DINAMIKA KOMUNIKASI ORGANISASI (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Satuan Kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut ) - repo unpas

PENDAHULUAN Konteks Penelitian

  BNN (Badan Narkotika Nasional) merupakan lembaga non-kementrian yang berada di bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada presiden Republik Indonesia , lembaga vertikal ini memiliki kewenangan khusus dalam peredaran narkotika, mengawasi bagaimana peredaran narkotika di Indonesia. Dengan tugas dan tanggung jawab yang besar untuk menyelamatkan bangsa Indonesia dari narkotika, keberadaan dan peran BNN diharapkan mampu menunjukan kualitas terbaik dari berbagai aspek yang tidak bisa lepas dari hubungan antar manusia yang ada di dalamnya.

  Diperlukan komunikasi untuk keberfungsian organisasi agar mampu mendefinisikan tujuan, menggambarkan peran dan tanggung jawab anggota, mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan, membentuk jaringan informasi dan mengembangkan budaya serta iklim organisasi yang keseluruhannya mampu memandu perilaku para anggota (Brent & Lea, 2016:325).

  Melihat dari latar belakang pegawai Badan Narkotika Nasional (BNN) yang berbeda, akan mampu membentuk perilaku organisasi yang ada di lingkup organisasi Badan Narkotika Nasional (BNN). Perilaku organisasi fokus pada tiga tingkatan analisis, yaitu tingkat individu, tingkat kelompok, dan tingkat organisasi. Tiga tingkat analisis ini harus dipertimbangkan untuk memahami dinamika perilaku dan komunikasi dalam organisasi yang begitu komplek (Greenbrerg dan Baron, 2003:8).

  Tiga tingkat analisis dalam perilaku dan komunikasi organisasional sama dengan balok balok bangunan, di mana setiap tingkat berdiri di atas tingkat sebelumnya. Tingkat kelompok berdiri di atas tingkat individu, sedangkan tingkat organisasi berdiri di atas tingkat kelompok dan tingkat individu. Hal ini berarti bahwa tiga level analisis dalam perilaku organisasional akan bergerak dari tingkat individu menuju tingkat kelompok, dan akhirnya ke tingkat organisasi (Robbins dan Judge, 2007:106).

  Organisasi dan berbagai aktifitas di dalamnya termasuk perilaku keorganisasian memerlukan komunikasi untuk membantu manusia berinteraksi (Simon 1977:72). Salah satu tantangan yang dihadapi oleh sebuah organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi ke seluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi.

  Aliran komunikasi dalam sebuah organisasi dibagi menjadi empat arah aliran yang berbeda yaitu komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horizontal dan komunikasi lintas saluran (Pace dan Faules, 2001 dalam Robbins dan Judge, 2007:109).

  Jumlah pegawai Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) yang tercatat sampai dengan tahun 2016 sebanyak 5.727 orang pegawai, terdiri dari 585 orang Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Organik/ pusat BNN, 2680 Pegawai Negeri Sipil (PNS) Organik/ Pusat BNN, 1052 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintahan Provinsi atau Kabupaten/ Kota yang dipekerjakan atau diperbantukan, 1407 orang Anggota Kepolisian Republik Indonesia yang ditugaskan, dan 2 orang Anggota Tentara Nasional Republik Indonesia yang ditugaskan.

  Adapun yang tercatat di Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut (BNNK Garut) tahun 2016 yakni terdiri dari 7 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), 16 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dipekerjakan atau diperbantukan dari Pemerintah Kabupaten Garut, 3 orang Anggota

  Kepolisian Republik Indonesia yang ditugaskan, dan sebanyak 13 orang honorer/ pegawai kontrak.

  Pergantian pucuk pimpinan dalam organisasi Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut terhitung tahun 2011 sudah terjadi sebanyak 3 kali sampai sekarang. Hal ini menguatkan bahwa perbedaan latarbelakang pegawai menjadi sebuah pola perilaku organisasi yang terjadi pada organisasi Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut.

  Perubahan pucuk pimpinan ini juga menjadi hal yang tak terpisahkan dari iklim organisasi yang juga mengalami perubahan. Kepangkatan AKBP di tingkat kabupaten itu sendiri sekelas dengan Kapolres. Berbeda saat kepemimpinan sipil yang setara dengan kepala bidang di sebuat instansi/ SKPD.

  Pada bulan September 2014, Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut menjalani pemeriksaan kasus tertentu oleh tim inspektorat utama BNN RI terkait laporan internal yang dilayangkan atas penyimpangan jabatan yang dilakukan oleh pimpinan Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut. Hal ini membuktikan adanya kisruh internal yang terjadi selama kepemimpinan AKBP. Widayati, BA. Hasil tim pemeriksa kasus tertentu Inspektur Utama BNN RI sehingga unsur – unsur yang ada di menyimpulkan bahwa telah terjadi dalam sebuah organisasi bisa tumbuh penyimpangan atas jabatan kepala bersama, membangun motivasi, Badan Narkotika Nasional Kabupaten menyikapi konflik dengan baik dan Garut hingga BNN RI memutuskan menghindari kesalahpahaman guna pergantian pimpinan dalam organisasi mencapai visi dan misi organisasi Badan Narkotika Nasional Kabupaten sesuai dengan yang diharapkan. Garut.

  Fokus Penelitian

  Terhitung bulan Maret 2015 s/d Adapun yang menjadi fokus pada sekarang Badan Narkotika Nasional penelitian kali ini adalah Kabupaten Garut dipimpin oleh Drs. menitikberatkan pada bagaimana

  Anas Saepudin, M.Si, seorang dinamika komunikasi dalam organisasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang yang terjadi di satuan kerja Badan berasal dari pusat/ organik dengan Narkotika Nasional Kabupaten Garut. tingkat kepangkatan eselon III B.

  Pertanyaan Penelitian

  Penelitian ini diharapkan mampu

  1. Bagaimana proses komunikasi memberikan penjelasan yang nyata terkait manfaat komunikasi dalam dalam organisasi dilihat dari aspek souce (sumber)/ sebuah organisasi. Bahwasannya salah komunikator, receive satu ciri komunikasi organisasi yang

  (penerima pesan)/ komunikan, paling nyata adalah konsep hubungan yang terjalin antar anggota komunikasi chanel (media saluran) dan message (pesan) yang terjadi di dalam hal saling bergantung, satuan kerja Badan Narkotika mempengaruhi, hingga mampu melahirkan iklim dan budaya Nasional Kabupaten Garut ?

  2. Bagaimana proses organisasi yang sehat dan menunjang pengorganisasian dilihat dari terhadap visi misi sebuah organisasi

  (Goldbaher, 1979 : 14). aspek tahapan komunikasi organisasi dan perilaku A.G. Smith (1973) menjelaskan organisasi/ manusia yang bahwa empat fungsi dasar yang terjadi di satuan kerja Badan dilakukan pelaku komunikasi organisasi adalah untuk Narkotika Nasional Kabupaten

  Garut? menghubungkan, menyimpan,

  Tujuan Penelitian

  merentangkan dan mengendalikan

  1. Untuk mengetahui proses komunikasi dilihat dari aspek souce (sumber)/ komunikator, receive (penerima pesan)/ komunikan, chanel (media saluran) dan message (pesan) yang terjadi di satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut.

  2. Untuk mengetahui proses pengorganisasian dilihat dari aspek tahapan komunikasi organisasi dan perilaku organisasi/ manusia yang terjadi di satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut.

  Manfaat Penelitian

  Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menemukan prinsip-prinsip dasar kajian ilmu komunikasi dengan menggunakan komunikasi organisasi, serta memberikan kontribusi sebagai bahan referensi keilmuan komunikasi yang erat kaitannya dengan budaya dan iklim organisasi sebagai faktor penting dalam mencapai tujuan suatu organisasi.

  Manfaat Praktis Penelitian ini mampu menjadi bahan acuan untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dasar ilmu komunikasi yang mengutamakan proses dan penerapan dalam komunikasi organisasi dalam menyikapi dinamika dan berbagai kondisi yang komunikasi organisasi yang terjadi.

  Waktu dan Tempat Penelitian

  Jadwal Penelitian Penelitian ini berlangsung dan dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan kurun waktu penelitian selama 6 (enam) bulan terhitung mulai januari s/d juni 2017.

  Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dalam penellitian ini adalah Jl. Patriot No

  3 A Tarogong Kidul Garut.

  METODE

  Metode penelitian yang sesuai dengan penelitian yang penulis lakukan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian dengan menggunakan metode ilmiah untuk mengungkapkan suatu fenomena dengan cara mendeskripsikan data dan fakta melalui kata-kata secara menyeluruh terhadap subjek penelitian.

  Teknik Analisis Data

  Metode analasis data digunakan sebagai alat analisis terhadap subjek penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data kualitatif Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Miles dan Huberman, 2009 : 16).

  Penjelasan dari tiga komponen di atas adalah:

  1. Reduksi Data : Reduksi Data adalah bukan hanya membuang data yang tidak diperlukan, melainkan merupakan upaya yang dilakukan oleh peneliti selama analisis data dilakukan dan merupakan langkah yang tidak terpisahkan dari analisis data.

  2. Penyajian Data : Penyajian data melibatkan langkah mengorganisasikan data yaitu menjalin data yang satu dengan data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis dalam satu kesatuan.

  3. Penarikan Kesimpulan

  (Conclusion Drawing/ verification): Peneliti pada

  dasarnya mengimplementasikan prinsip induksi dengan mempertimbangkan pola – pola yang ada atau kecenderungan dari display data yang di buat.

  Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

  Setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan teknik pemeriksaan keabsahan data. Teknik ini merupakan cara yang digunakan untuk mengukur keobjektifan data yang diperoleh. Dalam penelitian ini menggunakan trangulasi dengan sumber, dimana teknik pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda yang digunakan oleh peneliti. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang menggunakan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang telah dikumpulkan (Moleong, 1995:178).

  Adapun langkah-langkah yang peneliti gunakan adalah:  Membandingkan data dari hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

   Membandingkan hasil wawancara antara informan dengan isi dokumen yang berkaitan dengan objek yang diteliti.

  Teknik Pengumpulan Data

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa langkah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, antara lain :

  1. Studi Kepustakaan (Library

  Research)

  Tehnik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan mengkaji literatur- literatur, pendapat-pendapat serta pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam media cetak khususnya buku-buku dan jurnal elektronik lainnya yang ada hubungannya dengan penyusunan tesis ini.

  2. Studi Lapangan (Field Research) Cara memperoleh data dengan mengadakan penelitian secara langsung ke perusahaan/ organisasi yang sedang diteliti dengan mengandalkan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

  Subjek Penelitian

  Subjek penelitian ditentukan berdasarkan orang yang dianggap paling tahu tentang informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, sehingga akan memudahkan peneliti dalam menelusuri situasi yang diteliti. Peneliti menentukan subjek penelitian berdasarkan permasalahan yang akan diteliti tentang dinamika komunikasi organisasi di lingkungan Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut. Maka, subjek penelitiannya Pegawai Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut. Sehingga, peneliti menentukan subjek utama dalam penelitian ini berjumlah 7 orang.

  Pemilihan subjek penelitian atau responden berdasarkan orang yang dianggap paling tahu, mewakili keberasaan unsur yang ada di lingkungan Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut dan atas pertimbangan tertentu memiliki informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Maka, alasan pengambilan tujuh orang pegawai Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut sebagai subjek penelitian berdasarkan bahwa tujuh orang pegawai Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut ini mewakili dari mana mereka berasal dan mewakili peran mereka dalam struktur organisasi.

  Subjek penelitian sebanyak tujuh orang ini diharapkan dapat mengungkapkan informasi - informasi dan data yang lengkap dan terperinci tentang dinamika komunikasi organisasi yang terjadi dalam lingkup Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut.

  Peneliti akan memberikan pemaparan mengenai pertanyaan- pertanyaan penelitian terkait proses komunikasi dalam organisasi dilihat dari aspek souce (sumber),

  receive (penerima pesan), chanel

  (media saluran) dan message (pesan). Peneliti membahas mengenai perilaku organisasi dilihat dari aspek tahapan komunikasi organisasi dan sifat organisasi/ manusia.

  Dalam proses penelitian, peneliti melakukan observasi terhadap proses komunikasi dan perilaku organisasi yang berlangsung di satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut serta melalui tahap wawancara mendalam dengan para informan penelitian yang peneliti anggap sebagai informan yang cocok dalam penelitian. Dalam melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu melakukan observasi terhadap narasumber. Hal tersebut dilakukan guna memperoleh sedikit gambaran mengenai narasumber sebelum melakukan wawancara.

  Gambaran Umum Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut

  Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut dibentuk pada tanggal 19 April 2011 bersamaan dengan dilantiknya Bapak Agus Juanda , SH. M. Si berdasarkan SK Kepala BNN RI Nomor : KEP/51/IV/2011/BNN.

  Dengan ditetapkannya sejumlah personil yang dipekerjakan dari Pemerintah Kabupaten Garut sejumlah 11 Orang dibawah kepemimpinan Bapak Agus Juanda, SH. M. Si sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut.

  Pembangunan gedung Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut yang beralamat di Jl. Patriot No. 3A berdiri di atas tanah hibah dari Pemerintah Kabupaten Garut seluas 600 M2 terhitung sejak bulan Nopember 2011 dan diresmikan pada tanggal 5 Mei 2012.

  Berdasarkan SK Kepala BNN RI Nomor : KEP/265/IX/2013/BNN pada tanggal 05 September 2013, kepala Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut digantikan oleh AKBP. Widayati, BA dengan jumlah personil sebanyak 36 Orang yang terdiri dari PNS Pusat/ organik BNN RI 7 Orang, PNS Daerah Kabupaten Garut yang dipekerjakan sebanyak 15 Orang dan anggota kepolisian yang di BKO kan sebanyak 3 Orang serta tenaga Terlepas dari kondisi Outsourching sebanyak 11 Orang. komunikator dan juga latar belakang perbedaan kedinasan

  Aspek Komunikator Pada Proses

  pegawai yang ada di satuan kerja

  Komunikasi Organisasi di Satuan Kerja

  Badan Narkotika Nasional

  Badan Narkotika Nasional Kabupaten

  Kabupaten Garut, komunikasi

  Garut

  organisasi secara formal memiliki Komunikator adalah stand Tata Naskah sesuai Surat seseorang yang memberikan pesan

  Edaran Peraturan Kepala Badan atau informasi dalam sebuah Narkotika Nasional Kabupaten komunikasi termasuk komunikasi Nomor 15 Tahun 2011 Tentang organisasi. Hal ini tidak terlepas Tata Naskah Dinas di Lingkungan dari kondisi atau keberadaan Badan Narkotika Nasional dengan komunikator sebagai pelaku Pedoman Tata Naskah Instansi komunikasi itu sendiri mulai dari Pemerintah dari Menteri perbedaan persepsi, perbedaan Pendayagunaan Aparatur Sipil pengalaman, perbedaan keadaan Negara dan Reformasi Birokrasi emosi, keterampilan Republik Indonesia. mendengarkan, perbedaan status, pencairan informasi, penyaringan

  Aspek Komunikan Pada Proses informasi. Komunikasi Organisasi di Satuan Kerja

  Dari beberapa informan

  Badan Narkotika Nasional Kabupaten

  yang ditemui oleh peneliti, faktor

  Garut

  internal individu itu sendiri sebagai Komunikan adalah orang yang komunikator yang memberikan mendapatkan pesan dari komunikator peran terhadap proses komunikasi melalui media. Penerima adalah organisasi yang berlangsung. elemen yang penting dalam

  Perbedaan latar belakang kedinasan menjalankan sebuah proses pegawai yang beragam di Badan komunikasi. Karena, penerima Narkotika Nasional Kabupaten menjadi sasaran dari komunikasi Garut tidak lantas membentuk gap tersebut. Efektifitas sebuah dalam proses komunikasi komunikasi termasuk komunikasi organisasi. organisasi akan bisa terlihat dengan cara memperhatikan respon dari ketersinggungan cukup tinggi terlebih ketika porsinya penerima pesan. dikembalikan pada latar Sama seperti kondisi proses belakang kedinasan pegawai.

  Contohnya saja dengan adanya komunikasi yang dilihat dari aspek Surat Edaran terbaru Nomor : komunikan, ada beberapa faktor baik SE/ 71/ V/ KA/ HK.01.08/2017/BNN tentang itu secara internal dan eksternal dari Penggunaan Seragam Dinas di pelaku komunikasi. Peneliti berhasil Lingkungan Badan Narkotika Nasional. Dimana pada hari mewawancarai Kepala Badan selasa seragam yang berlaku

  Narkotika Nasional Kabupaten Garut membuat perbedaan semakin mencolok karena disesuaikan Bapak Drs. Anas Saepudin, M.Si dengan dari mana asal selaku informan. Berikut cuplikan kedinasan masing masing pegawai” (Wawancara, 15 Mei wawancaranya :

