DOCRPIJM 1503651124BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN KOTA

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

BAB V . KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN

5.1. Arahan Kawasan Strategis Kabupaten Ponorogo Dalam RTRW

  Rencana tata ruang kawasan strategis Kabupaten perlu diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/lingkungan hidup. Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap :

  1. Tata ruang di wilayah sekitarnya;

  2. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau 3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.

  Jenis kawasan strategis, antara lain, adalah kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Adapun jenis-jenis kawasan strategis adalah sebagai berikut:

  1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan ditetapkan dengan kriteria: ▪ Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan Pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional; ▪ Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan;

  ▪ Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

  2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria: ▪ Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; ▪ Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; ▪ Memiliki potensi ekspor; ▪ Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  ▪ Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; ▪ Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan; ▪ Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau ▪ Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

  3. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan dengan kriteria: ▪ Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya; ▪ Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya; ▪ Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan; ▪ Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya ; ▪ Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; ▪ Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial

  4. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi ditetapkan dengan kriteria: ▪ Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

  ▪ Memiliki sumber daya alam strategis nasional; ▪ Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa; ▪ Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; ▪ Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

  5. Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria: ▪ Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati; ▪ Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

  ▪ Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara; ▪ Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro; ▪ Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup; ▪ Rawan bencana alam nasional; atau

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  ▪ Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

  Nilai strategis kawasan berdasarkan aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.

  Untuk mewujudkan Kabupaten Ponorogo sebagai Kabupaten yang produktif yang bertumpu pada Agropolitan maka kawasan Ponorogo Barat dan Ponorogo Utara dipusatkan sebagai lokasi pengembangan Agropolitan dengan asumsi tersedianya lahan untuk pengembangan dan lokasinya yang strategis (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta penggunaan lahan tahun 2008). Adapun produk unggulan dari kawasan agropolitan di Kabupaten Ponorogo antara lain adalah jeruk keprok, durian, manggis, jagung dan padi. Sedangkan untuk industri rumah tangga, buah

  • – buahan hasil perkebunan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembuatan kripik, dodol dan manisan yang biasanya disebut juga Off Farm (kegiatan pertanian diluar kegiatan produksi).

5.1.1. Kawasan Strategis Ekonomi

  Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ponorogo antara lain meliputi :

A. Pengembangan Kawasan Agropolitan Ponorogo

  Pengembangan Kawasan agropolitan akan mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan di Wilayah Ponorogo Barat dan Ponorogo Utara. Dengan pengembangan produk unggulan, pengolahan dan perluasan jaringan di kecamatan Kauman, Kecamatan Sukorejo dan Kecamatan Babadan. Selain kegiatan on farm dikembangkan pula kegiatan off farm yaitu kegiatan pertanian di luar kegiatan produksi seperti misalnya industri rumah tangga yang mengelola hasil buah

  • – buahan untuk dijadikan keripik, dodol dan manisan.

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Gambar 5.1.

  

Pengembangan Kawasan Agropolitan Dan Kawasan Pendukungnya

  Zona pengembangan agropolitan di Kabupaten Ponorogo adalah di Kecamatan Babadan, Kecamatan Sukorejo, dan Kecamatan badegan. Sedangkan wilayah pendukung sebagai penghasil komoditi adalah di Kecamatan Pulung, Kecamatan Kenangan, Kecamatan Babatan, Kecamatan Balaong dengan komoditi Jagung. Kecamatan Pulung, Kecamatan Jenangan, Kecamatan Babatan, Kecamatan Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Kauman, Kecamatan Balong dan Kecamatan Slahung adalah komoditi padi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram konsep pengembangan kawasan agropolitan dan kawasan pendukungnya.

B. Pengembangan Kawasan Agropolitan Ngebel

  Sesuai dengan fungsi kawasan Kabupaten Ponorogo sebagai kawasan pertanian, maka untuk mengoptimalkan kegiatan tersebut dikembangkan sebuah Kawasan Agropolitan Kabupaten Ponorogo, dimana ditentukan produk unggulan pertanian Kabupaten Ponorogo adalah dari tanaman pangan adalah padi dan ubi kayu, komoditas unggulan untuk perkebunan adalah kopi, cengkeh, kakao dan panili. Sedangkan untuk sektor pertanian adalah sapi, kambing dan ayam buras. Komoditas unggulan untuk sektor perikanan adalah

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  hasil dari kolam dan perairan umum utamanya adalah nila dan lele. Komoditas buah dan sayuran unggulannya adalah manggis, durian, jeruk, mangga, cabe dan kacang panjang.

