TUGAS MANDIRI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

TUGAS MANDIRI
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PESISIR

”PROGRAM SERTIFIKASI PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (PIRT) PADA USAHA MIKRO
KECIL MENENGAH (UMKM) OLEH KEMENTRIAN KESEHATAN PROVINSI RIAU
(STUDI KASUS PADA RUMAH MADU WILBI, KABUPATEN KAMPAR)”

Oleh :
EKO SUTRISNO P.

DOSEN PENGAMPU :
Prof. DR. ZULFAN SAAM

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014

PENDAHULUAN
Pengembangan usaha kecil di Indonesia dewasa ini dirasakan semakin penting
mengingat pada pembangunan 25 tahun mendatang kemampuan sektor pertanian sangat

terbatas dalam menyerap tambahan tenaga kerja yang ada. Di sisi lain, penyerapan tenaga
kerja oleh sektor jasa dan industri besar juga masih terbatas. Pada kondisi semacam ini, dimasa
mendatang, ketika sektor perkotaan menjadi semakin penting peranannya, usaha kecil
diharapkan akan memainkan peran dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan beberapa
penelitian yang telah dilakukan, kesempatan kerja yang ditawarkan oleh kegiatan-kegiatan
ekonomi produktif dan jasa pada sektor usaha kecil dapat memberikan tingkat pendapatan
yang memadai.
Upaya untuk mengembangkan usaha kecil tetap diperlukan mengingat adanya beberapa
fungsi penting usaha kecil dalam perekonomian Indonesia, yaitu :
1. Usaha kecil tidak hanya menyediakan barang-barang dan jasa bagi konsumen yang berdaya
beli rendah, tetapi juga bagi konsumen yang berdaya beli lebih tinggi. Selain itu usaha kecil
juga menyediakan bahan baku atau jasa bagi usaha menengah dan besar, termasuk
pemerintah lokal.
2. Usaha kecil hingga saat ini mampu menyediakan kesempatan kerja dan sumber pendapatan
bagi sekitar 30 juta orang dari 189 juta orang penduduk Indonesia (16%). Selain itu, dari
80 juta orang angkatan kerja yang ada, baru sekitar 11 juta orang (14%) yang terdaftar
sebagai tenaga kerja formal di sektor industri, jasa dan pemerintah (Latief, 1994).
3. Usaha kecil memberikan kontribusi yang tinggi (sekitar 55%) terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia di sektor-sektor perdagangan, transportasi dan industri (Indoconsult,
1993).

4. Sektor ini mempunyai peran cukup penting dalam penghasilan devisa negara melalui usaha
pakaian jadi (garments), barang - barang kerajinan termasuk meubel dan pelayanan bagi
wisatawan.
5. Sektor ini mempunyai peran strategis yang menjembatani kebijakan pemerintah untuk
mengembangkan sektor industri berdasarkan teknologi canggih dan kebijakan pengentasan
kemiskinan.

Berdasarkan kelima fungsi tersebut perhatian pemerintah terhadap usaha kecil dan
perorangan makin muncul. Mengacu pada situasi itu, sektor ini perlu diberi prioritas kebijakan
dalam pembangunan, pemerintah bisa berada dalam dua aspek peran. Dalam peran pertama
pemerintah memberikan subsidi untuk sejumlah sektor ekonomi. Sedangkan dalam peran
kedua pemerintah mengkoordinasi dan mendukung kegiatan usaha. Aspek pendekatan yang
dapat dijalankan melalui memetakan peranan masyarakat, orientasi produksi dan orientasi
komunitas (Soetomo, 2009).
Dalam mengatasi krisis ekonomi sekarang kebijaksanaan ekonomi harus menganut
paradigma baru dimana pemberdayaan ekonomi rakyat harus menjadi perhatian utama. Karena
sebagian besar rakyat hidup pada sektor pertanian dan sektor ini masih memberikan kontribusi
yang besar pada perekonomian negara, maka pemberdayaan ekonomi rakyat juga berarti
membangun ekonomi pertanian lebih baik. Pembangunan industri harus memperhatikan
keterkaitan kebelakang (backward linkage) dengan sektor pertanian atau sektor primer

sedangkan keterkaitan kedepan (forward lingkage) harus memperhatikan pengolahan untuk
meningkatkan nilai tambah dan pemasaran yang baik sehingga produk yang dihasilkan tidak
sia-sia (Mudrajad Kuncoro, 2000).
Sasaran pembangunan Daerah Riau mengacu kepada lima pilar utama, yaitu: 1)
pembangunan

ekonomi

berbasiskan

kerakyatan;

2)

pembinaan

dan

pengembangan


sumberdaya manusia; 3) pembangunan kesehatan/olahraga; 4) pembangunan/kegiatan seni
budaya; dan 5) pembangunan dalam rangka meningkatkan iman dan taqwa. Pembangunan
ekonomi kerakyatan akan difokuskan kepada pemberdayaan petani terutama di pedesaan,
nelayan, perajin; dan pengusaha industri kecil. Fokus pembangunan pemerintah daerah Riau
pada bidang transportasi, irigasi dan sarana & prasarana pemukiman.
Provinsi Riau merupakan endemik pohon sialang yang terkenal sebagai salah satu pohon
rumah lebah hutan (Apis dorsata). Madu yang merupakan salah satu produk hasil hutan bukan
kayu dengan nilai ekonomis tinggi, namun mengharuskan penanganan yang baik dan benar
pada proses pemanenan hingga pengemasan. Walaupun memiliki potensi produksi madu yang
tinggi akan tetapi sampai saat ini usaha perlebahan hutan di Riau belum dikelola secara
profesional. Kegiatan usaha tersebut masih dikelola seadanya sehingga belum ada titik temu
antara standar produksi yang dihasilkan oleh petani (produsen) dengan standar yang
dibutuhkan oleh pengguna.

HASIL & PEMBAHASAN

Program sertifikasi Produk Industri Rumah Tangga (PIRT) dari dinas kesehatan
kabupaten dan kota adalah bentuk legal/pengakuan dari dinas kesehatan bahwa UKM yang
mendapatkan sertifikat memahami dan telah memiliki sarana dan prasarana yang sesuai
dengan prinsip keamanan pangan. Semoga program tersebut dapat mendorong UKM untuk

memperluas pasar dengan produk yang kompetitif (aman dan bermutu), sehingga pendapatan
mereka meningkat yang pada akhirnya dapat mewujudkan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat. PIRT ini sangat penting karena bisa menambah kepercayaan konsumen terhadap
produk UMKM, selain itu konsumen akan tenang dan merasa aman saat mengonsumsinya.
Biasanya setelah mendapatkan setifikat PIRT, maka pemilik usaha dapat sekaligus
mengajukan sertifikasi untuk label halal dan merk dagangannya. Lembaga pemerintah yang
terkait pada proses penerbitan ijin ini diantaranya dinas kesehatan, dinas koperasi dan usaha
kecil menengah, dinas perindustrian dan majelis ulama Indonesia. Jika seluruh sertifikat
tersebut sudah dimiliki oleh pemilik usaha, maka dalam proses pemasaran sudah mempunyai
nilai lebih dibandingkan dengan pemilik usaha yang belum bersertifikat (scala home industry).
Rumah madu wilbi merupakan salah satu bentuk usaha kecil – menengah yang bergerak
dibidang makanan, khususnya pada madu hutan. Historinya menemukan peluang bisnis ini
adalah tidak sengaja, mengingat pemilik usaha ini adalah seorang peneliti lebah. Awalnya
hanya bereksplorasi sejak tahun 80an diseluruh kabupaten di provinsi Riau, melihat sebaran
alam yang masih banyak, potensi untuk diversifikasi produk juga besar dan tata niaga yang
belum terbentuk dengan baik maka pada skala penampung dimulai mengumpulkan madu lebah
hutan.
Sejak dulu madu dikenal sebagai suplemen makanan yang berkhasiat bagi kesehatan
manusia. Selain itu, madu juga memiliki rasa yang manis dan lezat sehingga mudah diterima
oleh masyarakat Indonesia. Namun berdasarkan data yang ada saat ini, tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap madu (khususnya madu murni) semakin hari makin berkurang. Kondisi
demikian disebabkan banyaknya madu palsu yang beredar di pasaran, dimana dari segi kualitas
sangat jauh jika dibandingkan dengan madu murni yang asli. Tingkat konsumsi madu di
Indonesia cukup rendah, yaitu 15 gram/ orang untuk setiap tahunnya, sehingga pesan moral
dalam bisnis ini adalah untuk memberikan edukasi ke masyarakat agar mengkonsumsi madu,
dalam artian membiasakan minum madu setiap hari.

Pada awalnya sempat mengalami kesulitan pada awal mula pengembangan usahanya.
Selain laporan keuangan, pasokan madu dari produsen yang terkadang terlambat membuat
pemilik usaha harus menyusun strategi. Untuk mensiasati kondisi tersebut, pemilik dipaksa
selalu menyediakan stok dari produsen. Madu-madu dari produsen yang dikemas dalam jerigen
besar kemudian dikemas ulang dengan varian dan ukuran yang beragam. Proses pengemasan
dilakukan sendiri dibantu anggota keluarga yang lain. Kemasan yang digunakanpun masih
sederhana tanpa perlakuan apapun.

Gambar 1. Madu dalam kemasan sederhana

Seiring berjalannya waktu, pasokan semakin banyak pemasaranpun semakin luas maka
terfikir untuk semakin memantapkan dan memajukan usaha keluarga ini. Salah satu langkah
nyatanya adalah mengikuti program penyuluhan keamanan pangan yang diselenggarakan oleh

kementrian kesehatan guna mendapatkan serifikat produk industri rumah tangga. Sertifikat ini
merupakan langkah awal untuk memaksimalkan pemasaran madu lebah hutan dengan jaminan
kualitas. Program ini merupakan kerjasama antara dinas kesehatan dengan dinas koperasi,
usaha kecil dan menengah provinsi Riau. Program ini meliputi :
1. Program Peningkatan kualitas dan penyebarluasan informasi, program penciptaan iklim
usaha-usaha mikro kecil menengah yang kondusif
2. Program pengembangan kewirausahaan dan produk unggulan kompetitif usaha mikro kecil
menengah
3. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha mikro, kecil dan menengah
4. Program peningkatan kelembagaan

Perlahan namun pasti, setelah mengikuti program serupa tersebut pada tahun 2010
rumah madu wilbi semakin berkembang. Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas madu
maka pelaku usaha mencoba dengan cara menurunkan kadar air dengan prinsip menaikkan
suhu. Namun produk tersebut tidak berjalan lama dikarenakan konsumen kurang menyukai
penampakan madu yang telah dikurangi kadar airnya. Tidak ingin jalan ditempat, untuk
meningkatkan daya beli konsumen rumah madu wilbi melakukan beberapa inovasi melalui
produk turunan madu hutan, yaitu :
 Madu dengan nektar spesifik
 Madu sarang

 Propolis

 Royal jelly

 Bee pollen
 Sabun

 Shampoo

 Cream wajah

Gambar 2. Produk rumah madu wilbi

Dari segi pemasaran, rumah madu wilbi giat melakukan promosi produk – produknya
melalui media cetak dan elektronik. Brosur, pamphlet sampai dengan spanduk disebar. Selain
itu untuk menyebarluaskan produknya pelaku usaha mengikuti berbagai ajang pameran skala
lokal dan nasional. Untuk mengatasi kendala modal, sampai saat ini pelaku usaha masih
mengandalkan asset keluarga tidak terlibat dalam pinjaman dana dari lembaga finansial
manapun. Dari segelintir kisah sukses ini, penulis mencoba melakukan analisa finansial melalui
pendekatan keuntungan bersih (Benefit Netto) pada tabel 1.

Tabel 1. Cost produksi per ton
Uraian
Volume
Faktor produksi :
Madu hutan
43,000 Kg
Kemasan
5,000 unit
Label
600 unit
Plastik segel
200 unit
Jumlah A
Upah :
saring
1,000 Kg
sortir & kemas
1,000 Kg
Jumlah B
Jumlah A + B


Jumlah
43,000,000
5,000,000
600,000
200,000
48,800,000
1,000,000
1,000,000
2,000,000
50,800,000

Selama ini harga madu yang dijual perkilogramnya adalah Rp 60.000,- dengan demikian
dapat diperoleh benefit netto hasil penjualan madu per ton adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Benefit netto
Cost produksi
Harga /Kg
Pendapatan penjualan
Benefit netto
Benefit /Kg (%)


:
:
:
:
:

50,800,000
60,000
60,000,000
9,200,000
18.11

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa saat ini rata – rata produksi rumah
madu wilbi adalah 3 – 4 ton per bulan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha pada
sektor perlebahan ini cukup menjanjikan. Jika diteliti lebih dalam, faktor kesuksesan ini tidak
terlepas dari program pemerintah yang menjadi pijakan fundamental dalam usaha ini. Faktor
tersebut adalah :

