Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Arahan Kebijakan dan
Rencana Strategis
Infrastruktur Bidang
Cipta Karya
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 0
3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan
Ruang
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015, Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing
(competitiveness), dengan demikian selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur,
khususnya infrastruktur dasar (jalan, air, dan listrik) sudah terpenuhi terlebih dahulu.
Arahan RPJPN untuk RPJMN bidang infrastruktur adalah sebagai berikut:
1. Terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat _ 100 % akses kepada sumber‐sumber air bersih
2. Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukung, didukung oleh system pembiayaan perumahan jangka panjang dan
berkelanjutan, efisien, dan akuntabel _ kota tanpa permukiman kumuh
3. Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang
4. Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi
5. Konservasi suber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya
air dan pengembangan sumber daya air
6. Pengembangan
infrastruktur
perdesaan,
terutama
untuk
mendukung
pembangunan pertanian
Sasaran umum RPJMN tahun 2015‐2019 adalah pemenuhan ketersediaan infrastruktur
dasar dan standar layanan minimum, sehingga indicator pencapaiannya adalah sebagai
berikut:
1. Berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman
tidak layak menjadi 0%
2. Meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100 %
3. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100 %
Arahan penajaman program Bidang Cipta Karya Tahun 2015 antara lain:
1. Pemenuhan program lanjutan
a. Melanjutkan upaya pemenuhan sasaran RPJMN/Renstra 2009‐2014 (terutama
terkait pemenuhan sasaran pembangunan rusunawa)
b. Melanjutkan program‐program yang telah disepakati dalam rangka
fungsionalisasi dan memenuhi komitmen program MP3EI
2. Mendukung perwujudan Kawasan Strategis Nasional yang telah ditetapkan oleh
Ditjen Tata Ruang
3. Mendorong penanganan Kabupaten/Kota Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 1
a. Mendorong pembangunan Bidang Cipta Karya yang terpadu dalam suatu
kawasan/KSK (Kawasan Strategis Kabupaten/Kota) dengan berpedoman pada
RTRW yang sudah ditetapkan
b. Menyelesaikan penanganan KSK yang telah dilakukan pada tahun 2014
c. Melanjutkan penanganan pada lokasi KSK lainnya
4. Mendukung Kabupaten/Kota pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya
a. Mendukung Kabupaten/Kota responsive dan/atau dalam kondisi “kritis”
pemenuhan SPM
b. Pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya pada tahun 2013 (dan perkiraan capaian
tahun 2014) digunakan sebagai acuan Baseline kebutuhan program pada tahun
2015
5. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya harus selaras dengan isu‐isu
strategis Bidang Cipta Karya baik secara nasional maupun kewilayahan (provinsi,
pulau maupun koridor pembangunan)
6. Penanganan isu strategis tersebut selanjutnya dituangkan dalam format‐format
Konreg yang telah ditetapkan
7. Penyusunan Usulan Program tahun 2015 harus dilihat sebagai bagian dari upaya
penyusunan program tahun 2015‐2019 atau RPJMN tahap ketiga
8. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya tahun 2015 mengacu pada Baseline
Pendanaan sesuai perkiraan maju RKP 2014 namun tidak kaku terutama untuk
usulan penanganan pada KSN (kelebihan usulan pendanaan pagu baseline dapat
dituangkan sebagai inisiatif baru maupun stok program)
Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya tahun 2015‐2019, Arah kebijakan utama
pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pemerataan
pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah
yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu
Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga
momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa‐Bali dan Sumatera. Kebijakan Utama
Arah kebijakan tersebut meliputi 6 aspek, yaitu;
1. Arah
kebijakan
pengembangan
Kawasan
Strategis
adalah
percepatan
pengembangan pusat‐pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa
(Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan
keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan
efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Hal ini dicapai melalui strategi
pengembangan potensi ekonomi wilayah; percepatan pembangunan konektivitas;
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 2
peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK; regulasi dan kebijakan; serta peningkatan
iklim investasi dan iklim usaha.
2. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan. Pengembangan
Kawasan Perkotaan difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya
saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik, potensi
ekonomi dan budaya lokal; melalui strategi perwujudan Sistem Perkotaan Nasional
(SPN); percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk
mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak huni; perwujudan Kota Hijau yang
berketahanan iklim dan bencana; pengembangan kota cerdas yang berdaya saing
dan berbasis teknologi dan budaya lokal; dan peningkatan kapasitas tata kelola
pembangunan perkotaan. Sedangkan arah kebijakan pengembangan perdesaan
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana desa, melalui; (1) pemenuhan Standar
Pelayanan Minimum Desa, termasuk permukiman transmigrasi, sesuai dengan
kondisi geografisnya; (2) penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha
ekonomi masyarakat desa termasuk permukiman transmigrasi; (3) pembangunan
SDM, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat
desa termasuk permukiman transmigrasi; (4) pengawalan implementasi UU Desa
secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan melalui koordinasi, fasilitasi,
supervisi, dan pendampingan; (5) pengembangan kapasitas dan pendampingan
aparatur pemerintah desa dan kelembagaan pemerintahan desa secara
berkelanjutan; (6) pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan
transmigrasi; dan (7) pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk
kawasan transmigrasi untuk mendorong keterkaitan desa‐kota.
3. Arah kebijakan peningkatan keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan adalah
peningkatan keterkaitan desa‐kota yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan
antara perkotaan dan perdesaan dengan menghubungkan keterkaitan fungsional
antara pasar dan kawasan produksi, melalui strategi (1) perwujudan konektivitas
antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau; (2)
perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa‐kota melalui
pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan
transmigrasi; dan (3) peningkatan kapasitas tata kelola, kelembagaan, masyarakat
dalam peningkatan keterkaitan Kota‐Desa.
4. Arah kebijakan pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan.
Pengembangan daerah tertinggal difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 3
dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik, serta pengembangan perekonomian
masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan
infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan kawasan
strategis, melalui strategi (1) mengembangkan perekonomian masyarakat di daerah
tertinggal; (2) meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan daerah tertinggal
dengan pusat pertumbuhan; (3) meningkatkan kualitas SDM, ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), dan kapasitas tata kelola pemerintahan daerah; (4) mempercepat
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM); (5) memberikan tunjangan khusus
kepada tenaga penyuluh; (6) penguatan regulasi dan pemberian insentif kepada
pihak swasta; (7) melakukan pembinaan terhadap daerah tertinggal; (8) mendukung
pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi; dan (9) mempercepat
pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Adapun arah kebijakan
pengembangan kawasan perbatasan ditujukan dalam upaya mewujudkan kawasan
perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan
aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan dilakukan melalui
pendekatan keamanan (security approach), dan pendekatan peningkatan
kesejahteraan masyarakat (prosperity approach). Hal tersebut akan dicapai melalui
strategi (1) pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi; (2) sumber daya manusia
(SDM) dan pemanfaatan (IPTEK); (3) pembangunan konektivitas simpul transportasi
utama; (4) transformasi kelembagaan lintas batas negara; (5) peningkatan kualitas
dan kuantitas, serta standarisasi sarana prasarana; (6) penegasan batas wilayah
negara di darat dan laut; dan (7) peningkatan kerjasama perdagangan.
5. Arah kebijakan penanggulangan bencana adalah mengurangi risiko bencana dan
meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana, akan dicapai melalui strategi;
internalisasi pengurangan risiko bencana; penurunan tingkat kerentanan terhadap
bencana; dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan bencana.
6. Arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional adalah pengembangan
struktur tata ruang dan pengembangan pola ruang,
7. Arah kebijakan dan strategi tata kelola Pemerintahan dan Otonomi Daerah meliputi
peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah; peningkatan kapasitas
aparatur pemerintah daerah; peningkatan kapasitas keuangan daerah; dan
pelaksanaan Otonomi Khusus/Daerah Istimewa.
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 4
3.1.2 Arahan Penataan Ruang
3.1.2.1. Arahan RTRWN
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah
No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang
dijadikan sebagai pedoman untuk :
a.
Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
b.
Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
c.
Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,
d.
Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,
e.
Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, f. Penataan ruang kawasan
strategis nasional, dan
f.
Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM
kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
a.
Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:
1.
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor‐impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,
2.
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi,
dan/atau
3.
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
b.
Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:
1.
Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua
kegiatan ekspor‐impor yang mendukung PKN,
2.
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten,
dan/atau
3.
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
c.
Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:
1.
Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas
dengan negara tetangga,
2.
Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga,
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 5
3.
Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
4.
Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
d.
Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
1.
Pertahanan dan keamanan,
a)
diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan
negara berdasarkan geostrategi nasional,
b)
diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah
pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi,
daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem
pertahanan, atau
c)
merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau‐pulau kecil terluar
yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.
2.
Pertumbuhan ekonomi,
a)
memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
b)
memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi nasional,
c)
memiliki potensi ekspor,
d)
didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,
e)
memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,
f)
berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional
dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
g)
berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau
h)
3.
ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
Sosial dan budaya
a)
merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau
budaya nasional,
b)
merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri
bangsa,
c)
merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan
dilestarikan,
d)
merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
e)
memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau
f)
memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 6
4.
Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
a)
diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
b)
pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam
strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir
5.
c)
memiliki sumber daya alam strategis nasional
d)
berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa
e)
berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau
f)
berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
a)
merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
b)
merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
c)
ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang
hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi
dan/atau dilestarikan,
d)
memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian negara,
e)
memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro
f)
menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup
g)
rawan bencana alam nasional
h)
sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak
luas terhadap kelangsungan kehidupan.
Tabel 3. 1
Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
No
1
Pkn
Pkw
Kawasan
Perkotaan Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi,
(Gerbangkertosusila)Malang
Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan
Tabel 3. 2
Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008
Tentang RTRWN
Sudut
Kota/Kabupaten
Kepentingan
Kawasan Perkotaan Gresik – Bangkalan – Ekonomi
Kab. Gresik, Kab. Bangkalan,
Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo –
Kota Mojokerto, Kota Surabaya,
Lamongan (Gerbangkertosusila)
Kab. Sidoarjo,Kab. Lamongan
Kawasan Strategis Nasional
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 7
3.1.2.2. Arahan RTRW Provinsi
A.
Arahan Pengembangan Pola Ruang
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah provinsi meliputi:
a.
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung.
Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi pemantapan, pelestarian, dan
perlindungan kawasan lindung untuk mencapai perlindungan lingkungan sumber daya
alam/buatan dan ekosistemnya, meminimalkan risiko dan mengurangi kerentanan
bencana, mengurangi efekpemanasan global yang berprinsip partispasi, menghargai
kearifan lokal, serta menunjang pariwisata, penelitian, dan edukasi pada:
•
Kawasan hutan lindung
Strategi :
pengembangan sistem tata batas (deliniasi) persebaran hutan lindung di seluruh
wilayah Jawa Timur sehingga jelas batasan antara kawasan hutan lindung dan
sekitarnya untuk meminimalkan potensi perusakan oleh masyarakat;
penetapan luas kawasan hutan minimal 30% dari luas daratan dalam setiap DAS
dan/atau pulau;
pengembangan upaya untuk mempertahankan dan menambah luasan hutan,
terutama hutan dengan fungsi lindung;
pemantapan fungsi lindung dengan prinsip pengelolaan berkelanjutan; dan
pengendalian perubahan fungsi kawasan hutan lindung.
•
Kawasan perlindungan setempat
Strategi :
penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan perlindungan setempat;
pengamanan kawasan perlindungan setempat dengan prinsip konservasi;
pengendalian kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan; dan
peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap mempertahankan fungsi
lindungnya.
•
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya
Strategi :
penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan suaka alam, pelestarian
alam, dan cagar budaya;
pemantapan perlindungan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar
budaya;
mempertahankan dan peningkatan kelestarian keanekaragaman hayati yang
masih berkembang beserta ekosistemnya;
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 8
peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap mempertahankan fungsi
lindung kawasan; dan
peningkatan
keterpaduan
pembangunan
kawasan
konservasi
dengan
pembangunan wilayah, terutama peningkatan kesejahteraan dan kepedulian
masyarakat disekitar kawasan konservasi.
•
Kawasan rawan bencana alam
Strategi :
penetapan kawasan rawan bencana alam;
pengidentifikasian tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam; dan
pengembangan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam.
•
Kawasan lindung geologi
Strategi :
menetapkan kawasan lindung geologi;
mengembangkan pengelolaan kawasan cagar alam geologi;
mengidentifikasi tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam
geologi; dan
mengembangkan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam
geologi.
•
Kawasan lindung lainnya.
Strategi :
memantapkan perlindungan terumbu karang;
melarang pemakaian alat atau bahan berbahaya untuk mencari ikan;
merehabilitasi terumbu karang yang telah rusak; dan
mengembangkan terumbu karang pada kawasan‐kawasan yang potensial.
b.
Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya.
Kebijakan pengembangan kawasan budi daya dilakukan melalui upayapengembangan
kawasan budidaya sesuai dengan karakter dan daya dukung yang dimiliki, terutama
untuk mendukung pemantapan sistem metropolitan dan sistem agropolitan dalam
rangka peningkatan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat, meliputi:
•
Kawasan peruntukan hutan produksi
Strategi :
mengembangkan kawasan hutan produksi dengan pemanfaatan secara lestari
dan partisipatif;
membatasi alih fungsi hutan produksi untuk kegiatan di luar kehutanan; dan
mengawasi pemanfaatan hutan produksi.
•
Kawasan hutan rakyat.
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 9
Strategi pengembangan kawasan hutan rakyat dilakukan dengan membangun dan
mengembangkan kegiatan hutan rakyat secara partisipatif.
•
Kawasan peruntukan pertanian
Strategi :
pemertahanan luasan sawah beririgasi termasuk lahan pertanian pangan
berkelanjutan dengan mengendalikan secara ketat alih fungsi sawah dan lahan
produktif;
peningkatan upaya pengelolaan untuk mengoptimalkan hasil produksipertanian;
pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil produksi
pertanian melalui pengembangan agropolitan;
peningkatan pemasaran yang terintegrasi dengan kawasan agropolitan;
peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan untuk pengembangan
pertanian;
pengembangan kemitraan antarpemangku kepentingan; dan
pengembangan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan.
•
Kawasan peruntukan perkebunan
Strategi :
mengembangkan komoditas unggulan perkebunan di wilayah potensial dan
prospektif; dan
mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perkebunan
melalui pengembangan agropolitan.
•
Kawasan peruntukan peternakan
Strategi :
mengembangkan komoditas unggulan peternakan besar, kecil, serta unggas di
wilayah potensial dan prospektif; dan
mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil peternakan
melalui pengembangan agropolitan.
•
Kawasan peruntukan perikanan
Strategi :
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan;
membentuk sentra pengolahan hasil perikanan untuk mendukung pengoptimalan
pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan melalui pengembangan
minapolitan;
menata wilayah pesisir dan pulau‐pulau kecil sesuai dengan daya dukung yang
dimiliki untuk menjamin keberlangsungan ekosistem pada wilayah tersebut;
pemantapan kawasan tambak garam;
pemertahanan luasan dan sebaran kawasan tambak garam; dan
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 10
pengoptimalan produksi garam dan peluang pengembangan serta kerja sama
produksi garam dengan investor.
•
Kawasan peruntukan pertambangan
Strategi :
pengidentifikasian potensi kandungan bahan tambang;
peningkatan eksplorasi dan eksploitasi potensi minyak dan gas bumi dengan
berwawasan lingkungan; dan
pengembangan kawasan pertambanganberdasarkan potensi bahan galian,
kondisi geologi, dan geohidrologidengan prinsip kelestarian lingkungan.
•
Kawasan peruntukan industri
Strategi :
pengembangan
kawasan
peruntukan
industri
yang
memperhatikan
keseimbangan antara pertumbuhan wilayah, pemerataan, dan keberlanjutan;
pengidentifikasian potensi pengembangan industri;
pengembangan industri melalui penyediaan ruang dan didukung pengembangan
infrastruktur wilayah;
pengembangan industri berteknologi tinggi dan ramah lingkungan di kawasan
perkotaan;
pengembangan industri kecil, menengah, dan rumah tangga;
pengembangan perindustrian berdasarkan prinsip keterkaitan antara kegiatan
hulu‐hilir, klaster, dan sentra;dan
pengembangan sarana dan prasarana pendukung industri.
•
Kawasan peruntukan pariwisata
Strategi :
pengidentifikasian potensi daya tarik wisata alam, budaya, dan hasil buatan
manusia;
penetapan potensi daya tarik wisata unggulan;
pembentukan
jalur
pengembangan
wisata
yang
terintegrasidengan
pengembangan infrastruktur wilayah;
pengembangan kegiatan penunjang wisata;
pelestarian tradisi atau kearifan masyarakat lokal; dan
peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan kepada masyarakat dan/atau
perajin lokal untuk pengembangan pariwisata.
•
Kawasan peruntukan permukiman
Strategi :
pengembangan kawasan permukiman perkotaan, terutama pengembangan
permukiman yang efisiendan terintegrasi dengan sistem transportasi;
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 11
pengembangan kawasan permukiman yang mendukung pengembangan
agropolitan di kawasan perdesaan;
pengembangan penyediaan perumahan dengan pola hunian berimbang;
pengembangan penyediaan perumahan untuk semua lapisan masyarakat; dan
pengembangan kawasan perumahan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan dengan dukungan sarana dan prasarana permukiman yang
memadai.
•
Kawasan andalan
Strategi :
mengakomodasi penetapan kawasan andalan di wilayah ProvinsiJawa Timur
sebagai bagian dari pengembangan kawasan andalan nasional; dan
mendukung pengembangan kawasan andalan agar terintegrasi dan operasional.
•
Peruntukan kawasan budi daya lainnya.
Strategi :
penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan pertahanan dan
keamanan;
penetapan jarak bebas aman kawasan pertahanan dan keamanan dengan guna
lahan lainnya, terutama permukiman;
pengendalian pemanfaatan lahan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan
secara ketat;
mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus
pertahanan dan keamanan;
mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan
negara;
mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun
di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan
kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya tidak terbangun; dan
turut serta menjaga dan memelihara aset‐aset pertahanan dan keamanan negara.
c. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil.
Kebijakan pengembangan kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil meliputi:
•
Peningkatan konservasi ekosistem kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil yang
menjadi fungsi perlindungan, baik perlindungan bagi kawasan bawahannya,
kawasan perlindungan setempat, maupun cagar alam.
Strategi :
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 12
penetapan zonasi pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil
melalui penetapan batas‐batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya
dan daya dukung serta proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan
dalam ekosistem pesisir;
pempertahanan dan penjagaan kelestarian ekosistem kawasan pesisir dan pulau‐
pulau kecil; dan
pembatasan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya ekosistem di kawasan
pesisir dan pulau‐pulau kecil.
•
Pengoptimalan pengembangan kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil.
Strategi :
pengoptimalan pemanfaatan kawasan pesisir dan pulau‐pulau kecil sebagai
kawasan permukiman, pelabuhan, dan industri;
peningkatan kegiatan kepariwisataan dan penelitian di kawasan pesisir dan pulau‐
pulau kecil; dan
peningkatan operasionalisasi perwujudan pengembangan kawasan andalan laut
melalui pengembangan produk unggulan sektor kelautan dan perikanan.
B.
Arahan Pengembangan Struktur Ruang
Sistem perkotaan Provinsi Jawa Timur, meliputi:
1.
PKN : Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo–
Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang;
2. PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan,
Bojonegoro, dan Pacitan;
3. PKWP : Pasuruan dan Batu;
4. PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang, Sumenep,
Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan,
Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil; dan
5. Kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang memiliki potensi sebagai pusat
kegiatan bagi beberapa kecamatan dapat diusulkan sebagai PKLP oleh kabupaten
masing‐masing kepada Pemerintah Daerah Provinsi.
Wilayah Pengembangan di Provinsi Jawa Timur terdiri atas 8 (delapan). Wilayah
Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur beserta arahan pengembangannya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 13
Tabel 3. 3 Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur
No.
Wilayah
Pengembangan
Kabupaten/Kota
Pusat
Fungsi
1
Gerbangkerta
susila Plus
Kota Surabaya, Kabupaten Kota
Tuban, Kabupaten Lamongan, Surabaya
Kabupaten
Bojonegoro,
Kabupaten Gresik, Kabupaten
Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto,
Kota Mojokerto, Kabupaten
Jombang, Kabupaten Pasuruan,
Kota Pasuruan, Kabupaten
Bangkalan, Kabupaten Sampang,
Kabupaten Pamekasan, dan
Kabupaten Sumenep
Pertanian
tanaman
pangan,
perkebunan, hortikultura, kehutanan,
perikanan, peternakan, pertambangan,
perdagangan,
jasa,
pendidikan,
kesehatan, pariwisata, transportasi,
dan industri
2
Malang Raya
Kota Malang, Kota Batu, dan Kota
Kabupaten Malang
Malang
Pertanian
tanaman
pangan,
perkebunan, hortikultura, kehutanan,
perikanan, peternakan, pertambangan,
perdagangan,
jasa,
pendidikan,
kesehatan, pariwisata, dan industri
3
Madiun dan Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kota
Sekitarnya
Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun
Magetan, Kabupaten Pacitan,
dan Kabupaten Ngawi
Pertanian
tanaman
pangan,
perkebunan, hortikultura, kehutanan,
peternakan, pertambangan, pariwisata,
pendidikan, kesehatan, dan industri
4
Kediri
dan Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kota Kediri
Sekitarnya
Kabupaten Nganjuk, Kabupaten
Trenggalek, dan Kabupaten
Tulungagung
Pertanian
tanaman
pangan,
hortikultura, perkebunan, kehutanan,
peternakan,
pertambangan,
pendidikan, kesehatan, pariwisata,
perikanan, dan industri
5
Probolinggo–
Lumajang
Kota Probolinggo, Kabupaten Kota
Probolinggo, dan Kabupaten Probolinggo
Lumajang
Pertanian
tanaman
pangan,
hortikultura, perkebunan, kehutanan,
peternakan, perikanan, pertambangan,
pariwisata, pendidikan, dan kesehatan
6
Blitar
Kota Blitar dan Kabupaten Blitar
Kota Blitar
Pertanian
tanaman
pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan,
kehutanan, perikanan, pertambangan,
pendidikan, kesehatan dan pariwisata
7
Jember dan Kabupaten Jember, Kabupaten Perkotaan
Sekitarnya
Bondowoso dan Kabupaten Jember
Situbondo
Pertanian
tanaman
pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan,
kehutanan, perikanan, pertambangan,
pendidikan, kesehatan, dan pariwisata
8
Banyuwangi
Pertanian
tanaman
pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan,
kehutanan, perikanan, pertambangan,
industri, pendidikan, kesehatan, dan
pariwisata
Kabupaten Banyuwangi
Perkotaan
Banyuwangi
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 14
Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 TAHUN 2012Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011‐2031
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 15
Strategi Operasionalisasi Rencana Pola Ruang dan Struktur Ruang Bidang Cipta Karya
a. Sistem jaringan sumber daya air meliputi:
1.
jaringan sumber daya air untuk mendukung air baku pertanian;
2. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air baku industri dan kebutuhan lain
yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang‐undangan;
3. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air minum; dan
4. pengelolaan sumber daya air untuk pengendalian daya rusak air di wilayah
provinsi serta mendukung pengelolaan sumber daya air lintas provinsi.
b. Rencana pengembangan jaringan irigasi dalam rangka mendukung air baku
pertanian dilaksanakan dengan memperhatikan rencana pengembangan air baku
pada wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:
1.
Wilayah Sungai Bengawan Solo meliputi:
Waduk Kedung Bendo di Kabupaten Pacitan;
Telaga Ngebel Dam, Waduk Bendo, Waduk Slahung, dan Bendungan
Badegan di Kabupaten Ponorogo;
Bendung Gerak Bojonegoro, Waduk Nglambangan, Waduk Kedung Tete,
Waduk Pejok, Waduk Kerjo, Waduk Gonseng, Waduk Mundu, Waduk
Belung, dan Bendungan Belah di Kabupaten Bojonegoro;
Bendung Gerak Karangnongko, Waduk Kedung Bendo, Waduk Sonde,
Waduk Pakulon, Waduk Alastuwo, dan Bendungan Genen di Kabupaten
Ngawi;
Waduk Kresek dan Waduk Tugu di Kabupaten Madiun;
Waduk Tawun dan Waduk Ngampon di Kabupaten Tuban;
Bendung Gerak Sembayat, Waduk Gondang, dan Waduk Cawak di
Kabupaten Lamongan; dan
Waduk Gonggang di Kabupaten Magetan;
2. Wilayah Sungai Brantas meliputi:
Bendungan Genteng I, Bendungan Lesti III, Bendungan Kepanjen,
Bendungan Lumbangsari, Bendungan Kesamben, Bendungan Kunto II, dan
Karangkates III, IV di Kabupaten Malang;
Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek;
Bendungan Beng dan Bendungan Kedungwarok di Kabupaten Jombang;
Bendungan Ketandan, Bendungan Semantok, dan Bendungan Kuncir di
Kabupaten Nganjuk;
Bendungan Babadan di Kabupaten Kediri; dan
Bendungan Wonorejo di Kabupaten Tulungagung;
3. Wilayah Sungai Welang Rejoso meliputi:
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 16
Bendung Licin di Kabupaten Pasuruan; dan
Waduk Suko, Waduk Kuripan, dan Embung Boto di Kabupaten Probolinggo;
4. Wilayah Sungai Pekalen Sampean meliputi:
Waduk Taman, Embung Pace, Embung Gubri, Embung Klabang, Waduk
Tegalampel, Waduk Karanganyar, Waduk Sukokerto, Waduk Botolinggo,
Embung Blimbing, dan Embung Krasak di Kabupaten Bondowoso; dan
Embung Banyuputih, Embung Tunjang, Embung Wringinanom, dan Embung
Nogosromo di Kabupaten Situbondo;
5. Wilayah Sungai Baru Bajulmati meliputi Embung Singolatri, Waduk Kedawang,
Waduk Bajulmati, Embung Bomo, dan Embung Sumber Mangaran di Kabupaten
Banyuwangi;
6. Wilayah Sungai Bondoyudo Bedadung, yaitu Waduk Antrogan di Kabupaten
Jember;
7. Wilayah Sungai Kepulauan Madura meliputi:
Waduk Nipah di Kabupaten Sampang;
Waduk Blega di Kabupaten Bangkalan;
Waduk Samiran di Kabupaten Pamekasan; dan
Waduk Tambak Agung di Kabupaten Sumenep.
c. Selain rencana pengembangan jaringan irigasi, juga terdapat rencana
pengembangan sistem irigasi teknis yang meliputi:
1.
DAS Kondang Merak di Kabupaten Malang;
2. DAS Ringin Bandulan di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung; dan
3. DAS Tengah di Kabupaten Situbondo.
d. Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air minum regional meliputi :
1.
Sistem Penyediaan Air Minum Regional Pantura;
2. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Lintas Tengah;
3. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Malang Raya; dan
4. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Umbulan.
e. Selain rencana pengembangan air baku,, terdapat rencana pengembangan WS,
yaitu:
1.
WS Strategis Nasional yaitu WS Brantas;
2. WS Lintas Provinsi yaitu WS Bengawan Solo; dan
3. WS Lintas Kabupaten/Kota dalam provinsi yang meliputi:
WS Welang–Rejoso;
WS Pekalen–Sampean;
WS Baru–Bajulmati;
WS Bondoyudo–Bedadung; dan
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 17
WS Kepulauan Madura.
f.
Sistem Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan :
1.
Rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan berupa:
Kawasan pengelolaan sampah dan limbah terpadu yang disebut sebagai
Kawasan Daur Ulang Ramah Lingkungan; dan
Sistem drainase perkotaan.
2. Rencana pengembangan TPA regional meliputi:
Kabupaten Gresik yang melayani Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan
Kabupaten Gresik;
Malang Raya yang melayani Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten
Malang;
Mojokerto yang melayani Kota Mojokerto dan Kabupaten Mojokerto;
Madiun yang melayani Kota Madiun dan Kabupaten Madiun;
Kediri yang melayani Kota Kediri dan Kabupaten Kediri;
Blitar yang melayani Kota Blitar dan Kabupaten Blitar;
Pasuruan yang melayani Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan; dan
Probolinggo yang melayani Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo.
Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan GKS
Arahan pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan GKS merupakan acuan dalam
mewujudkanstruktur ruang dan pola ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan GKS, yang terdiri dari (i) indikasi program utama, (ii) sumber pendanaan, (iii)
instansi pelaksana, dan (iv) waktu pelaksanaan. Program utama terdiri dari (i) program
utama perwujudan struktur ruang dan (ii) program utama perwujudan pola ruang.
Sumber pendanaan program utama perwujudan struktur ruang dan pola ruang berasal
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) provinsi dan/atau kabupaten/kota, dan/atau sumber lain yang
dapat dinyatakan sah menurut peraturan perundangan yang berlaku.
Instansi pelaksana terdiri atas Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, dan/atau masyarakat yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi
badan pelaksana kerja sama pembangunan.
Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang GKS
Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS pada
tahap pertama (tahun 2013‐2017) dan tahap kedua (tahun 2018‐2022) diprioritaskan
pada:
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 18
pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perkotaan inti sebagai pusat
pemerintahan provinsi, pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan, pusat
perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional, pusat
pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional,
nasional, dan regional, pusat pelayanan kesehatan skala internasional,
nasional, dan regional, pusat kegiatan industri kreatif, pusat kegiatan industri
manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan
perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertahanan dan
keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan,
pameran, dan sosial budaya;
pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perkotaan di sekitarnya
sebagai pusat pemerintahan kabupaten, kota, dan/atau kecamatan, pusat
perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, regional, dan lokal, pusat
pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional,
nasional, dan lokal, pusat pelayanan kesehatan skala nasional, regional, dan
lokal, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir
pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan,
pusat kegiatan pertanian, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara,
pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan
sosial budaya;
pengembangan dan peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi yang
meliputi sistem jaringan jalan, sistem jaringan transportasi sungai dan
penyeberangan, sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan transportasi
laut, dan sistem jaringan transportasi udara;
pengembangan, peningkatan dan pemantapan sistem jaringan energi yang
meliputi jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan
jaringan transmisi tenaga listrik;
pengembangan dan peningkatan sistem jaringan telekomunikasi yang meliputi
jaringan teresterial dan jaringan satelit;
pengembangan dan peningkatan sistem jaringan sumber daya air yang
meliputi sungai, waduk, CAT, sistem pengendalian banjir, sistem jaringan
irigasi, dan sistem pengamanan pantai;
pengembangan dan peningkatan sistem jaringan prasarana perkotaan yang
meliputi SPAM, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem
pengelolaan persampahan; dan
pengembangan dan peningkatan lokasi dan jalur evakuasi untuk kawasan
rawan bencana.
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 19
Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS pada
tahap ketiga (tahun 2023‐2027) dan tahap kedua (tahun 2028‐2032) diprioritaskan
pada:
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan fungsi kawasan perkotaan inti
sebagai pusat pemerintahan provinsi, pusat pemerintahan kota dan/atau
kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan
regional, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala
internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan kesehatan skala
internasional, nasional, dan regional, pusat kegiatan industri kreatif, pusat
kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil
sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan
pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat
kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan fungsi kawasan perkotaan di
sekitarnya sebagai pusat pemerintahan kabupaten, kota, dan/atau kecamatan,
pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, regional, dan lokal,
pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala
internasional, nasional, dan lokal, pusat pelayanan kesehatan skala nasional,
regional, dan lokal, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri
hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan,
pusat kegiatan pertanian, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara,
pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan
sosial budaya;
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan kualitas sistem jaringan
transportasi yang meliputi sistem jaringan jalan, sistem jaringan transportasi
sungai dan penyeberangan, sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan
transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara;
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan energi yang
meliputi jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan
jaringan transmisi tenaga listrik;
pengembangan,
peningkatan,
dan
pemantapan
sistem
jaringan
telekomunikasi yang meliputi jaringan teresterial dan jaringan satelit;
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan sumber daya
air yang meliputi sungai, waduk, CAT, sistem pengendalian banjir, sistem
jaringan irigasi, dan sistem pengamanan pantai;
Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya|III- 20
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan prasarana
perkotaan yang meliputi SPAM, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air
limbah, dan sistem pengelolaan persampahan; dan
pengembangan, peningkatan, dan pemantapan lokasi dan jalur evakuasi untuk
kawasan rawan bencana.
Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang
Indikasi program ut