  Komoditas tersebut dibudidayakan secara meluas dan bersifat dominan di Kecamatan Ngebel, sehingga Kecamatan Ngebel sebegai salah satu pilihan lokasi pengembangan agropolitan di Kabupaten Ponorogo. Konsep pengembangan kawasan agropolitan Ngebel adalah pembentukan subsistem agroindustri sebagai penggerak yang akan mewadai kegiatan agrobisnis. Dengan penningkatan nilai tambah (Added Value) produk dalam agrobisnis. Misalnya dalam pengembangan produk kakao yang sangat potensial di Agropolitan Ngebel dapat dikembangkan menjadi serbuk kakao, permen coklat, susu coklat dan semua produk makanan dari coklat.

  C. Kawasan Wisata

  Dengan menyebarnya lokasi obyek wisata di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Ponorogo terutama di Perkotaan Ponorogo maka diharapkan sektor wisata mampu mendukung perkembangan perekonomian wilayah dengan asumsi bahwa obyek wisata akan mendatangkan wisatawan, dan juga karena sektor wisata adalah salah satu aspek pendapatan dari perekonomian daerah.

  Kawasan strategis pariwisata di Kabupaten Ponorogo tersebar di beberapa titik berdasarkan potensi dasarnya, antara lain: ▪ Potensi wisata alam (ecotourism) berada di Kecamatan Pudak, ▪ Urbantourism dan culturetourism berada di Kecamatan Ponorogo dengan atraksi belanja dan kesenian reog, grebeg Suro dan taman singo pitu, serta ▪ Agrotourism berada di Kecamatan Ngebel yang berada di sekitar Telaga Ngebel dengan komoditas unggulan pertanian dan perikanan darat.

  D. Kawasan Industri

  Kawasan industri di Kabupaten Ponorogo yang menjadi kawasan strategis dari sudut pertumbuhan ekonomi. Kawasan tersebut berada di sektor agroindustri di wilayah-wilayah kecamatan yang potensial untuk pertanian, perkebunan, mebel dan kerajinan dari kayu jati dan hasil tambang yang cukup potensial yaitu tambang emas di daerah Kecamatan Pulung, Sooko dan Ngebel.

  Terdapat pengolahan gas bumi (etanol) di Kecamatan Ngebel serta industri pengolahan minyak kayu putih yang ada di Kecamatan Pulung. Industri-industri ini nantinya akan mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat di Kabupaten sendiri yang nantinya berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat disekitarnya, serta multiplier effect yang ditimbulkan sangat besar terhadap kegiatan disekitarnya.

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  5.1.2. Kawasan Strategis Sosio-Kultural

  Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya adalah kawasan Makam Bathoro Katong, Astana Srindil, Masjid Tegal Sari, Pondok Modern Gontor (sudah terkenal sampai ke manca negara) dan Goa Lowo ( Tempat ditemukannya Fosil manuasia purba).

  Rencana pengembangan pada kawasan ini adalah dengan melakukan pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu dengan membuat ketentuan- ketentuan yang perlu perhatian.

  Rencana pengembangan kawasan sosio kultural sekitar obyek

  • – obyek diatas adalah berupa zonasi kawasan pengembangan. Pembagian zonasi kawasan bertujuan untuk menjaga nilai historis dan menjaga kelestarian dan kealamian obyek dan benda-benda bersejarah yang ada didalamnya.

  5.1.3. Kawasan Strategis dari Sudut Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

  Rencana pengembangan pada kawasan ini adalah dengan melakukan pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di sekitarnya. Kawasan ini menyimpan berbagai kehidupan flora dan fauna tertentu dan juga memiliki fungsi penyelamat lingkungan hidup dengan berbagai fungsinya sebagai kawasan lindung. Kawasan ini dapat digunakan juga sebagai kawasan wisata seperti pendakian, camping, petualang, ataupun pengamatan bunga dan burung, juga dapat digunakan untuk berbagai kepentingan penelitian flora dan fauna. Kelestarian hutan pada kawasan ini harus tetap dijaga, dilarang pengadaan alih fungsi kecuali untuk fungsi lindung itu sendiri.

  Adapun kawasan strategis di Kabupaten Ponorogo dari fungsi dan daya dukung lingkungan terdapat pada kawasan-kawasan lindung serta rawan bencana. Kawasan tersebut meliputi :

  1. Kawasan Lindung, berada pada ketinggian 1000 meter dpl. Kerusakan kawasan ini akan berpengaruh terhadap kelangsungan kawasan dibawahnya kawasan ini meliputi bagian dari gunung Wilis sebelah barat, yaitu Kecamatan Pudak, Ngebel dan Kecamatan Pulung, sedangkan pada bagian selatan terdiri dari Kecamatan Ngrayun, Sambit, Sawooo, dan Kecamatan Sooko. Pada bagian barat terdiri dari Kecamatan Badegan, Sampung, Bungkal dan Slahung.

