DOCRPIJM ecee00ce79 BAB IIIBab 3 Rencana Umum Pengemb Wil Kab Bartim

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

BAB III
RENCANA UMUM PENGEMBANGAN
WILAYAH KABUPATEN BARITO TIMUR

3.1.
UMUM
Kabupaten Barito Timur merupakan salah satu Kabupaten strategis di bagian Timur
Propinsi Kalimantan Tengah berbatasan yang Iangsung dengan Propinsi Kalimantan
Selatan. Letak yang strategis ini, sangat potensial bagi pengembangan ekonomi
Kalimantan Tengah. Disamping mempunyai lokasi yang cukup strategis, pada wilayah
yang cukup luas, Kabupaten Barito Timur merupakan kabupaten yang kaya akan
sumber daya alam. Tetapi, Kabupaten Barito Timur mempunyai kelemahan di dalam
sumber daya manusia sehingga Potensi wilayah belum termanfaatkan secara optimal.
Terjadi disparitas pengembangan wilayah, sektor, dan pendapatan serta munculnya
berbagai persoalan lingkungan.
Dengan diberlakukan Undang – undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah dan Undang – Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah yang memberikan otonomi Iebih besar kepada pemerintah
kabupaten dalam melaksanakan pembangunan. Oleh karena itu diperlukan

perencanaan pembangunan yang komprehensif dan konsepsional sesuai dengan
karakteristik wilayah, agar dapat menjadi acuan pelaksanaan pembangunan yang
berhasil guna.
Pada tahun 2002 Kabupaten Barito Timur terbentuk menjadi kabupaten
baru/pemekaran dari Kabupaten Barito Selatan yang merupakan Kabupaten Induk.
Untuk itu perlu disusun satu rencana pembangunan kewilayahan yang tertuang dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sesuai luasan wilayah setelah pemekaran.
Penyusunan RTRW mengacu pada dua hal. Pertama adalah Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang. Kedua adalah Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Propinsi Kalimantan Tengah yang telah ditetapkan dengan Perda No. 8 Tahun
2003.
3.2.
KEBIJAKSANAAN TATA RUANG
3.2.1. Pemanfaatan Ruang
a. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya, kawasan perlindungan setempat dan kawasan suaka alam. Yang
termasuk sebagai kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya adalah kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air.
Kawasan perlindungan setempat terdiri dari sempadan sungai dan kawasan

sekitar mata air. Penataan kawasan lindung di Kabupaten Barito Timur terdiri
atas:
A. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya yang ada
di Kabupaten Barito Timur meliputi kawasan resapan air. Kawasan resapan
air merupakan kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi
(akifer) yang berguna sebagai sumber air.
Kawasan resapan air di Kabupaten Barito Timur tersebar di Kecamatan
Benua Lima, Dusun Timur, Karusen Janang, dan Dusun Tengah dengan
luasan kurang lebih 2.997 ha.

III-1

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

B. Kawasan Perlindungan Setempat
Sesuai Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008, kawasan perlindungan
setempat dalam wilayah Kabupaten Barito Timur adalah kawasan
sempadan sungai.

Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk
sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria:
a) daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit
5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
b) daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi
sungai;
c) daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (limapuluh) meter dari tepi
sungai.
Pengembangan sempadan sungai di wilayah Kabupaten Barito Timur
direncanakan seluas ± 4.669 Ha, dengan pengembangan sempadan pada
kiri dan kanan aliran sungai. Lebar sempadan ini adalah 100 meter di sisi
kiri dan kanan sungai besar, serta 50 meter di sisi kiri dan kanan anak
sungai yang berada di luar permukiman. Sedangkan yang berada di dalam
kawasan permukiman cukup dibangun jalan inspeksi dengan jarak 10 - 15
meter dari sisi terluar sungai.
C. Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana alam yang ada di Kabupaten Barito Timur
meliputi kawasan rawan bencana banjir. Kawasan rawan banjir ditetapkan
dengan kriteria kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi
tinggi mengalami bencana alam banjir. Berdasarkan kriteria kawasan
rawan banjir di wilayah Kabupaten Barito Timur
yang disebabkan
intensitas curah hujan yang tinggi dengan luas area ± 35.567,82 ha yang
dapat terjadi pada lokasi:
a. Daerah sempadan danau yang tersebar di kecamatan Benua Lima,
Dusun Timur, dan Karusen Janang
b. Daerah dataran banjir (floodplain area), yaitu tersebar pada daerah
rendah dan rawa sebagian wilayah Kabupaten Barito Timur.
c. Daerah sempadan sungai, meliputi: Sungai dan anjir/handil lainnya yang
tersebar di wilayah Kabupaten Barito Timur.
b. Kawasan Budi Daya
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, bahwa kawasan budidaya adalah wilayah
yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi
dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan. Rencana pola ruang kawasan budidaya wilayah Kabupaten Barito
Timur pada dasarnya diarahkan dalam rangka optimasi pemanfataan sumber

daya alam secara berkelanjutan sesuai daya dukung dan daya tampung.
Kriteria untuk mendelineasi kawasan/sub-kawasan budidaya secara umum
lebih didasarkan pada faktor kesesuaian lahan untuk dikembangkan. Pada
dasarnya terdapat wilayah yang dapat memenuhi kriteria untuk pengembangan

III-2

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

beberapa jenis kegiatan budidaya (misalnya pertanian pada tanaman lahan
basah, tanaman lahan kering, perkebunan). Penggarisannya (deliniasi) di atas
peta (overlay). Dengan demikian pengalokasian ruangnya disamping
didasarkan pada kesesuaian lahan, juga perlu mempertimbangkan aspek
ekonomis serta kebijaksanaan secara nasional atau daerah sebagai dasar bagi
prioritasnya.
A. Kawasan Hutan Produksi
Yang dimaksud dengan “kawasan hutan produksi” adalah kawasan hutan
yang secara ruang digunakan untuk budidaya hutan alam dan hutan
tanaman. Kawasan peruntukan hutan produksi ditetapkan dengan kriteria
memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan

jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No : SK,292/MenhutII/2011 tanggal 31 Mei 2011 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan
menjadi bukan kawasan hutan, perubahan fungsi kawasan hutan dan
penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan di Provinsi
Kalimantan Tengah, persebaran hutan produksi di Kabupaten Barito Timur
adalah seluas ± 70.331 ha yang sebagian lahannya berdasarkan kondisi
eksisting merupakan kawasan perkebunan (holding zone) seluas ± 6.474 ha.
B. Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Yang dimaksud dengan “kawasan hutan produksi terbatas” adalah kawasan
hutan yang secara ruang digunakan untuk budidaya hutan alam. Kawasan
peruntukan hutan produksi terbatas ditetapkan dengan kriteria memiliki
faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah
skor 125 (seratus dua puluh lima) sampai dengan 174 (seratus tujuh puluh
empat).
Persebaran Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Barito Timur
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No: SK,292/MenhutII/2011 tanggal 31 Mei 2011 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan
menjadi bukan kawasan hutan, perubahan fungsi kawasan hutan dan
penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan di Provinsi
Kalimantan Tengah adalah seluah ± 26.203 ha, sebagian lahannya
merupakan holding zone kawasan pertambangan seluas ± 3.387 ha.

C. Kawasan Hutan Produksi Konversi
Yang dimaksud dengan “kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi”
adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan
bagi perkembangan transportasi, transmigrasi, permukiman, pertanian,
perkebunan, industri, dan lain-lain. Kawasan peruntukan hutan produksi
yang dapat dikonversi ditetapkan dengan kriteria:
a. Memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan
dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat); dan/atau
b. Merupakan kawasan yang apabila dikonversi mampu mempertahankan
daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No: SK,292/MenhutII/2011 tanggal 31 Mei 2011 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan
menjadi bukan kawasan hutan, perubahan fungsi kawasan hutan dan

III-3

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan di Provinsi
Kalimantan Tengah, persebaran hutan produksi Konversi di Kabupaten
Barito Timur adalah seluas ± 58.203 ha yang sebagian lahannya

berdasarkan kondisi eksisting (holding zone) merupakan kawasan :
a. perkebunan seluas ± 24.246 ha,
b. permukimanseluas± 123 ha,
c. pertambangan seluas ± 5.207 ha.
D. Kawasan Permukiman
Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Permukiman dan Perumahan.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan
perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana lingkungan.
Kawasan peruntukan permukiman harus dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan, serta tempat kerja yang memberikan pelayanan dan
kesempatan kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan
penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan
berhasil guna. Kawasan peruntukan permukiman merupakan bagian dari
lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan
perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan.
Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:
a. berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan
bencana;
b. memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luarkawasan;
dan/atau
c. memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.
Penerapan criteria kawasan peruntukan permukiman secara tepat
diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan permukiman yang
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. meningkatkan ketersediaan permukiman dan mendayagunakan
prasarana dan sarana permukiman;
b. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor
serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
c. tidak mengganggu fungsi lindung;
d. tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam;
e. meningkatkan pendapatan masyarakat;
f. meningkatkan pendapatan daerah;
g. menyediakan kesempatan kerja; dan/atau

h. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Arahan kawasan permukiman di Kabupaten Barito Timur, terdiri dari:
• Kawasan permukiman lokasinya tersebar diseluruh kecamatan seluas
9.309 ha.
• Pengembangan kawasan permukiman skala perkotaan meliputi
kecamatan yang memiliki potensi berupa dukungan jumlah penduduk

III-4

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

relatif lebih tinggi dan fasilitas relatif lengkap, yaitu di Kecamatan Dusun
Timur dan Kecamatan Dusun Tengah.
• Pengembangan kawasan permukiman skala perdesaan yang diarahkan
pembangannya di pusat-pusat wilayah pengembangan lainnya yang
dilihat dari jumlah penduduk dan tingkat kepadatan relatif rendah, yaitu
Kecamatan Raren Batuah, Pematang Karau, Paku, Karusen Janang,
Awang, Patangkep Tutul, Paju Epat, dan Kecamatan Benua Lima.
E. Kawasan Pertanian
Kawasan peruntukan pertanian selain dimaksudkan untuk mendukung

ketahanan pangan nasional juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
bahan baku industri dan penyediaan lapangan kerja. Yang dimaksud dengan
“kawasan peruntukan pertanian” mencakup kawasan budidaya tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan/atau tanaman industri.
Kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan
pertanian;
b. ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;
c. mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau
d. dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.
Penerapan kriteria kawasan peruntukan pertanian secara tepat diharapkan
akan mendorong terwujudnya kawasan pertanian yang dapat memberikan
manfaat berikut:
a. memelihara dan meningkatkan ketahanan pangan nasional;
b. meningkatkan daya dukung lahan melalui pembukaan lahan baru untuk
pertanian tanaman pangan (padi sawah, padi gogo, palawija, kacangkacangan, dan umbi-umbian), perkebunan, peternakan, hortikultura, dan
pendayagunaan investasi;
c. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor
serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
d. meningkatkan upaya pelestarian dan konservasi sumberdaya alam untuk
pertanian serta fungsi lindung;
e. menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan serta
kesejahteraan masyarakat;
f. meningkatkan pendapatan daerah;
g. mendorong perkembangan industri hulu dan hilir yang dapat melahirkan
efek keterkaitan;
h. mengendalikan adanya alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian
agar keadaan lahan tetap abadi;
i. melestarikan nilai social budaya dan daya tarik kawasan perdesaan;
dan/atau
j. mendorong pengembangan sumber energi terbarukan.
Ditetapkannya UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan, bahwa sesuai dengan pembaruan agraria
yang berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan sumber daya agraria perlu perlindungan
lahan pertanian pangan secara berkelanjutan yang diselenggarakan dengan
tujuan:
a. melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan;
b. menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan;
c. mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan;

III-5

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

d.
e.
f.
g.
h.
i.

melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani;
meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat;
meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani;
meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak;
mempertahankan keseimbangan ekologis; dan
mewujudkan revitalisasi pertanian.

Pengembangan kawasan pertanian di Kabupaten Barito Timur adalah seluas
± 18.339 ha yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada.
F. Kawasan Perkebunan
Pada dasarnya kawasan perkebunan merupakan salah satu pusat
pertumbuhan dan pengembangan sistem dan usaha agribisnis perkebunan
yang berkelanjutan, melalui:
1. Membangun usaha perkebunan yang berkelanjutan (sustainable
deelopment);
2. Melaksanakan pergeseran kebijakan pembangunan dari bobot timber and
crop management mengarah kepada multipurpose and estate
management;
3. Mempertangguh daya saing komoditas perkebunan melalui peningkatan
mutu hasil dan efisiensi dengan dukungan kelembagaan koperasi atau
kelembagaan ekonomi masyarakat lainnya, dengan mitra usaha yang
mendorong peningkatan kesempatan kerja, pendapatan dan perolehan
devisa;
4. Menata pengusahaan lahan perkebuan dalam rangka retribusi manfaat
pengelolaan kebun, demi peningkatan pertumbuhan melalui pemerataan,
peningkatan investasi dan daya saing bagi pengusaha kecil, menengah
dan koperasi.
5. Memberdayakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat,
koperasi, pengusaha kecil dan menengah di subsektor perkebunan.
Pengembangan kawasan perkebunan dapat dibedakan menjadi empat
macam:
1. Kawasan Perkebunan Murni (KPM), yaitu kawasan perkebunan yang
vegetasi penyusunnya adalah hanya murni tanaman tahunan atau murni
tanaman semusim, tidak ada tanaman lain yang sengaja ditanam selain itu.
Jadi pada kawasan model ini, komoditas yang dipilih adalah seragam dari
golongan tanaman tahunan, seperti kelapa sawit, kelapa dalam, karet, dan
lain-lain.
2. Kawasan Perkebunan Campuran (KPC), yaitu kawasan perkebunan
yang vegetasi penyusunnya merupakan gabungan antara tanaman
tahunan dan tanaman semusim. Jadi dalam kawasan model ini, komoditas
yang dipilih adalah gabungan satu atau beberapa jenis tanaman tahunan
dan satu atau beberapa jenis tanaman semusim.
3. Kawasan Perkebunan Serbaguna (KPS), yaitu kawasan perkebunan
yang vegetasi utamanya adalah tanaman kebun, baik tahunan, semusim
maupun campuran, tetapi di sela-selanya ditanami tanaman pertanian lain
dan/atau tanaman pakan perkebunan. Dalam kawasan perkebunan model
ini, komoditas utamanya adalah tanaman kebun, dan untuk selingannya
dipilih komoditas tanaman pangan, atau buah-buahan, atau tanaman lain
yang dapat menambah keuntungan. Dalam hal ini, antara satu komoditas
dengan komoditas yang lain tidak ada satu keterkaitan, tetapi juga tidak
saling mengganggu.

III-6

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

4. Kawasan Perkebunan Terpadu (KPT), yaitu kawasan perkebunan yang
komoditas yang dipilih adalah gabungan antara tanaman pertanian, baik
tahunan maupun semusim, dengan hewan perkebunan. Dalam kawasan
perkebunan model ini, komoditas utamanya adalah tanaman kebun, dan
untuk selingannya dipilih komoditas tanaman pangan, atau buah-buahan,
atau tanaman lain yang dapat menambah keuntungan, dan binatang
perkebunan. Dalam hal ini, antara satu komoditas dengan komoditas yang
lain, memiliki keterkaitan atau keterpaduan fungsinya dalam mendukung
keberhasilan pengembangannya.
Adapun pengembangannya di Kabupaten Barito Timur adalah seluas ±
181.319 ha yang tersebar di hampir seluruh kecamatan.
G. Kawasan Pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan adalah kawasan yang diperuntukkan
bagi pertambangan baik wilayah yang sedang maupun akan segera dilakukan
kegiatan pertambangan. Penetapan kawasan pertambangan di Kabupaten
Barito Timur sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kementerian Pertambangan
dan Energi atau Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi maupun Kabupaten
yang penetapannya pada lokasi yang mempunyai potensi bahan tambang
bernilai tinggi.
Jenis pertambangan di Kabupaten Barito Timur sebagian besar adalah
merupakan pertambangan batubara yang tersebar di hampir seluruh
kecamatan. Beberapa lokasi di Kabupaten Barito Timur sudah ada yang
sampai pada tahap eksploitasi atau produksi.
3.3.
KEBIJAKAN KABUPATEN BARITO TIMUR
RTRW Kabupaten Barito Timur masih dalam tahap pembahasan Ranperda pada tahun
2012, setelah mendapat persetujuan Substansi dari Menteri Pekerjaan pada tahun
2011. Menunjukan pemekaran kabupaten sangat mempengaruhi Kabupaten Barito
Timur sebagai kabupaten pemekaran.
3.3.1.

Konsep Pengembangan Tata Ruang Wilayah

Pengembangan prasana transportasi dimaksudkan untuk memudahkan
interaksi antar pusat-pusat dengan wilayah belakangnya dan pusat dengan
wilayah yang Iebih luas, sehingga akan mendorong perkembangan kegiatan
perekonomian wilayah. Disamping pengembangan hubungan antar pusat dan
hubungan pusat dengan wilayah yang Iebih luas juga perlu pengembangan
jalur transportasi dari setiap pusat ke wilayah belakangnya masing-masing.
Peningkatan aksesibilitas ini dimaksudkan untuk tercapainya integrasi spasial di
dalam Kabupaten Barito Timur yang ditunjukan dengan adanya keterkaitan
ekonomi antar wilayah. Secara ekonomis keterkaitan spasial akan
meningkatkan nilai rate of return dan daya saing wilayah karena akan
mengurangi beban biaya transportasi untuk setiap komoditi yang diperoleh oleh
Kabupaten Barito Timur.
Mengembangkan kapasitas masyarakat lokal, terutama jiwa wirausaha, untuk
terlibat secara lebih luas dalam kegiatan ekonomi. Dalam konteks
pengembangan ekonomi wilayah, peningkatan kapasitas masyarakat ini dapat
berperan secara signifikan terhadap proses memaksimalkan local multiplier
yang selanjutnya dapat memacu pertumbuhan ekonomi wilayah secara lebih
cepat.
Mengembangkan sistem unit pelayanan terpadu (one stop service) sehingga
proses pelayanan publik dan perijinan usaha dapat dilakukan dalam waktu yang
singkat. Strategi ini merupakan salah satu bentuk insentif kepada para investor

III-7

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

yang dapat dipromosikan. Mengembangkan pola keterkaitan antar berbagai
sektor ekonomi sehingga bisa tercapai integrasi sektoral yang dicirikan dengan
adanya backward & forward linkage diatara sektor-sektor ekonomi di
Kabupaten Barito Timur.
3.3.2. Rencana Penggunaan Ruang Untuk Kawasan Lindung
Penetapan kawasan lindung Kabupaten Barito Timur setelah pemekaran belum
diketahui, menunggu rampungnya RTRW yang sedang disusun.
Kawasan Lindung mutlak diperlukan di wilayah Kabupaten Barito Timur, baik
untuk perlindungan pada wilayah yang lebih Iuas maupun untuk perlindungan
pada lingkup wilayah Kabupaten. Pada dasamya kondisi fisik alam Kabupaten
Barito Timur mempunyai sifat mudah tererosi dan melihat bayaknya daerah
rawa maka kondisi alam rentan luapan air (banjir) dan kekeringan sehingga
pemanfaatan akan berdampak pada keseluruhan wilayah baik darat maupun
laut. Pemanfaatan lahan yang kurang hati-hati, khususnya diwilayah
pegunungan dan rawa akan memberikan dampak negatif terhadap
keseimbangan alam. Pada akhimya akan mempengaruhi daya dukung alani
untuk mendukung keberlanjutan kegiatan budidaya yang selanjutnya akan
menghambat perkembangan perekonomian wilayah dan kesejahteraan
masyarakat.
Sesuai dengan undang-undang tata ruang bahwa di dalam kawasan lindung
tidak diperkenankan adanya kegiatan penggunaan lahan untuk tujuan budidaya
kecuali kegiatan yang sifatnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
penelitian. Kegiatan dalam penetapan kawasan lindung antara lain :
‰ Mempertahankan luasan dan fungsi kawasan hutan lindung dan fungsi
resapan,
‰ Peningkatan kesadaran Iingkungan,
‰ Pengaturan irigasi pada lahan gambut,
‰ Pengendalian pertumbuhan dan konsentrasi penduduk/pemukiman serta
kegiatan sektoral yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan lindung.
Dalam mengoptimalkan fungsi kawasan lindung di Kabupaten Barito Timur
sesuai yang diarahkan dalam penyususunan Rencana tata Ruang Wilayah
maka diperlukan adanya kebijaksanaan yang mengikat beserta segala
peraturannya sehingga sebagai kawasan lindung benar-benar berfungsi
sebagai kawasan yang dapat melindungi kawasan bawahnya. Adanya
kebijaksanaan mengenai pemanfaatan lindung ini merupakan suatu keharusan
untuk segera diterapkan operasionalnya mengingat Kabupaten Barito Timur
berdasarkan kriteria kawasan lindung, memiliki berbagai jenis kawasan lindung.
Oleh karena itu perlu secara didelinasi tegas dalam rencana tata ruang wilayah
Kabupaten Barito Timur.
3.3.3. Rencana Penggunaan Ruang Untuk Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk budidaya. Kawasan budidaya mencakup kawasan permukiman perkotaan
dan perdesaan, pertanian tanaman pangan, perikanan, petemakan,
perkebunan, hutan produksi, perindustrian, pertambangan, pariwisata, dan
kawasan Iainnya.
Rencana penggunaan ruang untuk kawasan budidaya merupakan rencana
untuk mencapai tujuan penataan ruang yang telah ditetapkan. Dalam
merumuskan rencana penggunaan ruang untuk kawasan budidaya
dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
‰ Tujuan pengembangan tata ruang wilayah,
‰ Konsep pengembangan tata ruang wilayah,

III-8

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

‰ Strategi pengembangan tata ruang wilayah,
‰ Karakteristik wilayah, baik karakteristik ekstemal maupun internal.
Tujuan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Timur adalah meningkatnya
peranan ekonomi dari pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diperbaharui
untuk kemakmuran masyarakat dan mengarah pada pengembangan
agroindustri berbasis masyarakat. Konsep Pengembangan Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Barito Timur mengarahkan pada terciptanya pusat-pusat produksi
yang mempunyai kemudahan untuk berinteraksi dengan pasar, baik internal
maupun ekstemal, dan dengan wilayah belakangnya, yang mempunyai potensi
produksi, khususnya berkaitan dengan potensi sumber daya alam spesifik yang
dimiliki, yang bersifat dapat diperbaharui. Oleh karena itu Strategi
Pengembangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Timur terutama
diarahkan untuk memberikan dorongan kemudahan berkembangnya interaksi
wilayah dan berkembangnya pemanfaatan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui dan mempunyai nilai ekonomi tinggi dengan mengembangkan
sistem dan mekanisme pengelolaan agroindustri.
Apabila ditinjau dari sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Barito Timur,
potensi lahan budidaya di kabupaten ini merata di seluruh wilayah kabupaten,
sebagian besar sesuai untuk pengembangan budidaya hutan produksi, Hutan
Tanaman Industri dan perkebunan. Hal ini mengingat karakteristik fisik alamnya
yang berbukit-bukit, serta sifat tanahnya yang mudah mengembang dan
mengurai. Karaktenstik fisik alam Kabupaten Barito Timur juga kurang
mendukung kesuburan tanahnya untuk budidaya pertanian. Komoditas
perkebunan tanaman keras yang sesuai di Kabupaten Barito Timur adalah
karet, kelapa dalam, dan kelapa sawit.
Alam yang dimiliki Kabupaten Barito Timur memberikan potensi wilayah untuk
dapat berkembang sebagai pusat pengembangan petemakan, khususnya
temak besar. Pengembangan jenis ternak ini terbanyak di daerah transmigrasi
seperti di Kacamatan Paku. Untuk kegiatan perikanan di Kabupaten Barito
Timur masih bertumpu pada usaha penangkapan ikan, pada perairan umum
(sungai, danau, rawa). Pada kondisi demikian produksi ikan sangat ditentukan
oleh kondisi iklim. Oleh karena itu perlu digalakkan budidaya perikanan di
wilayah kabupaten Barito Timur.
3.3.4. Kawasan Budidaya Non Pertanian
1. Kawasan Perkotaan
Hirarki Kota dan fungsi kota-kota di Kabupaten Barito Timur tahun 2002,
sebelum pemekaran kabupaten tentunya akan berubah setelah adanya
pemekaran
kabupaten.
Kawasan
perkotaan
yang
telah
ada
pengembangannya haruslah berdasarkan pendekatan kemampuan tahan
dan kesesuaian lahan bagi pembangunan dan pengembangan perkotaan.
2. Pengembangan Kawasan Industri
Pengembangan kawasan industri meliputi aneka industri dan industri kecil
untuk mengolah bahan baku yang berasal dari hasil pertanian tanaman
pangan, peternakan, perikanan, perkebunan, hasil hutan dan
pertambangan. Dengan demikian, maka strategi pengembangan sektor
kunci dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah terhadap produksi
khususnya sumber daya alam hayati dan sumberdaya non hayati dari
daerah setempat. Untuk menunjang pengembangan sektor industri ini,
maka kebijaksanaan mengirimkan bahan jadi atau setengah jadi, mengingat
sudah adanya penetapan Kawasan Industri di Kabupaten Barito Timur yaitu
Kawasan Ampah Kota dan Tamiang Layang.
3. Pengembangan Pariwisata

III-9

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

Pengembangan pariwisata diutamakan pada pariwisata alam seperti wisata
alam dan budaya.
3.3.5. Prasarana Transportasi Wilayah
1. Transportasi Darat
Rencana pengembangan jaringan jalan yang diutamakan adalah
pengembangan jaringan jalan utara-selatan dan timur-barat. Rencana
pengembangan jaringan jalan dan rencana pengaturan dan tata jenjang
jaringan jalan sesuai dengan permasalahan diatas adalah :
‰ Ruas jalan arah Kalimantan Selatan– Tamiang Layang - Ampah menuju Buntok dan Muara Teweh, merupakan Jalan Negara yang
secara langsung mempunyai fungsi Arteri primer.
‰ Pembangunan dan atau peningkatan ruas jalan dari Tamiang Layang ke
Ibukota Kecamatan dan sekitamya tentunya akan sangat berpengaruh
terhadap lancarnya pemasaran, hasil pertanian. Demikian juga
pembangunan / peningkatan ruas jalan dari Ampah Kota ke Kawasan
Sekitarnya.
Agar tercapainya keseimbangan dan kemudahan aktivitas perhubungan
dalam pengembangan wilayah di masa mendatang, maka perlu diusulkan
pengadaan terminal yang representatif terutama untuk pusat - pusat
pertumbuhan wilayah. Kecamatan - kecamatan yang memungkinkan
adanya terminal yaitu pada kota-kota yang memang diprioritaskan sebagai
pusat pertumbuhan dan pengembangan wilayah yaitu Tamiang Layang
yang merupakan ibukota kabupaten dengan fungsi sebagai Pusat
Pengembangan Wilayah dan Amaph Kota dan Hayaping yang merupakan
ibukota kecamatan dengan fungsi Pusat Pengembangan Antar SubWilayah. Dengan dioperasikannya terminal antar kota di kabupaten Barito
Timur mempengaruhi jumlah kendaraan yang datang dari luar kota masuk
ke dalam kota Tamiang Layang, sehingga angkutan dalam kota dapat
memanafaatkan peluang tersebut.
2. Pengembangan Prasarana Transportasi Air
Untuk menghubungkan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya,
transportasi sungai sampai sekarang masih memegang peranan penting
terutama kecamatan yang menggunakan transportasi sungai untuk
melakukan pergerakan di dalam kabupaten dan ke Iuar wilayah kabupaten.
Untuk itu, pengembangan dermaga baru dan perbaikan kondisi dermaga
yang ada sekarang di kecamatan tersebut sangat diperlukan guna
mendukung pergerakan penduduk dan barang terutama Kecamatan Paju
Epat.
Fungsi pelabuhan atau dermaga adalah merupakan gerbang keluar
masuknya penumpang dan barang, seperti yang selama ini pelabuhan
Telang Baru merupakan gerbang keluar masuknya barang dan hasil
tambang dari dan ke Kabupaten Barito Timur.
3.4.
Visi dan Misi Kabupaten Barito Timur
3.4.1. Visi
Visi pembangunan Kabupaten Barito Timur yang dicanangkan oleh Bupati
Barito Timur dan Wakil Bupati Barito Timur masa pemerintahan tahun 2013 –
2018 adalah :
“TERWUJUDNYA BARITO TIMUR SEHAT, CERDAS DAN SEJAHTERA
MELALUI PEMERINTAHAN YANG AMANAH, BERSIH, BERWIBAWA,

III-10

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

DENGAN BERORIENTASI EKONOMI KERAKYATAN”
3.4.2. Misi
Memperhatikan uraian dalam Visi dan Misi umum yang telah dicanangkan,
kemudian dikaitkan dengan program prioritas Bupati Barito Timur dan Wakil
Bupati Barito Timur dalam masa pemerintahan tahun 2013 – 2018, yang
dirumuskan sebagai berikut :
a) Melaksanakan pemerintahan daerah yang baik secara efektif, efisien,
bertanggungjawab dan transparan;
b) Membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana jalan-jembatan
penunjang pendidikan, kesehatan, pertanian, peternakan, perikanan dan
perkebunan untuk percepatan pembangunan, serta melakukan percepatan
pembangunan desa melalui konsep mandiri perdesaan (ngamuan Tumpuk)
dengan pola transparan dan aspiratif;
c) Meningkatkan penataan kesehatan masyarakat, meliputi penyediaan
pelayanan kesehatan dasar, peningkatan kualitas/kuantitas tenaga
kesehatan;
d) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, melalui peningkatan mutu
pendidikan;
e) Mengembangkan pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan
berdasarkan keahlian serta kearifan lokal masyarakat;
f) Pemberdayaan masyarakat dengan konsep ekonomi kerakyatan di segala
bidang melalui Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
menuju masyarakat yang mandiri dan sejahtera serta perlindungan
terhadap tenaga kerja lokal dan ketersediaan lapangan kerja.
g) Pembinaan umat beragama secara adil, merata dan pembinaan olahraga,
seni budaya.
3.5.
Kerangka Dasar Pengembangan Tata Ruang Wilayah
3.5.1. Tujuan Pengembangan Tata Ruang Wilayah
Skenario pembangunan masa depan Kabupaten Barito Timur harus
berkelanjutan (sustainable development) dan berbasis sumber daya alam lokal
(pertanian, pertambangan, perkebunan, dan pariwisata) yang berorientasi
penuh pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian
rumusan tujuan penataan ruang Kabupaten Barito Timur adalah:
“Mewujudkan wilayah Kabupaten Barito Timur yang berkembang dan
sejahtera serta berjatidiri melalui pemanfaatan sumber daya alam secara
optimum berbasiskan agrowisata yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan”.
Adapun penjelasan lebih lanjut dari tujuan tersebut di atas adalah sebagai
berikut:
1. Berkembang; adalah meningkatnya pembangunan wilayah secara terpadu
dan seimbang melalui pembangunan infrastruktur ke berbagai kawasan.
2. Sejahtera; adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat yang tercermin
dari cukupnya fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa serta
fasilitas lainnya, sehingga meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
3. Berjatidiri, bahwa masyarakatnya mempunyai nilai sosial yang tinggi dengan
dibekali ilmu pengetahuan dan teknologi yang didasari iman dan taqwa.
4. Pemanfaatan sumber daya alam secara optimum, adalah pemanfaatan
sumber daya alam yang ada di dalam wilayah Kabupaten Barito Timur untuk
kepentingan pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya.

III-11

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

5. Berbasis agrowisata, adalah pembangunan dan pengembangan wilayah
Kabupaten Barito Timur didasarkan atas sektor unggulan yang potensial
yaitu agropolitan dan pariwisata.
6. Berwawasan lingkungan; adalah pemanfaatan sumber daya alam secara arif
sehingga terjamin keberlanjutannya (Thedore Roosevelt, 1902). Dalam hal
ini terkandung upaya pelestarian, pemeliharaan dan pemulihan fungsi-fungsi
alam yang berperan dalam menjaga keseimbangan alam (ekosistem)
termasuk didalamnya upaya-upaya mitigasi bencana longsor dan banjir.
3.5.2. Kebijakan Pengembangan Tata Ruang Wilayah
Memperhatikan rumusan tujuan penataan ruang, kapasitas sumber daya
wilayah, kebijakan penataan ruang nasional dan provinsi untuk Kabupaten
Barito Timur, maka rumusan kebijakan penataan ruang adalah sebagai berikut:
1. Pemerataan pembangunan diseluruh wilayah Kabupaten Barito Timur.
2. Pengembangan pusat-pusat pemukiman untuk mendukung pengembangan
ekonomi sektor pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan
pariwisata sesuai daya dukung wilayah.
3. Peningkatan dan pengembangan kualitas sumberdaya manusia untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki keimanan yang
tinggi.
4. Peningkatan produksi wilayah melalui intensifikasi dan moderenisasi
pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan.
5. Peningkatan dan pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier
berbasis agro dan pariwisata sesuai keunggulan kawasan yang bernilai
ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah
lingkungan.
6. Penguatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung.
7. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
3.5.3. Strategi Pengembangan Tata Ruang Wilayah
Dengan pertimbangan bahwa strategi adalah turunan dari kebijakan yang
dijabarkan secara lebih operasional yang dapat dituangkan dalam bentuk
ruang. Mengacu kepada klausul kebijakan yang telah dirumuskan di atas serta
dikaitkan dengan program pembangunan yang tertuang dalam RPJMD
Kabupaten Barito Timur, maka strategi penataan ruang adalah sebagai berikut:
1. Strategi yang diperlukan untuk pemerataan pembangunan di seluruh wilayah
Kabupaten Barito Timur adalah sebagai berikut:
a.
Membangun dan meningkatkan sistem prasarana transportasi darat
untuk membuka aksesibilitas antar kecamatan, kelurahan dan desa serta
sentra-sentra produksi secara terencana dan terpadu;
b. Mengembangkansistem transportasi multimoda secara terintegrasi
melalui pengembangan jaringan jalan, terminal, transportasi darat, dan
transportasi udara sebagai simpul transportasi;
c. Mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana
sumber daya air untuk menunjang kegiatan perkotaan;
d. Mengembangkan keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan secara
fungsional.
e. Mengembangkan dan meningkatkan sistem prasarana jaringan energi
dengan memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara
optimal; dan
f.
Mengembangkan dan meningkatkan fungsi PKLp, PPK sebagai
simpul produksi hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.

III-12

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

2. Strategi yang diperlukan untuk pengembangan pusat-pusat pemukiman
untuk mendukung pengembangan ekonomi sektor pertanian, peternakan,
perkebunan, perikanan dan pariwisata sesuai daya dukung wilayah adalah
melalui:
a. Meningkatkan kegiatan pertanian, kehutanan dan perkebunan melalui
pola intensifikasi dan ekstensifikasi dengan tetap mempertahankan
ekosistem lingkungan.
b. Meningkatkan dan mengembangkan kawasan agropolitan dengan
melengkapi fasilitas perdagangan sebagai pusat koleksi distribusi dan
jasa pendukung komoditas pertanian kawasan.
c. Meningkatkan dan mengembangkan industri berbasis pertanian berupa
perlengkapan saprodi dan sarana pendukungnya.
d. Meningkatan dan mengembangkan kegiatan jasa perdagangan untuk
mendukung kegiatan primer dan sekunder, serta menciptakan lapangan
kerja perdesaan terutama di kawasan pusat pertumbuhan di Ampah
sebagai PKLp yang di promosikan ke Provinsi Kalimantan Tengah..
e. Mengembangkan kegiatan sektor unggulan pada kawasan andalan
antara lain pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan dan
pariwisata.
3. Strategi yang diperlukan dalam rangka peningkatan dan pengembangan
kualitas sumberdaya manusia dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memiliki keimanan yang tinggi meliputi:
a. Membangunan sarana dan prasarana pendidikan yang berkulitas;
b. Mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan
dan budaya lokal untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk; dan
c. Membangunan
dan
meningkatkan
sarana
dan
prasarana
peribadatanyang mendukung dan menunjang peningkatan kualitas
keimanan masyarakat;
4. Strategi yang dilakukan dalam rangka peningkatan produksi wilayah melalui
intensifikasi dan moderenisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah
lingkungan dilakukan melalui:
a. Meningkatkan produktivitas hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan
melalui intensifikasi lahan;
b. Memanfaatkan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi
peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan
masyarakat;
c. Meningkatkan teknologi pertanian, termasuk perkebunan, perikanan,
peternakan dan kehutanan sehingga terjadi peningkatan produksi dengan
kualitas yang lebih baik dan bernilai ekonomi tinggi; dan
d. Menguatkan strategi pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan
sumber daya manusia dan kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi yang
dibutuhkan.
5. Strategi yang perlu diterapkan dalam rangka peningkatan dan
pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro dan
pariwisata sesuai keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola
secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan, yaitu melalui:
a. Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai
komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agroindustri dan
agribisnis).

III-13

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

b. Meningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan
sarana pendukung, pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta
pemasaran yang lebih agresif dan efektif.
c. Meningkatkan keterkaitan fungsi pengembangan kegiatan pariwisata
dengan sektor lainnya terutama pertanian untuk memberikan nilai
efisiensi yang tinggi dan percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah.
d. Membangun prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk
pemenuhan hak dasar dalam rangka perwujudan tujuan penataan ruang
yang berimbang dan berbasis konservasi serta mitigasi bencana.
e. Membangun utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai
sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman (kawasan).
f. Membangun sarana dan prasarana transportasi yang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang.
6. Strategi yang perlu dilakukan dalam rangka penguatan dan pemulihan fungsi
kawasan lindung adalah:
a. Meningkatkan fungsi kawasan lindung di dalam dan di luar kawasan
hutan;
b. Memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah berubah fungsi;
c. Membatasi pengembangan prasarana wilayah di sekitar kawasan lindung
untuk menghindari tumbuhnya kegiatan perkotaan yang mendorong alih
fungsi lahan kawasan lindung;
d. Mendayagunakan kawasan lindung hutan dan non hutan secara optimum
melalui jasa lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
e. Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan
pada kawasan lindung; dan
f. Mencegah kerusakan lingkungan akibat kegiatan budidaya.
7. Strategi yang diperlukan dalam rangka peningkatan fungsi untuk pertahanan
dan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g, terdiri
atas:
a. Mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
b. Mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan
peruntukannya;
c. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai
zona penyangga;
d. Memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.
3.6.
Sistem Pusat Permukiman
3.6.1. Sistem Permukiman Perkotaan
Sebelum menentukan rencana struktur ruang untuk pengembangan sistem
permukiman perkotaan, terlebih dahulu memperhatikan kriteria-kriteria
permukiman perkotaan dan dengan memperhatikan dasar-dasar pertimbangan
yang menjadi proses penentuan rencana ini. Berikut adalah beberapa kriteria
penentu permukiman perkotaan, diantaranya:
1. Berfungsi sebagai pusat pengumpul dan pemasaran komoditi unggulan lokal
berorientasi pasar wilayah beberapa kecamatan atau lokal (internal);
2. Berfungsi sebagai simpul jaringan transportasi lokal (Kabupaten atau
beberapa Kecamatan);
3. Memiliki fungsi pelayanan jasa-jasa pemerintahan dan kemasyarakatan
beberapa kecamatan;

III-14

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

4. Bersifat khusus mendorong perkembangan sektor strategis atau kegiatan
khusus lainnya di wilayah kabupaten.
Selanjutnya beberapa pertimbangan yang menjadi dasar proses penentuan
rencana sistem permukiman perkotaan, diantaranya:
1. Penduduk dalam wilayah tersebut adalah penduduk dengan kegiatan mata
pencaharian utamanya adalah bukan dari pertanian (non-pertanian);
2. Kelengkapan fasilitas dan sarana penunjang masyarakat perkotaan tersedia
sesuai dengan tingginya tingkat kebutuhan;
3. Ketersediaan sistem transportasi atau kemudahan dalam pencapaian
(aksesibilitas dan mobilitas) ke tempat tujuan.
Dari identifikasi pusat-pusat permukiman diketahui bahwa wilayah yang
dikategorikan sebagai permukiman perkotaan adalah seluruh ibukota Kecamatan
yang ada, namun yang saat ini sangat berkembang adalah Kota Tamiang Layang di
Kecamatan Dusun Timur dan perkotaan Ampah di Kecamatan Dusun Tengah.
Tetapi seiring dengan perkembangan dan pembangunan wilayah kabupaten yang
terus berkelanjutan, maka status wilayah yang terkena dampak langsung maupun
tidak langsung dari pembangunan fisik wilayah secara berkesinambungan akan ikut
berubah.
3.6.2. Sistem Permukiman Perdesaan
1. Rencana pengembangan sistem permukiman perdesaan dilakukan dengan
mengembangkan kegiatan permukiman yang memiliki keterkaitan erat dengan
sistem permukiman perkotaan serta pengembangan kawasan produksi hasilhasil pertanian, peternakan, kehutanan, pertambangan, dan perikanan. Adapun
rencana sistem permukiman perdesaan adalah diarahkan tersebar dimasingmasing kecamatan terutama pada lokasi-lokasi kegiatan pertanian.
2. Faktor yang membedakan antara kawasan perkotaan dengan kawasan
perdesaan adalah kegiatan utamanya, pertanian dan bukan pertanian.
Manivestasi penduduk yang relevan dalam pemanfaatan ruang adalah
permukimannya, sementara manivestasi kegiatan penduduk tersebut adalah
bentuk-bentuk pemanfaatan ruang yang ada disekitar permukiman tersebut.
Dengan demikian pola pemanfaatan ruang dan keterkaitan diantaranya akan
mencirikan apakah suatu kawasan merupakan kawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan.
3. Dari beberapa pertimbangan di atas, maka rencana sistem permukiman
perdesaan yang akan dikembangkan di wilayah Kabupaten Barito Timur
tersebar di wilayah kecamatan yang mempunyai kesamaan kegiatan utamanya
adalah kegiatan pertanian, yaitu : Kecamatan Raren Batuah, Kecamatan
Pematang Karau, Kecamatan Paku, Kecamatan Patangkep Tutui, dan
Kecamatan Benua Lima.
3.7.
Sistem Prasarana Wilayah
3.7.1. Sistem Prasarana Transportasi Wilayah
Pengembangan sistem transportasi dimaksudkan untuk memudahkan interaksi
antar pusat, pusat dengan wilayah belakangnya, pusat dengan kawasan
strategis/prioritas dan pusat dengan wilayah yang lebih Iuas, sehingga akan
mendorong perkembangan kegiatan perekonomian wilayah. Kebutuhan
pengembangan sistem transportasi wilayah :
1. Pembentukan struktur jaringan jalan yang berhirarki, sehingga fungsi
jaringan jalan yang dituju dapat diwujudkan.
2. Pengembangan transportasi inter-moda secara terpadu dilengkapi dengan

III-15

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

terminal dan pelabuhan maupun dermaga sungai yang berfungsi sebagai
‘transhipment point’ inter-moda transportasi.
3. Keterpaduan transportasi inter-moda akan membawa implikasi pada
prasarana fisik yang polanya ditentukan oleh struktur dan pola pemanfaatan
ruang yang ditetapkan.
4. Memanfaatkan secara optimal prasarana transportasi yang telah ada serta
pembangunan prasarana transportasi baru maupun peningkatan fungsi
prasarana yang ada
3.7.1.1. Rencana Pengembangan Transportasi
A.
Pengembangan Prasarana Jaringan Jalan
Pengembangan jaringan jalan di wilayah Kabupaten Barito Timur meliputi
jaringan jalan berdasarkan fungsi untuk melayani pergerakan antarwilayah,
antarprovinsi (eksternal-eksternal) maupun pergerakan antarwilayah dalam
provinsi (internal-eksternal), dan pergerakan intra zona yaitu pergerakan intra
wilayah Kabupaten Barito Timur.
Sistem jaringan prasarana jalan di wilayah perencanaan terdiri dari ruas jalan
yang tersusun berdasarkan hirarki fungsi jalan. Penentuan hierarki fungsi jalan
di wilayah perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Jalan Strategis Nasional yang berstatus Jalan Nasional adalah ruas jalan
yang menghubungkan : Ampah – Bambulung – Buntok – Palangka Raya.
Kondisi perkerasan jalan saat ini sebagian sudah dilapis aspal dan
sebagian besar dalam kondisi perkerasan baik.
2. Jalan Kolektor (K1)yang berstatus Jalan Nasional adalah ruas jalan yang
menghubungkan Kota Banjarmasin (Provinsi Kalsel) – Banjar Baru –
Martapura - Kabupaten Barito Timur – Muara Teweh – Kabupaten dan Kota
di Provinsi Kalimantan Tengah. Kondisi perkerasan jalan saat ini sudah
dilapis aspal/hotmix dan sebagian besar dalam kondisi perkerasan baik.
Dengan demikian jalan kolektor (K1) ini juga merupakan ruas jalan utama
yang menghubungkan beberapa pusat perkotaan dalam Kabupaten Barito
Timur, yaitu ruas jalan yang melalui : Taniran – Tamiang Layang – Dayu –
Tampa – Ampah - Unsum.
3. Jaringan jalan Kolektor (K3) yang berstatus Jalan Kabupaten adalah ruas
jalan yang menghubungkan antara pusat kegiatan yang satu dengan
simpul-simpul pusat kegiatan lainnya dalam wilayah Kabupaten Barito
Timur. Kondisi jalan saat ini adalah sebagian berupa perkerasan aspal
yang sebagian besar lapisan perkerasannya sudah terbuka bahkan
beberapa ruas hanya berupa batuan lepas dan dalam kondisi sangat rusak
dan sebagian jalan lainnya masih bersifat rencana. Jaringan jalan tersebut
menghubungkan Taniran – Bentot – Hayaping – Ampah.
4. Jaringan jalan Lokal yang berstatus Jalan Kabupaten adalah ruas jalan
yang menghubungkan satu simpul pusat pelayanan lingkungan dengan
simpul-simpul pusat kegiatan lainnya dalam wilayah Kabupaten Barito
Timur.
Kondisi jalan saat ini adalah berupa perkerasan aspal yang sebagian besar
lapisan perkerasannya sudah terbuka bahkan beberapa ruas hanya berupa
batuan lepas dan dalam kondisi sangat rusak. Jaringan jalan tersebut akan
menghubungkan ruas jalan yang melalui : Bambulung – Dayu – Telang
Siong – Pelabuhan Telang Baru; Telang Siong – Tamiang Layang;

III-16

RPI J M Bidang Cipt a Kar ya, Dinas Peker j aan Umum, Kabupat en Bar it o Timur

Tamiang Layang - Hayaping.
B.

Pengembangan Jembatan
Pengembangan dan pembangunan ruas jalan baru dan peningkatan jalan
di wilayah Kabupaten Barito Timur, maka pada ruas-ruas jalan yang
bersilangan dengan sungai membutuhkan prasarana jembatan. Struktur
jembatan yang berfungsi paling tepat untuk wilayah perencanaan adalah
yang paling baik memenuhi pokok-pokok perencanaan sebagai berikut:
a. Kekuatan dan stabilitas struktur;
b. Kenyamanan bagi pengguna jembatan;
c. Ekonomis;
d. Keawetan dan kelayakan jangka panjang;
e. Kemudahan pemeliharaan;
f. Estetika;
g. Dampak lingkungan pada tingkat yang wajar dan cenderung minimal.
Prinsip-prinsip dasar untuk perencanaan struktur jembatan adalah Limit
States atau Rencana Keadaan Batas, dengan memperhatikan beberapa
faktor berikut ini:
a. Pembebanan pada struktur atas jembatan harus dihitung berdasarkan
kombinasi dari semua jenis beban yang secara fisik akan bekerja pada
komponen struktur jembatan
b. Kekuatan struktur atas jembatan harus direncanakan berdasarkan
analisis struktur dan cara perhitungan gaya-gaya dalam yang ditetapkan
di dalam standar/peraturan yang disebut diatas dan khususnya
berhubungan dengan material yang dipilih.
c. Deformability, lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan
harus dihitung dengan cermat, baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang agar tidak melampaui nilai batas yang diizinkan oleh
standar/peraturan yang digunakan.
d. Umur layan jembatan harus direncanakan berdasakan perilaku jangka
panjang material dan kondisi lingkungan di lokasi jembatan yang
diaplikasikan pada rencana komponen struktur jembatan khususnya
selimut beton, permeabilitas beton, atau tebal elemen baja, terhadap
resiko korosi ataupun potensi degradasi meterial.

C.

Pembangunan Jaringan Prasarana dan Layanan Lalu Lintas
1. Pembangunan Jaringan Prasarana Lalu Lintas
Pembangunan jaringan prasarana lalu lintas yang berupa terminal
di wilayah Kabupaten Barito Timur perlu dilakukan, mengingat
hingga saat ini belum terdapat terminal untuk penumpang dan
barang yang memadai, baik dari segi daya tampung, lokasi maupun
kualitas pelayanan.
Dengan memperhatikan re