Arahan Kebijakan Dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

Bab 3
Arahan Kebijakan Dan
Rencana Strategis
Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan
Penataan Ruang
Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan,
konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan
berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan.
Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan,
pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada
beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi,
kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu

umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing-masing daerah, sehingga dukungan
seluruh stakeholders pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.

A. RPJP Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007)
RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen
perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara
menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam
dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang
Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal
sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:

3-1

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air
minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat
serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi,
pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan

tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan
pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air,
serta kesehatan.
b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1)
peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan
sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3)
penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4)
penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi
masyarakat miskin.
c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan
adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.
Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan
prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin
ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.
d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN,
yaitu :
• RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan
pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan

dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.
• RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus
meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan
berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota
tanpa permukiman kumuh.
• RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

3-2

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

B. RPJM Nasional 2015 – 2019 (Perpres No. 02 Tahun 2015)
RPJM Nasional 2015 – 2019 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 2 Tahun
2015. Adapun visi dan misi yang tertuang dalam RPJMN 2015 – 2019 dengan mempertimbangkan
masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan yaitu
“Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, Dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong-Royong”
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara
hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan
kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat
secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan
sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut
NAWA CITA yang meliputi :
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam

kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum
yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa
Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

3-3

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Sesuai dengan visi pembangunan dalam RPJMN 2015 – 2019, maka ditetapkan sasaran
pembangunan infratsruktur permukiman yang meliputi :
1. Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah tangga berpenghasilan
rendah yakni pembangunan baru untuk 9 juta rumah tangga melalui bantuan stimulan

perumahan swadaya untuk 5,5 juta rumah tangga dan pembangunan rusunawa untuk
514.976 rumah tangga, serta peningkatan kualitas hunian sebanyak 9,6 juta rumah tangga
dalam pencapaian pengentasan kumuh 0 persen.
2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia
melalui
• Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di 3.099 kawasan MBR, 2.144
Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557 kawasan khusus, dan 28 regional
• Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) sebanyak 381.740 unit
• Fasilitasi optimasi bauran sumber daya air domestik di 27 kota metropolitan dan kota
besar
• Fasilitasi 38 PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil
• Fasilitasi business to business di 315 PDAM
• Fasilitasi restrukturisasi utang 394 PDAM
• Peningkatan jumlah PDAM Sehat menjadi 253 PDAM, penurunan jumlah PDAM kurang
sehat menjadi 80 PDAM, dan penurunan jumlah PDAM sakit menjadi 14 PDAM
3. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah
dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu :
• Untuk sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan penambahan
infrastruktur air limbah sistem terpusat di 430 kota/kab (melayani 33,9 juta jiwa),
penambahan pengolahan air limbah komunal di 227 kota/kab (melayani 2,99 juta jiwa),

serta peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan melalui pembangunan IPLT di
409 kota/kab
• Untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan TPA sanitary
landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R
terpusat di 112 kota/kab
• Untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam pengurangan genangan seluas
22.500 Ha di kawasan permukiman; serta

3-4

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

• Kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507
kota/kab seluruh Indonesia.
4. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan
melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan gedung dan fasilitasnya di 9
kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan kualitas sarana dan prasarana di 1.600 lingkungan
permukiman, serta peningkatan keswadayaan masyarakat di 55.365 kelurahan.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk

meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai,
melalui :
1. Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak,
aman, dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang
memadai melalui strategi :
a) Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan
hunian baru (sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian. Penyediaan hunian baru
(sewa/milik) dilakukan melalui pengembangan sistem pembiayaan perumahan nasional
yang efektif dan efisien termasuk pengembangan subsidi uang muka, kredit mikro
perumahan swadaya, bantuan stimulan, memperluas program Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan, serta integrasi tabungan perumahan dalam sistem jaminan
sosial nasional. Sementara peningkatan kualitas hunian dilakukan melalui penyediaan
prasarana, sarana, dan utilitas, pembangunan kampung deret, serta bantuan stimulan
dan/atau kredit mikro perbaikan rumah termasuk penanganan permukiman kumuh yang
berbasis komunitas.
b) Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku kepentingan
pembangunan perumahan melalui :
• Penguatan kapasitas pemerintah dan pemerintah daerah dalam memberdayakan
pasar perumahan dengan mengembangkan regulasi yang efektif dan tidak
mendistorsi pasar;

• Penguatan peran lembaga keuangan (bank/non-bank); serta iii) revitalisasi Perum
Perumnas menjadi badan pelaksana pembangunan perumahan sekaligus pengelola
Bank Tanah untuk perumahan.
c) Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan penyediaan
perumahan untuk MBR melalui:
• Peningkatan ekuitas Bank Tabungan Negara (BTN), Perum Perumnas, dan Sarana
Multigriya Finansial (SMF) melalui Penyertaan Modal Negara (PMN);
• Mendorong BTN menjadi bank khusus perumahan, serta

3-5

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

• Melakukan perpanjangan Peraturan Presiden tentang SMF terkait penyaluran
pinjaman kepada penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan sumber
pendanaan dari pasar modal dengan dukungan pemerintah.
d) Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan melalui
fasilitasi penyediaan rumah susun sewa dan rumah susun milik serta pengembangan
instrumen pengelolaan lahan untuk perumahan seperti konsolidasi lahan (land

consolidation), bank tanah (land banking), serta pemanfaatan lahan milik BUMN, tanah
terlantar, dan tanah wakaf.
e) Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta
pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing).
f) Penyediaan sarana air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan penyediaan
dan pengembangan perumahan. Sarana air minum dan sanitasi menjadi infrastruktur
bingkai bagi terciptanya hunian yang layak.
2. Menjamin ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi bauran sumber daya
air domestik melalui strategi:
a) Jaga Air, yakni strategi untuk mengarusutamakan pembangunan air minum yang
memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan) serta
meningkatkan kesadaran masyarakat akan hygiene dan sanitasi.
b) Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui upaya
konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan air hujan,
pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air baku air minum
maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan penampung air hujan)
dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan
lingkungan.
c) Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan idle

capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat penyelenggara dan skala kota.
d) Daur Ulang Air, yakni strategi untuk memanfaatkan air yang telah terpakai melalui
pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang air yang telah
dipergunakan (water reclaiming).
3. Penyediaan infrastruktur produktif melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan,
penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur
yang sudah terbangun melalui strategi :
a) Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan sanitasi
terbangun

yang

menuju

prinsip

tarif

3-6

pemulihan

biaya

penuh

(full

cost

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP). Pemberian subsidi
dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi juga dilakukan sebagai
langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam rangka pemenuhan full cost
recovery.
b) Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan, pengoperasian,
dan pemeliharaan aset infrastruktur.
c) Rehabilitasi dan optimalisasi sarana dan prasarana air minum dan sanitasi yang ada
saat ini dan peningkatan pemenuhan pelayanan sarana sanitasi komunal.
4. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional,
provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:
a) Peningkatan kualitas Rencana Induk-Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) yang
didasari dengan neraca keseimbangan air domestik kota/kabupaten dan telah
mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum;
b) Upaya peningkatan promosi hygiene dan sanitasi yang terintegrasi dengan penyediaan
sarana dan prasarana air minum dan sanitasi;
c) Implementasi Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) yang berkualitas melalui
pengarusutamaan SSK dalam proses perencanaan dan penganggaran formal;
d) Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di sektor air
minum dan sanitasi.
e) Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan sanitasi, baik
eksekutif maupun legislatif serta media.
5. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi melalui
sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap perencanaan sampai
implementasi baik secara vertikal maupun horizontal melalui strategi:
a) Pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, sinergi pengembangan air minum dan
sanitasi dengan kegiatankegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya-upaya
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta integrasi pembangunan perumahan dan
penyediaan kawasan permukiman dengan pembangunan air minum dan sanitasi.
b) Pelaksanaan pelayanan dasar berbasis regional dalam rangka mengatasi kendala
ketersediaan sumber air baku air minum dan lahan serta dalam rangka mendukung
konektivitas antar wilayah yang mendukung perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.
Sinergi pendanaan air minum dan sanitasi dilaksanakan melalui


Pemanfaatan alokasi dana pendidikan untuk penyediaan sarana dan prasarana air
minum dan sanitasi di sekolah;

3-7

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019



Pemanfaatan alokasi dana kesehatan baik untuk upaya preventif penyakit dan
promosi hygiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan kesehatan masyarakat;



Penyediaan air minum dan sanitasi melalui Anggaran Dasar Desa (ADD) serta (iv)
sinergi penyediaan air minum dan sanitasi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK),
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) untuk bidang kesehatan, lingkungan
hidup, perumahan, dan pembangunan desa tertinggal.

C.

MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia)
Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan ekonomi 7-

9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun
2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema
pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI).
Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI
Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi
atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang
terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI
dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau
sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

D. MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan
Indonesia)
MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong percepatan
pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat dan memperluas pembangunan
infrastruktur, menguatkan skema kerja sama pembiayaan investasi dengan swasta, ketahanan

3-8

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

energi, ketahanan pangan, reformasi birokrasi dan tata kelola, meningkatkan sumber daya
manusia (SDM) dan inovasi teknologi.
Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama, penanggulangan
kemiskinan eksisting Klaster I, berupa bantuan dan jaminan/perlindungan sosial. Lalu di Klaster II
adalah pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat. Kedua, transformasi perlindungan
dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood, pemberdayaan, akses berusaha & kredit,
dan pengembangan kawasan berbasis potensi lokal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram dibawah ini:

Gambar 3.1
Kebijakan Affirmatif MP3KI

Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:
1. TAHAP 1 (Periode 2013-2014)
• Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10% pada tahun 2014;
• Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “KEROYOKAN” DI KANTONGKANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU, SERTA PERBAIKAN
SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);
• Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk
membangun keterkaitan dengan MP3EI;

3-9

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

• Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .
2. TAHAP 2 (Periode 2015 –2019)
• Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;
• Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal
coverage;
• Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;
• Penguatan sustainable livelihood.
3. TAHAP 3 (Periode 2020-2025)
• Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu;
• Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.
Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu
pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:
a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan mampu
melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan,
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
di masa mendatang,
c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat miskin
dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan
memperhatikan aspek.
Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam
pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat
(PNPMPerkotaan/ P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.

E.

KEK (UU No. 39 Tahun 2009)
Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas

tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Kawasan Ekonomi
Khusus dikembangkan untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang
bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan
kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi nasional.
Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan
peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan
industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

3-10

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model
terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata,
dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan
dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK
dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi
dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga
dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini
diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga
menunjang kegiatan ekonomi di KEK.

F.

Direktif Presiden (Inpres No. 3 Tahun 2010)
Melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2010 Tentang Program

Pembangunan Yang Berkeadilan, seluruh Badan/Lembaga negara, Gubernur dan Kepala Daerah
(Bupati/Walikota) untuk dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi
dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan
yang berkeadilan sebagaimana termuat dalam Lampiran Instruksi Presiden ini, yang meliputi
program :
1.

Pro rakyat;

2.

Keadilan untuk semua (justice for all);

3.

Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals - MDG’s).
Dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud diatas:
1. Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:
a.

Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;

b.

Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;

c.

Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil;

2. Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:
a.

Program keadilan bagi anak;

b.

Program keadilan bagi perempuan;

c.

Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;

d.

Program keadilan di bidang bantuan hukum;

e.

Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;

f.

Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan.

3-11

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

3. Untuk program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, memfokuskan pada:
a.

Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;

b.

Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

c.

Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

d.

Program penurunan angka kematian anak;

e.

Program kesehatan ibu;

f.

Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;

g.

Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;

h.

Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang
adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang
berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki
hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya.
Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang
yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan
berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu
keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan
sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta
pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang.

A. RTRW Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah negara. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk
mewujudkan:
1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia;

3-12

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat;
7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan
9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional
RTRWN menjadi pedoman untuk :
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional
4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah
provinsi, serta keserasian antarsektor
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional; dan
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
a. Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Nasional
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi
pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:
a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang
merata dan berhierarki; dan
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah
nasional.
Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah meliputi:
a. Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;
b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat
pertumbuhan;
b. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan
a. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih
efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi:

3-13

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

a. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan
transportasi darat, laut, dan udara;
b. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi
c. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energy terbarukan dan tak terbarukan
secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik
d. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan
sumber daya air; dan
e. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan
sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:
a. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung;
b. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan
c. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.
b. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional
Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi:
1. Sistem Perkotaan Nasional
Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL. PKN dan PKW tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
PKL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
berdasarkan usulan pemerintah kabupaten/kota, setelah dikonsultasikan dengan Menteri.
PKN, PKW, dan PKL dapat berupa:
a. Kawasan megapolitan;
b. Kawasan metropolitan;
c. Kawasan perkotaan besar;
d. Kawasan perkotaan sedang; atau
e. Kawasan perkotaan kecil.

Provinsi
Daerah Khusus
Ibukota Jakarta - Jawa
Barat - Banten

Jawa Barat

Tabel 3.1
Sistem Perkotaan Nasional Provinsi Jawa Barat
PKN
PKW
Kawasan Perkotaan
Jabodetabek
Kawasan Perkotaan
Bandung Raya
Cirebon

3-14

PKL

-

-

Sukabumi

-

Cikampek - Cikopo
Palabuhan ratu
Indramayu
Kadipaten

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

Provinsi

PKN

PKW
Tasikmalaya
Pangandaran
Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

PKL

2. Sistem Jaringan Transportasi Nasional
Sistem jaringan transportasi nasional terdiri atas:
a. Sistem jaringan transportasi darat;
b. Sistem jaringan transportasi laut; dan
c. Sistem jaringan transportasi udara.
3. Sistem Jaringan Energi Nasional
Sistem jaringan energi nasional terdiri atas:
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi;
b. pembangkit tenaga listrik; dan
c. jaringan transmisi tenaga listrik.
4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud merupakan sistem sumber daya
air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah.
c. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional
Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas:
a.

Kawasan lindung nasional; dan

b.

Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional

1. Kawasan Lindung
Kawasan lindung nasional terdiri atas:
a.

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan\ bawahannya;

b.

Kawasan perlindungan setempat;

c.

Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

d.

Kawasan rawan bencana alam;

e.

Kawasan lindung geologi; dan

f.

Kawasan lindung lainnya.

Provinsi

Jawa Barat

Tabel 3.2
Kawasan Lindung Nasional Provinsi Jawa Barat
Kawasan Lindung Nasional
Lokasi
Suaka Margasatwa Cikepuh
Kabupaten Sukabumi
Suaka Margasatwa Gunung Sawal
Kabupaten Ciamis
Cagar Alam Gunung Tangkuban Perahu
Kabupaten Bandung Barat
Cagar Alam Leuweung Sancang
Kabupaten Garut
Cagar Alam Gunung Tilu
Kabupaten Bandung

3-15

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

Provinsi

Kawasan Lindung Nasional
Cagar Alam Gunung Papandayan
Cagar Alam Gunung Burangrang
Cagar Alam Kawah Kamojang
Cagar Alam Gunung Simpang
Taman Nasional Gunung Gede –
Pangrango
Taman Nasional Halimun – Salak
Taman Nasional Gunung Ciremai
Taman Wisata Alam Gunung Tampomas
Taman Wisata Alam Laut Cijulang
Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi

Lokasi
Kabupaten Garut
Kabupaten Subang dan Purwakarta
Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Cianjur
Kabupaten Ciajur, Kabupaten
Sukabumi dan Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Sukabumi
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Pangandaran
Kabupaten Bandung, Kabupaten
Sumedang dan Kabupaten Garut

Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

2. Kawasan Budidaya Yang Memiliki Nilai Strategis
Kawasan budi daya terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan hutan produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas:
1. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas;
2. Kawasan peruntukan hutan produksi tetap; dan
3. Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi.
b. Kawasan peruntukan hutan rakyat
Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan dengan criteria kawasan yang dapat
diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik.
c. Kawasan peruntukan pertanian
Kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria:
1. Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;
2. Ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;
3. Mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau
4. Dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.
5. Kawasan peruntukan perikanan;
d. Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan dengan kriteria:
1. Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan
industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau
2. Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

3-16

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

e. Kawasan peruntukan pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan yang memiliki nilai strategis nasional terdiri atas
pertambangan mineral dan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi,
pertambangan panas bumi, serta air tanah.
f. Kawasan peruntukan industri;
Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria:
1. Berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri;
2. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau
3. Tidak mengubah lahan produktif.
g. Kawasan peruntukan pariwisata;
Kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan dengan kriteria:
1. Memiliki objek dengan daya tarik wisata; dan/atau
2. Mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.
h. Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau
Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:
1. Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana;
2. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau
3. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.
i. Kawasan peruntukan lainnya
Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai kawasan
andalan. Nilai strategis nasional meliputi kemampuan kawasan untuk memacu
pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan
perkembangan wilayah.

Provinsi

Jawa Barat

Tabel 3.3
Kawasan Andalan Provinsi Jawa Barat
Kawasan Andalan
Sektor Unggulan
Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur
pertanian, pariwisata, industri dan
(Bopunjur dan Sekitarnya)
perikanan
perikanan, pertanian, pariwisata
Kawasan Sukabumi dan Sekitarnya
dan perkebunan
Kawasan Purwakarta, Subang,
pertanian, industri, pariwisata dan
Karawang (Purwasuka)
perikanan
industri, pertanian, pariwisata dan
Kawasan Cekungan Bandung
perkebunan
Kawasan Cirebon-Indramayupertanian, industri, perikanan dan
Majalengka-Kuningan (Ciayumaja
pertambangan
Kuning) dan Sekitarnya
pertanian, industri, perkebunan,
Kawasan Priangan Timur-Pangandaran
pariwisata dan perikanan

Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

Ket : Kabupaten Tasikmalaya termasuk kedalam Kawasan Priangan Timur - Pangandaran

3-17

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
1. Pertahanan dan keamanan;
2. Pertumbuhan ekonomi;
3. Sosial dan budaya;
4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau
5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Tabel 3.4
Kawasan Strategis Nasional Provinsi Jawa Barat
Provinsi

Kawasan Strategis Nasional
Kawasan Perkotaan Cekungan
Bandung

Jawa Barat

Kawasan Fasilitas Uji Terbang
Roket Pamengpeuk
Kawasan Stasiun Pengamat
Dirgantara Pamengpeuk
Kawasan Stasiun Pengamat
Dirgantara Tanjung Sari
Kawasan Stasiun Telecomand

Kawasan Stasiun Bumi Penerima
Satelit Mikro
Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

Lokasi
Kota Bandung, Kabupaten
Bandung, Kota Cimahi dan
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Garut
Kabupaten Garut
Kabupaten Sumedang
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat

B. RTRW Pulau
Pulau Jawa-Bali adalah kesatuan fungsional wilayah geografis dan ekosistem yang
mencakup wilayah darat, laut, dan udara termasuk ruang di dalam bumi yang meliputi
seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa
Tengah, Provinsi Jawa

Timur, Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta,

dan Provinsi Bali

menurut undang-undang pembentukannya.
1. Penataan ruang pulau jawa-bali bertujuan untuk mewujudkan:
2. Lumbung pangan utama nasional
3. Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan adaptasi bencana
4. Pusat industri yang berdaya saing dan ramah lingkungan
5. Pemanfaatan potensi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi, serta panas bumi
secara berkelanjutan
6. Pemanfaatan potensi perikanan, perkebunan, dan kehutanan secara berkelanjutan;
7. Pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional

3-18

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

8. Pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis cagar budaya dan ilmu
pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,
konferensi, dan pameran (meeting, incentive, convention and exhibition/mice)
9. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang memadai untuk
pembangunan;
10. Pulau

jawa

bagian selatan dan

pulau

bali

bagian utara

yang

berkembang dengan memperhatikan keberadaan kawasan lindung dan kawasan rawan
bencana; dan
11. Jaringan transportasi antarmoda

yang dapat meningkatkan daya saing.

A.

Rencana Struktur Ruang

1.

Strategi Operasionalisasi Perwujudan Struktur Ruang Dan Pola Ruang Pulau Jawa
Bali
Strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang terdiri atas strategi operasionalisasi
perwujudan:

2.

1.

Sistem perkotaan nasional;

2.

Sistem jaringan transportasi nasional

3.

Sistem jaringan energi nasional;

4.

Sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan

5.

Sistem jaringan sumber daya air.

Strategi Operasionalisasi Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional
Kabupaten Tasikmalaya dalam kedudukannya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
berdasarkan RTRW Nasional, dalam RTRW Pulau Jawa dan Bali mempunyai fungsi dalam
pencapaian Strategis Operasionalisasi Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional yang
meliputi :
1. Pengendalian perkembangan Fisik PKN dan PKW untuk menjaga keutuhan lahan
pertanian tanaman pangan
2. Pengembangan PKN dan PKW melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan
industri jasa hasil pertanian tanaman pangan
3. Pengendalian perkembangan PKN dan PKW melalui optimalisasi pemanfaatan ruang
secara kompak dan vertikal sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup
4. Pengendalian perkembangan PKN dan PKW di kawasan rawan bencana untuk PKW
Tasikmalaya meliputi gerakan tanah atau tanah longsor, letusan gunung berapi dan
gempa bumi.

3-19

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

5. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat kegiatan industri kreatif yang berdaya
saing dan ramah lingkungan
6. Pengembangan PKN dan PKW melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan
industri jasa hasil perkebunan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan
7. Pengembangan PKN dan PKW dengan konsep kota hijau yang hemat energi, air,
lahan, dan minim limbah
3.

Strategi Operasionalisasi Perwujudan Sumber Air
Untuk strategi operasionalisasi perwujudan sumber air Kabupaten Tasikmalaya sebagai
PKW Tasikmalaya berperan dalam pendayagunaan sumber air berbasis pada WS untuk
melayani kawasan perkotaan nasional dan kawasan andalan yang dapat dilakukan
melalui kerja sama antardaerah yaitu WS lintas provinsi yang meliputi WS Citanduy
(Provinsi Jawa Barat-Provinsi Jawa Tengah) yang melayani PKN Cilacap dan PKW
Tasikmalaya, serta Kawasan Andalan Priangan Timur-Pangandaran dan Kawasan
Andalan Jawa Tengah Selatan;

B.

Rencana Pola Ruang

1.

Strategi Operasionalisasi Perwujudan Pola Ruang
Dalam strategi operasionalisasi Perwujudan Pola Ruang, Kabupaten Tasikmalaya
berfungsi sebagai :
1. Pengembangan pengelolaan, peningkatan fungsi, dan pemertahanan luasan kawasan
hutan lindung, pemeliharaan jenis dan kerapatan tanaman hutan yang memiliki fungsi
lindung
2. Pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai, sempadan sungai, dan
kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi mengganggu dan/atau merusak
fungsi sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk
dengan menggunakan teknologi lingkungan, serta pengembangan struktur alami
berupa jenis dan kerapatan tanaman dan/atau struktur buatan di sempadan pantai,
sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau atau waduk untuk mencegah daya
rusak air
3. Pelestarian dan pengembangan pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan (Kampung Naga)
4. Penetapan zona – zona rawan bencana alam yaitu kawasan rawan tanah longsor,
kawasan rawan letusan gunung berapi (Gunung Galunggung), kawasan rawan gempa
bumi, kawasan rawan gerakan tanah, kawasan rawan tsunami, kawasan rawan abrasi,

3-20

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

5. Pengembangan sentra perkebunan berbasis bisnis yang didukung prasarana dan
sarana dengan menggunakan teknologi lingkungan
6. Pengembangan kawasan minapolitan berbasis masyarakat
7. Pengembangan kawasan wisata bahari
8. Pengendalian perkembangan kawasan peruntukan permukiman secara horizontal dan
mengelompok di kawasan perkotaan sedang dan kawasan perkotaan kecil
2.

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan andalan yang meliputi .
1. Peningkatan keterkaitan kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian dengan
kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan yang
terhubung dengan akses ke dan dari pelabuhan yaitu Kawasan Andalan Priangan
Timur-Pangandaran dengan PKW Tasikmalaya dan PKW Pangandaran yang
terhubung dengan akses ke dan dari Pelabuhan Arjuna (Cirebon) dan Pelabuhan
Tanjung Intan;
2. Peningkatan keterkaitan kawasan andalan dengan sektor unggulan perkebunan
dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan
yang terhubung dengan akses ke dan dari pelabuhan yaitu . Kawasan Andalan
Priangan Timur-Pangandaran dengan PKW Tasikmalaya dan PKW Pangandaran
yang terhubung dengan akses ke dan dari Pelabuhan Arjuna (Cirebon) dan Pelabuhan
Tanjung Intan;
3. Peningkatan kawasan andalan dengan sektor unggulan industri dengan kawasan
perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan yang terhubung
dengan akses ke dan dari pelabuhan dan/atau bandar udara yaitu f. Kawasan Andalan
Priangan Timur-Pangandaran dengan PKW Tasikmalaya dan PKW Pangandaran
yang terhubung dengan akses ke dan dari Pelabuhan Arjuna (Cirebon), Pelabuhan
Tanjung Intan, dan Bandar Udara Kertajati (Majalengka)
4. Peningkatan keterkaitan kawasan andalan dengan sektor unggulan pariwisata dengan
kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan yang
terhubung dengan akses ke dan dari pelabuhan dan/atau bandar udara Kawasan
Andalan Priangan Timur-Pangandaran dengan PKW Tasikmalaya dan PKW
Pangandaran;

C. RTRW Provinsi Jawa Barat
RTRWP merupakan matra spasial dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) yang berfungsi sebagai penyelaras kebijakan penataan ruang nasional, Daerah, dan
Kabupaten/Kota serta sebagai acuan bagi instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan

3-21

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

masyarakat untuk mengarahkan lokasi dan menyusun program pembangunan yang berkaitan
dengan pemanfaatan ruang di Daerah.
Kedudukan RTRWP adalah sebagai pedoman dalam :
a. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan rencana
sektoral lainnya;
b. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
c. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah
Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor;
d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
e. Penataan ruang KSP; dan
f. Penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota

a. Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang
Kebijakan dan strategi penataan ruang, meliputi :
1. Kebijakan dan Strategi Perencanaan Tata Ruang
Kebijakan perencanaan tata ruang meliputi :
a. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang yang dilakukan melalui
pendekatan partisipatif;
b. Tindaklanjut RTRWP ke dalam rencana yang lebih terperinci;
c. Penyelarasan RTRW kabupaten/kota dengan substansi RTRWP.
Strategi perencanaan tata ruang meliputi :
a. Peningkatan peran kelembagaan dan peranserta masyarakat dalam perencanaan
tata ruang;
b. Penyelarasan RTRW kabupaten/kota dengan RTRWP;
c. Menjadikan RTRWP sebagai acuan bagi perencanaan sektoral dan wilayah;
d. Penyusunan kesepakatan RTRWP dengan rtrw provinsi yang berbatasan;
e. Penyusunan rencana tata ruang KSP
2. Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Ruang
Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang meliputi :
a.

Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah;
Kebijakan pengembangan wilayah diwujudkan melalui pembagian 6 (enam) WP
serta keterkaitan fungsional antarwilayah dan antarpusat pengembangan.
Penetapan WP dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan

3-22

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

pembangunan. Penetapan WP merupakan penjabaran dari Kawasan Strategis
Nasional dan Kawasan Andalan pada sistem nasional. Pembagian WP terdiri atas :
a. WP Bodebekpunjur sebagai pengembangan kawasan perkotaan di wilayah
Jawa Barat dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN
Jabodetabekpunjur serta antisipatif terhadap perkembangan pembangunan
wilayah perbatasan, meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi,
Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur;
b. WP Purwasuka sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Purwasuka, meliputi
Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Karawang;
c. WP

Ciayumajakuning

sebagai

penjabaran

dari

Kawasan

Andalan

Ciayumajakuning yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan
wilayah perbatasan, meliputi Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten
Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, dan sebagian
wilayah di Kabupaten Sumedang;
d. WP Priangan Timur-Pangandaran sebagai penjabaran dari Kawasan
Andalan Priangan Timur-Pangandaran dengan kesetaraan fungsi dan
peran kawasan di KSN Pacangsanak (Pangandaran-Kalipucang-Segara
Anakan) yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah
perbatasan, meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota
Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, dan Kota Banjar;
e. WP Sukabumi dan sekitarnya sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan
Sukabumi yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah
perbatasan, meliputi Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, dan sebagian
wilayah di Kabupaten Cianjur; dan
f. WP KK Cekungan Bandung, meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan sebagian wilayah di Kabupaten
Sumedang.
Kebijakan pengembangan wilayah melalui keterkaitan fungsional antar WP, meliputi:
a. Kawasan yang terletak di bagian utara provinsi, mencakup WP Bodebekpunjur dan
sebagian WP Purwasuka, WP KK Cekungan Bandung dan WP Ciayumajakuning,
menjadi kawasan yang dikendalikan perkembangannya;
b. Kawasan yang terletak di bagian timur provinsi, mencakup sebagian WP
Ciayumajakuning, WP KK Cekungan Bandung

dan WP Priangan Timur-

Pangandaran, ditetapkan sebagai kawasan yang didorong perkembangannya;

3-23

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 - 2019

c. Kawasan yang terletak di bagian selatan provinsi, meliputi sebagian WP KK
Cekungan Bandung, WP Sukabumi dan sekitarnya serta WP Priangan TimurPangandaran, ditetapkan menjadi kawasan yang dibatasi perkembangannya;
d. Kawasan yang terletak di bagian barat provinsi, meliputi sebagian WP
Bodebekpunjur, WP KK Cekungan Bandung dan WP Sukabumi dan sekitarnya,
ditetapkan menjadi kawasan yang ditingkatkan perkembangannya.
Strategi pengembangan wilayah untuk kawasan dilakukan dengan :
a.

Mengendalikan pengembangan wilayah, meliputi :
1. Memenuhi kebutuhan pelayanan umum perkotaan yang berdayasaing dan
ramah lingkungan;
2. Membatasi kegiatan perkotaan yang membutuhkan lahan l