HUBUNGAN ANTAR PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP FREKUENSI PEMERIKSAAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG PADA BALITA DI PUSKESMAS SUNGAI JINGAH BANJARMASIN TAHUN 2015 MARIYANA, S.SiT., MM AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN ABSTRAK - Tampilan HUBUNGAN ANTAR PEN
HUBUNGAN ANTAR PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP FREKUENSI
PEMERIKSAAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG PADA BALITA DI
PUSKESMAS SUNGAI JINGAH BANJARMASIN TAHUN 2015
MARIYANA, S.SiT., MM
AKADEMI KEBIDANAN BUNGA KALIMANTAN
ABSTRAK
Millennium Development Goals (MDGs) have a lower target of under-five mortality by two-thirds of thestate in 1990. Of the studies that have been done, DDST (Denver Developmental Screening Test) identified between
85-100% of infants and preschoolers who have developmental delays, and the "follow up" later turned out 89% of
the abnormal DDST school failure 5-6 years later. This study aims to determine the relationship of knowledge and
attitudes of mothers with early detection examination frequency growth and development in children under five.This type of research using the analytical method with cross sectional approach. The study population was all
pregnant toddler who visited the health center River Jingah months from January to March. Sample a portion of the
population of 99 people and techniques pemgambilan samples accidental sampling. Methods of data collection by
questionnaire. Data analysis using Fisher's exact test α = 0.05The results of this study is the frequency of inspection is the most growth and development of early detection in
young infants less than complete as many as 83 people (83.83%), maternal knowledge of children less well 75
people (75.75%), maternal attitudes as much as 88 people agree toddlers (88 , 88%). Results of analysis of the
statistical tests found a significant association between knowledge of the frequency of early detection examination of
growth and development in children under five (p = 0.004) and there was no significant association between the
frequency of examination of the relationship with the attitude of growth and development in children under five (p =
0.202) .Should be enhancement of knowledge and attitudes conducted either through counseling or the mass media, print
and other early detection examinations so that the frequency of growth and development in young children can be
improved.Keywords : Knowledge, Attitudes, Early Detection Inspection Frequency Growth
LATAR BELAKANG belum memahami hal ini terutama orang tua
yang mempunyai tingkat pendidikan dan Tumbuh kembang merupakan proses sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka kontinu yang dimulai sejak konsepsi sampai menganggap bahwa selama anak tidak sakit,
maturasi /dewasa, pertumbuhan berdampak
berarti anak tidak mengalami masalah pada aspek fisik sedangkan perkembangan kesehatan termasuk pertumbuhan dan berdampak pada matangnya fungsi sistem perkembangannya. Sering kali para orang organ (Nina. 2011). Aspek tumbuh kembang tua mempunyai pemahaman bahwa anak adalah salah satu aspek yang di pertumbuhan dan perkembangannya perhatikan secara serius oleh para pakar, mempunyai pengertian yang sama karena hal tersebut merupakan aspek yang (Nursalam, 2005). menjelaskan mengenai proses pembentukan
Dijelaskan, sebagaimana tercantum seseorang, baik secara fisik maupun di dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang psikososial. Namun, sebagai orang tua Perlindungan Anak adalah sejak di dalam kandungan hingga ia berusia 18 tahun. Anak mempunyai hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang, mendapatkan perawatan, pelayanan kesehatan, stimulasi, pendidikan, perlindungan dari kekerasan serta pemenuhan hak-hak anak lainnya agar menjadi anak yang sehat, cerdas, berakhlak mulia serta berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat serta negara. Adalah kewajiban keluarga, masyarakat, dan pemerintah untuk memenuhi hak-hak anak tanpa kecuali, tanpa diskriminasi, serta menghargai pendapat anak. Oleh karenanya diperlukan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan upaya yang optimal dari berbagai pihak dalam pemenuhan hak anak tersebut sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang maksimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Pemenuhan hak anak ini juga sebagaimana tercantum di dalam UUD 1945 pasal 28, Konvensi Hak- hak Anak (Ratifikasi, berlaku dengan Kepres No. 36 thn 1990), serta UU Kesehatan No 36 tahun 2009 (Depkes RI. 2012).
Menurut Depkes RI, 2006 bahwa 16% balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara (Depkes. 2011 a ). Dari penelitian yang pernah dilakukan, DDST (Denver
Developmental Screening Test )
mengidentifikasi antara 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada “follow up” selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan disekolah 5-6 tahun kemudian (Maryanti, 2011). Dengan ditemukan penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak secara dini, maka intervensi akan mudah dilakukan. Tenaga kesehatan juga akan memiliki waktu dalam membuat rencana tindakan atau intervensi yang tepat (Nanny, 2010).
