ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PROYEK KONSTRUKSI PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PROYEK KONSTRUKSI PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA

“The Cause Delay Factors Analysis of Project Construction Implementation

Influence for Cost”

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh: HASOLOAN BENGET SIANIPAR NIM I 0107086 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

vi

ABSTRAK

HASOLOAN BENGET SIANIPAR, 2012, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi Pengaruhnya Terhadap Biaya , Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Suatu proyek cenderung akan mengalami keterlambatan apabila perencanaan dan pengendalian tidak dilakukan dengan tepat. Berbagai hal dapat terjadi dalam proyek konstruksi yang dapat menyebabkan bertambahnya waktu pengerjaan sehingga peyelesaian proyek menjadi terlambat. Tujuan dilakukan penelitian adalah mengidentifikasi dan mengklasifikasikan faktor-faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi di wilayah karasidenan Surakarta serta menerangkan hubungan faktor keterlambatan tersebut terhadap pemakaian biaya.

Pengolahan data ini menggunakan bantuan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution ) versi 17.00. teknik analisis data menggunakan uji validitas, reliabiliitas, teknik analisis faktor, uji asumsi klasik, dan regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini yaitu 3 faktor baru yang diperoleh dari hasil ekstraksi analisis

faktor adalah: Perubahan lingkup dan dokumen pekerjaan (Xb 1 ), Koordinasi, dan transportasi sumber daya serta keahlian tenaga kerja (Xb 2 ), Sistem evaluasi dan perencanaan (Xb 3 ) serta menghasilkan satu model persamaan linier berganda untuk menerangkan hubungan ketiga faktor di atas dengan biaya.

Kata kunci : Analisis Faktor, keterlambatan proyek konstruksi, biaya.

commit to user

vii

ABSTRACT

HASOLOAN BENGET SIANIPAR, 2012, The Cause Delay Factors Analysis of Project Construction Implementation Influence for Cost, Thesis, Civil Engineering Faculty, Surakarta Sebelas Maret University.

A construction project tendency will get delay if palnning and controlling did not do appropriately. Many thing could be happen in construction project that caused increase doing time, so project implementation would be late. Objective of the research is to identify and to classify the cause delay factors of implementation construction project in Surakarta residency area and to explain the caused delay factors with cost relationship.

Data procession done using SPSS (Statistical Product and Service Solution) version

17.00. a technique of analizing data used are validity, reliability, analysis factor technique, assumption classic test, and multiple linier regretion.

The result From of the Research found that 3 new factors that get it from extraction

result of analysis factor technique are : Scope and contract document exchange (Xb 1 ), Koordination, Resource transportation, and employee skill (Xb 2 ), avalution and planning system (Xb 3 ) and produced a equation model of multiple linier regretion to explain relation factors third above with cost.

Keyword : factor Analysis, construction project delay, cost.

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti haturkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena dengan berkat dan anugerahNya aruh Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi Pengaruhnya terhadap Biaya”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dai berbagai pihak, banyak kendala yang sulit untuk peneliti pecahkan hingga terselesaikannya penuyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin ucapkan terima kasih kepada :

1. Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret beserta staf.

2. Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakrta beserta Staf.

3. Widi Hartono, ST, MT selaku Dosen Pembimbing I.

4. Ir. Suyatno K, MT selaku Dosen Pembimbing II.

5. Dr.techn.Ir. Sholihin As’ad, MT selaku Pembimbing Akademik.

6. Ir. Delan Soeharto, MT dan Ir. Sugiyarto, MT selaku Dosen Penguji.

7. Rekan-rekan masiswa teknik sipil angkatan 2007 dan semua pihak yang telah membantu penulis secara langsung dan tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

8. Segenap Staf Pengajar dan Staf Administrasi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sendiri.

Surakarta, September 2012

Penulis

commit to user

LAMPIRAN

commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mengingat begitu rumit dan kompeksnya proyek konstruksi maka diperlukan fungsi manajemen yang baik yaitu kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan, dan kegiatan pengendalian. Suatu proyek dikategorikan sukses apabila tepat biaya/anggaran, tepat mutu, dan tepat waktu. Ketiga kendala (constraint) ini merupakan tolok ukur keberhasilan suatu proyek konstruksi.

Suatu proyek cenderung akan mengalami keterlambatan apabila perencanaan dan pengendalian tidak dilakukan dengan tepat. Berbagai hal dapat terjadi dalam proyek konstruksi yang dapat menyebabkan bertambahnya waktu pengerjaan, sehingga peyelesaian proyek menjadi terlambat . Menurut Suyatno (2010) terjadi keterlambatan peyelesaian proyek Pasar Kleco di wilayah Ska disebabkan menurunnya produktivitas tenaga kerja karena bertepatan dengan bulan puasa, butuhnya waktu untuk relokasi pedagang ke pasar darurat habis lebaran. Begitu pula dengan keterlambatan yang terjadi pada proyek pembangunan di UNS yang disebabkan oleh terlambatnya material, perubahan gambar/detail (Data Proyek UNS dan DPU Surakarta tahun 2009).

Proyek sering mengalami keterlambatan. Jeleknya, keterlambatan proyek sering berulang pada aspek yang dipengaruhi maupun faktor yang mempengaruhi karena pelaku proyek sering menganggap remeh keterlambatan proyek dan tidak menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran dan pengalaman penting dalam pelaksanaan proyek berikutnya. Keterlambatan proyek akan berdampak pada aspek lain dalam proyek. Sebagai contoh, meningkatnya biaya untuk usaha mempercepat pekerjaan dan betambahnya biaya overhead proyek. Dampak lain yang juga sering terjadi adalah penurunan kualitas karena pekerjaan terpaksa dilakukan lebih cepat dari yang seharusnya sehingga memungkinkan beberapa hal teknis dilanggar demi mengurangi keterlambatan proyek

commit to user

Menurut Praboyo (1999), keterlambatan pelaksanaan proyek umumnya selalu menimbulkan akibat yang merugikan baik bagi pemilik maupun kontraktor karena dampak keterlambatan adalah konflik dan perdebatan tentang apa dan siapa yang menjadi penyebab, juga tuntutan waktu, dan biaya tambah.

Keterlambatan pelaksanaan proyek memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap biaya. Tambahan biaya yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa baik berupa biaya langsung dan biaya tidak langsung merupakan suatu keharusan untuk mengejar keterlambatan pelaksanaan proyek demi nama baik sebuah perusahaan. Tidak jarang ditemukan suatu proyek yang terkadang biaya tidak langsungnya lebih besar dari biaya langsung. Biaya tidak langsung ini merupakan biaya overhead, baik yang berkaitan dengan proyek atau kantor pusat.

Pada penelitian ini akan dianalisis mengenai faktor-faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi serta mengetahui pengaruhnya terhadap biaya di wilayah kota Surakarta. Analisis terhadap faktor- faktor penyebab keterlambatan ini penting supaya Penyedia Jasa dan pihak-pihak yang terkait dalam jasa konstruksi dapat mengambil langkah dan solusi yang tepat untuk mengatasi problem keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang sering berulang dan berakibat pada peningkatan biaya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja yang menjadi faktor-faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi?

2. Bagaimana pengaruh dari faktor-faktor tersebut pada poin 1 terhadap

penggugunaan biaya?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah guna membatasi ruang lingkup penelitian, sebagai berikut :

1. Penelitian hanya dilakukan terhadap Peyedia Jasa dalam hal ini kontraktor yang berada di wilayah kota Surakarta dan terdaftar sebagai anggota GAPENSI

commit to user

Surakarta serta sudah pernah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat dan proyek jalan.

2. Metode pengumpulan data dengan cara kuisioner dan tanya jawab.

3. Jumlah responden yg dibutuhkan yaitu 4 atau 5 kali jumlah faktor yang dianalisis.

4. Analisis data menggunaan teknik Analisis Faktor dan Analisis Regresi Linier Berganda dengan bantuann program SPSS v.17.00

1.4 Tujuan penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan faktor-faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi

2. Menerangkan keterkaitan faktor keterlambatan tersebut terhadap biaya.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian skripsi ini adalah :

1. Manfaat Teoritis Memberikan pengetahuan paling tidak informasi mengenai faktor-faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi serta pengaruhnya terhadap penggunaan biaya. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan peluang bagi pengembangan penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis Memberikan pengetahuan dan informasi mengenai faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi yang terjadi berulang kali dan berefek pada penambahan biaya. Dengan demikian diharapkan para praktisi jasa konstruksi dalam hal ini kontraktor menyadari pentingnya mengetahui faktor-faktor tersebut agar dapat menemukan solusi yg tepat sehingga pelaksanaan proyek selanjutnya tidak mengalami keterlambatan.

commit to user

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh Mehzer et al,1998 mengenai faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi di Lebanon dari persepsi owner, kontraktor dan perusahaan konsultan/arsitektur menemukan bahwa owner lebih berfokus pada persoalan keuangan sedangakan kontraktor dengan permasalahan kesepakatan kontrak dan konsultan menjadikan manajemen proyek sebagai persoalan yang paling penting.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Kuwait melalui wawancara terhadap 450 perusahaan owner dan pengembang secara acak menyimpulkan bahwa faktor utama penyebab keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi adalah perubahan rencana, masalah pembayaran oleh owner, dan kurangnya pengalaman owner (Koushki et al, 2005).

Beberapa peneliti sudah menyelidiki dampak dari keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi dan menyimpulkan bahwa peningkatan biaya adalah dampak utama dari keterlambatan (Sambasivan et al., 2007 ; Aibinu et al., 2002 ; Faridi et al., 2006 ; Kaliba et al., 2009).

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek serta melibatkan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi maka potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung konflik yang cukup tinggi (Wulfram I. Ervianto, 2005 : 11).

commit to user

Odeh et al, 2002 menyatakan kontraktor dan konsultan setuju bahwa campur tangan owner, kontraktor yang kurang berpengalaman, masalah keuangan dan pembayaran, produktifitas pekerja, pengambilan keputusan yang lambat, perencanaan yang tidak tepat, dan subkontraktor yang tidak kualifikasi merupakan sepuluh penyebab utama keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi di Joran.

Assaf dan Al-Heiji (2006) mendiskusikan faktor keterlambatan dalam banyak proyek konstruksi di Arab Saudi. Terdapat 73 faktor penyebab utama yang teridentifikasi selama penelitian. Mereka menyimpulkan bahwa faktor utama penyebab keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi menurut persepsi owner, kontraktor dan konsultan yaitu perubahan perencanaan.

Analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukkan suatu kelas prosedur, utamanya digunakan untuk mereduksi data atau mengklasifikasikan, dari variable yang banyak diubah menjadi sedikit variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variable) (J. Supranto, 2010 : 114).

Menurut Alifen et al, 2000 (Dalam I.A.Rai Widhiawati, 2009), keterlambatan proyek seringkali menjadi sumber perselisihan dan tuntutan antara pemiik dan kontraktor, sehingga akan menjadi sangat mahal nilainya baik ditinjau dari sisi kontraktor maupun pemilik. Kontraktor akan terkena denda penalti sesuai dengan kontrak, disamping itu kontraktor juga akan mengalami tambahan biaya overhead selama proyek masih berlangsung. Dari sisi pemilik, keterlambatan proyek akan mambawa dampak pengurangan pemasukan karena penundaan pengoperasian fasilitasnya

Perkiraan biaya adalah seni memperkirakan (the art of approximating) kemingkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu (National Estimating Society-USA dalam Imam Soeharto, 1995).

commit to user

Menurut AACE (The American Association of Cost Engineer) cost engineering adalah area dari kegiatan engineering dimana pengalaman dan pertimbangan engineering dipakai pada aplikasi prinsip-prinsip teknik dan ilmu pengetahuan di dalam masalah perkiraan biaya dan pengendalian biaya (Imam Soehatro, 1995)

Keterlambatan dari penyelesaian proyek konstruksi berpengaruh terhadap biaya langsung proyek. Dalam kasus proyek pembangunan gedung dan fasilitas, kesulitan meningkat ketika owner berasal dari pihak pemerintah. Dampak keterlambatan dalam kasus ini termasuk dalam kekacauan peraturan rencana pengembangan umun, gangguan terhadap rencana pencairan anggran dana pada pemerintah dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh keterlambatan proyek terhadap masyarakat. Keterlambatan yg terjadi dari sisi kontraktor menyebabkan waktu penyelesaian proyek menjadi lebih lama, meningkatnya biaya overhead dan menyebabkan kontraktor terjebak dalam proyek tersebut (Al-Kharashi dan Skitmore, 2009).

commit to user

2.2 Dasar Teori

2.2.1. Keterlambatan Proyek

Keterlambatan proyek konstruksi berarti betambahnya waktu pelaksanaan penyelesaian proyek yang telah direncanakan dan tercantum dalam dokumen kontrak. Penyelesaian pekerjaan tidak tepat waktu adalah merupakan kekurangan dari tingkat produktifitas dan sudah barang tentu kesemuanya ini akan mengakibatkan pemborosan dalam pembiayaan, baik berupa pembiayaan langsung mapun tidak langsung. Peran aktif manajemen merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengelolaan proyek. Pengkajian jadwal proyek diperlukan untuk menentukan langkah perubahan mendasar agar keterlambatan penyelesaian proyek dapat dihindari atau dikurangi.

Menurut Levis dan Atherley, 1996 (dalam Suyatno, 2010), jika suatu pekerjaan sudah ditargetkan harus selesai pada waktu yang telah ditetapkan namun karena suatu alasan tertentu tidak dapat dipenuhi maka dapat dikatakan pekerjaan itu menglami keterlambatan. Hal ini akan berdampak pada perencanaan semula serta pada masalah keuangan. Keterlambatan yang terjadi dalam suatu proyek konstruksi akan memperpanjang durasi proyek atau meningkatnya biaya maupun keduanya. Adapun dampak keterlambatan pada klilen atau owner adalah hilangnya kesempatan untuk menempatkan sumber dayanya ke proyek lain, meningkatkan biaya langsung yang dikeluarkan yang berarti bahwa bertambahnya pengeluaran untuk gaji karyawan, sewa peralatan dan lain sebagainya serta mengurangi keuntungan.

commit to user

2.2.2. Penyebab Keterlambatan

Menurut Kraiem dan Dickmann (dalam Praboyo, 1999), penyebab-penyebab keterlambatan waktu pelaksanaan proyek dapat dikategorikan dalam 3 kelompok besar yakni: (1) Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi (Compensable Delay),

yakni keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan pemilik proyek.

(2) Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non-Excusable Delay), yakni

keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan pemilik proyek.

(3) Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delay), yakni keterlambatan

yang disebabkan oleh kejadian-kejadian diluar kendali baik pemilk maupun kontraktor.

Sedangkan menurut Ahmed et al, 2003 penyebab keterlambatan dibagi menjadi dua kategori, yaitu ;

(1) Faktor Eksternal (2) Faktor Internal

Faktor keterlambatan internal timbul dari empat pihak yang terlibat dalam proyek pengadaan jasa konstruksi. Pihak-pihak tersebut yaitu owner, kontraktor, konsultan perencana, dan konsultan pengawas sedangkan faktor keterlambatan eksternal disebabkan pihak diluar keempat pihak tadi antara lain pemerintah, supplier, dan cuaca.

Ahmed et al (2003) dan Alaghbari (2005) menyebutkan faktor-faktor penyebab keterlambatan yang terjadi pada proyek-proyek konstruksi di Malaysia.

(1) Faktor yang disebabkan oleh kontraktor

a. Keterlambatan pengiriman material ke lokasi proyek

b. Kekurangan material di lapangan

c. Kesalahan dan cacat dalam pekerjaan

commit to user

d. Tenaga kerja yang minim akan keahlian dan pengalaman

e. Kurangnya area kerja di lapangan

f. Produktivitas rendah

g. Masalah keuangan

h. Kurangnya koordinasi

i. Subkontraktor yang kurang ahli j. Kekurangan peralatan di lapangan k. Seitem manajemen yang lemah

(2) Faktor yang disebabkan oleh konsultan

a. Kurangnya tenaga ahli profesional

b. Kurangnya pengalaman konsultan

c. Kurangnya pengalaman dan keahlian di bidang manajemen dan pengawasan

d. Lambat dalam pengawasan dan pengambilan keputusan

e. Dikumen yang tidak lengkap

f. Lambat dalam memberikan perintah (3) Faktor yang disebkan oleh owner

a. Belum menguasai bidang pekerjaan

b. Lambat dalam membuat keputusan

c. Kurangnya koordinasi dengan kontraktor

d. Perubahan kontrak (adanya pruabahan rencana dan spesifikasi)

e. Masalah keuangan (keterlambatan pembayaran, kesulitan keuangan, dan masalah ekonomi) (4) Faktor Eksternal

a. Tidak tersedianya material/bahan di pasar

b. Tidak tersedianya peralatan

c. Kondisi cuaca yang buruk

d. Lokasi/area proyek yang buruk

e. Keadaan ekonomi yang buruk (inflasi, nilai mata uang melemah, dll)

f. Perubahan peraturan dari pemerintah

g. Mobilisasi yang lambat

commit to user

2.2.3. Jenis-Jenis Keterlambatan ( Type of Delays)

Menurut Ahmed et al, 2003 keterlambatan dikelompokkan menjadi tiga kategori sesuai dengan kesepakatan kontrak, yaitu :

(1) Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (non-excusable delays) (2) Keterlambatan yang dapat dimaafkan tetapi tidak layak mendapat ganti rugi

(excusable non-compensable delays) (3) Keterlambatan yang dapat dimaafkan dan layak mendapat ganti rugi

(excusable compensable delays), dan (4) Keterlambatan yang terjadi bersamaan (concurrent delays)

Secara umum, keterlambatan dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu : (1) Keterlambatan yang tidak dapat dan dapat dimaafkan (excusable and non-

excusable delays ) (2) Keterlambatan yang layak dan tidak layak mendapat ganti rugi (compensable

and non-compensable delays ), dan (3) Keterlambatan yang terjadi bersamaan (concurrent delays)

Compensable Delays Compensable delays pada umumnya disebabkan oleh owner dan perwakilannya.

