Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Pengaruh antara Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Model Think Pair and Share terhadap Hasil Belajar Muatan IPA pada Siswa Kelas 4 Se
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pelaksanaan Penelitian
Secara umum, proses rancangan dan pelaksanaan dari penelitian ini dimulai sejak bulan Januari - Maret. Penelitian ini dilakukan dalam tahapan yang cukup panjang mulai dari perizinan sampai mengenalkan model yang akan diteliti kepada guru dan terakhir samapi pelaksanaan postes. Saat memohon izin dengan pihak sekolah tidak ada kendala yang terjadi. Berikut adalah jadwal kegiatan penelitian yang dilakukan di SD Negeri 01 Bonyokan :
Tabel 23
Jadwal Kegiatan Penelitian di SD Negeri 01 Bonyokan
No Hari, tanggal Kegiatan1 Rabu, 7 Januari 2015 Menemui Kepala Sekolah untuk meminta izin melakukan penelitian dan observasi kondisi sekolah.
2 Selasa, 10 Februari Menemui guru untuk meminta bantuan dalam kegiatan
2015 penelitian
3 Sabtu, 28 Februari Melakukan uji soal pada 31 siswa di SDN 5 Dimoro,
2015 Grobogan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrument soal tes.4 Sabtu,7 Maret 2015 Mengenalkan model yang akan digunakan serta menjelaskan prosedur yang dilakukan dalam model yang diteliti dengan memberikan RPP yang akan digunakan untuk treatment.
5 Sabtu, 14 Maret 2015 Melakukan uji pretes di kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
6 Senin, 23 Maret 2015 Implementasi treatment pembelajaran 1 dan 2 tema 8
subtema 2 muatan IPA menggunakan model PBL di kelas eksperimen
7 Selasa, 24 Maret 2015 Implementasi treatment pembelajaran 3 dan 4 tema 8
subtema 2 muatan IPA menggunakan model PBL di kelas eksperimen
8 Rabu, 25 Maret 2015 Implementasi treatment pembelajaran 1 dan 2 tema 8
subtema 2 muatan IPA menggunakan model TPS di kelas kontrol
9 Kamis, 26 Maret 2015 Implementasi treatment pembelajaran 3 dan 4 tema 8
subtema 2 muatan IPA menggunakan model TPS di kelas kontrol10 Sabtu, 28 Maret 2015 Melakukan postes di kelas kontrol dan eksperimen.
Berpamitan dan ucapan terima kasih terhadap pihak sekolah atas dukungan terhadap kegiatan
60
Jadwal tersebut merupakan panduan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian. Namun, jadwal tersebut sifatnya dapat menyesuaikan dengan waktu dari pihak sekolah yang terkait. Dalam hal ini, baik kepala sekolah maupun guru yang bersangkutan cukup kooperatif dalam membantu mulai dari tahap awal sampai pelaksanaan kegiatan penelitian lapangan, khususnya membantu mengkondisikan waktu dan materi.
Saat mengenalkan model yang akan digunakan dalam penelitian, diketahui bahwa guru sudah cukup mengenal dengan baik langkah-langkah dalam model TPS maupun PBL. Guru juga cukup kreatif dalam mengembangkan pembelajaran dengan model dan taktik tertentu. Dengan demikian, diharapkan guru tidak mengalami kendala dalam mengimplementasikan pembelajaran saintifik dengan menggunakan model PBL maupun TPS.
Pembelajaran dilaksanakan 4 kali sesuai banyaknya pembelajaran yang bermuatan IPA dalam subtema 2 tema tempat tinggalku. Ada 12 Indikator yang akan digunakan dalam 4 kali pembelajaran dalam tiap kelas. Guru dalam mengajar menggunakan panduan dari RPP yang dibuat secara rinci oleh peneliti. RPP dibuat dengan rinci agar tidak menimbulkan penafsiran makna dari pihak guru
4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
Treatment yang diberikan di kelas 4B sebagai kelas eksperimen adalah
pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui model PBL pada muatan
IPA subtema 2 tema tempat tinggalku. Treatment dilakukan pada hari Senin- Selasa tanggal 23-24 Maret 2015. Berikut adalah uraian hasil pelaksanaan
treatment:
1) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 1
Dilaksanakan pada hari Senin 23 Maret 2015 pukul 07.30-09.00 dengan Indikator : 1) Mengidentifikasi contoh kegiatan pelestarian lingkungan yang memanfaatkan teknologi. 2) Mengidentifikasi jenis-jenis sampah, 3)
61
masyarakat. Jumlah siswa yang hadir ada 25. Materi ini mengharuskan anak mampu membedakan jenis-jenis sampah, mampu menjelaskan teknik pengolahan sampah berdasarkan jenisnya dan manfaat pengolahan sampah bagi masyarakat dan lingkungan. Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengamati bungkus jajanan yang dibawa guru, Siswa diajak melakukan demonstrasi sederhana meremas sampah untuk membedakan sampah yang mudah hancur dan tidak hancur. Kemudian guru menggali pengetahuan siswa tentang sampah-sampah di sekitarnya. Lalu ditampilkan video tentang bahaya sampah berlebihan terhadap lingkungan. Setelah itu, guru menyampaikan permasalahan yang harus dipecahkan siswa yaitu bagaimana mengatasi sampah yang ada di lingkungan siswa agar tidak membahayakan lingkungan. Siswa kemudian dibagi ke dalam kelompok dan melakukan pembelajaran mandiri tentang teknik pengolahan sampah. Guru kemudian membagikan LKS yang isinya meminta siswa membuat rencana pengolahan terhadap sampah yang ada di sekitarnya. Siswa antusias dalam membuat rencana pengolahan sampah. Setelah itu tiap kelompok melakukan presentasi dan guru menilai apakah rencana pengolahan sampah yang dibuat tiap kelompok sudah benar/belum. Sikap yang ditanamkan dalam pembelajaran ini adalah menghargai lingkungan Secara umum, pembelajaran berlangsung kondusif.
2) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 2
Pembelajaran 2 dilaksanakan pada hari yang sama pukul 09.30-11.00
Mengidentifikasi contoh pemanfaatan teknologi dalam
dengan indikator : 1)
kegiatan pelestarian makhluk hidup, 2) Mendeskripsikan proses pembuatan
transplantasi terumbu karang, 3) Menemukan konsep teknologi di lingkungan sehari-
hari, 4) Mengidentifikasi jenis teknologi yang digunakan dalam pembuatan peralatan
sehari-hari . Ada dua pokok pembahasan yaitu tentang teknologi pelestarian
terumbu karang dan teknologi di kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan pembahasan teknologi dalam pelestarian terumbu karang. Guru menampilkan video tentang penangkapan ikan menggunakan bom. Setelah itu, guru menggali pemahaman siswa tentang masalah yang ditimbulkan dari
62
menuju rusaknya terumbu karang akibat penangkapan ikan menggunakan bom. Setelah itu guru menyampaikan permasalahan yang harus dipecahkan siswa yaitu bagaimana cara mengembangbiakkan terumbu karang dengan cepat untuk mengatasi kerusakan terumbu karang akibat bom. Siswa dalam kondisi masih dalam kelompok kemudian mereka berdiskusi tentang cara mengembangbiakkan terumbu karang. Sesuai dengan materi yang mereka temukan, mereka berdiskusi tentang teknik transplantasi terumbu karang untuk mengatasi permasalahan yang diajukan guru. Tiap kelompok membuat narasi tentang transplantasi terumbu karang sesuai informasi yang mereka kumpulkan dalam diskusi. Kegiatan dilanjutkan dengan pokok bahasan yang kedua yaitu teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Pembahasan diawali dengan mengamati kedelai dan tempe yang dibawa guru. Melalui pengamatan tempe dan kedelai, siswa mendapatkan pemahaman bahwa teknologi berguna untuk membantu manusia mengolah SDA menjadi benda yang berguna bagi manusia. Kemudian guru menunjukkan kertas dan kursi kayu. Guru meminta siswa menunjukkan perbedaan dari kedua benda tersebut untuk mendapatkan definisi antara teknologi sederhana dan modern. Setelah itu, guru menyampaikan permasalahan yang harus dipecahkan siswa yaitu menemukan benda-benda di kelas yang dibuat dengan teknologi sederhana dan modern beserta mengidentifikasi bahan dasarnya. Guru kemudian membagikan LKK pada tiap kelompok. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Kegiatan ini diikuti siswa dengan penuh antusias. Mereka menjadi lebih tertarik dengan benda-benda di kelas. Kegiatan diskusi berjalan dengan menyenangkan dan cukup kondusif. Media video dan benda nyata sangat menunjang dalam proses pembelajaran.
3) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 3
Pembelajaran 3 dilaksanakan pada hari Selasa, 24 Maret 2015 pukul 07.30-09.00 dengan indikator 1) Membandingkan pemanfaatan teknologi sederhana
dan modern, 2) Menyebutkan perbedaan teknologi sederhana dan modern
. Kegiatan
63
kapal. Setelah itu, guru menampilkan video tentang kesulitan yang dialami anak-anak di suatu daerah yang harus berenang menyeberangi sungai untuk pergi ke sekolah. Setelah itu, guru mengajukan permasalahan “ apa yang akan kamu lakukan untuk membantu anak-anak itu agar tidak perlu berenang menyeberangi sungai untuk pergi ke sekolah?” dengan permainan Jika Aku Menjadi. Tiap kelompok diminta berperan seolah-olah mereka adalah pemilik perusahaan yang ingin membantu anak-anak yang kesulitan tersebut. Tiap kelompok diminta memilih untuk membantu dengan membuatkan kapal atau perahu lalu menceritakan proses pembuatannya. Guru juga meminta tiap kelompok menggambar rancangan perahu/kapal yang akan mereka sumbangkan. Selanjutnya guru meminta tiap kelompok melakukan presentasi untuk menawarkan bantuan yang akan mereka berikan. Kegiatan ini diikuti siswa dengan antusias. Secara tidak langsung mereka mempelajari cara pembuatan kapal dan perahu tetapi juga berlatih sikap kepedulian terhadap orang lain. Anak juga berlatih mempertahankan pendapatnya karena guru juga menguji alasan mereka dalam membuat sesuatu. Melalui kegiatan ini pula, siswa dapat menunjukkan perbedaan kapal dengan perahu dari segi teknologi pembuatannya dan kegunaannya.
4) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 4
Pembelajaran 4 dilaksanakan pada hari yang sama pukul 09.30-11.00 dengan indikator 1) Menyebutkan jenis teknologi yang digunakan dalam pembuatan
alat permainan tradisional, 2) Menjelaskan hubungan antara teknologi, SDA dan
lingkungan. Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan menghias layang- layang sebagai salah satu permainan tradisional. Guru juga mengajarkan sikap yang baik dalam bermain seperti bertanggung jawab, sportif dan berani. Lalu, guru melakukan kuis sederhana berupa lomba menyebutkan permainan tradisional sebanyak-banyaknya. Anak menjadi tertarik dan antusias. Selanjutnya, guru meminta beberapa siswa menceritakan pengalamannya bermain permainan tradisional. Guru memberikan apresiasi bagi siswa yang
64
bahannya. Guru mengarahkan pemahaman siswa tentang penggunaan bahan alam dalam pembuatan permainan tradisional dengan teknologi sederhana. Guru menyampaikan permasalahan yaitu “ dapatkan anak menemukan permainan tradisional yang menggunakan bahan dari alam dan menjelaskan manfaatnya bagi masyarakat.
” Kegiatan ini dilakukan secara individual. Ternyata, siswa mengalami kesulitan dalam menemukan permainan tradisional yang menggunakan bahan dari alam. Akibatnya, suasana pembelajaran menjadi kurang kondusif.
Secara umum dari empat pembelajaran yang sudah dilakukan, guru menguasai langkah pembelajaran yang sudah dijelaskan secara jelas dalam RPP. Karakter siswa yang aktif menjadikan pembelajaran PBL berjalan dengan lancar. Kegiatan tanya jawab dalam menggiring pemahaman siswa menjadikan anak lebih memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapat tentang sesuatu. Anak juga aktif bertanya untuk sesuatu yang belum dipahami. Kegiatan diskusi dan investigasi pemecahan masalah juga berlangsung
- – kondusif karena kemampuan penguasaan kelas guru yang baik. Permasalahan permasalahan yang ada di sekitar siswa dieksplorasi dengan baik menjadi sumber belajar bagi anak. Dalam treatment ini, guru banyak menggunakan media video yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Materi yang ditampilkan dalam video itu bukan semata-mata menjadi sumber pengetahuan yang membuat siswa tahu tentang sebuah peristiwa tetapi video tersebut kemudian dianalisis menjadi sebuah permasalahan yang harus dipecahkan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Secara umum tingkat keterlaksanaan treatment di kelas ekperimen dapat diamati pada tabel 24 berikut
65 Tabel 24
Keterlaksanaan Sintak di Kelas Ekperimen
SD Negeri 01 Bonyokan, Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
Pembelajaran 1 Pembelajaran 2 Pembelajaran 3 Pembelajaran 4 Jumlah Kegiatan IndikatorItem Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Kegiatan
2
2
- 1. Menyiapkan ruang kelas,
2
2
2 - - - media dan siswa Awal/ Pendahuluan
2. Melakukan presensi dan
3
2
1
3
2
1 3 - - apersepsi
2
2
2
2
2 - - - -
2. Kegiatan Inti Tahap 1. Pemberian informasi awal (Mengamati) Tahap 2. Orentasi siswa pada
2
2
2
2 - - - 2 - masalah (Menanya)
Tahap 3. Mengorganisasi siswa
3
2
1
3
2 1 - 3 - untuk belajar (mengumpulkan Informasi) Tahap 4 Membimbing
2 -
2
2
2
2 - - - penyelidikan individu dan kelompok Tahap 5.Menganalisis dan
3
2
1 2 -
1
3 3 - mengevaluasi proses pemecahan masalah (Mengasosiasikan)
4
4
3
1
3
1
4 - - Tahap 6.Mengembangkan hasil karya dan Menyajikan hasil karya (Mengkomunikasikan)
3. Kegiatan
3. Menutup pembelajaran
4
3
4
4
3
1 Akhir
1
25
21
4
23
2
22
3
24
1 Jumlah
65
66
4.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Kontrol
Treatment yang diberikan kepada kelas kontrol berupa penerapan
pembelajaran saintifik melalui model TPS. Penerapan treatment dilakukan dalam 4 kali pembelajaran sama halnya dengan kelas eksperimen. Treatment dilakukan pada hari Rabu- Kamis tanggal 25-26 Maret 2015. Berikut adalah uraian singkat hasil pelaksanaan treatment:
1) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 1
Pembelajaran 1 dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Maret 2015 pukul
Mengidentifikasi contoh kegiatan pelestarian
07.30-09.00 dengan Indikator : 1)
lingkungan yang memanfaatkan teknologi . 2) Mengidentifikasi jenis-jenis sampah, 3)
menjelaskan proses pengolahan sampah melalui teknologi pengolahan sampah, 4)
Menjelaskan manfaat teknologi pengolahan sampah bagi ingkungan dan masyarakat.
Materi ini mengharuskan anak mampu membedakan jenis-jenis sampah, mampu menjelaskan teknik pengolahan sampah berdasarkan jenisnya dan manfaat pengolahan sampah bagi masyarakat dan lingkungan. Kegiatan pembelajaran diawali dengan melihat video cara pengolahan sampah lalu siswa dibentuk dalam kelompok berpasangan dengan media kertas warna. Lalu guru membagikan LKS untuk dikerjakan siswa dalam kelompok berpasangan. Setelah itu, guru memandu demonstrasi sederhana meremas sampah daun dan plastik untuk memudahkan pemahaman siswa tentang sampah organik dan anorganik. Lalu siswa membuat rencana pengolahan sampah yang ada di sekitar rumahnya secara berpasangan. Selanjutnya dilakukan presentasi tiap pasangan untuk menyampaikan hasil diskusinya. Secara umum kegiatan diskusi berjalan kondusif tetapi dalam diskusi pasangan terkadang ada anak yang pasif dan bergantung pada temannya. Aktivitas tanya jawab pun dilakukan secara aktif oleh guru untuk menggali pemahaman siswa.
2) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 2
Pembelajaran 2 dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Maret 2015 pukul 09.30-11.00 dengan indikator : 1) Mengidentifikasi contoh pemanfaatan teknologi
dalam kegiatan pelestarian makhluk hidup, 2) Mendeskripsikan proses pembuatan
67
hari, 4) Mengidentifikasi jenis teknologi yang digunakan dalam pembuatan peralatan
sehari-hari . Ada dua pokok pembahasan yaitu tentang teknologi pelestarian
terumbu karang dan teknologi di kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran diawali dengan melihat video tentang perkembangbiakan terumbu karang kemudian dilanjutkan diskusi berpasangan untuk menceritakan proses perkembangbiakan melalui cara transplantasi dengan mengurutkan gambar yang ada di buku siswa. Guru kemudian meminta beberapa pasangan untuk menceritakan hasil diskusinya tentang cara perkembangbiakan terumbu karang dengan teknik transplantasi. Kegiatan pembelajaran kemudian dilanjutkan pada pokok bahasan selanjutnya. Guru menunjukkan dua benda yaitu buku dan tempe. Dari kedua benda tersebut guru menggali pengetahuan siswa dengan tanya jawab untuk menemukan perbedaannya. Selanjutnya, siswa mampu memperoleh definisi dari teknologi sederhana dan modern. Lalu, siswa dibentuk kelompok secara berpasangan dan diminta untuk berdiskusi menemukan benda-benda di kelas yang dibuat dengan teknologi sederhana dan modern. Kemudian guru meminta beberapa pasangan menyampaikan hasil diskusinya.
3) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 3
Pembelajaran 3 dilaksanakan pada hari Kamis 26 Maret 2015 pukul
1) Membandingkan pemanfaatan teknologi sederhana
09.00-11.30 dengan indikator
dan modern, 2) Menyebutkan perbedaan teknologi sederhana dan modern . Kegiatan
pembelajaran diawali dengan mengamati gambar kapal dan perahu lalu dilanjutkan membaca wacana tentang pembuatan kapal tradisional dan modern. Guru bertanya jawab dengan siswa kemudian mengajak siswa berpikir secara individu dalam menemukan perbedaan kapal dan perahu dari gambar yang diamati. Lalu siswa dibentuk menjadi kelompok berpasangan dengan teman sebangku. Mereka kemudian diberi tugas untuk berdiskusi menceritakan proses pembuatan kapal dan perahu beserta perbedaan yang mereka temukan dari kapal dan perahu. Kemudian beberapa pasangan diminta menyampaikan hasil
68
dengan teman yang lain. Hal itu dapat dilihat dari antusiasme mereka dalam mengerjakan LKK yang berkurang.
4) Hasil Implementasi pada Pembelajaran 4
Pembelajaran 4 dilaksanakan pada hari Kamis, 26 Maret 2015 pukul 11.30-13.00 dengan indikator 1) Menyebutkan jenis teknologi yang digunakan
dalam pembuatan alat permainan tradisional, 2) Menjelaskan hubungan antara
teknologi, SDA dan lingkungan. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru meminta beberapa siswa menceritakan pengalamannya bermain permainan tradisional serta memperagakannya di depan teman-teman. Guru memberikan apresiasi bagi siswa yang bercerita dengan berani. Kemudian, guru mengajak siswa mengamati layang-layang yang dibawa guru dan meminta mereka menyebutkan bahan-bahannya. Guru mengarahkan pemahaman siswa tentang penggunaan bahan alam dalam pembuatan permainan tradisional dengan teknologi sederhana. Selanjutnya, guru membagi siswa ke dalam kelompok berpasangan kemudian meminta mereka menyebutkan 5 permainan tradisional beserta manfaatnya bagi masyarakat. Kemudian beberapa pasangan diminta menyampaikan hasil diskusinya.
Secara umum, treatment yang dilakukan dalam pembelajaran didominasi aktivitas diskusi berpasangan dengan media yang hampir sama dengan kelas eksperimen yaitu berupa video pembelajaran dan benda nyata. Dalam pembelajaran ini, peranan guru sangat penting dalam memandu aktivitas diskusi berpasangan. Hal itu mengingat karakteristik anak dalam tiap kelompok berbeda-beda. Kendala yang ditemukan dalam implementasi pembelajaran saintifik dengan model TPS adalah kurangnya waktu dalam memfasilitasi anak melakukan presentasi kelompok satu persatu. Selain itu, dalam aktivitas diskusi ada anak yang cenderung pasif dan bergantung pada pasangannya. Ada juga yang memilih mengerjakan sendiri tanpa menghiraukan teman pasangannya. Untuk itu, guru harus lebih intensif dalam membimbing diskusi kelompok. Secara umum tingkat keterlaksanaan treatment di kelas
Tabel 25
Keterlaksanaan Sintak di Kelas Kontrol
SD Negeri 01 Bonyokan, Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
Pembelajaran 1 Pembelajaran 2 Pembelajaran 3 Pembelajaran 4 Jumlah Kegiatan Indikator Item Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Kegiatan
1. Menyiapkan ruang kelas,
2
2
- 2 -2
2 - - Awal/ media dan siswa Pendahuluan
2. Melakukan presensi dan
3
2
1
3 - -
2
1
3 apersepsi
2. Kegiatan Inti Tahap 1 Menyampaikan sekilas
3
3
2
1
3 - - materi dengan media tertentu.
2
1 (Mengamati) Tahap 2 Menyampaikan pertanyaan bahan diskusi
3
3
2
1
3 3 -
- (Menanya) Tahap 3 Anak berpikir secara individu (Mengumpulkan
4
3
1 - -4
4
3
1 Informasi) Tahap 4 Berdiskusi dalam
3
3
- kelompok berpasangan.3 -
3
2
1 (Mengasosiasikan ) Tahap 5 Mengkomunikasikan
2
1
1
2
2
2 - - hasil diskusi (Mengkomunikasikan)
3. Kegiatan Akhir
3. Menutup pembelajaran
4
3
1
4
3
1
4 Jumlah
24
20
4
22
2
22
2
21
3
69
70
4.2 Data Hasil Penelitian
4.2.1 Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol
Data hasil belajar Kelas eksperimen dan kontrol berupa hasil belajar
kognitif yang terdiri dari hasil nilai pretes dan postes. Hasil Pretes didapatkan sebelum treatment dilakukan dan berguna untuk mengetahui apakah kedua kelas dalam kondisi setara atau tidak. Hasil Postes didapatkan setelah treatment dilakukan. Hasil postes berguna untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh treatment terhadap hasil belajar kognitif siswa di kedua kelas.
4.2.1.1 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol Data pretes yang telah diperoleh terlebih dahulu dibuat tabel distribusi
frekuensi. Untuk dapat membuat tabel distribusi frekuensi terlebih dahulu harus ditentukan banyaknya kelas yang terdapat dalam kelompok. Dalam menentukan banyaknya kelas dalam distribusi frekuensi, peneliti menggunakan aturan Sturges yang menjelaskan bahwa K = 1+ 3,3 log n dimana n adalah banyaknya siswa. Dari ketentuan tersebut dapat dihitung bahwa banyaknya kelas :
K = 1 + 3,3 log n ( jumlah siswa kelas kontrol+ kelas eksperimen) K = 1 + 3,3 log ( 26+25 ) K = 1 + 3,3 log 51 K = 6,634981581123 dibulatkan menjadi 7
Tabel 26
Distribusi Frekuensi Nilai Pre tes
SD Negeri 01 Bonyokan Kecamatan Jatinom Kab. Klaten
Rentang Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Nilai Jumlah Presentase Jumlah Presentase 47-53 0% 4 15.39% 54-59
3 12% 4 15.39% 60-66 5 20% 5 19.23% 67-73 9 36% 6 23.08% 74-79 4 16% 2 7.69% 80-86 2 8% 4 15.39% 87-92 2 8% 1 3.85% 25 100%
26 100%
71 Berdasarkan tabel tersebut dapat dianalisis bahwa di kelas eksperimen tidak ada siswa dengan hasil nilai pretes yang berada pada rentang 47-53.
Selanjutnya untuk nilai dengan rentang 54-59 ada 3 anak atau sekitar 12% dari jumlah keseluruhan. Kemudian untuk nilai dengan rentang 60-66 ada 5 anak atau sekitar 20% dari jumlah keseluruhan. Lalu untuk nilai dengan rentang 67- 73 ada 9 anak atau sekitar 36% dari jumlah keseluruhan. Selanjutnya nilai dengan rentang 74-79 ada 4 anak atau sekitar 16% dari jumlah keseluruhan. Kemudian nilai dengan rentang 80-86 ada 2 anak atau sekitar 8% dari jumlah keseluruhan. Lalu nilai dengan rentang 87-92 ada 2 anak atau sekitar 8% dari jumlah keseluruhan. Jumlah total ada 25 anak karena ada 1 anak yang tidak masuk karena sakit.
Sedangkan untuk kelas kontrol, untuk nilai dengan pretes yang berada pada rentang 47-53 ada 4 anak atau sekitar 15,39%. Selanjutnya untuk nilai dengan rentang 54-59 ada 4 anak atau sekitar 15,39% dari jumlah keseluruhan. Kemudian untuk nilai dengan rentang 60-66 ada 5 anak atau sekitar 19,23% dari jumlah keseluruhan. Lalu untuk nilai dengan rentang 67-73 ada 6 anak atau sekitar 23,08% dari jumlah keseluruhan. Selanjutnya nilai dengan rentang 74-79 ada 2 anak atau sekitar 7,69 % dari jumlah keseluruhan. Kemudian nilai dengan rentang 80-86 ada 4 anak atau sekitar 15,39% dari jumlah keseluruhan. Lalu nilai dengan rentang 87-92 ada 1 anak atau sekitar 3,85% dari jumlah keseluruhan. Jumlah total ada 26 anak. Untuk gambaran atas hasil pretes tersebut dapat dilihat pada gambar 2 berikut :
10
8
6 Ekperimen
4 Kontrol
2 47-53 54-59 60-66 67-73 74-79 80-86 87-92
72
4.2.1.2 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol
Data postes yang telah diperoleh terlebih dahulu dibuat tabel distribusi frekuensi. Untuk dapat membuat tabel distribusi frekuensi terlebih dahulu harus ditentukan banyaknya kelas yang terdapat dalam kelompok. Cara menentukan jumlah kelas menggunakan aturan yang sama dengan distribusi frekuensi nilai Pretes yaitu aturan Sturges.
Adapun tabel hasil distribusi frekuensi nilai postes dapat dilihat pada tabel 27 berikut ini:
Tabel 27
Distribusi Frekuensi Nilai Postes
SD Negeri 01 Bonyokan Kecamatan Jatinom Kab. Klaten
Rentang Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai Jumlah Presentase Jumlah Presentase51-56 0% 1 3.85% 57-62 0% 3 11.54% 63-68
5 20% 5 19.23% 69-74 1 4% 5 19.23% 75-80
12 48% 8 30.77% 81-86 1 4% 1 3.85% 87-92 6 24% 3 11.54% 25 100%
26 100% Jumlah
Dari tabel diatas diketahui bahwa untuk nilai postes kelas eksperimen tidak ada siswa yang mendapat nilai diantara 51-56 dan 57-62. Untuk skor 63- 68 ada 5 anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 20% dari jumlah keseluruhan. Untuk skor 69-74 ada 1 anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 4% dari jumlah keseluruhan. Untuk skor 75-80 ada 12 anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 48% dari jumlah keseluruhan. Untuk skor 81-86 ada 1 anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 4% dari jumlah keseluruhan. Untuk tingkat tertinggi yaitu skor 87-92 ada 6 anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 24% dari jumlah keseluruhan. Pada kelas eksperimen, ada 1 siswa yang tidak masuk selama treatment dan postes dikarenakan sakit.
73
Sedangkan untuk kelas kontrol, Untuk skor 51-56 ada 1 anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 3,85% dari jumlah keseluruhan. Untuk skor 57-62 ada 3 anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 11,54% dari jumlah keseluruhan. Untuk skor 63-68 ada 5 anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 19,23 % dari jumlah keseluruhan. Untuk skor 69-74 ada 5 anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 19,23% dari jumlah keseluruhan. Untuk skor 75-80 ada 8 anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 30,77% dari jumlah keseluruhan. Untuk skor 81-86 ada 1 anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 3,85% dari jumlah keseluruhan. Untuk tingkat tertinggi yaitu skor 87-92 ada 3 anak yang mendapatkan skor tersebut atau sekitar 11,54% dari jumlah keseluruhan. Untuk gambaran atas hasil postes tersebut dapat dilihat pada gambar 3 berikut :
12
10
8 Eksperimen
6 Kontrol
4
2 51-56 57-62 63-68 69-74 75-80 81-86 87-92 Gambar 3. Diagram Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.3 Analisis Data
4.3.1 Analisis Deskriptif Data
Setelah pelaksanaan treatment selesai dilakukan, kemudian dilakukan
postes baik di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen. Untuk mendapatkan gambaran tentang hasil postes yang telah didapatkan maka perlu dilakukan analisis deskriptif. Dengan melakukan analisis deskriptif, dapat diketahui nilai rata-rata kelas, nilai tertinggi, nilai terendah, standar deviasi dll.
Untuk melakukan analisis deskriptif peneliti menggunakan bantuan SPSS
74 Tabel 28
Hasil Analisis Deskriptif Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol
SD Negeri 01 Bonyokan, Kabupaten Klaten
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kelaseksperimen
25
64
92 78.56 8.155 KelasKontrol
26
52
92 73.23 9.783 Valid N (listwise)
25 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa :
1) Pada Kelas Eksperimen terdapat nilai terendah 64 dan nilai teringgi 92 dengan rata-rata nilai adalah 78,56. Untuk standar deviasinya sebesar 8,155. 2) Pada kelas kontrol terdapat nilai terendah 52 dan nilai tertinggi 92.
Sedangkan untuk nilai rata-rata kelas kontrol adalah 73,23 dengan standar deviasi sebesar 9,783.
4.3.2 Analisis Uji T
Analisis uji T dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh setelah dilakukan treatment terhadap hasil belajar siswa pada kedua kelas. Untuk melakukan uji T, terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas yang diukur menggunakan nilai postes yang telah diperoleh.
4.3.2.1.Uji Prasyarat
A. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan suatu uji prasyarat yang diperlukan untuk mengetahui apakah kelas dalam kondisi berdistribusi normal. uji normalitas menggunakan patokan taraf kesalahan
(α) adalah 5% atau 0,05. Untuk kelas
4A, saat pretes dilakukan kehadiran siswa mencapai 100%. Sedangkan saat 4B ada satu siswa yang tidak hadir. Analisis normalitas menggunakan teknik analisis dengan metode Kolmogorov-Smirnov mengingat jumlah sampel ada 51 yang artinya n >50. Analisis menggunakan SPSS 20 for windows. Adapun hasil uji normalitas hasil postes dapat diamati pada tabel 29 berikut :
75 Tabel 29
Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen
SD Negeri 01 Bonyokan, Kabupaten Klaten
aKelas Kolmogorov-Smirnov
Statistic df Sig.Kelas Eksperimen .150 25 .151 * Nilai Kelas Kontrol .119
26 .200 Ho = Kelas berdistribusi Normal, Sig > α Ha = Kelas berdistribusi tidak normal, Sig < α
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilakukan uji
Kolmogorov Smirnov terhadap hasil postes didapatkan level signifikan untuk
kelas eksperimen adalah 0,151 dan kelas kontrol 0,200. Level signifikan dari kedua kelas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov sudah melebihi α yang ditentukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua kelas dalam kondisi berdistribusi normal. Untuk melihat grafik normalitas hasil postes pada kela eksperimen dapat dilihat pada gambar 4 berikut:
Gambar 4. Grafik Uji Normalitas Hasil Postes Kelas Eksperimen
Adapun untuk grafik hasil uji normalitas hasil postes kelas kontrol dapat diamati pada gambar 5 berikut :
76 Gambar 5. Grafik Uji Normalitas Hasil Postes Kelas Kontrol
B. Uji Homogenitas
Setelah dilakukan dilakukan uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kelas memiliki kondisi yang homogen atau tidak dilihat dari hasil postes yang diperoleh. Patokan α yang digunakan sama dengan uji normalitas yaitu 5% atau 0,05. Uji homogenitas hasil postes untuk kelas 4A dan 4B menggunakan uji Levene yang hasilnya dapat diamati pada tabel 30 berikut.