Berdasarkan data tahun 2014 Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin cakupan kunjungan balita yang tertinggi berada di Puskesmas Kuin Raya (100%) dan cakupan terendah terdapat pada Puskesmas Tanjung Pagar (65%). Namun, berdasarkan data dari Puskesmas Sungai Jingah, data tahun lalu grafik pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada balita masih dalam warna merah (belum memenuhi target). Rata-rata tiap bulan balita berjenis kelamin laki-laki yang melakukan deteksi dini tumbuh kembang adalah sebesar 15,99 %, sedangkan rata-rata tiap bulan berjenis kelamin perempuan sebanyak 14,52 %. Data hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada 2747 balita ditemukan 110 (4%) penyimpangan gizi (status gizi kurang) dan 1 (0,036%) orang memiliki penyimpangan emosional.
Berdasarkan data yang tercatat pada register kunjungan ibu balita pada bulan januari-maret tercatat sebagian besar ibu memiliki pendidikan dasar dan menengah, maka diprediksikan pengetahuan mereka tentang Pemeriksaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang pada Anak Balita Kurang, oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian di Puskesmas Sungai Jingah Banjarmasin. Pengetahuan juga dapat dipengaruhi oleh pendidikan karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak juga pengetahuan yang dimiliki (Nursalam,2003). Menurut Kurt Lewin yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), pendidikan formal yang diterima seseorang akan mempengaruhi pengetahuan seseorang untuk memahami sesuatu dan juga mempengaruhi sikap dan tindakan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi pula kemampuan untuk menyerap dan menerima informasi sehingga pengetahuan dan wawasan lebih luas dan akan mempengaruhi pula perilaku seseorang yang dapat dilihat dari sikapnya. Pendidikan orang. Pada penelitian ini yang merupakan secara umum adalah segala upaya yang variabel bebas adalah Pengetahuan dan direncanakan untuk mempengaruhi sikap dan variabel terikat adalah frekuensi pengetahuan dan kemampuan seseorang pemeriksaan Deteksi Dini Tumbuh untuk memahami sesuatu, juga Kembang pada Anak Balita. Instrumen mempengaruhi sikap dan tindakan dalam Penelitian menggunakan Kuesioner. melaksanakan kegiatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin besar HASIL PENELITIAN kemampuannya untuk menyerap dan 1.
Analisis Data
menerima informasi sehingga pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian dan wawasan lebih luas. terhadap 99 ibu balita untuk mengetahui
Berdasarkan studi pendahuluan di hubungan pengetahuan dan sikap ibu Puskesmas Sungai Jingah, dari 5 ibu yang dengan frekuensi pemeriksaan deteksi memiliki balita yang datang berkunjung ke dini tumbuh kembang pada anak balita Puskesmas Sungai Jingah didapatkan hasil di Puskesmas Sungai Jingah 3 orang yang berpendidikan SD memiliki
Banjarmasin 2015. Setelah itu data pengetahuan kurang (60%) dan 2 orang dikumpulkan, di olah dan di analisa berpendidikan SMA dan SD memiliki secara univariat dan bivariat. pengetahuan cukup (40%). Sedangkan, 5 a.
Analisa Univariat orang ibu tidak mengetahui manfaat
1) Pengetahuan Ibu dilakukan pemeriksaan deteksi dini tumbuh
Pengetahuan ibu dapat diketahui kembang pada balita. dalam tabel dibawah ini :
Berdasarkan uraian diatas, penulis Tabel Distribusi Ibu Balita tertarik untuk melakukan penelitian dengan
Berdasarkan Pengetahuan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap di Puskesmas Sungai terhadap Frekuensi Pemeriksaan Deteksi Jingah Banjarmasin Tahun
Dini Tumbuh Kembang di Puskesmas 2015
Sungai Jingah Banjarmasin Tahun 2015 ”.
No Pengetahuan f %
METODE
1. Kurang 75 75,76 Rancangan penelitian ini
2. Cukup 16 16,16 menggunakan metode survei analitik dengan
3. Baik 8 8,08 rancangan cross sectional, Rancangan Jumlah 99 100 penelitian ini bermaksud untuk mengetahui
Berdasarkan tabel diatas hubungan pengetahuan dan sikap ibu dapat dijelaskan bahwa sebagian terhadap frekuensi Deteksi Dini Tumbuh
Kembang di Puskesmas Sungai Jingah besar ibu balita memiliki Banjarmasin Tahun 2015, Populasi dalam pengetahuan yang kurang baik penelitian ini adalah semua ibu yang terhadap pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita berkunjung membawa anak balita (13-59 sebanya 75 orang (75,76%), dan bulan) di Puskesmas Sungai Jingah pada bulan Januari, februari, maret sebanyak sebanyak 8 orang (8,08%) 8299 orang, rata-rata perbulan adalah 2776 memiliki pengetahuan baik orang, Tehnik pengambilan sampel dalam tentang pemeriksaan deteksi dini penelitian ini adalah menggunakan tehnik tumbuh kembang pada anak balita.
accidental sampling yaitu sejumlah 99
2) Sikap
Berdasarkan Frekuensi Pemeriksaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang pada anak Balita di Puskesmas Sungai Jingah Banjarmasin Tahun 2015
16 83,84 16,16
83
2. Kurang Lengkap Lengkap
1.
No Frekuensi Pemeriksaan f %
Balita dengan Frekuensi Pemeriksaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang pada Balita Di Puskesmas Sungai Jingah 2015
Hubungan Pengetahuan dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada Balita Hubungan pengetahuan dengan frekeunsi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang dapat dilihat di tabel dibawah ini : Tabel Hubungan Pengetahuan Ibu
Analisa bivariat untuk melihat apakah ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dan dependen yaitu kelengkapan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang terhadap pengetahuan dan sikap ibu, yang dilakukan dengan uji- square dengan tingkat kemaknaan p <0,05 untuk melihat korelasi antara variabel independen dan dependen. 1)
b. Analisa Bivariat
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagaian besar ibu balita mempunyai frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balitanya kurang lengkap sebanyak 83 ibu balita (83,84%) dan sebanyak 16 ibu balita (16,16%) mempunyai frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang lengkap.
Frekuensi Pemeriksaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang pada Anak Balita Tabel Distribusi Ibu Balita
Sikap ibu dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel Distribusi Ibu Balita
Berdasarkan Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar ibu balita memiliki sikap yang setuju terhadap pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita sebanyak 88 orang (88,89%) dan sikap sangat setuju terhadap pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita sebanyak 1 orang (1%). Tidak ada sikap ibu balita yang sangat tidak setuju. 3)
Jumlah 99 100
1 10,10 88,89 1,01
88
10
4. Sangat tidak baik Tidak baik Baik Sangat baik
3.
2.
No. Sikap f % 1.
Berdasarkan Sikap Ibu di Puskesmas Sungai Jingah Banjarmasin 2015
Jumlah 99 100 antara pengetahuan dengan frekuensi
N Pengetahu Frekuensi
pemeriksaan deteksi dini tumbuh
o an pemeriksaan
Jumlah kembang pada anak balita di Puskesmas
Kurang Leng Sungai Jingah. Lengkap kap
2) Hubungan Sikap dengan Frekuensi
f % f %
f % Pemeriksaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang pada anak Balita
1 Kurang 67 90,5 7 9,
74 100
2. Cukup* 13 76,5
4
5 3.. Baik* 3 37,5
5
23
17 100 Tabel Hubungan Sikap ibu balita dengan
,5
Frekuensi Pemeriksaan Deteksi Dini
62
8 100 Tumbuh Kembang pada anak Balita
,5
di Puskesmas Sungai Jingah Tahun
Jumlah 83 83,8 1
16
99 100 2015
6 ,2
Keterangan * di gabung dalam uji statistik
N Sikap Frekuensi pemeriksaan Jumlah
o
Kurang LengkapBerdasarkan tabel 4,9 dapat terlihat
Lengkap
hubungan pengetahuan dengan frekuensi
f % f % f %
pemeriksaan tumbuh kembang pada anak
1 Tidak baik
7
70
3
30 10 100
balita. Pada tabel 4.9 tersebut dapat dilihat
2. Baik* 74 85,1 13 14,9 87 100
ibu balita yang memiliki pengetahuan
3.. Sangat baik* 2 100 2 100
kurang sebagian besar 67 orang (90,5%) dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini
Jumlah 83 83,8 16 16,2 99 100
tumbuh kembang pada anak balita kurang
Keterangan *: Di gabung dalam uji statistik
lengkap, pengetahuan ibu balita cukup baik Berdasarkan tabel dapat terlihat sebagian besar 13 orang (76,5%) dengan hubungan sikap terhadap frekuensi frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh pemeriksaan tumbuh kembang pada anak kembang pada anak balita kurang lengkap balita. Pada tabel tersebut dapat dilihat ibu dan pada ibu balita pengetahuan baik anak balita yang memiliki sikaptidak baik sebagian besar 5 orang (62,5%) dengan sebagian besar 7 orang (70%) dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang anak balita lengkap. kembang pada anak balita kurang lengkap. Untuk membuktikan signifikan
Sikap ibu balita baik sebagian besar 74 hubungan pengetahuan dengan orang (85,1%) dengan frekuensi frekuensi pemeriksaan deteksi dini pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang tumbuh kembang anak balita digunakan pada anak balita kurang lengkap dan pada
uji chi squre . Berdasarkan hasil
ibu balita sikap sangat baik sebagian besar 2 pengujian dengan chi squre di dapatkan orang (100%) dengan frekuensi pemeriksaan
50% nilai expected kurang dari 5 (E<5) deteksi dini tumbuh kembang kurang sehingga dilakukan penggabungan lengkap. variabel pengetahuan katagori cukup
Untuk membuktikan signifikan baik dengan kurang baik menjadi tabel hubungan pengetahuan dengan frekuensi
2×2. Kemudian uji dilanjutkan dengan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang menggu nakan uji Fisher’s exact dan digunakan uji chi squre. Berdasarkan hasil didapatkan hasil nilai p = 0,004 di pengujian dengan chi squre di dapatkan 50% bawah nilai di
(0,05), artinya H nilai expected kurang dari 5 (E<5) sehingga tolak. Interprestasi hasil uji statistik dilakukan penggabungan variabel sikap katagori menjadi sangat baik dengan baik menjadi tabel 2×2. Dan uji dilanjutkan dengan menggunakan uji Fisher’s exact dan didapatkan hasil nilai p = 0,202 di atas nilai (0,05), artinya H di terima. Interprestasi hasil uji statistik adalah tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap terhadap frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita di Puskesmas Sungai Jingah.
PEMBAHASAN a. Hubungan Pengetahuan terhadap Frekuensi Pemeriksaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang pada anak Balita
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Dari hasil pengetahuan tersebut, maka manusia akan melakukan suatu perilaku. Dan perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejola kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, presepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya (Wawan dan Dewi, 2010).
Frekuensi adalah keadaan sering atau kekerapan (Anwar, 2003), sedangkan pemeriksaan adalah menyelidiki atau mencari pengetahuan (Anwar, 2003). Jadi, frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang adalah kekerapan atau keadaan sering dalam melakukan penyelidikan tumbuh kembang pada anak.
Pada tabel tersebut dapat dilihat ibu balita yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar 5 orang (62,5%) dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita lengkap, pengetahuan ibu balita cukup baik sebagian besar 13 orang (76,5%) dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita kurang lengkap dan pada ibu balita pengetahuan kurang baik sebagian besar 67 orang (90,5%) dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang anak balita kurang lengkap.
Pengetahuan ibu balita baik sebanyak 5 orang (62,5%) dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita lengkap. Dikatakan demikian karena ibu dapat mengerti tentang pertumbuhan, perkembangan dan deteksi dini tumbuh kembang pada balita. Sedangkan, pengetahuan ibu balita cukup baik sebanyak 13 orang (76,5%) dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita kurang lengkap. Dikatakan demikian karena ibu balita mengerti tentang pertumbuhan, perkembangan dan sebagian pertanyaan tentang deteksi dini tumbuh kembang. Serta, pengetahuan ibu balita kurang baik sebanyak besar 67 orang (90,5%) dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang anak balita kurang lengkap. Dikatakan demikian karena ibu balita mengerti tentang pertumbuhan, tetapi ibu balita kurang mengerti sebagian pertanyaan tentang perkembangan dan deteksi dini tumbuh kembang.
Deteksi dini tumbuh kembang adalah langkah antisipasi yang dilaksanakan untuk menemukan kasus penyimpangan tumbuh kembang sejak dini dan mengetahui serta mengenali faktor resiko penyimpangan tersebut.
Hasil analisis statistik dengan uji Fisher’s exact meyatakan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan frekuensi deteksi dini tumbuh kembang pada balita di Puskesmas Sungai Jingah (p=0,003 < α=0,05).
Penelitian ini bersesuain dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilsa Hidayat (2011) tentang Hubungan pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang pada anak balita dengan keaktifan ibu melakukan deteksi tumbuh kembang di wilayah kerja Puskesmas Bebekan Sidoarjo. Bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tumbuh kembang ibu dengan keaktifan ibu dalam melakukan deteksi tumbuh kembang di wilayah kerja Puskesmas Bebekan Sidoarjo (p=0,000 < α=0,05).
Dengan demikian, pengetahuan sangat berpengaruh dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang. Sehingga, peningkatan pengetahuan perlu dilakukan dengan memperoleh informasi yang lebih banyak tentang pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang. Hal ini dapat diperoleh dari media massa atau penyuluhan- penyuluhan kesehatan.
b. Hubungan Sikap terhadap Frekuensi Pemeriksaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang pada anak Balita
Sikap adalah merupakan interaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo, 1997 dalam Wawan dan Dewi, 2010).
Frekuensi adalah keadaan sering atau kekerapan (Anwar, 2003), sedangkan pemeriksaan adalah menyelidiki atau mencari pengetahuan (Anwar, 2003). Jadi, frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang adalah kekerapan atau keadaan sering dalam melakukan penyelidikan tumbuh kembang pada anak.
Pada tabel tersebut dapat dilihat ibu anak balita yang memiliki sikap sebagian besar sangat baik 1 orang (100%) dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita kurang lengkap. Sikap ibu balita baik sebagian besar 75 orang (85,2%) dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita kurang lengkap dan pada ibu balita sikap tidak baik sebagian besar 7 orang (70%) dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang kurang lengkap.
Penyebab sebagian ibu balita setuju dengan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang dikarenakan oleh ibu setuju dengan deteksi dini tumbuh kembang, ini ditunjukkan dengan terdapat jawaban setuju pada pernyataan deteksi dini tumbuh kembang meliputi jadwal, pengobatan, faktor-faktor penyebab , dan tujuan. Penyebab ibu balita tidak setuju dengan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang dikarenakan ibu tidak setuju dengan deteksi dini tumbuh kembang, ini ditunjukkan dengan terdapat jawaban tidak setuju pada pernyataan faktor penyebab, pertumbuhan anak, dan tahapan masa perkembangan. Sedangkan penyebab ibu balita sangat setuju dengan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang dikarenakan ibu menjawab setuju pada pernyataan deteksi dini tumbuh kembang meliputi jadwal, pengobatan, tujuan, tahapan masa perkembangan dan pemeriksaan detekksi dini tumbuh kembang. Dari hasil analisa uji statistic dengan menggunakan uji Fisher’s exact menyatakan tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita di Puskesmas Sungai Jingah (p=0,202 > α=0,05).
Sikap selalu berubah-ubah, dan terbentuknya dipengaruhi berbagai faktor yaitu pengalaman, orang lain ataupun pengaruh emosioal seseorang. Sedangkan frekuensi pemeriksaan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan dukungan orang terdekat. Sebaiknya, peningkatan dari sikap dan frekuensi pemeriksaan di tingkatkan sesuai dengan faktor-faktor yang menyebabkannya. Misalnya dengan meningkatkan dukungan keluarga kepada ibu, agar ibu mau melakukan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang.
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita di Puskesmas Sungai Jingah tahun 2015 adalah sebagai berikut :
1. Frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita yaitu kurang lengkap sebanyak 83 orang (83,83%) dan lengkap sebanyak 16 orang (16,16%).
2. Pengetahuan ibu balita tentang pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita yaitu untuk pengetahuan kurang baik 75 orang (75,75%), pengetahuan cukup baik 16 orang (16,16%) dan pengetahuan baik 8 orang (8,08%).
3. Sikap ibu balita tentang pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada balita yaitu untuk sikap setuju sebanyak 88 orang (88,88%), sikap tidak setuju 10 orang (10,10%), sikap sangat setuju 1 orang (1,01%) dan sangat tidak setuju tidak ada.
4. Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita (p=0,004)
5. Tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap dengan frekuensi pemeriksaan tumbuh kembang pada anak balita (p=0,202)
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal:
1. Bagi masyarakat Diharapkan adanya kesadaran dalam upaya meningkatkan frekuensi pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita dengan melakukan himbauan/ajakan untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang pada balita 2x dalam setahaun.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
2. Bagi tenaga kesehatan Diharapkan dapat meningkatkan frekuensi pemeriksaan , pengetahuan dan sikap ibu dengan memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu balita tentang pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang yang meliputi jadwal, tujuan, kegiatan dan pengobatan. Serta, dapat pula meningkatkan dengan program- program yang berhubungan dengan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang, seperti brosur, poster, dll.
3. Bagi institusi Diharapkan kepada institusi Akademi Kebidanan Bunga Kalimantan Banjarmasin untuk menambah referensi baru misalnya dengan menambah buku tentang pertumbuhan dan perkembangan serta deteksi perkembangan dan pertumbuhan pada balita. Agar ketika mahasiswa terjun kelapangan, mahasiswa dapat menambah tingkat pengetahuan ibu balita khususnya.
4. Bagi peneliti lain Dapat dilanjutkan dengan penelitian terhadap faktor-faktor lain misalnya dukungan keluarga, pengalaman dan jumlah balita.
DAFTAR PUSTAKA Hidayat, AAA. (2007). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data .
Adriana, Dian. (2011). Tumbuh Kembang & Surabaya: Salemba Medika.
Terapi bermain pada Anak . Denpasar:
Salemba Medika. Hidayat, Hilsa. (2011). Hubungan
pengetahuan ibu tentang tumbuh
Anwar, Desy. (2003). Kamus Lengkap
kembang pada anak balita dengan
Bahasa Indonesia terbaru. Surabaya:
keaktifan ibu melakukan deteksi Amelia Surabaya. tumbuh kembang di wilayah kerja Puskesmas Bebekan Sidoarjo .
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur <http//www.stikesyarsis.com/2011/06/ Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Hubungan pengetahuan dengan.html.> Jakarta: Rineka Cipta. {Diakses 04 Agustus 2015}
Azwar, Saifuddin M.A. (2009). Sikap Karwati dkk. (2011). Asuhan Kebidanan V
Manusia Teori dan Pengukurannya (Kebidanan Komunitas) . Jakarta: Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Trans Info Media.
Pelajar.
Maryanti, Dwi dkk. (2011). Buku Ajar Depkes RI. (2007). Pedoman Pelaksanaan
Neonatus, Bayi & Balita . Jakarta: Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Trans Info Media.
Tumbuh Kembang Anak ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar . Jakarta.
Muslihatun, Wafi Nur. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita . Depkes RI. (2011 a ). Faktor-faktor yang Yogyakarta: Fitramaya.
Berhubungan dengan Tumbuh Kembang. Dikutip dari :
Nanny, Vivian Lia Dewi. (2010). Asuhan <http://citraabadi2010.blogspot.com/2 Neonatus Bayi dan Anak Balita.
011/03/> {Diakses 29 April 2015}.
Yogyakarta: Salemba Medika. Depkes RI. (2012).
Nina, Mariyani. (2011).
> {Di akses 19 April 2015}. Tahun 2011.
Dewi, Martalia. (2009). Analisis Dikutip dari:
Pelaksanaan Program Stimulasi,
<http://suksesdantrik.blogspot.com/20
Deteksi dan intervensi dini Tumbuh 11/04/> {Diakses 19 April 2015}. Kembang (sdidtk) Balita dan Anak Prasekolah Di Puskesmas Kota
Notoadmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi
Semarang Tahun 2009 . Dikutip dari : Kesehatan & Ilmu Perilaku . Jakarta:
Rineka Cipta. Diakses 19 April 2015}.
Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Ellya, ES dkk. (2010).
Metodelogi Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineka Penelitian untuk Mahasiswa Diploma Cipta. Kesehatan . Jakarta: Trans Info Media. Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan
bayi dan Anak (Untuk Keperawatan dan kebidanan) . Jakarta: Salemba
Medika. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta: Salemba
Medika. Rahayu, Sri Dedeh. (2009). Asuhan Keperawatan Anak dan Neonatus.
Jakarta: Salemba Medika. Rochmah, K.M dkk. (2012). Penuntun
Belajar Asuhan Neonatus, Bayi & Balita . Jakarta: EGC.
Siddik, Alhudawi Hasbiyah. (2011).
Hubungan Pengetahuan dan sikap ibu dengan keaktifan ibu melakukan kunjungan posyandu dalam deteksi tumbuh kembang pada balita di Keluharan Ujung Pandang . < {Diakses
04 Agustus 2015} Susena, A. Tutu dan Masrurah H. (2009).
Kamus Kebidanan . Yogyakarta: Citra Pustaka.
Susetyo, Budi. (2010). Statistik untuk . Bandung:
Analisa Data Penelitian Refika Aditama.
Wawan A dan Dewi. (2010). Teori &
Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia dilengkapi contoh
. Yogyakarta: Nuha medika.
kuesioner