EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI DAN KARET DI DAERAH ALIRAN SUNGAI JAMBANGAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011

DI DAERAH ALIRAN SUNGAI JAMBANGAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011 SKRIPSI

Oleh: ERI SETIAWAN K5407019 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI DAN KARET DI DAERAH ALIRAN SUNGAI JAMBANGAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011

Oleh: ERI SETIAWAN K5407019

Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

ABSTRAK

Eri Setiawan. K5407019. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi

dan Karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan Kabupaten Karanganyar

Tahun 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Nopember 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi dan karet, (2) Mengetahui tingkat kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi dan karet,dan (3) Mengetahui produktivitas kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan satuan lahan sebagai satuan analisis. Populasi penelitian yaitu semua lahan yang terdapat pada di Daerah Aliran Sungai Jambangan Kabupaten Karanganyar. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dengan sampel sebanyak 22 satuan lahan yang tersebar di DAS Jambangan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung, wawancara, analisis laboratorium, dan analisis dokumen. Teknik analisis data untuk mengetahui subkelas kesesuaian lahan adalah dengan sistem mencocokkan (matching) antara persyaratan tumbuh tanaman kopi dan karet dengan kualitas dan karakteristik lahan daerah penelitian. Subkelas kesesuaian lahan aktual kemudian diberi perlakuan sesuai faktor pembatasnya disetiap satuan lahan dengan usaha perbaikan pada tingkat pengelolaan sedang dan tinggi, sehingga dihasilkan subkelas kesesuaian lahan potensial di setiap satuan lahan. Unit analisis tingkat produksi tanaman kopi dan karet adalah pada setiap subkelas kesesuaian masing-masing tanaman. Data produktivitas tanaman kopi dan karet diperoleh dari wawancara dan data sekunder dari perusahaan perkebunan. Data ditabulasi dan dianalisis untuk mengetahui tingkat produktivitas tanaman kopi dan karet di daerah penelitian, kemudian dikelaskan sehingga menghasilkan peta produktivitas untuk tanaman kopi dan karet.

Berdasakan hasil analisis data dapat disajikan sebagai berikut: (1) kesesuian lahan aktual untuk tanaman kopi terdapat 9 subkelas yaitu S2 w,r,f,n,s/m,e (0,51%), S3n (7,59%), S3r,n (5,24%), N1r (12,84%), N1r,s/m (14,99%), N1r,e (1,63%), N2r (9,59%), N2s/m (12,45%) N2s/m,e (0,9%); Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman karet terdapat 12 subkelas antara lain : S3w,n (12,47%), S3w,r,n (8,61%), S3t,w,n (0,84%), N1r (7,70%), N1r,e (1,63%), N1s/m,r (20,77%) ,N2s/m (0,66%), N2w (19,79%), N2s/m,e (0,90%), N2 w,r (2,51%), N2w,s/m (10.46%), N2w,s/m,r (4,90%); (2) Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 8 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2r,s/m, S2w,r,f,n, S2w,r,f,n,s/m, S3r,n; S3r,s/m, S r,n,s/m, S3r,s/m,e dan N1s/m; Kesesuaian lahan untuk tanaman kopi dengan tingkat pengelolaan tinggi dihasilkan 9 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2s/m, S2w,r,f,n, S2w,r,f,n,s/m, S3s/m, S3r,n, S3n,s/m, S3r,s/m, N1s/m dan N1r,s/m; Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman karet dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 7 subkelas kesesuaian lahan antara lain : S2t,w,n, S3r, S3t, S3w,r,n, S3t,w,r,n,s/m,e, N1s/m dan N1r,s/m; Kesesuaian lahan Berdasakan hasil analisis data dapat disajikan sebagai berikut: (1) kesesuian lahan aktual untuk tanaman kopi terdapat 9 subkelas yaitu S2 w,r,f,n,s/m,e (0,51%), S3n (7,59%), S3r,n (5,24%), N1r (12,84%), N1r,s/m (14,99%), N1r,e (1,63%), N2r (9,59%), N2s/m (12,45%) N2s/m,e (0,9%); Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman karet terdapat 12 subkelas antara lain : S3w,n (12,47%), S3w,r,n (8,61%), S3t,w,n (0,84%), N1r (7,70%), N1r,e (1,63%), N1s/m,r (20,77%) ,N2s/m (0,66%), N2w (19,79%), N2s/m,e (0,90%), N2 w,r (2,51%), N2w,s/m (10.46%), N2w,s/m,r (4,90%); (2) Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 8 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2r,s/m, S2w,r,f,n, S2w,r,f,n,s/m, S3r,n; S3r,s/m, S r,n,s/m, S3r,s/m,e dan N1s/m; Kesesuaian lahan untuk tanaman kopi dengan tingkat pengelolaan tinggi dihasilkan 9 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2s/m, S2w,r,f,n, S2w,r,f,n,s/m, S3s/m, S3r,n, S3n,s/m, S3r,s/m, N1s/m dan N1r,s/m; Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman karet dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 7 subkelas kesesuaian lahan antara lain : S2t,w,n, S3r, S3t, S3w,r,n, S3t,w,r,n,s/m,e, N1s/m dan N1r,s/m; Kesesuaian lahan