  2. Kawasan Sempadan Sungai, terutama sungai-sungai besar yang ada di Kabupaten Ponorogo, seperti DAS Tempuran, Asin, Cemen, Keyang dan DAS Slahung.

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

5.2. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

5.2.1. Visi

  Dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan, penyusunan perencanaan pembangunan mutlak diperlukan, agar dalam pelaksanaanya dapat dilakukan dengan sitematis, terpadu dan terarah sesuai dengan cita-cita yang ingin diwujudkan. Suatu hal yang mendasar dari setiap perencanaan adalah perumusan visi dan misi, yang merupakan suatu nilai yang ingin dicapai dalam periode tertentu, dalam penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan kondisi masyarakat Kabupaten Ponorogo saat ini, permasalahan yang dihadapi, tantangan yang dihadapi dalam lima tahun mendatang, dan sesuai dengan cita-cita Pemerintah Kabupaten Ponorogo tahun 2010-2015, serta sebagai manivestasi dari janji politik Bupati/Wakil Bupati terpilih, maka visi yang ingin diwujudkan adalah:

  

Masyarakat Ponorogo Yang Sejahtera, Aman, Berbudaya, Berkeadilan Berlandaskan Nilai-

nilai Ketuhanan Dalam Rangka Mewujudkan “RAHAYUNING BUMI REYOG “

  Dengan penjelasan sebagai berikut:

  

Sejahtera : Suatu masyarakat dikatakan sejahtera apabila dapat diciptakan suatu

  keadaan dimana anggota masyarakatnya dalam kondisi sehat, damai serta terpenuhi segala kebutuhannya.

  

Aman : Kondisi masyarakat yang bebas dari segala gangguan, bebas dari

  ancaman, bebas dari intimidasi, tidak merasa takut atau khawatir, was-was, tidak ada kerusuhan, dengan kata lain tercipta lingkungan yang tenteram.

  

Berbudaya : Cara hidup masyarakat, termasuk hasil ciptaan dan pemikirannya sesuai

dengan kehendak dan yang menjadi amalan untuk kesejahteraan hidup.

Adil : Masyarakat yang adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun

baik antar individu, gender maupun wilayah. Rahayu : Selamat, sejahtera, jauh dari musibah atau kekurangan.

  Pernyataan visi tersebut dimaksudkan bahwa Kabupaten Ponorogo selama kurun waktu lima tahun ke depan, yaitu Tahun 2010- 2015 mengendepankan masyarakat yang sejahtera, terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat baik yang berupa sandang, pangan dan papan; baik kebutuhan lahir maupun batin. Masyarakat yang sejahtera akan merasa aman, tenteram, damai, merasa terlindungi dan bebas dari bahaya, sehingga masyarakat dapat tumbuh dan berkembang melalui pemikiran-pemikiran yang maju dan berbudi pekerti. Masyarakat yang memiliki sistem makna, nilai-nilai, norma-norma dan kepercayaan yang dianut bersama menjadi pedoman dalam bertindak, mempengaruhi perilaku sebagai identitas daerah. Masyarakat yang sejahtera, aman dan damai serta berbudi luhur menjadi

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  cita-cita untuk diwujudkan secara berkeadilan, tidak memihak dan tidak berat sebelah, serta tidak condong pada salah satu pihak.

  Kesejahteraan, aman, berbudaya bagi seluruh masyarakat Kabupaten Ponorogo dengan berlandaskan nilai-nilai Ketuhanan dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat di bumi reyog Kabupten Ponorogo.

5.2.2. Misi

  Misi adalah suatu rumusan komitmen atau upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Rumusan komitmen tersebut bagi Pemerintah Kabupaten Ponorogo, berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap komponen penyelenggara pemerintahan tanpa mengabaikan mandat yang diberikannya. Hasil kajian atas makna visi dan keserasiannya dalam lingkungan strategis yang dihadapi, serta memperhitungkan kemungkinannya untuk dijabarkan dalam arah kebijakan dan pokok program, maka rumusan misi pembangunan Rahayuning Bumi Reog 2010-2015 adalah sebagai berikut:

  1. Menjamin terwujudnya kepastian akses dan mutu pelayanan dasar masyarakat secara optimal baik pedesaan maupun perkotaan, serta menjamin kepastian penyediaan pelayanan publik dengan model pelayanan yang efektif dan efisien;

  2. Memacu pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja dalam rangka pengentasan kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

  3. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang transparan, akuntabel, serta profesional yang berlandaskan norma-norma dengan mengedepankan supremasi hukum;

  4. Meningkatkan pemberdayaan dan penguatan perempuan serta kelembagaan masyarakat, melalui keterlibatan seluruh komponen dalam setiap tahapan pembangunan di segala bidang; dan

  5. Membangun dan memelihara stabilitas pemerintahan, politik, ekonomi, sosial dan budaya sehingga memberikan rasa aman bagi masyarakat, dengan menjunjung tinggi budaya dan karakter masyarakat yang agamis, bermoral dan berbudi luhur. Lima misi tersebut di atas, selanjutnya akan dijabarkan ke dalam tujuan, yang merupakan hasil akhir yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun. Perumusan tujuan Pemerintah Kabupaten Ponorogo telah konsisten dengan tugas dan fungsinya, yang menggambarkan arah strategis dan perbaikan- perbaikan yang ingin diciptakan sesuai kewenangan yang dimiliki, tugas dan fungsi sebagai pemerintah daerah.

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

5.2.3. Arah Kebijakan

  Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Ponorogo 2010-2015 menekankan pada pemberdayaan rakyat, sekaligus partisipasi rakyat. Partisipasi merupakan proses aktif, di mana inisiatif diambil oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) di mana mereka dapat menegaskan control secara efektif.

  Upaya pembangunan diarahkan langsung pada akar persoalannya, yaitu meningkatkan kemampuan rakyat. Bagian yang tertinggal dalam masyarakat harus ditingkatkan kemampuannya dengan mengembangkan dan mendinamisasikan potensinya, atau memberdayakannya. Secara praktis, upaya yang merupakan pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat ini akan meningkatkan produktivitas rakyat, sehingga baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat dapat ditingkatkan produktivitasnya.

  Dengan demikian, rakyat dan lingkungannya mampu secara partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah ekonomis. Rakyat miskin atau yang berada pada posisi belum termanfaatkan secara penuh potensinya akan meningkat, bukan hanya ekonominya, tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri, dan harga diri mereka, serta terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat (nguwongke-uwong). Pemberdayaan sebagai konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan yang berpusat pada rakyat, tidak saja menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomis, tetapi juga nilai tambah sosial dan budaya, sehingga partisipasi rakyat meningkatkan emansipasi rakyat.

  Prinsip pembangunan yang partisipatif menegaskan, rakyat harus menjadi pelaku utama dalam pembangunan. Konsekuensinya, dibutuhkan restrukturisasi sistem sosial pada tingkat mikro, meso, dan makro, sehingga masyarakat lokal dapat mengembangkan potensi mereka tanpa adanya hambatan eksternal pada struktur meso dan makro. Struktur meso yang dimaksud dapat berupa struktur pemerintah regional setingkat kabupaten/kota dan provinsi, sedangkan struktur makro dapat berupa struktur pemerintah pusat.

  Pola kebijakan yang selama ini dilaksanakan, umumnya, lebih kuat datang dari atas ke bawah daripada dari bawah ke atas, karena itu perlu adanya pergeseran peran pemerintah, dari peran sebagai penyelenggara pelayanan sosial menjadi fasilitator, mediator, motivator, koordinator, edukator, mobilisator, sistem pendukung, dan peran-peran lain yang lebih mengarah pada pelayanan tak langsung. Pada saat yang bersamaan, peran organisasi lokal, organisasi sosial, lembaga swadaya masyarakat, dan kelompok masyarakat lainnya, didorong sebagai agen pelaksana perubahan dan pelayanan sosial kepada kelompok rentan atau masyarakat pada umumnya. Dalam posisi sedemikian, maka

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  permasalahan pembangunan ditangani oleh masyarakat sendiri atas fasilitasi dari pemerintah.

  Pemberdayaan rakyat adalah sebuah strategi pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat people-centered, participatory, empowering, dan sustainable. Konsep ini lebih luas dari semata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net). Konsep ini berkembang dari upaya mencari strategi pembangunan alternatif, yang menghendaki adanya inclusive democracy,

  appropriate economic growth, kesetaraan gender, dan intergenerational equity.

  Strategi pemberdayaan rakyat dalam proses pembangunan Kabupaten Ponorogo dijalankan dengan pengarusutamaan gender untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, di mana pada setiap tahapan pembangunan, mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, sampai dengan evaluasi, harus responsif gender. Laki-laki dan perempuan diposisikan sebagai pelaku (subjek) yang setara dalam akses, partisipasi dan kontrol atas pembangunan, serta pemanfaatan hasil pembangunan.

  Strategi pembangunan daerah Kabupaten Ponorogo 2010-2015 yang bertumpu pada pemberdayaan rakyat ini dijalankan melalui model dual track strategy, di mana di satu sisi berupaya mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat, seperti hak atas pangan, pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi, pekerjaan, secara merata, berkualitas, dan berkeadilan, melalui keberpihakan kepada rakyat miskin (pro-poor) untuk menuju masyarakat Ponorogo sejahtera, makmur dan berakhlak, aman, berbudaya dan berkeadalian. Di sisi lain berupaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, terutama melalui pengembangan agroindustri/ agrobisnis dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

  Strategi pemberdayaan rakyat berupaya melepaskan diri dari perangkap trade off pertumbuhan dan pemerataan. Strategi pemberdayaan rakyat beranggapan, dengan pemerataan akan tercipta landasan lebih luas bagi pertumbuhan, dan akan menjamin pertumbuhan berkelanjutan. Karena, pola pertumbuhan adalah sama pentingnya dengan kecepatan pertumbuhan. Yang harus dicari adalah pola pertumbuhan yang tepat, yakni bukan yang vertical menghasilkan trickle-down, seperti yang telah terbukti tidak berhasil, tetapi yang bersifat horizontal (horizontal flows), yakni broadly based, employment intensive, dan tidak terkompartementalisasi. Berbagai studi menunjukkan, produksi yang dihasilkan masyarakat di lapisan bawah memberikan sumbangan lebih besar pada pertumbuhan dibandingkan investasi yang sama pada sektor-sektor yang skalanya lebih besar.

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  Pertumbuhan itu dihasilkan bukan hanya dengan biaya lebih kecil, tetapi juga dengan devisa yang lebih kecil.

  Pembangunan daerah Kabupaten Ponorogo 2010-2015 menempatkan strategi pro-

  

poor sebagai prioritas utama untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat,

  seperti hak atas pangan, pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi, pekerjaan, secara merata, berkualitas, dan berkeadilan. Revitalisasi pertanian dan ekonomi pedesaan, serta usaha mikro dan kecil menjadi ujung tombak penting, karena sebagian besar penduduk Kabupaten Ponorogo menggantungkan nafkah hidup mereka pada sektor tersebut.

  Pemerataan pendapatan, melalui revitalisasi pertanian dan ekonomi pedesaan, revitalisasi kelautan dan masyarakat pesisir, reformasi agraria, dan pengembangan infrastruktur pedesaan, akan meningkatkan penciptaan lapangan kerja, sehingga pada gilirannya dapat mengentas penduduk miskin. Dengan adanya pemerataan, maka akan tercipta landasan lebih luas bagi pertumbuhan, dan akan menjamin pertumbuhan berkelanjutan.

  Upaya memberdayakan rakyat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena kalau demikian, ia sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya membangun daya itu dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya mengembangkannya.

  Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki rakyat (empowering). Untuk itu, diperlukan langkah-langkah lebih positif selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana kondusif. Penguatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke berbagai peluang yang membuat masyarakat menjadi makin berdaya.

  Upaya pemberdayaan paling pokok adalah melalui peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke sumber-sumber kemajuan ekonomi, seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan (input) pemberdayaan juga menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar, baik fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial, seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di pedesaan, di mana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya relatif amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  yang kurang berdaya, karena programprogram umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.

  Hal penting yang juga harus dilakukan adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi yang partisipatoris.

  Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi (protecting). Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, karena kekurangberdayaannya menghadapi yang kuat. Perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan rakyat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya mencegah terjadinya persaingan tak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

  Pemberdayaan rakyat bukan membuat mereka menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain). Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara sinambung.

  Pembangunan Kabupaten Ponorogo saat ini sedang mengalami tantangan serius berupa masalah kemiskinan dan ketertinggalan, serta dampak krisis ekonomi nasional maupun global. Krisis ekonomi yang terjadi saat ini merupakan akibat masalah fundamental dan keadaan khusus (shock). Masalah fundamental itu adalah tantangan internal --berupa kesenjangan yang ditandai pengangguran, ketertinggalan, dan kemiskinan-- serta tantangan eksternal yakni upaya meningkatkan daya saing menghadapi era perdagangan bebas. Sedangkan keadaan khusus (shock) adalah berbagai bencana alam yang dating bersamaan krisis ekonomi dan moneter. Karena itu, kebijakan pembangunan Kabupaten Ponorogo harus ditempatkan dalam tatanan strategi pemberdayaan masyarakat (civil society) untuk menuntaskan berbagai tantangan pembangunan.

