PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PASAR PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA

PASAR PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA

Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh: PRATIWI PRISILIA KURNIAWATI

NIM. F1310070

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

”Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”. (QS. Al Baqarah : 152)

”Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Al Mukmin : 44)

Man Jadda Wajada.

Keep on moving, keep climbing, keep the faith.

Buah karya ini saya persembahkan untuk:

* Kedua Orang tuaku (papa dan mama) tercinta, * Adikku tersayang, * Seluruh teman dan sahabat-sahabatku.

“LOVE YOU ALL”

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan, dan dukungan dari berbagai pihak yang dengan ketulusan memberikan bantuan kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Sri Suranta, S.E., M.Si, Ak. selaku Sekretaris Program Swadana Transfer Jurusan Akuntansi dan Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam menyusun skripsi ini. 4. Seluruh Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala ilmu-ilmu yang telah diajarkan. 5. Pak Timin, Pak Rudy dan Mbak Emi Pojok BEI atas segala bantuannya. 6. Kedua Orang tua dan Adikku yang selalu memberikan doa, dukungan, dan kasih

8. Sahabat- sahabatku yang selalu memberikan semangat dan doa. 9. Teman-teman Akuntansi Non-Reguler angkatan 2010, terimakasih untuk kebersamaaan dan keceriaan selama ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulisan selanjutnya bisa lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surakarta, September 2012

Penulis

3. Uji Multikoloniearitas ................................................................................. 43

4. Uji Autokorelasi .......................................................................................... 44

C. Pengujian Hipotesis dan Analisis Data ............................................................ 45

1. Uji Determinasi ........................................................................................... 45

2. Uji F ............................................................................................................ 46

3. Persamaan Regresi Berganda dan Uji T ..................................................... 47

D. Pembahasan ...................................................................................................... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 55

B. Saran dan Keterbatasan ................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Tabel 4. 1 Deskriptif Variabel Penelitian .................................................................. 37 Tabel 4. 2 Uji Kolmogorov- Smirnov................... .................................................... 41 Tabel 4. 3 Uji Glejser................... ............................................................................. 43 Tabel 4. 4 Uji Multikolinearitas................... ............................................................. 44 Tabel 4. 5 Hasil Korelasi Antar Variabel .................................................................. 44 Tabel 4. 6 Uji Autokorelasi ....................................................................................... 45 Tabel 4. 7 Uji Determinasi................... ..................................................................... 46 Tabel 4. 8 Hasil Uji F ................................................................................................ 47 Tabel 4. 9 Hasil Regresi Linear Berganda................... ............................................. 48

Gambar 2. 1 Model Kerangka Pemikiran ................................................................. 21 Gambar 4. 1 Histogram ............................................................................................. 39 Gambar 4. 2 Normal Probability Plot ....................................................................... 40 Gambar 4. 3 Grafik Scatterplot ................................................................................. 42

Lampiran 1 Surat Pernyataan Skripsi Lampiran 2 Surat Izin Penulisan Skripsi Lampiran 3 Daftar Perusahaan Sampel Lampiran 4 Data Lampiran 5 Olah Data Dengan SPSS

Pratiwi Prisilia Kurniawati NIM. F1310070

THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE TO MARKET PERFORMANCE ON BANKING INDUSTRY IN INDONESIA

The purpose of this research is testing the influence of corporate governance to corporate’s market performance. The board of commissioner size and the board of commissioner composition are used to measure the implementation of corporate governance . Tobin’s q is used to measure market performance corporate.

This research uses 20 samples of bank corporate that are enlist in BEI from 2005 until 2010. The sample interpretation method is purposive sampling. This study uses multiple regression analysis to know whether the corporate governance and market performance corporate are positively influential.

The results from this research shows that there is no significant relation between corporate governance with Tobin’s q (market performance). Whereas, control variables has significant relationship with Tobin’s q. The size of corporate positively significant. Generally, this result indicates that Indonesian’s banking is implementing corporate governance in accordance to Bapepam’s rule, but the investors have not give attention to that, yet.

Keywords : corporate governance , board of commissioner, Tobin’s q, and market performance corporate .

ABSTRAK

Pratiwi Prisilia Kurniawati NIM. F1310070

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PASAR PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap kinerja pasar perusahaan. Ukuran dewan komisaris dan komposisi dewan komisaris digunakan untuk mengukur penerapan corporate governance dalam perusahaan. Tobin’s q digunakan untuk mengukur kinerja pasar perusahaan.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 20 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama periode 2005 hingga 2010. Metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui apakah corporate governance dan kinerja pasar perusahaan memiliki pengaruh positif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara corporate governance dengan Tobin’s q (kinerja pasar). Sedangkan variabel kontrol memiliki hubungan yang signifikan terhadap Tobin’s q, ukuran perusahaan berpengaruh positif. Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan perbankan di Indonesia sudah menerapkan corporate governance sesuai peraturan Bapepam, namun investor belum memberi perhatian terhadap hal tersebut.

Kata kunci : corporate governance, dewan komisaris, Tobin’s q, dan kinerja pasar perusahaan.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Isu mengenai corporate governance banyak mendapat perhatian dari praktisi dan akademisi, karena corporate governance merupakan hal yang vital dalam pengelolaan perusahaan. Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja perusahaan. Isu ini berkembang dari waktu ke waktu sebagai reaksi terhadap kegagalan perusahaan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Masalah corporate governance semakin mendapat perhatian besar di Indonesia sejak terjadinya krisis keuangan pada pertengahan tahun 1998, di mana lemahnya penerapan prinsip corporate governance diyakini sebagai sumber utama kerawanan ekonomi yang menyebabkan memburuknya perekonomian di Indonesia. Iskandar dan Chamlou (2000) dalam Hidayah (2008) juga menyatakan bahwa penyebab terjadinya krisis ekonomi di kawasan Asia Tenggara tidak hanya akibat faktor ekonomi makro, namun juga karena lemahnya corporate governance di negara tersebut.

Ciri utama dari lemahnya corporate governance menurut Darmawati, Khomsiyah, dan Rahayu (2004) adalah tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan kepentingan investor, maka

dapat meningkatkan risiko investasi yang kemudian menurunkan minat investor atau kreditur untuk menyalurkan dana ke perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank dalam Hidayah (2008) menyimpulkan bahwa di negara Asia, termasuk Indonesia, kondisi yang sering terjadi adalah tidak berfungsinya mekanisme pengawasan dewan komisaris untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan pengelolaan perusahaan yang belum profesional. Pentingnya corporate governance, membuat pemerintah dan investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktik corporate governance.

Penandatanganan nota kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan IMF, mendorong terciptanya iklim yang lebih kondusif bagi penerapan corporate governance di Indonesia. Pemerintah Indonesia kemudian membentuk sebuah lembaga khusus yang bernama Komite Nasional mengenai Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Nomor: KEP-31/M.EKUIN/06/2000. Tugas pokok KNKCG merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional mengenai good corporate governance , serta memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang corporate governance di Indonesia. KNKCG menghasilkan Pedoman Umum Good Corporate Governance di tahun 2001, Pedoman Corporate Governance Bidang Perbankan tahun 2004 dan Pedoman Komisaris Independen dan Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. Pada Penandatanganan nota kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan IMF, mendorong terciptanya iklim yang lebih kondusif bagi penerapan corporate governance di Indonesia. Pemerintah Indonesia kemudian membentuk sebuah lembaga khusus yang bernama Komite Nasional mengenai Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Nomor: KEP-31/M.EKUIN/06/2000. Tugas pokok KNKCG merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional mengenai good corporate governance , serta memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang corporate governance di Indonesia. KNKCG menghasilkan Pedoman Umum Good Corporate Governance di tahun 2001, Pedoman Corporate Governance Bidang Perbankan tahun 2004 dan Pedoman Komisaris Independen dan Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. Pada

Konsep corporate governance memiliki beberapa pengertian, corporate governance menurut KNKG adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Pendapat lain dari IICG (Indonesian institute of Corporate Governance ) corporate governance adalah sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang namun tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja (www.iicg.org). Peningkatan nilai pemegang saham menjadi hal yang penting karena kecenderungan perusahaan yang bergantung pada modal dari pihak eksternal untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan perlu meyakinkan pemegang saham Konsep corporate governance memiliki beberapa pengertian, corporate governance menurut KNKG adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Pendapat lain dari IICG (Indonesian institute of Corporate Governance ) corporate governance adalah sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang namun tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja (www.iicg.org). Peningkatan nilai pemegang saham menjadi hal yang penting karena kecenderungan perusahaan yang bergantung pada modal dari pihak eksternal untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan perlu meyakinkan pemegang saham

Semakin kompleks aktivitas perusahaan maka akan meningkatkan pula kebutuhan terhadap praktek corporate governance yang baik untuk memastikan manajeman berjalan dengan baik. Corporate governance menjadi pedoman bagi manajer dalam mengelola perusahaan. Perusahaan yang dikelola dengan baik akan menaikkan kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut sehingga dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Selain itu, dengan corporate governance manajer akan membuat keputusan keuangan yang dapat menguntungkan semua pihak. Prinsip-prinsip dalam corporate governance pada dasarnya memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Corporate governance lebih condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap pemegang saham dan stakeholders, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar analisis dalam mengkaji corporate governance di suatu negara dengan memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan yang sistematis serta dapat digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja perusahaan (Darwis, 2009).

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penerapan corporate governance bervariasi antar satu negara dengan negara lain. Variasi hasil dari penelitian-penelitian tersebut pada dasarnya menunjukkan adanya perbedaan sistem hukum yang diterapkan di setiap negara (La Porta, Silanes, Shleifer,

bervariasi. Menurut Berghe dan Ridder (1999) dalam Darmawati dkk. (2004), menghubungkan kinerja perusahaan dengan corporate governance tidak mudah dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh corporate governance dengan kinerja perusahaan, misalnya penelitian Hidayah (2008) menunjukkan bahwa penerapan corporate governance tidak mempengaruhi kinerja pasar perusahaan. Darmawati, dkk. (2004) menemukan bahwa corporate governance tidak berpengaruh terhadap kinerja pasar perusahaan namun berpengaruh terhadap kinerja operasi perusahaan. Penelitian Nuswandari (2009) menunjukkan Corporate Governance Perception Index (CGPI) tidak mempengaruhi kinerja pasar yang diukur dengan Tobin’s q, namun mempengaruhi kinerja operasi secara positif dan signifikan. Cotter dan Silvester (2003) menguji independensi komite audit dan dewan komisaris terhadap nilai perusahaan, hasilnya menunjukkan mereka tidak dapat membuktikan pengaruh antara independensi komite audit dan dewan komisaris terhadap nilai perusahaan.

Namun beberapa penelitian menyatakan hasil sebaliknya, misalnya penelitian yang dilakukan Klapper dan Love (2002) menemukan bahwa corporate governance memiliki pengaruh yang positif dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s q dan ROA. Gompers, Ishii, dan Metrick (2003) juga menemukan pengaruh positif antara indeks corporate governance dengan kinerja perusahaan jangka panjang. Trinanda dan Mukodim (2010) melalui penelitiannya membuktikan bahwa penerapan

membaik, penelitian ini menggunakan sampel perusahaan dari sektor perbankan hasil pemeringkatan CGPI (Corporate Governance Perception Index) pada periode 2005-2008. Hasil penelitian Darwis (2009) menunjukkan bahwa penerapan corporate governance berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, semakin tinggi penerapan corporate governance yang diukur dengan CGPI maka akan semakin tinggi pula tingkat ketaatan perusahaan dan menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. Penelitian Wulandari (2006) juga mendukung penelitian Darwis (2009), namun tidak semua proksi corporate governance berpengaruh secara signifikan. Hasil dari penelitian Asba (2009) menyatakan bahwa penerapan corporate governance berpengaruh terhadap kinerja pasar.

Berdasar pada penelitian-penelitian terdahulu tersebut, peneliti tertarik untuk menguji kembali pengaruh penerapan corporate governance dan kinerja. Penelitian ini akan menguji pengaruh penerapan corporate governance dan kinerja pasar pada perusahaan bank yang terdaftar di BEI.

Penelitian pada industri perbankan masih jarang dilakukan. Industri perbankan merupakan industri yang vital, karena:

1. perusahaan perbankan berbeda dengan sektor industri lain, karena perusahaan perbankan memiliki karakteristik khusus yaitu perusahaan perbankan merupakan lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediation) antara pihak yang memiliki dana dan 1. perusahaan perbankan berbeda dengan sektor industri lain, karena perusahaan perbankan memiliki karakteristik khusus yaitu perusahaan perbankan merupakan lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediation) antara pihak yang memiliki dana dan

2. perusahaan perbankan sebagai financial intermediation yang menunjang aktivitas penting dalam perekonomian, karena menimbulkan aliran dana dari pihak yang tidak produktif kepada pihak yang produktif dalam mengelola dana sehingga hal tersebut akan membantu mendorong perekonomian menjadi lebih efisien dan dinamis, dan

3. perbankan menciptakan likuiditas dalam bentuk bank's own liabilities atau surat yang dibuat untuk peminjam. Perbankan tidak melanjutkan likuidasi yang sudah ada, tetapi menambah likuidasi pada saat bank mengadakan kredit baru kepada perusahaan melalui penciptaan deposit, sedangkan non perbankan mengumpulkan likuiditas yang sudah ada dari savers dengan long position dan menginvestasikannya pada investor dengan short position.