Kesimpulan penelitian ini meliputi: (1). Evaluasi Kesesuaian lahan Aktual untuk Tanaman Kopi dan Karet, yaitu : Terdapat 4 kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi antara lain: Kelas cukup sesuai (S2) seluas 0,51 %, Kelas sesuai marginal (S3) seluas 12,83%, Kelas tidak sesuai saat ini (N1) seluas 29,46%, Kelas tidak sesuai permanen (N2) seluas 22,94%. Terdapat 3 kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman karet antara lain: Kelas sesuai marginal (S3) seluas 12,47%, Kelas tidak sesuai saat ini (N1) seluas (30,10%), Kelas tidak sesuai permanen (N2) seluas 39,22%. (2) Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 8 subkelas kesesuaian lahan Kesesuaian lahan untuk tanaman kopi dengan tingkat pengelolaan tinggi dihasilkan 9 subkelas kesesuaian lahan; Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman karet dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 7; Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman karet dengan tingkat pengelolaan tinggi dihasilkan 6 subkelas kesesuaian lahan (3) produktivitas tanaman kopi produktivitas tanaman kopi tertinggi dengan 896Kg/Ha/tahun dan Produktivitas tanaman karet tertinggi dengan produktivitas sebesar 2.137 kg/ha/tahun. Produktivitas tanaman karet terendah terdapat pada subkelas kesesuaian lahan N2w,s/m dengan produktivitas sebesar 1.618 kg/ha/tahun.

Eri Setiawan. K5407019. Land Suitability Evaluation For Coffee and Rubber Plant At Jambangan Watershed in Karanganyar Regency 2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret, Nopember 2012.

The research is aimed to : (1) to know sub-class level of actual land suitability for coffee and rubber plant, (2) know sub-class of potential land suitability for coffee and rubber plant, and (3) know coffee and rubber productivity at Jambangan Watershed in Karanganyar Regency.

This research uses qualitative descriptive method with land units as the unit analysis. The population of this research is all of land at Jambangan watershed at Karanganyar regency, the samples was taken by purposive sampling technique with amount 22 land units at Jambangan Watershed Karanganyar Regency. Technique of data collected through field, observation, interview, laboratory analysis, and document analysis. Technique of data analysis to know land suitability sub-class with matching grow requisite of coffee and rubber plant with characteristic and quality land. Actual land suitability sub-class then were treated according to limiting factors in each unit of land with the restoration effort at medium and high level, so that the resulting potential land suitability subclass in each land unit. Unit analysis of level production of coffee and rubber are at each subclass of land suitability for each plant. Date of coffe and rubber productivity acquired by interview and secondary data from company plantation. Data tabulated and analysed to know level productivity at research place. Further analysis was performed an average productivity of coffe and rubber on land units based on land suitability subclass level then classified so can result productivity level of coffe and rubber map.

Based on the result of the research it can concluded as follows: (1) there are 9 subclass actual land suitability for coffe plant, those are : S2 w,r,f,n,s/m,e (0,51%), S3n (7,59%), S3r,n (5,24%), N1r (12,84%), N1r,s/m (14,99%), N1r,e (1,63%), N2r (9,59%), N2s/m (12,45%) and N2s/m,e (0,9%); There are 12 subclass actual land suitability for peanut plant, those are: S3w,n (12,47%), S3w,r,n (8,61%), S3t,w,n (0,84%), N1r (7,70%), N1r,e (1,63%), N1r,s/m (20,77%) ,N2s/m( 0,66%), N2w (19,79%), N2s/m,e (0,90%), N2w,r (2,51%), N2w,s/m (10.46%), and N2w,r,s/m (4,90%); (2) Potential land suitability for coffe plant with a medium management level produced eight land suitability subclass include: S2r,s/m, S2 w,r,f,n, S2 w,r,f,n,s/m, S3r,n; S3r,s/m, Sr,n,s/m, S3r,s/m,e and N1s/m; Potential land suitability for coffe plant with a high management level prodused nine land suitability subclass include S2s/m, S2w,r,f,n, S2 w,r,f,n,s/m, S3 s/m, S3 r,n, S3 n,s/m, S3 r,s/m, N1 s/m and N1 r,s/m; Potential land suitability for rubber plant with medium management level produced 7 subclass suitability include: S2t,w,n, S3r, S3t, S3w,r,n, S3t,w,r,n,s/m,e, N1s/m, N1r,s/m; and Potential land suitability for rubber plant with a high management level prodused six land suitability subclass include: S2t,n, S2w,r,n,s/m, S3t, S3w,r,n, S3t,w,n,s/m and

N1r,s/m which is 896 kgs/Ha/year and have the lowest productivity of coffe plants get on land suitability subclass N2s/m is 47 kgs/Ha/year; Highest productivity of Rubber plants get on land suitability subclass S3w,n which is 2137 Kgs/Ha/year and have the lowest productivity of rubber plants get on land suitability subclass N2w,s/m is 1618 kgs/Ha/year.