Tabel 30
Hasil Uji Homogenitas Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
SD Negeri 01 Bonyokan, Kabupaten Klaten
Test of Homogeneity of Variances
Nilai Levene Statistic df1 df2 Sig..472
1 49 .495 Ho = Kelas homogen , Sig > α Ha = Kelas tidak homogen, Sig < α
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat pada kolom Sig menunjukkan level signifikansi adalah 0,495. Itu berarti level signifikansi > α. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi kedua kelas baik kelas kontrol maupun kelas
77
4.3.2.2 Hasil Uji T
Selanjutnya dilakukan analisis perbedaan pengaruh treatment terhadap hasil belajar anak yang dilakukan dengan metode uji t yang jenisnya
Independent Sample T Test. Metode tersebut dipilih karena populasi yang satu
tidak dipengaruhi atau tidak berhubungan dengan populasi yang lain. Dengan menggunakan metode ini, peneliti dapat mengetahui adanya perbedaan pengaruh dengan membandingkan nilai rata-rata hasil tes setelah treatment dilakukan. Untuk patokan signifikansi yang digunakan dalam uji T ini adalah sebesar 5% atau 0,05. Jika signifikansi lebih dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, jika signifikansi kurang dari 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima. Analisis uji t dilakukan dengan menggunakan SPSS 20 for Windows. Berikut adalah hasil uji t yang dilakukan terhadap hasil tes kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Tabel 31
Hasil Uji T Nilai Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
SD Negeri 01 Bonyokan, Kabupaten Klaten
Independent Samples Test
Levene's t-test for Equality of Means
Test forEquality of Variances F Sig. T df Sig. Mean Std. Error 95% (2- Difference Difference Confidence tailed) Interval of the Difference
Lower Upper Equal variances .472 .495 2.109 49 .040 5.329 2.527 .251 10.408 assumed
Nilai Equal variances 2.116 48.050 .040 5.329 2.518 .266 10.392 not
78
Kondisi kelas diasumsikan setara sehingga hasil uji t diamati pada baris
Equal Variances Assumed. Dari baris tersebut menunjukkan bahwa
Signifikansi (2 tailed ) menunjukkan nilai sebesar 0,040 yang artinya lebih kecil dari 0,05 (0,040 < 0,05). Nilai df menunjukkan angka 49 artinya =
ℎ ℎ >
2.009. Pada tabel diatas = 2.109. Jadi ( 2.109 > 2.009). Perbedaan rata-rata nilai antara kelas kontrol dan eksperimen adalah sebesar 5,329.
4.3.3 Analisis Uji Hipotesis
Adapun hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Ho = 1 = 2 tidak ada perbedaan pengaruh antara penerapan pendekatan saintifik melalui model PBL dengan model TPS terhadap hasil belajar muatan IPA Subtema 2 tema 8 pada siswa kelas 4 SD. 1 2
b. Ha = ≠ ada perbedaan pengaruh antara penerapan pendekatan saintifik melalui model PBL dengan model TPS terhadap hasil belajar muatan IPA Subtema 2 tema 8 pada siswa kelas 4 SD.
Kriteria pengujian hipotesis didasarkan pada patokan signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5% atau 0,05. Adapun acuan interpretasi uji hipotesis adalah sebagai berikut :
Sig.(2 Tailed) > 0,05 artinya Ho diterima dan Ha ditolak Sig.(2 Tailed) < 0,05 artinya Ho ditolak dan Ha diterima Dari hasil uji beda melalui uji t yang dihitung dengan SPSS 20 for
windows menunjukkan bahwa nilai sig (2 tailed) adalah 0,040 yang artinya
0,040 < 0,05. Dengan demikian berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi terdapat perbedaan pengaruh signifikan antara penerapan pendekatan saintifik melalui model PBL dengan model TPS terhadap hasil belajar muatan IPA Subtema 2 tema 8 pada siswa kelas 4 SDN 01 Bonyokan Klaten.
79
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini dimulai dengan membahas hasil keterlaksanaan treatment dalam pembelajaran. Secara umum, treatment yang dilakukan di kelas eksperimen berupa penerapan pendekatan saintifik dengan model PBL dan di kelas kontrol berupa penerapan pendekatan saintifik dengan model TPS dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan treatment, acuan yang digunakan adalah lembar observasi. Dari hasil observasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru mampu melakukan pembelajaran sesuai langkah- langkah model PBL dan TPS dengan baik. Setelah treatment selesai kemudian dilakukan postes di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Selanjutnya pembahasan hasil analisis uji t yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 20 for windows. Dari hasil uji beda dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi adalah 0,040 yang artinya 0,040 < 0,05. Selain itu, Nilai df menunjukkan angka 49 artinya = 2.009. Pada
ℎ ℎ >
tabel output hasil uji t diketahui bahwa = 2.109. Jadi (2.109>2.009). Dengan demikian berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi terdapat perbedaan pengaruh signifikan antara penerapan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran PBL dengan model TPS terhadap hasil belajar muatan IPA Subtema 2 tema 8 pada siswa kelas 4 SDN 01 Bonyokan Klaten.
Dengan demikian berarti hipotesis telah menjawab rumusan permasalahan yang diajukan.
Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan kesimpulan jika terdapat perbedaan pengaruh signifikan antara penerapan pendekatan saintifik melalui model PBL dengan model TPS terhadap hasil belajar muatan IPA Subtema 2 tema 8 pada siswa kelas 4 SDN 01 Bonyokan Klaten. Pengaruh terhadap hasil belajar tersebut juga dapat diamati dari nilai postes yang didapatkan siswa. Jika dilihat dari rata-rata nilai postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil postes kelas eksperimen lebih tinggi
80
Hal tersebut berarti penerapan pendekatan saintifik melalui model PBL dapat memberikan pengaruh positif yang lebih baik bagi hasil belajar kognitif anak siswa kelas 4 SD pada materi muatan IPA subtema 2 tema 8 dibandingkan dengan penerapan pendekatan saintifik melalui model TPS .
Sesuai dengan pendapat Suyadi (2013: 142) menjelaskan bahwa keunggulan PBL adalah dapat memberikan keleluasaan bagi peserta didik dalam mempelajari pengetahuan baru serta membantu peserta didik dalam mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. Selanjutnya, Fogarty (dalam Hillman, 2003:2) menjelaskan bahwa PBL dapat mempengaruhi siswa dalam membangkitkan minat, meningkatkan kecerdasan inkuiri yang nyata dan sesuai serta memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar dari situsi dalam kehidupan mereka. Ketika dilakukan implementasi penerapan pendekatan saintifik melalui model PBL dalam pembelajaran IPA, anak diberikan stimulus berupa permasalahan yang harus diselesaikan berupa masalah-masalah yang biasa muncul di kehidupan sehari- hari. Lalu, siswa merespon dengan mencari jalan keluar sesuai pengetahuannya sendiri secara mandiri dengan berkelompok/individual. Kemudian, kegiatan belajar dilakukan dengan mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Dalam presentasi ini, anak dilatih untuk mempertahankan argumennya terhadap permasalahan. Jadi, tingkat pemahaman anak menjadi meningkat. Selain itu, anak melakukan sendiri aktivitas belajar sesuai pemikirannya dengan bimbingan dari guru.
Pada pembelajaran di kelas kontrol, aktivitas diskusi, berpikir dan presentasi kelompok juga dilakukan. Kegiatan diskusi berpasangan mampu membuat anak belajar mengungkapkan pendapatnya dalam kelompok kecil. Anak juga dilatih menyampaikan hasil diskusinya kepada teman di kelas. Tetapi, kegiatan diskusi berpasangan ini menjadi tidak efektif ketika ada anak yang lebih mendominasi dan anak yang pasif. Selain itu, kesempatan untuk melakukan presentasi tiap kelompok berpasangan pun terbatas sehingga
81
Secara umum, hasil penelitian ini mendukung pendapat bahwa penerapan PBL dalam pembelajaran dapat memberi pengaruh positif terhadap hasil belajar IPA. Adanya pengaruh positif terjadi karena keterlibatan anak dalam pembelajaran meningkat dibandingkan pembelajaran dengan model laim. Seperti penelitian yang dilakukan Meksi Ritasty, Nur Muzidah, Prisky
Chitika, Merinda Dian P. dan Yunita Dewi yang menunjukkan bahwa model
pembelajaran PBL memberikan pengaruh terhadap hasil belajar anak .Penelitian ini memiliki kelebihan karena dengan penerapan pendekatan saintifik dengan model PBL menjadikan anak aktif dalam pembelajaran. Hal itu dapat dilihat dari keaktifan anak dalam bertanya, menyelesaikan tugas, mengumpulkan informasi, bekerja kelompok dan melakukan presentasi dengan benar. Hal itu merupakan unsur-unsur penting yang harus ada dalam sebuah pembelajaran agar siswa menjadi subjek belajar yang sesungguhnya.
Namun, disisi lain penelitian ini tetap memiliki beberapa keterbatasan diantaranya yaitu sangat bergantung pada kemampuan guru, karakteristik siswa dan jenis materi. Guru harus dapat merangsang anak untuk memiliki rasa ingin tahu dan minat untuk menyelesaikan masalah yang diajukan. Siswa harus memiliki karakter aktif, disiplin berani dan bertanggung jawab agar dapat menyelesaikan permasalahan yang diajukan. Selain itu, tidak semua materi cocok dengan pendekatan saintifik melalui model PBL. Jadi sebelum diterapkan di dalam kelas, perlu adanya seleksi materi yang sesuai dengan pendekatan saintifik melalui model PBL.