Penyebab yang paling utama dari compensable delays yaitu ketidaksesuaian gambar dan spesifikasi, compensable delay dapat juga timbul karena kegagalam owner dalam memberikan gambar kerja secara tepat, perubahan desain dan material oleh owner. Kontraktor berhak mendapatkan tambahan biaya dan waktu sebagai akibat dari compensable delay oleh owner (Alaghbari, 2005).

Non-Excusable Delays Keterlambatan yang disebabkan oleh kontraktor, subkontraktor dan supplier

bukan owner. Kontraktor berhak mendapat kompensasi ganti rugi dari subkontraktor dan supplier bukan dari owner. Oleh kerna itu, non-excusable delays tidak mendapat biaya dan waktu tambahan dari pihak owner (Alaghbari, 2005).

commit to user

Excusable Delays Excusable delays dikenal juga sebagai “force majeure” delays yang merupakan

jenis keterlambatan yang ketiga. Keterlambatan ini juga sering disebut “act of God”. Pada kontrak sering dinyatakan bahwa kontraktor berhak mendapatkan tambahan waktu dalam penyelesaian proyek jika keterlambatan disebabkan oleh excusable delays tapi tidak mendapat tambahan biaya (Alaghbari, 2005).

Concurrent Delays Yaitu keterlambatan yang disebabkan oleh beberapa penyebab secara bersamaan

dan faktor keterlambatan ini identik. Oleh karena keterlambatan ini terjadi bersamaan dalam suatu periode waktu maka menyebabkan kesulitan untuk menghitung jumlah waktu dan biaya yang dibutuhkan sebagai dampak dari keterlambatan ini (Alaghbari, 2005).

2.2.4. Dampak Keterlambatan

Menurut Levis dan Atherley, 1996 (dalam Suyatno, 2010), keterlambatan akan berdampak pada perencanaan semula serta pada masalah keuangan. Keterlamabatan dalam suatu proyek konstruksi akan memperpanjang durasi proyek atau meningkatnya biaya maupun keduanya. Adapun dampak keterlambatan pada owner adalah hilangnya potensial income dari fasilitas yang dibangun tidak sesuai waktu yang ditetepkan, sedangkan pada kontraktor adalah hilangnya kesempatan untuk mendapatkan sumber dayanya ke proyek lain, meningkatnya biaya tidak langsung (indirect cost) karena bertambahnya pengeluaran untuk gaji karyawan, sewa peralatan serta mengurangi keuntungan. Obrien JJ, 1976 (dalam Suyatno, 2010), menyimpulkan bahwa dampak keterlambatan menimbulkan kerugian :

1. Bagi pemilik, keterlambatan menyebabkan kehilangan penghasilan dari

bangunan yang seharusnya sudah bisa digunakan atau disewakan.

2. Bagi kontraktor, keterlambatan penyelesaian proyek berarti naiknya overhead kerena bertambah panjang waktu pelaksanaan, sehingga merugikan akibat

commit to user

kemungkinan naiknya harga karena inflasi dan naiknya upah buruh, juga akan tertahannya modal kontraktor yang kemungkinan besar dapat dipakai untuk proyek lain.

3. Bagi konsultan, keterlambatan akan mengalami kerugian waktu, karena dengan adanya keterlambatan tersebut konsultan yang bersangkutan akan terhambat dalam mengagendakan proyek lainnya.

Berdasarkan hasil laporan (proceeding) konferensi sains mengenai keterlambatan peyelesaian proyek konstruksi di Malaysia menyimpulkan bahwa terdapat enam dampak/efek yang diakibatkan dari keterlambatan penyelesaian proyek tersebut. Keenam dampak/efek itu antara lain (1) Tambahan Waktu (Time Overrun), (2) Tambahan Biayan (Cost Overrun), (3) Perselisihan (Dispute), (4) Arbitrasi (Arbitration), (5) Proses Pengadilan (Litigation), (6) Keadaan tertinggal (Abandonment) (Mohammad Abedi, PhD., Professor. Dr. Mohammad Fadhil Mohamad., Dr. Mohammad Syazli Fathi).

(1) Time Overrun Murali et al (2007) mengungkapkan bahwa faktor keterlambatan yang berhubungan dengan kontraktor dan owner seperti kurangnya pengalaman kerja kontraktor dan banyaknya campur tangan owner sehingga menimbulkan peningkatan durasi/waktu pengerjaan proyek. Di samping itu, Aibinu dan Jagboro (2002) mempelajari dan menyimpulkan bahwa dampak utama dari keterlambatan proyek adalah bertambahnya durasi.

(2) Cost Overrun Mengenai cost overrun Koushki et al.,(2005) mengidentifikasi tiga peyebab utama keterlambatan proyek, yaitu masalah intern kontraktor, masalah material, masalah keuangan oleh owner sedangkan Wiguna dan Scott (2005) mengidentifikasi faktor utama yang menyebabkan keterlambatan, yaitu inflasi/kenaikan harga material, perubahan desain oleh owner, cuaca buruk, keterlambatan pembayaran oleh owner.

commit to user

(3) Disputes Perselisihan atau sengketa merupakan dampak utama dari keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi yang bisa disebabkan oleh berbagai pihak seperti kontraktor, konsultan, owner, maupun pihak luar. Kurangnya komunikasi menyebabkan perbedaan persepsi, konflik,dan perselisihan. Oleh karena itu sebagai seorang mamajer proyek harus memiliki kemempuan komunikasi yang baik dalam menjalankan sebuah proyek. Menurut Murali et al.,(2007) factor kurangnya komunikasi yang baik antara berbagai pihak, kondisi lapangan yang tak terduga, keterlambatan pembayaran untuk penyelesaian pekerjaan, metode konstruksi yang kurang tepat, keterlambatan yang disebabkan oleh subkontraktor dan ketidak sesuaian dengan isi dokumen kontrak akan menimbulkan perselisihan antar berbagai pihak. Selanjutnya apabila perselisihan tidak dapat diselesaiakan secara damai dapat menyebabkan arbitrasi dan penyelesaian melalui proses pengadilan.

(4) Arbitration Menurut Murali et al., (2007) keterlambatan yang disebabkan oleh pihak kontraktor maupun owner yang meliputi perubahan rencana, kesalahan atau ketidak sesuaian dengan isi dokumen kontrak dan kurangnya komunikasi antara berbagai pihak dapat menimbulkan perselisihan yang akan diselesaiakan melalui proses arbitrasi. Untuk keadaan ini dibutuhkan pihak ketiga yang dapat menyelasaiakan perselisihan secara damai tanpa harus proses pengadilan.

(5) Litigation Menurut Murali et al., (2007) ketika keterlambatan yang disebabkan oleh owner, kontraktor, pekerja, eksternal, dan hubungan kontrak misalnya keterlambatan dalam pembayaran penyelesaian pekerjaan, masalah kondisi lapangan, dan kurangnya tenaga kerja yang menimbulkan perselisihan dan harus diselesaikan melalui proses pengadilan. Pihak-pihak yang terlibat pada proyek konstruksi menggunakan proses pengadilan sebagai alternatif terakhir dalam penyelesaian perselisihan.

commit to user

(6) Abandonment Dampak yang paling merugikan dari keterlambatan penyelesaian proyek adalah abondemen yang dapat terjadi sementara atau bila kondisi proyek memburuk bisa terjadi selama proses konstruksi. Penyebab utamanya adalah berbagai pihak yang terlibat dalam proyek dan menjadi dampak utama dari keterlambatan proyek. Aibinu dan Jagboro (2002) mempelajari dampak dari keterlambatan penyelesaian proyek pada industry konstruksi di Nigeria. Mereka menyimpulkan bahwa total abandonment merupakan dampak utama dari keterlambatan peyelesaian proyek.

Kesimpulan (Finding) Dari semua ulasan literature di atas didapat enam dampak dari keterlambatan penyelesaian proyek yang digambarkan dalam diagram tulang ikan di bawah ini.

Gambar 2.1 Diagram Tulang Ikan Dampak Keterlambatan Penyelesaian Proyek

Time Overrun

Cost Overrun

Dispute

Litigation Arbitration Litigation

Effect of Delays

Fish-Bone Diagram of six effect of the construction delays

Sumber : Aibinu and Jagboro (2002)

commit to user

2.2.5. Pertanggungjawaban Keterlambatan ( Delay Responsibility)

Menurut Ahmed et al, 2003 pertanggungjawaban keterlambatan berhungungan dengan kinerja kontraktor yang layak mendapat apresiasi atau seballiknya kontraktor harus dikenakan biaya dan waktu tambahan untuk menyelesaiakan proyek sebagai dampak keterlambatan yang disebabkannya.

Pihak-pihak yang bertanggung jawab dikategorikan menjadi : (1) Tanggung jawab owner (pemilik) : kontraktor berhak atas tambahan waktu

dan biaya (2) Tanggung jawab kontraktor dan subkontraktor : kontraktor harus melakukan perbaikan atas kegagalan fisik bangunan atas kinerjanya dan bisa mendapat penalty.

(3) Pihak lain (Act of God) : kontraktor akan mendapatkan tambahan waktu untuk menyelesaikan proyek tetapi tidak untuk biaya. Serta kegagalan fifik yang disebabkan oleh “act of God” tidak menyebabkan penalty bagi kontraktor.

2.2.6. Komponen Biaya Proyek Konstruksi

Pada perencanaan dan pelaksanaan suatu proyek konstruksi, komponen yang terkait di dalamnya adalah biaya, mutu, dan waktu. Ketiga komponen tersebut merupakan suatu batasan yang harus dipenuhi oleh kontraktor. Ketiga batasan diatas disebut sebagai kendala (triple constraint) (Ahuja ; Dozzi ; Abourizk, 1994). Terkait dengan penjelasan di atas, komponen terpenting dari ketiga batasan di atas adalah biaya. Hal ini berkaitan langsung dengan terlaksana atau tidaknya suatu proyek. Dalam proses pelelangan pun kontraktor harus dapat mengestimasi biaya proyek sebaik mungkin agar dapat bersaing dengan kontraktor lainnya. Setelah proyek konstruksi dimenangkan, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh kontraktor adalah mengupayakan pengawasan dan pengendalian anggaran biaya yang telah ditetapkan dalam kontrak konstruksi sesuai dengan

commit to user

perencanaan sebelumnya. Rekayasa biaya konstruksi (cost engineering) adalah area dari kegiatan engineering dimana pengalaman dan pertimbangan engineering dipakai pada aplikasi prinsip-prinsip teknik dan ilmu pengetahuan dalam masalah perkiraan biaya, rencana bisnis dan pengetahuan manajemen, analisa keuangan, manajemen proyek, perencanaan dan penjadwalan (AACE International, 1992).

Dalam melakukan estimasi biaya proyek secara keseluruhan tentunya memiliki komponen-komponen yang menentukan besaran total biaya proyek tersebut. Menurut AACE International tahun 1992, struktur dari biaya konstruksi terdiri dari dua komponen utama, yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).

Menurut Direktorat Bina Marga dalam Panduan Analisis Harga Satuan (PAHS) (2006), komponen estimasi biaya konstruksi adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Diagram Estimasi Biaya Konstruksi

Dari kedua jenis struktur biaya konstruksi, terdapat perbedaan yang mencolok. Pada struktur estimasi biaya yang dimiliki oleh AACE memperlihatkan lebih

A : Biaya Langsung

A : Biaya Tidak Langsung

Bahan

Alat Tenaga Kerja

B1 : Biaya Umum

(Over Head)

B2 : Keuntungan

Analisis Produktivitas

Metode Kerja, HSD Bahan, Alat dan Tenaga Kerja, Lokasi, dan Spesifikasi

(A + B)

Harga Satuan Pekerjaan = (A + B) + PPN

commit to user

detail jika dibandingkan dengan PAHS. Terlihat pada komponen-komponen biaya tidak langsung, yaitu adanya pemisahan antara komponen overhead dan kondisi umum (general condition). Sedangkan pada PAHS biaya umum masuk ke dalam overhead.

2.2.6.1. Biaya Langsung Proyek Konstruksi Biaya langsung proyek konstruksi adalah komponen biaya yang berkaitan langsung dengan volume pekerjaan yang tertera dalam item pembayaran atau komponen hasil akhir proyek berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknis dalam kontrak konstruksi. Komponen biaya langsung terdiri dari biaya upah tenaga kerja, operasi peralatan, material, dan semua biaya yang berada di bawah kendali sub-kontraktor (AACE, 19092)

Biaya langsung adalah semua biaya yang menjadi komponen permanen hasil akhir proyek, terdiri dari biaya material, biaya peralatan, biaya upah tenaga kerja dan biaya subkontraktor (Oberlender dan Peurifoy, 2002)

2.2.6.2. Biaya Tidak Langsung Proyek Konstruksi Biaya tidak langsung proyek konstruksi adalah biaya yang tidak berkaitan secara langsung dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Biaya tidak langsung dialokasikan untuk pekerjaan yang berdasarkan pada beberapa komponen biaya langsung seperti waktu penyelesaian pekerjaan, biaya material atau keduanya (AACE, 1992).

Menurut Oberlender dan Peurifoy (2002) biaya tidak langsung adalah semua biaya yang mendukung pekerjaan tetapi tidak tercantum dalam mata pembayaran seperti biaya overhead (general overhead dan project overhead), contingencies dan keuntungan (profit). Komponen-komponen biaya tidak langsung menurut AACE International-the Association for the Advancement of Cost Engineering Tahun 1992 adalah sebagai berikut :

commit to user

1. Pajak (Taxes) Pajak yang termasuk dalam komponen biaya tidak langsung bermacam- macam, yaitu pajak material, pajak peralatan, pajak pekerja, dsb. Nilai pajak bervariasi secara signifikan tergantung dari lokasi dan status pajak owner. Pada umumnya mereka mempunyai catalog secara terpisah untuk memfasilitasi kegiatan keuangan.

2. Kondisi Umum (General Condition) Persyaratan umum kontrak menetapkan dan mendefinisikan hak dan kewajiban dari tiap pihak yang terlibat dalam kontrak dan membuat peraturan-peraturan proyek yang bersifat non teknis atau administratif. Peraturan ini masih bersifat umum dan tergantung dari karakteristik proyek. Hal yang termasuk ke dalam kondisi umum adalah pekerjaan yang tidak terdapat dalam dokumen kontrak yang harus dilaksanakan oleh kontraktor guna menunjang kegiatan konstruksi yang akan dilakukan sesuai dengan dokumen kontrak. Sebagai contoh adalah pekerjaan pembangunan jalan akses menuju lokasi proyek. Jika terdapat di dalam spesifikasi pekerjaan dalam dokumen kontrak, maka pekerjaan pembangunan jalan akses tersebut masuk ke dalam kondisi umum. Selain itu yang termasuk ke dalam kondisi umum salah satunya adalah eskalasi. Eskalasi adalah kenaikan biaya dari suatu barang dan jasa yang diakibatkan karena faktor inflasi. Eskalasi berpengaruh pada biaya proyek dan pada umumnya dihitung dengan rumus tertentu sesuai dengan peraturan yang ada dan telah disepakati sebelumnya oleh kontraktor dan owner.

3. Biaya Risiko (Risk) Elemen risiko terdiri dari dua kategori, yaitu :

a. Keuntungan (Profit) Keuntungan adalah sejumlah uang yang oleh kontraktor dimasukkan ke dalam harga sebagai kompensasi risiko, upaya, dan usaha untuk menjalankan sebuah proyek, keuntungan sebenarnya adalah “sisa” dari uang yang tersisa setelah kontraktor telah memenuhi semua biaya ( baik

commit to user

langgsung maupun tidak langsung) pada suatu proyek. Jumlah keuntungan yang akan ditambahkan adalah sangat subjektif dan tergantung pada pertimbangan seperti kompetisi, seberapa penting proyek, pasar kerja, kondisi pasar lokal dan ekonomi.

b. Biaya Tak Terduga (Contigency Fee) Biaya tak terduga adalah sejumlah nilai yang dimasukkan ke dalam estimasi bilamana terjadi perubahan atau penambahan biaya proyek yang diperlukan berdasarkan pengalaman. Biaya tak terduga dapat dihitung melalui analisis statistic proyek dimasa lalu dengan menerapkan biaya atau pengalaman yang diperoleh pada proyek-proyek sejenis. Hal ini biasanya tidak termasuk perubahan kejadian tidak terduga yang besar seperti pemogokan atau gempa bumi. Biaya tak terduga mencakup biaya yang mungkin disebabkan oleh disain yang tidak lengkap, kondisi yang tak terduga, atau ketidakpastian dalam lingkup proyek yang ditetapkan. Jumlah kontigensi akan tergantung pada status desain, pengadaan, dan konstruksi serta kompleksitas dan ketidakpastian dari bagian komponen proyek. Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia (2011), contingency adalah tak terduga, kemungkinan atau ketidaktentuan. Sedangkan contingency fee adalah biaya tak terduga. Menurut Oberlender dan Peurifoy (2002) dalam Estimating Construction Cost, contingency adalah komponen yang diperlukan dalam suatu estimasi. Contingency dimasukkan ke dalam estimasi berdasarkan pada ketidakpastian (uncertainty) seperti harga satuan, eskalasi/kenaikan jadwal, kelalaian, dan kesalahan dakam pelaksanaan proyek. Dalam pengertian sederhana, contingency adalah sejumlah uang yang ditambahkan ke dalam estimasi awal yang bertujuan untuk memperoleh prediksi biaya total proyek yang lebih baik (Oberlender dan Peurifoy, 2002).

commit to user

Menurut Oberlender dan Peurifoy (2002), komponen biaya tidak langsung dalam estimasi biaya konstruksi pada estimasi secara rinci, yaitu:

1. Biaya Overhead, dibagi atas:

a. General Overhead/Overhead Kantor Merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk operasional perusahaan ke dalam paket pekerjaan seperti sewa kantor, gaji dan segala tunjangan direksi, karyawan (fasilitas karyawan, asuransi), biaya utilitas (listrik, air, telepon, retribusi lainnya), pemasaran, depresiasi.

b. Project Overhead/Overhead Proyek Merupakan biaya tidak langsung yang dikeluarkan untuk keperluan proyek dan dialokasikan proporsional terhadap paket pekerjaan seperti biaya untuk melakukan estimasi, biaya mengikuti tender, biaya untuk jaminan proyek (Bid Bond, Performance Bond), biaya asuransi tenaga kerja, peralatan, material, perijinan, biaya utilitas proyek.

2. Contingencies (Kontijensi) Biaya ini dialokasikan untuk mengantisipasi atas kekurangan informasi dan kesalahan dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh sehingga menimbulkan suatu ketidakpastian (uncertainty). Hal ini dapat menjadi salah satu risiko yang akan dihadapi dalam pelaksanaan nantinya. Sebaiknya pengalokasian biaya kontijensi diminimalkan dengan melakukan estimasi dengan sebaik-baiknya dengan melengkapi ketidakjelasan atau kekurangan informasi tersebut dengan menyatakan langsung kepada untuk mendapatkan nilai-nilai penawaran yang tetap.

commit to user

3. Keuntungan (Profit) Tujuan estimator dalam menganalisis keuntungan adalah mengharapkan keuntungan yang maksimal. Keuntungan dapat diartikan sebagai suatu yang diperoleh atas risiko yang dihadapi. Besarnya nilai keuntungan dapat ditambahkan pada nilai estimasi yang dibuat.

2.2.7. Penelitian Sejenis

Beberapa penelitian sejenis yang sudah dilakukan yaitu oleh Budiman Praboyo., 1999 ; I.A. Rai Widhiawati., 2009 ; Suyatno., 2010.

(1) Penelitian yang dilakukan oleh Budiman Praboyo (1999) bertujuan untuk menemukan faktor-faktor yang sangat berperan atau mendominasi sebagai penyebab keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi di wilayah Surabaya, dengan maksud agar proses perencanaan dan penjadwalan proyek konstruksi dapat dilakuakan dengan lebih lengkap dan cermat, sehingga keterlambatan sedapat mungkin dihindarkan atau dikendalikan.

(2) I.A. Rai Widhiawati (2009) bertujuan untuk mengetahui penyebab utama dari keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi yang berada di Kotamadya Denpasar.

(3) Suyatno (2010) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab keterlambatan penyelesaian proyek yang berada di Kotamadya Surakarta dan untuk mengetahui peringkat (rangking) menurut persepsi penyedia jasa terhadap faktor-faktor penyebab keterlambatan penyelesaian proyek.

commit to user

2.2.8. Analisis Faktor (Faktor Analysis)

Analisis faktor merupakan suatu kelas prosedur yang dipergunakan untuk mereduksi dan mengklasifikasikan data. Istilah yang digunakan dalam analisis faktor antara lain:

1. Communality adalah jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam abalisis. Bisa juga disebut proporsi atau bagian varian yang dijelaskan oleh common faktor atau besarnya sumbangan suatu faktor terhadap vrian seluruh variabel.

2. Eigenvalue merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor.

3. Factor loadings ialah korelasi sederhana antara variabel dengan factor.

4. Factor loading plot adalah suatu plot dari variabel asli dengan menggunakan factor loading sebagai koordinat.

5. Faktor matrix yang memuat semua factor loading dari semua variabel dari semua factor extracted.

6. Faktor scores merupakan skor komposit yang disetimasi untuk setiap responden pada factor turunan (derived factors)

7. Kaiser-Mayer-Olkin (KMO) measure of sampling adequacy merupakan suatu

indeks yang dipergunakan untuk meneliti ketepatan analisis faktor

8. Percentage of varience merupakan persentse varian total yang disumbangkan oleh setiap faktor.

9. Residuals merupakan perbedaan antara korelasi yang terobservasi berdasrkan input correlation matrix dan korelasi hasil reproduksi yang diperkirakan oleh matriks faktor .

10. Scree plot merupakan plot dari eigen value sebagai sumbu tegak (vertical) dan banyaknya factor sebagai sumbu datar, untuk menentukan banyaknya factor yang bisa ditarik.

commit to user

2.2.9. Tahapan Analisis Faktor

Langkah-langkah yang diperlukan di dalam analisis faktor antara lain:

Sumber : Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi, Prof. J. Supranto, M.A, APU, 2010

Gambar 2.3 Diagram Prosedur Analisis Faktor

Merumuskan Masalah

Interpretasikan Faktor

Lakukan Rotasi

Bentuk Matriks Korelasi

Tentukan Metode Analisis Faktor

Pilih Variabel Surrogate

Hitung Skor

Faktor

commit to user

Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam analisis faktor yaitu:

1. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah meliputi beberapa kegiatan. Pertama, tujuan analisis faktor harus dikenali. Variabel yang tercakup dalam analisis harus disebutkan secara khusus berdasarkan penelitian sebelumnya (past research), teori, dan pertimbangan subjektif dari peneliti. Variabel harus benar-benar diukur secara tepat diukur pada skala interval atau rasio. Besarnya sampel harus tepat. Sebagai petunjuk umum besarnya sampel (n) paling sedikit empat atau lima kali banyaknya variabel.

2. Bentuk Matriks Korelasi Proses analisis didasarkan pada suatu matriks korelasi antar-variabel. Pendalaman yang berharga dapat diperoleh dari suatu pengkajian pada matriks korelasi ini. Agar anlisis faktor bisa menjadi tepat, variabel- variabel yang dikumpulkan harus berkorelasi. Kalau korelasi antar- variabel memang kecil (hubungan lemah) analisis faktor menjadi tidak tepat. Kita juga mengharap bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai korelasi tinggi antar variabel dan korelasi yang tinggi dengan factor-faktor. Statistik formal tersedia untuk menguji ketepatan model faktor. Bartlett’s test of sphericity bisa digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tak berkorelasi di dalam populasi. Uji statistik untuk sphericity didasarkan pada suatu transformasi Kaiskwer (chi-square) dari determinan matriks korelasi. Uji statistik lainnya yang berguna adalah the Kaiser-Mayer Olkin (KMO) mengukur sampling adequacy. Indeks ini membandingkan besarnya nilai koefisien korelasi yang dihitung (the observed correlation coefficients ) dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Nilai KMO yang kecil menunjukkan bahwa korelasi antara pasangan variabel tidak bisa diterangkan oleh variabel lain dan analisis factor menjadi tidak tepat.

commit to user

3. Tentukan Metode Analisis Faktor Ada dua metode dalam analisis faktor dan salah satu harus dipilih atau keduanya dipergunakan untuk perbandingan. Kedua metode itu yaitu principal component analysis dan common factor analysis. Di dalam principal component analysis (PCA) the total variance di dalam data yang diperhatikan yaitu diagonal matriks korelasi, setiap elemennya sebesar 1 (satu) dan full variance dipergunakan untuk dasar pembentukan factor, yaitu variabel-variabel baru sebagai pengganti variabel-variabel lama, yang jumlahnya lebih sedikit dan tidak lagi berkorelasi satu sama lain, seperti variabel-variabel asli yang memang saling berkorelasi. PCA dianjurkan kalau tujuannya akan memperkecil jumlah variabel asli (variabel awal) dan akan dipergunakan untuk membuat analisis multivariate lainnya, misalnya untuk membuat analisis regresi linear berganda atau analisis diskriminan.

4. Lakukan Rotasi Output terpenting dari analisis faktor ialah matrix factor atau matriks faktor pola (factor pattern matrix). Matriks faktor membuat koefisien yang dipergunakan untuk mengekpresikan variabel yang dibakukan dinyatakan dalam faktor (used to express the standardized variables in term of the factors ). Koefisien ini merupakan factor loading, mewakili koefisien korelasi antara faktor dengan variabel. Koefisien dengan nilai mutlak (absolute) yang besar menunjukkan bahwa faktor dan variabel sangat terkait (closely related). Koefisien dari matriks faktor dapat dipergunakan untuk menginterpretasi faktor. Walaupun matriks faktor (komponen) awal atau yang belum dirotasi menunjukkan hubungan antara faktor (komponen) dengan variabel secara individu, akan tetapi masih sulit diambil kesimpulannya tentang banyaknya faktor yang bisa diekstraksi, hal ini disebabkan karena faktor (komponen) berkorelasi dengan banyak variabel atau sebaliknya variabel tertentu masih berkorelasi dengan banyak faktor.

commit to user

5. Interpretasi Faktor Interpretasi mengenai faktor bisa dipermudah dengan mengenali (mengidentifikasi) variabel yang mempunyai nilai loading yang besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian bisa diinterpretasikan menurut variabel-variabel yang mempunyai nilai loading yang tinggi dengan faktor tersebut. Bantuan di dalam interpretasi yang berguna lainnya adalah mengeplot variabel dengan menggunakan factor loading sebagai titik koordinat.

6. Pilih Variabel Surrogate dan Hitung Skor Faktor Surrogate variable merupkan suatu subset variabel asli/awal yang dipilih untuk dipergunakan di dalam analisis multivariate lebih lanjut. Jadi, kalau peneliti tidak menggunakan faktor/komponen sebagai variabel baru, bisa menggunakan variabel surrogate sebagai penggantinya di dalam analisis regresi linier berganda dan analisis diskriminan. Kalau analisis faktor akan dilanjutkan menjadi analisis regresi linier berganda, dirasa perlu untuk menghitung factor scores untuk setiap responden (objek penelitian) akan tetapi kalau tujuan analisis faktor hanya untuk mereduksi, dari banyak variabel asli/awal menjadi sedikit variabel yang disebut faktor atau komponen, maka perhitungan nilai/skor tidak diperlukan.

2.2.10. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu faktor-faktor penyebab keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi (X) terhadap variabel dependen yaitu faktor penggunaan biaya akibat keterlambatan tersebut (Y) dengan rumus :

骀 ⋯骀

…………...(1)

(J Supranto, 2010 : 57)

commit to user

Dimana :

2.2.11. Statistik

a) Uji Validitas Menurut Azwar, 1994 : 118 (dalam Agus Winarno, 2011), validitas adalah seberapa cermat suatu kuisioner melakukan fungsi ukurnya. Sebuah kuisioner bisa dikatakan valid jika kuisioner tersebut benar-benar mengukur apa yang harus diukur. Pengukuran validitas ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara total jawaban responden terhadap setiap pertanyaan. Pengolahan data dengan menggunkan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 19.00

Tinggi rendahnya validitas suatu angket dihitung dengan teknik korelasi, dengan rumus :

………..……….………...(2)

Dimana : r = Koefisien korelasi setiap variabel N = Jumlah sampel

Y = Faktor penggunaan biaya akibat keterlambatan

X 1 ,X 2 ,X 3 ,…X k = Faktor-faktor penyebab keterlambatan

b 0 = Konstanta

b 1 ,b 2 ,b 3 ,…b k = koefisien regresi variabel X 1 ,X 2 ,X 3 ,…X k

e (epsilon) = kesalahan penggangu (disturbence’s error)

commit to user

X = Skor masing-masing item Y = Skor total Kriteria uji validitas secara singkat adalah (rule of tumb) adalah 0,3. Jika korelasi

sudah lebih besar dari 0,3 maka kuisioner atau pertanyaan yang dibuat dikategorikan sahih/valid. (Bambang Setiaji, 2008 : 25)

b) Uji Reliabilitas Yang dimaksud dengan reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau

keakuratan yang ditunjukkan oleh instrument pengukuran. Selain itu, juga untuk memastikan bahwa responden cukup konsisten dalam memberikan jawaban (reliabilitas). Analisis keandalan butir bertujuan untuk menguji konsistensi butir- butir pertanyaan dalam mengungkap indicator. Reliabilitas test dapat diestimasikan dengan menggunakan analasis Alpha Cronbach, dengan rumus (Husein, 2003 : 96)

 ))

……………………………...….(3)

Menurut Santoso dan Ashari (2005 : 251) bahwa penelitian responden dianggap reliabel jika mencapai alpha lebih besar dari 0,6. Pengolahan data dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 19.00

Dimana :