MOTTO

Semuanya akan menjadi lebih indah jika kita tidak pernah menyerah dengan segala keadaan dan situasi yang ada di depan mata (Anonim)

Hidup tak akan pernah adil selama kamu terus menerus membandingkan dirimu dengan orang lain. Percayalah, kamu berharga dimata Tuhan (Mario Teguh)

Syukuri apa yang ada. Hidup adalah anugerah.Tetap jalani hidup ini. Melakukan yang terbaik (dMasiv)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan sebagai wujud rasa sayang dan cinta kasihku kepada:

1. Bapak Bejo Mulyono dan Ibu Sutarti atas segala pengorbanan setulusnya.

2. Kakakku Vera Listyarini yang selalu memberi semangat dan dukungannya selama ini.

3. Sahabat Geografi 2007 terimakasih atas kebersamaannya

4. Almamater

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan, namun dengan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati diucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan izin penelitian untuk menyusun skripsi.

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi dan Bapak Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku

Pelaksana Tugas Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian.

4. Ibu Dra. Inna Prihartini, M.S selaku Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran membimbing serta mengarahkan peneliti sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

5. Bapak Setya Nugraha, S.Si, M.Si selaku Pembimbing II yang telah

membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyusunan skripsi.

6. Bapak Dr. Sarwono selaku pembimbing akademik, yang dengan sabar memberikan banyak bimbingan selama ini.

7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama ini.

8. Direksi PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Divisi Tanaman Tahunan

9. Bapak Sutarno yang telah banyak membantu di lokasi penelitian.

10. Teman satu tim ’’Jambangan” Raditya Ardi Nugraha terima kasih atas kerjasama dan kerja kerasnya selama penelitian di lapangan.

11. Teman-teman seperjuangan Yunus Aris Wibowo, Yaskinul Anwar, Isnandar Dwi Antoro, yang telah memberikan dukungan, bantuan dan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman tim Liar 07 Futsal Community Rifky, Aryok, Gunawan, Alek, Hanif, Andreas terima kasih atas dukungannya.

13. Keluarga besar Zoomnet Baturan terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

14. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun demikian diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan geografi pada khususnya.

Surakarta, Desember 2012 Penulis

Eri Setiawan K5407019

2. Kesesuaian Lahan Potensial

untuk Tanaman Kopi dan Karet ............................................ 120

3. Produktivitas Tanaman Kopi dan Karet ................................ 152

a. Produktivitas Tanaman Kopi .............................................. 152

b. Produktivitas Tanaman Karet ............................................. 157

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................ 165

A. Kesimpulan.................................................................................. 165

B. Implikasi ..................................................................................... 166

C. Saran ........................................................................................... 167

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 168 LAMPIRAN

Tabel 3.3. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual untuk Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya .................... 56 Table 3.4. Jenis Usaha Perbaikan Karakteristik/Kualitas

Lahan Aktual untuk Menjadi Potensial menurut Tingkat Pengelolaannya ................................................................. 57

Tabel 3.5. Klasifikasi Produktivitas Lahan ...................................................... 58 Tabel 4.1. Pembagian Administratif DAS Jambangan ................................. 64 Tabel 4.2. Rerata Curah Hujan pada Setiap Stasiun Pengamatan

di DAS Jambangan Tahun 2001 – 2010........................................ 67 Tabel 4.3. Kriteria Tipe Iklim Berdasarkan Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson ................................................... 68 Tabel 4.4. Perhitungan Tipe Curah Hujan DAS Jambangan

Tahun 2001 - 2010 Menurut Schmidt dan Ferguson di Setiap Stasiun Pengamatan ....................................................... 68

Tabel 4.5. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Ngargoyoso yang termasuk DAS Jambangan Tahun 2011 ............................... 76 Tabel 4.6. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Mojogedang yang termasuk DAS Jambangan Tahun 2011 ............................... 77 Tabel 4.7. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Kerjo yang termasuk DAS Jambangan Tahun 2011 ............................... 77

Tabel 4.8. Kemiringan Lereng di DAS Jambangan ........................................ 79 Tabel 4.9. Macam tanah yang terdapat di DAS Jambangan ............................ 81 Tabel 4.10. Penggunaan Lahan DAS Jambangan ........................................... 83 Tabel 4.11. Satuan Lahan DAS Jambangan ..................................................... 85 Tabel 4.12. Drainase Tanah DAS Jambangan ................................................. 88 Tabel 4.13. Tekstur Tanah di DAS Jambangan ............................................... 89 Tabel 4.14. KTK Tanah di DAS Jambangan ................................................... 90 Tabel 4.15. pH Tanah di DAS Jambangan ....................................................... 91 Tabel 4.16. N Total Tanah di DAS Jambangan ............................................... 92 Tabel 4.17. P2O5 Tanah di DAS Jambangan ................................................. 93

Tabel 4.19. Besar Erosi DAS Jambangan ....................................................... 95 Tabel 4.20. Kedalaman Efektif di DAS Jambangan ........................................ 96 Tabel 4.21. Kemiringan Lereng di DAS Jambangan ....................................... 97 Tabel 4.22. Kualitas dan Karakteristik Lahan DAS Jambangan ...................... 98 Tabel 4.23. Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Kopi

di DAS Jambangan ....................................................................... 100 Tabel 4.24. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Aktual untuk Tanaman Kopi di DAS Jambangan Tahun 2011 ................ 101 Tabel 4.25. Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Karet di DAS Jambangan ....................................................................... 111 Tabel 4.26. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Karet di DAS Jambangan ..................... 113 Tabel 4.27. Usaha perbaikan lahan aktual menjadi lahan potensial dengan tingkat pengelolaan sedang untuk tanaman kopi di DAS Jambangan ....................................................................... 122

Tabel 4.28. Subkelas Kesesuaiaan Potensial untuk Tanaman Kopi dengan Tingkat Pengelolaan Sedang di DAS Jambangan ........... 123 Tabel 4.29. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan

Potensial untuk Tanaman Kopi dengan Tingkat Pengelolaan Sedang di DAS Jambangan .................................... 125

Tabel 4.30. Usaha Perbaikan Lahan Aktual Menjadi Lahan

Potensial dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi untuk Tanaman Kopi di DAS Jambangan ............................................ 130

Tabel 4.31. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman

Kopi dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi di DAS Jambangan ......................................................................... 131

Tabel 4.32. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan

Potensial untuk Tanaman Kopi dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi di DAS Jambangan ..................................... 133

Tabel 4.33. Usaha Perbaikan Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial

dengan Tingkat Pengelolaan Sedang untuk Tanaman Karet di DAS Jambangan ............................................. 137

Tabel 4.34. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman

Karet dengan Tingkat Pengelolaan Sedang

di DAS Jambangan ........................................................................ 138 Tabel 4.35. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan

Potensial dengan tingkat pengelolaan sedang untuk Tanaman Karet di DAS Jambangan ............................................ 140

Tabel 4.36. Usaha Perbaikan Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial

dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi untuk Tanaman Karet di DAS Jambangan ....................................................................... 146

Tabel 4.37 Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman

Karet dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi di DAS Jambangan ....................................................................... 147

Tabel 4.38. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Karet dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi di DAS Jambangan ........................................................... 149

Tabel 4.39. Produktivitas Tanaman Kopi di DAS Jambangan ........................ 153 Tabel 4.40. Produktivitas Tanaman Karet DAS Jambangan ........................... 161 Tabel 4.41. Perbandingan Produktivitas Tanaman Kopi dengan Karet

di DAS Jambangan ...................................................................... 163

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Profil Produktivitas Tanaman Kopi di DAS Jambangan ............. 5 Gambar 2. Pendekatan Dua Tahapan dan Pendekatan Sejajar

untuk Evaluasi ............................................................................. 11

Gambar 3. Segitiga Tekstur Tanah................................................................. 19 Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran ......................................................... 45 Gambar 5. Skema Alur Penelitian ................................................................. 62 Gambar 6. Tipe Curah Hujan DAS Jambangan Tahun 2001 - 2010

Menurut Schmidt dan Ferguson .................................................. 69 Gambar 7. Profil Tanah Latosol Coklat di Desa Kwadungan Kecamatan Kerjo .......................................................................... 71

Gambar 8. Profil Tanah Mediteran Merah Kuning di Desa Tamansari

Kabupaten Karanganyar. .............................................................. 72 Gambar 9. Sungai Jambangan yang ada di Desa Kuto Kecamatan Kerjo .......................................................................... 73 Gambar 10. Subkelas Kesesuaian Lahan S2 w,r,f,n,s/m,e yang berada di Desa Dukuh Kecamatan Ngargoyoso ................. 103 Gambar 11. Subkelas Kesesuaian Lahan S3n di Desa Kwadungan Kecamatan Kerjo ......................................................................... 104 Gambar 12. Subkelas Kesesuaian Lahan N1r di Desa Ngadirejo Kecamatan Mojogedang.............................................................. 105 Gambar 13. Subkelas Kesesuaian Lahan N2 s/m di Desa Ngadirejo Kecamatan Mojogedang.............................................................. 107 Gambar 14. Subkelas Kesesuaian Lahan S3w,n di Desa Kwadungan Kecamatan Kerjo ......................................................................... 114 Gambar 15. Subkelas Kesesuaian Lahan N2s/m di Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso .............................................................. 117

Gambar 16. Subkelas Kesesuaian Lahan N2s/m,e di Desa Dukuh

Gambar 17. Saluran Buntu atau Rorak di Desa Ngadirejo Satuan Lahan Qlla-III-Lc-Kb ........................ 144 Gambar 18. Tanaman Penutup Lahan (Peuraria Javanica) di desa Kuto Kecamatan Kerjo Satuan lahan Qlla-I-Lc-Kb ........ 145 Gambar 19. Lokasi Bekas Kebun Kopi yang Belum Ditanami Karet di Desa Dukuh Kecamatan Ngargoyoso. .................................... 154 Gambar 20. Lokasi Pengumpulan Lateks oleh Buruh Sadap di Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso. ................................. 159

DAFTAR PETA

Peta 01. Administrasi DAS Jambangan Tahun 2011 ....................................... 65 Peta 02. Lereng DAS Jambangan Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 ........ 80 Peta 03. Macam Tanah DAS Jambangan Tahun 2011 .................................... 82 Peta 04. Penggunaan Lahan DAS Jambangan Tahun 2011 ............................. 84 Peta 05. Satuan Lahan DAS Jambangan Tahun 2011 ...................................... 86 Peta 06. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Kopi

DAS Jambangan tahun 2011 ............................................................. 109 Peta 07. Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Karet di DAS Jambangan ............................................................................. 112 Peta 08. Peta Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi dengan Tingkat Pengelolaan Sedang ................................................. 124 Peta 09. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi.................................................... 132 Peta 10. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Karet

dengan Tingkat Pengelolaan Sedang .................................................. 139 Peta 11. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Karet

dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi .................................................. 148

Peta 12. Produktivitas Kopi DAS Jambangan ................................................ 156

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Curah Hujan Lampiran 2. Hasil Analisis Laboratorium Lampiran 3. Lokasi Sampel Tanah Lampiran 4. Analisis Besar Erosi Lampiran 5. Daftar Isian Lapangan Lampiran 6. Pedoman Wawancara Lampiran 7. Produktivitas Tanaman Kopi Lampiran 8. Produktivitas Tanaman Karet Lampiran 9. Perijinan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, perkebunan merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Selain itu, perkebunan mempunyai kontribusi penting dalam hal meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB).

Nilai PDB perkebunan secara kumulatif mengalami peningkatan, yaitu dari Rp.56,43 trilyun pada tahun 2005 menjadi Rp.104,51 trilyun pada tahun 2010 (triwulan II) atau tumbuh rata-rata per tahunnya sebesar 19,3%. Berdasarkan harga

konstan,

nilai PDB

perkebunan

secara

kumulatif juga

mengalami peningkatan, yaitu dari Rp. 39,81 trilyun pada tahun 2005 menjadi Rp.36,39 trilyun pada tahun 2010 atau meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan per tahun mencapai 3,6%. Anonim : (http://ditjenbun.deptan.go.id/), diakses tanggal 25 Mei 2011.

Kopi sebagai tanaman perkebunan merupakan salah satu komoditas yang menarik bagi banyak negara terutama negara berkembang, karena perkebunan kopi memberi kesempatan kerja yang cukup tinggi dan dapat menghasilkan devisa

yang sangat diperlukan bagi pembangunan nasional. Di Indonesia komoditas kopi

merupakan salah satu subsektor pertanian yang mempunyai andil cukup penting sebagai penghasil devisa ketiga setelah kayu dan karet.

Indonesia merupakan negara produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Kolombia dengan hasil produksi kopi sebesar 485.889 ton atau mencapai 7,4 % dari produksi kopi dunia pada tahun 1996/1997.

Perkebunan kopi di Indonesia terdiri dari Perkebunan Rakyat (Smallholder), Perkebunan Besar Negara (Government) dan Perkebunan Besar Swasta (Private). Salah satu pengelola perkebunan kopi yang berkembang di Indonesia adalah Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) yang merupakan Perkebunan Besar Negara. Daerah operasional PTPN tersebar hampir Perkebunan kopi di Indonesia terdiri dari Perkebunan Rakyat (Smallholder), Perkebunan Besar Negara (Government) dan Perkebunan Besar Swasta (Private). Salah satu pengelola perkebunan kopi yang berkembang di Indonesia adalah Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) yang merupakan Perkebunan Besar Negara. Daerah operasional PTPN tersebar hampir

Indonesia merupakan negara dengan areal tanaman karet terluas di dunia. Pada tahun 2002, luas perkebunan karet Indonesia mencapai 3,318 juta ha, disusul Thailand (1,96 juta ha), Malaysia (1,54 juta ha), China (0,61 juta ha), India (0,56 juta ha), dan Vietnam (0,32 juta ha). Dari areal tersebut diperoleh produksi karet Indonesia sebesar 1,63 juta ton yang menempati peringkat kedua di dunia, setelah Thailand dengan produksi sekitar 2,35 juta ton. Posisi selanjutnya ditempati India (0,63 juta ton), Malaysia (0,62 juta ton), China (0,45 juta ton), dan Vietnam (0,29 juta ton).

Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja bagi penduduk yang ada di sekitar kebun karet seperti buruh sadap karet, komoditi ini juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai salah satu sumber devisa non- migas, pemasok bahan baku karet dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangan karet.

Perkebunan karet di Indonesia juga telah diakui menjadi sumber keragaman hayati yang bermanfaat dalam pelestarian lingkungan, sumber

penyerapan CO 2 dan penghasil O 2 , serta memberi fungsi orologis bagi wilayah di

sekitarnya. Selain itu tanaman karet juga menjadi sumber kayu potensial yang dapat menggantikan kebutuhan kayu yang selama ini mengandalkan hutan alam

Tabel 1.1. Wilayah Kerja PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Divisi Tanaman Tahunan Tahun 2006

No Kebun

Lokasi

Komoditi Utama

Luas (Ha)

1. Kawung

Cilacap

Karet, Kakao

2.659,65 2. Warnasari

Cilacap

Karet, Kakao

Teh, Kakao

Teh, Kopi

1.151,87 8. Siluwok/Subah Batang

Karet, Kopi

2.477,39 10. Merbuh

Kendal

Karet, Kopi

2.917,02 11. Ngobo

Semarang

Karet, Kopi, Kakao

2.261,02 12. Getas

Salatiga

Karet, Kopi

2.216,06 13. Batujamus

Karanganyar Karet, Kopi, Tebu

14. Balong/Beji

Jepara

Karet, Kakao

Sumber : Profil PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Divisi Tanaman Tahunan Tahun 2006 dalam Novianto (2008: 4)

