Arahan Kebijakan Dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

Bab 3
Arahan Kebijakan Dan
Rencana Strategis
Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan
Ruang
Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan,
konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan
berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan
pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman,
Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan
tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan
Bidang Cipta Karya.

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan

pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan,
reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta
green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada
masing-masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan
RPIJM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.

A. RPJP NASIONAL 2005 – 2025 (UU NO. 17 TAHUN 2007)
RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan
dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas
pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka
waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada
tahun 2025 adalah
“Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”

3-1

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022


Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam
pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:
a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan
penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti
industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui
pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan
terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air,
serta kesehatan.
b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka
Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi
diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management)
dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air
minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air
minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumbersumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi
masyarakat miskin.
c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan
berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan

kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada
perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta
dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk
proyek-proyek yang bersifat komersial.
d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan
RPJMN, yaitu :
• RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui
percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama
antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan
permukiman.
• RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat
terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka
panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin
mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
• RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa
permukiman kumuh.

3-2


Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

B. ARAHAN, TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA
PANJANG TAHUN 2005-2015
Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 adalah mewujudkan bangsa
yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya
menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun1945.
1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab
Terciptanya kondisi masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, dan beretika sangat
penting bagi terciptanya suasana kehidupan masyarakat yang penuh toleransi,
tenggang rasa, dan harmonis.
Di samping itu, kesadaran akan budaya memberikan arah bagi perwujudan identitas
nasional yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan menciptakan iklim
kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon
modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan.

2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
Kemampuan bangsa untuk berdaya saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya
kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan
Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan mampu
memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa,
pembangunan nasional dalam jangka panjang diarahkan untuk:
a. Mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya
saing.
b. Memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan di setiap wilayah
menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi,
distribusi, dan pelayanan di dalam negeri
c. Meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan pengetahuan; dan
d. Membangun infrastruktur yang maju; serta
e. Melakukan reformasi di bidang hukum dan aparatur negara.
3. Mewujudkan Indonesia yang demokratis berlandaskan hukum
Demokratis yang berlandaskan hukum merupakan landasan penting untuk
mewujudkan pembangunan Indonesia yang maju, mandiri dan adil. Demokrasi
dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan,

3-3


Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

dan memaksimalkan potensi masyarakat, serta meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi dalam penyelenggaraan negara. Hukum pada dasarnya bertujuan
untuk memastikan munculnya aspek-aspek positif dan menghambat aspek negatif
kemanusiaan serta memastikan terlaksananya keadilan untuk semua warga negara
tanpa memandang dan membedakan kelas sosial, ras, etnis, agama, maupun
gender. Hukum yang ditaati dan diikuti akan menciptakan ketertiban dan
keterjaminan hak-hak dasar masyarakat secara maksimal.
4. Mewujudkan Indonesia yang aman, damai dan bersatu
Dengan potensi ancaman yang tidak ringan serta kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya yang beragam, bangsa dan negara Indonesia memerlukan kemampuan
pertahanan negara yang kuat untuk menjamin tetap tegaknya kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Adanya gangguan keamanan dalam berbagai bentuk
kejahatan dan potensi konflik horisontal akan meresahkan dan berakibat pada
pudarnya rasa aman masyarakat. Terjaminnya keamanan dan adanya rasa aman
bagi masyarakat merupakan syarat penting bagi terlaksananya pembangunan di

berbagai bidang.
5. Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan
Pembangunan yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa di
berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam
pembangunan, mengurangi gangguan keamanan, serta menghapuskan potensi
konflik sosial untuk tercapainya Indonesia yang maju, mandiri dan adil.
6. Mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari
Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan modal pembangunan nasional
dan, sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan. Sumber daya alam yang lestari
akan menjamin tersedianya sumber daya yang berkelanjutan bagi pembangunan.
Lingkungan hidup yang asri akan meningkatkan kualitas hidup manusia. Oleh karena
itu, untuk mewujudkan Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, sumber daya alam
dan lingkungan hidup harus dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan
pembangunan nasional. Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkelanjutan di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama dalam
pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional
Pembangunan kelautan pada masa yang akan datang diarahkan pada pola
pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya laut

berbasiskan ekosistem, yang meliputi aspek-aspek sumber daya manusia dan
kelembagaan, politik, ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pertahanan
keamanan, dan teknologi.

3-4

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

8. Mewujudkan Indonesia yang berperan aktif dalam pergaulan internasional
Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial merupakan amanat konstitusi yang harus diperjuangkan secara
konsisten. Sebagai negara yang besar secara geografis dan jumlah penduduk,
Indonesia sesungguhnya memiliki peluang dan potensi untuk mempengaruhi dan
membentuk opini internasional dalam rangka memperjuangkan kepentingan
nasional. Dalam rangka mewujudkan Indonesia maju, mandiri, adil dan makmur,
Indonesia sangat penting untuk berperan aktif dalam politik luar negeri dan kerja
sama lainnya baik di tingkat regional maupun internasional, mengingat konstelasi
politik dan hubungan internasional lainnya yang terus mengalami perubahanperubahan yang sangat cepat.


C. RPJM NASIONAL 2010 – 2014 (PERPRES NO. 05 TAHUN 2010)
Upaya mewujudkan tujuan negara dilaksanakan melalui proses yang bertahap,
terencana, terpadu dan berkesinambungan.UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menetapkan bahwa visi
pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU,
ADIL DAN MAKMUR, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Mandiri :

2. Maju

:

3. Adil

:

4. Makmur :

berarti mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan

bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan
sendiri.
dengan tingkat kemakmuran yang juga tinggi disertai dengan sistem
dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap.
berarti tidak ada pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apapun, baik
antarindividu, gender, maupun wilayah.
berarti seluruh kebutuhan hidup masyarakat Indonesia telah terpenuhi
sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsabangsa lain.

Dalam mewujudkan visi tersebut dilaksanakan 8 (delapan) misi yaitu:
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila dengan memperkuat jati diri dan karakter
bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan
internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya,
mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilailuhur budaya bangsa, dan
memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia sebagai landasan spiritual, moral,
dan etika pembangunan bangsa.
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing dengan membangun sumber daya
manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasaan dan

pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju

3-5

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

inovasi secara berkelanjutan; pembangunan infrastruktur yang maju serta reformasi
di bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik
berbasis keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan
membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk
pelayanan jasa dalam negeri.
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum dengan memantapkan
kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil;
memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan
media dan kebebasan media dalam mengkomunikasikan kepentingan masyarakat;
dan membenahi struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan
menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak pada
rakyat kecil.
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu dengan membangun kekuatan
TNI hingga melampui kekuatan esensial minimum serta disegani di kawasan regional
dan internasional; memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme
Polri untuk melindungi dan mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan,
dan menuntaskan tindak kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga intelijen dan
kontra-intelijen negara dalam penciptaan keamanan nasional; serta meningkatkan
kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan dan kontribusi
industri pertahanan nasional dalam sistem pertahanan semesta.
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan dengan meningkatkan
pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh,
keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah;
menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan akses
yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan
prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek
termasuk gender.
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari dengan memperbaiki pengelolaan
pembangunan untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan,
keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap
menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini
dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk
permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan
pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan;
memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk
mendukung kualitas kehidupan, memberikan keindahan dan kenyamanan; serta
meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai
modal pembangunan.
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional dengan menumbuhkan wawasan bahari bagi

3-6

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

masyarakat dan pemerintah; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang
berwawasan kelautan; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan
kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu
dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional
dengan memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan
kepentingan nasional; melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan
identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendorong kerja
sama internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta
antarlembaga di berbagai bidang.

Gambar 3.1
Pentahapan pembangunan RPJPN 2005 – 2025

Dari tahapan tersebut di atas, maka pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-2019)
diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai
bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas
serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat.

D. VISI MISI PEMBANGUNAN
Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang
dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional
untuk tahun 2015-2019 adalah:

3-7

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN
BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG”
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan
negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat
secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,
dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan
agenda prioritas itu disebut NAWA CITA.
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

3-8

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 20152019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama terutama dalam Infrastruktur
Bidang Cipta Karya adalah untuk Aksess Air Minum Layak baseline 2014 adalah 70% dan
sasaran 2019 100% dan untuk Sanitasi Layak baseline 2014 adalah 60,5% dan sasaran
2019 100%

E. MP3EI

(MASTERPLAN

PERCEPATAN

DAN

PERLUASAN

PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA)

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan
ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui
Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor
ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada
kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat
mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang
kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam
MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang
terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK.
Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi

3-9

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan
SDM IPTEK yang sama.

F. MP3KI

(MASTERPLAN

PERCEPATAN

DAN

PERLUASAN

PENGENTASAN KEMISKINAN INDONESIA)
Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi
dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan
MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk
mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas jangkauan
penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat.
Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu
pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:
a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan
mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan,
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia di masa mendatang,
c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat
miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan
regional dengan memperhatikan aspek.
Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam
pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat (PNPMPerkotaan/ P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro
Rakyat.
Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:
• TAHAP 1 (Periode 2013-2014)
1. Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10% pada
tahun 2014;
2. Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara
“KEROYOKAN” DI KANTONG-KANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN
WAKTU, SERTA PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung
di Menko Kesra);
3. Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin,
termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;
4. Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .

3 - 10

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

• TAHAP 2 (Periode 2015 –2019)
1. Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;
2. Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal
coverage;
3. Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;
4. Penguatan sustainable livelihood.


1.

TAHAP 3 (Periode 2020-2025)
Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu;

2. Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.

G. KEK (UU NO. 39 TAHUN 2009)
UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan
dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri,

3 - 11

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya
saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas
pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan
dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga
menunjang kegiatan ekonomi di KEK. Sasaran pengembangan KEK adalah:
1. Terwujudnya kawasan sebagai pusat kegiatan industri bernilai tambah tinggi.
2. Meningkatnya jumlah KEK dari 8 kawasan, menjadi 11 kawasan pada tahun 2019
3. Terwujudnya ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan kawasan
maupun distribusi barang ke luar kawasan
4. Terjalinnya koordinasi yang baik untuk meningkatkan kualitas kegiatan perencanaan
pembangunan
5. Tersedianya tenaga kerja yang berkualitas dan memiliki hubungan kelembagaan
yang harmonis dengan perusahaan
6. Tersedianya lahan untuk pengembangan kawasan industri pengoalahan, jasa, dan
pariwisata yang siap untuk dikelola
7. Terjaminnya kesejahteraan tenaga kerja di kawasan, dan
8. Meningkatnya nilai investasi di dalam kawasan.
Arah kebijakan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus adalah :
1. Mengembangkan pengolahan potensi daerah dibidang industri, jasa dan pariwisata
2. Mempercepat pembangunan infrastruktur ekonomi penunjang kegiatan industri
3. Meningkatkan kemampuan koordinasi, fasilitasi, dan mediasi dewan kawasan dan
badan pengelola kek
4. Meningkatkan daya saing dan kualitas tenaga kerja bidang industri pengolahan, jasa,
dan pariwisata
5. Menyediakan perencanaan matang melalui dokumen perencanaan yang baik
6. Membenahi sistem ketenagakerjaan dan
7. Percepatan investasi industri.

3 - 12

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

Untuk mempercepat pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus strategi yang
diperlukan adalah:
1. Penetapan pusat-pusat kegiatan industri yang berfokus pada potensi daerah
2. Percepatan pembangunan infrastruktur transportasi dan distribusi yang terintegrasi
dengan kek
3. Percepatan penyediaan sarana dan prasarana energi dan air bersih penunjang
kawasan
4. Peningkatan koordinasi badan pengelola kek, pemerintah pusat, dan pemerintah
daerah
5. Penyediaan sarana pendidikan kejuruan dan tenaga pendidik terampil bidang
industri pengolahan, jasa, dan pariwisata
6. Penyediaan tenaga kerja profesional dari luar kek; (vii) penyiapan detail rtr kek
7. Pelimpahan kewenangan perijinan kepada administrator
8. Penyelesaian tumpang tindih antar peraturan yang terkait hubungan industrial
antara serikat pekerja, buruh, dan pengusaha
9. Penyiapan regulasi terkait pelayanan terpadu satu pintu dan penggunaan sistem
pelayanan informasi dan perijinan investasi secara elektronik (spipise); dan
penyediaan lahan untuk pengembangan kawasan industri baru.

H. PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI
Pembangunan Wilayah Pulau Jawa-Bali sebagai "lumbung pangan nasional dan
pendorong sektor industri dan jasa nasional dengan pengembangan industri makananminuman, tekstil, otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina dan besi baja; salah satu
pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia dengan pengembangan ekonomi kreatif;
serta percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui
pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari. Adapun sasaran
pengembangan Wilayah Jawa-Bali pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut :
1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah JawaBali, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di koridor ekonomi
dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya
adalah pengembangan 1 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

3 - 13

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

2. Sementara itu, untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar wilayah di Pulau
Jawa-Bali, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran
sebanyak 6 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran outcome: (a)
meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal menjadi 6,2
persen; (b) menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi
8,9 persen; dan (c) meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah
tertinggal menjadi 73,7.
3. Untuk mendukung pemerataan pembangunan kawasan perkotaan di Jawa - Bali,
maka akan dipercepat peningkatan efisiensi pengelolaan 5 Kawasan Perkotaan
Metropolitan yang sudah ada saat ini.
4. Sesuai dengan amanat UU 6/2014 tentang Desa, makaakan dilakukan pembangunan
perdesaan dengan sasaran tertinggal sedikitnya 1.670 desa atau meningkatnya
jumlah desa mandiri sedikitnya 670 desa.
5. Khusus untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan kota-desa, diharapkan dapat
diwujudkan 4 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
6. Sasaran bidang otonomi daerah untuk Wilayah Jawa-Bali adalah:
a. Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 35%
untuk propinsi dan 25% untuk kabupaten/kota,
b. Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 30% dan
untuk Kabupaten/Kota sebesar 25% pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan
lainnya dalam APBD,
c. Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian
(WTP) sebanyak 7 provinsi dan 60 kabupaten/kota di wilayah Jawa-Bali
d. Terlaksananya e-budgeting di wilayah Jawa-Bali (dengan proyek awal Provinsi
Jawa Barat)
e. Terlaksananya penggunaan block grant (inpres) yang efektif dengan proyek awal
Provinsi Jawa Tengah dan Bali
f. Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk
jenjang S1 sebesar 70% dan S2-S3 sebesar 10%
g. Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen
pembangunan, kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah JawaBali sebesar 100 angkatan (dengan proyek awal Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa
Tengah)
h. Terlaksananya pengaturan kewenangan secara bertahap di wilayah Jawa-Bali
(dengan proyek awal Provinsi Banten dan Jawa Barat)
i. Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada
pendidikan, kesehatan dan infrastruktur
j. Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 100%
k. Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan
oleh kepala daerah ke PTSP sebesar 75%

3 - 14

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

l. Terlaksananya pelayanan administrasi kependudukan di wilayah Jawa-Bali
(dengan proyek awal Provinsi Banten)
m. Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur
sebagai wakil pemerintah,
n. Terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di
wilayah Jawa-Bali (dengan proyek awal Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur.
7. Sasaran Pengurangan Risiko Bencana di Wilayah Jawa-Bali adalah pusat-pusat
pertumbuhan berisiko tinggi yaitu: 5 (lima) PKN Kawasan Perkotaan (Jabodetabek,
Bandung
Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019,
pembangunan Wilayah Jawa-Bali semakin meningkat, dan juga semakin meratanya
pembangunan antarwilayah. Hal ini dicerminkan dengan makin menurunnya kontribusi
PDRB Wilayah Jawa-Bali terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 58,4 persen (2014)
menjadi 55,3 persen (2019). Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Pulau Jawa-Bali

I.

DIREKTIF PRESIDEN (INPRES NO. 3 TAHUN 2010)

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian,
Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan
yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian
MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro
Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan
masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya
berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta
pengurangan permukiman kumuh.

J.

PERATURAN PERUNDANGAN PEMBANGUNAN BIDANG PU/CK

1. UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman
Perumahan berasal dari kata rumah, yaitu bangunan yang berfungsi sebagai tempat
tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya serta aset bagi pemiliknya. Terdapat beberapa macam jenis rumah yang
meliputi rumah komersial, rumah swadaya, rumah umum, rumah khusus dan rumah
Negara.
Adapun pengertian perumahan menurut UU No 1 Tahun 2011 adalah kumpulan rumah
sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi
dengan sarana, prasarana dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenenuhan rumah
yang layak huni. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.

3 - 15

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

Adapun maksud dari lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian adalah bagian
dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman.
Permukiman itu sendiri adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasaranan, sarana, utilitas umum serta
mempuyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kulaitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem
pembiayaan serta peran masyarakat.
Adapun Undang – Undang No 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman
mengatur mengenai :
1.

Ketentuan Umum;

2.

Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup;

3.

Pembinaan;

4.

Tugas dan Wewenang;

5.

Penyelenggaraan Perumahan;

6.

Penyelenggaraan Kawasan Permukiman;

7.

Pemeliharaan dan Perbaikan;

8.

Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

9.

Permukiman Kumuh;

10. Penyediaan Tanah;
11. Pendanaan dan Sistem Pembiayaan;
12. Hak dan Kewajiban;
13. Peran Masyarakat;
14. Larangan;
15. Penyelesaian Sengketa;
16. Sanksi Administratif;
17. Ketentuan Pidana;

3 - 16

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

18. Ketentuan Peralihan;
19. Ketentuan Penutup.
2. UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
UU No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung merupakan undang – undang yang
dibuat oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam mengatur semua pekerjaan yang
berkaitan dengan pembangunan terutama Gedung, sehingga dapat dikontrol dan diuji
kualitasnya. Undang – undang ini menjadi dasar pedoman pelaksanaan semua proses
pembangunan geduang di Indonesia.
Dalam Undang – Undang No 28 Tahun 2002 dijelaskan bahawa bangunan gedung
adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah
dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik
untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,
budaya, maupun kegiatan khusus.
3. UU No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
Air merupakan salah satu sumber kehidupan mutlak untuk mahkluk hidup. Ketersediaan
dan kebutuhan harus seimbang untuk menjamin keberlanjutan sumber daya air.
Kelebihan air terutama di musim hujan di suatu tempat bisa menjadi masalah seperti
banjir atau longsor. Namun kekurangan air terutama pada musim kemarau juga
menimbulkan masalah, yaitu timbulnya bencana kekeringan. Keberadaaan,
ketersediaan, kebutuhan dan penggunaan sumber daya air tergantung dari banyak
aspek yang saling mempengaruhi saling memberikan dampak baik yang positif maupun
negatif. Sejarah terbitnya Undang-Undang Sumber Daya Air ini merupakan suatu
proses yang cukup panjang. Ada yang pro maupun ada yang kontra untuk diterbitkan.
Isu-isu timbul selama proses penerbitannya, antara lain privatisasi, ekspor air,
peningkatan fungsi ekonomi dan berkurangnya fungsi sosial yang akan menimbulkan
kerugian bagi masyarakat. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa air merupakan
kepentingan semua pihak (water is everyone's business).
Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih
menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya. Kondisi
tersebutberpotensi menimbulkan konflik kepentingan antarsektor, antarwilayah dan
berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber
daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak
kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air.
Berdasarkan pertimbangan tersebut undang-undang ini lebih memberikan
perlindungan terhadap kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan
menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi
sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi.

