Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam oleh Orang Tua pada Siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga - Test Repository

  

PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

OLEH ORANG TUA PADA SISWA TUNAGRAHITA

SMPLB NEGERI SALATIGA

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

SITI MU

  ’ASYAROH

NIM 11112237

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2016

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

     

  QS. Ar-Rahman: 60

  Tidak ada balasan kebaikan selain kebaikan PERSEMBAHAN

  Untuk orang tuaku, Bapak Duryadi yang telah berperan ganda sebagai ibu dalam hidupku dan Alm Ibu Rukini yang semoga selalu dalam rengkuhan Allah SWT Kakak-kakak, keponakan-keponakan, keluarga besarku Bapak Kyai, guru-guru, dan para asatidz, serta siapapun mereka yang pernah berjasa dalam kehidupanku.

  

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

  Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyelesikan skripsi ini yang berjudul “Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam oleh Orang Tua pada Siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga ”.

  Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga terang benderang, semoga kita semua diakui sebagai umatnya yang kelak mendapatkan syafaatnya di akhirat.

  Selanjutnya penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, kepada yang terhormat:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Intitut Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak Mukti Ali, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis dalam memempuh studi di IAIN Salatiga.

  5. Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.

  7. Bapak, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

  8. KH. Mahfudz Ridwan, Lc yang telah memberikan ridho dan bimbingan dalam menuntut ilmu.

  9. Keluarga besar Pondok Pesantren Edi Mancoro, para asatidz dan para santri yang telah mendewasakan penulis setiap harinya dalam warna-warni kehidupan.

  10. Teman-teman Jurusan S1 Pendidikan Agama Islam angkatan 2012, terutama Kelas PAI G yang telah memberikan banyak cerita dan canda selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga Semoga skripsi ini dapat memberikan tambahan wawasan yang lebih luas dan dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada para pembaca. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

  Wassalammu’alaikum wr.wb.

  Salatiga, 23 September 2016 Penulis, Siti Mu‟asyaroh NIM. 11112237

  

ABSTRAK

  Mu‟asyaroh, Siti. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam oleh Orang Tua pada

  Siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga. Skripsi. Jurusan

  Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

  IAIN Salatiga, Salatiga, 2016

  Kata Kunci: Penanaman, Nilai-nilai Pendidikan Islam, Siswa Tunagrahita

  Tunagrahita adalah mereka yang memiliki keterbatasan intelegensi. Karena keterbatasan itu pula sikap sosial seseorang berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang ditanamkan oleh orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga, untuk mengetahui metode penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga, serta untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga.

  Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Sumber utama penelitian ini adalah orang tua siswa tunagrahita, anak tunagrahita dan guru pendidikan agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga. Proses penyajian data dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif- kualitatif, yaitu dengan cara analisis yang cenderung menggunakan kata-kata untuk menangkap fakta, fenomena, variabel dan keadaan yang didapatkan ketika penelitian berlangsung dan menjelaskan data yang didapatkan.

  Hasil penelitian ini adalah, (1) Nilai Nilai-nilai pendidikan Islam yang ditanamkan orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga sudah berdasarkan ajaran pokok nilai-nilai pendidikan Islam yang meliputi nilai pendidikan akidah, ibadah, akhlak dan kemasyarakatan. (2) Orang tua menggunakan metode keteladanan, pembiasaan, nasihat, pengawasan dan hukuman.dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam. (3) Dalam proses penanaman nilai-nilai pendidikan Islam dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menghambat dan mendukung. Ketidaksabaran orang tua, keterbatasan intelegensi anak, kepribadian anak yang susah diatur, menjadi kendala dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam. Sedangkan motivasi kuat dimiliki orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam, kepribadian anak yang sudah tumbuh jiwa kemandirian, lingkungan masyarakat yang masih menjunjung tinggi tradisi Islam, dan lingkungan sekolah merupakan fakor pendukung dalam meningkatkan penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada anak tunagrahita yang bersekolah di SMPLB Negeri Salatiga.

  

DAFTAR ISI

  LEMBAR JUDUL SKRIPSI

  I ……………………………………… ii

  LEMBAR BERLOGO……………………………………………….. iii

  PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………… iv PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……………………………. vi

  MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………… vii KATA PENGANTAR………………………………………………... ix

  ABSTRAK…………………………………………………………… x DAFTAR ISI…………………………………………………………. x

  DAFTAR GAMBAR………………………………………………… xvi DAFTAR TABEL ……………………………………….................... xvii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….

  BAB I: PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah……………………………………....

  B.

  7 Fokus Penelitian……………………………………………....

  C.

  7 Tujuan Penelitian…………………………………………….....

  D.

  8 Kegunaan Penelitian…………………………………………..

  E.

  9 Penegasan Istilah……………………………………………...

  F.

  11 Tinjauan Pustaka …………………………………………......

  G.

  14 Metode Penelitian ………………………………………….....

  1.

  15 Jenis Penelitian dan Pendekatan …………………………..

  2.

  15 Kehadiran Peneliti………………………………………….

  3.

  16 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………...

  4.

  16 Sumber dan Jenis Data…………………………......……… 5.

  17 Teknik Pengumpulan Data…………….......……………….

  6.

  21 Pengecekan Keabsahan Data…………….....……………… 7.

  22 Tahap-tahap Penelitian……..……………………………… H.

  23 Sistematika Penulisan…………………………………………...

  BAB II: KAJIAN PUSTAKA A.

  25 Penanaman Nilai Pendidikan Islam ..………………………....

  1.

  25 Pengertian Nilai Pendidikan Islam…………………...........

  2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam ...............……………... 27

  3. Macam-macam Nilai Pendidikan Islam …………………....

  30 4. Metode Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam .... 36 B.

  Anak Tunagrahita …………………………………….............

  43 1. Pengertian Tunagrahita ...................................................…... 43 2. Klasifiksi Tunagrahita ..……………………………………

  45 3. Karakteristik Tunagrahita ......................................………...

  48 C. Pendidikan Islam bagi Tunagrahita ....................................…… 51

  BAB III: PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. PROFIL SUBYEK PENELITIAN ............…………………...

  56 1. Data Informan ………………………………………............ 56 2.

  Profil Keluarga ...............………………………………….

  57 B. TEMUAN PENELITIAN...................…………………………

  66 1. Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang Ditanamkan oleh Orang Tua pada Siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga ..........

  66 2. Metode Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam oleh

  Orang Tua pada Siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga 3. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung dalam

  Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam oleh Orang Tua

  77

  pada Siswa Tunagrahita .....................................................

  83 BAB IV: ANALISIS DATA A.

  Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang Ditanamkan Orang Tua

  89 pada SiswaTunagrahita SMPLB Negeri Salatiga .....................

  B.

  Metode Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam oleh Orang

  98 Tua pada Siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga ……… C.

  Faktor Penghambat Dan Faktor Pendukung dalam Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam oleh Orang Tua pada Siswa

  102 Tunagrahita SMPLB-N Salatiga ……………………………....

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………….. 104 B.

  105 Saran ……………………………………………………….....

  C.

  106 Penutup ………………………………………………………. Daftar Pustaka Lampiran-lampiran

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1.3: Analisis Data Model Interaktif

  54

  DAFTAR TABEL

Tabel 1.3 Daftar Orang Tua dan Siswa Tunagrahita

  57

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran I : Gambar Selama Proses Penelitian Lampiran II : Lembar Rekaman Observasi Lampiran III : Data Siswa Tunagrahita Muslim SMPLB Negeri

  Salatiga Lampiran IV : Pedoman Observasi, Dokumentasi dan Wawancara Lampiran V : Surat Penunjukan Pembimbing Lampiran VI : Surat Ijin Penelitian Lampiran VII : Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian Lampiran VIII : Riwayat Hidup Penulis Lampiran IX : Nota Pembimbing Skripsi Lampiran X : Lembar Konsultasi Lampiran XI : Nilai SKK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pembekalan pengetahuan dimana

  seseorang akan berkembang menjadi manusia yang lebih baik. Pendidikan sangatlah dibutuhkan dalam setiap tatanan masyarakat. Dalam hal ini, pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan diri seseorang sesuai dengan bakat dan minat yang dimilki.

  Muhaimin (2002:37) menuturkan bahwa istilah pendidikan biasanya lebih diarahkan pada pembinaan watak, moral, sikap atau kepribadian yang lebih mengarah pada afektif.

  Pendidikan merupakan hak setiap orang seperti yang tercantum dalam UUD‟45 Pasal 31 ayat 1 yang berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran

  ”. Negara sudah memberi jaminan kepada semua warga negara Indonesia untuk mendapatkan pendidikan, tidak terkecuali warga negara yang mempunyai keterbatasan fisik, mental, maupun ekonomi. Keterbatasan warga negara bukan alasan untuk warga negara tersebut tidak mendapatkan pendidikan

  ”. Sehingga, setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan. Keterbatasan yang dimiliki bukan berarti terbatas juga dalam mencari ilmu, karena keberlangsungan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus sudah difasilitasi oleh pemerintah dalam suatu ruang, yaitu lembaga Pendidikan Luar Biasa (PLB). Hal ini sesuai dengan isi dari undang-undang tentang hak atas pendidikan bagi penyandang kelainan ditetapkan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 disebutkan bahwa: “Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan pisik, emosional, mental, dan sosial”.

  Dalam Islam pun juga mengajarkan bahwa setiap individu di mata Allah SWT adalah sama, tidak pernah membedakan satu sama lain, karena yang membedakan adalah ketakwaannya. Disinilah dalam mencapai ketakwaan perlu adanya pendidikan Islam sebagai upaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri individu.

  Pendidikan Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai kholifah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran al-

  Qur‟an dan sunnah sehingga terciptalah insan kamil (Arief, 2002:16).

  Muhaimin (2002:168) mengungkapkan bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam yang selama ini berlangsung agaknya terasa kurang terkait atau kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik, untuk selanjutnya menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak, berbuat, dan berperilaku secara konkrit-agamis dalam kehidupan praktis sehari-hari.

  Namun di sisi lain, keberhasilan peserta didik dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan mereka tidak terlepas dari peran orang tua yang selalu bersinggungan secara langsung dalam lingkungan keluarga. Sebagai teladan utama kehidupan sebelum guru dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam di lingkungan masyarakat.

  Gunarsa (1995:3) menyatakan bahwa mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan satu tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan. Telah banyak usaha yang dilakukan orang tua maupun pendidik untuk mencari dan membekali diri dengan pengetahuan- pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan anak.

  Dalam QS At-Tiin ayat 4 Allah SWT befirman:

        

  Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam

  bentuk yang sebaik-baiknya ”.

  Pada dasarnya manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna karena manusia telah diberi akal sebagai alat untuk berpikir.

  Manusia juga adalah makhluk yang tertinggi dan mulia. Namun tidak semua manusia terlahir dengan kesempurnaan karunia Tuhan. Sebagian diantara mereka terdapat yang memiliki kelainan sehingga menghambat perkembangan mereka. Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan kelainan yang ia miliki selalu membawa keburukan. Padahal dengan penanganan yang khusus dan maksimal nantinya akan tergali bakat dan potensi yang dimilikinya.

  Dalam realita sekarang, terdapat sebagian orang tua yang memiiki anak “berbeda” merasa malu, putus asa, kecewa dan pasrah hanya menerima sebagai takdir yang diberikan kepada mereka tanpa melakukan hal apapun yang terbaik untuk anaknya. Banyak juga yang merasa bahwa memiliki anak yang berkebutuhan khusus adalah sebuah kesia-siaan. Meskipun nantinya mereka juga mampu tumbuh besar, namun tetap saja mereka tidak mampu menggantikan sebagai tulang punggung keluarga.

  Dalam wikipedia Indonesia (Pratiwi, 2013:14) mengartikan anak yang memiliki kelainan atau biasa disebut dengan anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

  Anak yang menunjukkan pada ketidakmampuan mental disebut dengan tunagrahita. Tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya. Mereka mengalami keterlambatan dalam segala bidang, dan itu sifatnya permanen. Rentang memori mereka pendek terutama yang berhubungan dengan akademik, kurang dapat berpikir abstrak dan pelik (Apriyanto, 2012:21).

  Sedangkan menurut Smart (2012:49) tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata.

  Tunagrahita ditandai dengan ketebatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

  Aqila Smart (2012:33) mengungkapkan sebagai orang tua anak berkebutuhan khusus (ABK) pastilah merasakan bahwa anaknya memang berbeda. Namun, perbedaan itu bukanlah suatu kekurangan bagi anak. Maka, untuk mencapai bakatnya, orang tua harus memahami anaknya.

  Anak tunagrahita merupakan satu dari golongan anak luar biasa. Adapun golongan anak luar biasa yaitu tunanetra (penyandang hambatan penglihatan), tunarungu (penyandang hambatan pendengaran), tunagrahita (penyandang gangguan perkembangan intelegensi), tunadaksa (penyandang hambatan fisik dan gerak), tunalaras (berperilaku aneh), anak berbakat dan anak berkesulitan belajar.

  Walaupun sang anak memiliki keterbelakangan mental yang kemudian mengakibatkan kemandirian anak tidak berkembang sesuai usianya dan juga memiliki kelainan dalam hubungan sosialnya. Tidak menutup kemungkinan jika para orang tua anak penyandang tunagrahita selalu mendidik, memahami, mengarahkan dan memotivasi anaknya untuk selalu berkembang dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam. Maka sang anak pun akan terbiasa dalam menginternalisasi nilai-nilai itu dengan senang hati dan akan berkembanglah kemandirian serta jiwa sosialnya.

  Hal ini, karena pembinaan moral terjadi melalui pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua. Dalam hal ini agama memiliki peran penting, karena nilai-nilai moral yang datang dari agama bersifat tetap tidak berubah oleh waktu dan tempat. Berbeda dengan moral yang bersumber pada nilai-nilai masyarakat akan berubah karena pengaruh waktu dan tempat (Islamiyah, 2013:73).

  Terkait dengan penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga, sekolah ini memiliki peserta didik dari berbagai jenis keterbatasan khusus. Antara lain, peserta didik yang memiliki keterbatasan dalam berbicara (tunawicara), kelainan intelegensi (tunagrahita), keterbelakangan fungsi gerak dan tubuh (tunadaksa) dan keterbatasan khusus yang lain.

  Namun, diantara seluruh peserta didik berkebutuhan khusus disana mayoritas adalah peserta didik yang memiliki keterbelakangan mental/ intelegensi atau yang biasa disebut dengan tunagrahita.

  Jadi, pada dasarnya, walaupun anak memiliki keterbelakangan intelegensi dan sosial. Mereka tetap memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam memperoleh pendidikan Islam baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Serta, selain mendapatkan pembelajaran di sekolah, khususnya di SMPLB Negeri Salatiga Salatiga, setiap anak juga harus dilatih dan dibimbing pula oleh orang tua, sebagai suri tauladan bagi anak dimanapun dan kapanpun mereka berada agar tertanamlah nilai-nilai pendidikan Islam pada anak.

  Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul

  “Penanaman Nilai-Nilai

Pendidikan Islam oleh Orang Tua pada Siswa Tunagrahita SMPLB

Negeri

  Salatiga”.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

  1. Apakah nilai-nilai pendidikan Islam yang ditanamkan orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga?

  2. Bagaimana metode penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga?

  3. Apakah faktor penghambat dan faktor pendukung dalam penanaman nilai- nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga? C.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan fokus penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka secara umum tujuan dari penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang ditanamkan orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga

  2. Untuk mengetahui metode penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga

  3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga

D. Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

  1. Secara Teoritis a.

  Secara akademik penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya kajian bidang pendidikan Islam, terutama dalam ruang lingkup kajian pendidikan agama Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

  b.

  Memberikan informasi yang jelas tentang bagaimana upaya orang tua dalam menananamkan nilai-nilai pendidikan Islam bagi anak tunagrahita.

  2. Secara Praktis a.

  Bagi orang tua, penelitian ini diharapkan mampu memberi motivasi agar lebih memperhatikan pendidikan agama bagi anak-anaknya, sebagai usaha untuk membina keagamaan anak. Walaupun dengan kondisi anak yang memiliki keterbelakangan mental (seorang tunagrahita).

  b.

  Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan dalam mengatasi problema keagamaan anak.

  Diharapkan masyarakat tidak memandang sebelah mata Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), khususnya para anak tunagrahita dan para orang tua yang telah berusaha dalam mendidik dan memberikan pendidikan terbaik bagi anak tunagrahita. c.

  Bagi para guru, khususnya guru pendidikan agama Islam, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan untuk lebih mengembangkan keagamaan anak berkebutuhan khusus, terutama tunagrahita karena keterbatasan mental dan sosial yang dianggap sebagai penghambat agar anak tunagrahita tersebut dapat lebih mendalami pendidikan Islam dan mampu menanamkannya dimanapun dan kapanpun mereka berada.

E. Penegasan Istilah

  Penegasan istilah dari judul “Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam oleh Orang Tua pada Siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga adalah sebagai berikut: 1.

  Nilai-Nilai Pendidikan Islam Muhaimin (1983:7) mendeskripsikan bahwa nilai adalah sesuatu yang dianggap memiliki harga bagi sekelompok orang tertentu.

  Nilai itu sendiri adalah hakikat suatu hal yang menyebabkan hal itu dikejar oleh manusia. Nilai juga berarti keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.

  Dengan demikian, penanaman nilai-nilai yang dimaksud disini adalah proses penanaman dan penghayatan nilai kedalam jiwa seseorang sehingga dapat tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari seseorang. Nilai yang telah dihayati tersebut kemudian dapat menyatu pada kepribadian seseorang.

  Pendidikan sebagai suatu proses spiritual, akhlak, intelektual dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan (Langgulung, 1988:62).

  Pendidikan adalah suatu usaha yang berproses berisikan bimbingan yang akan mengarahkan seseorang pada perubahan sikap intelektual dan sosial.

  Pendidikan Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai kholifah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran al-

  Qur‟an dan sunnah sehingga terciptanya insan kamil (Arief, 2002:16).

  Menurut Achmadi mendefinisikan pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insan yang berada pada subjek didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam atau dengan istilah lain yaitu terbentuknya kepribadian muslim (Achmadi, 1992:14).

  Adapun menurut Chabib Thoha (1996:99) mendefinisikan pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan berdasaarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam al- Qur‟an dan Hadits.

2. Tunagrahita Anak tunagrahita merupakan satu dari golongan anak luar biasa.

  Adapun golongan anak luar biasa yaitu tunanetra (penyandang hambatan penglihatan), tunarungu (penyandang hambatan pendengaran), tunagrahita (penyandang gangguan perkembangan intelegensi), tunadaksa (penyandang hambatan fisik dan gerak), tunalaras (berperilaku aneh), anak berbakat dan anak berkesulitan belajar.

  Anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya (Apriyanto, 2012:21-28).

  Sementara, pemerintah RI memiliki istilah resmi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1991, yaitu tunagrahita merujuk pada anak- anak yang memiliki keterbelakangan mental (Pratiwi, 2013:46).

  Aqila Smart (2012:49) menuturkan bahwa anak tunagrahita ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

  Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita yaitu seorang yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya dan mempunyai kesulitan dalam berkomunikasi dan interaksi sosial. Sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

F. Tinjauan Pustaka

  Terkait dengan penanaman nilai-nilai pendidikan Islam pada anak tunagrahita hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian penulis diantaranya adalah:

  Penelitian Rizqi Nurul Ilmi tentang Strategi Komunikasi Guru dalam Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama pada Anak Penyandang Tunagrahita di SLB-C Tunas Kasih I Kabupaten Bogor Tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adalah adanya bentuk strategi komunikasi yang digunakan oleh guru untuk mengajar kepada murid penyandang tunagrahita, cara atau strategi yang digunakan berupa metode ceramah yang mana guru terlihat lebih aktif untuk penanaman nilai-nilai agama islam pada anak penyandang tunagrahita di SLB Tunas Kasih I Kabupaten Bogor.

  Komunikasi verbal dan non verbal juga digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Adanya materi agama yang diajarkan kepada murid SLB Tunas Kasih I Kabupaten Bogor, dan materi ajar pun disesuaikan dengan kondisi anak muridnya karena keterbatasan mental yang dimiliki menjadi upaya dan faktor penentu keberhasilan komunikasi guru dalam penanaman nilai-nilai agama pada anak penyandang tunagrahita di SLB Tunas Kasih I Kabupaten Bogor.

  Penelitian V Tri Mulyani W tentang Penanaman Nilai Pada anak cacat mental mampu didik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan guru diharapkan dapat memberikan penjelasan maupun contoh- contoh konkret tentang nilai-nilai baik buruk, berguna tidak berguna, disiplin, jujur, bijaksana, dan sebagainya. Dalam proses penanaman juga, guru diharapkan memberikan penjelasan singkat mengingat anak cacat mental didik sangat miskin dalam perbendaharaan kata, guru akan ditiru oleh siswa, maka guru harus menjadi pelaku dari nilai-nilai tersebut. Guru dalam mengajar hendaknya juga menggunakan berbagai metode. Dalam pemakaian alat peraga misalnya dapat menggunakan warna-warni yang menyolok.

  Penanaman nilai hendaknya dimulai sedini mungkin, sehingga menjadi suatu kebiasaan.

  Penelitian Siti Nur Hidayah tentang Pendidikan Agama Pada Anak Tunagrahita (Studi Terhadap Sistem Pembelajaran PAI di SLB A, B, C, D Muhammadiyah Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Guru di SLB B A,B,C,D Muhammadiyah Susukan dalam menyampaikan, materi kepada siswa menggunakan beberapa metode pembelajaran diantaranya meliputi metode ceramah,tanya jawab, pemberian tugas dan demonstrasi. Selain itu, guru dalam menyampaikan materi kepada siswa dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan dilakukan secara berulang-ulang sampai siswa benar-benar paham terhadap materi yang disampaikan oleh guru.

  Skripsi yang ditulis oleh Siti Farihah, Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Yogyakarta Tahun 2006 yang berjudul “Upaya Orang Tua Dalam Mendidik Anak Autis (Perspektif Pendidikan Islam)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya orang tua dalam mendidik anak autis dalam proses perkembangan motorik, komunikasi, sosial dan kognitif serta metodenya. Hasil dari penelitian menujukkan untuk mendidik perkembangan anak autis, orang tua memberikan terapi-terapi khusus pada empat perkembangan anak autis yaitu melalui terapi okupasi, terapi wicara, sosialisasi, terapi edukasi, reward dan punishment, metode pembiasaan, dan metode cerita.

  Dari beberapa penelitian diatas, memang cukup banyak tulisan ilmiah yang hampir sama dengan tema Penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua. Sehingga dari beberapa penelitian yang ada tersebut dapat saling melengkapi satu sama lain.

  Pada penelitian ini, penulis menekankan tentang penanaman nilai-nilai pendidikan Islam yang diterapkan orang tua pada anaknya yang merupakan anak tunagrahita yang bersekolah di SMPLB Negeri Salatiga G.

   Metode Penelitian

  Metode lahir dari kata methodos (Yunani) atau methodus (Latin); kata ini terbentuk dari kata meta (melampaui) dan hodos (jalan). Kata ini sekurang- kurangnya mengandung dua arti pokok, yaitu (1) jalan atau cara untuk melakukan sesuatu, prosedur tertentu untuk mengajar atau meneliti; (2) keteraturan dan tatanan dalam bertindak, pikiran, sistem untuk melakukan sesuatu. Di dalam metode terdapat jalan, aturan, dan sistem yang mengatur unsur-unsur yang saling terkait dalam satu rangkaian kerja (Chang, 2014: 12)

  Metode penelitian adalah cara yang dipandang sebagai cara mencari kebenaran secara ilmiah. Penelitian ilmiah merupakan penyaluran hasrat ingin tahu manusia (Kasiram, 2008:31). Jadi, secara umum, metode penelitian adalah serangkaian langkah-langkah dan arah yang pasti dalam rangkaian proses penelitian.

  1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

  Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research). Disini penulis mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan penyelidikan secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai masalah yang ada relevansinya dengan penelitian ini.

  Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yaitu kajian berbagai studi dan kumpulan berbagai jenis materi empiris, seperti studi kasus, kisah hidup, pengalaman personal, pengkuan introspektif, wawancara, artifak, berbagai teks dan produksi kultural, pengamatan, sejarah, interaksional, dan berbagai teks visual (Setiawan, 2007: 5).

  Menurut Strauss dan Corbin (2007:4) istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.

  Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga Salatiga yang dalam prosesnya menggambarkan dan menganalisis dari hasil data yang diperoleh peneliti atau menggambarkan permasalah yang akan diteliti secara mendalam.

  2. Kehadiran Peneliti Peneliti kualitatif kedudukan peneliti sebagai instrumen utama.

  Kehadiran peneliti dilapangan untuk melakukan pengamatan dan wawancara mendalam untuk mendapatkan data dari informan yang diperlukan peneliti guna untuk melengkapi data penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti terjun langsung ke lapangan tanpa mewakilkan kehadirannya pada orang lain agar data dari informan didapat secara akurat.

  3. Waktu dan Tempat Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di SMPLB Negeri Salatiga dan di rumah orang tua anak tunagrahita dan dilaksanakan pada tanggal 11 Juni 2016 sampai 20 September 2016. Dengan alasan, peneliti ingin mengetahui bagaimana cara orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam pada anak tunagrahita.

  4. Sumber dan Jenis Data

  Mengungkapkan sebuah karya ilmiah haruslah berdasarkan fakta dan data yang nyata, baik diperoleh secara langsung maupun tidak langsung.

  Untuk itu, dalam penelitian ini dapat memperoleh data melalui data primer dan data sekunder.

  a.

  Data Primer Yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk memperoleh informasi langsung tentang bagaimana cara orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam pada anak tunagrahita.

  Adapun sumber data langsung penulis dapatkan dari para orangtua, anak tunagrahita, guru, dan kepala sekolah SMPLB Negeri Salatiga.

  Dalam hal ini penulis mengambil 10 orang tua wali sebagai responden utama, wakil kepala sekolah, dan guru PAI SMLB Negeri Salatiga sebagai sumber pelengkap.

  b.

  Data Sekunder Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari instansi pemerintah. Data ini dapat berupa buletin, majalah, publikasi dari berbagai organisasi, hasil-hasil studi, hasil survei, studi historis, dan sebagainya. Data sekunder yang diperoleh penulis adalah data siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga dan profil keluarga siswa tunagrahita.

  Penulis menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan para narasumber.

5. Teknik Pengumpulan Data a.

  Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

  Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011:186). Ada kalanya wawancara dilaksanakan secara individu maupun kelompok.

  Adapun teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada anak tunagrahita yang bersekolah di SMPLB Negeri Salatiga dengan pihak- pihak yang terkait.

  b.

  Observasi Metode observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki

  (Sukandarrumidi,2004:69). Metode ini penulis gunakan sebagai alat bantu dalam penelitian.

  Observasi di dasarkan atas pengamatan langsung. Teknik observasi juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mengamati perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Observasi juga dapat memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung di peroleh dari data (Moleong, 2008:174).

  Adapun pada teknik ini penulis gunakan untuk mencari data bagaimana proses penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada anak tunagrahita yang bersekolah di SMPLB Negeri Salatiga Salatiga. Dengan ini, penulis akan mengadakan observasi pada pihak sekolah dan pihak keluarga. c.

  Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik (Sukmadinata, 2012: 221).

  Guba dan Lincoln mendefinisikan antara dokumen dan record. Record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau mengajukan akunting. Sedangkan dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film (Moleong, 2011:216).

  Teknik ini penulis gunakan untuk memuat data atau data gambar tentang bagaimana penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada anak tunagrahita yang bersekolah di SMPLB Negeri Salatiga.

  d.

  Analisis Data Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang di pelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2011: 248).

  Pengumpulan dan analisis data bersifat interaktif, berlangsung dalam lingkaran yang saling tumpang tindih. Langkah-langkahnya biasa disebut strategi pengumpulan dan analisis data. Teknik yang digunakan fleksibel, tergantung pada strategi terdahulu yang digunakan dan data yang telah diperoleh (Sukmadinata, 2012:114).

  Gambar 3.1: Analisis data model interaktif Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif, yakni cara analisis yang menggunakan kata-kata untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang diperoleh dalam suatu penelitian. Pada tahap pertama, peneliti sebisa mungkin untuk memperoleh data sebanyak- banyaknya yang berkaitan dalam penelitian, dimana peneliti mengumpulkan berbagai data dari orang tua siswa tunagrahita dan dari pihak SMPLB Negeri Salatiga.

  Setelah itu, data-data yang telah diperoleh kemudian direduksi dengan memilah, memusatkan dan menyederhanakan data yang sudah diperoleh sebelumnya. Miles (1992:16) mengungkapkan bahwa proses reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian kualitatif berlangsung. Melalui tahap ini, akan terlihat mana saja data yang diperlukan untuk mengetahui bagaimana penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga.

  Setelah direduksi, data yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi maupun narasi, karena jenis penelitian yang peneliti lakukan yaitu kualitatif deskriptif. Setelah penyajian data disusun secara sistematis, dilanjutkan tahap selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan sesuai rumusan masalah yang ditetapkan pada awal penelitian.

6. Pengecekan Keabsahan Temuan

  Lexy J.Moleong (2011: 326-327) mengungkapkan masing-masing teknik pengecekan diuraikan terlebih dahulu ikhtisarnya. Ikhtisar itu terdiri dari kriteria yang di cek dengan satuatau beberapa teknik pengecekan tertentu. Kriteria-kriteria mencakup kredibilitas (derajat kepercayaan), kepastian (uraian rinci), kebergantungan, dan kepastian (audit kepastian).

  Peneliti mengupayakan keabsahan data dengan cara mendalami wawancara secara kontinyu, sambil mengenali subjek dan memperhatikan suatu peristiwa secara lebih cermat. Hasil analisis sementara selalu dikonfirmasikan dengan informasi baru yang diperoleh dari sumber lain.

  Prosedur ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda, misalnya observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang masing- masing dibandingkan sebagai upaya pengecekan temuan.

  Dalam memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2009:331).

  Ada dua macam trianggulasi yang digunakan, yaitu :

  1) Trianggulasi sumber data

  Trianggulasi sumber data untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2011:241).

  2) Trianggulasi metode

  Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2011:331)

7. Tahap-tahap Penelitian

  Tahap ini terdiri atas tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.