Kabupaten Karanganyar termasuk dalam daerah operasional PTPN, tanaman yang dikelola oleh PTPN di wilayah Kabupaten Karanganyar diantaranya teh, karet, dan kopi. Tanaman kopi dan karet di Kabupaten Karanganyar dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX BatuJamus. Daerah operasional PTPN di Kabupaten Karanganyar termasuk dalam beberapa wilayah Daerah Aliran Sungai. Batas DAS merupakan batas alami atau batas yang terbentuk oleh alam yang berupa punggungan bukit dan bukan merupakan batas buatan manusia, sehingga dalam satu kebun yang dikelola PTPN IX Batujamus bisa termasuk dalam wilayah beberapa DAS.

DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. (Asdak, 1995: 11) Ekosistem DAS, terutama DAS bagian hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, oleh karenanya perencanaan DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. (Asdak, 1995: 11) Ekosistem DAS, terutama DAS bagian hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, oleh karenanya perencanaan

Daerah Aliran Sungai merupakan salah satu unsur penting sebagai unit perencanaan yang utuh merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah, dan air. Menurut Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/V-Set/2009 Tanggal: 05 Maret 2009 mengenai monitoring dan evaluasi kinerja DAS salah satu kegiatannya adalah dengan melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan lahan yaitu kegiatan mengevalusi kesesesuiaan penggunaan lahan. Adanya permasalahan yang ada di atas bagi penulis tertarik meneliti evaluasi kesesuaian lahan dengan menggunakan satuan analisis DAS dan dalam penelitian ini yang diteliti adalah DAS Jambangan Kabupaten Karanganyar.

Daerah Aliran Sungai Jambangan terletak di Kabupaten Karanganyar, meliputi tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan Kerjo, dan Kecamatan Mojogedang yang terdiri dari sembilan desa yaitu, Desa Dukuh, Desa Kuto, Desa Kwadungan, Desa Ganten, Desa Pendem, Desa Nglegok, Desa Jatirejo, Desa Tamansari, Desa Ngadirejo dengan luas keseluruhan 3753,086 Ha

DAS Jambangan termasuk dalam daerah operasional PT. Perkebunan Nusantara IX Batujamus. DAS Jambangan masuk dalam tiga wilayah Afdeling (sub unit kebun) PT. Perkebunan Nusantara IX yaitu Afdeling Karang Gadungan, Afdeling Mojogedang dan Afdeling Batujamus.

Tabel 1.2. Jenis Tanaman dan Luas dari Masing-masing Sub Unit Kebun (Afdeling) di Kebun Batujamus/Kerjoarum

Sub Unit Kebun (Afdeling)

Jenis tanaman

Luas (ha) Jamus

543,29 Kedung Sumber

425,31 Kepoh Sambirejo

Karet

243,11 Balong Jenawi

Karet

Karang Gadungan

Sumber : Buku Kerja PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Tahun 2007 dalam Novianto (2008 : 46)

Berikut ini merupakan data produktivitas tanaman kopi dari PT. Perkebunan Nusantara IX yang masuk daerah penelitian

Gambar 1. Profil Produktivitas Tanaman Kopi di DAS Jambangan Sumber: Data Produksi Tanaman Kopi Afdelling Karanggadungan PT.

Perkebunan Nusantara IX Batujamus Kebun Blok Karang merupakan bagian dari Afdeling Karanggadungan PT. Perkebunan Nusantara IX Batujamus yang termasuk DAS Jambangan. Kebun Blok Karang merupakan satu-satunya kebun yang ditanami tanaman kopi. Tanaman kopi ditanam di Blok Karang mulai tahun 1991 hingga tahun 2007. Hasil produksi tanaman kopi di Blok Karang dari tahun 1994 hingga tahun 2007 cenderung tidak stabil (fluktuatif). Produktivitas tanaman kopi mencapai hasil

Produksi Kopi Blok Karang

Kg Target Realisasi Kg Target Realisasi

Pada tahun 2007 PT Perkebunan Nusantara IX Batujamus melakukan kebijakan dengan konversi tanam dari tanaman kopi ke tanaman karet. Tanaman kopi dianggap kurang produktif karena hasil yang diperoleh tidak memenuhi target produksi perusahaan. Tanaman karet dipilih sebagai pengganti tanaman kopi karena tanaman karet dapat diproduksi hampir setiap hari sedangkan tanaman kopi hanya dapat diproduksi pada saat musim panen tiba, sehingga tanaman karet lebih efisien dibandingkan dengan tanaman kopi.

Dari hasil wawancara dengan penduduk di sekitar kebun kopi salah satu penyebab kurang maksimalnya tanaman kopi adalah kasus pencurian biji kopi

yang membuat PTPN IX Batujamus mengalami kerugian. Produktivitas tanaman

kopi yang rendah atau kurang maksimal dibandingkan dengan produktivitas tanaman karet yang relatif stabil ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dari segi kesesuaian lahan terhadap dua tanaman tersebut. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk kedua tanaman kopi dan karet di DAS Jambangan.

Kesesuaian lahan secara umum terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual merupakan kesesuaian lahan saat ini untuk tanaman tertentu agar diperoleh hasil maksimal. Kesesuaian lahan aktual masih dapat menerima perbaikan kecil pada sumberdaya lahan sebagai bagian spesifikasi tipe penggunaan lahan. Kesesuaian lahan potensial mengacu pada nilai lahan di masa datang apabila melakukan perbaikan lahan skala besar. Perbaikan-perbaikan kualitas lahan pada daerah penelitian disesuaikan dengan faktor-faktor penghambat pada subkelas kesesuaiaan lahan dan juga mempertimbangkan biaya dalam melakukan perbaikan kualitas lahan agar dapat melangsungkan usaha perkebunan. Evaluasi kesesuaian lahan merupakan salah satu metode untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan terhadap tanaman tertentu untuk mendapatkan hasil yang maksimal, meskipun perusahaan perkebunan Kesesuaian lahan secara umum terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual merupakan kesesuaian lahan saat ini untuk tanaman tertentu agar diperoleh hasil maksimal. Kesesuaian lahan aktual masih dapat menerima perbaikan kecil pada sumberdaya lahan sebagai bagian spesifikasi tipe penggunaan lahan. Kesesuaian lahan potensial mengacu pada nilai lahan di masa datang apabila melakukan perbaikan lahan skala besar. Perbaikan-perbaikan kualitas lahan pada daerah penelitian disesuaikan dengan faktor-faktor penghambat pada subkelas kesesuaiaan lahan dan juga mempertimbangkan biaya dalam melakukan perbaikan kualitas lahan agar dapat melangsungkan usaha perkebunan. Evaluasi kesesuaian lahan merupakan salah satu metode untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan terhadap tanaman tertentu untuk mendapatkan hasil yang maksimal, meskipun perusahaan perkebunan

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi dan Karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan Kabupaten Karanganyar Tahun 20 11”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan?

2. Bagaimana kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan?

3. Bagaimana produktivitas kopi dan karet pada di Daerah Aliran Sungai Jambangan?

C. Tujuan Penelitian

Bertolak dari permasalahan yang diungkapkan diatas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan.

2. Mengetahui tingkat kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan.

3. Mengetahui produktivitas kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang kajian ilmu geografi fisik, khususnya kesesuaian

lahan daerah penelitian.

b. Kajian tentang sosial-ekonomi dari hasil penelitian ini yaitu produktivitas tanaman kopi dan karet diharapkan dapat mendukung

penelitian-penelitian sebelumnya, yang berhubungan dengan pemanfaatan lahan.

c. Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di sekolah tingkat menengah khususnya pada mata pelajaran geografi

dalam subpokok bahasan sumberdaya alam kelas XI semester 1, sehingga diharapkan siswa mempunyai kemampuan memprediksi persebaran sumberdaya alam dan pemanfaatanya berdasarkan prinsip berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta dapat memberi contoh pemanfaatannya sumberdaya alam berdasarkan prinsip ekofisien.

2. Manfaat Praktis

a. Setelah diketahui tingkat kesesuaian lahan dan produktivitas tanaman kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan, Penelitian ini

diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guna proses perencanaan dan pengembangan penggunaan lahan dengan memperhatikan usaha konservasi lahan.

b. Setelah diketahui tingkat produksi tanaman kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan yang merupakan aspek sosial-ekonomi

dapat diketahui bagaimana cara memberikan perlakuan kondisi fisik di Daerah Aliran Sungai Jambangan, untuk perencanaan pembangunan di bidang perkebunan khususnya kopi dan karet dalam upaya peningkatan hasil produksi perkebunan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Lahan

Lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lampau dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang tersalinasi (FAO 1976 dalam Arsyad, 1989: 207).

Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spiritual (Arsyad, 1989: 207). Penggunaan lahan dapat dikelompokkan kedalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan non pertanian Penggunaan lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan penyediaan air dan lahan yang diusahakan. Berdasarkan hal itu dikenal macam penggunaan lahan seperti sawah, tegalan, kebun, kebun campuran, ladang, perkebunan dan hutan. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi dan sebagainya

2. Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk macam- macam alternatif penggunaannya (Dent dan Young dalam Abdullah, 1996: 57). Evaluasi lahan dalam suatu proyek perencanaan merupakan alat yang sudah biasa digunakan. Alat ini sangat fleksibel tergantung pada keperluan serta kondisi wilayah yang hendak dievaluasi.

Ada dua cara dalam mengevaluasi lahan yang pertama adalah evaluasi secara langsung, yakni lahan langsung dievaluasi dengan melalui percobaan- Ada dua cara dalam mengevaluasi lahan yang pertama adalah evaluasi secara langsung, yakni lahan langsung dievaluasi dengan melalui percobaan-

Dalam evaluasi lahan ada dua macam pendekatan yang dapat ditempuh. Kedua pendekatan tersebut yaitu:

a. Pendekatan Dua Tahap (Two Stage Approach)

Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan tahap yang kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasai sumber daya lahan baik untuk tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi.

b. Pendekatan Paralel (Parallel Approch)

Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan serempak bersamaan dengan pengujian faktor-faktor fisik.

Secara skematik, pendekatan dua tahapan dan pendekatan sejajar untuk evaluasi lahan dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Pendekatan Dua Tahapan dan Pendekatan Sejajar untuk Evaluasi Lahan (FAO, 1976 dalam Sitorus 1995: 46).

Untuk melakukan evaluasi lahan baik itu dengan mengunakan pendekatan dua tahap maupun pendekatan sejajar perlu didahului oleh konsultasi awal. Ini diperlukan guna mengetahui tujuan dari evaluasi yang akan dilakukan, data apa saja yang diperlukan serta asumsi-asumsi yang akan dipergunakan sebagai dasar dalam penilaian.

Keputusan-Keputusan

Perencanaan

Konsultasi Awal

Survei Dasar Survey Dasar

Klasifikasi

Lahan Kualitatif

Analisis Ekonomi dan

Sosial

Klasifikasi Lahan Kuantitatif

Klasifikasi

Analisis

Kuantitatif dan

Sosial dan

Kualitatif

Ekonomi

Pendekatan Dua Tahapan Pendekatan Sejajar

3. Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan lahan tertentu (Sitorus, 1995: 42). Kelas kesesuaian suatu area dapat berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung dari tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi kesesuaian mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari lokasi yang mempunyai silat-silat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan penggunaannya.

Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan- masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi.

Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) terdiri dari empat kategori yang merupakan tingkatan generalisasi yang bersifat meningkat sebagai berikut:

a. Ordo kesesuaian lahan (Order): menunjukkan jenis atau macam kesesuaian atau keadaan kesesuaian secara global (umum).

b. Kelas kesesuaian lahan (Class): Menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.

c. Subkelas kesesuaian lahan (Sub-Class): menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan di dalam kelas.

d. Satuan kesesuaian lahan (Unit): menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan di dalam Subkelas.

Penjelasan mengenai kategori sistem klasifikasi kesesuaian lahan dapat

1) Ordo Kesesuaian Lahan (Land Suitability Order)

Kesesuaian pada tingkat ordo menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai apabila dipergunakan untuk maksud tertentu. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan lahan yang tergolong tidak sesuai (N).

a) Ordo Sesuai / Suitable Order (S) Lahan yang termasuk Ordo ini adalah lahan yang dapat dipergunakan

untuk penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya. Keuntungan yang diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan (input) yang diberikan.

b) Ordo Tidak Sesuai / Not Suitable Order (N) Lahan yang termasuk dalam ordo tidak sesuai mempunyai pembatas

sedemikian rupa sehingga mencegah terhadap suatu penggunaan tertentu secara lestari.

2) Kelas Kesesuaian Lahan (Land Suitability Class)

Kelas merupakan keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Pada tingkat kelas yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan kembali dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) dibedakan dalam dua kelas, yaitu: lahan tidak sesuai saat ini (N1) dan tidak sesuai permanen (N2).

a) Kelas Sangat Sesuai (Very Suitable Class / S1) Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan

tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak mempengaruhi secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta tidak menambah masukan (input) dari yang biasa dilakukan dalam mengusahakan lahan.

b) Kelas Cukup Sesuai (Adequate Suitable Class / S2) Lahan mempunyai faktor pembatas agak berat. Berpengaruh terhadap

produktivitas lahan tersebut, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani.

c) Kelas Sesuai Marginal (Marginaly Suitable Class / S3) Lahan yang mempunyai faktor pembatas sangat berat apabila

dipergunakan untuk penggunaan tertentu yang lestari. Faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Diperlukan modal tinggi untuk mengatasi faktor pembatas pada S3, sehingga perlu bantuan dari investasi pemerintah atau pihak swasta.

d) Kelas Tidak Sesuai Saat Ini (N1) Lahan yang mempunyai pembatas dengan tingkat sangat berat, akan

tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan saat ini dengan biaya yang rasional.

e) Kelas Tidak Sesuai Permanen (N2) Lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, sehingga tidak mungkin

untuk dipergunakan terhadap suatu penggunaan tertentu yang lestari.

3) Subkelas Kesesuaian Lahan (Land Suitability Sub-Class) Kesesuaian lahan pada tingkat subkelas adalah tingkat kesesuaian

lahan yang mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam suatu tingkatan kelas. Dengan kata lain subkelas merupakan keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas terberat. Jenis pembatas tersebut ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang diletakkan di belakang simbol kelas.

4) Satuan Kesesuaian Lahan (Land Suitability Unit) Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan keadaan tingkatan

dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Semua unit yang berada dalam satu subkelas mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkatan subkelas. Unit yang satu berbeda dengan unit yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan perbedaan detail dari faktor pembatasnya (Djaenudin dkk, 2003: 14).

4. Metode Evaluasi Lahan

Metode evaluasi lahan adalah cara mengetahui potensi atau nilai dari suatu areal untuk penggunaan tertentu. Menurut Jamulya (1992: 1), terdapat tiga metode dalam mengadakan evaluasi lahan, yaitu: