POLA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009. - Test Repository

  D E P A R T E M E N A G A M A Rl S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A J l S ta tio n 03 Telp. (0298) 3 23706, 3 2 3 4 3 3 S a la tig a 50721

  Website : Dra. Maryatin

  DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi

  Saudari NITA RUMANTI Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

  A ssa la m u 'a la ik u m . Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi Saudari: Nama : NITA RUMANTI NIM : 111 05 048

  Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam Judul : POLA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN ANAK

  DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009.

  Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqo syahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  W a ssalam u 'alaiku m , Wr, W b

  Salatiga, 28 Agustus 2009

  D E P A R T E M E N A G A M A Rl S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A Jl. S tadion 03 Telp. (0298) 3 23706, 3 2 3 4 3 3 S a la tig a 50721

  Website :

PENGESAHAN KELULUSAN

  Skripsi Saudari: NITA RUM ANTI dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 05 048 yang berjudul : “POLA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN

  ANAK DI PANTIASUHAN PUTRIAISYIYAH TUNTANG KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009”. Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi

  Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Sabtu, 12 September yang bertepatan dengan tanggal 25 Ramadhan 1430 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  Salatiga, Panitia Ujian

  12 September 2009 M

  25 Ramadhan 1430 H Sekretaris Sidang ------- 'L \ * ^ r: |lDr. H. Muh Saerol i. M.Ae

  P. 19660215 199103 1001 Pemmiill

  Ari Setiawan! S.Pd.. MM NIP. 19751004 200312 1 002

  Dra. Marvatin

  D E P A R T E M E N A G A M A Rl S E K O L A H T IN G G I A G A M A IS L A M N E G E R I (S T A IN ) S A L A T IG A Jl. S tadion 03 Telp. (0298) 323706, 3 2 3 4 3 3 S a la tig a 50721

  Website :

DEKLARASI

am !

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, pcneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 29 Agustus 2009 Penulis,

NITA RUMANTI

  NIM : 111 05 048 M OTTO

  

S ia p a yan g 6isa menoCong d ir i fa ta d a ri % etidafyujuran kjzcnaR d ir i fa ta sendiru

‘K fju ju ra n tid a f^ a fy n m en etap p ad a fia ti d a n jiw a yan g tid a ^ fip a t

‘T id a ^ a d a pem im pin yan g Sisa SerSohong f{arena sejujum ya a d a y a n g Ce6ih

p a n d a i daripadanya. SesungguHnya pem im pin y a n g 6er6odong adaCah orang

y a n g s e d a n g ju ju r terhadap { e6ododannya.

  PERSEMBAHAN

1. j i t f a h S W T y a n g seCaCu m e m 6 e ri£ a n

p e tu n ju ^ d a n k e m u d a h a n daCam p e m 6 u a ta n s k rip s i in i

2 . X fC u a rg a S esar <P an ti fls u h a n <Putri

  J L is y iy a h V u n ta n g te m p a t d im a n a a £ u m e n g e rti a r t i ^e^eC uargaan d a n a r t i fie6 e rs a m a a n

3 . <Bapa£ / iS u te rc in ta y a n g seCaCu

m e n y a y a n g i d a n m en d o ab g n a £ u d i r u m a f

4 . SouC m ateq y a n g seCaCu m em 6 e ri^ g n s u p p o rt,

sem oga k it a seCaCu 6ersam a

5 . i^ g ^ c ^ g ^ a ^ u te rs a y a n g y a n g seCaCu

m em S eri^ an m o tiv a s i d a n m e n d o a k a n a%u

  

6. J ld i^ a d i^ u ( (Pujo, <Rafimat, S iti)y a n g a%u

sayangi

  

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

  segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya. Sholawat serta sal am semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

  Alhamdulillahirobbiralamin, berkat rahmat Allah SWT, skripsi ini dapat terseleseikan dengan baik. Apabila masih terdapat banyak kekurangan, saya pikir itu hal yang wajar, karena manusia tidak pemah luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan demikian, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari seluruh pembaca.

  Tidak lupa saya sebagai penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besamya kepada:

  1. Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya

  2. Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi panutan umat Islam

  3. Bp. Dr. Imam Sutomo M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga

  4. Ibu Dra. Maryatin selaku dosen pembimbing yang telah meluamgkan banyak waktu dan pikirannya hingga terselesainya skripsi nini

  5. Bapak dan ibuku yang selalu mendoakan aku di rumah

  6. Ibu-ibu Pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang selalu sabar dalam mendidik aku hingga menjadi seperti sekarang ini

  7. Soulmateq, kamulah lentera hidupku!

  DAFTARISI

  \

  

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   '

  

  

  

  

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

  6. Upaya-upaya yang Dilakukan dalam Pembentukan

  

  5. Pendidikan tentang Pola Pembentukan Kemandirian

  4. Hambatan-hambatan dalam Pembentukan Kemandirian

  

  42

   \ 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak....

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  5. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Mencapai Kemandirian

  BAB IV ANALISIS DATA DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL TABEL 4 JADWAL KEGIATAN SEHARI-HARI ANAK PANTI

  

  \

  BAB I PEN DAHULUAN A. L atar Belakang Masalah Dewasa ini dalam era globalisasi kompleksitas masalah kehidupan mengalami perubahan yang sangat cepat, baik dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Juga sampai pada gaya hidup masyarakat yang sudah meninggalkan nilai-nilai moral seperti seks bebas, ekstasi, minum- minuman keras, dan yang sejenisnya sangat diminati dan digandrungi bukan hanya oleh anak remaja, tetapi hampir seluruh lapisan masyarakat.

  Dalam masalah ini perlu adanya campur tangan pemerintah selaku pemegang cambuk kekuasaan untuk mencegah masalah tersebut di atas, bukan hanya mengutamakan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi pengetahuan agama dan moral juga harus dipentingkan untuk mengantisipasi dan mengurangi dampak era globalisasi yang sudah merusak moral masyarakat.

  Tidak dapat dipungkiri, moral Indonesia tingkat kemiskinan masih I - sangat tinggi. Ini berdampak kepada anak yang seharusnya mengembangkan pendidikan baik pendidikan umum maupun pendidikan agama, malah bekerja membantu orang tua mencari uang untuk biaya hidup sehari-hari. Itu semua dapat dilihat di lingkungan sekitar kita masih banyak anak-anak yang menjadi pengamen, pedagang asongan dan sebagainya yang menyebabkan

  2 V *' Berkaitan dengan hal di atas, pemerintah dan tokoh masyarakat bekerja sama guna mengentaskan kemiskinan yang salah satunya adalah dengan mendirikan panti asuhan. Yang mana panti asuhan berfungsi untuk memberikan bimbingan pendidikan, kesejahteraan sosial, serta bertanggung jawab memenuhi kebutuhan dasar anak, mental dan spiritual.

  Sehingga diharapkan anak dapat menempuh pendidikan yang tinggi serta menjadi manusia yang berkualitas, tentunya tanpa lepas dari nilai-nilai moral dan agama.

  Panti Asuhan Putri Aisyisyah Tuntang sebagai salah satu panti asuhan yang ada di Indonesia telah banyak membantu anak asuhnya dalam melaksanakan kewajiban untuk menuntut ilmu. Bukan hanya itu saja, Panti asuhan Putri Aisyiyah Tuntang juga memberikan pendidikan agama, ketrampilan, pengarahan dan pembinaan anak sebagai pembentukan kemandirian anak agar menjadi anak yang dapat berdiri sendiri (mandiri) tanpa bergantung pada orang Iain dan dapat membantu orang tuanya untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya.

  Sebagai lembaga kesejahteraan sosial yang mengasuh anak yatim, piatu, yatim piatu, anak terlantar dan kaum dhuafa diharapkan para pengurus dan pengasuh mempunyai metode-metode khusus untuk membantu anak menyelesaikan hidupnya. Dengan adanya latar bclakang yang berbeda dari keluarga asalnya menimbulkan variasi anak dalam bersikap dan bertindak dalam kesehariannya. Dan itulah anak, harus mendapatkan pengarahan dan

  3 pendidikan yang dilakukan sejak dini. Memang tidak mudah dan tentu banyak kendala-kendala yang dihadapi disebabkan kenadirian anak yang belum tumbuh, kurangnya pengetahuan agama dan minimnya anak dalam mengamalkan ajaran agama.

  Dari uraian di atas, maka penulis mencoba membahas permasalahan itu dengan mengambil judul penelitian “Pola Pembentukan Kemandirian Anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2009”.

  B. Rumusan Masalah Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis mengangkat empat pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :

  1. Bagaimana kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009?

  2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk membentuk kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten

  Semarang tahun 2009 ?

  3. Problematika apa yang muncul dalam pembentukan kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten

  Semarang tahun 2009 ?

  4. Bagaimana solusi yang ditempuh untuk mengatasi probematika yang muncul dalam pembentukan kemandirian anak di Panti Asuhan Putri

  4 Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009?

  C. Tujuan Penelitian Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009.

  2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk membentuk kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009.

  3. Untuk mengetahui problematika yang muncul dalam pembentukan kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009.

  4. Untuk mengetahui solusi yang ditempuh untuk mengatasi probematika yang muncul dalam pembentukan kemandirian anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2009.

  f

  D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

  5

  1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan menjadi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kemandirian anak guna menambah hasanah keilmuan pada Jurusan Tarbiyah S-l STAIN Salatiga.

  2. Secara Praktis

  a. Dapat dijadikan acuan bagi para orang tua dalam membentuk kemandirian anak.

  b. Dapat menjadi sumbangan pemikiran altematif bagi proses pembentukan kemandirian anak yang ada di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang.

  c. Dapat menjadi masukan bagi pengelola panti asuhan pada umumnya dalam pembentukan kemandirian anak di panti asuhan.

E. Metode Penelitian

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif. Yaitu suatu penelitian yang dalam pelaksanaanya tidak menggunakan angka-angka atau perhitungan yangmana dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode bercerita secara nyata tentang keadaan yang diteliti. Selain itu, penulis juga mengemukakan landasan-landasan atau teori-teori secara literatur yang ada hubungannya dengan variabel yang diteliti Dalam laporan penelitian seperti ini, data yang dikumpulkan dan dianalisis adalah berbagai informasi dari responden dan hasil lapran penelitian dapat berupa kutipan-kutipan ataupun gambar.

  6 Cara pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain dengan menggunakan:

  1. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terencana fenomena yang diselidiki.1

  Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data yang konkret tentang kemandirian anak panti, metode yang digunakan pengurus dalam membentuk kemandirian anak, juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang lokasi penelitian.

  2. Interview Metode interview sering juga disebut wawancara, yaitu sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.1 2

  Metode ini penulis gunakan untuk mencari data secara umum tentang panti asuhan dengan mewawancarai antara lain pengurus dan anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang.

  Pelaksanaan wawancara dengan cara bebas terpimpin, karena akan memberi kebebasan pada pihak yang akan diteliti dalam memberikan jawaban, sehingga akan memperoleh data yang lebih mendalam dan lebih jelas, pihak peneliti dapat mengarahkan secara langsung pada pokok persoalan yang sebenamya.

1 Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1995, him. 227.

  7

  3. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.3

  Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang panti asuhan secara historis, letak geografis, struktur organisasi dan daftar nama anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang.

  F. Penegasan Istilah Sebagai langkah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam memahami judul yang penulis bahas, maka terlebih dahulu akan dijelaskan istilah-istilah yang ada dalam pembatasan yang nyata. Adapun pembatasan dan penjelasantersebut adalah sebagai berikut:

  1. Pola Pembentukan Kemandirian Anak Pola berarti cara atau model.4 Pembentukan sendiri mempunyai arti suatu proses perbuatan, cara membentuk dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang baik.5

  3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi 3, Rineka Cipta, Jakarta, him. 234.

  4 WJS. Poerwadarminta,

  8 Sedangkan kemandirian dalam skripsi ini secara pragmatis adalah mampu berdiri sendiri.7 Dalam arti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi, kemauan, kreatif dan ego serta kehendak yang dapat hidup di tengah-tengah secara sosial dengan tidak hilang ke ind i v idualanny a.

  Anak adalah manusia yang masih kecil.8 Dan pada umumnya dikatakan anak ketika berusia 0 - 1 2 tahun.9 Akan tetapi yang dimaksud anak dalam skripsi ini adalah anak asuh, yaitu semua anak yang diasuh dan bertempat tinggal di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang, dan anak tersebul berusia 6 - 2 3 tahun (SD sampai perguruan tinggi).

  Jadi yang dimaksud dengan pola permbentukan kemandirian anak di sini adalah model, cara atau proses yang dilakukan untuk membentuk anak menjadi berpotensi dan dapat menjadi manusia yang mandiri dalam arti tidak selalu bergantung kepada orang lain.

  Adapun yang menjadi indikator dari kemandirian anak panti adalah: a. Berfikir aktif dan kreatif.

  b. Bertanggung jawab terhadap segala sesuatu

  c. Hidup dalam kesederhanaan

  d. Mempelajari ketrampilan tertentu

  e. Percaya dengan kemampuan sendiri 7 J.S. Badudu, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, him. 57.

  9

f. Mampu mempersiapkan kebutuhan secara mandiri g. Dapat mengambil keputusan sendiri dan berani akan resikonya.

  2. Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Panti asuhan adalah rumah tcinpat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu.10 Jadi dapat dikatakan bahwa panti asuhan adalah salah satu lembaga sosial yang berfungsi untuk memelihara anak yatim atau yatim piatu. Tidak hanya anak yatim dan yatim piatu saja, akan tetapi Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang juga merawat anak-anak terlantar dan kaum dhuafa dan di dalam panti asuhan anak dibekali berbagai macam pendidikan baik formal, non formal, maupun informal.

  Setelah mendapatkan pendidikan formal sampai tingkat SLTA, anak-anak diberikan alternatif yaitu : a. Dikursuskan atau melanjutkan perguruan tinggi.

  b. Bekerja di wilayah panti asuhan dan menetap di panti asuhan untuk sementara waktu.

  c. Kembali kepada sanak saudara atau famili.

  d. Berdomisili di panti asuhan sampai mendapatkan pekerjaan sehingga mampu membiayai diri sendiri setelah keluarnya dari panti asuhan.

  e. Bekerja di salah satu tempat yang telah diusahakan oleh pihak panti asuhan.

  10 Dari uraian di atas penulis mempunyai beberapa argumen, memilih Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang sebagai obyek penelitian. Argumen tersebut antara lain : a. Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang merupakan bagian dari lembaga pendidikan yang bertanggung jawab terhadap anak asuhnya.

  b. Pembentukan kcmandirian merupakan bagian pouting dalain pendidikan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang.

  c. Pendidikan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang dititik beratkan untuk mendidik anak menjadi mandiri serta dapat bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dilakukannya.

  G. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti meialui data yang terkumpul."

  Hipotesis juga dapat diartikan dugaan sementara yang mungkin benar atau salah dan akan ditolak jika salah atau palsu, dan dia akan diterima jika fakta membenarkan.11

  12 Dari kedua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan terhadap permasalahan penelitian yang akan diuji meialui penelitian.

11 Suharsimi Arikunto,

  Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi 5,

  11 Adapun hipolesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dalam pembentukan kemandirian anak tentu saja terdapat banyak masalah, akan lelapi masalah itu dapat diatasi sehingga mcnjadi bcrhasil.

H. Penelitian Terdahulu

  Penelitian pola pembentukan kemandirian anak di panti asuhan sebelumnya pernah dilakukan oleh Likowati dari Universitas Airlangga pada tanggal 21 Pebruari 2007 di Panti Rehabilitas Sosial Marsudi Putra “Adika” Surabaya, dengan judul Model Peningkatan Kemandirian Anak di Panti Rehabilitas Sosial Marsudi Putra Adika Surabaya.

  Dalam penelitian tersebut ia mengatakan bahwa masih rendahnya hasil yang tampak pada anak asuh Panti Rehabilitas Sosial Marsudi Putra Adika Surabaya, sehingga perlu ditingkatkan dengan cara memberikan motivasi, komunikasi, pelatihan dan disiplin pada anak asuh. Dalam aspek motivasi menunjukkan bahwa yang perlu diprbaiki yaitu hasil perkembangan kemandirian anak asuh, pada aspek komunikasi yaitu hubungan antar anak asuh yang telah dilakukan dengan baik sedangkan dalam aspek pelatihan yaitu dengan cara meningkatkan pelatihan terhadap anak asuh sehingga semua itu diperlukannya suasana yang kondusif, inovatif serta sarana dan prasarana untuk menunjang pola pembentukan kemandirian anak panti.

  Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah perlu meningkatkan motivasi dan komunikasi antar anak asuh serta meningkatkan

  12 peranan pemimpin guna menunjang proses pembentukan kemandirian anak asuh.12

I. Sistematika Penulisan Skripsi

  Bab I Pendahuluan Dalam bab ini penulis mengemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, hipotesis, penelitian terdahulu, sistematika penulisan skripsi.

  Bab II Kajian Pustaka Dalam bab ini diuraikan berbagai pembahasan yang mcnjadi landasan teoritik penelitian, yaitu ipengertian batasan usia anak,tolok ukur batasan usia anak,melatih kemandirian anak, pengertian panti asuhan,maksud dan tujuan,peran panti asuhan, landasan hukum, Pengertian pola pembentukan kemandirian anak, citi-ciri kemandirian, faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian, pendidikan tentang pembentukan kemandirian anak hambatan-hambatan dalam pembentukan kemandiian anak dan upaya-upaya yang dilakukan dalam pembentukan kemandirian anak.

  13 Bab III Laporan Hasil Penelitian Dalam bab ini menguraikan tentang gambaran umum Panti

  Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang yang meliputi: sejarah berdirinya, letak geografis,identitas Panti Asuhan, visi dan misi,tujuan, struktur organisasi, daftar aktivitas anak, keadaan anak dan pengurus Panti Asuhan,

  Sedangkan dalam pola pembentukan kemandirian anak meliputi : pola asuh anak, proses pembentukan kemandirian anak, pola pendidikan anak, tingkat pendidikan anak, dan usaha yang dilakukan untuk mencapai kemandirian anak.

  Bab IV Analisis Data Dalam bab ini menganalisa tentang problematika yang muncul di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang dan solusi yang ditempuh untuk mengatasi problematika tersebut guna membentuk kemandirian anak.

  Bab V Penutup Dalam bab penutup ini berisi tentang kesimpulan, saran- saran, dan kata penutup Daftar Pustaka Daftar Riwayat Hidup

  Lampiran-lampiran

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Batasan Pengertian Tentang Usia Anak Pengertian tentang batasan yaitu Batas-batas tentang boleh atau tidak boleh haruslah jelas, misalnya kapan anak boleh bermain, dimana dan dengan siapa sehingga anak tidak menganggu orang lain dan menghindarkan anak dari kecelakaan.1 Sejak masa kanak-kanak orang tua harus sudah memberikan batasan-batasan tersebut. Misalnya: anak boleh mengambarkan dengan pensil wama dikertas-kertas, dipapan yang telah ditentukan, tetapi tidak boleh di buku pelajaran kakaknya, buku ayah atau ibu, dan tidak boleh menggambar di tembok.

  Penting bagi orang tua untuk mengingat bahwa batasan dan fasilitas yang diberikan oleh orang tua, hendaknya memenuhi kriteria tertentu: diperlukan, masuk akal, diberikan dengan penuh ketulusan dan kebaikan hati, dan secara konsisten sesuai kematangan anak. Fasilitas dianggap diperlukan bila anak dapat mencapai kemajuan yang lebih baik jika adanya fasilitas tersebut. Batas dan fasilitas dianggap masuk akal bila memenuhi pertimbangan kesehatan dan keadilan. Kebaikan hati adalah keinginan dalam memenuhi kebutuhan anak untuk berkembang seoptimal mungkin tanpa melampaui kemampuan anak mengontrol diri. Fasilitas yang konsisten dengan kematangan umum anak berarti tergantung pada perkembangan kecerdasan 1

  15 dan kematangan anak. Makin berkembang kematangan anak akan makin dapat diperluas batas-batas dan fasilitas. Dengan kata lain pada remaja luasnya batas tersebut sangatlah ditentukan kematangan yang telah dicapai oleh remaja tersebut.

  Setelah batas-batas ditentukan, maka orang tua harus mengupaya kesepakatan dengan anaknya untuk saling mematuhi apa yang telah ditentukan. Walau demikian, batas-batas yang ditentukan ini harus terus direvisi sesuai dengan perkembangan anak dan anak telah mencapai remaja maka penentuannya harus mengikut sertakan masukan dari remaja. Dengan cara tersebut diharapkan dapat membantu remaja untuk lebih cepat mengembangkan tanggung jawab atas disiplin diri.

  Mcski batas-batas telah ditctukan ada kalanya keadaan memaksa dan batas tersebut terpaksa dilanggar. Dalam kondisi ini orang tua perlu segera memberitahu dan menjelaskan pada remaja bahwa keadaan tersebut dapat dipahami dan diterima oleh orang tua namun bukan bcrarti bahwa batasan yang telah ditentukan tidak berlaku lagi. Sikap dan komunikasi orang tua semacam ini akan dapat mengurangi rasa berdosa, penyesalan bahkan rasa sakit hati yang tidak diperlukan.

  1. Tolok Ukur Batasan Usia Kemandirian Anak

  a. Bayi (usia 0-12 bulan) : masih dalam tahap mematangkan sensomotorik dan mulai mengenal lingkungan, sehingga dapat dikatakan hidupnya sangat tergantung pada orang lain di sekitarnya.

  16 b. Usia 1-3 tahun: anak mulai bisa diajak untuk mengontrol dirinya.

  Misalnya toilet training, berbicara jika butuh sesuatu, dan bicara dengan bahasa yang baik. Anak menunjukkan keinginan untuk mandiri dengan berusaha melakukan berbagai hal sendiri, tapi sebenarnya bantuan orang tua masih dibutuhkan.

  Di sini orang tua dapat melatih anak untuk mengerjakan berbagai hal sendiri. Misalnya, membereskan mainan, mengambil baju, dan lain-lain, meskipun hasilnya tidak memuaskan. Orang tua dapat membantu anak, misalnya, dengan menaruh baju di tempat yang mudah diambil, menyediakan bangku kecil agar anak bisa mencuci tangan sendiri, dan sebaginya.

  c. Usia 3-5 tahun: Anak menunjukkan inisiatif yang besar untuk melakukan kegiatan berdasarkan keinginannya sendiri, dan meniru perilaku orang dewasa. Perilaku mandiri sebaiknya terus dikembangkan dengan memberikan anak tanggung jawab misalnya membereskan mainan, membantu ibu menaruh piring kotor ke tempat cuci tangan, dan lain-lain.2 d. Usia sekolah: Kemampuan anak untuk menunjukkan prestasi sangat penting. Jika anak seringkali mengalami kegagalan, dia akan mengembangkan rasa tidak percaya diri. Jika kemandirian sudah ditanamkan sejak dini, akan mudah bagi anak untuk mengikuti berbagai aktivitas, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Anak mulai mengetahui, misalnya, bagaimana ia harus mengatur waktunya,

  17 bagaimana ia harus belajar, bagaimana bergaul dcngan teman-teman di sekolah, dan lain-lain.

  e. Usia remaja: Anak sudah memahami siapa dirinya, meskipun ia akan mengalami kebingungan peran. Anak sudah mulai memahami dan memiliki komitmen terhadap nilai-nilai sosial dan moral (misalnya, bidang studi yang akan dipilih di sekolah).

  2. Melatih Kemandirian Anak Dasar ingin mandiri sebenamya telah dimiliki anak sejak kecil. Hal ini sejalan dengan rasa ingin tahu mereka, sehingga segala yang menjadi minatnya ingin ia lakukan sendiri. Hal ini sering kurang dipahami orang tua sehingga terjadi salah pengertian dari orang tua terhadap perkembangan anak. Oleh karenanya akan lebih baik bila sekarang pun orang tua memberi kesempatan pada si kecil untuk melakukan segala sesuatunya sendiri bagaimana pun hasilnya nanti. Tentu saja dimulai dengan tugas-tugas sederhana seperti menggosok gigi, merapikan mainan dan makan sendiri. Kesempatan ini tidak hanya merangsang sikap mandiri anak, tapi juga memenuhi kebutuhan mereka akan pengakuan lingkungan.

  Anak tidak mungkin melakukan segala sesuatu seratus persen tanpa bantuan orang tua. Bantuan itu tetap mereka butuhkan meski terselubung sifatnya. Anda dapat melakukan batasan-batasan sederhana dan jelas baginya. Misalnya saja ia boleh membantu Anda memotong sayuran dengan pisau roti yang tidak tajam agar tidak melukai tangan.

  18 Lagipula, kesempatan itu membuat si kecil lebih aman menyalurkan keinginannya.

  Beberapa prinsip dasar lain yang dapat membantu mengembangkan kemandirian anak hendaknya juga Anda perhatikan. prinsip-prinsip tersebut antara lain:

  a. Berikan Motifasi Pekerjaan yang kelihatannya sepele seperti mengikat tali sepatu, sebenamya bagi si kecil merupakan kegiatan barn yang memerlukan kerja keras. Dalan hal ini orang yang lebih tua harus benar-benar mengerti dan memahami tingkat kemampuan anak dan akan apa yang diinginkannya. Perhatikan saja anak usia 8 bulan yang baru pandai merangkak, bila melihat mainan yang menarik, meskipun letaknya jauh, dengan segala upaya ia akan berupaya meraih mainan tsb. Begitu pula si batita (bawah tiga tahun) yang ingin makan sendiri, misalnya. Memang, bukan hasil pekerjaan rapi yang di saksikan. Bahkan mungkin ruang makan malah berantakan, mulut dan tangan yang belepotan. Belum lagi kalau si kecil terus menerus ingin mengurus diri.

  Terlepas dari susahnya menghadapi kerepotan ini, tapi kalau tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi? Sekalipun orang tua harus sering mengelus dada, tapi memberi si kecil kesempatan untuk membuat berbagai keputusan adalah salah satu upaya yang harus dilakukan. Biarkan mereka memilih apa yang ingin dilakukan, bukan

  19 anda yang menetukan. "Ade mau makan dengan sendok atau tangan?" misalnya. Dengan demikian si anak tidak saja merasa dianggap besar karena boleh memutuskan keinginannya, tapi juga mempunyai kesempatan untuk bcrkata "tidak". Yang pcrln diperhalikan orang tua adalah menghargai usaha si kecil dalam memutuskan pilihan. Artinya memberi saran bila mereka kelihatan bimbang, menggambarkan akibat-akibatnya sebagai dasar perlimbangan, dan menyerahkan pilihan kepada mereka. Biarkan anak merasakan akibat dari pilihannya, sehingga untuk kali berikutnya ia akan lebih cermat lagi.3 b. Bantulah Lingkungan Fisiknya

  Keterbatasan fisik mereka, tentu saja membuat mereka memerlukan bantuan orang lain, maupun ban!nan bcrupa barang seperti bangku kecil atau piring dan gelas plastik untuk mebantu pekerjaannya. Dengan bantuan demikian anak akan lebih mudah makan atau mengosok gigi, misalnya.

  c. Jangan Menuntut Berlabihan Keinginan agar anak mandiri seringkali membuat orang tua menuntut anak secara berlebihan. Lupa akan keterbatasan usia dan perkembangan anak. Tuntutan seperti itu pada dasamya hanya akan membuat orang tua dan si kecil frustasi, sehingga tujuan merangsang kemandirian anak malah semakin tidak tercapai. Lebih baik melakukan semua itu dengan santai saja, sehingga suasananya pun semakin

  20 mendukung keinginan anak untuk melakukan sesuatunya sendiri.

  Akhirnya, pendekatan apapun yang orang tua lakukan agar anak mandiri, yang terpenting adanya hubungan saling percaya atas dasar kasih sayang. Dengan dasar ini orang tua akan tersenyum menyaksikan perkembangan mereka yang tampaknya tak masuk akal, disamping menjadi lebih sadar menghadapi tutntutan-tuntutannya. Anak yang > . ■ mandiri sedari kecil dan berkembang dengan baik akan mempunyai rasa tanggung jawab pula atas apa yang dilakukannya/akibat dari kcmandiriannya. "Pendidikan yang diberikan sesoorang kepada anaknya lebih baik baginya daripada bersedckah satu sha"

B. Panti Asuhan

  1. Pengertian Panti Asuhan Panti Asuhan (PA) atau Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) adalah suatu lembaga atau institusi UKS yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan pengaturan dan pengentasan anak terlantar, pelayanan pengganti orang tua atau wali dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial, sehingga anak asuh memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya secara wajar.4

  Panti asuhan memberikan pelayanan kepada anak terlantar akibat disfungsi sosial keluarga (orang tua atau keluarga tidak mampu

  21 melaksanakan fungsi sosialnya). Penyebabnya antara lain adalah satu atau kedua orang tuanya meninggal dunia, keluarga miskin, keluarga retak dan

  %

  sebagainya. Panti asuhan berperan sebagai lembaga pelayanan pengganti orang tua atau wali yang bersifat sementara.

  Di dalam panti asuhan memiliki dua jenis manajemen yaitu manajemen kelembagaan yang menyangkut pengelolaan institusinya (termasuk jatidiri, program, prasarana dan sarana serta sumber daya) dan manajemen pelayanan yang menyangkut kepengasuhannya.

  2. Maksud dan Tujuan Maksud penyelenggaraan atau didirikannya panti asuhan adalah terbentuknya manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai ketrampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya.

  Sedangkan tujuan didirikannya panti asuhan antara lain:

  a. Terpenuhinya kebutuhan anak asuh baik kebutuhan jasmani, rohani maupun sosial b. Tersedianya prasarana dan sarana yang dapat membantu anak asuh untuk mengembangkan kepribadiannya secara wajar c. Terentasnya masalah anak terlantar5

  3. Peran Panti Asuhan Peran panti asuhan secara umum adalah sebagai berikut:

  22

  a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak meliputi: 1) Pemulihan atau penyantunan artinya untuk mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak asuh

  2) Perlindungan ditujukan utk menghindarkan anak dari keterlantaran, perlakuan kejam atau salah dan eksploitasi oleh orang tua 3) Pegembangan ditujukan utk menanamkan pemahaman tentang peran dan tanggung jawab anak asuh terhadap lingkungan sosialnya

  4) Pencegahan ditekankan pada intervansi terhadap lingkungan sosial anak asuh yg bertujuan disatu pihak menghindarkan anak asuh dari pola-pola tingkah laku yang menyimpang, di lain pihak mendorong lingkungan sosial untuk mengembangkan pola-pola tingkah laku yang wajar.

  b. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak c. Sebagai pusat pengembangan ketrampilan anak.6

  4. Landasan Hukum Landasan hukiun didirikannya panti asuhan antara lain:

  a. Undang-undang Dasar 1945 1) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28B ayat 2)

  23 2) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara

  (Pasal 34 ayat (1))

  b. Undang-undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak 1)

  Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani maupun sosial (Pasal 9). 2) Orang tua yang terbukti melalaikan tanggungjawabnya sebagaimana termaksud dalam Pasal 9, sehingga mengakibatkan timbulnya hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dicabut kuasanya sebagai orang tua terhadap anaknya.

  Dalam hal itu ditunjuk orang atau badan sebagai wali (Pasal 10 ayat 1) c. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

  Setiap anak berhak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 4).7

  C. Pcmbentukan Kcmandirian Anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang

  1. Pengertian Pembentukan Kemandirian Anak Istilah kemandirian dapat dibedakan dalam dua segi yaitu secara etimologi (bahasa) dan secara terminologi (istilah). Yang dimaksud kemandirian secara etimologi adalah dalam keadaan dapat berdiri sendiri

  24 (memenuhi segala kebutuhan).8 Sedangkan secara terminologi istilah kemandirian Zakiah Daradjat memberikan pengertian sebagai berikut "mandiri adalah kecenderungan anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkan tanpa minta tolong kepada orang lain".9 Juga mengukur kemampuanya mengarahkan kelakuannya tanpa tunduk kepada orang lain.

  Sehingga anak mampu berdiri sendiri dalam arti lebih dapat bertanggung jawab dan pada umumnya emosi yang stabil. Selain yang di atas seorang psikolog dari sekolah IT Nurul Fikri Perwitasari P.Si mengartikan "kemandirian adalah ketrampilan atau kemampuan yang dapat dilakukan anak sesusia dengan usianya".10 1

  1 Dari pengertian yang di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap mandiri adalah suatu kecederungan untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan pendirian dan usia tanpa minta bantuan kepada orang lain. Dasar sikap mandiri telah diterangkan dalam Al-Qur'an Surat An Najm ayat 38-40 :

  ^ j l j

  VI (jM-J Dlj Sjjlj

   VI . i s j j j jy ✓ ✓ ✓ i ✓ t o /

  Artinya : "Bakwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa

  orang lain. Dan bakwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bakwasanya usaha itu .n kelakakan diperlihat"

  (Q.S. An Najm: 38-40)

  8 M. Yusub Al-Barry, Kamus Istilah Sosiologi Antropologi, Indah, Surabaya, 2001, him. 179.

  9 Zakiah Daradjat, Peranatan Jiwa untuk Anak-anak, Bulan Bintang, Jakarta, 1987, him. 130.

  10 Imam Musbikin, Mendidik Anak Kreatif Ala Emstein, Mitra Pustaka, Yogyakarta,

  25 Dari ayat di atas mengisyaratkan kepada umat Islam agar senantiasa bersikap mandiri dalam perbuatannya sehingga dalam menjalankan sesuatu tidak selalu bergantung kepada orang lain.

  2. Ciri-ciri Kemandirian Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya mandiri. Entah itu dalam berfikir maupun dalam perbuatan sehari hari. Anak mandiri tidak dapat hadir begitu saja, perlu adanya pendidikan dari orang tua atau pengaruh lingkungan yang mendukung. Mendidik anak agar menjadi mandiri adalah salah satu tugas orang tua. Sikap mandiri dapat dibiasakan sejak anak masih kecil: memakai pakaian sendiri, memasang tali sepatu, memakai kaos kaki dan berbagai pekerjaan kecil lainnya.

  Proses kemandirian anak dapat terjadi melalui latihan, akan tetapi dapat juga terjadi secara alami. Sedangkan tanda kemandirian (kematangan) dapat dilihat melalui gejala pertumbuhan fisik maupun psikis.12 Dengan demikian ciri-ciri kemandirian anak yaitu: a. Kematangan Fungsi Psikis

  Pertumbuhan dan kematangan jiwa anak berlangsung di luar kontrol anak, namun dengan tegas dinyatakan bahwa tiap pengalaman yang positif dapat mengmbangkan pribadi anak. Dengan pengalaman tersebut, anak menjadi matang dan penghayatan hidupnya akan bertambah luas. Sebaliknya pengalaman yang negatif bisa menghambat atau melumpuhkan perkembangan anak.