  2017) “BNN merupakan

  Aspek Pesan Pada Proses Komunikasi

  instansi vertikal yang memiliki keunikan tersendiri, latar

  Organisasi di Satuan Kerja Badan

  belakang kedinasan yang

  Narkotika Nasional Kabupaten Garut

  berbeda sudah barang tentu telah membentuk kebiasan dan Sesuai yang dipaparkan pada juga etos kerja para pegawai bab sebelumnya bahwa ada 3 (tiga) dan yang bisa jadi berpotensi konflik dan hambatan dalam tujuan utama dari komunikasi mewujudkan visi dan misi organisasi yaitu : (1) sebagai tindakan BNN sebagai garda terdepan dalam mencegah dan organisasi, (2) membagi informasi, dan memberantas bentuk kejahatan (3) menampilkan perasaan dan emosi.

  extra ordinary crime. Sebagai

  pimpinan saya sendiri perlu Tujuan dari komunikasi itu sendiri bisa menyikapi dan mengambil dikemas melalui pesan komunikasi tindakan yang tepat dalam membangun iklim organisasi sehingga mampu mencapai apa yang yang baik ditengah kondisi diharapkan dari tujuan utama pegawai yang berbeda beda.

  Secara formal para pegawai komunikasi organisasi. cukup memegang teguh aturan

  Pesan adalah isi dari yang ada, contohnya saja dalam bentuk pelaporan komunikasi yang memiliki nilai dan kegiatan sebagai bentuk disampaikan oleh seseorang komunikasi non verbal namun untuk membangun suatu

  (komunikator). Pesan bersifat organisasi yang solid juga menghibur, informatif, edukatif, dibutuhkan kekompakan yang harus melalui proses yang persuasif, dan juga bisa bersifat tidak mudah disini. Tingkat propaganda. Pesan disampaikan melalui 2 cara, yaitu Verbal dan Badan Narkotika Nasional T.A 2017. Nonverbal. Bisa melalui tatap muka Jakarta, 17 Oktober 2016 di Tanda atau melalui sebuah media komunikasi. Tangani oleh Gatot Subiyaktoro

  Melihat dari teori tersebut, Sekretaris Utama Badan Narkotika peneliti mencoba menggali informasi Nasional Republik Indonesia, (2) Surat terkait bagaimana pesan yang ada Edaran Nomor: SE/ 25/ II/ SU/ dalam suatu proses komunikasi KP.03.02/ 2017/ BNN Tentang organisasi di satuan Kerja Badan Penyelenggaraan Seleksi Calon Peserta Narkotika Nasional Kabupaten Garut. Diklat PIM Tk. I Di Lingkungan Berikut cuplikan wawancara peneliti Badan Narkotika Nasional T.A 2017. dengan informan : Jakarta, 14 Februari 2017 di Tanda Menurut Drs. Anas Saepudin, M.Si : Tangani oleh Gatot Subiyaktoro

  “Ada beberapa surat Sekretaris Utama Badan Narkotika yang bisa dijadikan Nasional Republik Indonesia, (3) Surat percontohan bagaimana pesan verbal melalui surat dimaknai Edaran Nomor: SE/ 30/ III/ SU/ para pegawai disini. Saya

  KP.03.02/ 2017/ BNN Tentang sendiri sebagai pimpinan menyikapi pesan – pesan Penyelenggaraan Seleksi Program organisasi dari pusat dengan

  Pendidikan dan Pelatihan penuh pertimbangan. Karena ada banyak hal – hal sensitif Kepemimpinan Tk. III Bagi Anggota yang jika penyampaiannya

  POLRI Penugasan Badan Narkotika kurang tepat bisa menimbulkan konflik, coba bisa Nasional. Jakarta, 02 Maret 2017 di dikoordinasikan dengan bu Ai

  Tanda Tangani oleh Gatot Subiyaktoro bagian Tata Usaha untuk arsip suratnya” (Wawancara, 29 Mei Sekretaris Utama Badan Narkotika 2017).

  Nasional Republik Indonesia, dan (4) Peneliti mendapatkan 4 (empat)

  Surat Edaran Nomor: SE/ 33/ III/ RO/ arsip surat sebagai salah satu pesan KP.03.02/ 2017/ BNN Tentang formal secara verbal yang dijadikan Penyelenggaraan Program Beasiswa S- bahan untuk dipertanyakan kepada

  2 Ketahanan Nasional Bagi Pegawai di para informan. Diantaranya yakni : (1) Lingkungan Badan Narkotika

  Surat Edaran Nomor: SE/ 66/ X/ SU/ Nasional. Jakarta, 15 Maret 2017 di

  KP.03.02/2016/BNN Tentang Tanda Tangani oleh Dunan Ismail Asja

  Penyelenggaraan Seleksi Program Kepala Biro Kepegawaian dan

  Beasiswa Rintisan Gelar Dalam Negeri Organisasi Badan Narkotika Nasional

  Kajian Stratejik P4GN Di Lingkungan Republik Indonesia.

  Isi Surat Edaran sebagai pesan dari bentuk komunikasi formal di dalam organisasi Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut kepada seluruh pegawai banyak menerima respon yang berbeda dari setiap informan, berikut cuplikan wawancara peneliti dengan beberapa informan: Menurut Ipan Soeparsono, SH:

  “Ini bisa dibilang keunggulan dari organik murni, mendapatkan hak secara utuh dan penuh. BNN itu milik kami dan sudah tentu BNN dimasa yang akan dapat ditentukan oleh kami, jadi kami dari awal sudah dibentuk secara prioritas untuk menjadi bagian terpenting dari instansi yang merupakan tempat lahir kami. Bagaimanapun perbedaan yang terjadi di lingkungan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut, tetap saja kualitas pegawai organik murni akan sangat menjadi andalan di setiap satuan kerja di lingkup Provinsi, Kabupaten/ Kota. Hampir sebagian besar kesempatan pengembangan karier melalui diklat, beasiswa, pelatihan dan lain sebagainya selalu menyertakan syarat utama prioritas bagi PNS Organik. Semoga ini bisa menjadi motivasi bagi saya dan keluarga BNN organik lainnya untuk pengembangan kualitas kerja dan kemampuan yang maksimal.” (Wawancara, 23 Mei 2017). Menurut Deri Yudiana, SE:

  “Tidak bisa dipungkiri, bahwa status menentukan segala sesuatunya, meskipun BNNK Garut dibawah kepemimpinan Bapak Drs.

  Anas Saepudin, M.Si sudah jauh lebih kompak dan minim konflik tapi tetap saja dari pusat sendiri terkesan ada pengkotakan status, tapi iya mau bagaimana lagi, saya dan rekan rekan honorer lainnya juga bukan tidak mau berkembang tapi mungkin belum saatnya, sistem bisa saja berubah begitupun kebijakan iya tergantung yang punya kuasa saja. Tapi melihat dari pengalaman, saya sendiri termasuk pegawai honorer yang mendapat kesempatan karier, sejak awal bergabung saya hanya tenaga keamanan (security) alhamdulilah begitu saya selesai kuliah S-1 dengan latar belakang pendidikan manajemen pihak kantorpun mempertimbangkan dan member saya kesempatan untuk menjadi staf administasi di bidang rehabilitasi, sudah sepantasnya saya memberikan kontribusi yang lebih baik untuk keberlangsungan program di BNNK Garut.” (Wawancara, 26 Mei 2017).

  Menurut Kompol Tinnie Supartini: “Warna coklat masih menduduki porsi terkuat di level pusat, namanya juga polisi iya jiga korsanya cukup tinggi, hulunya naik sampai ekor kena dampak positifnya, alhamdulilah saya sendiri merasakan bagaimana BNN juga memberikan banyak kesempatan untuk para anggota kepolisian untuk mengembangan kualitas dirinya, kariernya, artinya Menurut drg Ervina Said Limi, MARS: “Agak ngenes sih yan, ceritanya begini, tahun 2016 lalu itu kan saya dan penyuluh

  Setelah peneliti menggali informasi dari beberapa narasumber, peneliti mencoba menemui kembali pimpinan Bapak Drs. Anas Saepudin, M.Si untuk mengetahui tanggapan dan respon beliau terkait hasil wawancara peneliti dengan para informan. Berikut cuplikan wawancaranya:

  kami harus bisa mempertanggungawabkan hal tersebut dengan cara salah satunya bekerja dengan lebih baik lagi meskipun bumi tempat kami lahir dan besar bukan di BNN tapi BNN adalah bumi kami sekarang, tugas kami lebih spesifik yaitu pemberantasan peredaran dan penyalahgunaan narkoba dari bumi pertiwi ini. Keberadaan kami sebagai anggota harus memberikan hal yang positif dan bermanfaat bagi BNN khususnya BNNK Garut” (Wawancara, 26 Mei 2017).

  “Berbagai upaya saya lakukan agar kondisi perbedaan yang ada yang juga terkadang diperkuat oleh aturan atau kebijakan pusat membuat kesan gep diantara pegawai BNNK Garut tidak mencuat dan menimbulkan konflik internal. Karena bagaimanapun, BNNK Garut adalah salah satu satuan kerja yang memiliki sejarah yang rumit terkait pihak pihak yang bertikai secara internal. Pergantian pucuk pimpinan secara mendadak, atau kasus aduan surat kaleng ke bagian inspektorat sudah pernah terjadi di sini. Tugas yang diemban BNN cukup berat, tapi akan semakin berat jiga kondisi internalnya belum bisa sejalan seirama. Nilai - nilai kebersamaan, kekeluargaan, kesatuan dan kekompakan harus terus dibina agar bisa menunjang terhadap tugas dan kinerja BNN bagi terwujudnya Garut bersih narkoba. Perbedaan yang ada bisa

  • – penyuluh lainnya ikut seleksi inpasing jabatan fungsional penyuluh menpan tuh, mulai dari ngurus persyaratan administrasi dllnya. Hanya kisaran 60% an lah yang lulus seleksi administrasinya, terus belum juga test tulis dan wawancaranya, sampai ditahap pengumuman kelulusannya serta nilai untuk penentuan angka kredit awal, kisaran 53% an yang lulus sampai tahap akhir. Otomatis ada kuota setengahnya dong iya buat posisi jabatan fungsional penyuluh. Saya pikir temen – temen yang ngga lolos diikut sertakan lagi di tahun anggaran 2017 sekarang, eh taunya ada telegram yang muncul untuk skep jafung banyak anggota polisi yang masuk, coklat masih mendominasi di BNN jadi sipilnya masih rasa cokelat hehehe, semenjak kepemimpinan buwas anggota jadi skala prioritas bahkan terkesan BNN dijadikan tempat untuk naik pangkat saja bagi anggota, selebihnya iya kalau udah naik pangkat iya balik lagi ke kandangnya.” (Wawancara, 17 Mei 2017)
disiasati dengan keberagaman Laporan Keuangan, Disposisi kemampuan yang mempuni Tertulis, Surat Keputusan, Surat disetiap personil BNNK Garut, saya yakin semuanya akan bisa Teguran, Surat Peringatan). terlaksana jika semua saling

  Media Center Pegawai berupa  mengingatkan dan tentu menjalin komunikasi yang baik group WA BNNK Garut yang dan berkesinambungan.” digunakan secara resmi untuk (Wawancara, 26 Mei 2017). bentuk komunikasi pegawai

  Aspek Pesan Pada Proses Komunikasi

  dengan pegawai, pegawai dengan

  Organisasi di Satuan Kerja Badan pimpinan . Narkotika Nasional Kabupaten Garut

  Lantas bagaimana respon pegawai BNNK Sebuah saluran komunikasi terdiri atas 3

  Garut terkait penggunaan media formal bagian. Lisan, Tertulis, dan Elektronik. yang ada di BNNK Garut dalam sebuah

  Media disini adalah sebuah alat untuk komunikasi organisasi, peneliti kembali mengirimkan pesan tersebut. Pesan mencari informasi kepada para informal, informasi formal pada dasarnya berikut cuplikasi wawancara peneliti merupakan pesan yang dikirim secara dengan informan: resmi melalui bentuk surat, email, memo,

  Menurut Kania Ratna Nursita: disposisi, dll. Sedangkan media verbal “Secara kedinasan yang dikirim melalui lisan berbentuk komunikasi melalui surat koordinasi, perintah langsung, dll. sudah dianggap paling efektif saya rasa, meskipun human

  Secara internal BNNK Garut memiliki eror kadang menjadi hambatan jumlah personil secara keseluruhan sebagai dalam efektifitas pesan yang disampaikan, seperti arsip yang 35 orang mulai dari kepala BNNK Garut hilang atau disposisi yang sampai dengan tenaga kebersihan. Dengan terlambat. Namun sejauh ini segala sesuatunya berjalan demikian secara umum pola komunikasi sebagai mana mestinya. organisasi baik itu formal ataupun

  Pegawai yang bertugas untuk urusan surat menyurat informal bisa dengan mudah dilakukan khususnya untuk internal juga mengingat cakupan yang tidak terlalu luas dirasa cukup gesit untuk memastikan bentuk disposisi dengan dengan yang tidak terlalu banyak atau surat perintah sampai dan juga. diketahui oleh pihak yang bersangkutan” (Wawancara, 16

  Media komunikasi formal yang ada di Mei 2017)

  BNNK Garut berupa: Menurut H. Adi Rustawa, S.Sos:

   Surat (Surat Edaran, Surat “Saya beberapa kali mendapat instruksi yang seolah dadakan dari pimpinan khususnya untuk permintaan penyuluhan dari masyarakat terlebih di hari libur. Bisa jadi karena surat permintaan dari masyarakat hilang di lobby atau disposisinya lupa di copy. Saya dan staf penyuluh di bidang pencegahan berupa untuk lebih aktif berkoordinasi agar hal – hal yang bisa menghambat bisa teratasi. Kembali lagi pada usaha setiap pegawai untuk lebih responsif dalam menyikapi kondisi yang ada.” (Wawancara, 21 Mei 2017)

  Menurut drg Ervina Said Limi, MARS: “Memang betul yang tadi saya dengar dari pa Kasie

  (H. Adi Rustawa, S.Sos) team kami sering jadi korban dadakan, kalau harus egois sih saya ngga mau kerja maen dadakan mana penyuluhan kan butuh persiapan, dengan lokasi yang jaraknya tidak dekat pula. Tapi ya bagaimana lagi citra BNN tetap dipertaruuhkan ketika sebuah permintaan tidak dilayani dengan baik. Selain itu juga keberadaan WA group BNNK Garut dulu pernah jadi mubazir keberadaannya ketika yang di share adalah hal hal lelucon atau becandaan becandaan saja, jadi malas saya aktifkan notifnya, tapi sudah ada perubahan sekarang. Sama itu satu lagi, tugas saya penyuluh, bukan perkara surat perintah untuk dapat honor, tapi juga ini perkara angka kredit saya bisa berlaku jiga kelengkapan administrasi seperti sprint ada. Nah sayangnya hal ini kurang didukung oleh pihak yang bertanggungjawab terkait surat menyurat jadinya saya suka bikin sendiri itu surat perintah. Demi angkat kredit jafung saya, semuanya saya usahakan serba sendiri. Kembali ke individu masing – masing kalau urusan mental bekerja, bukan dari latar belakang kedinasan sih kalau menurut saya”

  Proses Pemeranan dalam Pengorganisasian di Satuan Kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut.

  Proses pemeranan dalam pengorganisasian, yakni pendefinisian situasi, atau mengumpulkan informasi yang tidak jelas dari luar. Ini merupakan perhatian pada rangsangan dan pengakuan bahwa ada ketidakjelasan. Proses ini terjadi secara nyata di satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut. Pegawai mengumpulkan informasi dari situasi perbedaan yang ada yang belum tentu kebenarannya. Peneliti mewawancarai beberapa informan untuk mengetahui bagaimana proses pemeranan pegawai dalam proses pengorganisasian di Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut. Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan informan : Menurut Drs. Anas Saepudin, M.Si :

  “Menjalankan peran sebagai kepala BNNK Garut sudah barang tentu menjadi sebuah amanat dan juga tantangan bagi saya, terlebih dengan sejarah dan cerita yang beragam di masa – masa sebelumnya. Saya hanya diberi waktu kurang lebih 3 hari waktu itu untuk bersiap menjalankan tugas sebagai Kepala BNNK Garut, dengan berbekal niat baik saya mencoba memulainya. Mencari informasi dari banyak pegawai tentang kondisi yang terjadi, bahkan tidak jarang menerima banyak pandangan dan versi cerita yang berbeda dari setiap pegawai. Dari yang banyak itu saya coba saring, cross cek dan tentunya analisis secara mendalam dengan logika yang sehat, dan atas dasar itu semua saya menjalankan peran saya disini sebagai pimpinan, bagian dari satker BNNK Garut dan bagian dari pegawai lainnya yang dengan versi perannya masing

  • – masing menjalankan pengorganisasiannya”. (Wawancara, 29 Mei 2017) Tidak banyak yang ditemukan peneliti pada bagian pemeranan dalam proses pengorganisasian di satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut. Proses pemeranan pegawai BNNK Garut tidak terlepas jabatan serta tanggung jawab tupoksi masing – masing individu yang tidak lepas juga dari latar belakang pengalaman kedinasan masing – masing. Para pegawai melalui proses pemeranan

  dengan menggali informasi sebanyak – banyaknya, bahkan cenderung mengolahnya terlebih dahulu sebelum menentukan sikap dan peranannya baik itu secara profesional dalam tugas ataupun secara pribadi untuk perkara psikologis.

  Proses Seleksi dalam Pengorganisasian di Satuan Kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut

  Dalam proses seleksi ini memungkinkan kelompok untuk menerima aspek tertentu dan menolak aspek lainnya dari informasi. Ini mempersempit bidang, dengan menghilangkan alternatif yang tidak ingin dihadapi oleh organisasi. Proses ini akan menghilangkan banyak ketidakjelasan dari informasi awal. Selama proses seleksi ini berlangsung, aspek individu akan sangat menentukan untuk tahapan selanjutnya dimana yang dianggap baik akan disimpan dan sebaliknya yang tidak sesuai akhirnya ditiadakan dari dugaan sebelumnya.

  Proses ini banyak dilalui oleh beberapa pegawai di satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut khususnya Pegawai Pemerintah Daerah yang di perbantukan, atau anggota kepolisian yang di BKO kan. Hal ini karena pola yang ada di satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut berbeda dengan riwayat kedinasan mereka sebelumnya. Sedangkan bagi pegawai organik murni khususnya segala hal yang ada di lingkungan Badan Narkotika Nasional sudah menjadi makanan sehari hari dari mulai mereka berkarier jadi seolah sudah mengakar dan mendarah daging. Proses seleksi inipun tidak lepas dari tata keorganisasian dan aturan – aturan yang ada dan berlaku di satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut.

  Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan beberapa informan terkait bagaimana proses seleksi yang dilakukan oleh para pegawai di satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut dalam proses pengorganisasian. Menurut Kompol Tinnie Supartini :

  “Bagi saya segala perbedaan yang ada di satuan kerja dimana saya ditugaskan sekarang tentu membutuhkan proses penyesuaian, iya proses itu salah satunya tahapan seleksi. Yang saya lakukan tidak jauh dari menyaring berbagai informasi yang ada yang saya cari tahu atau yang orang lain beritahu, sebaik baiknya manusia kan yang memberi manfaat bagi banyak orang. Bagi saya itu saja termasuk untuk berinteraksi sesuai aturan yang ada disini. Dari proses seleksi yang saya lakukan, ada banyak potensi rawan konflik, namanya juga kerja, ada unsur persaingan juga, selama bersaing sehat sih saya rasa sah saja, tapi jika sudah tidak baik khususnya untuk kedua belah pihak apalagi merugikan organisasi sudah barang tentu akan ada tindakan tegasnya.” (Wawancara, 26 Mei 2017)

  Proses Retensi/ Penyimpanan dalam Pengorganisasian di Satuan Kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut.

  Proses retensi atau penyimpanan yakni proses menyimpan aspek – aspek tertentu yang akan digunakan pada masa mendatang. Informasi yang dipertahankan diintegrasikan ke dalam kumpulan informasi yang sudah ada menjadi dasar bagi beroperasinya organisasi.

  Jika melihat pada sebuah pernyataan dari Robbins dan Judge bahwa terbentuknya level perilaku organisasi ditentukan oleh proses penggorganisasi yang dilakukan baik itu pegawai atau personal individu di masing – masing organisasi, lanjut kepada level kelompok organisasi hingga membentuk perilaku keorganisasian sebagai bentuk perilaku organisasi Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut. Hal ini tentu akan sangat berbeda jika melihat kondisi latar belakang perbedaan yang ada di satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut.

  Oleh sebab itu peneliti mencoba menggali kondisi personal masing – masing individu di satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut dalam proses retensi atau penyimpanan dalam penggorganisasian BNNK Garut. Berikut cuplikan wawancara peneliti dengan informan : Menurut Drs. Anas Saepudin, M.Si: “Yang saya perhatikan, beberapa pihak disini masing menggunakan ego masing – masing untuk memutuskan hal mana yang harus di pertahankan dan mana yang harus diperbaiki untuk berhasilnya sebuah organisasi secara keseluruhan. Terutama pegawia dengan etos kerja rendah, seakan posisi nyamannya dalam berkerja dalam arti kerja seenaknya terganggu. Maka dari itu, pihak pusat sendiri sekarang mengeluarkan moratorium dimana BNN memberhentikan sementara sistem penarikan pegawai dari pemda atau pemkot termasuk mutasi pegawai organik, Hal ini karena pola kinerja pegawai yang sudah ada perlu dibenahi guna efektifitas kerja, nantinya pegawai yang akan bergabung dengan BNN khususnya dari pemda atau pemkot akan melakui proses assesment yang maksimal agar kulitas pegawai juga tetap terjaga. Termasuk di level daerahpun sama, saya sendiri mengeluarkan sebuah kebijakan dimana pegawai pemda garut yang diperbantukan khususnya harus menunjukan kualitas yang baik, jika tidak iya nasibnya akan sama dengan yang sudah saya lakukan sebelumnya dengan pengembalian personil ke pemda Garut. “ (Wawancara, 16 Mei 2017) Peneliti mencoba mengorek informasi lebih dalam ke salah satu pihak informan yang memiliki info lengkap terkait pengembalian pegawai pemda

  Garut sebagai bentuk keseriusan satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut dalam menjaga kualitas kinerja pegawai. Berikut cuplikasi wawancara peneliti dengan informan: Menurut Kania Ratna Nursita :

  “Tercatat ada 6 (enam) personil yang statusnya dikembalikan ke instansi sebelumnya dengan beberapa alasan, ada yang memang diminta kembali karena posisi jabatan fungsional di instansi sebelumnya, ada yang mengajukan kembali ke pemkab Garut karena diminta pimpinan SKPD untuk mengisi posisi yang sesuai dengan pengalaman atau track record prestasi pegawai dan ada juga yang memang dikembalikan ke pemkab. Garut karena pelanggaran etika kepegawaian di satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut. Bapak Andri kembali ke Dinas Perhubungan karena beliau satu satunya pegawai Dinas Perhubungan dengan jabatan fungsional pengawas kendaraan dengan sertifikasi pusat. Kemudian Ibu Yuli juga diminta kepala Bapenda (Badan Pendapatan Daerah) karena pengalaman dan prestasinya di bagian pengelolaan keuangan yang baik. Berbeda dengan Bapak “CH”, Bapak “SY”, Ibu “LS” mereka harus kehilangan haknya sebagai pegawai di satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut karena kasus pelanggaran kode etik pegawai. Dan Bapak “LC” karena kasus pelaporan palsu aduan inspektorat BNN RI. Begitu juga dengan pegawai honorer, sistem kontrak tahunan juga tidak berlaku mutlak, kalau ada pegawai honorer macem – macem apalagi melanggar aturan itu sudah tentu di berhentikan, kebijakan dan penilaian pimpinan yang dominan untuk memutuskan kondisi yang ada. Untuk anggota kepolisian dan pegawai organik di BNNK Garut sejauh ini alhamdulilah mereka bisa menjalankan amanat, tanggungjawabnya dengan baik. Setahu saya, di satuan kerja lain sempat ada anggota kepolisian yang menyimpang itupun dikembalikan ke satuan kerjanya dan juga ditindak tegas oleh satuan kepolisian bahkan ada yang langsung dicopot seragam dan di pidanakan. Organik murni rasanya mereka di satuan kerja manapun cukup kompeten untuk bertugas dengan amanah sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Satker Garut paling banyak kasus anehnya neng, tapi BNN tegas menyikapi kondisi konflik yang membahayakan organisasi jadi ini beberapa ketegasan pimpinan dan penerapan aturan yang tegas kepada para pegawai di BNNK Garut.” (Wawancara, 17 Mei 2017) Dari paparan beberapa informan, peneliti bisa menarik kesimpulan bahwa segala bentuk aturan, kebijakan, keputusan, yang ada di satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut menjadi pedoman dalam menjalankan proses pengorganisasian di satuan kerja

  Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut.

  Perilaku Organisasi/ Manusia di Satuan Kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut.

  Secara jelas perilaku organisasi pasti mempunyai tujuan. Adapun tujuan perilaku organisasi adalah untuk mendeterminasi bagaimana perilaku manusia mempengaruhi usaha pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Semakin banyak perilaku atau kejadian yang dapat diprediksikan dan semakin banyak yang dapat dijelaskan, maka pada gilirannya akan dibutuhkan bentuk kontrol atau pengendalian perilaku. Maksudnya tidak lain agar perilaku individu dalam organisasi dapat selalu diarahkan kearah yang positif, yaitu perilaku yang menunjang pencapaian sasaran organisasi secara efektif.

  Oleh karena itu, peneliti kembali menggali infromasi terkait bagaimana perilaku organisasi pegawai di satuan kerja Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut yang memiliki latar belakang kedinasan yang berbeda. Berikut cuplikasi wawancara peneliti dengan beberapa informan Menurut Drs. Anas Saepudin, M.Si:

  “Saya termasuk golongan pegawai organik yang dulu berstatus pegawai pemkab. Sumedang, pengalaman 3 tahun di Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Barat memberikan banyak pengalaman khsusunya dengan pola kerja di BNN. Terbiasa dengan perbedaan, banyak belajar untuk menyesuaikan diri, meredam ego, mengatur idealisme, dan banyak lagi. Meskipun kondisi satuan kerja BNNK Garut diluar dugaan saya, namun pengalaman di BNNP Jawa Barat cukup membantu saya menyikapi kondisi rawan konflik disini. Yang jelas kembali ke individu masing – masing untuk menjadi pribadi yang baik, pegawai yang bertanggungjawab, rekan kerja yang bermanfaat, pimpinan yang bijak untuk kemajuan organisasi Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut khususnya yang memiliki peranan penting dalam upaya menyelamatkan generasi muda Indonesia, dan mewujudkan Kabupaten Garut Bersih Narkoba.” (Wawancara, 17 Mei 2017)

Dokumen yang terkait

Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

33 230 74

PERAN BNN DALAM MENCEGAH PEREDARAN NARKOTIKA PADA ANAK JALANAN (Studi di Badan Narkotika Nasional Kota Malang)

0 24 25

Tinjauan Atas Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah Pada Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung

0 9 101

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, SISTEM INFORMASI, REGULASI, DAN KOMPENSASI TERHADAP MANAJEMEN ASET (Studi Pada Satuan Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional di Indonesia)

0 3 10

DINAMIKA KOMUNIKASI ORGANISASI MASYARAKAT MARJINAL

0 0 15

Hubungan Antara Motivasi Kerja dengan Disiplin Pegawai (Studi Korelasional tentang Hubungan Antara Motivasi Kerja dengan Disiplin Pegawai Bagian Sekertariat Utama Badan Narkotika Nasional Pusat) - Ubharajaya Repository

0 0 15

MODEL KOMUNIKASI DALAM SOSIALISASI PRONA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SIDOARJO ( Studi Deskriptif Model Komunikasi dalam Sosialisasi Proyek Nasional Agraria(PRONA) Badan Pertanahan Nasional di Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo)

0 0 26

MANAJEMEN STRATEGIK - repo unpas

0 4 10

ANALISIS DAMPAK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DI KOTA BEKASI (Studi Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bekasi) - repo unpas

0 0 8

ANALISIS PENGARUH PENATAAN ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DINAS KESEHATAN KOTA BANJAR - repo unpas

0 1 140