BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN SAMOSIR - DOCRPIJM 15084331665 BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
BAB V
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN SAMOSIR
5.1.
Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Samosir
Visi, Misi dan Program Pembangunan Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2011-2015 merupakan
Visi, Misi dan Program Kepala Daerah Kabupaten Samosir yang terpilih melalui pemilukada yang telah
ditetapkan menjadi visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Samosir tahun 2011-2015. Pemerintah
Kabupaten Samosir telah merumuskan visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Samosir tahun
2011-2015. Adapun Visi Kabupaten Samosir sebagai berikut:
“ Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif 2015 ”
Adapun tujuan penataan ruang Kabupaten Samosir adalah ”Mewujudkan ruang wilayah kabupaten
yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan nilai-nilai luhur budaya lokal untuk
mencapai Samosir sebagai Bona ni Pinasa yang lebih indah dan lebih damai menuju masyarakat
Sejahtera.” Adapun Tujuan Penataan Ruang dalam RTRW Kabupaten Samosir dititik beratkan pada
upaya untuk mengembangkannya sebagai daerah tujuan wisata yang berbasis ekologi. Semua kegiatan
yang ditata di atas ruang Kabupaten, baik yang berada di daratan Sumatera maupun di Pulau Samosir,
harus mempertimbangkan sistem lingkungannya. Tidak ada satu kegiatan pun yang ditata dengan
mengubah bentang alam asli yang sudah ada. Bentang alam (landscape) alami Kabupaten Samosir harus
dipertahankan agar visi Kabupaten sebagai daerah tujuan wisata yang berbasis pada kekayaan alam,
dapat tercapai.
5.1.1.
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Samosir
Berdasarkan pada perumusan tujuan penataan ruang Kabupaten Samosir serta merujuk maka
rumusan kebijakan penataan ruang bagi Kabupaten Samosir meliputi kebijakan struktur ruang dan
kebijakan pola ruang, meliputi:
1.
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung
Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung adalah Pelestarian dan Pemantapan fungsi lindung pada
bagian-bagian wilayah yang akan atau tetap memiliki fungsi lindung. Strategi Pengelolaan Kawasan
Lindung adalah strategi yang perlu dilakukan dalam rangka ” Pelestarian dan Pemantapan fungsi lindung
pada bagian-bagian wilayah yang akan atau tetap memiliki fungsi lindung” adalah:
a) Kegiatan budidaya atau kegiatan produksi yang berlangsung di dalam kawasan lindung dibatasi
perkembangannya dan kegiatan yang berada di dalam hutan lindung, dikenakan sanksi;
b) Pemanfaatan kawasan budidaya yang terkena dampak pemantapan kawasan lindung dengan
ditetapkannya RTRW Kabupaten ini, dapat diberikan kompensasi lahan di luar kawasan lindung dan
untuk perorangan dilakukan pembatasan permukiman atau enclavement;
Bab V
Page 85
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
c) Membatasi atau enclaving permukiman yang terdapat di dalam kawasan lindung yang
luasnya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat dan silsilah berkembangnya
permukiman tersebut;
d) Penghentian sama sekali atau pemindahan permukiman penduduk di sepanjang tepi sungai dan
danau akan dilakukan jika dinilai telah meng
e) Ganggu fungsi sungai dan danau tersebut;
f) Memberdayakan masyarakat dalam menjaga kawasan lindung, serta membina kegiatan perladangan
dan permukiman tradisional di dalamnya;
g) Mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung sesuai dengan fungsi hutan lindung yang
telah ditetapkan;
h) Menjaga konsistensi dan keterpaduan pemanfaatan kawasan lindung pada daerah-daerah perbatasan
dengan kabupaten di tepian Danau Toba;
2. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Kawasan Budidaya
Kebijakan Pengelolaan Budidaya adalah pengembangan kawasan budidaya baik untuk kegiatan
produksi maupun untuk permukiman diarahkan pada pengoptimalan pemanfaatan ruang untuk kegiatankegiatan budidaya sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungannya dan pengendalian
pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya untuk menghindari terjadinya konflik antar kegiatan atau
sektor. Strategi yang perlu dilakukan dalam rangka ”Pengembangan kawasan budidaya baik untuk
kegiatan produksi maupun untuk permukiman diarahkan pada pengoptimalan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan-kegiatan budidaya sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungannya dan pengendalian
pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya untuk menghindari terjadinya konflik antar kegiatan atau
sektor antara lain:
a) Pengembangan kawasan pariwisata yang terintegrasi dengan semua sektor terutama pada lokasilokasi yang memiliki potensi wisata, baik wisata alam, wisata budaya, wisata religius, maupun wisata
buatan;
b) Pengembangan kawasan hutan produksi yang sesuai dengan cara pengelolaan hutan produksi
terbatas dan diarahkan hanya di wilayah kabupaten yang berada di daratan sumatera saja;
c) Pengembangan kawasan hutan di wilayah kabupaten yang berada di pulau dikembangkan dengan
konsep agroforestry dan hutan wisata;
d) Pengembangan potensi pertambangan diarahkan pada kegiatan-kegiatan penggalian pada lokasilokasi deposit mineral strategis sepanjang tidak rawan terhadap terganggunnya ekosistem dan harus
melalui studi dampak lingkungan yang disesuaikan dengan skala produksi penggalian tersebut;
e) Pengembangan kawasan perikanan dilakukan di kawasan perairan danau toba dan badan-badan air
yang berada di daratan secara lestari;
f) Pengembangan budidaya pertanian dan perkebunan diarahkan pada lahan budidaya non hutan yang
sesuai dengan kesesuaian lahan dan daya dukung fisiknya;
Bab V
Page 86
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
g) Pengembangan kawasan industri dan zona industri diarahkan dengan skala produksi rumah tangga
dan usaha kecil pada lokasi strategis mempunyai keterkaitan dengan wilayah penghasil bahan baku
serta akses terhadap sarana dan prasarana pemasaran.
3.
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sektor Perekonomian
Kebijakan dalam rangka pengembangan sektor perekonomian Kabupaten Samosir adalah sebagai
berikut:
a) Memicu dan mendorong pertumbuhan wilayah pada kawasan-kawasan budidaya dengan
meningkatkan aksesibilitas daerah, yang meliputi transportasi darat, danau dan penyebrangan, serta
udara; menambah kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana dasar wilayah, dan mengembangkan
kegiatan penelitian maupun penerapan teknologi tepat guna;
b) Meningkatkan intensitas dan skala ekonomi sentra-sentra produksi pertanian, perkebunan, dan
perikanan untuk pelayanan kebutuhan domestik, dan dalam jangka panjang untuk kebutuhan ekspor
dengan cara mengembangkan inovasi dan teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan.
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka strategi dalam rangka ”Memicu dan mendorong pertumbuhan
wilayah pada kawasan-kawasan budidaya dengan meningkatkan aksesibilitas daerah, yang meliputi
transportasi darat, danau dan penyebrangan, serta udara; menambah kuantitas dan kualitas prasarana
dan sarana dasar wilayah, dan mengembangkan kegiatan penelitian maupun penerapan teknologi tepat
guna, serta meningkatkan intensitas dan skala ekonomi sentra-sentra produksi pertanian, perkebunan,
dan perikanan untuk pelayanan kebutuhan domestik, dan dalam jangka panjang untuk kebutuhan ekspor
dengan cara mengembangkan inovasi dan teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan” ditempuh
melalui:
a. Peningkatan daya saing sektor-sektor unggulan, meliputi sektor pariwisata, pengangkutan, perikanan
dan pertanian tanaman pangan;
b. Peningkatan kapasitas produksi sektor-sektor potensial, meliputi sektor perkebunan, kehutanan, jasa
dan perdagangan, industri kecil dan menengah, dan penggalian sebagai sektor penunjang gerakan
pembangunan dan perekonomian;
c. Perbaikan kinerja sektor pendukung, meliputi sektor jasa konstruksi, pelayanan listrik dan air minum
yang dikembangkan untuk mendukung pembangunan Kabupaten;
d. Pembangunan sektor sebagaimana yang dimaksud dalam poin a dan b harus diikuti oleh kajian
kelayakan ekonomi dan lingkungan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4.
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana Dasar Wilayah
Kebijakan dalam rangka pengembangan prasarana dan sarana dasar wilayah Kabupaten Samosir
adalah menyediakan prasarana dan sarana dasar wilayah sesuai dengan kebutuhan kegiatan
perekonomian, permukiman penduduk, dan keterkaitan antar wilayah yang meliputi bidang sumber daya
air, energi dan listrik, telekomunikasi, dan transportasi. Strategi yang harus dilakukan untuk
”Pengembangan prasarana dan sarana dasar wilayah Kabupaten Samosir adalah menyediakan
Bab V
Page 87
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
prasarana dan sarana dasar wilayah sesuai dengan kebutuhan kegiatan perekonomian, permukiman
penduduk, dan keterkaitan antar wilayah yang meliputi bidang sumber daya air, energi dan listrik,
telekomunikasi, dan transportasi adalah:
a.
Strategi Pengembangan Prasarana Sumber Daya Air
a.1. Pengadaan air untuk pertanian tanaman pangan adalah dengan memanfaatkan sumber daya
air permukaan dengan mengembangkan saluran-saluran irigasi secara komunal terutama untuk
lahan-lahan produktif;
a.2. Pengadaan air untuk industri diarahkan untuk memanfaatkan sumber air permukaan dan
sumber air bawah tanah dengan pengadaan dan pengelolaan mandiri;
a.3. Pengadaan air untuk sektor perdagangan, perhubungan, perkantoran dan rumah tangga
perkotaan dilakukan terutama oleh pemerintah melalui Perusahaan Daerah.
b.
Strategi Pengembangan Prasarana energi dan listrik
b.1. Peningkatan kapasitas produksi melalui penambahan gardu-gardu distribusi dari Pusat
Pembangkit Listrik Tenaga Air Asahan berdasarkan pusat-pusat kegiatan permukiman
penduduk;
b.2. Pengembangan pembangkit-pembangkit listrik berskala kecil dengan basis energi tersedia
setempat, seperti tenaga air, angin, matahari, dan energi lainnya untuk satuan-satuan
permukiman pedesaan.
c.
Strategi Pengembangan Prasarana telekomunikasi
c.1. Pemenuhan kebutuhan prasarana telekomunikasi untuk Kabupaten disesuaikan dengan sistem
kota-kota dan wilayah pelayanannya;
c.2. Peningkatan
prasarana
telekomunikasi
untuk
mendukung
kegiatan
pemerintahan,
perdagangan dan jasa, permukiman, rekreasi dan hiburan serta sekolah.
d.
Strategi Pengembangan Prasarana dan sarana transportasi
d.1. Pengembangan Transportasi Darat menekankan pada perbaikan kondisi jaringan jalan nasional
dan provinsi dan penambahan panjang jaringan jalan kabupaten; perbaikan sarana angkutan
umum dan angkutan barang; penataan sistem terminal yang terintegrasi dengan transportasi
danau dan penyebrangan;
d.2. Pengembangan transportasi danau dan penyeberangan menekankan pada pembukaan jalur
penyebrangan antar kabupaten pada simpul-simpul transportasi yang strategis dengan
memperbaiki teknologi perkapalan danau dan penyebrangan; menambah jumlah dan frekuensi
lalu lintas armada, menambah daya tampung dermaga; menjalin kerja sama dengan
pemerintah daerah yang bertetangga untuk pembiayaan dan pengoperasiannya;
d.3. Pengembangan Transportasi Udara menekankan pada rencana pengembangan Lapangan
Terbang untuk meningkatkan aksesbilitas regional Kabupaten Samosir dan dalam jangka
panjang, bandara untuk melayani pergerakan khusus pariwisata internasional.
Bab V
Page 88
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
5.
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Permukiman
Kebijakan dalam rangka pengembangan prasarana permukiman di wilayah Kabupaten Samosir
adalah sebagai berikut:
a) Kebijakan pengembangan Prasarana Permukiman secara umum diarahkan sesuai dengan
karakteristik setempat, yaitu penyebaran pada kawasan-kawasan perkotaan yang mempunyai status
administrasi pemerintahan, seperti ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan; dan penyebaran pada
kawasan perdesaan yang memiliki potensi untuk dikembangkan;
b) Kebijakan Pengembangan Prasarana Permukiman pada Kawasan perkotaan menekankan pada
integrasi penyediaan sarana perumahan dengan kebutuhan prasarana dan sarana dasar secara
proporsional dengan tata letak permukiman yang mempertimbangkan nilai-nilai budaya batak;
c) Kebijakan Pengembangan Prasarana Permukiman pada kawasan perdesaan, penyediaan sarana
perumahan diarahkan jaraknya tidak jauh dari lokasi mata pencahariannya dan dengan pola
mengelompok sampai dengan 50 unit rumah untuk memudahkan pelayanan prasarana dan sarana
dasar wilayah.
Sedangkan strategi-strategi yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan
pengembangan prasarana permukiman di atas adalah sebagai berikut:
a) Penataan kawasan permukiman di daerah jalur hijau atau sempadan danau atau kawasan dalam
radius 50 meter dari pinggiran danau dapat dipertahankan selama tidak merusak kualitas lingkungan
sekitarnya;
b) Pembangunan jalan lingkungan perumahan di tepi danau untuk mendorong perairan danau toba
sebagai beranda depan kawasan permukiman;
c) Penataan sarana pemakaman didalam kawasan permukiman penduduk diatur dalam rencana tata
ruang yang lebih rinci dalam wilayah kecamatan.
6.
Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Kebijakan Pemanfaatan Sumber Daya Alam harus secara berkeadilan dan berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang sejalan dengan makin meluasnya tuntutan
masyarakat untuk memperoleh kualiatas lingkungan hidup yang makin baik. Strategi-strategi dalam
rangka pemanfaatan sumber daya alam meliputi:
a. Pemanfaatan sumber daya tanah dan air untuk kegiatan produksi, yang meliputi kegiatan pertanian
tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan keramba jala apung, perikanan darat
menggunakan dengan konsep agropolitan dan agrowisata;
b. Pemanfaatan sumber daya hutan adalah mengutamakan produksi hasil hutan-non kayu dan
pengoptimalan fungsi hutan untuk kegiatan wisata penelitian atau wisata petualangan;
c. Pemanfaatan sumber daya mineral adalah dengan membatasi kapasitas produksi penggalian dalam
jenis skala usaha kecil dan usaha rumah tangga;
d. Pemanfaatan sumber daya alam lainnya dilakukan dengan tetap memperhatikan nilai manfaatnya bagi
perikehidupan masyarakat.
Bab V
Page 89
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
7.
Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Pengembangan Sosial Kependudukan
Kebijakan pemanfaatan pengembangan sosial kependudukan Kabupaten Samosir adalah
menyeimbangkan pola distribusi penduduk, mengelola dinamika kependudukan, dan memberdayakan
pranata sosial di dalam masyarakat.
a. Strategi
menyeimbangkan
pola
distribusi
penduduk
diarahkan
pada
kawasan-kawasan
pengembangan sektor-sektor unggulan yang terdistribusi dalam tiga kelompok wilayah, yaitu:
a.1. Kawasan distribusi primer, meliputi Kecamatan Pangururan, Simanindo, Kecamatan Onan
Runggu, dan Kecamatan Harian;
a.2. Kawasan distribusi sekunder, meliputi Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Palipi, dan
Kecamatan Sianjur Mula-mula;
a.3. Kawasan distribusi tersier, meliputi Kecamatan Sitio-tio dan Kecamatan Ronggur Nihuta.
b. Strategi mengelola dinamika penduduk menekankan pada peningkatan faktor penarik terjadinya
migrasi penduduk masuk ke wilayah kabupaten dengan membuka kesempatan kerja pada sektor
unggulan meliputi sektor pariwisata, pengangkutan, perikanan dan pertanian tanaman pangan dengan
tetap mengedepankan partisipasi warga kabupaten;
c. Strategi memberdayakan pranata-pranata sosial di dalam masyarakat diberdayakan untuk mendukung
kegiatan pemanfaatan ruang secara obyektif untuk kesejahteraan seluruh masyarakat kabupaten.
5.1.2
Kebijakan Pola Ruang Kabupaten Samosir
Rencana pola ruang menggambarkan letak dan luasan dari kegiatan-kegiatan budidaya dan
lindung. Pola ruang didapatkan dengan melakukan delineasi (batas-batas) kawasan kegiatan sosial,
ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya, sehingga didapatkan kategori kawasan budidaya dan
kawasan lindung. Secara umum, pembagian kategori kawasan dilakukan agar terwujud keseimbangan
antara fungsi ekonomi dan lingkungan. Rencana Pola Ruang, terbagi atas kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Penetapan kawasan lindung bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada kawasankawasan sekitar dalam memasok air, mencegah longsor, meminimalisasi dampak gempa bumi dan
menjaga fungsi hidrologi ekosistem danau dan kawasan sekitarnya.
a.
Kawasan Lindung
Kawasan lindung memiliki fungsi utama melindungi kelestarian fungsi sumber daya alam dari
kegiatan budidaya sehingga membentuk fungsi lindung dari ekosistem suatu wilayah. Kawasan-kawasan
yang berfungsi lindung, yaitu 1) hutan lindung dan kawasan konservasi serta resapan air yang berfungsi
memberikan perlindungan kawasan bawahannya; 2) kawasan jalur hijau (sempadan sungai, sempa dan
sungai danau) yang berfungsi perlindungan setempat; 3) kawasan rawanbencana, yang terdiri dari
kawasan rawan letusan gunung api, kawasan rawan gempa, rawan patahan, dan rawan tanah longsor; 4)
kawasan konservasi air baku, yang berfungsi untuk mengamankan gangguan aktivitas manusia terhadap
perairan memiliki potensi sebagai sumber air baku; 5) kawasan cagar budaya, yang berfungsi untuk
melindungi asset-aset alamiah maupun buatan yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi; dan 6)
Bab V
Page 90
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
kawasan lindung lainnya, yang memiliki kerentanan fisik, seperti tanah berbatu, lahan kritis di kelerengan
terjal, dan lain-lain. Berikut penjelasan mengenai variabel-variabel pembentuk kawasan lindung, yaitu
sebagai berikut:
1. Hutan, baik hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas dan hutan tanaman industri yang telah ada
berdasarkan peraturan/perundangan yang berlaku tetap dipertahankan keberadaannya;
2. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air
hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air.
Tujuan perlindungan kawasan resapan air pada kawasan hutan/rawa sungai dan City Ponds adalah
untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah resapan air tanah untuk
keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan
bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan;
3. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Sempadan sungai yang dilindungi ini ditanami
berbagai tanaman keras sehingga fungsi perlindungan kawasan dapat tercapai, sekaligus sebagai
jalur hijau. Adapun tanaman keras yang dapat dikembangkan antara lain adalah tanaman buahbuahan seperti rambutan, mangga, nangka, durian, dan tanaman perkebunan seperti kopi. Tujuan
perlindungan sempadan sungai di Kabupaten Samosir adalah untuk melindungi sungai dari kegiatan
manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, mengamankan aliran sungai dan
mencegah terjadinya erosi sedimen pinggiran sungai. Kriteria penetapannya dilakukan berdasarkan
Keppres Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
4. Sempadan Danau (kawasan sekitar danau) adalah kawasan sepanjang tepi danau, yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau. Di sepanjang tepi danau ini juga
ditanami tanaman yang sifatnya memberikan perlindungan pada tepian danau sekaligus sebagai jalur
hijau. Adapun tanaman yang dibudidayakan di sepanjang jalur hijau ini adalah tanaman keras yang
dapat melindungi sekaligus dapat diambil manfaatnya oleh penduduk seperti tanaman buah-buahan
(mangga, nangka, durian, rambutan) atau tanaman perkebunan (kopi). Tujuan perlindungan
sempadan danau di Kabupaten Samosir adalah untuk melindungi danau dari kegiatan manusia yang
dapat mengganggu dan merusak kualitas air danau, mengamankan fungsi sungai sebagai wilayah
catchment area dan mencegah terjadinya erosi sedimen pinggiran danau. Kriteria penetapannya
dilakukan berdasarkan Keppres Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
5. Kawasan rawan tanah longsor adalah areal yang diidentifikasi rawan gerakan tanah karena kondisi
geologi yang labil, wilayah ini diarahkan untuk mendapatkan perlakuan khusus sehingga potensi
longsor dapat diminimalisasi, sementara itu pada beberapa wilayah yang secara alami telah memiliki
potensi gerakan yang tinggi diarahkan untuk tidak dikembangkan bagi kegiatan budidaya. Pada
kawasan rawan longsor ini juga ditanami tanaman keras yang dapat diambil manfaatnya oleh
penduduk;
Bab V
Page 91
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
6. Kawasan rawan gempa bumi adalah areal yang diidentifikasi rawan terhadap gempa karena
kawasannya dilewati oleh sesar/patahan sehingga berdasarkan siklus gejala alam dapat diprediksi
pada wilayah ini suatu saat akan terjadi gempa bumi, untuk itu pada wilayah ini diarahkan untuk tidak
membangun atau mengembangkan kegiatan budidaya, melainkan tetap sebagai kawasan hutan
dengan tanaman keras yang dapat diambil manfaatnya oleh penduduk;
7. Kawasan rawan gunung api adalah areal yang diidentifikasi rawan terhadap bencana gunung api
karena berada pada barisan gunung api vulkanik/tektonik, potensi wilayah ini terhadap bencana sama
halnya dengan kawasan rawan gempa bumi. Di kawasan ini, tidak diijinkan pembangunan kegiatan
budidaya kecuali penanaman tanaman keras yang berfungsi untuk mengurangi dampak gunung api,
berupa debu dan abu.
Berdasarkan tabel peruntukan lahan tersebut, maka perlu ada rencana pengaturan kawasan lindung
tersebut, yaitu:
1. Kawasan Cagar Budaya dan Hutan Lindung perlu dilakukan inventarisasi kembali dalam skala yang
lebih detail dan kemudian diusulkan perubahan status dan fungsi lahannya ke instansi terkait untuk
ditetapkan ke dalam bentuk Peraturan Daerah. Bagi penduduk yang sudah sejak lama menempati di
daerah tersebut, diberlakukan kebijakan enclave, yaitu mengakui keberadaannya dengan membatasi
pertambahan luas permukiman ataupun kegiatan budidaya yang menyertainya.
2. Pada kawasan hutan lindung yang dulunya merupakan kawasan hutan produksi terbatas, agar
pelepasan ijin produksinya dapat segera direalisasikan dan untuk secepatnya ditanami kembali agar
mengurangi penetrasi hutan yang di dataran tinggi Pulau Samosir.
3. Kawasan Jalur hijau yakni Sempadan Sungai dan Sempadan Danau perlu diinvetarisasi delineasi
wilayahnya dari daerah hulu sampai ke hilir. Pada bagian hilir, apabila ditemukan adanya permukiman
penduduk yang sudah sejak lama mendiami daerah jalur hijau perlu dibatasi pertambahannya dengan
memberlakukan kuota (batas maksimum) luas permukiman yang dapat dibangun dalam luas wilayah
jalur hijau tersebut. Luas kuota dapat ditetapkan melalui perangkat hukum SK Bupati Samosir.
4. Kawasan Hutan Kota agar tetap dipertahankan fungsi hutannya dan dapat digunakan untuk kegiatan
yang insidentil, seperti bumi perkemahan ataupun hutan penelitian. Apabila memungkinkan, dapat
juga dikaji penanaman jenis tanaman kayu yang sesuai dan pelepasan jenis fauna yang bersahabat
dengan manusia, seperti misalnya burung.
5. Walaupun kawasan rawan bencana tidak ditetapkan sebagai kawasan lindung penuh, tetapi dalam
pengembangan kawasan tersebut, perlu diperhatikan jalur-jalur patahan maupun kekuatan struktur
tanah. Namun disarankan agar kawasan tersebut bukan dijadikan sebagai konsentrasi permukiman,
tetapi kawasan budidaya pertanian ataupun sejenisnya. Oleh karena itu, untuk setiap kawasan rawan
bencana tersebut, perlu disusun rencana mitigasi bencana agar dapat mengurangi resiko bahaya
terhadap keselamatan penduduk Kabupaten Samosir.
Bab V
Page 92
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
6. Kawasan Lindung lainnya merupakan kawasan-kawasan kritis yang tidak dapat difungsikan secara
ekonomis, karena merupakan tanah berbatu. Oleh karena itu, kawasan ini perlu diakomodir dengan
mengurangi tekanan penduduk ke daerah tersebut.
b.
Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya, terdiri dari kawasan budidaya kehutanan, kawasan budidaya pertanian, dan
budidaya non pertanian.
c.
Kawasan Peruntukan Kehutanan
Rencana Pola Ruang untuk Kawasan budidaya kehutanan terdiri dari kawasan hutan produksi dan
agroforest.
1. Hutan Produksi, yaitu kawasan budidaya kehutanan (KBK) pada Kabupaten Samosir adalah hutan
produksi. Kawasan hutan produksi hanya terdapat di wilayah daratan, yaitu pada kawasan
Hutagalung di kecamatan Harian seluas 33.950 ha. Kawasan hutan produksi ini merupakan salah
satu kawasan hutan yang diberi izin penebangan oleh pemerintah.
2. Kawasan Agroforest, yaitu kawasan yang didesain untuk mengakomodasi kawasan peralihan dari
kawasan lindung dan kawasan budidaya, oleh karena itu perlu ditetapkan kawasan penyangga yang
berfungsi untuk menjaga fungsi hutan, namun dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat
untuk berusaha untuk penghidupannya. Agroforest adalah kawasan hutan yang dapat ditanami
dengan tanaman produksi dengan tanpa menghilangkan fungsi hutannya. Penggunaan lahan hutan
rakyat dapat diakomodir di lahan kawasan agroforest ini. Kawasan Agroforest direncanakan seluas
10.072 ha yang tersebar di seluruh kecamatan.
d.
Kawasan Peruntukan Pertanian
Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Pertanian, terdiri dari:
1.
Pertanian Tanaman Pangan, yang terdiri dari Pertanian Lahan Kering dan Lahan basah. Budidaya
pertanian tanaman pangan diarahkan pengembangannya pada peningkatan nilai tambah hasil tani
yang memerlukan pengolahan khusus sehingga komoditas yang dihasilkanmemiliki harga jual lebih
tinggi. Hampir seluruh kecamatan memiliki alokasi lahan untuk pertanian ini dengan total keseluruhan
adalah 16.576 ha;
2.
Perkebunan, pengembangannya diarahkan pada peningkatan kualitas dan produksi untuk memenuhi
kebutuhan lokal dan wilayah hinterland-nya. Produksi kopi, cengkeh, vanili dan kemiri yang
merupakan komoditas utama yang dapat dikembangkan dari sektor perkebunan ini. Luas kawasan
perkebunan dapat ditingkatkan dengan mengalihfungsikan kawasan bekas hutan, pertanian lahan
kering atau tanah-tanah terlantar, dan direncanakan pengembangannya seluas 25.194 ha;
3.
Peternakan, pengembangannya diarahkan untuk pengembangan 4 (empat) jenis ternak yang
potensial untuk dikembangkan, yaitu kerbau, babi, kambing, kuda dan sapi. Diharapkan dalam kurun
waktu 10 tahun mendatang, pengembangan peternakan diarahkan di Kecamatan yang cukup
memiliki lahan rumput yang terbuka dan di lahan datar dan sumber air yang memadai. Oleh karena
itu peternakan dapat dikembangkan di hampir semua kecamatan, kecuali Kecamatan Pangururan,
Bab V
Page 93
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Sianjur Mula-mula dan Sitio-tio. Rencana peruntukan untuk kawasan peternakan ini dicadangkan
seluas 1.322 ha;
4.
Perikanan, rencana pengembangan kawasan perikanan terutama diarahkan untuk peningkatan
teknologi penangkapan perikanan umum dan peningkatan serta pengelolaan produksi yang baik
terhadap jenis budidaya perikanan, terutama keramba jaring apung (KJA). Usaha perikanan di tepi
danau diarahkan di wilayah yang jauh dari lokasi wisata dan pelabuhan. Zona yang ditetapkan
sebagai kawasan perikanan adalah yang memenuhi persyaratan teknis perikanan secara khusus,
misalnya lokasi perairan yang terlindungi dari arus. Untuk menjaga keseimbangan lingkungan, maka
pengembangan kawasan budidaya perikanan dibatasi dengan persentase 1% dari total luas perairan
Kabupaten Samosir, atau sekitar 616,106 ha. Batasan tersebut akan ditambah atau dikurangi setelah
adanya kajian mengenai daya dukung lingkungan (carrying capacity) dari perairan Danau Toba. Juga
dikembangkan perikanan darat yang prioritas pengembangan terdapat di kecamatan yang terletak di
dataran Sumatera yakni Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kecamatan Harian dan Kecamatan Sitio-tio
dengan luas rencana pengembangan mencapai 13,029 ha;
5.
Kawasan Agropolitan, merupakan kawasan produksi pertanian secara makro yang didesain dari awal
untuk mengakomodasi kegiatan penanaman sampai kepada kepada jalur distribusinya dialokasi di
kawasan tersebut. Alokasi lahan untuk kawasan agropolitan ini ditempatkan di Kecamatan Harian
dengan luas sekitar 2.982 ha.
e.
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Kawasan pertambangan/penggalian, hanya meliputi kegiatan penggalian bahan tambang golongan
C ataupun jenis tanah diatomea. Rencana pemanfaatan ruang untuk Penggalian pasir dan sirtu diarahkan
pada lokasi yang saat ini telah berlangsung di Panahatan Kecamatan Palipi, di Simpang Limbong dan
daerah Tulas di Kacamatan Sianjur Mula-mula. Dalam pengaturannya, perijinan untuk lokasi penggalian
sebaiknya disurvei terlebih dan dikaji kelayakan lingkungannya. Untuk mengurangi longsor ataupun
dampak lingkungan yang lain, penggunaan dinamit sebagai salah satu metode untuk menghasilkan sirtu,
harus dengan tegas dilarang.
Pembatasan penggalian sangat dibutuhkan dampaknya bagi semua sektor kegiatan, karena dampak
alam dari kelalaian kegiatan ini akan berdampak negatif pada semua lini kegiatan, termasuk diantaranya
sektor pariwisata yang sangat memerlukan dukungan image keamanan, kenyamanan kelestarian
lingkungan.
f.
Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan industri, rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan industri difokuskan pada kawasan-
kawasan produksi dengan orientasi pengolahan sumber daya alam (SDA) dan dengan skala
pengembangan yang proporsional. Salah satu yang cukup strategis adalah industri kecil pembuatan batu
bata. Kegiatan ini dilakukan oleh penduduk setempat dengan modal yang berasal dari si pengusaha
sendiri. Kegiatan tersebut berada di Desa Sigaol, Kecamatan Palipi, Desa Siambalo dan Huta Tinggi
Kecamatan Pangururan, dan Desa Huta Ginjang, Kecamatan Simanindo. Untuk mengamankan proses
Bab V
Page 94
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
produksinya, maka perijinan untuk kegiatan permukiman harus dibatasi pada jarak yang aman dari
buangan asap dan debunya.
Kegiatan industri lainnya adalah industri rumah tangga penenuan ulos yang dilakukan penduduk di
Desa Lumban Suhi-suhi Kecamatan Pangururan, dan Desa Ambarita di Kecamatan Simanindo. Karena
menariknya penenunan ulos ini, sebaiknya kegiatan ini diberi tempat khusus di sekitar daerah tujuan
wisata budaya seperti di Kampung Sialagan dan Kampung Sidabutar di Kecamatan Simanindo. Industri
lain yang mengandalkan keterampilan tangan dan menjadi sumber penghasilan penduduk adalah
kerajinan tangan ukir-ukiran. Kegiatan ini banyak dilakukan di Tuktuk dan Tomok di Kecamatan
Simanindo. Kegiatan anyaman tikar tradisional yang terbuat dari pandan hanya terdapat di Desa Simbolon
di Kecamatan Palipi. Sementara itu di Desa Rianiate Kecamatan Pangururan terdapat industri tikar
enceng gondok secara manual.
g.
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan Pariwisata, Rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan wisata dapat dikelompokkan ke
dalam peruntukan kawasan wisata unggulan dan pengadaan jalur wisata air. Kawasan Wisata Unggulan
tersebut terdiri dari: kawasan Wisata Tomok-Tuk-tuk, Kawasan Wisata Aek Rangat, Kawasan Wisata
Budaya Sianjur Mula-mula, Kawasan Wisata Rohani Pusuk Buhit, Kawasan Wisata Lagundi dan Sukkean,
Kawasan Wisata Danau Sidihoni dan Aek Natonang. Sedangkan obyek wisata lain yang dapat
dikembangkan adalah tanah ponggol, pantai pasir putih parbaba, wisata olahraga paralayang di Siulak
hosa, wisata budaya huta Sidabutar dan old batak village di Simanindo, wisata Piso Somalin di Hatoguan,
Menara Tele, Aek Rangat Simbolon, museum budaya di Gereja Katolik Pangururan, wisata budaya di
Sitio-tio, dan obyek-obyek wisata alam, sejarah, dan budaya lainnya yang dapat dikembangkan. Rencana
peruntukan lahan untuk kawasan wisata ini dapat ditetapkan dengan melakukan kajian terhadap
permintaan pasar wisatawan dan kebutuhan fasilitas-fasilitas wisata, serta atraksi wisata yang diminati.
Semua aspek tersebut, umumnya dikaji dalam produk Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
(RIPPDA). Namun dalam arahan pemanfaatan ruangnya, obyek dan kawasan wisata tersebut di atas
sudah ditetapkan sebagai bagian dari kawasan budidaya non pertanian.
Kawasan konservasi budaya dan sejarah merupakan kawasan atau lokasi yang memiliki nilai sejarah
dan budaya tinggi. Pada kawasan atau lokasi tersebut terdapat berbagai benda peninggalan kuno yang
memiliki nilai budaya tinggi sehingga perlu dilestarikan. Karena kekhususan dan keistimewaan lokasi dan
benda tersebut, maka wisatawan ingin menikmatinya dalam bentuk mengunjungi dan melihatnya.
Beberapa lokasi yang daapt diusulkan sebagai kawasan konservasi budaya dan sejarah adalah Makam
Raja Sidabutar di Tomok, Makam Raja Lotung di Sitio-tio, Makam Pisosomalim di Palipi, Makam Raja
Simarmata di Pangururan dan lokasi yang dipercaya sebagai asal muasal Suku Bangsa Batak, yakni
Pusuk Buhit di Sianjur Mula-mula. Di Sianjur Mula-mula tempat yang wisata yang dikonservasi adalah
kawasan di sekitar diorama yang dibangun di situ.
Kegiatan konservasi budaya dan sejarah dalam pengembangannya dapat diarahkan sebagai
kawasan wisata sejarah, namun arahan tersebut perlu diikuti dengan peningkatan fungsi, prasarana dan
Bab V
Page 95
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
sarana di Sianjur Mula-mula. Sebagai lokasi awal berkembangnya Suku Bangsa Batak, Sianjur Mula-mula
belum cukup memberikan informasi maupun ‘kesan’ yang kuat. Karena itu daerah yang dipercayai
sebagai asal mula Suku Bangsa Batak harus ditata sehingga memberi makna mendalam bagi penerus
Suku Bangsa ini. Untuk itu, masyarakat akademik yang paham tentang Suku Bangsa Batak harus diajak
serta untuk mengembangkannya. Penataan ruang di tempat tersebut juga harus dilengkapi dengan
berbagai atribut yang mengingatkan kebesaran suku ini pada masa lalu sampai saat ini. Prinsip Dalihan
Na Tolu sebagai tiang kehidupan menjadi unsur utama untuk menggambarkan kekuatan hubungan Suku
Bangsa Batak.
Promosi dilakukan baik melalui internet, brosur, kantor informasi turis, dan kerjasama dengan
berbagai biro perjalanan. Kerjasama dengan biro perjalanan dikembangkan dengan menyusun paket
perjalanan ke beberapa objek wisata di tempat lain. Semua kegiatan pengembangan wisata harus
melibatkan masyarakat dalam berbagai bentuk dan tingkatannya. Dengan demikian effect tricle down dari
kegiatan ini dapat dirasakan masyarakat dan meningkatkan penghasilan mereka. Dalam jangka panjang,
wisata menjadi sumber ekonomi utama sebagian besar penduduknya, sebagaimana terjadi di tempat lain.
Kegiatan yang melibatkan penduduk selain dimaksudkan untuk meningkatkan kondisi ekonomi penduduk,
juga untuk meningkatkan sikap peduli dari masyarakat dalam memelihara sumberdaya alamnya. Arahan
pengembangan dilakukan pada beberapa kecamatan, yaitu kecamatan Simanindo, Pangururan, Onan
Runggu dan Palipi.
Konservasi budaya, sebagai bagian dari penelusuran sejarah suku Bangsa Batak, tidak hanya
berguna dalam pemantapan dan pelestarian identitas bagi suku Bangsa Batak sendiri, namun hal ini juga
sekaligus melengkapi eksplorasi budaya dan alam Kabupaten Samosir yang dapat digunakan mendukung
kegiatan pariwisata di Kabupaten Samosir.
h.
Kegiatan Perekonomian Kemasyarakatan
Kegiatan sektor non-primer, yaitu kegiatan yang mendukung kegiatan perekonomian yang
berlangsung di Kabupaten Samosir. Alokasi ruang untuk kegiatan non-primer ini bukan merupakan alokasi
yang utama namun keberlangsungan kegiatan sektor primer sangat bergantung pada kondisi sektor ini.
Berikut beberapa kegiatan yang termasuk dalam rencana pengembangan kegiatan sektor non-primer,
yaitu:
i.
Kawasan Pusat Kota
Kawasan pusat kota mempunyai karakteristik yang plural dan variatif, sehingga muncul kegiatan-
kegiatan ikutan yang menempel pada bangunan tersebut. Pusat kabupaten Samosir pada ibukotanya
yaitu kecamatan Pangururan membutuhkan diarahkan pada ketersediaan sarana perkantoran,
perdagangan dan jaringan jalan yang layak sehingga sirkulasi pusat kota dapat mengalir lancar,
hubungannya dengan prasarana transportasi, ketersediaan lahan parkir dan pemisahan sirkulasi barang
dan orang perlu dilengkapi.
Bab V
Page 96
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Tabel 5.1 Arahan RTRW Kabupaten Samosir Untuk Bidang Cipta Karya
Arahan Pola Ruang
Arahan Struktur Ruang
Rencana Pola Ruang menggambarkan letak dan luasan
dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Rencana
Pola Ruang terbagi atas kawasan lindung dan kawasan
budidaya.
1. Kawasan Lindung
1. Hutan Lindung seluas 30.792,89 ha yang terdiri di
kecamatan:
Sianjur Mula-Mula 7.243,32 ha
Harian 9.689,59 ha
Sitio-Tio 468,116 ha
Simanindo 4.651,78 ha
Pangururan 17,27 ha
Ronggur Nihuta 4.584,33 ha
2. Kawasan Cagar Budaya seluas 789,32 ha yang
terdiri di kecamatan:
Sianjur Mula-Mula 491,56 ha
Harian seluas 45,56 ha
Sitio-Tio seluas 19,92 ha
Pangururan 232,28 ha
3. Kawasan Lahan Kritis seluas 22,3 ha di Kecamatan
Pangururan
a.1.Kawasan Resapan Air seluas 1.385,61 ha yang
terdiri di kecamatan :
Harian 469,99 ha
Simanindo 42,98 ha
Ronggur Nihuta 59,79 ha
Palipi 21,47 ha
Nainggolan 778,83 ha
Onan Runggu 12,55 ha
a.2.Lindung seluas 10.287,93 ha yang terdiri di
kecamatan:
Sianjur Mula-Mula 28,54 ha
Harian 4.634,32 ha
Sitio-Tio 4.345,52 ha
Simanindo 8,9 ha
Onan Runggu 1.270,69 ha
a.3.Kawasan Mata Air Panas seluas 734,37 yang
terdiri di kecamatan:
Panggururan 26,78 ha
Palipi 7,59 ha
a.4.Hutan Kota seluas 210,21 ha yang terdiri di
kecamatan :
Panggururan seluas 207,98 ha
Ronggur Nihuta seluas 2,23 ha
a.5.Konservasi Air baku seluas 152,22 ha yang
terdiri di kecamatan :
Sianjur Mula-Mula 86,27 ha
Onan Runggu 65,95 ha
2. Kawasan Jalur Hijau
Kawasan Jalur hijau seluas 1.998,452 ha yang terdiri
dari:
a. Sempadan Sungai seluas 1.998,452 ha yang
Struktur kota di Kabupaten Samosir dibentuk oleh jaringan jalan,
namun bentuk Kabupaten Samosir yang merupakan entitas
danau, pulau dan daratan maka moda transportasi yang
tersedia tidak hanya prasarana transportasi darat namun juga
prasarana transportasi danau, sehingga prasarana simpul
transportasi memiliki peran yang sangat penting. Arahan
pengembangan Kabupaten Samosir sebagai pusat pariwisata,
jasa dan pengolahan hasil pertanian yang ditetapkan dalam
arahan penataan ruang Provinsi Sumatera Utara.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan
kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas
konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain
yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah
kabupaten terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di
wilayah Kabupaten Samosir terdiri atas:
a. Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Samosir
1. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), PKWp ditetapkan
di Pangururan yang juga merupakan ibukota Kabupaten
Samosir dengan daerah pelayanannya seluruh wilyah
Kabupaten Samosir.
2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), PKLp ditetapkan di
Tele, dengan daerah pelayanan Kecamatan Harian, Sitiotio,
Sianjur Mula-Mula, kecamatan di Kabupaten Humbang
Hasudutan, Phakpak Barat, dan Dairi yang berbatasan
dengan Kabupaten Samosir; Onan Runggu, dengan daerah
pelayanan kecamatan Nainggolan, Onan dan Tobasa yang
berbatasan dengan Kabupaten Samosir; Simanindo
Sangkal, dengan daerah pelayanan Kecamatan Simanindo,
sebagian Kecamatan Ronggur ni Huta, dan kecamatan di
Kabupaten Karo dan Simalungun yang berbatasan dengan
Kabupaten Samosir; dan Tomok, dengan daerah pelayanan
Kecamatan Simanindo, Ronggur ni Huta, Onan Runggu dan
kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Simalungun.
3. Sub Pusat Kegiatan Lokal Promosi (Sub PKLp),
Sub PKLp ditetapkan di Parbaba, Rianiate, Nainggolan,
Mogang, dan Ambarita.
4. Pusat Kegiatan Kecamatan (PKK)
PKK ditetapkan di Ronggur ni Huta, Sabulan, Harian Boho,
dan Sagala.
b. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kabupaten
Samosir
1) Air Bersih
Ketersediaan akan air bersih yang ada sekarang ini baru
mengandalkan sumber dari air sungai, air danau dan
sumur tadah hujan, sedangkan sumber yang berasal dari
PAM baru berada di Kecamatan Pangururan saja. Arahan
pengembangan air bersih adalah sebagai berikut :
Diarahkan pada peningkatan pelayanan kebutuhan
masyarakat (mencapai 393.340 Liter/hari) melalui
pengembangan jaringan distribusi air bersih, terutama
jaringan sekunder yang melayani hingga kawasan
permukiman masyarakat di tiap desa-desa.
Peningkatan kapasitas produksi sumber air bersih
Bab V
Page 97
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Arahan Pola Ruang
Arahan Struktur Ruang
terdiri di kecamatan:
- Simanindo 119,132 ha
- Pangururan 385,903 ha
- Ronggur Nihuta 451,814 ha
- Palipi 586,65 ha
- Nainggolan 426,756 ha
- Onan Runggu 28,197 ha
b. Sempadan Danau seluas 112.988 ha yang terdiri
di kecamatan “
- Sianjur mula mula 168,841 ha
- Harian 107,008 ha
- Sitio-Tio 147,006 ha
- Simanindo 292,619 ha
- Pangururan 161,81 ha
- Palipi 111,919 ha
- Naianggolan 70,4`9 ha
- Onan Runggu 121,879 ha
3.Kawasan Rawan Bencana seluas 38.836,436 ha yang
terdiri di kecamatan:
- Kawasan Rawan bencana 19.431,21 ha
- Kawasan Letusan Gunung api 2.823,84 ha
- Kawasan Rawan Gempa 11.305,82 ha
- Kawasan Rawan Patahan 38.862,436 ha
- Kawasan Rawan Runtuhan 1.400,40 ha
4. Kawasan Budidaya seluas 98.558,33 yang terdiri di
kecamatan:
4.1 Kawasan Pertanian
a. Kawasan Pertanian 49.117,18 ha
- Sianjur Mula-Mula 814,136 ha
- Harian 2.015,15 ha
- Sitio – tio 196,127 ha
- Simanido 1.305,74 ha
- Pangururan 5.249,10 ha
- Ronggur Nihuta 49,338 ha
- Palipi 3.299,60 ha
- Nainggolan 1.951,66 ha
- Onan Runggu 1.695,23 ha
b. Perkebunan
- Sianjur Mula-Mula 1.575,29
- Harian 1.191,94 ha
- Sitio-Tio 488,774 ha
- Simanindo 4.784,54 ha
- Pangururan 3.955,47 ha
- Ronggur Nihuta 2.650,03 ha
- Palipi 5.181,44 ha
- Nainggolan 2.779,55 ha
- Onan Runggu 5.587,65 ha
c. Peternakan 11322,493 ha
- Harian 85,642 ha
- Simanindo 577,633 ha
- Ronggur Nihuta 92,509 ha
- Palipi 102,112 ha
- Nainggolan 216,808 ha
- Onan Runggu 247,789 ha
eksisting untuk wilayah sekitar Danau Toba
menggunakan sumber air danau sedangkan untuk daerah
dengan kondisi perbukitan mengandalkan sumber air
bersih dari mata air, sungai tadah hujan dan kolam-kolam
penampungan seperi di kebayakan daerah-daerah
Ronggur Nihuta, Kecamatan Pangururan bagian Timur,
Onan Runggu bagian Barat, Nainggolan bagian Utara,
Simanindo bagian Barat, Palipi bagian Timur dan
Kecamatan Sianjur Mula-mula bagian sebelah Barat.
Pengembangan alternatif sumber air bersih baru untuk
meningkat kapasitas pelayanan air bersih dengan
mendaur ulang air sungai yang banyak tersebar didaerah
perbukitan dengan metode pengerukan dasar sungai dan
penurapan dinding sungai.
Struktur jaringan air bersih di Kabupaten Samosir secara
umum akan dibagi atas jaringan primer, sekunder, dan
tersier. Jaringan primer merupakan jaringan utama yang
mendistribusikan air bersih ke jaringan sekunder, yang
mana jaringan sekunder merupakan jaringan yang
mendistribusikan air bersih ke kawasan-kawasan
fungsional di wilayah Kabupaten Samosir, seperti
kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, wisata,
dan lain-lain.
Lebih lanjut di dalam masing-masing kawasan,
pendistribusian
air
bersih
dilakukan
dengan
menggunakan jaringan tersier. Sebagai alternatif, untuk
menjamin meratanya distribusi air bersih, di masingmasing kawasan fungsional dapat diletakkan tandon,
sebagai penampung sementara air bersih dari jaringan
primer. Dengan mengatur tekanan pada tandon, distribusi
air bersih diharapkan dapat merata ke seluruh
masyarakat.
2) Rencana Sistem Pembuangan Air Hujan Dan Air Kotor
(Drainase)
Diarahkan pada pengembangan sistem drainase tercampur
(combined system) dimana air kotor dan air hujan disalurkan
melalui saluran yang sama, dengan memanfaatkan saluran
drainase alami dan buatan. Sistem drainase buatan diarahkan
bagi kawasan-kawasan yang jauh dari aliran sungai sebagai
jaringan drainase alami dan bagi jaringan jalan utama,
sementara sistem drainase alami diarahkan sebagai jaringan
drainase primer yang digunakan sebagai pengumpul jaringan
drainase buatan di tiap-tiap desa khususnya kawasan fungsional
dan permukiman. Dari jaringan primer ini kemudian air hujan
dan air kotor dialirkan ke Danau Toba sebagai tempat
pembuangan akhir melalui sungai-sungai. Pengaturan pola
aliran harus diperhatikan sedemikian rupa dari daerah
perbukitan menuju daerah rendah (memenuhi kontur alamiah
topografi), sehingga dapat mencegah timbulnya kawasankawasan tergenang.
3) Sistem Pembuangan Limbah Padat
Pembuangan limbah padat diarahkan pada pengelolaan
cairan limbah padat sedemikian rupa sehingga tidak mengotori
air danau. Pada kawasan permukiman permanen yang tinggi
kepadatannya dan kawasan komersial, sistem pembuangan
Bab V
Page 98
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Arahan Pola Ruang
Arahan Struktur Ruang
d. Perikanan 28,783 ha
- Simanindo 0,48 ha
- Pangururan 5,828 ha
- Palipi 20,41 ha
- Onan Runggu 1,789 ha
e. Perikanan Darat 13,029 ha
- Sianjur Mula-Mula 6,486 ha
- Harian 3,468 ha
- Sitio-Tio 5,075 ha
f. Agropolitan
- Harian 2.982,11 ha
4.2 Kawasan Non Pertanian seluas 49.441,16 ha yang
terdiri di kecamatan:
a. Kawasan Perkotaan 1.324,629 ha
- Harian: 96,524 ha
- Simanindo: 363,952 ha
- Pangururan: 814,179
- Onan Runggu: 49,974
b. Kawasan Perdesaan 3.538,844 ha
- Sianjur Mula-Mula 344,376 ha
- Harian 180,754 ha
- Sitio-Tio 100,929 ha
- Pangururan 96,574 ha
- Ronggur Nihuta 1,908 ha
- Palipi 17,059 ha
- Nainggolan 6,995 ha
- Onan Runggu 51,704 ha
c. Kawasan Wisata 457,919 ha
- Sianjur Mula-Mula : 158,701
- harian: 1,192 ha
- Simanindo 1,192 ha
- Pangururan 96,574 ha
- Ronggur Nihuta: 1,908 ha
- Onan Runggu 51,704 ha
d. Kawasan Galian 91,37 ha
- Harian 10,297 ha
- Pangururan 60,82 ha
- Pallipi 10,016 ha
- Onan Runggu 10,237
e. Kawasan Agroforest 10078,3 ha
- Sianjur Mula-Mula 3.068,28 ha
- Harian 789,982 ha
- Sitio-tio 281,805 ha
- Simanindo 3.469,66 ha
- Pangururan 128,82 ha
- Ronggur Nihuta 868,36 ha
- Palipi 1.151,14 ha
- Nainggolan 229,266 ha
- Onan Runggu 98,515 ha
f. Hutan Produksi seluas 33.950,09 ha
limbah padat direncanakan dengan sistem on site communal
dan dilengkapi dengan shallow sewer. Jika sistem shallow
sewer belum dapat diaplikasikan dalam jangka pendek, maka
alternatif lainnya adalah dengan pembuatan tangki septik
dengan bidang resapan secara individual yang terpusat di tiap
kecamatan. Sementara, pada permukiman yang tidak teratur
atau relatif rendah kepadatannya seperti desa, maka rencana
pengelolaan yang diusulkan adalah dengan cara pembuatan on
site individual dengan tangki septik dan atau tanpa bidang
resapan.
4) Persampahan
a. Jangka Pendek
- Pada kawasan permukiman yang mengelompok
dengan tingkat kepadatan rendah: sistem pengelolaan
persampahan diarahkan pada sistem alami (dibakar)
secara individual.
- Permukiman yang mengelompok dengan tingkat
kepadatan tinggi: sistem pembuangan komunal dengan
menyediakan tempat pembuangan sampah sementara,
untuk selanjutnya dikelola dengan sistem alami
(dibakar), dengan memperhatikan waktu pembakaran
dan dampak asap yang ditimbulkan.
- Kawasan permukiman yang linier di sepanjang jaringan
jalan utama dan berbatasan langsung dengan danau,:
sistem pengelolaan persampahan diarahkan pada
sistem pengelolaan komunal dengan menyediakan
angkutan persampahan yang secara reguler (memiliki
jadwal tertentu) mengangkut sampah dari rumah ke
rumah untuk selanjutnya dikumpulkan di tempat yang
sama dengan tempat pembuangan sampah kawasan
permukiman mengelompok dengan tingkat kepadatan
tinggi dalam satu wilayah desa.
b. Jangka Panjang
- Menyediakan angkutan sampah dari rumah-rumah ke
tempat pembuangan sampah sementara (TPS),
angkutan dari TPS ke tempat pembuangan akhir (TPA).
- TPS dapat dialokasikan pada lokasi di sekitar pasar
masing-masing kecamatan untuk memudahkan
pengangkutan sekaligus dengan sampah pasar.
- Mengembangkan TPA yang sudah ada seperti di pasar
Onan Baru desa Huta Tinggi/Pangururan.
Sumber: RTRW Kabupaten Samosir
Bab V
Page 99
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Samosir Berdasarkan RTRW
Kabupaten Samosir
Kawasan Strategis Kabupaten
Samosir
Kawasan Danau Toba
Kawasan Wilayah Konservasi
Kawasan Perkotaan
Kawasan Agropolitan
Kawasan Pusat Cagar Budaya
Kawasan Wisata Alam Danau
Toba
Sudut Kepentingan
Kawasan
Strategis
Nasional
berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008
Kegiatan
Konservasi
Daerah
Tangkapan Air (DTA) Danau Toba
Pusat pelayanan yang melayani
kebutuhan seluruh wilayah Kabupaten
Samosir, baik ke dalam maupun ke luar
Kabupaten.
Agropolitan
Pusat Orientasi Budaya Batak/salah
satu pintugerbang menuju daerah asal
muasal suku bangsa batak
Diarahkan untuk dikembangkan di
kawasan yang memiliki obyek wisata
yang potensial.
Lokasi
Danau Toba dan sekitarnya
Kebun Raya Samosir yang terletak di Palilit
Desa Tomok Kecamatan Simanindo seluas
100 Ha dan Arboretum Kawasan Aek
Natonang seluas 105 Ha di Desa Tanjungan
Kecamatan Simanindo.
Kecamatan Pangururan
Kecamatan Harian
Kawasan Pusuk Buhit, Kecamatan Sianjur
Mula-mula.
Kawasan Wisata Tomok-Tuk-tuk
Kawasan Wisata Aek Rangat
Kawasan Wisata Budaya Sianjur MulaMula, Kawasan Wis
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
BAB V
KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN SAMOSIR
5.1.
Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Samosir
Visi, Misi dan Program Pembangunan Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2011-2015 merupakan
Visi, Misi dan Program Kepala Daerah Kabupaten Samosir yang terpilih melalui pemilukada yang telah
ditetapkan menjadi visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Samosir tahun 2011-2015. Pemerintah
Kabupaten Samosir telah merumuskan visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Samosir tahun
2011-2015. Adapun Visi Kabupaten Samosir sebagai berikut:
“ Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif 2015 ”
Adapun tujuan penataan ruang Kabupaten Samosir adalah ”Mewujudkan ruang wilayah kabupaten
yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan nilai-nilai luhur budaya lokal untuk
mencapai Samosir sebagai Bona ni Pinasa yang lebih indah dan lebih damai menuju masyarakat
Sejahtera.” Adapun Tujuan Penataan Ruang dalam RTRW Kabupaten Samosir dititik beratkan pada
upaya untuk mengembangkannya sebagai daerah tujuan wisata yang berbasis ekologi. Semua kegiatan
yang ditata di atas ruang Kabupaten, baik yang berada di daratan Sumatera maupun di Pulau Samosir,
harus mempertimbangkan sistem lingkungannya. Tidak ada satu kegiatan pun yang ditata dengan
mengubah bentang alam asli yang sudah ada. Bentang alam (landscape) alami Kabupaten Samosir harus
dipertahankan agar visi Kabupaten sebagai daerah tujuan wisata yang berbasis pada kekayaan alam,
dapat tercapai.
5.1.1.
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Samosir
Berdasarkan pada perumusan tujuan penataan ruang Kabupaten Samosir serta merujuk maka
rumusan kebijakan penataan ruang bagi Kabupaten Samosir meliputi kebijakan struktur ruang dan
kebijakan pola ruang, meliputi:
1.
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung
Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung adalah Pelestarian dan Pemantapan fungsi lindung pada
bagian-bagian wilayah yang akan atau tetap memiliki fungsi lindung. Strategi Pengelolaan Kawasan
Lindung adalah strategi yang perlu dilakukan dalam rangka ” Pelestarian dan Pemantapan fungsi lindung
pada bagian-bagian wilayah yang akan atau tetap memiliki fungsi lindung” adalah:
a) Kegiatan budidaya atau kegiatan produksi yang berlangsung di dalam kawasan lindung dibatasi
perkembangannya dan kegiatan yang berada di dalam hutan lindung, dikenakan sanksi;
b) Pemanfaatan kawasan budidaya yang terkena dampak pemantapan kawasan lindung dengan
ditetapkannya RTRW Kabupaten ini, dapat diberikan kompensasi lahan di luar kawasan lindung dan
untuk perorangan dilakukan pembatasan permukiman atau enclavement;
Bab V
Page 85
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
c) Membatasi atau enclaving permukiman yang terdapat di dalam kawasan lindung yang
luasnya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat dan silsilah berkembangnya
permukiman tersebut;
d) Penghentian sama sekali atau pemindahan permukiman penduduk di sepanjang tepi sungai dan
danau akan dilakukan jika dinilai telah meng
e) Ganggu fungsi sungai dan danau tersebut;
f) Memberdayakan masyarakat dalam menjaga kawasan lindung, serta membina kegiatan perladangan
dan permukiman tradisional di dalamnya;
g) Mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung sesuai dengan fungsi hutan lindung yang
telah ditetapkan;
h) Menjaga konsistensi dan keterpaduan pemanfaatan kawasan lindung pada daerah-daerah perbatasan
dengan kabupaten di tepian Danau Toba;
2. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Kawasan Budidaya
Kebijakan Pengelolaan Budidaya adalah pengembangan kawasan budidaya baik untuk kegiatan
produksi maupun untuk permukiman diarahkan pada pengoptimalan pemanfaatan ruang untuk kegiatankegiatan budidaya sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungannya dan pengendalian
pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya untuk menghindari terjadinya konflik antar kegiatan atau
sektor. Strategi yang perlu dilakukan dalam rangka ”Pengembangan kawasan budidaya baik untuk
kegiatan produksi maupun untuk permukiman diarahkan pada pengoptimalan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan-kegiatan budidaya sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungannya dan pengendalian
pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya untuk menghindari terjadinya konflik antar kegiatan atau
sektor antara lain:
a) Pengembangan kawasan pariwisata yang terintegrasi dengan semua sektor terutama pada lokasilokasi yang memiliki potensi wisata, baik wisata alam, wisata budaya, wisata religius, maupun wisata
buatan;
b) Pengembangan kawasan hutan produksi yang sesuai dengan cara pengelolaan hutan produksi
terbatas dan diarahkan hanya di wilayah kabupaten yang berada di daratan sumatera saja;
c) Pengembangan kawasan hutan di wilayah kabupaten yang berada di pulau dikembangkan dengan
konsep agroforestry dan hutan wisata;
d) Pengembangan potensi pertambangan diarahkan pada kegiatan-kegiatan penggalian pada lokasilokasi deposit mineral strategis sepanjang tidak rawan terhadap terganggunnya ekosistem dan harus
melalui studi dampak lingkungan yang disesuaikan dengan skala produksi penggalian tersebut;
e) Pengembangan kawasan perikanan dilakukan di kawasan perairan danau toba dan badan-badan air
yang berada di daratan secara lestari;
f) Pengembangan budidaya pertanian dan perkebunan diarahkan pada lahan budidaya non hutan yang
sesuai dengan kesesuaian lahan dan daya dukung fisiknya;
Bab V
Page 86
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
g) Pengembangan kawasan industri dan zona industri diarahkan dengan skala produksi rumah tangga
dan usaha kecil pada lokasi strategis mempunyai keterkaitan dengan wilayah penghasil bahan baku
serta akses terhadap sarana dan prasarana pemasaran.
3.
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sektor Perekonomian
Kebijakan dalam rangka pengembangan sektor perekonomian Kabupaten Samosir adalah sebagai
berikut:
a) Memicu dan mendorong pertumbuhan wilayah pada kawasan-kawasan budidaya dengan
meningkatkan aksesibilitas daerah, yang meliputi transportasi darat, danau dan penyebrangan, serta
udara; menambah kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana dasar wilayah, dan mengembangkan
kegiatan penelitian maupun penerapan teknologi tepat guna;
b) Meningkatkan intensitas dan skala ekonomi sentra-sentra produksi pertanian, perkebunan, dan
perikanan untuk pelayanan kebutuhan domestik, dan dalam jangka panjang untuk kebutuhan ekspor
dengan cara mengembangkan inovasi dan teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan.
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka strategi dalam rangka ”Memicu dan mendorong pertumbuhan
wilayah pada kawasan-kawasan budidaya dengan meningkatkan aksesibilitas daerah, yang meliputi
transportasi darat, danau dan penyebrangan, serta udara; menambah kuantitas dan kualitas prasarana
dan sarana dasar wilayah, dan mengembangkan kegiatan penelitian maupun penerapan teknologi tepat
guna, serta meningkatkan intensitas dan skala ekonomi sentra-sentra produksi pertanian, perkebunan,
dan perikanan untuk pelayanan kebutuhan domestik, dan dalam jangka panjang untuk kebutuhan ekspor
dengan cara mengembangkan inovasi dan teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan” ditempuh
melalui:
a. Peningkatan daya saing sektor-sektor unggulan, meliputi sektor pariwisata, pengangkutan, perikanan
dan pertanian tanaman pangan;
b. Peningkatan kapasitas produksi sektor-sektor potensial, meliputi sektor perkebunan, kehutanan, jasa
dan perdagangan, industri kecil dan menengah, dan penggalian sebagai sektor penunjang gerakan
pembangunan dan perekonomian;
c. Perbaikan kinerja sektor pendukung, meliputi sektor jasa konstruksi, pelayanan listrik dan air minum
yang dikembangkan untuk mendukung pembangunan Kabupaten;
d. Pembangunan sektor sebagaimana yang dimaksud dalam poin a dan b harus diikuti oleh kajian
kelayakan ekonomi dan lingkungan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4.
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana Dasar Wilayah
Kebijakan dalam rangka pengembangan prasarana dan sarana dasar wilayah Kabupaten Samosir
adalah menyediakan prasarana dan sarana dasar wilayah sesuai dengan kebutuhan kegiatan
perekonomian, permukiman penduduk, dan keterkaitan antar wilayah yang meliputi bidang sumber daya
air, energi dan listrik, telekomunikasi, dan transportasi. Strategi yang harus dilakukan untuk
”Pengembangan prasarana dan sarana dasar wilayah Kabupaten Samosir adalah menyediakan
Bab V
Page 87
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
prasarana dan sarana dasar wilayah sesuai dengan kebutuhan kegiatan perekonomian, permukiman
penduduk, dan keterkaitan antar wilayah yang meliputi bidang sumber daya air, energi dan listrik,
telekomunikasi, dan transportasi adalah:
a.
Strategi Pengembangan Prasarana Sumber Daya Air
a.1. Pengadaan air untuk pertanian tanaman pangan adalah dengan memanfaatkan sumber daya
air permukaan dengan mengembangkan saluran-saluran irigasi secara komunal terutama untuk
lahan-lahan produktif;
a.2. Pengadaan air untuk industri diarahkan untuk memanfaatkan sumber air permukaan dan
sumber air bawah tanah dengan pengadaan dan pengelolaan mandiri;
a.3. Pengadaan air untuk sektor perdagangan, perhubungan, perkantoran dan rumah tangga
perkotaan dilakukan terutama oleh pemerintah melalui Perusahaan Daerah.
b.
Strategi Pengembangan Prasarana energi dan listrik
b.1. Peningkatan kapasitas produksi melalui penambahan gardu-gardu distribusi dari Pusat
Pembangkit Listrik Tenaga Air Asahan berdasarkan pusat-pusat kegiatan permukiman
penduduk;
b.2. Pengembangan pembangkit-pembangkit listrik berskala kecil dengan basis energi tersedia
setempat, seperti tenaga air, angin, matahari, dan energi lainnya untuk satuan-satuan
permukiman pedesaan.
c.
Strategi Pengembangan Prasarana telekomunikasi
c.1. Pemenuhan kebutuhan prasarana telekomunikasi untuk Kabupaten disesuaikan dengan sistem
kota-kota dan wilayah pelayanannya;
c.2. Peningkatan
prasarana
telekomunikasi
untuk
mendukung
kegiatan
pemerintahan,
perdagangan dan jasa, permukiman, rekreasi dan hiburan serta sekolah.
d.
Strategi Pengembangan Prasarana dan sarana transportasi
d.1. Pengembangan Transportasi Darat menekankan pada perbaikan kondisi jaringan jalan nasional
dan provinsi dan penambahan panjang jaringan jalan kabupaten; perbaikan sarana angkutan
umum dan angkutan barang; penataan sistem terminal yang terintegrasi dengan transportasi
danau dan penyebrangan;
d.2. Pengembangan transportasi danau dan penyeberangan menekankan pada pembukaan jalur
penyebrangan antar kabupaten pada simpul-simpul transportasi yang strategis dengan
memperbaiki teknologi perkapalan danau dan penyebrangan; menambah jumlah dan frekuensi
lalu lintas armada, menambah daya tampung dermaga; menjalin kerja sama dengan
pemerintah daerah yang bertetangga untuk pembiayaan dan pengoperasiannya;
d.3. Pengembangan Transportasi Udara menekankan pada rencana pengembangan Lapangan
Terbang untuk meningkatkan aksesbilitas regional Kabupaten Samosir dan dalam jangka
panjang, bandara untuk melayani pergerakan khusus pariwisata internasional.
Bab V
Page 88
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
5.
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Permukiman
Kebijakan dalam rangka pengembangan prasarana permukiman di wilayah Kabupaten Samosir
adalah sebagai berikut:
a) Kebijakan pengembangan Prasarana Permukiman secara umum diarahkan sesuai dengan
karakteristik setempat, yaitu penyebaran pada kawasan-kawasan perkotaan yang mempunyai status
administrasi pemerintahan, seperti ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan; dan penyebaran pada
kawasan perdesaan yang memiliki potensi untuk dikembangkan;
b) Kebijakan Pengembangan Prasarana Permukiman pada Kawasan perkotaan menekankan pada
integrasi penyediaan sarana perumahan dengan kebutuhan prasarana dan sarana dasar secara
proporsional dengan tata letak permukiman yang mempertimbangkan nilai-nilai budaya batak;
c) Kebijakan Pengembangan Prasarana Permukiman pada kawasan perdesaan, penyediaan sarana
perumahan diarahkan jaraknya tidak jauh dari lokasi mata pencahariannya dan dengan pola
mengelompok sampai dengan 50 unit rumah untuk memudahkan pelayanan prasarana dan sarana
dasar wilayah.
Sedangkan strategi-strategi yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan
pengembangan prasarana permukiman di atas adalah sebagai berikut:
a) Penataan kawasan permukiman di daerah jalur hijau atau sempadan danau atau kawasan dalam
radius 50 meter dari pinggiran danau dapat dipertahankan selama tidak merusak kualitas lingkungan
sekitarnya;
b) Pembangunan jalan lingkungan perumahan di tepi danau untuk mendorong perairan danau toba
sebagai beranda depan kawasan permukiman;
c) Penataan sarana pemakaman didalam kawasan permukiman penduduk diatur dalam rencana tata
ruang yang lebih rinci dalam wilayah kecamatan.
6.
Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Kebijakan Pemanfaatan Sumber Daya Alam harus secara berkeadilan dan berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang sejalan dengan makin meluasnya tuntutan
masyarakat untuk memperoleh kualiatas lingkungan hidup yang makin baik. Strategi-strategi dalam
rangka pemanfaatan sumber daya alam meliputi:
a. Pemanfaatan sumber daya tanah dan air untuk kegiatan produksi, yang meliputi kegiatan pertanian
tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan keramba jala apung, perikanan darat
menggunakan dengan konsep agropolitan dan agrowisata;
b. Pemanfaatan sumber daya hutan adalah mengutamakan produksi hasil hutan-non kayu dan
pengoptimalan fungsi hutan untuk kegiatan wisata penelitian atau wisata petualangan;
c. Pemanfaatan sumber daya mineral adalah dengan membatasi kapasitas produksi penggalian dalam
jenis skala usaha kecil dan usaha rumah tangga;
d. Pemanfaatan sumber daya alam lainnya dilakukan dengan tetap memperhatikan nilai manfaatnya bagi
perikehidupan masyarakat.
Bab V
Page 89
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
7.
Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Pengembangan Sosial Kependudukan
Kebijakan pemanfaatan pengembangan sosial kependudukan Kabupaten Samosir adalah
menyeimbangkan pola distribusi penduduk, mengelola dinamika kependudukan, dan memberdayakan
pranata sosial di dalam masyarakat.
a. Strategi
menyeimbangkan
pola
distribusi
penduduk
diarahkan
pada
kawasan-kawasan
pengembangan sektor-sektor unggulan yang terdistribusi dalam tiga kelompok wilayah, yaitu:
a.1. Kawasan distribusi primer, meliputi Kecamatan Pangururan, Simanindo, Kecamatan Onan
Runggu, dan Kecamatan Harian;
a.2. Kawasan distribusi sekunder, meliputi Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Palipi, dan
Kecamatan Sianjur Mula-mula;
a.3. Kawasan distribusi tersier, meliputi Kecamatan Sitio-tio dan Kecamatan Ronggur Nihuta.
b. Strategi mengelola dinamika penduduk menekankan pada peningkatan faktor penarik terjadinya
migrasi penduduk masuk ke wilayah kabupaten dengan membuka kesempatan kerja pada sektor
unggulan meliputi sektor pariwisata, pengangkutan, perikanan dan pertanian tanaman pangan dengan
tetap mengedepankan partisipasi warga kabupaten;
c. Strategi memberdayakan pranata-pranata sosial di dalam masyarakat diberdayakan untuk mendukung
kegiatan pemanfaatan ruang secara obyektif untuk kesejahteraan seluruh masyarakat kabupaten.
5.1.2
Kebijakan Pola Ruang Kabupaten Samosir
Rencana pola ruang menggambarkan letak dan luasan dari kegiatan-kegiatan budidaya dan
lindung. Pola ruang didapatkan dengan melakukan delineasi (batas-batas) kawasan kegiatan sosial,
ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya, sehingga didapatkan kategori kawasan budidaya dan
kawasan lindung. Secara umum, pembagian kategori kawasan dilakukan agar terwujud keseimbangan
antara fungsi ekonomi dan lingkungan. Rencana Pola Ruang, terbagi atas kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Penetapan kawasan lindung bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada kawasankawasan sekitar dalam memasok air, mencegah longsor, meminimalisasi dampak gempa bumi dan
menjaga fungsi hidrologi ekosistem danau dan kawasan sekitarnya.
a.
Kawasan Lindung
Kawasan lindung memiliki fungsi utama melindungi kelestarian fungsi sumber daya alam dari
kegiatan budidaya sehingga membentuk fungsi lindung dari ekosistem suatu wilayah. Kawasan-kawasan
yang berfungsi lindung, yaitu 1) hutan lindung dan kawasan konservasi serta resapan air yang berfungsi
memberikan perlindungan kawasan bawahannya; 2) kawasan jalur hijau (sempadan sungai, sempa dan
sungai danau) yang berfungsi perlindungan setempat; 3) kawasan rawanbencana, yang terdiri dari
kawasan rawan letusan gunung api, kawasan rawan gempa, rawan patahan, dan rawan tanah longsor; 4)
kawasan konservasi air baku, yang berfungsi untuk mengamankan gangguan aktivitas manusia terhadap
perairan memiliki potensi sebagai sumber air baku; 5) kawasan cagar budaya, yang berfungsi untuk
melindungi asset-aset alamiah maupun buatan yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi; dan 6)
Bab V
Page 90
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
kawasan lindung lainnya, yang memiliki kerentanan fisik, seperti tanah berbatu, lahan kritis di kelerengan
terjal, dan lain-lain. Berikut penjelasan mengenai variabel-variabel pembentuk kawasan lindung, yaitu
sebagai berikut:
1. Hutan, baik hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas dan hutan tanaman industri yang telah ada
berdasarkan peraturan/perundangan yang berlaku tetap dipertahankan keberadaannya;
2. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air
hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air.
Tujuan perlindungan kawasan resapan air pada kawasan hutan/rawa sungai dan City Ponds adalah
untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah resapan air tanah untuk
keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan
bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan;
3. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Sempadan sungai yang dilindungi ini ditanami
berbagai tanaman keras sehingga fungsi perlindungan kawasan dapat tercapai, sekaligus sebagai
jalur hijau. Adapun tanaman keras yang dapat dikembangkan antara lain adalah tanaman buahbuahan seperti rambutan, mangga, nangka, durian, dan tanaman perkebunan seperti kopi. Tujuan
perlindungan sempadan sungai di Kabupaten Samosir adalah untuk melindungi sungai dari kegiatan
manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, mengamankan aliran sungai dan
mencegah terjadinya erosi sedimen pinggiran sungai. Kriteria penetapannya dilakukan berdasarkan
Keppres Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
4. Sempadan Danau (kawasan sekitar danau) adalah kawasan sepanjang tepi danau, yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau. Di sepanjang tepi danau ini juga
ditanami tanaman yang sifatnya memberikan perlindungan pada tepian danau sekaligus sebagai jalur
hijau. Adapun tanaman yang dibudidayakan di sepanjang jalur hijau ini adalah tanaman keras yang
dapat melindungi sekaligus dapat diambil manfaatnya oleh penduduk seperti tanaman buah-buahan
(mangga, nangka, durian, rambutan) atau tanaman perkebunan (kopi). Tujuan perlindungan
sempadan danau di Kabupaten Samosir adalah untuk melindungi danau dari kegiatan manusia yang
dapat mengganggu dan merusak kualitas air danau, mengamankan fungsi sungai sebagai wilayah
catchment area dan mencegah terjadinya erosi sedimen pinggiran danau. Kriteria penetapannya
dilakukan berdasarkan Keppres Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
5. Kawasan rawan tanah longsor adalah areal yang diidentifikasi rawan gerakan tanah karena kondisi
geologi yang labil, wilayah ini diarahkan untuk mendapatkan perlakuan khusus sehingga potensi
longsor dapat diminimalisasi, sementara itu pada beberapa wilayah yang secara alami telah memiliki
potensi gerakan yang tinggi diarahkan untuk tidak dikembangkan bagi kegiatan budidaya. Pada
kawasan rawan longsor ini juga ditanami tanaman keras yang dapat diambil manfaatnya oleh
penduduk;
Bab V
Page 91
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
6. Kawasan rawan gempa bumi adalah areal yang diidentifikasi rawan terhadap gempa karena
kawasannya dilewati oleh sesar/patahan sehingga berdasarkan siklus gejala alam dapat diprediksi
pada wilayah ini suatu saat akan terjadi gempa bumi, untuk itu pada wilayah ini diarahkan untuk tidak
membangun atau mengembangkan kegiatan budidaya, melainkan tetap sebagai kawasan hutan
dengan tanaman keras yang dapat diambil manfaatnya oleh penduduk;
7. Kawasan rawan gunung api adalah areal yang diidentifikasi rawan terhadap bencana gunung api
karena berada pada barisan gunung api vulkanik/tektonik, potensi wilayah ini terhadap bencana sama
halnya dengan kawasan rawan gempa bumi. Di kawasan ini, tidak diijinkan pembangunan kegiatan
budidaya kecuali penanaman tanaman keras yang berfungsi untuk mengurangi dampak gunung api,
berupa debu dan abu.
Berdasarkan tabel peruntukan lahan tersebut, maka perlu ada rencana pengaturan kawasan lindung
tersebut, yaitu:
1. Kawasan Cagar Budaya dan Hutan Lindung perlu dilakukan inventarisasi kembali dalam skala yang
lebih detail dan kemudian diusulkan perubahan status dan fungsi lahannya ke instansi terkait untuk
ditetapkan ke dalam bentuk Peraturan Daerah. Bagi penduduk yang sudah sejak lama menempati di
daerah tersebut, diberlakukan kebijakan enclave, yaitu mengakui keberadaannya dengan membatasi
pertambahan luas permukiman ataupun kegiatan budidaya yang menyertainya.
2. Pada kawasan hutan lindung yang dulunya merupakan kawasan hutan produksi terbatas, agar
pelepasan ijin produksinya dapat segera direalisasikan dan untuk secepatnya ditanami kembali agar
mengurangi penetrasi hutan yang di dataran tinggi Pulau Samosir.
3. Kawasan Jalur hijau yakni Sempadan Sungai dan Sempadan Danau perlu diinvetarisasi delineasi
wilayahnya dari daerah hulu sampai ke hilir. Pada bagian hilir, apabila ditemukan adanya permukiman
penduduk yang sudah sejak lama mendiami daerah jalur hijau perlu dibatasi pertambahannya dengan
memberlakukan kuota (batas maksimum) luas permukiman yang dapat dibangun dalam luas wilayah
jalur hijau tersebut. Luas kuota dapat ditetapkan melalui perangkat hukum SK Bupati Samosir.
4. Kawasan Hutan Kota agar tetap dipertahankan fungsi hutannya dan dapat digunakan untuk kegiatan
yang insidentil, seperti bumi perkemahan ataupun hutan penelitian. Apabila memungkinkan, dapat
juga dikaji penanaman jenis tanaman kayu yang sesuai dan pelepasan jenis fauna yang bersahabat
dengan manusia, seperti misalnya burung.
5. Walaupun kawasan rawan bencana tidak ditetapkan sebagai kawasan lindung penuh, tetapi dalam
pengembangan kawasan tersebut, perlu diperhatikan jalur-jalur patahan maupun kekuatan struktur
tanah. Namun disarankan agar kawasan tersebut bukan dijadikan sebagai konsentrasi permukiman,
tetapi kawasan budidaya pertanian ataupun sejenisnya. Oleh karena itu, untuk setiap kawasan rawan
bencana tersebut, perlu disusun rencana mitigasi bencana agar dapat mengurangi resiko bahaya
terhadap keselamatan penduduk Kabupaten Samosir.
Bab V
Page 92
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
6. Kawasan Lindung lainnya merupakan kawasan-kawasan kritis yang tidak dapat difungsikan secara
ekonomis, karena merupakan tanah berbatu. Oleh karena itu, kawasan ini perlu diakomodir dengan
mengurangi tekanan penduduk ke daerah tersebut.
b.
Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya, terdiri dari kawasan budidaya kehutanan, kawasan budidaya pertanian, dan
budidaya non pertanian.
c.
Kawasan Peruntukan Kehutanan
Rencana Pola Ruang untuk Kawasan budidaya kehutanan terdiri dari kawasan hutan produksi dan
agroforest.
1. Hutan Produksi, yaitu kawasan budidaya kehutanan (KBK) pada Kabupaten Samosir adalah hutan
produksi. Kawasan hutan produksi hanya terdapat di wilayah daratan, yaitu pada kawasan
Hutagalung di kecamatan Harian seluas 33.950 ha. Kawasan hutan produksi ini merupakan salah
satu kawasan hutan yang diberi izin penebangan oleh pemerintah.
2. Kawasan Agroforest, yaitu kawasan yang didesain untuk mengakomodasi kawasan peralihan dari
kawasan lindung dan kawasan budidaya, oleh karena itu perlu ditetapkan kawasan penyangga yang
berfungsi untuk menjaga fungsi hutan, namun dapat memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat
untuk berusaha untuk penghidupannya. Agroforest adalah kawasan hutan yang dapat ditanami
dengan tanaman produksi dengan tanpa menghilangkan fungsi hutannya. Penggunaan lahan hutan
rakyat dapat diakomodir di lahan kawasan agroforest ini. Kawasan Agroforest direncanakan seluas
10.072 ha yang tersebar di seluruh kecamatan.
d.
Kawasan Peruntukan Pertanian
Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Budidaya Pertanian, terdiri dari:
1.
Pertanian Tanaman Pangan, yang terdiri dari Pertanian Lahan Kering dan Lahan basah. Budidaya
pertanian tanaman pangan diarahkan pengembangannya pada peningkatan nilai tambah hasil tani
yang memerlukan pengolahan khusus sehingga komoditas yang dihasilkanmemiliki harga jual lebih
tinggi. Hampir seluruh kecamatan memiliki alokasi lahan untuk pertanian ini dengan total keseluruhan
adalah 16.576 ha;
2.
Perkebunan, pengembangannya diarahkan pada peningkatan kualitas dan produksi untuk memenuhi
kebutuhan lokal dan wilayah hinterland-nya. Produksi kopi, cengkeh, vanili dan kemiri yang
merupakan komoditas utama yang dapat dikembangkan dari sektor perkebunan ini. Luas kawasan
perkebunan dapat ditingkatkan dengan mengalihfungsikan kawasan bekas hutan, pertanian lahan
kering atau tanah-tanah terlantar, dan direncanakan pengembangannya seluas 25.194 ha;
3.
Peternakan, pengembangannya diarahkan untuk pengembangan 4 (empat) jenis ternak yang
potensial untuk dikembangkan, yaitu kerbau, babi, kambing, kuda dan sapi. Diharapkan dalam kurun
waktu 10 tahun mendatang, pengembangan peternakan diarahkan di Kecamatan yang cukup
memiliki lahan rumput yang terbuka dan di lahan datar dan sumber air yang memadai. Oleh karena
itu peternakan dapat dikembangkan di hampir semua kecamatan, kecuali Kecamatan Pangururan,
Bab V
Page 93
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Sianjur Mula-mula dan Sitio-tio. Rencana peruntukan untuk kawasan peternakan ini dicadangkan
seluas 1.322 ha;
4.
Perikanan, rencana pengembangan kawasan perikanan terutama diarahkan untuk peningkatan
teknologi penangkapan perikanan umum dan peningkatan serta pengelolaan produksi yang baik
terhadap jenis budidaya perikanan, terutama keramba jaring apung (KJA). Usaha perikanan di tepi
danau diarahkan di wilayah yang jauh dari lokasi wisata dan pelabuhan. Zona yang ditetapkan
sebagai kawasan perikanan adalah yang memenuhi persyaratan teknis perikanan secara khusus,
misalnya lokasi perairan yang terlindungi dari arus. Untuk menjaga keseimbangan lingkungan, maka
pengembangan kawasan budidaya perikanan dibatasi dengan persentase 1% dari total luas perairan
Kabupaten Samosir, atau sekitar 616,106 ha. Batasan tersebut akan ditambah atau dikurangi setelah
adanya kajian mengenai daya dukung lingkungan (carrying capacity) dari perairan Danau Toba. Juga
dikembangkan perikanan darat yang prioritas pengembangan terdapat di kecamatan yang terletak di
dataran Sumatera yakni Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kecamatan Harian dan Kecamatan Sitio-tio
dengan luas rencana pengembangan mencapai 13,029 ha;
5.
Kawasan Agropolitan, merupakan kawasan produksi pertanian secara makro yang didesain dari awal
untuk mengakomodasi kegiatan penanaman sampai kepada kepada jalur distribusinya dialokasi di
kawasan tersebut. Alokasi lahan untuk kawasan agropolitan ini ditempatkan di Kecamatan Harian
dengan luas sekitar 2.982 ha.
e.
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Kawasan pertambangan/penggalian, hanya meliputi kegiatan penggalian bahan tambang golongan
C ataupun jenis tanah diatomea. Rencana pemanfaatan ruang untuk Penggalian pasir dan sirtu diarahkan
pada lokasi yang saat ini telah berlangsung di Panahatan Kecamatan Palipi, di Simpang Limbong dan
daerah Tulas di Kacamatan Sianjur Mula-mula. Dalam pengaturannya, perijinan untuk lokasi penggalian
sebaiknya disurvei terlebih dan dikaji kelayakan lingkungannya. Untuk mengurangi longsor ataupun
dampak lingkungan yang lain, penggunaan dinamit sebagai salah satu metode untuk menghasilkan sirtu,
harus dengan tegas dilarang.
Pembatasan penggalian sangat dibutuhkan dampaknya bagi semua sektor kegiatan, karena dampak
alam dari kelalaian kegiatan ini akan berdampak negatif pada semua lini kegiatan, termasuk diantaranya
sektor pariwisata yang sangat memerlukan dukungan image keamanan, kenyamanan kelestarian
lingkungan.
f.
Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan industri, rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan industri difokuskan pada kawasan-
kawasan produksi dengan orientasi pengolahan sumber daya alam (SDA) dan dengan skala
pengembangan yang proporsional. Salah satu yang cukup strategis adalah industri kecil pembuatan batu
bata. Kegiatan ini dilakukan oleh penduduk setempat dengan modal yang berasal dari si pengusaha
sendiri. Kegiatan tersebut berada di Desa Sigaol, Kecamatan Palipi, Desa Siambalo dan Huta Tinggi
Kecamatan Pangururan, dan Desa Huta Ginjang, Kecamatan Simanindo. Untuk mengamankan proses
Bab V
Page 94
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
produksinya, maka perijinan untuk kegiatan permukiman harus dibatasi pada jarak yang aman dari
buangan asap dan debunya.
Kegiatan industri lainnya adalah industri rumah tangga penenuan ulos yang dilakukan penduduk di
Desa Lumban Suhi-suhi Kecamatan Pangururan, dan Desa Ambarita di Kecamatan Simanindo. Karena
menariknya penenunan ulos ini, sebaiknya kegiatan ini diberi tempat khusus di sekitar daerah tujuan
wisata budaya seperti di Kampung Sialagan dan Kampung Sidabutar di Kecamatan Simanindo. Industri
lain yang mengandalkan keterampilan tangan dan menjadi sumber penghasilan penduduk adalah
kerajinan tangan ukir-ukiran. Kegiatan ini banyak dilakukan di Tuktuk dan Tomok di Kecamatan
Simanindo. Kegiatan anyaman tikar tradisional yang terbuat dari pandan hanya terdapat di Desa Simbolon
di Kecamatan Palipi. Sementara itu di Desa Rianiate Kecamatan Pangururan terdapat industri tikar
enceng gondok secara manual.
g.
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan Pariwisata, Rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan wisata dapat dikelompokkan ke
dalam peruntukan kawasan wisata unggulan dan pengadaan jalur wisata air. Kawasan Wisata Unggulan
tersebut terdiri dari: kawasan Wisata Tomok-Tuk-tuk, Kawasan Wisata Aek Rangat, Kawasan Wisata
Budaya Sianjur Mula-mula, Kawasan Wisata Rohani Pusuk Buhit, Kawasan Wisata Lagundi dan Sukkean,
Kawasan Wisata Danau Sidihoni dan Aek Natonang. Sedangkan obyek wisata lain yang dapat
dikembangkan adalah tanah ponggol, pantai pasir putih parbaba, wisata olahraga paralayang di Siulak
hosa, wisata budaya huta Sidabutar dan old batak village di Simanindo, wisata Piso Somalin di Hatoguan,
Menara Tele, Aek Rangat Simbolon, museum budaya di Gereja Katolik Pangururan, wisata budaya di
Sitio-tio, dan obyek-obyek wisata alam, sejarah, dan budaya lainnya yang dapat dikembangkan. Rencana
peruntukan lahan untuk kawasan wisata ini dapat ditetapkan dengan melakukan kajian terhadap
permintaan pasar wisatawan dan kebutuhan fasilitas-fasilitas wisata, serta atraksi wisata yang diminati.
Semua aspek tersebut, umumnya dikaji dalam produk Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
(RIPPDA). Namun dalam arahan pemanfaatan ruangnya, obyek dan kawasan wisata tersebut di atas
sudah ditetapkan sebagai bagian dari kawasan budidaya non pertanian.
Kawasan konservasi budaya dan sejarah merupakan kawasan atau lokasi yang memiliki nilai sejarah
dan budaya tinggi. Pada kawasan atau lokasi tersebut terdapat berbagai benda peninggalan kuno yang
memiliki nilai budaya tinggi sehingga perlu dilestarikan. Karena kekhususan dan keistimewaan lokasi dan
benda tersebut, maka wisatawan ingin menikmatinya dalam bentuk mengunjungi dan melihatnya.
Beberapa lokasi yang daapt diusulkan sebagai kawasan konservasi budaya dan sejarah adalah Makam
Raja Sidabutar di Tomok, Makam Raja Lotung di Sitio-tio, Makam Pisosomalim di Palipi, Makam Raja
Simarmata di Pangururan dan lokasi yang dipercaya sebagai asal muasal Suku Bangsa Batak, yakni
Pusuk Buhit di Sianjur Mula-mula. Di Sianjur Mula-mula tempat yang wisata yang dikonservasi adalah
kawasan di sekitar diorama yang dibangun di situ.
Kegiatan konservasi budaya dan sejarah dalam pengembangannya dapat diarahkan sebagai
kawasan wisata sejarah, namun arahan tersebut perlu diikuti dengan peningkatan fungsi, prasarana dan
Bab V
Page 95
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
sarana di Sianjur Mula-mula. Sebagai lokasi awal berkembangnya Suku Bangsa Batak, Sianjur Mula-mula
belum cukup memberikan informasi maupun ‘kesan’ yang kuat. Karena itu daerah yang dipercayai
sebagai asal mula Suku Bangsa Batak harus ditata sehingga memberi makna mendalam bagi penerus
Suku Bangsa ini. Untuk itu, masyarakat akademik yang paham tentang Suku Bangsa Batak harus diajak
serta untuk mengembangkannya. Penataan ruang di tempat tersebut juga harus dilengkapi dengan
berbagai atribut yang mengingatkan kebesaran suku ini pada masa lalu sampai saat ini. Prinsip Dalihan
Na Tolu sebagai tiang kehidupan menjadi unsur utama untuk menggambarkan kekuatan hubungan Suku
Bangsa Batak.
Promosi dilakukan baik melalui internet, brosur, kantor informasi turis, dan kerjasama dengan
berbagai biro perjalanan. Kerjasama dengan biro perjalanan dikembangkan dengan menyusun paket
perjalanan ke beberapa objek wisata di tempat lain. Semua kegiatan pengembangan wisata harus
melibatkan masyarakat dalam berbagai bentuk dan tingkatannya. Dengan demikian effect tricle down dari
kegiatan ini dapat dirasakan masyarakat dan meningkatkan penghasilan mereka. Dalam jangka panjang,
wisata menjadi sumber ekonomi utama sebagian besar penduduknya, sebagaimana terjadi di tempat lain.
Kegiatan yang melibatkan penduduk selain dimaksudkan untuk meningkatkan kondisi ekonomi penduduk,
juga untuk meningkatkan sikap peduli dari masyarakat dalam memelihara sumberdaya alamnya. Arahan
pengembangan dilakukan pada beberapa kecamatan, yaitu kecamatan Simanindo, Pangururan, Onan
Runggu dan Palipi.
Konservasi budaya, sebagai bagian dari penelusuran sejarah suku Bangsa Batak, tidak hanya
berguna dalam pemantapan dan pelestarian identitas bagi suku Bangsa Batak sendiri, namun hal ini juga
sekaligus melengkapi eksplorasi budaya dan alam Kabupaten Samosir yang dapat digunakan mendukung
kegiatan pariwisata di Kabupaten Samosir.
h.
Kegiatan Perekonomian Kemasyarakatan
Kegiatan sektor non-primer, yaitu kegiatan yang mendukung kegiatan perekonomian yang
berlangsung di Kabupaten Samosir. Alokasi ruang untuk kegiatan non-primer ini bukan merupakan alokasi
yang utama namun keberlangsungan kegiatan sektor primer sangat bergantung pada kondisi sektor ini.
Berikut beberapa kegiatan yang termasuk dalam rencana pengembangan kegiatan sektor non-primer,
yaitu:
i.
Kawasan Pusat Kota
Kawasan pusat kota mempunyai karakteristik yang plural dan variatif, sehingga muncul kegiatan-
kegiatan ikutan yang menempel pada bangunan tersebut. Pusat kabupaten Samosir pada ibukotanya
yaitu kecamatan Pangururan membutuhkan diarahkan pada ketersediaan sarana perkantoran,
perdagangan dan jaringan jalan yang layak sehingga sirkulasi pusat kota dapat mengalir lancar,
hubungannya dengan prasarana transportasi, ketersediaan lahan parkir dan pemisahan sirkulasi barang
dan orang perlu dilengkapi.
Bab V
Page 96
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Tabel 5.1 Arahan RTRW Kabupaten Samosir Untuk Bidang Cipta Karya
Arahan Pola Ruang
Arahan Struktur Ruang
Rencana Pola Ruang menggambarkan letak dan luasan
dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Rencana
Pola Ruang terbagi atas kawasan lindung dan kawasan
budidaya.
1. Kawasan Lindung
1. Hutan Lindung seluas 30.792,89 ha yang terdiri di
kecamatan:
Sianjur Mula-Mula 7.243,32 ha
Harian 9.689,59 ha
Sitio-Tio 468,116 ha
Simanindo 4.651,78 ha
Pangururan 17,27 ha
Ronggur Nihuta 4.584,33 ha
2. Kawasan Cagar Budaya seluas 789,32 ha yang
terdiri di kecamatan:
Sianjur Mula-Mula 491,56 ha
Harian seluas 45,56 ha
Sitio-Tio seluas 19,92 ha
Pangururan 232,28 ha
3. Kawasan Lahan Kritis seluas 22,3 ha di Kecamatan
Pangururan
a.1.Kawasan Resapan Air seluas 1.385,61 ha yang
terdiri di kecamatan :
Harian 469,99 ha
Simanindo 42,98 ha
Ronggur Nihuta 59,79 ha
Palipi 21,47 ha
Nainggolan 778,83 ha
Onan Runggu 12,55 ha
a.2.Lindung seluas 10.287,93 ha yang terdiri di
kecamatan:
Sianjur Mula-Mula 28,54 ha
Harian 4.634,32 ha
Sitio-Tio 4.345,52 ha
Simanindo 8,9 ha
Onan Runggu 1.270,69 ha
a.3.Kawasan Mata Air Panas seluas 734,37 yang
terdiri di kecamatan:
Panggururan 26,78 ha
Palipi 7,59 ha
a.4.Hutan Kota seluas 210,21 ha yang terdiri di
kecamatan :
Panggururan seluas 207,98 ha
Ronggur Nihuta seluas 2,23 ha
a.5.Konservasi Air baku seluas 152,22 ha yang
terdiri di kecamatan :
Sianjur Mula-Mula 86,27 ha
Onan Runggu 65,95 ha
2. Kawasan Jalur Hijau
Kawasan Jalur hijau seluas 1.998,452 ha yang terdiri
dari:
a. Sempadan Sungai seluas 1.998,452 ha yang
Struktur kota di Kabupaten Samosir dibentuk oleh jaringan jalan,
namun bentuk Kabupaten Samosir yang merupakan entitas
danau, pulau dan daratan maka moda transportasi yang
tersedia tidak hanya prasarana transportasi darat namun juga
prasarana transportasi danau, sehingga prasarana simpul
transportasi memiliki peran yang sangat penting. Arahan
pengembangan Kabupaten Samosir sebagai pusat pariwisata,
jasa dan pengolahan hasil pertanian yang ditetapkan dalam
arahan penataan ruang Provinsi Sumatera Utara.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan
kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas
konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain
yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah
kabupaten terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di
wilayah Kabupaten Samosir terdiri atas:
a. Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Samosir
1. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), PKWp ditetapkan
di Pangururan yang juga merupakan ibukota Kabupaten
Samosir dengan daerah pelayanannya seluruh wilyah
Kabupaten Samosir.
2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), PKLp ditetapkan di
Tele, dengan daerah pelayanan Kecamatan Harian, Sitiotio,
Sianjur Mula-Mula, kecamatan di Kabupaten Humbang
Hasudutan, Phakpak Barat, dan Dairi yang berbatasan
dengan Kabupaten Samosir; Onan Runggu, dengan daerah
pelayanan kecamatan Nainggolan, Onan dan Tobasa yang
berbatasan dengan Kabupaten Samosir; Simanindo
Sangkal, dengan daerah pelayanan Kecamatan Simanindo,
sebagian Kecamatan Ronggur ni Huta, dan kecamatan di
Kabupaten Karo dan Simalungun yang berbatasan dengan
Kabupaten Samosir; dan Tomok, dengan daerah pelayanan
Kecamatan Simanindo, Ronggur ni Huta, Onan Runggu dan
kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Simalungun.
3. Sub Pusat Kegiatan Lokal Promosi (Sub PKLp),
Sub PKLp ditetapkan di Parbaba, Rianiate, Nainggolan,
Mogang, dan Ambarita.
4. Pusat Kegiatan Kecamatan (PKK)
PKK ditetapkan di Ronggur ni Huta, Sabulan, Harian Boho,
dan Sagala.
b. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kabupaten
Samosir
1) Air Bersih
Ketersediaan akan air bersih yang ada sekarang ini baru
mengandalkan sumber dari air sungai, air danau dan
sumur tadah hujan, sedangkan sumber yang berasal dari
PAM baru berada di Kecamatan Pangururan saja. Arahan
pengembangan air bersih adalah sebagai berikut :
Diarahkan pada peningkatan pelayanan kebutuhan
masyarakat (mencapai 393.340 Liter/hari) melalui
pengembangan jaringan distribusi air bersih, terutama
jaringan sekunder yang melayani hingga kawasan
permukiman masyarakat di tiap desa-desa.
Peningkatan kapasitas produksi sumber air bersih
Bab V
Page 97
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Arahan Pola Ruang
Arahan Struktur Ruang
terdiri di kecamatan:
- Simanindo 119,132 ha
- Pangururan 385,903 ha
- Ronggur Nihuta 451,814 ha
- Palipi 586,65 ha
- Nainggolan 426,756 ha
- Onan Runggu 28,197 ha
b. Sempadan Danau seluas 112.988 ha yang terdiri
di kecamatan “
- Sianjur mula mula 168,841 ha
- Harian 107,008 ha
- Sitio-Tio 147,006 ha
- Simanindo 292,619 ha
- Pangururan 161,81 ha
- Palipi 111,919 ha
- Naianggolan 70,4`9 ha
- Onan Runggu 121,879 ha
3.Kawasan Rawan Bencana seluas 38.836,436 ha yang
terdiri di kecamatan:
- Kawasan Rawan bencana 19.431,21 ha
- Kawasan Letusan Gunung api 2.823,84 ha
- Kawasan Rawan Gempa 11.305,82 ha
- Kawasan Rawan Patahan 38.862,436 ha
- Kawasan Rawan Runtuhan 1.400,40 ha
4. Kawasan Budidaya seluas 98.558,33 yang terdiri di
kecamatan:
4.1 Kawasan Pertanian
a. Kawasan Pertanian 49.117,18 ha
- Sianjur Mula-Mula 814,136 ha
- Harian 2.015,15 ha
- Sitio – tio 196,127 ha
- Simanido 1.305,74 ha
- Pangururan 5.249,10 ha
- Ronggur Nihuta 49,338 ha
- Palipi 3.299,60 ha
- Nainggolan 1.951,66 ha
- Onan Runggu 1.695,23 ha
b. Perkebunan
- Sianjur Mula-Mula 1.575,29
- Harian 1.191,94 ha
- Sitio-Tio 488,774 ha
- Simanindo 4.784,54 ha
- Pangururan 3.955,47 ha
- Ronggur Nihuta 2.650,03 ha
- Palipi 5.181,44 ha
- Nainggolan 2.779,55 ha
- Onan Runggu 5.587,65 ha
c. Peternakan 11322,493 ha
- Harian 85,642 ha
- Simanindo 577,633 ha
- Ronggur Nihuta 92,509 ha
- Palipi 102,112 ha
- Nainggolan 216,808 ha
- Onan Runggu 247,789 ha
eksisting untuk wilayah sekitar Danau Toba
menggunakan sumber air danau sedangkan untuk daerah
dengan kondisi perbukitan mengandalkan sumber air
bersih dari mata air, sungai tadah hujan dan kolam-kolam
penampungan seperi di kebayakan daerah-daerah
Ronggur Nihuta, Kecamatan Pangururan bagian Timur,
Onan Runggu bagian Barat, Nainggolan bagian Utara,
Simanindo bagian Barat, Palipi bagian Timur dan
Kecamatan Sianjur Mula-mula bagian sebelah Barat.
Pengembangan alternatif sumber air bersih baru untuk
meningkat kapasitas pelayanan air bersih dengan
mendaur ulang air sungai yang banyak tersebar didaerah
perbukitan dengan metode pengerukan dasar sungai dan
penurapan dinding sungai.
Struktur jaringan air bersih di Kabupaten Samosir secara
umum akan dibagi atas jaringan primer, sekunder, dan
tersier. Jaringan primer merupakan jaringan utama yang
mendistribusikan air bersih ke jaringan sekunder, yang
mana jaringan sekunder merupakan jaringan yang
mendistribusikan air bersih ke kawasan-kawasan
fungsional di wilayah Kabupaten Samosir, seperti
kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, wisata,
dan lain-lain.
Lebih lanjut di dalam masing-masing kawasan,
pendistribusian
air
bersih
dilakukan
dengan
menggunakan jaringan tersier. Sebagai alternatif, untuk
menjamin meratanya distribusi air bersih, di masingmasing kawasan fungsional dapat diletakkan tandon,
sebagai penampung sementara air bersih dari jaringan
primer. Dengan mengatur tekanan pada tandon, distribusi
air bersih diharapkan dapat merata ke seluruh
masyarakat.
2) Rencana Sistem Pembuangan Air Hujan Dan Air Kotor
(Drainase)
Diarahkan pada pengembangan sistem drainase tercampur
(combined system) dimana air kotor dan air hujan disalurkan
melalui saluran yang sama, dengan memanfaatkan saluran
drainase alami dan buatan. Sistem drainase buatan diarahkan
bagi kawasan-kawasan yang jauh dari aliran sungai sebagai
jaringan drainase alami dan bagi jaringan jalan utama,
sementara sistem drainase alami diarahkan sebagai jaringan
drainase primer yang digunakan sebagai pengumpul jaringan
drainase buatan di tiap-tiap desa khususnya kawasan fungsional
dan permukiman. Dari jaringan primer ini kemudian air hujan
dan air kotor dialirkan ke Danau Toba sebagai tempat
pembuangan akhir melalui sungai-sungai. Pengaturan pola
aliran harus diperhatikan sedemikian rupa dari daerah
perbukitan menuju daerah rendah (memenuhi kontur alamiah
topografi), sehingga dapat mencegah timbulnya kawasankawasan tergenang.
3) Sistem Pembuangan Limbah Padat
Pembuangan limbah padat diarahkan pada pengelolaan
cairan limbah padat sedemikian rupa sehingga tidak mengotori
air danau. Pada kawasan permukiman permanen yang tinggi
kepadatannya dan kawasan komersial, sistem pembuangan
Bab V
Page 98
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Arahan Pola Ruang
Arahan Struktur Ruang
d. Perikanan 28,783 ha
- Simanindo 0,48 ha
- Pangururan 5,828 ha
- Palipi 20,41 ha
- Onan Runggu 1,789 ha
e. Perikanan Darat 13,029 ha
- Sianjur Mula-Mula 6,486 ha
- Harian 3,468 ha
- Sitio-Tio 5,075 ha
f. Agropolitan
- Harian 2.982,11 ha
4.2 Kawasan Non Pertanian seluas 49.441,16 ha yang
terdiri di kecamatan:
a. Kawasan Perkotaan 1.324,629 ha
- Harian: 96,524 ha
- Simanindo: 363,952 ha
- Pangururan: 814,179
- Onan Runggu: 49,974
b. Kawasan Perdesaan 3.538,844 ha
- Sianjur Mula-Mula 344,376 ha
- Harian 180,754 ha
- Sitio-Tio 100,929 ha
- Pangururan 96,574 ha
- Ronggur Nihuta 1,908 ha
- Palipi 17,059 ha
- Nainggolan 6,995 ha
- Onan Runggu 51,704 ha
c. Kawasan Wisata 457,919 ha
- Sianjur Mula-Mula : 158,701
- harian: 1,192 ha
- Simanindo 1,192 ha
- Pangururan 96,574 ha
- Ronggur Nihuta: 1,908 ha
- Onan Runggu 51,704 ha
d. Kawasan Galian 91,37 ha
- Harian 10,297 ha
- Pangururan 60,82 ha
- Pallipi 10,016 ha
- Onan Runggu 10,237
e. Kawasan Agroforest 10078,3 ha
- Sianjur Mula-Mula 3.068,28 ha
- Harian 789,982 ha
- Sitio-tio 281,805 ha
- Simanindo 3.469,66 ha
- Pangururan 128,82 ha
- Ronggur Nihuta 868,36 ha
- Palipi 1.151,14 ha
- Nainggolan 229,266 ha
- Onan Runggu 98,515 ha
f. Hutan Produksi seluas 33.950,09 ha
limbah padat direncanakan dengan sistem on site communal
dan dilengkapi dengan shallow sewer. Jika sistem shallow
sewer belum dapat diaplikasikan dalam jangka pendek, maka
alternatif lainnya adalah dengan pembuatan tangki septik
dengan bidang resapan secara individual yang terpusat di tiap
kecamatan. Sementara, pada permukiman yang tidak teratur
atau relatif rendah kepadatannya seperti desa, maka rencana
pengelolaan yang diusulkan adalah dengan cara pembuatan on
site individual dengan tangki septik dan atau tanpa bidang
resapan.
4) Persampahan
a. Jangka Pendek
- Pada kawasan permukiman yang mengelompok
dengan tingkat kepadatan rendah: sistem pengelolaan
persampahan diarahkan pada sistem alami (dibakar)
secara individual.
- Permukiman yang mengelompok dengan tingkat
kepadatan tinggi: sistem pembuangan komunal dengan
menyediakan tempat pembuangan sampah sementara,
untuk selanjutnya dikelola dengan sistem alami
(dibakar), dengan memperhatikan waktu pembakaran
dan dampak asap yang ditimbulkan.
- Kawasan permukiman yang linier di sepanjang jaringan
jalan utama dan berbatasan langsung dengan danau,:
sistem pengelolaan persampahan diarahkan pada
sistem pengelolaan komunal dengan menyediakan
angkutan persampahan yang secara reguler (memiliki
jadwal tertentu) mengangkut sampah dari rumah ke
rumah untuk selanjutnya dikumpulkan di tempat yang
sama dengan tempat pembuangan sampah kawasan
permukiman mengelompok dengan tingkat kepadatan
tinggi dalam satu wilayah desa.
b. Jangka Panjang
- Menyediakan angkutan sampah dari rumah-rumah ke
tempat pembuangan sampah sementara (TPS),
angkutan dari TPS ke tempat pembuangan akhir (TPA).
- TPS dapat dialokasikan pada lokasi di sekitar pasar
masing-masing kecamatan untuk memudahkan
pengangkutan sekaligus dengan sampah pasar.
- Mengembangkan TPA yang sudah ada seperti di pasar
Onan Baru desa Huta Tinggi/Pangururan.
Sumber: RTRW Kabupaten Samosir
Bab V
Page 99
Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Daerah (RPI2-JMD)
Bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Samosir 2014 - 2019
Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Samosir Berdasarkan RTRW
Kabupaten Samosir
Kawasan Strategis Kabupaten
Samosir
Kawasan Danau Toba
Kawasan Wilayah Konservasi
Kawasan Perkotaan
Kawasan Agropolitan
Kawasan Pusat Cagar Budaya
Kawasan Wisata Alam Danau
Toba
Sudut Kepentingan
Kawasan
Strategis
Nasional
berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008
Kegiatan
Konservasi
Daerah
Tangkapan Air (DTA) Danau Toba
Pusat pelayanan yang melayani
kebutuhan seluruh wilayah Kabupaten
Samosir, baik ke dalam maupun ke luar
Kabupaten.
Agropolitan
Pusat Orientasi Budaya Batak/salah
satu pintugerbang menuju daerah asal
muasal suku bangsa batak
Diarahkan untuk dikembangkan di
kawasan yang memiliki obyek wisata
yang potensial.
Lokasi
Danau Toba dan sekitarnya
Kebun Raya Samosir yang terletak di Palilit
Desa Tomok Kecamatan Simanindo seluas
100 Ha dan Arboretum Kawasan Aek
Natonang seluas 105 Ha di Desa Tanjungan
Kecamatan Simanindo.
Kecamatan Pangururan
Kecamatan Harian
Kawasan Pusuk Buhit, Kecamatan Sianjur
Mula-mula.
Kawasan Wisata Tomok-Tuk-tuk
Kawasan Wisata Aek Rangat
Kawasan Wisata Budaya Sianjur MulaMula, Kawasan Wis