  26 Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul Psikologi Anak

  (Psikologi Perkembangan) mengatakan:

  "Proses kematangan (maturior) itu ditandai oleh kematangan potensi-potensi dari organisme, baik yang fisik maupun psikis, untuk terus maju menuju pemekaran/perkembangan secara maksimal. Maka prestasi dari penggunaan dan penggeladian keterampilan, fungsi itu bergantung pada derajat kematangan tadi, sebab kematangan ini memperaruhi kualitas hasil belajar anak"13 Dari ciri-ciri kematangan di atas kaitannya dengan mandiri, terdapat empat unsur penting yaitu: menguasai lingkungan secara aktif, memperlibatkan satu totalitas dalam kepribadiannya, mampu menerima dunia lingkungannya dan diri sendiri serta mampu berdiri sendiri. Dari empat unsur tadi sudah tampak adanya kematangan diri seseorang yang merupakan salah satu ciri utama sikap mandiri.

  b. Disiplin Salah satu ciri yang menandai sikap kemandirian pada diri anak adalah sikap disiplin dalam segala perbuatan atau tingkah laku, sehingga setiap anak yang mandiri tentunya disiplin dalam segala perbuatannya. Akan tetapi belum tentu setiap anak dapat disiplin, karena manusia adalah tempat salah dan lupa.

  Sebagai orang tua berkewajiban untuk mengarakan tingkah laku anak supaya bersiakap disisplin. Disiplin kctika anak harus sholat, mengaji, belajar, mandi, istarahat dan sebagainya. Hal itu perlu

  27 diajarkn kepada anak sejak dini, sehingga kelak ketika mereka dewasa sudah menjadi suatu kebiasaan yang baik.

  Orang tua sangat tidak dianjurkan untuk membiarkan anak berbuat semaunya hingga mengbaikan nilai-nilai kedisiplinan. Hal ini akan berdampak negative bagi pribadi mereka. Akhirnya, mereka tidak terpacu untuk mengembangkan nketekunan dan kesabaran untuk mencapai cita-cita pada masa depan.

  Abdul Mustaqim mmberikan kiat-kiat yang dapat dilakukan orngtua agar anak memiliki nilai kedisiplinan : 1) Mengarahkan tujuan hidup

  Ketika anak masih sanagat belia, orang tua dapat mengrahkan mereka agar mempunyai tujuan hidup. Cara ini dapat melatih mereka menjalani hidup dengan kedisiplinan, sehingga kelak menjadi manusia dewasa yang matang. Orang tua perlu mendorong semangat mereka dalam mengembangkan visi tentang apa yang akan dicapai. Setelah itu, orang tua wajib mengjarkan kepada anak bagaimana mencapainya. 2) Melatih kebiasaan yang positif

  Kebiasaan positif adalah sarana paling baikuntuk mencapai kedisiplinan. Jika anak dibiasakan untuk be4elajar atau kursusketerampilan, misalnya setelah pulang dari sekolah, ia tidak akan meerasakan kegiatannya ebagai beban. Apalagi ditempat belajar atau kursusnya anak mendapatkan sesuatu yang

  28 menyenangkan dan bermanfaat. Kebisaan ini akan membentuk sikap disiplin., sehingga anak akan menemukan pola belajar yang efektif dan kemampuan konsentrasi yang baik.

  3) Memberikan contoh atau keteladanan Contoh yang baik todak hanya dating dari rumah yang rapid an bersih serta penampilanbaik dan rapi. Tetapi juga dari kebiasaan-kabiasaan yang berguna, seperti: mcmbersihkan, mecuci piring setelah makan dn sebagainya.

  Dengan keteladanan ini anak akan memahami manfaat kedisiplinan.

  4) Mencrapkan aturan yang tcgas Hendaknya orang tua mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mendisiplinkan anak setiap kali berbuat salah. Namun, alangkah baiknya orang tua mengendalikan emosinya setiap kali berbicara kepada anak yang melanggar suatu aturan. Pilihlah sanksi yang sesuai dengan kesalahan anak ketika menjalankan pendisiplinan. Tunjukkan cinta dan perhatian yang besar kepada anak setelah mendisiplinkan mereka, sehingga mereka yakin bahwa pendisiplinan yang dilakukan oleh orang tua adalah bukti cinta orang tua kepada mereka. 5) Melibatkan anak untuk menilai suatu aturan

  Orang tua sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak untuk menilai aturan atau pedoman yang ditetapkan di dalam

  29 karena sanksinya terlalu bera, alangkah baiknya orang tua mengambil sikap kompromi. Kadang-kadang orang tua perlu memberi keleluasaan kepada anaj untuk memilih sendiri bagi kctidakdisiplinan mereka.

  Dengan begitu. sebcnarnya orang tua sedang mengajarkan kepada anak tcnlang konsislensi dalam bertindak. 6) Memerintah anak sesuai dengan kemampuan

  Orang tua wajib mengukur sejauh mana bat as kemampuan anaknya. Sebab, jika orang tua memerintah anaknya melebihi kemampuannya itu termasuk perbutatan yang dilarang agama. Allah saja tidk pernah membebani hamba-Nya diluar batas kemampuannya.