Hubungan Antara Keteladanan Guru Dengan Perilaku Sosial Siswa MTs Darul Ulum Suruh Tahun 2015/2016 - Test Repository

  

HUBUNGAN ANTARA KETELADANAN GURU DENGAN

PERILAKU SOSIAL SISWA MTs DARUL ULUM SURUH

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

  

SKRIPSI

Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Disusun Oleh :

DWI LESTARI

NIM. 111 11 055

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERISALATIGA

  

MOTTO

                

  

Bahwasanya Allah akan meninggikan (derajat) orang-orang yang beriman di

antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan untuk : 1.

  Kedua orang tuaku Bapak Supardi, dan Ibu Sutini yang telah mendidik, mendo‟akan serta mengorbankan seluruh jiwa raganya untuk mendukung anaknya tanpa letih, semoga tetap sehat dan tetap dalam lindungan Alloh SWT dunia akhirat. Amin 2. .Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si yang selalu sabar dalam membimbing hingga terselesaikannya skripsi ini.

  3. Suami tercinta yang selalu menemani, mendukung, mendoakan dan selalu memberi semangat buat saya

4. Teman-teman angkatan 2011,teman-teman PPL, KKN thank’s for all 5.

  Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

  

ABSTRAK

  Lestari, Dwi. 2016. Hubungan Antara Keteladanan Guru Dengan Perilaku Sosial

  Siswa MTs Darul Ulum Suruh Tahun 2015/2016 . Skripsi Jurusan

  Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri. Pembimbing Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

  Kata kunci : Keteladanan dan Perilaku Sosial

  Keteladanan merupakan suatu contoh perilaku yang sering dilihat, ditiru dan dipraktikkan oleh siapapun yang melihatnya terutama para peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Pada era yang serba modern ini kita harus waspada terhadap dunia luar yang begitu marak, yang dapat menghancurkan generasi muda terutama pada anak-anak sekolah, zaman sekarang anak-anak kebanyakan sudah mulai berperilaku yang kurang sopan terhadap orang tua dan guru, maka sekolah memiliki peran yang penting dalam membentuk budi pekerti yang luhur bagi siswa dengan memberikan contoh yang baik kepada siswanya agar tercipta perilaku sosial yang baik. Penelitian skripsi ini bertujuan untuk mengetahui keteladanan guru dan perilaku sosial siswa di MTs Darul Ulum Suruh serta hubungan antara keteladan guru dan perilaku sosial siswa MTs Darul Ulum Suruh.

  Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan korelasi. Metode penelitian yang digunakan yaitu untuk mengumpulkan data yaitu menggunakan Angket dan Dokumentasi. Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang keteladanan guru (variabl x) dan perilaku sosial siswa (variable y) dengan responden siswa MTs Darul Ulum Suruh sebanyak 71 siswa. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kelengkapan penelitian.

  Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan: (1). Keteladanan guru tergolong pada kategori tinggi dengan prosentase 14,09% sebanyak 10 responden, pada kategori sedang dengan prosentase 59,15% sebanyak 16 responden dan pada kategori rendah dengan prosentase 26,76% sebanyak 45 responden. (2). Perilaku sosial siswa tergolong pada kategori tinggi 28,17% sebanyak 20 responden, pada kategori sedang 46,48% sebanyak 33 responden dan pada kategori rendah dengan prosentase25,35% sebanyak 18 responden. (3). Serta hubungan antara keteladanan guru dengan perilaku sosial siswa diperoleh rxy 0,244 dan rx tabel 0,235 pada taraf signifikasi 5% atau diartikan bahwa rxy lebih besar dari rx tabel (0,244 > 0,235). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keteladanan guru dengan perilaku sosial siswa MTs Darul Ulum Suruh pada Tahun 2015/2016.

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmanirrahim

  Alhamdulillahi robbil „alamien, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang mana telah memberikan nikmat sehat, rahmat kepada semua hamba-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa kita limpahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafaat (pertolongan) dihari qiyamat nanti.

  Dengan kerendahan hati, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA KETELADANAN GURU DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA MTs DARUL ULUM SURUH TAHUN 2015/2016” ini disusun guna melengkapi syarat - syarat mencapai gelar Sarjana (S1) Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) di IAIN Salatiga, meskipun masih banyak kekurangan.

  Di samping itu ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya dari hati sanubari yang paling dalam kepada Yth:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.

  4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M.Si, selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi petunjuk serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan skripsi ini.

  5. Bapak Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan bagian akademik IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.

  6. Bapak Drs. Hisyam selaku Kepala Sekolah sekaligus guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di MTs Darul Ulum, guru-guru, dan siswa-siswi MTs Darul Ulum yang telah membantu penulis dalam penelitian skripsi.

  7. Bapak Supardi dan Ibu Sutini yang telah mencurahkan kasih sayang, memberikan motivasi dan tidak pernah bosan mendoakan penulis dalam menempuh studi.

  8. Yang tercinta teman-teman serta semua pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuan selama menempuh studi, khususnya dalam proses penyusunan proses skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, banyak kekurangan yang perlu diperbaiki baik dalam isi maupun metodologi. Untuk itu penulis selalu mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna perbaikan naskah di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis sendiri khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

  Salatiga, 17 Maret 2016 Penulis

  

DAFTAR ISI

JUDUL ......................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ................................................... iv

MOTTO ....................................................................................... v

PERSEMBAHAN ........................................................................ vi

ABSTRAK ................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ........................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................... 2 B. Rumusan Masalah .................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ..................................................... 5 D. Hipotesis Penelitian .................................................. 5

  G.

  Metode Penelitian ..................................................... 8 H. Sistematika Penulisan ............................................... 13

  BAB II LANDASAN TEORI A. Keteladanan Guru .....................................................

  1. Pengertian Keteladanan Guru .............................. 15 2.

  Pengertian Menurut Ulama .................................. 17 3. Macam – macam Keteladanan ............................. 22 4. Kelebihan dari Keteladanan ................................. 23 B. Perilaku Sosial ..........................................................

  1. Pengertian Perilaku Sosial ................................... 24 2.

  Pengertian Menurut Tokoh .................................. 37 3. Syarat – syarat Terlaksananya Dasar Kehidupan Sosial ................................................ 38

  C.

  

Hubungan antara Keteladanan Guru Dengan

Perilaku Sosial Siswa di MTs Darul Ulum Suruh ........................................................................ 42

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Darul lum Suruh 1.

  3. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa ................. 50 4.

  Visi, Misi ............................................................ 52 5. Tujuan Pendidikan .............................................. 52 B. Penyajian Data ..........................................................

  1. Data Responden ................................................. 53 2.

  Data Hasil Jawaban Angket ................................ 59

  BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif ................................................... 66 1. Analisis Tentang Keteladanan Guru .................... 66 2. Analisis Perilaku Sosial Siswa ............................ 73 B. Pengujian Hipotesis ................................................. 80 C. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis .............................. 86 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................... 87 B. Saran – saran ........................................................... 88 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perlengkapan Administrasi ........................................

  47 Tabel 3.2 Perlengkapan KBM ....................................................

  48 Tabel 3.3 Prasarana ...................................................................

  49 Tabel 3.4 Data Guru dan Siswa .................................................

  50 Tabel 3.5 Daftar Responden .......................................................

  53 Tabel 3.6 Hasil Angket Keteladanan Guru ................................

  58 Tabel 3.7 Hasil Angket Perilaku Sosial Siswa ............................

  62 Tabel 4.1 Hasil Analisis Keteladanan Guru ...............................

  67 Tabel 4.2 Interval dan Prosentase Keteladanan Guru ..................

  72 Tabel 4.3 Hasil Analisis Perilaku Sosial Siswa ..........................

  73 Tabel 4.4 Interval dan Prosentase Perilaku Sosial Siswa ...........

  78 Tabel 4.5 Tabel Pembantu Analisis Product Moment ................

  79

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Angket Penelitian Lampiran 2 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 3 Lembar Konsultasi Lampiran 4 Nota Pembimbing Lampiran 5 Daftar Nilai SKK Lampiran 6 Permohonan Izin Penelitian Lampiran 7 SK Bukti Penelitian Lampiran 8 Surat Tugas Pembimbing Lampiran 9 Dokumentasi Lampiran 10 Tabel Product Moment

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern saat ini kemajuan tekhnologi dan komunikasi telah

  banyak membawa perubahan pada anak-anak, sehingga menimbulkan dampak positif maupun negatif. dalam bersikap dan bertingkah laku secara langsung maupun tidak langsung setiap anak memang banyak meniru pada lingkungannya dan apa yang dilihatnya, dimulai dari orang tua, kakek nenek, paman bibi, tetangga, sekolah, guru, teman, bahkan dari televisi, gadget, dan video yang ia tonton. Anak mudah sekali meniru apa yang dia lihat menjadikan lingkungan sebagai model kehidupan. Mulai dari ucapan, misalnya kata-kata yang mudah untuk diikuti atau tingkah laku yang dilihat dari tontonan film.

  Lembaga pendidikan pertama dan paling utama adalah keluarga atau sering disebut dengan pendidikan informal, di dunia ini keluarga merupakan masyarakat pendidikan pertama yang menyediakan kebutuhan biologis dari anak dan sekaligus memberikan pendidikannya, sehingga menghasilkan pribadi-pribadi yang dapat hidup dalam masyarakatnya sambil menerima dan mengolah serta mewariskan kebudayaannya (Said,Muh.1989:119).

  Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

  Selanjutnya tujuan pendidikan islam yang diarahkan pada upaya penyempurnaan akhlak manusia atau membentuk akhlak yang mulia sebagaimana akhlak yang dimiliki Rasulullah SAW yang terdapat dalam al- qur‟an surat al-Qalam: 4 yang berbunyi

       Artinya :“ Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

  Tujuan pendidikan islam ini didasarkan pada tugas kerasulan Nabi Muhammad SAW yaitu menyempurnakan akhlak. Karena akhlaklah yang menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Suatu bangsa akan jaya dan dihormati, jika akhlak bangsanya baik, begitu pula sebaliknya suatu bangsa akan hancur jika akhlak bangsa tersebut buruk.

  Pendidikan akhlak memiliki peran yang cukup sentral dalam dunia pendidikan, karena akhlak memproses manusia untuk memiliki keseimbangan religius. Islam sangat memperhatikan pendidikan akhlak dan menganjurkan kepada para pendidik untuk benar-benar mendidik peserta didiknya secara baik. Sebab jika peserta didik terbiasa dengan kebaikan maka akan menjadi orang yang baik pula.

  Seiring kemajuan ilmu dan teknologi, kehidupan manusia selalu mengalami perubahan, baik dari segi ekonomi, moralitas, sikap sosial dan gaya hidup. Perubahan-perubahan itu terjadi akibat banyaknya tuntutan dan sehingga membawa kepada kehidupan sosial yang berdampak positif seperti perkembangan teknologi, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Di samping itu pula ada yang berdampak negatif seperti perubahan watak seseorang yang penuh dengan kekerasan, ketidakpedulian dengan masyarakat sekitar juga rasa toleransi yang sangat minim.

  Perubahan-perubahan ini telah membawa kepada pergeseran tata nilai yang bertentangan dengan kepribadian bangsa itu sendiri yang bersifat ramah tamah, gotong royong dan sebagainya. Pergeseran tata nilai ini secara konkret membawa pada perilaku hidup umat yang mengejar kehidupan dunia yang tidak menghiraukan baik dan buruk, sehingga melupakan hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan manusia.

  Di sekolah MTs Darul Ulum Suruh, ada beberapa siswa yang melanggar peraturan sekolah, namun tidak semua guru menegur atau memberi peringatan kepada siswa yang melanggar. Berdasarkan permasalahan di atas dan realita yang ada penulis tertarik dan terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul: “HUBUNGAN ANTARA

  KETELADANAN GURU DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA MTs DARUL ULUM SURUH TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di jelaskan diatas maka perlu di buat rumusan permasalahan yang akan menuntun langkah-langkah

1. Bagaimana Keteladanan Guru di MTs Darul Ulum Suruh tahun pelajaran

  2015/2016? 2. Bagaimana Perilaku sosial Siswa MTs Darul Ulum Suruh tahun pelajaran

  2015/2016? 3. Apakah ada hubungan antara Keteladanan Guru dengan Perilaku Sosial siswa MTs Darul Ulum Suruh tahun pelajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.

  Untuk mengetahui Keteladanan Guru di MTs Darul Ulum Suruh tahun pelajaran 2015/2016.

2. Untuk mengetahui Perilaku sosial siswa MTs Darul Ulum Suruh tahun pelajaran 2015/2016.

  3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Keteladanan Guru dengan Perilaku Sosial siswa MTs Darul Ulum Suruh tahun pelajaran 2015/2016.

D. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis penelitian adalah dugaan sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Sumadi Suryabata, 1995:69). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2005:44), hipotesis adalah tebakan pemecahan jawaban yang diusulkan.

  Berdasarkan asumsi sementara, hipotesis pen elitian ini adalah “ada hubungan yang positif antara Keteladanan Guru dengan Perilaku Sosial Siswa MTs Darul Ulum Suruh tahun 2015/2016”.

E. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumbangan pemikiran terutama berkaitan dengan ilmu pendidikan.

2. Manfaat praktis

  Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas guru dan peserta didik dalam berperilaku sosial yang baik.

F. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman bagi pembaca, maka penulis perlu menjelaskan dan memberikan penegasan istilah di dalam judul skripsi Hubungan Antara Keteladanan Guru Dengan Perilaku sosial Siswa MTs Darul Ulum Suruh tahun pelajaran 2015/2016.

1. Keteladanan Guru

  Keteladanan berasal dari kata dasar “teladan” yang berarti sesuatu atau perbuatan yang patut ditiru atau dicontoh (Purwadarminta , 1993:1036).

  Keteladanan adalah hah-hal yang ditiru orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar (Depdikbud, 1993:288).

  Adapun yang di maksud keteladanan guru dalam penelitian ini adalah suatu contoh perilaku yang sering dilihat, ditiru dan dipraktikkan oleh siapapun yang melihatnya terutama para peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Adapun indikator keteladanan guru sebagai berikut: a.

  Mengucapkan salam b.

  Memberi contoh kedisiplinan c. Menghargai segala usaha siswa d.

  Ramah e. Sabar 2. Perilaku sosial

  Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007:859 ). Perilaku dapat pula diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sosial adalah berkenaan dengan masyarakat. (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007:1085)

  Sebagai makhluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayatnya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau interpersonal itu ditandai dengan berbagai aktivitas tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan berdasarkan naluriah semata atau justru melalui proses pembelajaran tertentu. Berbagai aktivitas individu dalam relasi interpersonal ini disebut perilaku sosial.

  Untuk mengukur perilaku sosial siswa, maka ditentukan indikator sebagai berikut: a.

  Bersikap ramah b.

  Suka menolong c. Pemaaf d.

  Berbuat adil e. Persaudaraan f. Toleransi dan kerukunan g.

  Bermusyawarah h. Persamaan derajat (Al Hasyimi, 2003:13-15) G.

   Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan Rancangan Penelitian Penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang bersifat objektif mencakup pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian statistik (Hermawan, 2004:14).

  Jenis yang digunakan penelitian ini adalah penelitian korelasional, perbedaan, dan menemukan ada dan tidaknya hubungan diantara variabel, mengetahui seberapa erat hubungan serta berarti tidaknya suatu hubungan variabel yang ada (Arikunto, 2002).

  2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di MTs Darul Ulum Suruh. Adapun pelaksanaan penelitian mulai pada tanggal 16 Desember 2015 sampai dengan selesai.

  3. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2009:61). Sampel adalah bagian populasi yang memiliki sifat- sifat yang sama dari obyek yang merupakan sumber data (Sukandarrummidi, 2004:50).

  Sampel merupakan bagian dari populasi untuk mewakili dari seluruh populasi, (Hadi, 1977: 22), sedangkan dalam pengertian yang lain, menurut Suprayoga dan Thobrani (2003: 133) sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya diselidiki dan dalam porsi mewakili populasi.

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Darul Ulum yang berjumlah 71 siswa. Pengambilan sampel dari penelitian ini menurut Suharsimi Arikunto (2002: 112), apabila populasi jumlah besar dapat diambil antara 10% -15% atau 20% - 25%. Peneliti menetapkan pengambilan sampel berjumlah 71 siswa.

4. Teknik Pengumpulan Data

  Pengumpulan data yang dimaksud adalah mengumpulkan data untuk menunjang hasil penelitian ini. Metode yang digunakan penulis yaitu : a.

  Angket Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono,2011:142). Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang keteladanan guru dan perilaku sosial siswa MTs Darul Ulum Suruh. Instrumen yang digunakan berupa indikator yang telah ditentukan.

  b.

  Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, agenda (Arikunto, 1998:158-159). Metode ini penulis gunakan untuk mencari data yang terkait dengan penelitian sebagai bukti dari kegiatan yang ada, guna untuk mendukung kelengkapan penelitian. Instrument yang digunakan adalah berbagai dokumen dan arsip yang ada di sekolah.

5. Instrumen Penelitian

  Instrumen pengumpulan data penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data, agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 1990 : 206). Penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa butir-butir pertanyaan pada angket. Sesuai dengan obyek peneltian ini, maka instrumen yang digunakan untuk mengetahui tentang keteladanan guru terhadap perilaku sosial siswa menggunakan angket/kuosioner.

H. Analisis Data

  Analisis data dalam penelitian adalah menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan sehingga menjadi suatu data yang teratur dan lebih berarti (Marzuki, 2000:8). Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Penelitian ini adalah penelitian korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Keteladanan Guru Dengan Perilaku Sosial Siswa di MTs Darul Ulum Suruh.

  Variabel x : Keteladan Guru Variabel y : Perilaku Sosial Siswa a.

  Analisis Awal Untuk langkah awal penulis menganalisis data dari awal yang terkumpul dengan menggunakan teknik prosentase yang bertujuan untuk mengetahui frekuensi gejala yang muncul dengan menggunakan rumus statistika.

  Adapun rumus yang digunakan adalah: 1)

  Mencari Prosentase P = × 100 %

  Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah subyek/populasi

  2) Mencari Interval

  Keterangan: I = interval Xt = nilai tertinggi Xr = nilai terendah Ki = kelas interval b. Pengujian Hipotesis

  Untuk mengetahui hasil penelitian signifikan atau tidak, maka penulis menggunakan analisis product moment dengan rumus sebagai berikut: xy : Produk dari X dan Y x : Selisih antara skor X dengan rata-ratanya y : Selisih antara Y dengan rata-ratanya x² : Kuadrat dari X y² : Kuadrat dari Y N : Jumah responden I.

   Sistematika Penulisan

  BAB I : PENDAHULUAN Dimana dalam bab ini memuat tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, metode penelitian, analisis data, dan sistematika penulisan.

  BAB II : KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan tentang analisis teori yang mendukung permasalahan yang di bahas berupa: Keteladanan guru, dan Perilaku sosial siswa di MTs Darul Ulum Suruh.

  BAB III : HASIL PENELITIAN 1. Dalam hal ini penulis memaparkan gambaran umum lokasi penelitian, yang meliputi sejarah berdirinya letak geografis,serta keadaan sarana dan prasarana.

2. Laporan hasil angket memuat Keteladanan Guru di MTs

  Darul Ulum Suruh serta hasil angket memuat Perilaku Sosial BAB IV : ANALISIS DATA Bab IV berisi analis data, yaitu analisis data terhadap data yang terkumpul melalui tahap analisis deskriptif, pengujian hipotesis, serta pembahasan.

  BAB V : PENUTUP Adapun yang terakhir Bab V yang beriri kesimpulan dari hasil dan saran-saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari subyek penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KETELADANAN GURU

1) PENGERTIAN KETELADANAN GURU

  Keteladanan guru merupakan penggabungan dari dua kata yaitu berasal dari kata “Teladan” dan “Guru”. Teladan berarti contoh atau suatu tindakan, tingkah laku yang sering dilihat dan dipraktikkan oleh seseorang didalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Guru adalah pihak utama yang langsung berhubungan dengan anak dalam upaya proses pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari keberadaan kurikulum (Melati, 2012:11).

  Karena tugas seorang guru adalah mengajar sekaligus mendidik, maka keteladanan dari seorang guru menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar- tawar. Keteladanan merupakan senjata mematikan yang sulit untuk dilawan. Keteladanan bagaikan anak panah yang langsung mengenai sasaran. Keteladanan menjadi senjata ampuh yang tidak bisa dilawan dengan kebohongan, rekayasa dan tipu daya (Ma‟mur asmani, 2009:79).

  Dalam bahasa Arab diistilahkan dengan “uswatun hasanah” yang berarti cara hidup yang diridlai oleh Allah SWT.

  Jadi yang dimaksud dengan keteladanan dalam pengertiannya sebagai uswatun hasanah adalah suatu cara mendidik, membimbing dan bernegara dan juga sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh, tentang perbuatan, kelakuan,atau sifat dari orang yang pekerjaannya mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Lain Rasulullah, lain pula halnya dengan para guru zaman sekarang ini, berapa banyak anak didik yang telah terintimidasi oleh cara mengajar guru yang tidak mengasyikkan. Berapa banyak anak didik yang potensi dahsyatnya terpupuskan oleh cara mengajar yang salah. Berapa anak didik yang pudar motivasi belajarnya gara-gara pendekatan salah yang dilakukan oleh sang guru. Rasulullah memang tak sepatutnya diperbandingkan dengan kalangan manusia pada umumnya.Beliau jelas merupakan manusia sempurna, sekaligus merupakan guru yang sangat hebat.Tetapi tidak ada salahnya jika sikap keguruan beliau diteladani semaksimal kemampuan yang kita punya (Soebachman, 2014:177-178).

  Dalam Al- Qur‟an banyak mengandung metode pendidikan yang dapat menyentuh perasaan, mendidik jiwa dan membangkitkan semangat.

  Metode tersebut mampu menggugah puluhan ribu kaum muslimin untuk membuka hati manusia agar dapat menerima petunjuk Ilahi dan kebudayaan Islam.

  Jadi keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh seseorang dari orang lain dalam bentuk perbuatan maupun pada ucapan, kemudian dipraktikkan sesuai apa yang dilihatnya. Oleh karena itu keteladanan yang harus diterapkan adalah keteladanan yang baik.

  Menurut KH Moh Hasyim Asy‟ari ada 20 macam syarat menjadi guru, di antaranya: a.

  f.

  Tidak diskriminatif terhadap murid. j.

  Menjadikan ilmunya sebagai tangga mencapai keuntungan duniawi, baik jab tan, harta, popularitas, atau agar lebih maju di banding temannya yang lain. i.

  h.

  Menjadikan Allah Swt sebagai tempat meminta pertolongan dalam segala keadaan.

  g.

  Selalu bersikap khusyuk kepada Allah Swt.

  Selalu bersikap tawadhuk.

  Selalu istiqomah dalam muraqabah kepada Allah Swt, Muraqabah adalah melihat Allah Swt dengan mata hati dan menghubungkan dengan perbuatan yang dilakukan selama ini, kemudian mengambil hikmah atau jalan yang terbaik bagi dirinya dengan merasakan adanya pemantauan Allah Swt.

  e.

  Senantiasa bersifat Wara‟ (wara‟ adalah meninggalkan perkara syubhat dan perkara yang tidak bermanfaat.

  d.

  Senantiasa bersikap tenang.

  c.

  Senantiasa berlaku Khauf (takut kepada Allah Swt) dalam segala ucapan dan tindakan.

  b.

  Bersikap zuhud dalam urusan dunia sebatas apa yang ia butuhkan, yang tidak membahayakan dirinya sendiri, keluarga, bersikap k.

  Menjauhkan diri dari tempat-tempat yang rendah dan hina menurut manusia,juga hal-hal yang dibenci oleh syariat maupun adat setempat. l.

  Menjauhkan diri dari tempat-tempat kotor dan maksiat walaupun jauh dari keramaian. m.

  Selalu menjaga syiar-syiar islam dan zhahir-zhahir hukum,seperti shalat berjamaah di masjid, menyebarkan salam, amar makruf nahi munkar,serta senantiasa sabar terhadap musibah yang menimpanya. n.

  Menegakkan sunnah-sunnah dan menghapus segala hal yang mengandung unsur bid‟ah, menegakkan segala hal yang mengandung kemaslahatan bagi kaum muslimin dengan jalan yang dibenarkan syariat, dengan cara yang baik dan lembut, baik menurut adat istiadat maupun watak. o.

  Membiasakan diri melakukan sunnah yang bersifat syariat, baik qauliyah atau fi‟lliyah, seperti membiasakan diri membaca Al-Qur‟an baik dihati atau dilisan. p.

  Bergaul dengan akhlak yang baik, seperti menampakan wajah berseri, banyak mengucapkan dan menyebarluaskan salam, memberikan makanan, menekan rasa amarah dalam jiwa. q.

  Membersihkan hati dan tindakan dari akhlak yang jelek dan dilanjutkan dengan perbuatan yang baik. r.

  Senantiasa bersemangat untuk mengembangkan ilmu dan bersungguh- sungguh dalam setiap aktivitas ibadah, seperti membaca, menelaah, menghafal, sehingga tidak ada waktu yang terbuang kecuali untuk mencari ilmu dan mengamalkan ilmu. s.

  Tidak boleh mebeda-bedakan status, nasab, dan usia dalam mengambil hikmah dari semua orang. t.

  Membiasakan diri unuk menyusun dan menerangkan pengetahuan (Ma‟mur Asmani, 2009:32-38).

  Adapun mendidik dengan memberi keteladanan memiliki dasar sebagaimana ayat-ayat Al- Qur‟an yang menerangkan tentang dasar-dasar pendidikan antara lain:

  Yang artinya“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suritauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah, dan hari akhir dan dia banyak mengingat Allah”. (QS. Al- Ahzab: 21).

  Dalam firman yang lain terdapat dalam Q.s At Tahriim ayat 6:

  

          

           

  Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Qs At Tahriim:6) sebagai pengajar dan pendidik. Dua istilah terakhir merupakan bagian tugas terpenting dari guru yaitu mengajar dan sekaligus mendidik siswanya. Di dunia ini banyak orang yang bekerja sebagai guru,akan tetapi mungkin hanya sedikit yang bisa menjadi guru, yaitu yang bisa digugu dan ditiru (Marno dan Idris, 2010:15-16).

  Menurut Darji Darmodiharjo yaitu tugas seorang guru ada tiga macam: mendidik, mengajar dan melatih. Tugas mendidik lebih menekankan pada pembentukan jiwa, karakter dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai. Tugas mengajar lebih menekankan pada pengembangan kemampuan penalaran dan Tugas melatih menekankan pada pengembangan kemampuan penerapan teknologi dengan cara melatih berbagai keterampilan (Marno dan Idris, 2010:18).

  Dalam pandangan islam, seorang guru haruslah seorang yang bertakwa, yaitu beriman, berilmu dan berakhlakul karimah sehingga tidak saja efektif dalam mengajar, tetapi juga efektif dalam mendidik. Sebab, mendidik dengan keteladanan lebih efektif daripada mengajar dengan perkataan (Marno dan Idris, 2010:28)

  Peran guru ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar dan pendidik serta sebagai pegawai. Yang paling utama adalah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik yaitu sebagai guru. Berdasarkan kedudukanya sebagai guru, ia harus menunjukkan perilaku yang layak dan bisa dijadikan teladan bagi siswanya (Tohirin, 2008:165).

  Seorang guru juga harus mengajarkan budi pekerti yang luhur dan baik. Menurut Al-Ghazali, didukung oleh M. Athiyah Al Abrasyi “pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam (pendidikan yang dikembangkan oleh kaum muslimin), dan islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan”.

  Pernyataan tersebut menurut Al-Ghazali jelas menghendaki keluhuran rohani, keutamaan jiwa, kemuliaan akhlak dan kepribadian yang kuat, merupakan tujuan utama dari pendidikan bagi kalangan manusia muslim, karena akhlak adalah aspek fundamental dalam kehidupan seseorang, masyarakat maupun suatu Negara.Allah telah mempersiapkan tokoh agung yaitu Nabi Muhammad SAW untuk menjadi teladan bagi semua manusia. Sehingga kita diwajibkan atau dianjurkan untuk meneladani kepribadian Nabi secara keseluruhan.

  Sebagai seorang guru yang muslim harus bisa mengambil suritauladan dari akhlak Nabi, namun mereka harus bisa berupaya semaksimal mungkin meneladaninya, agar ia dapat dijadikan contoh yang baik bagi murid-muridnya. Berkaitan dengan keteladanan Al Ghazali mengatakan:

  “Seorang guru harus mengamalkan ilmunya, lalu perkataanya jangan membohongi perbuatannya. Karena sesungguhnya ilmu itu dapat dilihat dengan mata hati sedangkan perbuatan dapat dilihat dengan mata kepala. Padahal yang mempunyai mata kepala adalah lebih banyak

   (Zainuddin, 1991:56).

  Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus bisa memberikan contoh perilaku yang baik kepada murid-muridnya, karena segala tingkah laku guru diperhatikan dan secara tidak langsung dipraktikkan oleh mereka.

  Macam-macam keteladanan guru : a. Mengucapkan “assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakaatuh” pada saat masuk kelas. dan pada saat anak menjawab salam dari guru hendaknya pandangan harus tertuju pada siswa.

  b.

  Guru memberikan contoh kedisiplinan terhadap siswa, contohnya: guru harus tiba di sekolah lebih awal, dengan tujuan guru dapat menyambut kedatangan siswa, sehingga siswa akan mencontoh guru untuk tidak terlambat ke sekolah dan merasa senang saat berada di sekolah.

  c.

  Guru hendaklah selalu menghargai segala usaha yang telah dilakukan siswa, misalnya jika anak mendapat nilai bagus, guru memberikan hadiah kapada siswa. ini bertujuan agar siswa selalu termotivasi untuk selalu belajar.

  d.

  Dalam mengajar, guru harus menunjukkan wajah penuh senyum.

  Sehingga proses belajar mengajar berlangsung tanpa beban yang membuat anak didik merasa tegang. e.

  Memberikan contoh yang baik dan tidak bersikap kasar yang bisa berakibat kepada semangat anak, karena setiap anak mempunyai kepribadian yang berbeda-beda.

  f.

  Di hadapan murid, guru harus berberakhlak siddiq atau jujur.

  Dari macam-macam keteladanan tersebut, seorang guru diharapkan mampu memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya dengan berupaya menanamkan sikap dan akhlak yang baik dan mulia, sehingga para peserta didik mampu memahami dan menirukan apa yang dicontohkan oleh gurunya.

2) Kelebihan dari keteladanan

  Akan memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelajari di sekolah.

  b.

  Akan memudahkan guru dalam mengevaluasi hasil pembelajaran.

  c.

  Kelebihan dari metode keteladanan adalah sebagai berikut: a.

  d.

  Bila keteladanan dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.

  e.

  Tercipta hubungan harmonis antara guru dan siswa.

  f.

  Secara tidak langsung guru dapat menerapkan ilmu yang diajarkannya.

  g.

  Mendorong guru agar selalu berbuat baik karena akan dicontoh oleh anak didiknya Dari uraian di atas diketahui bahwa keteladanan merupakan salah

  Tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik. diketahui bahwa agar bisa menjadi teladan bagi siswa, seorang guru harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut: a.

  Hendaklah guru menyayangi murid-murid dan memperlakukan mereka seperti anaknya sendiri.

  b.

  Hendaklah guru memberi nasihat kepada murid-muridnya.

  c.

  Hendaklah guru memperingatkan kepada anak didik tentang tujuan menuntut ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah.

  d.

  Hendaklah guru melarang murid-murid yang berkelakuan kurang baik dengan lemah lembut bukan dengan caci maki dan kata-kata sindiran, dan bukan kata terus terang.

  e.

  Hendaklah guru mengajarkan masalah-masalah yang sesuai dengan kecerdasan murid dan menurut kadar akalnya.

  Kesimpulan dari penulis sendiri yaitu jika seorang guru memberikan keteladanan yang baik di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat maka akan tercipta situasi yang baik, hubungan yang harmonis antara guru dengan murid serta lingkungan sekitar.

B. PENGERTIAN PERILAKU SOSIAL

  Menurut parsons perilaku atau tindakan mengandaikan adanya kesatuan antara bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain (Huruta,2015:19). Parsons juga menyebut perilaku sosial dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu A= S+M+I. A=action (tindakan/perilaku), S=situation Ideal (normal) (Huruta, 2015:19). Jadi perilaku sosial secara umum dibentuk oleh tujuan, situasi, dorongan dan norma. Sebagai makhluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayatnya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain melakukan relasi interpersonal.

  Dalam relasi interpersonal itu ditandai dengan berbagai aktivitas tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan berdasarkan naluri semata atau justru melalui proses pembelajaran tertentu. Berbagai aktivitas individu dalam relasi interpersonal ini disebut perilaku sosial.

  Jadi dapat dikatakan bahwa perilaku sosial merupakan suatu perbuatan atau aktivitas manusia yang dilakukan dengan berorientasi pada atau dipengaruhi oleh orang lain. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial adalah perbuatan atau aktivitas fisik ataupun psikis yang dilakukan oleh seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain dan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menimbulkan reaksi tertentu.

1. Komponen Perilaku Sosial

  Islam sejak dulu telah mengakui adanya perbedaan dan keragaman dalam masyarakat. Islam mengajarkan kepada para umatnya untuk selalu menginterpretasikan sikap saling hormat-menghormati, sikap tolong-menolong dan kebebasan dalam kehidupan sehari-hari.

  Untuk menumbuh kembangkan sikap tersebut merupakan tanggung jawab bagi seluruh lapisan masyarakat, namun dalam hal ini para

  stakeholder pendidikan dan tokoh masyarakat memiliki peran yang lebih

  Islam tidak mengajarkan perbedaan dalam menjalankan kehidupan sosial, akan tetapi Islam selalu menekankan bagaimana hubungan antar manusia sebagai makhluk Tuhan yang diciptakan untuk saling beriringan. Adapun yang akan penulis jelaskan mengenai perilaku sosial di sini adalah bagaimana sikap siswa muslim terhadap siswa lainnya.

a. Bersikap ramah

  Adab atau sopan santun terhadap sesama manusia merupakan ajaran Islam.Dengan sikap ramah, sopan santun, serta lemah lembut terhadap semua teman baik yang seagama maupun yang berlainan agama secara tidak langsung telah mendukung usaha menjaga perdamaian dunia.Sikap ramah yang merupakan budaya ketimuran dan juga merupakan budaya islam harus ditanamkan sejak dini kepada para siswa. dan dengan begitu degradasi moral yang terjadi akibat perubahan zaman dapat dicegah sedini mungkin.

  Sikap ramah dapat ditunjukkan dengan body languange atau bahasa tubuh seseorang. Seorang yang ramah bila berjumpa dengan orang lain biasanya raut wajahnya berseri-seri penuh kehangatan dan senyuman. Seperti penjelasan dimuka, islam selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bersikap ramah kepada siapa pun, karena bersikap ramah itu merupakan bentuk dari perdamaian. Di samping itu bersikap ramah merupakan bentuk sedekah yang paling

  b. Tolong menolong

  Termasuk ciri kepribadian seorang muslim adalah tolong menolong. Sikap tolong-menolong merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan antara sesama manusia, sikap tolong-menolong ini hendaknya diimplementasikan kepada setiap orang baik yang seiman maupun yang berbeda keyakinan, baik ia kenal maupun tidak mengenal orang yang ditolongnya. Karena landasan tolong- menolong adalah kebajikan dan takwa, maka tak elak lagi bahwa tolong-menolong ini mempunyai dampak yang begitu luas dan kuat bagi seorang muslim, sehingga ia terdorong untuk mengadakan upaya perdamaian dan menebarkan kasih sayang kepada setiap orang (Hasyim, 2007:326-327).

  Penulis sendiri mengartikan tolong menolong yaitu kewajiban seseorang yang hidup didunia tanpa pandang ras, suku maupun adat istiadat yang perlu di bangun, yang dilakukan tanpa pamrih ataupun mengharapkan imbalan dan menebarkan kasih sayang kepada sesama insan.

  c. Pemaaf

  Dalam kehidupan sehari-hari tentunya seseorang tidak lepas dari interaksi dengan masyarakat. Manusia tidak akan mampu hidup secara individu karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. percikan ketidak harmonisan.dan itu merupakan hal yang wajar sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang artinya: “Manusia itu tempatnya salah dan lupa.”Terkadang sadar atau tidak sadar manusia suka berbuat salah kepada orang lain. Maka dari itu, karena begitu rentangnya manusia melakukan kesalahan menjadi seorang yang pemaaf merupakan perbuatan yang sangat mulia, karena memberi maaf itu bukanlah suatu tindakan yang mudah.

  Dalam memberikan maaf kepada orang yang berbuat salah haruslah semua luka dan penderitaan dikorbankan dalam arti dilepaskan (Sudiro, 1990:149). Dengan begitu sudah tidak akan ada lagi ganjalan, rasa sakit hati, ataupun rasa ingin balas dendam, semua sudah melebur. Allah memerintahkan kepada hambanya untuk menjadi orang yang pemaaf. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. Ali Imran:134