  Pembangunan adalah milik rakyat, karenanya agenda pemulihan ekonomi harus berpihak kepada rakyat untuk mewujudkan kesejahteraan. Strategi pemberdayaan rakyat harus dipahami dan menjadi komitmen dalam penyelenggaraan kebijakan ekonomi melalui sistem perencanaan dan penganggaran pembangunan, maupun melalui upaya pemihakan pada ekonomi rakyat yang masih tertinggal dan rawan kondisi krisis.

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  Upaya pemberdayaan rakyat dalam pembangunan Kabupaten Ponorogo merupakan perwujudan paradigma pembangunan yang berorientasi kepada rakyat (people centered

  

development). Strategi pemberdayaan rakyat menekankan langkah nyata pembangunan

  yang demokratis, yang berindikasikan proses pembangunan dari, oleh, dan untuk rakyat, yang berjalan dalam proses perubahan struktur yang benar. Proses yang diarahkan agar rakyat yang menikmati pembangunan haruslah mereka yang menghasilkan, dan mereka yang menghasilkan haruslah yang menikmati.

  Sejalan dengan itu, strategi pembangunan Kabupaten Ponorogo menempatkan rakyat sebagai pelaku utama. Ini merupakan penajaman arah baru pembangunan daerah seiring agenda reformasi pembangunan nasional, yakni pembangunan yang demokratis. Penajaman arah baru pembangunan ini ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pengembangan struktur masyarakat yang muncul dari kemampuan masyarakat sendiri. Mengingat potensi dan kemampuan masyarakat yang tidak sama, maka arah dan kebijakan pembangunan Jawa Timur dirumuskan dengan strategi pemberdayaan dan pemihakan kepada rakyat miskin (pro-poor) untuk menuju Masayarakat Ponorogo yang sehatera, makmur, berakhlak, berbudaya dan berkeadilan.

  Menumbuhkan gerakan demokrasi berbasis masyarakat dalam kebijakan pembangunan menjadi keniscayaan, terutama dengan mengagendakan pemetaan untuk memahami berbagai kendala yang dihadapi rakyat miskin, dan gerakan-gerakan sosial kerakyatan di tingkat lokal serta akar rumput, untuk mendorong berbagai jenis gerakan sosial kerakyatan itu mentransformasikan diri menjadi gerakan sosial politik demi peningkatan kesejahteraan mereka.

  Menumbuhkan berbagai asosiasi dan organisasi gerakan sosial di tingkat akar rumput dianggap penting karena mereka mencerminkan respons yang otentik dan berhubungan dengan kepentingan-kepentingan langsung rakyat miskin. Di dalam konteks inilah betapa perlu perhatian diarahkan kepada berbagai kelompok masyarakat yang memiliki kepedulian pandangan yang sama untuk merevitalisasi demokrasi melalui peningkatan partisipasi rakyat dalam berbagai ranah publik di tingkat lokal dan akar rumput, yaitu lembaga-lembaga dan praktik-praktik sosial politik yang menjaga kepentingan publik yang terbuka untuk dimanfaatkan masyarakat dalam merespons fenomena otonomi dan demokratisasi lokal, sebagai bagian dari penguatan kembali kapasitas rakyat untuk terlibat secara lebih substantif dalam proses demokrasi.

  Kabupaten Ponorogo sudah saatnya mengembangkan proses demokratisasi pa rtisipatoris, sebagai gerakan sosial baru, dan sebagai “jalan lain menuju kesejahteraan rakyat” dengan mengembangkan politik aktivisme masyarakat dan organisasi-organisasi

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  non-pemerintah, khususnya pada aras politik lokal dalam ruang otonomi, di mana berbagai macam entitas masyarakat di akar rumput, para pelaku pasar, dan birokrasi pemerintah daerah, terlibat dalam gerakan yang memperkuat satu sama lain untuk memproduksi semua hal yang baik bagi semua orang.

  Dalam perspektif seperti ini, semua wacana dan praktik pembangunan Kabupaten Ponorogo selayaknya bersifat polisentris dengan membangun kepercayaan, bahwa kegiatan kelompok-kelompok masyarakat di tingkat lokal dan akar rumput memiliki kemampuan sendiri menyelesaikan daftar masalah yang terus berkembang yang mereka hadapi.

  Wacana peningkatan kesejahteraan rakyat dalam sistem yang demokratis partisipatoris akan memberi ruang kondusif bagi kerja sama lokal dalam semangat good

  

governance antara birokrasi, institusi publik, dan masyarakat, sekaligus membangun relasi

  saling memperkuat antara lembaga-lembaga pemerintah daerah otonomi, institusi publik lokal, dan asosiasi-asosiasi masyarakat di akar rumput yang kondusif demi mengembangkan sistem pendidikan yang murah dan bermutu, membangun institusi pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas, memperluas lapangan kerja, demi meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi. Pendeknya, demi memberantas kemiskinan.

  Dalam konteks pemahaman demokrasi partisipatoris sedemikian itu merupakan sebuah konsep bagaimana mewujudkan Rahayuning Bumi Reyog menjadi relevan sebagai sarana mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Ponorogo 2010-2015. Suatu konsep pembangunan yang berpihak pada rakyat, pro-poor, dengan memberi penekanan prioritas pada program pendidikan yang murah dan bermutu untuk semua demi peningkatan kualitas sumber daya manusia; program pembangunan kesehatan yang murah dan berkualitas demi meningkatkan produktivitas sumber daya manusia; dan perluasan lapangan kerja, terutama di sektor pertanian (agroindustri/agrobisnis), di mana sebagian terbesar masyarakat miskin Kabupaten Ponorogo berada, serta pemeliharaan lingkungan hidup untuk mencegah kerugian-kerugian sosial-ekonomi rakyat.

  Kesadaran membangun demokrasi partisipatoris sedemikian itu menjadi landasan utama dan peluang terbesar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kehidupan lebih baik, dan menghapus marginalisasi, devaluasi, deprivation, dan silencing, serta segala bentuk diskriminasi.

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

5.2.4. Strategi Pembangunan

  Strategi merupakan cara umum yang paling praktis dalam mengembangkan seluruh potensi lokal dengan cara global yang dimiliki oleh Kabupaten Ponorogo saat ini. Setidaknya ada beberapa strategi yang akan digunakan dalam menganalisis permasalahan, mengolah dan mencari solusi berbagai persoalan dan pengembangan potensi sosial di Kabupaten Ponorogo 2010-2015, antara lain :

  1. Reinforcement. Strategi ini digunakan untuk memperkuat basis-basis potensi sosial yang dimiliki oleh Kabupaten Ponorogo. Berbagai potensi sosial yang sudah mapan yang ditandai dengan munculnya kantongkantong aktifitas sosial lebih diperkuat dengan harapan dapat menjadi lebih meningkat dan berimplikasi semakin luas. Tidak saja pada level lokal, namun diharapkan bias berimplikasi pada level regional, nasional ataupun internasional.

  2. Pemberdayaan dan Pendampingan. Ini dimaksudkan sebagai langkah untuk mengurangi berbagai keterbelakangan dan dependensi kehidupan masyarakat. Dengan strategi pemberdayaan dapat diharapkan memunculkan berbagai jenis varietas baru dalam segala lini kehidupan. Ini didasarkan pada argument bahwa salah satu keterbelakangan masyarakat karena adanya ketergantungan pada mode of production yang menyebabkan melemahnya aspek-aspek kreativitas.

  3. Titik berat pembangunan mengarah ke wilayah perdesaan. Kondisi ini semakin dirasakan sebagai hal yang mendesak karena adanya ketimpangan dan kesenjangan yang nyata antara wilayah perdesaan dan perkotaan. Oleh karena itu untuk menjawab tantangan tersebut pada Pemerintahan Tahun 2010-2015 titik berat pembangunan di Ponorogo berada di perdesaan. Hal ini bukan berarti pembangunan wilayah perkotaan akan diabaikan, akan tetapi prosentase pembangunan wilayah pedesaan akan lebih besar dibandingkan dengan wilayah perkotaan.

  4. Pembangunan berkelanjutan berpusat pada rakyat (people centered

  development). Dalam pendekatan ini mengedepankan partisipasi rakyat (participatory based development) dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi program

  pembangunan yang menyangkut hajat hidup mereka sendiri, keluarga dan lingkungannya.

  5. Pembangunan ekonomi melalui pendekatan Pro Growth, Pro Job Pro-Poor, Pro

  Gender dan Pro Enviroment. Melalui strategi pro growth, terjadi percepatan laju

  pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan perbaikan distribusi pendapatan (growth

  with equity). Percepatan laju pertumbuhan ini ditandai dengan makin banyaknya

  kesempatan kerja tercipta sehingga semakin banyak masyarakat Kabupaten Ponorogo

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  yang dapat dilepaskan dari perangkap kemiskinan, serta memperkuat perekonomian untuk menghadapi berbagai goncangan. Hal ini menunjukkan bahwa strategi progrowth,

  pro jobs, pro poor, pro gender dan pro enviroment, telah memberikan arah

  pembangunan yang benar, menyeluruh, berkeadilan dan berkelanjutan. Secara lebih terperinci, dalam agenda pro growth, terjadi percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Dalam periode 2005-2009, laju pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuatif dimana pada tahun 2005 perekonomian Kabupaten Ponorogo mampu tumbuh sebesar 4,11%, tahun 2006 mengalami kenaikan menjadi 4,93% dan pada tahun 2007 kembali naik menjadi 6,56%. Naum dengan adanaya krisis energi dan pangan yang melanda dunia, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo mengalami penurunan hingga hanya tumbuh 5,68%. Goncangan krisis global nampaknya belum bisa mendongkrak pertumbuhan Kabupaten Ponorogo hingga pada tahun 2009 hanya mampu tumbuh sebesar 5,16% namun apabila dibandingkan dengan pertumbuhan nasional yang hanya 4,50% dan Propinsi jawa Timur yang hanay pada kisaran 5,06% merupakan prestasi yang patut kita hargai dan diapresiasi.

  6. Pembangunan dengan melibatkan peran wanita (Pengarus Utamaan Gender/ pro

  gender)

  Sebagai warga negara, wanita dan laki-laki dalam hukum dan perundang undangan tidaklah berbeda. Namun demikian sebuah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri selama ini secara umum peran wanita masih termarginalkan utamanya dalam proses pembangunan. Strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan dan meningkatkan peran gender menjadi suatu dimensi yang integral mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program nasional merupakan strategi pengarus utamaan gender (PUG). Strategi ini dibangun dengan tujuan pokok adalah tercapainya kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan nasional maupun pembangunan daerah, dengan harapan tercipta kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia sehingga mampu berpartisipasi dalam kegiatan politik, social, ekonomi, budaya, memperoleh rasa aman dan nyaman serta menikmati hasil-hasil pembangunan. Strategi untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender dalam perspektif gender adalah mengintegrasikan persepektif gender ke dalam kebijakan, program-program, proyek-proyek, aktifitas pembangunan disemua sektor pemerintahan, mengadopsi persepektif gender ke dalam siklus perencanaan, Mentransformasikan keseluruhan proses dan kerangka kerja perencanaan pembangunan yang responsif terhadap gender. memperhitungkan dampak dari peran gender dan hubungan gender terhadap

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  ketidaksetaraan dalam memperoleh akses dan manfaat khususnya dampak negatif terhadap perempuan serta menciptakan suasana kondusif agar PUG lebih mudah diterima dan dilaksanakan.

  7. Keseimbangan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, melalui

  pengembangan agroindustri/ agrobisnis dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan (pro enviroment).

  Pembangunan berpusat pada rakyat menempatkan individu bukan sebagai objek, melainkan sebagai pelaku yang menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Pembangunan berpusat pada rakyat menghargai dan mempertimbangkan prakarsa rakyat dan kekhasan setempat. Prakarsa dan kreativitas rakyat merupakan sumber daya pembangunan yang utama. Kesejahteraan material dan spiritual mereka merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh proses pembangunan.

5.3. Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Tentang Bangunan Gedung

  

5.3.1. Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Ponorogo Nomor 3 Tahun

2010 Tentang Bangunan Gedung

A. Pola Umum Pengaturan Bangunan Gedung

  Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau di dalam tanah dan/air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan social, budaya, maupun kegiatan khusus.

  Bangunan gedung tertentu adalah bangunan gedung yang digunakan untuk kepentingan umum dan bangunan gedung fungsi khusus, yang dalam pembangunan dan/atau pemanfaatannya membutuhkan pengelolaan khusus dan/atau memiliki kompleksitas tertentu yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat dan lingkungannya.

  Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung.

  1. Bangunan Gedung

  a. Lingkup penyelenggaraan bangunan gedung Penyelenggaraan bangunan gedung sebagai satu kesatuan sistem dalam pelaksanaan urusan wajib pemerintahan di bidang bangunan gedung, melipiti :

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  3. Persetujuan Rencana Teknis Pembongkaran Bangunan Gedung

  c) Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, social dan budaya, serta fungsi khusus (1) Bangunan gedung fungsi hunian meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah susun, dan rumah tinggal sementara

  b) Bangunan gedung dapat dirancang memiliki lebih dari satu fungsi, dengan tetap memenuhi ketentuan dalam RTRW Nasional, RTRW provinsi, RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atay RTBL

  a) Fungsi bangunan gedung harus memenuhi ketentuan peruntukan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RDTRKP), dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang bersangkutan.

  1. Fungsi bangunan gedung

  a. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung

  2. Pengelolaan Bangunan Gedung

  2. Penertiban Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung dan Perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung

  pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran bangunan gedung pada umumnya dan bangunan gedung tertentu.

  1. Penertiban IMB

  c. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dilakukan dengan :

  3. Mewujudkan kepastian hokum dalam penyelenggaraan bangunan gedung

  2. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan