Kauh hortikultura organic secara bertahap pada tiap ke wilayah Kabupaten Buleleng; subak dan dan desa sesuai potensinya.

  f) pengembangan baru ruas jalan lingkar barat Kawasan Perkotaan Bangli di wilayah Desa Bunutin

  b13) Kawasan peruntukan perkebunan;

  Tembus Kawasan LC;

  b14) Kawasan peruntukan perikanan;

  g) pengembangan baru ruas jalan Desa Bunutin b15) Kawasan peruntukan peternakan;

  • – Banjar Talangjiwa, Desa Selat (Kecamatan Susut);

  Arahan pengelolaan kawasan budidaya peternakan dilaksanakan melalui:

   Pemanfaatan ruang bercampur dengan

  kegiatan peruntukan lainnya, terutama kawasan peruntukan pertanian dan permukiman secara terbatas;

   Pemanfaatan lahan pertanian yang dapat

  mensuplai bahan makanan ternak secara terpadu dan terintegrasi;

   Pemanfaatan lahan pekarangan permukiman

  perdesaan, untuk kegiatan peternakan skala rumah tangga;

   Pemanfaatan lahan kritis melalui

  pengembangan rumput, leguminosa, semak, dan jenis pohon yang tahan kering dan sesuai untuk makanan ternak;

   Pemanfaatan lahan yang sesuai bagi kegiatan

  peternakan secara optimal

   Pemantapan pelayanan Pasar Hewan di Kelurahan Cempaga Bangli (untuk Kawasan Perkotaan Bangli dan sekitarnya serta Pasar hewan Kayuamba untuk pelayanan regional; dan (Kecamatan Bangli)

  h) pengembangan baru ruas jalan Kawasan LC (Kecamatan Bangli) - Desa Demulih (Kecamatan Susut); i) pengembangan baru ruas jalan Kelurahan Kawan (Kecamatan Bangli) - Br. Tegalalalang (Kecamatan Tembuku) sampai kawasan Tohpati, Kabupaten Klungkung; j) pengembangan baru ruas-ruas jalan di kawasan perkotaan untuk melayani pengembangan kawasan permukiman; k) pengembangan baru ruas-ruas jalan untuk memperlancar pergerakan antar dusun di kawasan perdesaan; l) pengembangan baru ruas jalan Tandang-Buanasari- Yeh Mampeh dan ruas jalan Songan-Blandingan, untuk mendukung jalur-jalur evakuasi bencana pada kawasan rawan bencana gunung berapi Gunung Batur ; m) pengembangan baru ruas jalan untuk mendorong pengembangan kawasan-kawasan daya tarik wisata; dan n) pengembangan baru ruas-ruas jalan untuk

   Pengembangan kawasan agropolitan promosi meningkatkan aksesibilitas kawasan permukiman Tiga-Pengelumbaran untuk komoditas terisolir.

  unggulan peternakan sapi masyarakat.

B.1.2. SISTEM JARINGAN PELAYANAN ANGKUTAN

  b16) Kawasan peruntukan industri; UMUM b17) Kawasan peruntukan pariwisata;

  Jaringan pelayanan angkutan umum merupakan bagian dari

1. Daya Tarik Wisata Khusus (DTWK); dan

  sistem transportasi darat untuk menyediakan sarana Arahan pengembangan KDTWK adalah : pelayanan transportasi kepada masyarakat terdiri atas :  Dikembangkan sebagai Kawasan Strategis 1) Pengembangan angkutan umum antarkota;

  Provinsi Bali dari sudut kepentingan 2) Pengembangan angkutan umum perkotaan; pertumbuhan ekonomi; 3) Pengembangan angkutan umum perdesaan; dan

   Pengembangan KDTWK didukung dengan 4) Pengembangan terminal penumpang secara terpadu pengembangan daya tarik wisata, fasilitas dan berhierarki. akomodasi dan fasilitas penunjang

  Pengembangan angkutan umum terdiri atas : pariwisata; a) Pemantapan pelayanan angkutan umum antar kota

   KDTWK tidak semata-mata hanya diartikan antar wilayah baik; sebagai kawasan yang boleh dibangun fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang di

  b) pengembangan sistem trayek terpadu dan seluruh bagian kawasan, melainkan terintegrasi baik antar kota, kawasan perkotaan sesungguhnya kata Khusus yang maupun kawasan perdesaan; dan disandangnya mengandung pengertian tetap c) pengembangan kebijakan disinsentif untuk menekan terjanagnya kawasan lindung dan kawasan pemanfaatan kendaraan pribadi. budidaya di luar kawasan peruntukan pariwisata yang harus ditata secara terpadu Untuk mendukung perpindahan intar moda angkutan umum, antara satu kawasan dengan kawasan atau antar moda maka dibutuhkan terminal sebagai lainnya yang selanjutnya dituangkan ke tempat perpindahan penumpang dan barang. Kriteria dalam Rencana Rinci Tata Ruang (RTR pengembangan terminal penumpang adalah : Kawasan Strategis Pariwisata);

  1) Terminal tipe B untuk AKDP, dihubungkan langsung  Pengembangan intensif fasilitas akomodasi ke jalan arteri primer atau kolektor primer, luas dan fasilitas penunjang pariwisata pada sekurang-kurangnya 3 hektar, jalan masuk

  KDTWK, hanya dapat dikembangkan pada sekurang-kurangnya 50 meter. Terminal penumpang Zona Efektif Pariwisata, diluar kawasan tipe B melayani AKDP, Angkutan Kota dan Angkutan lindung dan kawasan lahan pertanian abadi

  Pedesaan; dan dengan pembatasan koefisien wilayah 2) Terminal tipe C untuk Angkutan Kota dan Angkutan terbangun (KWT), setinggi-tingginya 2% dari

  Pedesaan, dihubungkan ke jalan kolektor seluruh luas kawasan DTWK, dengan sekunder/jalan lokal dengan luas dan jalan akses penyediaan berbagai fasilitas sesuai fungsi tergantung pada kondisi setempat. utama obyek yang dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum serta akomodasi setinggi-tingginya hotel melati

  Pengembangan terminal penumpang di Kabupaten Bangli dengan KDB 10% untuk melindungi terdiri atas : kelestarian atau kekhususan fungsi utama

  1) Peningkatan Fasilitas Terminal Type B, mencakup : DTWK; a) Terminal Loka Çrana di Kawasan Perkotaan

   Penataan ruang kawasan didasarkan atas Bangli; dan

  Peraturan Daerah tentang RTR Kawasan

  b) Terminal Kintamani di Kawasan Perkotaan Strategis Pariwisata yang selanjutnya Kintamani. dilengkapi dengan Peraturan Zonasi;

   pengembangan prasarana dan sarana 2) Peningkatan Fasilitas Terminal Type C, mencakup : transportasi untuk mempermudah akses keseluruh kawasan pariwisata serta ke daya

  a) Terminal Kayuamba; tarik wisata; dan b) Terminal Yangapi;

   Arahan aturan pemanfaatan ruang diuraikan pada Arahan Indikasi Peraturan Zonasi 3) Pengembangan Baru Terminal Type C, mencakup : KDTWK a) Terminal Belantih/Catur;

  b) Terminal Kedisan; dan 2. Daya Tarik Wisata (DTW).

  c) Terminal Bayunggede.

   DTW adalah segala sesuatu yang memiliki 4) Pengembangan Trayek angkutan Umum di

  Kabupaten Bangli, mencakup : keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan

  a) trayek angkutan kota dalam provinsi (AKDP) hasil buatan manusia yang menjadi sasaran meliputi trayek : atau tujuan kunjungan wisatawan; dan

   Terminal Kintamani

  • – Terminal Loka Çrana

   DTW dapat mencakup dan/atau berupa Bangli;

   kawasan/hamparan, wilayah desa/kelurahan, Terminal Loka Çrana Bangli - Terminal Type A massa bangunan, bangun-bangunan dan Mengwi (Kabupaten Badung);

   lingkungan sekitarnya, jalur wisata yang Terminal Loka Çrana Bangli - Terminal

  lokasinya tersebar di wilayah kabupaten/kota Klungkung;

   baik yang berada di dalam maupun di luar Terminal Loka Çrana Bangli - Terminal Kawasan Pariwisata dan/atau KDTWK Batubulan (Kabupaten Gianyar);

   Terminal Kintamani (Kabupaten Buleleng);

  • – Terminal Penarukan

  b18)

  Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau

  1. permukiman perkotaan; dan 2. permukiman perdesaan. b19) Kawasan peruntukan pertambangan; dan b20) Kawasan pertahanan dan keamanan.

   Terminal Loka Çrana Bangli

  • – Terminal Penarukan (Kabupaten Buleleng);

   Terminal Loka Çrana Bangli - Terminal

  Kayuamba/Terminal Yangapi; dan

   Terminal Kintamani

  • – Terminal Belantih/Catur atau Terminal Kedisan atau Terminal Bayunggede.

  b) trayek angkutan perkotaan di Kawasan Perkotaan Bangli atau Kawasan Perkotaan Kintamani; dan

  c) trayek angkutan perdesaan di kawasan perdesaan Kecamatan Bangli, Kecamatan Susut, Kecamatan Tembuku, dan Kecamatan Kintamani.

B.1.3. SISTEM ANGKUTAN DANAU

  Penyeberangan di Danau Batur merupakan rangkaian kelanjutan sistem jaringan jalan di perairan Danau Batur untuk melayani pergerakan penumpang dan pariwisata, terdiri atas :

  1) dermaga penyeberangan; 2) trayek angkutan danau; dan 3) kapal danau.

  Dermaga penyeberangan diarahkan pada pemantapan dan peningkatan kualitas dermaga yang telah ada meliputi Dermaga Kedisan, Dermaga Toyabungkah, Dermaga Terunyan dan Dermaga Kuburan Terunyan.

  Trayek angkutan danau adalah alur lintasan penyeberangan di perairan Danau Batur yang tidak saling mengganggu atau saling mendukung dengan jalur lintasan wisata, kegiatan perikanan dan kegiatan sosial keagamaan.

  Kapal danau adalah moda angkutan berupa kapal-kapal penyeberangan yang layak jalan dan memenuhi standar keamanan sesuai ketentuan yang berlaku.

B.1.4. MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

  Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan lalu lintas dalam rangka menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan lalan. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan pada tataran teknis di lapangan, namun prinsip-prinsipnya merupakan landasan pengembangan aspek teknis dalam pengembangan sistem jaringan jalan.

  Prinsip-prinsip manajemen dan rekayasa lalu lintas dilakukan dengan :

  1) penyediaan fasilitas parkir; 2) penetapan prioritas angkutan umum; 3) pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki; 4) pemberian kemudahan bagi penyandang cacat; 5) pemisahan atau pemilahan pergerakan arus lalu lintas berdasarkan peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas;

  6) penyediaan jalur bersepeda di kawasan perkotaan atau kawasan efektif pariwisata; 7) pemaduan berbagai moda angkutan; dan 8) pengendalian lalu lintas pada persimpangan dan ruas jalan.

  Penyediaan fasilitas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi penyediaan parkir terbuka untuk umum dan wisatawan terdiri dari :

  1)

  pengembangan parkir wisata dan parkir bus pariwisata terpusat di sekitar Museum Gunung Api Batur di Penelokan; dan

  2)

  pengembangan kantong-kantong parkir skala kecil untuk menunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kepariwisataan sebagai stop over tersebar pada kawasan perkotaan dan kawasan daya tarik wisata.

B.1.5. SISTEM SARANA PENUNJANG TRANSPORTASI LAINNYA

  Sistem Sarana Penunjang transportasi lainnya, meliputi angkutan barang, angkutan pariwisata, angkutan truk galian C, dan penyediaan parkir. 1) Angkutan barang meliputi :

  a) arahan pengembangan terminal barang di Kawasan

  Perkotaan Kayuamba untuk mendukung pengembangan kawasan perdagangan dan jasa wilayah; dan

  b) arahan pengembangan terminal agribisnis untuk

  mengangkut barang hasil pertanian dan perikanan maupun hasil pengolahannya di Kawasan Agropolitan dan Kawasan Minapolitan; dan

  c)

  lalu lintas angkutan barang diarahkan melalui jalur jalan provinsi dengan fungsi jalan kolektor primer 3 dan jalan lokal primer untuk terminal agribisnis.

  2) Angkutan barang khusus bebatuan meliputi:

  a) penetapan jalur lintasan angkutan barang khusus bebatuan di kawasan Kaldera Batur adalah jalur jalan Tabu - Yeh Mampeh

  • – Bukit Mentik - Culali serta jalan Tandang – Buanasari – Yeh Mampeh; dan

  b) pengaturan waktu beroperasi angkutan barang

  khusus bebatuan di kawasan Kaldera Batur pada jalur Penelokan-Kedisan 3) Angkutan penumpang tidak dalam trayek meliputi :

  a) peningkatan pelayanan fasilitas parkir wisata dan

  parkir bus pariwisata terpusat di sekitar Museum Gunung Api Batur Penelokan; dan

  b) pengembangan angkutan wisata khusus skala kecil

  sebagai transfer moda angkutan bus pariwisata, yang melayani angkutan wisata ke Danau Batur, Dermaga Penyeberangan Trunyan, Kawasan Toyabungkah, Kawasan Songan, Kawasan Geopark Gunung Batur dan kawasan lainnya di seputaran koridor Kaldera Batur.

  B.2. Sistem Jaringan Energi

  B.2.1 Sistem Jaringan Energi Listrik

  Pengembangan jaringan energi listrik dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan kebutuhan energi lainnya. Pelayanan kelistrikan Kabupatn Bangli merupakan bagian dari sistem pelayanan kelistrikan Bali. Secara umum Bali mengalami defisit sediaan pelayanan pada 20 tahun mendatang sehingga pengembangan sistem jaringan energi yang dilakukan adalah : 1) Memenuhi penyediaan tenaga listrik yang mampu mendukung kebutuhan dasar masyarakat dan kegiatan perekonomian;

  2) Meningkatkan pelayanan secara merata ke seluruh wilayah dengan melakukan perluasan jaringan distribusi dan penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik; dan

  3) Mengembangkan pembangkit tenaga listrik alternatif dari sumber energi terbarukan, untuk menghemat penggunaan energi yang tidak terbarukan dan mengurangi pencemaran lingkungan, dengan pengembangan pembangkit tenaga listrik (PLT) alternatif dari sumber energi terbarukan terdiri atas PLT Mikro Hidro, PLT Biomasa, PLT Bayu, PLT Surya dan PLT lainnya. Rencana pengembangan sistem jaringan energi diatas dilaksanakan melalui :

  1) pemantapan gardu distribusi Kintamani dan gardu

  distribusi Bangli;

  2) jaringan transmisi tersebar di seluruh wilayah

  kabupaten yang meliputi sistem feeder Kota, feeder Kayubihi, feeder Penolakan, feeder Penulisan, feeder Tembuku, penyulang Buahan dan penyulang Susut;

  3) rencana pengembangan energi direncanakan sampai

  tahun 2030 direncanakan sebesar 36,852 MV;

  4) pengembangan pembangkit tenaga listrik (PLT)

  alternatif dari sumber energi terbarukan terdiri atas PLT Mikro Hidro, PLT Biomasa, PLT Bayu, PLT Surya dan PLT lainnya, yang diarahkan untuk menghemat penggunaan energi yang tidak terbarukan dan mengurangi pencemaran lingkungan, dan

  5)

  pemantapan interkoneksi antar sistem melalui jaringan transmisi tenaga listrik, mencakup pemantapan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dari Gardu Induk (GI) Payangan dan GI Serongga di Kabupaten Gianyar di bantu Gardu Distribusi Kintamani dan Bangli.

  B.2.2. Sistim Jaringan Pipa Gas

  Sistim Jaringan pipa gas dikembangkan terutama di Kawasan Perkotaan Bangli dan KDTWK Bangli setelah melalui kajian.

  B.3. Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi

  Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi diarahkan pada upaya peningkatan pelayanan telematika secara memadai dan merata ke seluruh wilayah. Pengembangan sistem jaringan telematika meliputi : a. jaringan terestrial meliputi sistem kabel serta sistem nirkabel; dan b. jaringan satelit.

  B.3.1. Pengembangan jaringan terestrial sistem kabel

  diarahkan pada: 1) peningkatan kapasitas stasiun Telepon Otomat

  (STO) yang telah ada meliputi STO Kintamani dan STO Bangli:

  2) pemantapan rumah kabel dan kotak pembagi tersebesar yang di seluruh kecamatan meliputi Kecamatan Bangli, Kecamatan Kintamani, Kecamatan Susut, dan Kecamatan Tembuku;

  3) peningkatan jaringan kabel sekunder tersebar di seluruh kecamatan meliputi Kecamatan Bangli, Kecamatan Kintamani, Kecamatan Susut, dan Kecamatan Tembuku;

  4) peningkatan satuan sambungan telepon (SST) tersebar di seluruh kecamatan meliputi Kecamatan Bangli, Kecamatan Kintamani, Kecamatan Susut, dan Kecamatan Tembuku;

  5) pengembangan jaringan baru secara berkesinambungan untuk menyediakan pelayanan telekomunikasi di seluruh wilayah kabupaten;

  6) pengembangan telekomunikasi jaringan kabel, diintegrasikan penempatannya sesuai kapasitas pelayanan, estetika lingkungan dan keamanan; dan

  7) pengembangan jaringan kabel telepon bawah tanah yang terintegrasi dan terpadu dengan jaringan infrastruktur lainnya secara bertahap pada Kawasan Perkotaan Bangli meliputi Kelurahan Cempaga, Kelurahan Kawan, Kelurahan Kubu, dan Kelurahan Belalang serta Kawasan Efektif Pariwisata meliputi sebagian wilayah Desa Sukawana, Kintamani, Batur Utara, Batur Tengah, Batur Selatan, Kedisan, Abang Songan, Abang Batudinding, Songan A, Songan B, Trunyan,

  Buahan, dan Suter.

  B.3.2. Pengembangan jaringan terestrial sistem nirkabel

  diarahkan pada penataan lokasi menara telekomunikasi dan Base Transceiven Station (BTS) terpadu untuk pemanfaatan secara bersama-sama antar operator yang sebaran lokasinya telah ditetapkan dengan Peraturan Gubernur, meliputi 12 (dua belas) titik lokasi masing-masing di Desa Kayubihi, Desa Tiga, Desa Banua, Desa Batur Selatan, Desa Batur Tengah, Desa Pingaan, Desa Sukawana, Desa Selulung, Desa Cempaga, Desa Tembuku, Desa Kawan, dan Desa Tanam Bali

  B.3.3. Pengembangan jaringan satelit untuk melengkapi

  sistem jaringan terestrial terutama untuk kawasan- kawasan terpencil dan terisolir.

  C.

  

Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

  Pengembangan sistem jaringan sumber daya air diarahkan pada perlindungan dan pelestarian sumber air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Perlindungan dan pelestarian sumber air dilaksanakan secara vegetatif dan/atau sipil teknis melalui pendekatan sosial, ekonomi dan budaya.

  Pendayagunaan sumber daya air ditujukan untuk memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat secara adil dan terpadu, mencakup : a. sistem wilayah sungai;

  b. cekungan air tanah (CAT);

  c. sistem jaringan irigasi;

  d. sistem pengelolaan air baku untuk air minum; dan e. sistem pengendalian banjir.

  C.1. Sistem Wilayah Sungai

  Sistem wilayah sungai merupakan bagian dari pengelolaan Wilayah Sungai Bali-Penida (WS Strategis Nasional) pada sebagian Sub WS 03.01.01, Sub WS 03.01.12, Sub WS 03.01.13, Sub WS 03.01.18, dan Sub WS 03.01.19 yang terdiri atas 1 (satu) buah danau dan 14 Daerah Aliran Sungai (DAS) 20 lintas wilayah, meliputi :

  1) Danau Batur; 2) sebagian DAS Bubuh; 3) sebagian DAS Melangit; 4) sebagian DAS Sangsang; 5) sebagian DAS Ayung; 6) sebagian Das Yehalang; 7) sebagian DAS Anyar;

  8) sebagian DAS Batas; 9) sebagian DAS Silagading Tiga; 10) sebagian DAS Puseh; 11) sebagian DAS Jinah; 12) sebagian DAS Luah; 13) sebagian DAS Bungbung; 14) sebagian DAS Pengsangan; dan 15) sebagian DAS Deling.

  Danau Batur merupakan danau alam yang merupakan sumber air permukaan terbesar di Pulau Bali dengan luas kawasan perairan kurang lebih 1.667 ha (seribu enam ratus enam puluh tujuh) terletak di Kecamatan Kintamani.

  C.2. Cekungan Air Tanah

  Cekungan air tanah (CAT) di wilayah kabupaten merupakan CAT lintas kabupaten/kota meliputi sebagian CAT Tejakula dan sebagian CAT Denpasar-Tabanan.

  C.3. Sistem Jaringan Irigasi

  Sistem jaringan irigasi wilayah mencakup: 1) Pemeliharaan, peningkatan pelayanan dan efektivitas pengelolaan air pada sistem prasarana irigasi yang telah ada untuk melayani areal persawahan yang ditetapkan luasnya secara berkelanjutan meliputi 46 (empat puluh enam) Daerah Irigasi dan melayani 3.460 Ha sawah;

  2) pembangunan Waduk Jehem dan Waduk Lembah Pantunan untuk mendukung ketersediaan air baku untuk jaringan irigasi;

  3) Mempertahankan produktivitas lahan sawah yang telah ada dalam rangka ketahanan pangan termasuk ketahanan sistem budaya Bali dan Sistem Subak yang menyertainya;

  4) Pendayagunaan potensi mata air dan air tanah yang tersebar hampir merata di wilayah Kabupaten Bangli pada kawasan yang mengalami kesulitan air permukaan terutama untuk keperluan pertanian lainnya (perkebunan dan hortikultura); dan

  5) Pendayagunaan air permukaan danau Batur untuk irigasi pertanian hortikultura secara terbatas. 6) sistem jaringan irigasi kewenangan pemerintah provinsi meliputi 4 Daerah Irigasi (DI) dengan luas kurang lebih

  617 (enam ratus tujuh belas) ha meliputi :