1. Inventarisasi faktor produksi multiefek
Hal ini terkait dengan berbagai alat dan mesin produksi yang multifungsi pada tahap
processing dan packaging. Dapat juga dinilai sebagai aset yang dapat diperhitungkan biaya
penyusutannya.
2. Peningkatan kualitas produk (higienis & packaging)
Pada tahap ini untuk menjamin kepuasan konsumen dilakukan produksi yang bersih dan
higienis serta dikemas dalam kemasan yang menarik. Selain itu dengan teknik pengemasan
yang benar, maka masa simpan produk dapat bertahan lama.
3. Diversifikasi produk
Untuk mengurangi kejenuhan akan konsumsi produk dari jenis yang sama, maka dilakukan
substitusi berupa produk olahan dari bahan baku yang sama. Hal ini berguna juga agar
semua bagian yang tidak terpakai dalam proses produksi dapat diminimalisir.
4. Promosi dan perbaikan tata niaga
Tahapan akhir dari sebuah proses produksi adalah pemasaran. Untuk mendapatkan hasil
akhir yang memuaskan semua pelaku produksi, maka promosi mutlak dibutuhkan. Hal ini
berguna untuk memperkenalkan produk kepada konsumen yang tersebar keberadaannya.
Rantai tata niaga sangat efektif jika tidak terlalu panjang antara produsen ke konsumen.
Mengingat faktor biaya pengiriman dimasukkan kedalam harag penjualan sebuah produk.
5. Rekomendasi lembaga finansial
Rekomendasi ini mutlak diperlukan oleh pelaku usaha dalam proses pengajuan pinjaman
modal ke lembaga keuangan. Proses ini menjadi penting mengingat sistem ekonomi yang
berlaku saat ini ada campur tangan pemerintah.
6. Monitoring dan evaluasi
Setelah berhasil menyelenggarakan sebuah program, menjadi bagian yang tidak terpisahkan
adalah tahap monitoring dan evaluasi. Hal ini menjadi sangat menentukan berjalan sukses
atau tidaknya sebuah program. Pada tahapan ini juga, tindakan preventif dan kuratif
dilakukan guna mencapai tujuan akhir yang sama.

PENUTUP

Pemerintah yang diberi mandat oleh rakyat untuk menjalankan sebuah kelembagaan
yang legal, diharapkan mampu memberi perhatian hingga ke masyarakat ekonomi menegah
kebawah. Masyarakat melalui kementerian teknis terkait berupaya menyelaraskan berbagai
program guna meratakan kesejahteraan sebagai mana diamanatkan oleh Undang Undang Dasar
1945. Program Dinas Kesehatan dan dinas koperasi, usaha kecil dan menengah provinsi Riau
dirasakan sangat bermanfaat oleh pelaku usaha kecil (home industry). Melalui pendekatan dan
sosialisasi serta monitoring dan evaluasi dalam konsep kemitraan, menjadikan usaha keluarga
rumah madu wilbi menjadi berkembang dan mulai dikenal pada pasar nasional.
Belajar dari pengalaman dan informasi yang diperoleh, lambannya perkembangan UKM
di daerah disebabkan oleh beberapa masalah yang dihadapi pengusaha daerah. Permasalahan
tersebut antara lain: a) Lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber
permodalan; b) Ketersediaan bahan baku dan kontinuitasnya; c) Terbatasnya kemampuan
dalam penguasaan teknologi; d) lemahnya organisasi dan manajemen usaha; dan e) Kurangnya
kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia.
Pengembangan UKM di daerah diharapkan dapat mencapai beberapa sasaran, yaitu: a)
menarik pembangunan di daerah; b) menciptakan nilai tambah; c) menciptakan lapangan
pekerjaan; d) meningkatkan penerimaan daerah; e) memperbaiki pembagian pendapatan; dan
f) meningkatkan pengetahuan pelaku usaha melalui perubahan teknologi.

DAFTAR PUSTAKA
Indo Consult. 1993. Small Enterprise Development and the International Research Centre.
Support for research'. Ottawa.
Latief, A. 1994. Sapta Karyatama Pelita VI DEPNAKER. Departemen Tenaga Kerja. Jakarta.
Mudrajad Kuncoro, 2000, Ekonomi Pembangunan, UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Soetomo. 2009. Pembangunan Masyarakat – Merangkai sebuah Kerangka. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.