3 - 17

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan
dan pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari
bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut termasuk hak untuk mengalirkan air
dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya.
Pemerintah atau pemerintah daerah menjamin alokasi air untuk memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut dengan tetap
memperhatikan kondisi ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang
bersangkutan dengan tetap menjaga terpeliharanya ketertiban dan ketentraman.
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air harus sesuai
dengan prinsip hukum pengelolaan sumber daya alam yang menyebutkan bahwa
pengelolaan sumber daya alam harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip:
1. Good governance principle,
2. Subsidiary principle,
3. Equity principle,
4. Priority use principle,
5. Prior appropriation principle,
6. Sustainable development principle,
7. Good sustainable development governance,
8. Principle of participatory development.
Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada
keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:
a. Wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah sungai
strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.
b. Wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi;
c. Wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota menjadi
kewenangan pemerintah kabupaten/kota;
Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan sumber
daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang
kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh pemerintah
di atasnya. Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air tersebut
termasuk mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan,

3 - 18

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dengan tetap
dalam kerangka konservasi dan pengendalian daya rusak air.
Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap memperhatikan fungsi
sosial sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup. Pengusahaan sumber daya air
yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat dilakukan oleh badan usaha milik negara
atau badan usaha milik daerah di bidang pengelolaan sumber daya air atau kerja sama
antara keduanya, dengan tujuan untuk tetap mengedepankan prinsip pengelolaan yang
selaras antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi sumber daya
air.
4. UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Persampahan
Definisi sampah, sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008,
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Yang termasuk jenis sampah adalah sampah rumah tangga (tidak termasuk tinja),
sampah sejenis sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas lainnya serta sampah
spesifik. Yang terakhir ini adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat
bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat
diolah; dan sampah yang timbul secara tidak periodik.
Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang
ditujukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengurangan sampah dapat dilakukan
melalui pembatasan timbulan sampah (reduce), pemanfaatan kembali sampah (reuse)
dan pendauran ulang sampah (recycle). Kegiatan penanganan sampah meliputi : 1)
pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,
jumlah dan sifat sampah, 2) pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan
sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu, 3) pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari
sumber atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir, 4) pengolahan
dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah, 5) pemrosesan
akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau residu hasil pengolahan
sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Sementara untuk pengelolaan sampah
spesifik menjadi tanggung jawab Pemerintah yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Dalam undang-undang pengelolaan sampah ini juga disebutkan larangan bagi setiap
orang untuk memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, mengimpor sampah, mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan
beracun, mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan, membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan

3 - 19

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

disediakan, melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir serta membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis
pengelolaan sampah.

K. AMANAT INTERNASIONAL
1. Agenda Habitat
Tujuan dari Agenda Habitat yang sepenuhnya sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip
Piagam PBB dan hukum internasional. Sedangkan pentingnya kekhasan nasional dan
regional serta berbagai sejarah, budaya dan latar belakang agama harus diingat, itu
adalah tugas dari semua negara untuk mempromosikan dan melindungi semua hak
asasi manusia dan kebebasan dasar, termasuk hak untuk pembangunan.
Pelaksanaan Agenda Habitat, termasuk implementasi melalui hukum nasional dan
prioritas pembangunan, program dan kebijakan, adalah hak kedaulatan dan tanggung
jawab masing-masing Negara sesuai dengan hak asasi manusia dan kebebasan dasar,
termasuk hak atas pembangunan, dan mempertimbangkan pentingnya nilai-nilai
agama dan etika, latar belakang budaya, dan keyakinan filosofis individu dan
masyarakat, memberikan kontribusi untuk menikmati hak asasi manusia untuk mencapai
tujuan tempat tinggal yang memadai untuk semua dan pembangunan pemukiman
yang berkelanjutan.
Pemberantasan kemiskinan sangat penting untuk permukiman manusia yang
berkelanjutan. Prinsip pemberantasan didasarkan pada kerangka kerja yang diadopsi
oleh KTT Dunia untuk Pembangunan Sosial dan hasil yang relevan dari konferensi
utama PBB lainnya, termasuk tujuan pemenuhan kebutuhan dasar dari semua orang,
terutama mereka yang hidup dalam kemiskinan dan kelompok yang kurang beruntung
dan rentan. Khususnya di negara-negara berkembang di mana kemiskinan akut, yang
memungkinkan semua perempuan dan laki-laki untuk mendapat mata pencaharian
yang aman dan berkelanjutan dapat dipilih secara bebas untuk lapangan kerja yang
produktif dan pekerjaan.
Pembangunan berkelanjutan. Sangat penting bagi pembangunan pemukiman manusia,
dan memberikan pertimbangan penuh untuk kebutuhan dan kebutuhan untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan.
Pertimbangan khusus harus diberikan untuk negara-negara berkembang dengan
transisi ekonomi. Pemukiman manusia harus direncanakan, dikembangkan dan
ditingkatkan dengan cara yang memperhitungkan penuh prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan dan semua komponennya, sebagaimana tercantum dalam Agenda 21
dan terkait hasil dari Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan.
Pembangunan Pemukiman manusia berkelanjutan menjamin pembangunan ekonomi,
kesempatan kerja dan kemajuan sosial, selaras dengan lingkungan. Ini mencakup
prinsip-prinsip Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan, yang
merupakan hasil dari Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan
Pembangunan, prinsip-prinsip pendekatan kehati-hatian, pencegahan polusi, perhatian

3 - 20

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

terhadap daya dukung ekosistem, dan pelestarian peluang untuk masa depan generasi.
Produksi, konsumsi dan transportasi harus dikelola dengan cara yang dapat melindungi
dan melestarikan stok sumber daya. Ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran
penting dalam membentuk pemukiman manusia yang berkelanjutan dan
mempertahankan ekosistem mereka. Keberlanjutan pemukiman manusia memerlukan
distribusi geografis yang seimbang atau distribusi lainnya yang sesuai dengan kondisi
nasional, mendorong pembangunan ekonomi dan sosial, kesehatan manusia dan
pendidikan, dan konservasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan secara
berkelanjutan komponen-komponennya, dan pemeliharaan keanekaragaman budaya
serta udara, air, hutan, vegetasi dan kualitas tanah pada standar cukup untuk menopang
kehidupan manusia dan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Kualitas hidup semua orang tergantung, antara lain ekonomi, sosial, lingkungan dan
budaya faktor, pada kondisi fisik dan karakteristik spasial desa dan kota. Tata letak kota
dan estetika, pola penggunaan lahan, populasi dan kepadatan bangunan, transportasi
dan kemudahan akses untuk semua untuk kebutuhan dasar, pelayanan dan fasilitas
publik memiliki pengaruh penting pada kualitas hidup dari pemukiman. Hal ini sangat
penting bagi orang-orang yang rentan dan kurang beruntung, banyak dari mereka
menghadapi hambatan dalam akses ke tempat penampungan dan berpartisipasi dalam
membentuk masa depan permukiman mereka. Kebutuhan bagi masyarakat dan aspirasi
mereka untuk lingkungan yang mereka tinggali dan permukiman harus terpadu dengan
proses desain, manajemen dan pemeliharaan pemukiman manusia. Tujuan upaya ini
termasuk melindungi kesehatan masyarakat, menyediakan keselamatan dan keamanan,
pendidikan dan integrasi sosial, mempromosikan kesetaraan dan menghormati
keragaman budaya dan identitas, peningkatan aksesibilitas bagi penyandang cacat, dan
pelestarian bersejarah, bangunan spiritual, agama dan budaya yang signifikan dan
kabupaten, menghormati lanskap lokal dan memperlakukan lingkungan lokal dengan
hormat dan perawatan. Itu pelestarian warisan alam dan sejarah pemukiman manusia,
termasuk situs, monumen dan bangunan, terutama yang dilindungi di bawah Konvensi
UNESCO di Situs Warisan Dunia, harus dibantu, termasuk melalui kerja sama
internasional. Hal ini juga sangat penting bahwa spasial diversifikasi dan campuran
penggunaan perumahan dan jasa akan dipromosikan di tingkat lokal dalam rangka
memenuhi keragaman kebutuhan dan harapan.
Semua orang memiliki hak dan juga harus menerima tanggung jawab mereka untuk
menghormati dan melindungi hak-hak orang lain termasuk generasi mendatang dan
untuk berkontribusi secara aktif untuk kebaikan bersama. Manusia dengan pemukiman
berkelanjutan adalah mereka yang, antara lain, menghasilkan rasa kewarganegaraan
dan identitas, kerjasama dan dialog untuk kebaikan bersama, dan semangat
voluntarisme dan keterlibatan masyarakat, di mana semua orang didorong dan memiliki
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan
pengembangan. Pemerintah di semua tingkatan, termasuk otoritas lokal, memiliki
tanggung jawab untuk menjamin akses untuk pendidikan dan untuk melindungi
kesehatan penduduk mereka, keselamatan dan kesejahteraan umum. Hal ini
memerlukan, penetapan kebijakan, hukum dan peraturan untuk kegiatan publik dan
swasta, mendorong kegiatan swasta yang bertanggung jawab di segala bidang,

3 - 21

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022

memfasilitasi partisipasi kelompok masyarakat, mengadopsi prosedur yang transparan,
mendorong semangat kepemimpinan dan kemitraan dengan pihak swasta, dan
membantu orang untuk memahami dan melaksanakan hak dan tanggung jawab
mereka melalui proses partisipatif yang efektif, pendidikan universal dan penyebaran
informasi.
Kemitraan antara negara-negara dan swasta, sukarela dan organisasi berbasis
masyarakat, sektor koperasi, lembaga swadaya masyarakat dan individu sangat penting
untuk tercapainya pembangunan pemukiman manusia yang berkelanjutan dan
penyediaan tempat tinggal yang memadai untuk semua dan layanan dasar. Kemitraan
dapat mengintegrasikan dan saling mendukung tujuan partisipasi kebutuhan dasar,
antara lain, membentuk aliansi, mengumpulkan sumber daya, berbagi pengetahuan,
keterampilan dan kontribusi memanfaatkan keunggulan komparatif dari tindakan
kolektif. Itu proses dapat dibuat lebih efektif dengan memperkuat organisasi masyarakat
sipil di semua tingkatan. Setiap upaya harus dilakukan untuk mendorong kolaborasi dan
kemitraan dari semua sektor masyarakat dan di antara semua aktor dalam proses
pengambilan keputusan, yang sesuai.
Solidaritas dengan mereka yang termasuk kelompok yang kurang beruntung dan
rentan, termasuk orang-orang yang tinggal dalam kemiskinan, serta toleransi, nondiskriminasi dan kerja sama di antara semua orang, keluarga dan masyarakat adalah
dasar bagi kohesi sosial. Solidaritas, kerjasama dan bantuan harus ditingkatkan oleh
masyarakat internasional serta oleh Negara dan semua faktor yang relevan lainnya
dalam menanggapi tantangan pembangunan pemukiman. Masyarakat internasional
dan Pemerintah di semua tingkat yang berkaitan untuk mempromosikan kebijakan dan
instrumen suara dan efektif, sehingga memperkuat kerjasama antar pemerintah dan
lembaga swadaya masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya tambahan untuk
memenuhi tantangan ini.
Untuk melindungi kepentingan generasi sekarang dan mendatang pada pemukiman
manusia merupakan salah satu tujuan fund