Penelitian ini juga ingin mengetahui keefektifan penerapan peraturan Bapepam pada tahun 2004 yang mewajibkan perusahaan mempunyai komisaris independen. Peraturan tersebut dibentuk untuk meningkatkan kualitas praktik corporate governance yang akan berpengaruh pada peningkatan kinerja perusahaan. Maka, proksi yang digunakan untuk mengukur corporate governance adalah ukuran dewan komisaris dan komposisi dewan komisaris. Sementara untuk mengukur kinerja pasar digunakan Tobin’s q. Tobin’s q merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya nilai perusahaan yang menunjukkan Penelitian ini juga ingin mengetahui keefektifan penerapan peraturan Bapepam pada tahun 2004 yang mewajibkan perusahaan mempunyai komisaris independen. Peraturan tersebut dibentuk untuk meningkatkan kualitas praktik corporate governance yang akan berpengaruh pada peningkatan kinerja perusahaan. Maka, proksi yang digunakan untuk mengukur corporate governance adalah ukuran dewan komisaris dan komposisi dewan komisaris. Sementara untuk mengukur kinerja pasar digunakan Tobin’s q. Tobin’s q merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya nilai perusahaan yang menunjukkan

B. Perumusan Masalah Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini berdasar latar belakang di atas adalah.

1. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja pasar?

2. Apakah komposisi anggota dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja pasar?

C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini berdasar perumusan masalah di atas adalah:

1. untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap kinerja pasar,

2. untuk mengetahui pengaruh komposisi anggota dewan komisaris terhadap kinerja pasar.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. bagi penulis dapat meningkatkan pengetahuan mengenai penerapan corporate governance dan pengaruhnya terhadap kinerja pasar perusahaan,

2. penelitian ini dapat menjadi tambahan literatur baik bagi kalangan akademisi dan bagi penelitian selanjutnya dapat menjadi referensi penelitian mengenai corporate governance,

3. hasil penelitian ini dapat berguna bagi pihak dalam maupun luar perusahaan yang berkepentingan terhadap penerapan corporate governance dan kinerja pasar.

TELAAH PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan Terdapat dua teori mengenai corporate governance, yaitu steward theory dan agency theory (Kaihatu, 2006). Steward theory berasumsi bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas, dan kejujuran terhadap pihak lain. Hal inilah yang diharapkan pemegang saham, di mana manajemen dipandang sebagai pihak yang dapat dipercaya untuk bertindak bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholder pada khususnya. Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa manajer perusahaan dipandang sebagai agent bagi para pemegang saham yang akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham.

Agency theory mendapat respon lebih luas karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada. Agency theory memprediksi akan terus terjadi benturan kepentingan antara pemilik perusahaan dan manajer. Hal ini terjadi karena kedua belah pihak akan terlebih dahulu mementingkan kepentingan mereka sendiri (self interest). Teori keagenan

tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self-interest), manusia memiliki rasionalitas yang terbatas (bounded rationality), dan manusia selalu menghindari resiko (risk aversion). Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.

Sebagai pengelola perusahaan, manajer mengetahui lebih banyak informasi tentang keadaan perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham. Sementara pemegang saham hanya mengetahui keadaan perusahaan dari laporan keuangan yang dibuat oleh manajer. Ketidakseimbangan informasi antara manajer dan pemegang saham dapat memicu timbulnya kondisi asimetri informasi. Kondisi tersebut dapat memberikan kesempatan manajer untuk memanipulasi laba atau melakukan manajemen laba sehingga menyesatkan pemegang saham mengenai kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Corporate governance berkembang dengan bertumpu pada agency theory, di mana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Adanya corporate governance diharapkan dapat memberikan keyakinan bagi para pemegang saham terhadap Sebagai pengelola perusahaan, manajer mengetahui lebih banyak informasi tentang keadaan perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham. Sementara pemegang saham hanya mengetahui keadaan perusahaan dari laporan keuangan yang dibuat oleh manajer. Ketidakseimbangan informasi antara manajer dan pemegang saham dapat memicu timbulnya kondisi asimetri informasi. Kondisi tersebut dapat memberikan kesempatan manajer untuk memanipulasi laba atau melakukan manajemen laba sehingga menyesatkan pemegang saham mengenai kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Corporate governance berkembang dengan bertumpu pada agency theory, di mana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Adanya corporate governance diharapkan dapat memberikan keyakinan bagi para pemegang saham terhadap

2. Corporate Governance

a. Pengertian dan Konsep Dasar Corporate Governance

Corporate governance memiliki banyak definisi, Komite Cadburry , misalnya, mendefinisikan bahwa corporate governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, pegawai, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Menurut KNKG, corporate governance adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Pendapat lain dari IICG (Indonesian Institute of Corporate Governance ) corporate governance adalah sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain (www.iicg.org).

Menurut Roland (2000) corporate governance merupakan hak kontrol yang mempengaruhi keputusan manajer perusahaan dan memastikan bahwa dana dari luar dapat diperoleh untuk melaksanakan keputusan-

bahwa corporate governance merujuk pada kerangka aturan dan peraturan yang memungkinkan stakeholders untuk membuat perusahaan memaksimalkan nilai dan untuk memperoleh return. Berdasar beberapa definisi corporate governance di atas, dapat disimpulkan bahwa corporate governance adalah sistem untuk mengelola perusahaan agar dapat mengakomodasi kepentingan stakeholders . Baik buruknya penerapan corporate governance akan berpengaruh pada terlindungi atau tidaknya kepentingan stakeholders.

b. Prinsip dan Aspek Corporate Governance Terdapat empat prinsip utama dalam corporate governance menurut Kaihatu (2006), yaitu: 1.) Fairness (Kewajaran)

Perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Fairness menjamin hak-hak pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dari berbagai bentuk kecurangan.

2.) Transparency (Keterbukaan Informasi) Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertangungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham sebagaimana diawasi oleh dewan komisaris.

4.) Responsibility (Pertanggungjawaban) Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian atau kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.

Prinsip-prinsip di atas perlu diterjemahkan ke dalam lima aspek yang dijabarkan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development ) sebagai pedoman pengembangan kerangka kerja legal, institutional, dan regulatori untuk corporate governance di suatu negara. Lima aspek tersebut antara lain adalah:

1.) Hak-hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan: hak-hak

pemegang saham harus dilindungi dan difasilitasi. 2.) Perlakuan setara terhadap seluruh pemegang saham: seluruh pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing harus diperlakukan setara. Seluruh pemegang saham harus diberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan perhatian bila hak-haknya dilanggar.

pemangku kepentingan (stakeholders) harus diakui sesuai peraturan perundangan yang berlaku, kerjasama aktif antara perusahaan, dan para stakeholders harus dikembangkan dalam upaya bersama menciptakan kekayaan, pekerjaan, dan keberlanjutan perusahaan.

4.) Disklosur dan transparansi: disklosur atau pengungkapan yang tepat waktu dan akurat mengenai segala aspek material perusahaan, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan governance perusahaan.

5.) Tanggung jawab pengurus perusahaan (corporate boards): pengawasan komisaris terhadap pengelolaan perusahaan oleh direksi harus berjalan efektif, disertai adanya tuntutan strategik terhadap manajemen, serta akuntabilitas dan loyalitas direksi dan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham.

c. Manfaat Penerapan Corporate Governance Manfaat penerapan corporate governance menurut Kaihatu (2006) antara lain adalah: 1.) mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung

pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada manajemen, biaya tersebut dapat berupa kerugian karena penyalahgunaan wewenang atau biaya pengawasan untuk mencegah hal tersebut; pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada manajemen, biaya tersebut dapat berupa kerugian karena penyalahgunaan wewenang atau biaya pengawasan untuk mencegah hal tersebut;

3.) dapat meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang;

4.) menciptakan dukungan dari stakeholders terhadap berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena stakeholders mendapat jaminan bahwa akan mendapat manfaat maksimal dari kegiatan operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan.

Selain itu Darwis (2009) mengungkapkan bahwa penerapan konsep corporate governance diharapkan dapat memberikan kepercayaan pemilik (investor) terhadap manajemen dalam mengelola perusahaan. Pemilik menjadi lebih yakin bahwa manajemen tidak melakukan kecurangan untuk kesejahteraan manajemen sendiri. Selain itu dapat menciptakan proses pengambilan keputusan yang lebih baik, dan meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. Penerapan corporate governance juga dapat mempermudah memperoleh modal dengan biaya yang lebih murah karena kepercayaan dari investor dan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanam modal, hal tersebut pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Manfaat penerapan Selain itu Darwis (2009) mengungkapkan bahwa penerapan konsep corporate governance diharapkan dapat memberikan kepercayaan pemilik (investor) terhadap manajemen dalam mengelola perusahaan. Pemilik menjadi lebih yakin bahwa manajemen tidak melakukan kecurangan untuk kesejahteraan manajemen sendiri. Selain itu dapat menciptakan proses pengambilan keputusan yang lebih baik, dan meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. Penerapan corporate governance juga dapat mempermudah memperoleh modal dengan biaya yang lebih murah karena kepercayaan dari investor dan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanam modal, hal tersebut pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Manfaat penerapan

3. Dewan Komisaris Dewan komisaris memegang peranan penting dalam pelaksanaan corporate governance yang baik. Mereka berfungsi untuk mengawasi jalannya perusahaan dan kebijakan yang diambil oleh manajer. Fungsi dewan komisaris berdasar OECD antara lain adalah melakukan review dan mengarahkan kebijakan manajer. Bahkan mereka juga bisa melakukan penggantian terhadap seorang manajer, jika dipandang manajer tersebut tidak mampu melaksanakan tugasnya. Peran dewan komisaris diharapkan dapat meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara manajer dengan pemegang saham, maka dewan komisaris seharusnya dapat mengawasi kinerja manajer sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dewan komisaris diharapkan mampu memberi jaminan pemilihan dewan direksi yang transparan dan mampu menunjukkan integritas laporan keuangan serta mengawasi proses pengungkapan. Pada intinya, dewan komisaris dalam suatu perusahaan bertugas memastikan bahwa para manajer benar-benar meningkatkan kinerja perusahaan sebagai bagian dari pencapaian tujuan perusahaan.

Ukuran dewan komisaris yang sesuai dengan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu ukuran dewan direksi, industri dan jenis keahlian yang dibutuhkan, keseluruhan resiko yang dihadapi, dan

komisaris lebih sedikit dari dewan direksi, maka kemungkinan dewan komisaris akan mengalami tekanan psikologis. Untuk memperkecil kemungkinan tersebut maka paling tidak jumlah dewan komisaris sama dengan jumlah dewan direksi. Jumlah dewan komisaris juga bergantung pada industri di mana perusahaan berada karena akan menentukan pula jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh dewan komisaris. Ukuran dewan komisaris yang besar diharapkan dapat mengatasi lebih banyak risiko yang dihadapi perusahaan. Jumlah komite yang ada di dalam perusahaan juga dapat mempengaruhi jumlah dewan komisaris karena setiap anggota dewan komisaris menjadi anggota dalam komite-komite yang ada. Selain itu, kemampuan manusia untuk berdiskusi dan bernegosiasi adalah terbatas, ukuran dewan komisaris yang terlalu besar akan dapat membuat proses mencari kesepakatan dan proses membuat keputusan menjadi sulit, panjang, dan bertele-tele. Keterbatasan ini perlu diperhatikan pula dalam menentukan jumlah anggota dewan komisaris.

Dalam sebuah dewan komisaris terdapat komposisi yang merupakan kombinasi karakteristik dari anggota dewan komisaris. Komposisi dewan komisaris suatu perusahaan dapat terdiri dari komisaris independen dan komisaris dependen. Komisaris independen diperlukan untuk meningkatkan independensi dewan komisaris terhadap pemegang saham dan dapat menempatkan kepentingan perusahaan di atas kepentingan lainnya. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh Dalam sebuah dewan komisaris terdapat komposisi yang merupakan kombinasi karakteristik dari anggota dewan komisaris. Komposisi dewan komisaris suatu perusahaan dapat terdiri dari komisaris independen dan komisaris dependen. Komisaris independen diperlukan untuk meningkatkan independensi dewan komisaris terhadap pemegang saham dan dapat menempatkan kepentingan perusahaan di atas kepentingan lainnya. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh

Dalam industri perbankan, berdasar Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Corporate Governance Bagi Bank Umum, jumlah anggota dewan komisaris paling kurang tiga orang dan paling banyak sama dengan jumlah anggota direksi. Jumlah dewan komisaris independen paling kurang 50% dari jumlah anggota dewan komisaris. Setiap usulan penggantian dan/ atau pengangkatan anggota dewan komisaris kepada RUPS harus memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi. Selain itu, anggota dewan komisaris harus memenuhi persyaratan telah lulus penilaian kemampuan dan kepatutan sesuai ketentuan Bank Indonesia. Mayoritas anggota dewan komisaris juga dilarang untuk memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dengan sesama anggota dewan komisaris dan/ atau dengan anggota dewan direksi untuk menjaga independensi mereka.

4. Kinerja Pasar Kinerja perusahaan merupakan suatu ukuran yang digunakan oleh entitas untuk mengukur keberhasilan dalam menghasilkan laba. Kinerja perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk menjelaskan kegiatan operasionalnya (Payatma, 2001 dalam Indrawan, 2011). Kinerja dapat

dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja perusahaan dapat berupa kinerja keuangan maupun kinerja pasar. Salah satu indikator pengukur kinerja pasar yang sering digunakan adalah Tobin’s q. Tobin’s q dihasilkan dari penjumlahan nilai pasar saham dan nilai pasar hutang dibandingkan dengan nilai seluruh modal yang ditempatkan pada aktiva produksi. Tobin’s q digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu dari sisi potensi nilai pasar suatu perusahaan. Analisis keuangan menggunakan Tobin’s q sebagai bagian dari indikator kinerja perusahaan dan dalam perhitungannya membutuhkan data keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Seperti halnya analisis keuangan lainnya, investor membutuhkan informasi Tobin’s q untuk mengetahui apakah perusahaan dalam keadaan tumbuh, tidak tumbuh atau bahkan menurun sehingga mereka dapat memutuskan apa yang harus dilakukan dalam keadaan tersebut. Interpretasi dari skor Tobin’s q adalah bila Tobin’s q< 1, maka menggambarkan bahwa saham dalam keadaan undervalued atau manajemen telah gagal dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi rendah. Bila Tobin’s q = 1, maka menggambarkan bahwa saham dalam keadaan average atau manajemen stagnan dalam mengelola aktiva sehingga potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang. Bila Tobin’s q> 1, maka menggambarkan bahwa saham dalam keadaan overvalued atau manajemen dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja perusahaan dapat berupa kinerja keuangan maupun kinerja pasar. Salah satu indikator pengukur kinerja pasar yang sering digunakan adalah Tobin’s q. Tobin’s q dihasilkan dari penjumlahan nilai pasar saham dan nilai pasar hutang dibandingkan dengan nilai seluruh modal yang ditempatkan pada aktiva produksi. Tobin’s q digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu dari sisi potensi nilai pasar suatu perusahaan. Analisis keuangan menggunakan Tobin’s q sebagai bagian dari indikator kinerja perusahaan dan dalam perhitungannya membutuhkan data keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Seperti halnya analisis keuangan lainnya, investor membutuhkan informasi Tobin’s q untuk mengetahui apakah perusahaan dalam keadaan tumbuh, tidak tumbuh atau bahkan menurun sehingga mereka dapat memutuskan apa yang harus dilakukan dalam keadaan tersebut. Interpretasi dari skor Tobin’s q adalah bila Tobin’s q< 1, maka menggambarkan bahwa saham dalam keadaan undervalued atau manajemen telah gagal dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi rendah. Bila Tobin’s q = 1, maka menggambarkan bahwa saham dalam keadaan average atau manajemen stagnan dalam mengelola aktiva sehingga potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang. Bila Tobin’s q> 1, maka menggambarkan bahwa saham dalam keadaan overvalued atau manajemen

B. Kerangka Teoritis

Gambar 2. 1 Model Kerangka Pemikiran

C. Pengembangan Hipotesis Kinerja perusahaan ditentukan oleh sejauh mana keseriusannya dalam menerapkan corporate governance. Secara teoritis praktik corporate governance dapat meningkatkan kinerja perusahaan, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh manajemen dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan umumnya corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya yang akan berdampak terhadap kinerja perusahaan. Hal ini mendapat perhatian dari pemerintah, pemerintah melalui Bapepam mengeluarkan peraturan berkaitan dengan kewajiban perusahaan yang telah go public untuk memiliki dan mengangkat

Komposisi Dewan Komisaris

Kinerja Pasar

Variabel Kontrol: Ukuran Perusahaan Growth

Ukuran Dewan Komisaris

yang baik agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Berikut adalah pengembangan hipotesis dalam penelitian ini.

1. Ukuran Dewan Komisaris, Komposisi Dewan Komisaris dan Kinerja Pasar Dewan komisaris memegang peranan penting dalam pelaksanaan corporate governance yang baik. Dewan komisaris bertugas mengawasi kinerja manajer sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Kiel dan Nicholson (2002) menyatakan bahwa semakin besar ukuran dewan komisaris diharapkan lebih dapat melakukan pengawasan kerja manajemen sehingga kinerja perusahaan dapat lebih efisien dan efektif. Selain itu proporsi komisaris independen yang lebih besar diharapkan dapat memonitor tindakan mementingkan diri sendiri oleh manajemen. Komisaris independen diperlukan untuk meningkatkan independensi dewan komisaris terhadap kepentingan pemegang saham (Muntoro, 2006). Penelitian mengenai pengaruh ukuran dan komposisi dewan komisaris telah banyak dilakukan. Nasution dan Setiawan (2007) menguji ukuran dan komposisi dewan komisaris terhadap manajemen laba. Sampel terdiri dari bank yang terdaftar di BEJ pada periode tahun 2000-2004. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba, sementara komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Utami dan Rahmawati (2008) menggunakan sampel perusahaan manufaktur 1. Ukuran Dewan Komisaris, Komposisi Dewan Komisaris dan Kinerja Pasar Dewan komisaris memegang peranan penting dalam pelaksanaan corporate governance yang baik. Dewan komisaris bertugas mengawasi kinerja manajer sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Kiel dan Nicholson (2002) menyatakan bahwa semakin besar ukuran dewan komisaris diharapkan lebih dapat melakukan pengawasan kerja manajemen sehingga kinerja perusahaan dapat lebih efisien dan efektif. Selain itu proporsi komisaris independen yang lebih besar diharapkan dapat memonitor tindakan mementingkan diri sendiri oleh manajemen. Komisaris independen diperlukan untuk meningkatkan independensi dewan komisaris terhadap kepentingan pemegang saham (Muntoro, 2006). Penelitian mengenai pengaruh ukuran dan komposisi dewan komisaris telah banyak dilakukan. Nasution dan Setiawan (2007) menguji ukuran dan komposisi dewan komisaris terhadap manajemen laba. Sampel terdiri dari bank yang terdaftar di BEJ pada periode tahun 2000-2004. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba, sementara komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Utami dan Rahmawati (2008) menggunakan sampel perusahaan manufaktur

Penelitian yang dilakukan oleh Guest (2009) pada perusahaan go public di Inggris menemukan bahwa baik ukuran maupun komposisi dewan komisaris memiliki dampak negatif terhadap kinerja perusahaan, kinerja perusahaan diukur dengan dengan Tobin’s q, return saham dan ROA. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris yang terlalu besar dapat menyebabkan terjadinya komunikasi yang buruk dalam pengambilan keputusan. Hasil serupa didapat dari penelitian Kiel dan Nicholson (2002) yang menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan yang ada di Australia, sementara ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2006) mengenai pengaruh corporate governance terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang telah go-public selama periode 2000-2002 menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian Darwis (2009) yang menyatakan bahwa ukuran dan komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap

bahwa tidak terdapat pengaruh antara jumlah anggota dewan komisaris dengan kinerja perusahaan di Belanda yang diukur dengan ROA, ROE, dan market to book value of equity. Bainer, Drobetz, Schmid, dan Zimmermann (2003) lewat penelitian mereka juga membuktikan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s q. Penelitian tersebut dilakukan pada perusahaan di Swiss yang listing pada tahun 2001. Penelitian Rachmawati dan Triatmoko (2007) menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV (Price Book Value). Berdasar uraian-uraian di atas, peneliti ingin menguji pengaruh ukuran dan komposisi dewan komisaris terhadap kinerja pasar yang diukur dengan Tobin’s q. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja

pasar. H2: Komposisi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja

pasar.

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi empiris yang bertujuan mengetahui pengaruh penerapan corporate governance terhadap kinerja pasar. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode 2005-2010. Sampel adalah sebagian dari populasi (Sekaran, 2006). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut:

1. perusahaan perbankan yang sudah terdaftar selama 6 tahun berturut-turut di Bursa Efek Indonesia periode 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010, 1. perusahaan perbankan yang sudah terdaftar selama 6 tahun berturut-turut di Bursa Efek Indonesia periode 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010,

3. data yang tersedia lengkap (data secara keseluruhan tersedia pada publikasi periode 31 Desember 2005-2010), baik data mengenai corporate governance perusahaan dan data yang diperlukan untuk mendeteksi kinerja pasar.

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ini akan menguji variabel dependen yaitu Tobin’s q dan variabel independen yang terdiri dari ukuran dewan komisaris dan komposisi dewan komisaris. Variabel kontrol yang digunakan adalah ukuran perusahaan dan growth. Berikut penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini.