Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

BAB 3 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

  

3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan

Ruang

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Arahan RPJPN untuk RPJMN bidang infrastruktur adalah sebagai berikut:

  1. Terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat _ 100 % akses kepada sumber-sumber air bersih

  2. Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, didukung oleh system pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel _ kota tanpa permukiman kumuh

  3. Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang

  4. Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi

  5. Konservasi suber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan pengembangan sumber daya air

  Berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015, Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air, dan listrik) sudah terpenuhi terlebih dahulu.

  1. Berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak menjadi 0%

  2. Meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100 %

  3. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100 % Arahan penajaman program Bidang Cipta Karya Tahun 2015 antara lain:

  1. Pemenuhan program lanjutan

  a. Melanjutkan upaya pemenuhan sasaran RPJMN/Renstra 2009-2014 (terutama terkait pemenuhan sasaran pembangunan rusunawa) b. Melanjutkan program-program yang telah disepakati dalam rangka fungsionalisasi dan memenuhi komitmen program MP3EI

  2. Mendukung perwujudan Kawasan Strategis Nasional yang telah ditetapkan oleh Ditjen Tata Ruang

  3. Mendorong penanganan Kabupaten/Kota Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  6. Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian Sasaran umum RPJMN tahun 2015-2019 adalah pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar dan standar layanan minimum, sehingga indicator pencapaiannya adalah sebagai berikut: a. Mendorong pembangunan Bidang Cipta Karya yang terpadu dalam suatu kawasan/KSK (Kawasan Strategis Kabupaten/Kota) dengan berpedoman pada RTRW yang sudah ditetapkan

  b. Menyelesaikan penanganan KSK yang telah dilakukan pada tahun 2014

  c. Melanjutkan penanganan pada lokasi KSK lainnya

  4. Mendukung Kabupaten/Kota pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya a.

  Mendukung Kabupaten/Kota responsive dan/atau dalam kondisi “kritis” pemenuhan SPM b. Pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya pada tahun 2013 (dan perkiraan capaian tahun 2014) digunakan sebagai acuan Baseline kebutuhan program pada tahun

  2015

  5. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya harus selaras dengan isu-isu strategis Bidang Cipta Karya baik secara nasional maupun kewilayahan (provinsi, pulau maupun koridor pembangunan)

  6. Penanganan isu strategis tersebut selanjutnya dituangkan dalam format-format Konreg yang telah ditetapkan

  7. Penyusunan Usulan Program tahun 2015 harus dilihat sebagai bagian dari upaya penyusunan program tahun 2015-2019 atau RPJMN tahap ketiga

  8. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya tahun 2015 mengacu pada Baseline Pendanaan sesuai perkiraan maju RKP 2014 namun tidak kaku terutama untuk usulan penanganan pada KSN (kelebihan usulan pendanaan pagu baseline dapat dituangkan sebagai inisiatif baru maupun stok program)

  Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019, Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pemerataan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera. Kebijakan Utama Arah kebijakan tersebut meliputi 6 aspek, yaitu; 1.

  Arah kebijakan pengembangan Kawasan Strategis adalah percepata

  2. bangan

   u yang a kelola s hidup ekonomi i; dan (7) pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi untuk mendorong keterkaitan desa-kota.

  3. Arah kebijakan peningkatan keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan adalah

  peningkatan keterkaitan desa-kota yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan dengan menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi, melalui strategi (1) perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau; (2) perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi; dan (3) peningkatan kapasitas tata kelola, kelembagaan, masyarakat dalam peningkatan keterkaitan Kota-Desa.

  4. Arah kebijakan pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan.

  Pengembangan daerah tertinggal difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik, serta pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas

   khusus dukung bijakan

  

  5. ana dan

  terhadap

  6. bangan

   7. kapasitas rah; dan pelaksanaan Otonomi Khusus/Daerah Istimewa.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1. Arahan RTRWN Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No.

  26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk : a.

  Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

  b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional, c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional, d.

  Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor, e.

  Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan f.

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria: 1.

  a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

  Pertahanan dan keamanan,

  Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: 1.

  3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

  2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

  Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

  2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

  Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

  b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria: 1.

  3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

  2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

  kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

  a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria: 1.

  Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

  c) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

  2. Pertumbuhan ekonomi,

  a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh, b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

  c) memiliki potensi ekspor, d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

  f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

  g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

  h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

  3. Sosial dan budaya

  a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

  b) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa,

  c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

  d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

  e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

  4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

  a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

  c) memiliki sumber daya alam strategis nasional d) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa e) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau f) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

  5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, b) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/ atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

  d) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,

  e) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro f) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup g) rawan bencana alam nasional h) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

  

Tabel 3. 1

Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan

PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN

  No Pkn Pkw

  1 Kawasan Perkotaan Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, (Gerbangkertosusila)Malang Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan,

  Bojonegoro, Pacitan

  

Tabel 3. 2

Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008

Tentang RTRWN

  Sudut No Kawasan Strategis Nasional Kota/Kabupaten Kepentingan

1 Kawasan Perkotaan Gresik Ekonomi Kab. Gresik, Kab. Bangkalan,

  • – Bangkalan – Mojokerto – Kota Mojokerto, Kota Surabaya,
  • – Sidoarjo – Lamongan Surabaya

  Kab. Sidoarjo,Kab. Lamongan (Gerbangkertosusila)

3.1.2.2. Arahan RTRW Provinsi

A. Arahan Pengembangan Pola Ruang

  Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah provinsi meliputi: a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung. Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi pemantapan, pelestarian, dan perlindungan kawasan lindung untuk mencapai perlindungan lingkungan sumber daya alam/buatan dan ekosistemnya, meminimalkan risiko dan mengurangi kerentanan bencana, mengurangi efekpemanasan global yang berprinsip partispasi, menghargai kearifan lokal, serta menunjang pariwisata, penelitian, dan edukasi pada:

  • Kawasan hutan lindung

  Strategi : ✓ pengembangan sistem tata batas (deliniasi) persebaran hutan lindung di seluruh wilayah Jawa Timur sehingga jelas batasan antara kawasan hutan lindung dan sekitarnya untuk meminimalkan potensi perusakan oleh masyarakat;

  ✓ penetapan luas kawasan hutan minimal 30% dari luas daratan dalam setiap DAS dan/atau pulau;

  ✓ pengembangan upaya untuk mempertahankan dan menambah luasan hutan, terutama hutan dengan fungsi lindung;

  ✓ pemantapan fungsi lindung dengan prinsip pengelolaan berkelanjutan; dan ✓ pengendalian perubahan fungsi kawasan hutan lindung.

  • Kawasan perlindungan setempat

  Strategi : ✓ penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan perlindungan setempat; ✓ pengamanan kawasan perlindungan setempat dengan prinsip konservasi; ✓ pengendalian kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan; dan ✓ peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya.

  • Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya

  Strategi : ✓ penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

  ✓ pemantapan perlindungan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

  ✓ mempertahankan dan peningkatan kelestarian keanekaragaman hayati yang masih berkembang beserta ekosistemnya;

  ✓ peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap mempertahankan fungsi lindung kawasan; dan

  ✓ peningkatan keterpaduan pembangunan kawasan konservasi dengan pembangunan wilayah, terutama peningkatan kesejahteraan dan kepedulian masyarakat disekitar kawasan konservasi.

  • Kawasan rawan bencana alam

  Strategi : ✓ penetapan kawasan rawan bencana alam; ✓ pengidentifikasian tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam; dan ✓ pengembangan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam.

  • Kawasan lindung geologi

  Strategi :

  ✓ menetapkan kawasan lindung geologi; ✓ mengembangkan pengelolaan kawasan cagar alam geologi; ✓ mengidentifikasi tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam geologi; dan

  ✓ mengembangkan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam geologi.

  • Kawasan lindung lainnya.

  Strategi : ✓ memantapkan perlindungan terumbu karang; ✓ melarang pemakaian alat atau bahan berbahaya untuk mencari ikan; ✓ merehabilitasi terumbu karang yang telah rusak; dan ✓ mengembangkan terumbu karang pada kawasan-kawasan yang potensial.

b. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya.

  Kebijakan pengembangan kawasan budi daya dilakukan melalui upayapengembangan kawasan budidaya sesuai dengan karakter dan daya dukung yang dimiliki, terutama untuk mendukung pemantapan sistem metropolitan dan sistem agropolitan dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat, meliputi:

  • Kawasan peruntukan hutan produksi

  Strategi : ✓ mengembangkan kawasan hutan produksi dengan pemanfaatan secara lestari dan partisipatif;

  ✓ membatasi alih fungsi hutan produksi untuk kegiatan di luar kehutanan; dan ✓ mengawasi pemanfaatan hutan produksi.

  • Kawasan hutan rakyat. Strategi pengembangan kawasan hutan rakyat dilakukan dengan membangun dan mengembangkan kegiatan hutan rakyat secara partisipatif.
  • Kawasan peruntukan pertanian

  Strategi : ✓ pemertahanan luasan sawah beririgasi termasuk lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan mengendalikan secara ketat alih fungsi sawah dan lahan produktif;

  ✓ peningkatan upaya pengelolaan untuk mengoptimalkan hasil produksipertanian; ✓ pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil produksi pertanian melalui pengembangan agropolitan;

  ✓ peningkatan pemasaran yang terintegrasi dengan kawasan agropolitan; ✓ peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan untuk pengembangan pertanian;

  ✓ pengembangan kemitraan antarpemangku kepentingan; dan ✓ pengembangan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan.

  • Kawasan peruntukan perkebunan

  Strategi : ✓ mengembangkan komoditas unggulan perkebunan di wilayah potensial dan prospektif; dan

  ✓ mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perkebunan melalui pengembangan agropolitan.

  • Kawasan peruntukan peternakan

  Strategi : ✓ mengembangkan komoditas unggulan peternakan besar, kecil, serta unggas di wilayah potensial dan prospektif; dan

  ✓ mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil peternakan melalui pengembangan agropolitan.

  • Kawasan peruntukan perikanan

  Strategi : ✓ meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan; ✓ membentuk sentra pengolahan hasil perikanan untuk mendukung pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan melalui pengembangan minapolitan;

  ✓ menata wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan daya dukung yang dimiliki untuk menjamin keberlangsungan ekosistem pada wilayah tersebut;

  ✓ pemantapan kawasan tambak garam; ✓ pemertahanan luasan dan sebaran kawasan tambak garam; dan ✓ pengoptimalan produksi garam dan peluang pengembangan serta kerja sama produksi garam dengan investor.

  • Kawasan peruntukan pertambangan

  Strategi : ✓ pengidentifikasian potensi kandungan bahan tambang; ✓ peningkatan eksplorasi dan eksploitasi potensi minyak dan gas bumi dengan berwawasan lingkungan; dan

  ✓ pengembangan kawasan pertambanganberdasarkan potensi bahan galian, kondisi geologi, dan geohidrologidengan prinsip kelestarian lingkungan.

  • Kawasan peruntukan industri

  Strategi : ✓ pengembangan kawasan peruntukan industri yang memperhatikan keseimbangan antara pertumbuhan wilayah, pemerataan, dan keberlanjutan;

  ✓ pengidentifikasian potensi pengembangan industri;

  ✓ pengembangan industri melalui penyediaan ruang dan didukung pengembangan infrastruktur wilayah;

  ✓ pengembangan industri berteknologi tinggi dan ramah lingkungan di kawasan perkotaan;

  ✓ pengembangan industri kecil, menengah, dan rumah tangga; ✓ pengembangan perindustrian berdasarkan prinsip keterkaitan antara kegiatan hulu-hilir, klaster, dan sentra;dan

  ✓ pengembangan sarana dan prasarana pendukung industri.

  • Kawasan peruntukan pariwisata

  Strategi : ✓ pengidentifikasian potensi daya tarik wisata alam, budaya, dan hasil buatan manusia;

  ✓ penetapan potensi daya tarik wisata unggulan; ✓ pembentukan jalur pengembangan wisata yang terintegrasidengan pengembangan infrastruktur wilayah;

  ✓ pengembangan kegiatan penunjang wisata; ✓ pelestarian tradisi atau kearifan masyarakat lokal; dan ✓ peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan kepada masyarakat dan/atau perajin lokal untuk pengembangan pariwisata.

  • Kawasan peruntukan permukiman
  • Kawasan andalan
  • Peruntukan kawasan budi daya lainnya.

  Strategi : ✓ pengembangan kawasan permukiman perkotaan, terutama pengembangan permukiman yang efisiendan terintegrasi dengan sistem transportasi;

  ✓ pengembangan kawasan permukiman yang mendukung pengembangan agropolitan di kawasan perdesaan;

  ✓ pengembangan penyediaan perumahan dengan pola hunian berimbang; ✓ pengembangan penyediaan perumahan untuk semua lapisan masyarakat; dan ✓ pengembangan kawasan perumahan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dengan dukungan sarana dan prasarana permukiman yang memadai.

  Strategi : ✓ mengakomodasi penetapan kawasan andalan di wilayah ProvinsiJawa Timur sebagai bagian dari pengembangan kawasan andalan nasional; dan

  ✓ mendukung pengembangan kawasan andalan agar terintegrasi dan operasional.

  Strategi :

  ✓ penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan pertahanan dan keamanan;

  ✓ penetapan jarak bebas aman kawasan pertahanan dan keamanan dengan guna lahan lainnya, terutama permukiman;

  ✓ pengendalian pemanfaatan lahan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan secara ketat;

  ✓ mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;

  ✓ mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan negara;

  ✓ mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya tidak terbangun; dan

  ✓ turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara.

c. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

  Kebijakan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi:

  • Peningkatan konservasi ekosistem kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi fungsi perlindungan, baik perlindungan bagi kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, maupun cagar alam. Strategi : ✓ penetapan zonasi pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir;

  ✓ pempertahanan dan penjagaan kelestarian ekosistem kawasan pesisir dan pulau- pulau kecil; dan

  ✓ pembatasan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya ekosistem di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

  • Pengoptimalan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

  Strategi : ✓ pengoptimalan pemanfaatan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai kawasan permukiman, pelabuhan, dan industri;

  ✓ peningkatan kegiatan kepariwisataan dan penelitian di kawasan pesisir dan pulau- pulau kecil; dan

  ✓ peningkatan operasionalisasi perwujudan pengembangan kawasan andalan laut melalui pengembangan produk unggulan sektor kelautan dan perikanan.

B. Arahan Pengembangan Struktur Ruang

  2 Malang Raya Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang Kota

  Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kota Kediri Pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan,

  4 Kediri dan Sekitarnya Kota Kediri, Kabupaten Kediri,

  Madiun Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan industri

  Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi Kota

  3 Madiun dan Sekitarnya Kota Madiun, Kabupaten

  Malang Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan industri

  Sistem perkotaan Provinsi Jawa Timur, meliputi: 1.

  PKN : Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo– Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang; 2. PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar,

  Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep Kota

  1 Gerbangkerta susila Plus Kota Surabaya, Kabupaten

  Tabel 3. 3 Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur No. Wilayah Pengembangan Kabupaten/Kota Pusat Fungsi

  5. Kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang memiliki potensi sebagai pusat kegiatan bagi beberapa kecamatan dapat diusulkan sebagai PKLP oleh kabupaten masing-masing kepada Pemerintah Daerah Provinsi. Wilayah Pengembangan di Provinsi Jawa Timur terdiri atas 8 (delapan). Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur beserta arahan pengembangannya dapat dilihat pada tabel berikut.

  Sumenep, Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil; dan

  Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan; 3. PKWP : Pasuruan dan Batu; 4. PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang,

  Surabaya Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, dan industri

  Wilayah No. Kabupaten/Kota Pusat Fungsi Pengembangan Trenggalek, dan Kabupaten pendidikan, kesehatan, pariwisata, Tulungagung perikanan, dan industri

  • 5 Probolinggo Kota Probolinggo, Kabupaten Kota Pertanian tanaman pangan,

  Lumajang Probolinggo, dan Kabupaten Probolingg hortikultura, perkebunan, kehutanan, Lumajang o peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, dan kesehatan

  

6 Blitar Kota Blitar dan Kabupaten Blitar Kota Blitar Pertanian tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan dan pariwisata

  

7 Jember dan Kabupaten Jember, Kabupaten Perkotaan Pertanian tanaman pangan,

Sekitarnya Bondowoso dan Kabupaten Jember hortikultura, perkebunan, peternakan, Situbondo kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata

  

8 Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Perkotaan Pertanian tanaman pangan,

Banyuwang hortikultura, perkebunan, peternakan, i kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata

  Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 TAHUN 2012Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-2031

  A ra ha n K eb ij ak an |3

  • 15

  Strategi Operasionalisasi Rencana Pola Ruang dan Struktur Ruang Bidang Cipta Karya

a. Sistem jaringan sumber daya air meliputi:

  3. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air minum; dan 4. pengelolaan sumber daya air untuk pengendalian daya rusak air di wilayah provinsi serta mendukung pengelolaan sumber daya air lintas provinsi.

  Wilayah Sungai Brantas meliputi: ✓

  Bendung Licin di Kabupaten Pasuruan; dan

  3. Wilayah Sungai Welang Rejoso meliputi: ✓

  ✓ Bendungan Wonorejo di Kabupaten Tulungagung;

  ✓ Bendungan Babadan di Kabupaten Kediri; dan

  Bendungan Ketandan, Bendungan Semantok, dan Bendungan Kuncir di Kabupaten Nganjuk;

  Bendungan Beng dan Bendungan Kedungwarok di Kabupaten Jombang; ✓

  Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek; ✓

  IV di Kabupaten Malang; ✓

  Bendungan Genteng I, Bendungan Lesti III, Bendungan Kepanjen, Bendungan Lumbangsari, Bendungan Kesamben, Bendungan Kunto II, dan Karangkates III,

  ✓ Waduk Gonggang di Kabupaten Magetan; 2.

  

b. Rencana pengembangan jaringan irigasi dalam rangka mendukung air baku

pertanian dilaksanakan dengan memperhatikan rencana pengembangan air baku pada wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:

  1. jaringan sumber daya air untuk mendukung air baku pertanian; 2. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air baku industri dan kebutuhan lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

  Waduk Tawun dan Waduk Ngampon di Kabupaten Tuban; ✓

  Waduk Kresek dan Waduk Tugu di Kabupaten Madiun; ✓

  Pakulon, Waduk Alastuwo, dan Bendungan Genen di Kabupaten Ngawi; ✓

  ✓ Bendung Gerak Karangnongko, Waduk Kedung Bendo, Waduk Sonde, Waduk

  Bendung Gerak Bojonegoro, Waduk Nglambangan, Waduk Kedung Tete, Waduk Pejok, Waduk Kerjo, Waduk Gonseng, Waduk Mundu, Waduk Belung, dan Bendungan Belah di Kabupaten Bojonegoro;

  Telaga Ngebel Dam, Waduk Bendo, Waduk Slahung, dan Bendungan Badegan di Kabupaten Ponorogo; ✓

  Waduk Kedung Bendo di Kabupaten Pacitan; ✓

  1. Wilayah Sungai Bengawan Solo meliputi: ✓

  Bendung Gerak Sembayat, Waduk Gondang, dan Waduk Cawak di Kabupaten Lamongan; dan

  ✓ Waduk Suko, Waduk Kuripan, dan Embung Boto di Kabupaten Probolinggo; 4.

  Wilayah Sungai Pekalen Sampean meliputi: ✓

  Waduk Taman, Embung Pace, Embung Gubri, Embung Klabang, Waduk Tegalampel, Waduk Karanganyar, Waduk Sukokerto, Waduk Botolinggo, Embung Blimbing, dan Embung Krasak di Kabupaten Bondowoso; dan

  ✓ Embung Banyuputih, Embung Tunjang, Embung Wringinanom, dan Embung

  Nogosromo di Kabupaten Situbondo; 5. Wilayah Sungai Baru Bajulmati meliputi Embung Singolatri, Waduk Kedawang,

  Waduk Bajulmati, Embung Bomo, dan Embung Sumber Mangaran di Kabupaten Banyuwangi; 6. Wilayah Sungai Bondoyudo Bedadung, yaitu Waduk Antrogan di Kabupaten

  Jember; 7. Wilayah Sungai Kepulauan Madura meliputi:

  ✓ Waduk Nipah di Kabupaten Sampang;

  ✓ Waduk Blega di Kabupaten Bangkalan;

  ✓ Waduk Samiran di Kabupaten Pamekasan; dan

  ✓ Waduk Tambak Agung di Kabupaten Sumenep.

  

c. Selain rencana pengembangan jaringan irigasi, juga terdapat rencana

pengembangan sistem irigasi teknis yang meliputi:

1. DAS Kondang Merak di Kabupaten Malang; 2.

  DAS Ringin Bandulan di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung; dan 3. DAS Tengah di Kabupaten Situbondo.

d. Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air minum regional meliputi : 1.

  Sistem Penyediaan Air Minum Regional Pantura;

  2. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Lintas Tengah; 3.

  Sistem Penyediaan Air Minum Regional Malang Raya; dan 4. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Umbulan.

  

e. Selain rencana pengembangan air baku,, terdapat rencana pengembangan WS,

yaitu:

1. WS Strategis Nasional yaitu WS Brantas; 2.

  WS Lintas Provinsi yaitu WS Bengawan Solo; dan 3. WS Lintas Kabupaten/Kota dalam provinsi yang meliputi:

  ✓ WS Welang–Rejoso;

  ✓ WS Pekalen–Sampean;

  ✓ WS Baru–Bajulmati;

  ✓ WS Bondoyudo–Bedadung; dan

  ✓ WS Kepulauan Madura.

f. Sistem Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan : 1.

  Rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan berupa: ✓

  Kawasan pengelolaan sampah dan limbah terpadu yang disebut sebagai Kawasan Daur Ulang Ramah Lingkungan; dan

  ✓ Sistem drainase perkotaan.

2. Rencana pengembangan TPA regional meliputi:

  ✓ Kabupaten Gresik yang melayani Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan

  Kabupaten Gresik; ✓

  Malang Raya yang melayani Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang; ✓

  Mojokerto yang melayani Kota Mojokerto dan Kabupaten Mojokerto; ✓

  Madiun yang melayani Kota Madiun dan Kabupaten Madiun; ✓

  Kediri yang melayani Kota Kediri dan Kabupaten Kediri; ✓

  Blitar yang melayani Kota Blitar dan Kabupaten Blitar; ✓

  Pasuruan yang melayani Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan; dan ✓ Probolinggo yang melayani Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo.

  Tujuan penataan ruang Kawasan Perkotaan GKS adalah untuk mewujudkan Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila sebagai salah satu pusat ekonomi nasional yang berdaya saing global dan berkelanjutan; yang diwujudkan melalui 6 (enam) kebijakan penataan ruang dan strategi-strategi yang ditempuh seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

  KEBIJAKAN S T R A T E G I mengembangkan koridor industri dan kawasan industri di pesisir

  1 untuk mendukung pengembangan Koridor Ekonomi Jawa menjadikan pusat pertumbuhan nasional dengan meningkatkan fungsi logistik pelabuhan dan bandara pertumbuhan ekonomi pesat dan lingkungan binaan internasiona l untuk mendukung ekonomi global berstandar tinggi meningkatkan kawasan perkotaan sebagai lingkungan bisnis yang baik untuk perdagangan dan jasa, industri, fungsi kegiatan pertemuan, pameran, sosial budaya, logistik menetapkan hirarki pusat-pusat permukiman dengan membentuk kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya

  2 sesuai dengan fungsi dan perannya meningkatkan keterkaitan pusat perkotaan inti dan kawasan peningkatan sistem perkotaan yang menarik, efisien perkotaan di sekitarnya dengan kawasan perdesaan di sekitarnya yang mengkaitkan daerah perkotaan - perdesaan melalui fasilitasi sistem agropolitan mengembangkan pusat-pusat permukiman yang memiliki aksesibilitas internal yang memadai meningkatkan sistem jaringan transportasi massal berbasis jalan dan kereta api untuk mengintegrasikan antarpusat permukiman dan dengan pusat kegiatan ekonomi meningkatkan jaringan jalan arteri primer, jaringan bebas hambatan dalam kota dan antarkota untuk mengintegrasikan

  3 pusat-pusat pertumbuhan ekonomi pengembangan sistem jaringan prasarana meningkatkan kualitas, jangkauan pelayanan jaringan energi transportasi dan prasarana wilayah lainnya untuk listrik untuk memenuhi kebutuhan kegiatan domestik dan ekonomi meningkatkan keterkaitan antar wilayah meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi yang mencapai seluruh pusat kegiatan meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan air minum, air limbah, drainase, dan persampahan secara terpadu untuk memenuhi kebutuhan kegiatan domestik dan kegiatan ekonomi

  

KEBIJAKAN S T R A T E G I

menetapkan dan memantapkan fungsi kawasan lindung

  4 mewujudkan RTH paling sedikit 30 % dari kawasan fungsional perkotaan dengan sebaran proporsional dan memiliki akses publik penciptaan wilayah yang berorientasi lingkungan memantapkan kawasan pertanian berlahan basah beririgasi sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan ( LP

  2 B ) mewajibkan instansi Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan KLHS dalam rangka penyusunan dan evaluasi KRP yang berpotensi menimbulkan dampak dan / atau risiko LH mengembangkan kegiatan perdagangan - jasa skala internasional , nasional , regional , dan lokal secara merata

  5 mengembangkan kegiatan industri skala internasional , nasional , peningkatan keterpaduan antarkegiatan budi daya dan dan regional keseimbangan antara perkotaan perdesaan sesuai - mengembangkan kegiatan pertanian , industri berbasis agro dan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan pusat pusat aktivitasnya - menyeimbangkan pengembangan kegiatan dengan penyediaan permukiman serta prasarana dan sarana mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik , pertahanan dan keamanan , sosial budaya , serta IPTEK

  6 menyediakan ruang untuk kawasan HANKAM negara

peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan mengembangkan kegiatan secara selektif di dalam dan di sekitar

keamanan negara kawasan HANKAM negara mengembangkan zona penyangga yang memisahkan antara kawasan HANKAM negara dengan kawasan budidaya terbangun

  Gambar Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kawasan Perkotaan GKS Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan GKS

  Arahan pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan GKS merupakan acuan dalam mewujudkanstruktur ruang dan pola ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan GKS, yang terdiri dari (i) indikasi program utama, (ii) sumber pendanaan, (iii) instansi pelaksana, dan (iv) waktu pelaksanaan. Program utama terdiri dari (i) program utama perwujudan struktur ruang dan (ii) program utama perwujudan pola ruang. Sumber pendanaan program utama perwujudan struktur ruang dan pola ruang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi dan/atau kabupaten/kota, dan/atau sumber lain yang dapat dinyatakan sah menurut peraturan perundangan yang berlaku.

  Instansi pelaksana terdiri atas Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan/atau masyarakat yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi badan pelaksana kerja sama pembangunan.

  • Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang GKS

  Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap pertama (tahun 2013-2017) dan tahap kedua (tahun 2018-2022) diprioritaskan pada: ✓ pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perkotaan inti sebagai pusat pemerintahan provinsi, pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional, pusat kegiatan industri kreatif, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;

  ✓ pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perkotaan di sekitarnya sebagai pusat pemerintahan kabupaten, kota, dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, regional, dan lokal, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan lokal, pusat pelayanan kesehatan skala nasional, regional, dan lokal, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertanian, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;

  ✓ pengembangan dan peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi yang meliputi sistem jaringan jalan, sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan, sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara;

  ✓ pengembangan, peningkatan dan pemantapan sistem jaringan energi yang meliputi jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik;

  ✓ pengembangan dan peningkatan sistem jaringan telekomunikasi yang meliputi jaringan teresterial dan jaringan satelit;

  ✓ pengembangan dan peningkatan sistem jaringan sumber daya air yang meliputi sungai, waduk, CAT, sistem pengendalian banjir, sistem jaringan irigasi, dan sistem pengamanan pantai;

  ✓ pengembangan dan peningkatan sistem jaringan prasarana perkotaan yang meliputi SPAM, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan persampahan; dan

  ✓ pengembangan dan peningkatan lokasi dan jalur evakuasi untuk kawasan rawan bencana. Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap ketiga (tahun 2023-2027) dan tahap kedua (tahun 2028-2032) diprioritaskan pada: ✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan fungsi kawasan perkotaan inti sebagai pusat pemerintahan provinsi, pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional, pusat kegiatan industri kreatif, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;

  ✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan fungsi kawasan perkotaan di sekitarnya sebagai pusat pemerintahan kabupaten, kota, dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, regional, dan lokal, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan lokal, pusat pelayanan kesehatan skala nasional, regional, dan lokal, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertanian, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;

  ✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan kualitas sistem jaringan transportasi yang meliputi sistem jaringan jalan, sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan, sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara;

  ✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan energi yang meliputi jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik;

  ✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan telekomunikasi yang meliputi jaringan teresterial dan jaringan satelit;

  ✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan sumber daya air yang meliputi sungai, waduk, CAT, sistem pengendalian banjir, sistem jaringan irigasi, dan sistem pengamanan pantai;

  ✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan prasarana perkotaan yang meliputi SPAM, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan persampahan; dan

  ✓ pengembangan, peningkatan, dan pemantapan lokasi dan jalur evakuasi untuk kawasan rawan bencana.

  • Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap pertama dan tahap kedua diprioritaskan pada: ✓ rehabilitasi dan revitalisasi fungsi lindung pada kawasan lindung, meliputi hutan lindung, resapan air, pantai, sungai, waduk, mata air, kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal, RTH Kota, suaka alam dan pelestarian alam, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, pantai berhutan bakau, rawan bencana alam, dan kawasan lindung geologi;

  ✓ revitalisasi dan pengembangan fungsi kawasan peruntukan permukiman; ✓ revitalisasi dan pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; ✓ perlindungan dan pengembangan kawasan peruntukan pertanian; ✓ revitalisasi dan pengembangan kawasan berfungsi transportasi skala pelayanan internasional;

  ✓ pemantapan kawasan pertahanan dan keamanan negara; ✓ pengembangan kawasan pendidikan dan riset, kawasan pelayanan kesehatan, dan kawasan pelayanan sosial-budaya;

  ✓ pengembangan kawasan peruntukan perikanan; ✓ revitalisasi dan pengembangan kawasan peruntukan industri; ✓ revitalisasi dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata; dan ✓ pemantapan kawasan hutan produksi.

  Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap ketiga dan tahap keempat diprioritaskan pada: ✓ rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan, dan peningkatanfungsi lindung pada kawasan lindung meliputi meliputi hutan lindung, resapan air, pantai, sungai, waduk, mata air, RTH Kota, suaka alam dan pelestarian alam, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, pantai berhutan bakau, rawan bencana alam, dan kawasan lindung geologi;

  ✓ pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an kembali fungsi kawasan peruntukan permukiman;

  ✓ pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an kembali fungsi kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;