DOCRPIJM 1483155031BAB 6 ASPEK TEKNIS OK final

BAB 6 ASPEK TEKNIS PER SEKTOR Pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya direncanakan untuk mencakup empat

  sektor yaitu Pembinaan dan Pengembangan Kawasan Permukiman, Pembinaan dan Pengembangan Penataan Bangunan, Pembinaan dan Pengembangan Air Minum, serta Pembinaan dan Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman yang terdiri dari Air Limbah dan Persampahan, Pada tahapan perencanaan usulan-usulan kegiatannya dimulai dengan penjabaran aspek-aspek teknis untuk tiap-tiap sektornya yang meliputi:

   Pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi,  Penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan;  Permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi; dan  Analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, Analisis kebutuhan kegiatan tersebut dilaksankan dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan untuk selanjutnya dapat dirumuskan usulan-usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

6.1. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASN PERMUKIMAN

  Sub bidang permukiman direncanakan dan dikembangkan untuk mendapatkan satu kondisi Kabupaten Tapanuli Tengah yang layak huni, aman, nyaman. Setiap warga masyarakat diharapkan memiliki akses kepada kondisi permukiman tersebut di atas. Perencanaan dan pengembangan ini meliputi pengembangan prasarana, sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Perencanaan dan pengembangan permukiman juga mempertimbangkan dengan baik aspek sosial budaya dan lingkungan serta kearifan lokal.

6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Arah Kebijakan A.

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

  VI. 1

  1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014. Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang.

  Lingkup Kegiatan B.

  Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

  VI. 2 a.

  Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b.

  Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau- pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial; e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

6.1.2.1 Isu Strategis

  Dimana dinamika pembangunan Kabupaten Tapanuli Tengah yang semakin intens tentunya diarahkan untuk mendukung fungsi dan peran Kota baik secara internal maupun eksternal. Perumahan dan permukiman sebagai salah satu sektor pembangunan memerlukan perhatian serius, melalui scenario umum pembangunan perumahan dan permukiman diharapkan dapat menjawab issue- issue pokok permasalahan perumahan dan permukiman yang berkembang di Kota Sibolga. Beberapa issue pokok perumahan dan permukiman di Kabupaten Tapanuli Tengah antara lain :

  1. Masalah Kelembagaan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Permasalah kelembagaan pembangunan perumahan dan permukiman menyangkut aspek:  aspek peraturan perundangan yang harus mendukung berbagai aspek kemudahan pengembangan perumahan dan permukiman, dalam hal ini juga yang termasuk aspek perijinan.

   Belum tersedianya pranata/lembaga yang secara khusus mengangani

  • – sektor perumahan dan permukinan dari tingkat nasional kota/kabupaten

   Belum mantapnya pelayanan

  VI. 3

  2. Permasalahan perkembangan kawasan/lingkungan kumuh kabupaten Tapanuli Tengah serta masalah kualitas lingkungan termasuk kesenjangan sosial/konflik social.

  Kawasan/lingkungan kumuh di Kabupaten Tapanuli Tengah berkembang seiring dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, faktor kemiskinan dan kurangnya perhatian pemerintah kota dalam memberikan ”pelayanan” sarana dan prasarana lingkungan perukiman yang memadai. Seringkali pemerintah kota tidak mampu melakukan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana karena keterbatan pendanaan.

  3. Permasalahan backlog perumahan yang cukup tinggi Dengan asumsi bahwa 1 KK menempati 1 rumah, maka terdapat ketimpangan antara jumlah KK dengan jumlah rumah yang tersedia, becklog Kota Sibolga Masih tinggi dikarenakan didalam 1 rumah masih dihuni beberapa keluarga.

  4. Kurangnya masyarakat miskin untuk memperoleh akses yang luas dalam bidang perumahan dan permukiman  Belum mantapnya pelayanan perumahan khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah  Ketidakmampuan masyarakat golongan miskin dan berpenghasilan rendah untuk mendapatkan rumah yang layak dan terjangkau yang memenuhi standar lingkungan permukiman yang responsif (sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan)  Terbatasnya akses terhadap sumber daya kunci dan informasi, terutama bagi masyarakat golongan berpenghasilan rendah/miskin, yang berkaitan dalam penyediaan tanah, rumah dan kredit bagi sistem penyediaan perumahan dan permukiman.

  5. Percepatan pencapaian target MDGs 2015 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan yang membutuhkan perhatian khusus

  6. Belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman

  VI. 4

6.1.2.2 Kondisi Eksisting Kondisi Perumahan A.

  Berdasarkan kondisinya, perumahan di Kabupaten Tapanuli Tengah terdapat 6 (enam) jenis perumahan yaitu tembok, kayu, bambu, tanah liat, pelepah, dedauan. Jumlah perumahan berdasarkan data Prodes pada tahun 2013 berjumlah 63.245 unit dengan rincian yaitu tembok sebanyak 27.043 unit, kayu 37.572 unit, bambu sebayak 3.035 unit, tanah liat sebanyak 115 unit, pelepah sebanyak 109 unit, dedaunan sebanyak 33 unit

  VI. 5

Gambar 6.1 Penyebaran Kawasan Perumahan Kabupaten Tapanuli Tengah

  VI. 6

  Aspek TeknisPer Sektor Kawasan perumahan yang terdapat di Tapanuli Tengah, meliputi yaitu kawasan kumuh, kawasan perumahan tradisional, kawasan perumahan baru dan kawasan perumahan khusus, untuk lebih jelasnya mengenai kondisi kawasan perumahan dapat dilihat pada Tabel 6.1 berikut ini.

Tabel 6.1 Jenis Kawasan Perumahan di Kabupaten Tapanuli Tengah

  Sumber : RP3KP

  VI. 7

Tabel 6.2 Jenis Kawasan Perumahan Baru, Khusus and Bantuan di Kabupaten Tapanuli Tengah

  VI. 8

  Aspek TeknisPer Sektor

  VI. 9

  Aspek TeknisPer Sektor

  VI. 10

  Aspek TeknisPer Sektor

Gambar 6.2 Rencana Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Tapanuli Tengah

  VI. 11

  Aspek TeknisPer Sektor

  Kawasan Kumuh B.

  Pesatnya pertumbuhan penduduk terutama di perkotaan, yang umumnya berasal dari urbanisasi tidak selalu dapat diimbangi oleh kemampuan pelayanan kota sehingga berakibat pada semakin meluasnya lingkungan perumahan dan permukiman kumuh. Sangat disadari bahwa penyediaan perumahan bagi MBR di perkotaan mengahadapi permasalahan kesenjangan antara harapan MBR untuk terpenuhinya hak perumahan mereka dengan kemampuan atau kesanggupan pemerintah dalam upaya pemenuhan hak tersebut (Mahyudin, 2005). Terbatasnya dana penataan dan pengelolaan kota dalam menghadapi masalah kependudukan juga telah menyebabkan fasilitas perumahan dan permukiman menjadi terbatas dan mahal pembiayaannya. Di daerah perkotaan, warga yang paling tidak terpenuhi kebutuhan fasilitas perumahan dan permukimannya secara memadai adalah mereka yang berpenghasilan rendah. Angka statistik menyebutkan bahwa, backlog (masyarakat yang tidak menguhuni) perumahan di Sumatera Utara berkisaran 340.000-350.000 unit (Statistik Perumahan Sumatera Utara, 2010). Sedangkan berdasarkan data dari penetapan lokasi kumuh berdasarkan Keputusan Bupati No 14/BPTT/2012 bahwa luas lokasi kumuh di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah sekitar 275 Ha. Kondisi ini menunjukkan bahwa permasalahan permukiman kumuh harus menjadi skala priortas penanganannya. Untuk lebih jelas mengenai lokasi kumuh di Kabupaten Tapanuli Tengah dilihat pada Tabel 6.4 dibawah ini.

Tabel 6.3. Penetapan Lokasi Kumuh Kabupaten Tapanuli Tengah

  Luas No. Lokasi Keterangan (Ha)

  1 Kecamatan Pandan

  40 Ha Penataan Lingkungan Perumahan dan Permukiman

  2 Kecamatan Barus

  49 Ha Penataan Lingkungan Perumahan dan Permukiman

  3 Kecamatan Saraudik

  60 Ha Penataan Lingkungan Perumahan dan Permukiman

  4 Kecamatan Sorkam Barat

  49 Ha Penataan Lingkungan Perumahan dan Permukiman

  5 Kecamatan Sorkam

  20 Ha Penataan Lingkungan Perumahan dan Permukiman

  6 Kecamatan Tapian Nauli

  20 Ha Penataan Lingkungan Perumahan dan Permukiman

  7 Kecamatan Badiri

  25 Ha Penataan Lingkungan Perumahan dan Permukiman

  8 Kecamatan Andamdewi

  12 Ha Penataan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Sumber: Keputusan Bupati Tapanuli Tengah No.417/BPTT/2012

  Kawasan kumuh di Kabupaten Tapanuli tengah tersebar di 8 (delapan) kecamatan yang terdiri dari kecamatan Pandan, Barus, Sarudik, Sorkam, Sorkam Barat, Tapian

  VI. 12

  VI. 13 Nauli, Badiri dan Adnam Dewi. Pada umumnya kawasan kumuh di delapan kecamatan tersebut terdapat disekitar ibukota kecamatan.

  

Gambar6.3Penyebaran Kawasan Kumuh Kabupaten Tapanuli Tengah

Gambar 6.5 Kawasan Proiaritas Penanganan Kawasan Kumuh Kabupaten Tapanuli Tengah

  VI. 14

  Aspek TeknisPer Sektor

Gambar 6.4. Peta Kawasan Prioritas Penanganan Kawasan Kumuh

  VI. 15

  Aspek TeknisPer Sektor