DOCRPIJM 150491649906 ASPEK TEKNIS LOMBOK TIMUR

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai rencana
program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya seperti
rencana pengembangan permukiman, rencana penataan
bangunan dan lingkungan (PBL), rencana pengembangan
sistem penyediaan air minum, dan rencana penyehatan
lingkungan permukiman (PLP). Pada setiap sektor
dijelaskan isu strategis, kondisi eksisting, permasalahan,
dan tantangan daerah, analisis kebutuhan, serta usulan
program dan pembiayaan masing-masing sektor

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-1

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

Bab ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup 4 (empat)
sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air
minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan yang terdiri atas air limbah, persampahan, dan

drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk setiap sektor tersebut dimulai dari pemetaan isu-isu
strategis yang memengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai dasar awal perencanaan, serta
permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan
dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan
pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan
yang dibutuhkan.

6.1

Pengembangan Permukiman

6.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berdasarkan arahan-arahan yang telah dipaparkan pada bab 2 (dua), isu-isu strategis nasional yang
memberikan pengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini diantaranya adalah sebagai
berikut.


Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim.




Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh
perkotaan.



Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang
dalam MP3EI dan MP3KI.



Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Papua, dan Papua
Barat) untuk mengatasi kesenjangan.



Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.




Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang
bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.



Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.



Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan
kawasan permukiman.



Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman.
Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia
serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di
bidang pembangunan perumahan dan permukiman.


ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-2

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

Untuk memperoleh informasi awal dalam perencanaan, selain isu strategis secara nasional perlu
juga diketahui isu strategis yang bersifat lokal yakni di kabupaten/kota terkait. Isu terkait
pengembangan permukiman yang bersifat lokal dan spesifik untuk Kabupaten Lombok Timur
adalah sebagai berikut.
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180
dokumen RP2KP (Rencana Pengembangan Permukiman Kumuh Perkotaan), 108 dokumen RTBL
KSK (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Strategis Kota). Di perkotaan sebanyak
500 kawasan kumuh yang tertangani, 385 unit RSH (Rumah Susun Sederhana) terbangun, 158 TB
unit di Rusunawa terbangun. Sementara di perdesaan, sebanyak 416 kawasan perdesaan potensial
telah terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan terbangun
infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan telah tertangani infrastrukturnya, serta 15.362
desa tertinggal juga telah tertangani infrastrukturnya.
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/ kabupaten dalam

menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan
perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan
walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan,
pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.
Jika dilihat secara umum, kondisi prasarana dasar permukiman dan perumahan di Kabupaten
Lombok Timur perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Peningkatan kualitas dalam jangka
pendek diantaranya adalah arahan untuk mengoptimalkan fungsinya dalam memenuhi ataupun
melayani masyrakat terutama yang terkait langsung dengan aktivitas perekonomian masyarakat,
seperti fasilitas air minum, saluran drainase, jalan lingkungan, jalan setapak, serta penataan
permukiman kota dan desa.
Selain itu dipaparkan juga kondisi terkait kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, jumlah Rusunawa
terbangun di perkotaan maupun dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan seperti
PISEW (RISE), PPIP, serta di kawasan potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil.
Data yang ditampilkan merupakan kondisi eksisting pengembangan permukiman selama 5 (lima)
tahun terakhir.
Walaupun saat ini kota Selong tengah giat-giatanya melakukan pembangunan, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa ketersediaan sarana dan prasarana umum masih belum dapat dikatakan memadai
seperti Street furniture, taman kota, halte, pusat informasi, dsb.
Jumlah populasi yang lebih besar dan cendrung bertambah akan mendatangkan dampak negative,
seperti kepadatan yang tinggi, tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh, munculnya

permukiman-permukiman pada area lahan yang Ilegal. Pertumbuhan penduduk yang meningkat tidak
diiringi dengan tingkat pendidikan yang memadai bagi sekelompol masyarakat.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-3

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan permukiman pada tingkat nasional diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat
menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih
terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah
terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Sementara tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional adalah sebagai berikut.
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor
Pengembangan Permukiman.

3. Pencapaian target MDG‟s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-Program Pro
Rakyat (Direktif Presiden).
4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya
kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah .
5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur
permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota.
6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada
Kabupaten/Kota
Sama

halnya

dengan isu

strategis,

di

masing-masing


kabupaten/kota

tentunya terdapat

permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu
djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan
permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuan
penjabaran informasi tersebut adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan
pengembangan permukiman di kabupaten/kota yang bersangkutan serta merumuskan alternatif
pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang
ada di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-4

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

Tabel 6.1
No.

1.

Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Kabupaten Lombok Timur
Permasalahan Pengembangan
Tantangan Pengembangan
Alternatif Solusi
Permukiman

Aspek Teknis
1) Permukiman padat penduduk
 Ketidakteraturan posisi serta
letak permukiman penduduk
 Jaringan jalan lingkungan
(gang) yang sempit masih
berupa jalan tanah
2) Terdapat konversi lahan
pertanian kepermukiman dan
perdagangan/jasa. Seharusnya
pengembangan permukiman

menhindari alih fungsi lahan
pertanian

1) Pengembangan
permukiman eksisting
menghindari pola
perkembangan linier
(ribbon development),
diarahkan mengikuti pola
cluster
2) Pengembangan kawasan
permukiman baru
diarahkan di semua
lingkungan, khusus
perbukitan (wilayah
dengan kemiringan lebih
dari 30%) hanya untuk
pengembangan
permukiman eksisting
dan pertumbuhan alami.

3) Untuk permukiman di
bantaran sungai perlu
Pembangunan tanggul
pada sisi permukiman
4) Penataan permukiman
padat dengan program
revitalisasi dan program
prioritas
5) Penataan permukiman
konservasi dengan
revitalisasi
6) Perbaikan jalan

Aspek Kelembagaan
2.

1)
2)

1) Kurangnya kemampuan
aparatur pemerintah
daerah sebagai fasilitatir
pembangunan di
perdesaan
2) Kurangnya fasilitasi akses
mayarakat miskin
terhadap infrastruktur
dasar di wilayah
perdesaan
3) Tidak terlaksananya
penyelenggaraan
pembangunan
infrastruktur
perdesaan/perkotaan

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-5

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

No.

3.

4.

5.

Permasalahan Pengembangan
Permukiman

Aspek Pembiayaan

Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta

Tantangan Pengembangan

Alternatif Solusi

yang partisipatif,
transparan, akuntabel,
dan berkelanjutan
1) Terdapat hambatan
pendanaan baik yang
berasal dari pemerintah
baik dana pusat, daerah
maupun swadaya
1) Peran serta masyarakat
untuk ikut
mengembangkan diri
sangat kurang sekali
2) Kualitas sumber daya
manusia masih sangat
rendah

Aspek Lingkungan Permukiman

1) Pengembangan
kawasan
permukiman baru
diarahkan di semua
lingkungan, khusus
perbukitan (wilayah
dengan kemiringan
lebih dari 30%)
hanya untuk
pengembangan
permukiman
eksisting dan
pertumbuhan alami.
2) Untuk permukiman
di bantaran sungai
perlu Pembangunan
tanggul pada sisi
permukiman
3) Dibutuhkan
pengawasan ketat
terhadap visualisasi
sungai

Sumber: Bappeda Kabupaten Lombok Timur, 2014

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-6

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

6.1.2 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis
kebutuhan ini akan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus
dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan
bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat
maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 20102014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar
Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar
10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan
Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014.
Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota,
maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan
analisis kebutuhan pengembangan permukiman.
Sementara itu untuk mengurangi luasan kumuh berdasarkan target capaian nasional tahun
2019 yakni 0%. Diketahui berdasarkan Arah Kebijakan Pendanaan Kegiatan Prioritas
Kegiatan Pengembangan Permukiman, Direktur Pengembangan Permukiman, Kawasan
Prioritas Penanganan 2 : Kecamatan Aikmel, Labuhan Haji, Masbagik dan Selong. Total Luas
Kumuh 109,48 Ha). Hasil identifikasi tersebut tentunya harus disesuaikan dengan lokasilokasi yang teridentifikasi kawasan kumuh di Kabupaten Lombok Timur (sampai saat ini
belum disusun penyusunan profil kawasan kumuh di Kabupaten Lombok Timur), sedangkan
berdasarkan hasil FGD Kabupaten Lombok Timur program-program dan kegiatan hanya
diarahkan kepada peningkatan kawasan permukiman dibeberapa lokasi pada kawasan yang
memiliki PSD dan Infrastruktur yang minim. Lokasi penanganan permukiman : Kec. Suela,
Sembalun, Sakra, Aikmel, Perum ladang Beduri, Rakam, Diarina Regenci I & II, Perum BSD,
Degen Timur, Kelayu Jorong, Pringsela dan Wanasaba.
.

6.1.3 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan
dan kawasan perdesaan. Adapun pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta
2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Sementara untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan
Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,
2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), serta
3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-7

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

Selain kegiatan fisik tersebut, program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan
non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun kajian ulang apabila diperlukan.
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan akan terkait dengan hal-hal yang menyangkut
infrastruktur kawasn permukiman kumuh, infrastruktur permukiman RSH, dan Rusunawa beserta
infrastruktur pendukungnya. Sementara pengembangan kawasan permukiman perdesaan akan
terkait

hal-hal

yang

menyangkut

infrastruktur

kawasan

permukiman

perdesaan

potensial

(agropolitan/minapolitan), infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana, infrastruktur kawasan
permukiman perbatasan dan pulau kecil, infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial
(PISEW), infrastruktur perdesaan PPIP, infrastruktur perdesaan RIS PNPM.
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria umum dan khusus, yakni sebagai berikut.
1. Umum
Kriteria umum ini terdiri dari:
 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
 Kesiapan lahan (sudah tersedia).
 Sudah tersedia DED.
 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan.
Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan
komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
 Ada unit pelaksana kegiatan.
 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus
 Rusunawa
o Kesediaan Pemerintah Daerah untuk penandatanganan MoA
o Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
o Kesanggupan Pemerintah Daerah menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD
lainnya
o Ada calon penghuni
 RIS PNPM
o Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
o Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
o Tingkat kemiskinan desa >25%.
o Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.
 PPIP
o Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-8

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

o Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya
lainnya.
o Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik.
o Tingkat kemiskinan desa >25%.
 PISEW
o Berbasis pengembangan wilayah.
o Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi
pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi)
kesehatan.
o Mendukung komoditas unggulan kawasan.
Selain kriteria kesiapan tersebut, terdapat pula beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam
pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di
perkotaan.

Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,

permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2)
ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan,
dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah,
perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut
kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini dijadikan acuan oleh Direktorat Jenderal
Cipta Karya meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RDTRK),
dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap
penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan
intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi
terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan
penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, termasuk
kawasan strategis atau kurang strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, yakni keterkaitan dengan faktor ekonomi
memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada.
Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan
perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
c. Jarak jangkauan kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman
kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
b. Status sertifikat tanah yang ada.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-9

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah.
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi
penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand
scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya

6.1.4 Usulan Program dan Kegiatan
A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan, maka perlu disusun usulan program dan kegiatan guna
mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan. Akan tetapi usulan program dan
kegiatan dibatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga
untuk jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk
menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima. Dengan memperhatikan kriteria kesiapan
yang telah dipaparkan pada sub-subbab sebelumnya maka dapat dirumuskan usulan program dan
kegiatan pengembangan permukiman Kabupaten Lombok Timur yang disusun berdasarkan
prioritasnya. Usulan program dan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 6.2
No.

Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Lombok
Timur Tahun 2015 - 2019
Biaya (Rp
Kriteria
Program/Kegiatan
Volume/Satuan
Lokasi
dalam Ribu)
Kesiapan

1.

Pengawasan
Pembangunan PSD
Permukiman
Perdesaan

1/Kawasan

300.000

Kec. Suela Kab.
Lombok Timur

2.

Pengawasan
Pembangunan PSD
Permukiman
Perdesaan

1/Kawasan

300.000

Kec. Sembalun
Kab. Lombok
Timur

3.

Pembangunan PSD
Permukiman
Perdesaan

1/Kawasan

6.500.000

Kec. Suela Kab.
Lombok Timur

4.

Pembangunan PSD
Permukiman
Perdesaan Kec.
Sembalun

1/Kawasan

6.500.000

Kec. Sembalun
Kab. Lombok
Timur

5.

Pembangunan PSD
Permukiman
Perdesaan Kaw.
Agropolitan Rasimas

1/Paket

100.000

Kec. Sakra Kab.
Lombok Timur

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-10

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

No.

Program/Kegiatan

Volume/Satuan

Biaya (Rp
dalam Ribu)

Lokasi

Kriteria
Kesiapan

Kec. Sakra

6.

Peningkatan Jalan
Poros Desa dan Talud
Jalan Kaw.
Agropolitan Rasimas
Kec. Sakra

7.

Pembangunan PSD
Permukiman
Perdesaan Kaw.
Aikmel

1/Paket

8.

Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh
Perkotaan

2/Kawasan

9.

Supervisi PSD
Kawasan Kumuh
Perkotaan

10

Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh
Perkotaan

11.

Supervisi PSD
Kawasan Kumuh
Perkotaan

1/Kawasan

2/Paket

5.847.000

100.000

Kec. Sakra Kab.
Lombok Timur

Kec. Aikmel Kab.
Lombok Timur

5.600.000

Kws Degen Timur

250.000

Kws Degen Timur

2.900.000

Kws Kelayu
Jorong

1/Paket

150.000

Kws Kelayu
Jorong

12.

Pembangunan PSD
Permukiman
Perdesaan Kws Kec.
Sambelia Kab.
Lombok Timur

1/Kawasan

65.000

Kec. Sembalun

13.

Supervisi Peningkatan
Infrastruktur Skala
Kawasan

1/Paket

200.000

Kec. Sakra Kab.
Lombok Timur

14.

Pembangunan PSD
Permukiman
Perdesaan Kaw.
Aikmel

15.

Pengawasan Jalan
Poros Desa dan Talud
Jalan Kaw. Kec.
Sembelia

16.

Peningkatan Jalan
Poros dan Talud Jalan

1/Kawasan

1/Kawasan

1/Paket

1/Kawasan

10.000.000

200.000

5.800.000

Kec. Aikmel Kab.
Lombok Timur

Kec. Sembelia
Kab. Lombok
Timur
Kec. Sembelia
Kab. Lombok

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-11

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

No.

Program/Kegiatan

Volume/Satuan

Biaya (Rp
dalam Ribu)

Kaw. Kec. Sembelia

Kriteria
Kesiapan

Lokasi
Timur

Sumber: Hasil FGD RPI2JM Kabupaten Lombok Timur

B. Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasi
dana pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta
(KPS, CSR). Berdasarkan usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka perlu diidentifkasi kemungkinan sumber pembiayaan baik dari APBD
Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, maupun dari masyarakat dan swasta sesuai dengan kemampuan
pembiayaan pemerintah Kabupaten.
Tabel 6.3

Usulan Pembiayaan Proyek
APBD
APBD
MasyaSwasta
Prov
Kab
rakat

No.

Program/
Kegiatan

1.

Pengawasan
Pembangunan
PSD Permukiman
Perdesaan

300.000

-

-

-

-

-

2.

Pengawasan
Pembangunan
PSD Permukiman
Perdesaan

300.000

-

-

-

-

-

3.

Pembangunan
PSD Permukiman
Perdesaan

6.500.000

-

-

-

-

-

4.

Pembangunan
PSD Permukiman
Perdesaan Kec.
Sembalun

6.500.000

-

-

-

-

-

5.

Pembangunan
PSD Permukiman
Perdesaan Kaw.
Agropolitan
Rasimas Kec.
Sakra

100.000

-

-

-

-

-

847.000

500.000

-

-

-

6.

Peningkatan
Jalan Poros Desa
dan Talud Jalan
Kaw. Agropolitan
Rasimas Kec.

APBN

4.500.000

CSR

Total

300.000

300.000

6.500.000

6.500.000

100.000

5.847.000

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-12

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

No.

Program/
Kegiatan

APBN

APBD
Prov

APBD
Kab

Masyarakat

Swasta

CSR

Total

Sakra

7.

Pembangunan
PSD Permukiman
Perdesaan Kaw.
Aikmel

100.000

-

-

-

-

-

8.

Peningkatan
Kualitas
Permukiman
Kumuh Perkotaan

5.000.000

-

600.000

-

-

-

9.

Supervisi PSD
Kawasan Kumuh
Perkotaan

250.000

-

-

-

-

-

10

Peningkatan
Kualitas
Permukiman
Kumuh Perkotaan

2.500.000

-

400.000

-

-

-

11.

Supervisi PSD
Kawasan Kumuh
Perkotaan

150.000

-

-

-

-

-

12.

Pembangunan
PSD Permukiman
Perdesaan Kws
Kec. Sambelia
Kab. Lombok
Timur

65.000

-

-

-

-

-

13.

Supervisi
Peningkatan
Infrastruktur
Skala Kawasan

200.000

-

-

-

-

-

14.

Pembangunan
PSD Permukiman
Perdesaan Kaw.
Aikmel

10.000.000

-

-

-

-

-

15.

Pengawasan
Jalan Poros Desa
dan Talud Jalan
Kaw. Kec.
Sembelia

200.000

-

-

-

-

-

5.500.000

-

300.000

-

-

-

16.

Peningkatan
Jalan Poros dan
Talud Jalan Kaw.

100.000

5.600.000

250.000

2.900.000

150.000

65.000

200.000

10.000.000

200.000

5.800.000

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-13

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

No.

Program/
Kegiatan

APBN

APBD
Prov

APBD
Kab

Masyarakat

Swasta

CSR

Total

Kec. Sembelia
Sumber: Hasil FGD RPI2JM Kabupaten Lombok Timur

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-14

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

6.2

Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)

6.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan
A. Isu Strategis PBL
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan
Agenda Internasional yang memengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), sebagai wujud kerangka
kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor
PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan
tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.
Agenda internasional yang terkait PBL diantaranya adalah pencapaian MDG‟s 2015, khususnya
tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta
Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses
terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan
yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global
yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO 2) sebagai akibat konsumsi energi yang
berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4°C antara tahun 1990 dan
2010, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad
ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu
munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.
Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu
strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei
– 11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga
PBB yang mengurus permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan.
Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 – 14 Juni 1996 dengan dua tema
pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an
Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak
bagi masyarakat.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-15

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut.
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
c. pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;
d. revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah
berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e. peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM;
f. pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan
lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib

pembangunan

dan

keandalan

bangunan

gedung

(keselamatan,

kesehatan,

kenyamanan dan kemudahan);
b. pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di
kab/kota;
c. tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu
pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
d. tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;
e. peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96%
dari total penduduk Indonesia;
b. realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU
PAKET;
c. keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan
kemiskinan.
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah,
RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a)
Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi
pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif
dan berkelanjutan. Adapun isu strategis sektor PBL Kabupaten Lombok Timur adalah sebagai
berikut.

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-16

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

B. Kondisi Eksisting
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah jumlah
kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur
permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925
kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG)
hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa
Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian
bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.
Berdasarkan Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non-fisik dan
pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana
lingkungan permukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya
di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu
dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan. Berikut ini adalah gambaran kondisi eksisting
Kabupaten Lombok Timur terkait kondisi peraturan daerah, kegiatan penataan lingkungan
permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara, serta capaian dalam
pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.

C. Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan
yang dihadapi, antara lain adalah sebagai berikut.
Penataan Lingkungan Permukiman:
 kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran masih kurang diperhatikan;
 belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan
pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan
permukiman;
 menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota,
kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
 masih rendahnya dukungan Pemerintah Daerah dalam pembangunan lingkungan permukiman
yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas
lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
 masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam
pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
 masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh
Indonesia;
 meningkatnya

kebutuhan

NSPM

terutama

yang

berkaitan

dengan

pengelolaan

dan

penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-17

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

 kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung
termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
 prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat
perhatian;
 lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas
pelayanan publik dan perijinan;
 banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan,
keamanan dan kenyamanan;
 penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;
 masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
 masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
 masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan
bangunan gedung termasuk pengawasan;
 masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan
otonomi dan desentralisasi;
 masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam
fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
Adapun masalah dan tantangan sektor PBL di Kabupaten Lombok Timur adalah sebagai berikut.
Tabel 6.4
No.
I.

1.

Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Alternatif
Tantangan
Aspek PBL
Permasalahan yang dihadapi
Solusi
Pengembangan

Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

Aspek Teknis

1) Permukiman Kumuh
 Ketidak teraturan posisi
serta letak permukiman
penduduk
1) Penataan kembali
kandang dan rumah
 Sebagian besar
sesuai standar
bangunan permukiman
kesehatan
permanen dan tinggi
bangunan hanya 1 lantai 2) Penunjukan lokasi
kandang kolektif bagi
 Pengelolaan RTH tidak
lingkungan yang
konsisten, pemilihan jenis
belum memilkinya,
tanaman tidak sesuai
sekaligus
persyaratan ekologis
pembangunan gardu
serta langkanya lahan
keamanan
pembibitan tanaman
penghijauan
2) Permukiman Kumuh
Perkotaan

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-18

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

No.

2.

3.

4.

5.

Aspek PBL

Permasalahan yang dihadapi

Tantangan
Pengembangan

Alternatif
Solusi

 Kepadatan dan
kerapatan bangunan
yang tinggi
 Sirkulasi udara di rumah
kumuh tidak ada
sehingga rentan
terhadap penyakit
pernafasan
4) Kurangnya kemampuan
aparatur pemerintah
daerah sebagai fasilitatir
pembangunan di
perdesaan
5) Kurangnya fasilitasi akses
mayarakat miskin terhadap
infrastruktur dasar di
Aspek
wilayah perdesaan
Kelembagaan
6) Tidak terlaksananya
penyelenggaraan
pembangunan infrastruktur
perdesaan/perkotaan yang
partisipatif, transparan,
akuntabel, dan
berkelanjutan
2) Terdapat hambatan
pendanaan baik yang
berasal dari pemerintah
Aspek Pembiayaan
baik dana pusat, daerah
maupun swadaya
3) Peran serta masyarakat
untuk ikut
mengembangkan diri
Aspek Peran Serta
sangat kurang sekali
Masyarakat/Swasta
4) Kualitas sumber daya
manusia masih sangat
rendah

Aspek Lingkungan
Permukiman

4) Pengembangan
kawasan
permukiman baru
diarahkan di
semua lingkungan,
khusus perbukitan
(wilayah dengan
kemiringan lebih
dari 30%) hanya
untuk
pengembangan
permukiman
eksisting dan

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-19

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

No.

Aspek PBL

Permasalahan yang dihadapi

Tantangan
Pengembangan

Alternatif
Solusi

pertumbuhan
alami.
5) Untuk permukiman
di bantaran sungai
perlu
Pembangunan
tanggul pada sisi
permukiman
6) Dibutuhkan
pengawasan ketat
terhadap
visualisasi sungai
Sumber: Bappeda Kabupaten Lombok Timur, 2014

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-20

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

6.2.2 Analisis Kebutuhan PBL
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kabupaten/Kota, hendaknya
mengacu pada Lingkup Tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk sektor PBL yang dinyatakan
pada Permen PU No. 8 Tahun 2010. Pada peraturan tersebut dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL
adalah sebagai berikut.

A. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL),
Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana
lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM),
dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
 RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan

dan

Lingkungan

didefinisikan

sebagai

panduan

rancang

bangun

suatu

lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan
bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan
lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian
rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi
pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:
o

Program Bangunan dan Lingkungan;

o

Rencana Umum dan Panduan Rancangan;

o

Rencana Investasi;

o

Ketentuan Pengendalian Rencana; serta

o

Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

 RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen
PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang
terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi
aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan
lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi
proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian
dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.
RISPK

terdiri

dari

Rencana

Sistem

Pencegahan

Kebakaran

dan

Rencana

Sistem

Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-21

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman
bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan
edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar,
Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran
yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta
benda.
 Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional
adalah:
o

Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;

o

Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan
kegiatan ekonomi masyarakat setempat;

o

Azas

"berkelanjutan"

sebagai

salah

satu

pertimbangan

penting

untuk

menjamin

kelangsungan kegiatan;
o

Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga
melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

 Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14 tahun 2010
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk
sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan
lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada
tabel 8.19, yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan
sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.
Tabel 6.5
No
1

Jenis Pelayanan
Dasar

SPM Kabupaten/Kota

Sasaran

Penataan Bangunan

Meningkatnya tertib

dan Lingkungan

pembangunan

Satuan

Target
Tahun
2019

persentase jumlah Izin
Mendirikan Bangunan
(IMB) yang diterbitkan

IMB

60%

persentase berkurangnya
luasan permukiman
kumuh di kawasan perkotaan

Ha

10%

indikator

bangunan gedung
2

Penangan Pemukiman

Berkurangnya

Kumuh Perkotaan

permukiman kumuh di
perkotaan

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 01/ Prt/M/2014

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-22

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

B. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:
1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan
yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan);
2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.
Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah negara perlu
dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan
kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.

C. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan adalah
PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya
menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal
lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat.
Adapun kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke
depan dipaparkan pada tabel berikut. Kebutuhan tersebut mengacu pada program dan capaian
Renstra Nasional dan RPJMD.

6.2.3 Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor PBL
Berdasarkan Arahan Penataan dan Bangunan Lingkungan (PHLN sektor penataan bangunan dan
lingkungan 2015 – 2019) Lingkup kegiatan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah
sebagai berikut:





Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Perkotaan
Penghidupan Berkelanjutan (P2B)
Pendukung P2B (PLP-BK)
City Changer dan KBP

Sedangkan bentuk kegiatan PBL ini diantaranya adalah Penataan Kawasan dan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dengan syarat pemerintah daerah harus sudah memiliki Peraturan
Daerah Menganai Bangunan Gedung. Adapun syarat dan ketentuan yang harus diacu dalam
penetapan kawasan penanganan PBL ini diantaranya adalah:




Merupakan kawasan yang apa bila tidak diatur lebih detail , perkembangannya akan semrawut
Merupakan kawasan yang memiliki ciri khas budaya yang kental/ memiliki nilai sejarah
Merupakan kawasan strategis & merupakan kawasan prioritas yang mendesak untuk segera
diatur
• Merupakan kawasan yang belum tertangani RTBL selama 5 tahun terakhir
Program-Program PBL, terdiri dari:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-23

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; serta
c.

Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.

Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor PBL maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan
(Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen
Pemerintah Daerah dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping,
pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani
pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Kriteria kesiapan untuk sektor PBL adalah sebagai berikut.
1. Fasilitas RanPerda Bangunan Gedung, dengan kriteria khusus:
 Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan Gedung;
 Komitmen Pemerintah Daerah untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG.
2. Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas, dengan kriteria
khusus:
 Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas:
o Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;
o Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM Pronangkisnya;
o Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;
o Ada rencana pengembangan dan investasi Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat;
o Kesiapan pengelolaan oleh pemangku kepetingan setempat.
3. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dengan kriteria lokasi:
 Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;
 Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;
 Kawasan yang dilestarikan/heritage;
 Kawasan rawan bencana;
 Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/ budaya
dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district);
 Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;
 Komitmen Pemerintah Daerah dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah
daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau
pengembangan wilayahnya;
 Kesiapan pengelolaan oleh pemangku kepetingan setempat; serta
 Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.
4. Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
Permukiman Tradisional/Bersejarah
Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan,
program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED.
Dengan kriteria umum:

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-24

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

 Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL (jika luas
kawasan perencanaan > 5 Ha) atau turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario
pengembangan wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha);
 Komitmen Pemerintah Daerah dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah
daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau
pengembangan wilayahnya;
 Kesiapan pengelolaan oleh pemangku kepentingan setempat.
Kemudian dengan beberapa kriteria khusus sebagai berikut.
a. Kriteria khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan:
 Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;
 Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas;
 Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh pemangku kepentingan setempat.
b. Kriteria khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:
 Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman (RTH
Publik);
 Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka,
tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata
ruang);
 Dalam rangka membantu Pemerintah Daerah mewujudkan RTH publik minimal 20% dari
luas wilayah kota;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemerintah Daerah, swasta, masyarakat; •
Kesiapan pengelolaan oleh pemangku kepentingan setempat.
c. Kriteria khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Permukiman Tradisional Bersejarah:
 Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten);
 Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan estetis;
 Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh pemangku kepentingan setempat.
d. Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK):
 Ada Perda Bangunan Gedung;
 Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;
 Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi;
 Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 tentang Tata
Ruang;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat;

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR | 6-25

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2015-2019
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT

 Kesiapan pengelolaan oleh pemangku kepentingan setempat.
e. Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman Tradisional/Ged
Bersejarah:
 Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman Tradisional-Bersejarah;
 Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;
 Ada DDUB;
 Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran;
 Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional, diutamakan pada
fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat yang
menyentuh unsur tradisionalnya;