HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN
KINERJA KEPEMIMPINAN WASIT BOLA VOLI DITINJAU
DARI PERBEDAAN GENDER
PROPOSAL TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh
Debi Krisna Irawan
NIM 1502308

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan gambaran
secara umum mengenai kecerdasan emosional, dan kinerja kepemimpinan
seorang wasit yang ditinjau dari perbedaan gender (pria dan wanita), serta


mengetahui apakah terdapat korelasi antara ketiga variabel tersebut atau
tidak. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif
yang menggambarkan bagaimana hubungan antara ketiga variabel.
Pengambilan data dengan metode ini hanya satu kali, yaitu memberikan
perlakuan (treatment) yang berupa pengisian angket dan lembar penilaian,
lalu jawaban dari responden langsung diolah untuk selanjutnya menjadi data
hasil penelitian.
Hasil penelitian berdasarkan beberapa kajian teori yang didapatkan
menjelaskan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kecerdasan
emosional dan kinerja kepemimpinan wasit bola voli bila ditinjau dari
perbedaan gendernya. Kesimpulan sementara yang diperoleh sebelum
dilakukan penelitian yang sebenarnya ialah terdapat hubungan keterkaitan
yang signifikan antara kecerdasan emosional dan kinerja kepemimpinan wasit
bola voli bila ditinjau dari perbedaan jenis kelamin atau gender.
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pertandingan maupun
perlombaan dalam olahraga, tidak terkecuali para pengadil di lapangan atau

yang lebih kita kenal dengan sebutan wasit/juri. Menurut Pranata Hadi (2012:
5) dalam Ridwan (2015:16) menyatakan “Ketertiban pertandingan dan
keteraturan kompetisi sangat ditentukan oleh kualitas wasit.”
Selain itu, setiap orang yang melakukan suatu pekerjaan tentulah
memerlukan kecerdasan emosional untuk mencapai keberhasilan dari
pekerjaan (kinerja), seperti yang diungkapkan oleh Goleman (1999:31) dalam
Maharsi (2009:32) “Kecerdasan (IQ) dan Kecerdasan Emosi (EQ) merupakan
faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, namun kecerdasan emosilah
yang lebih berperan untuk menghasilkan kinerja yang cemerlang.” Lebih
lanjut Umar (2011:6) menyatakan bahwa:
“Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi
kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan.
Peningkatan diri dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap sangat
dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip

karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara
intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ dan SQ).”
Selanjutnya Steers, Porter, dan Bigley (1996) dalam Situmorang
(2011:3) menyimpulkan bahwa “gaya kepemimpinan perempuan lebih
demokratik dibanding pria dalam lingkungan organisasi yang sama.” Lebih

tegas Kusumawati (2007:41) menyebutkan:
“Meskipun demikian terdapat beberapa perbedaan dalam gaya
kepemimpinan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan cenderung
mengambil gaya kepemimpinan yang lebih demokratis. Mereka
mendorong partisipasi, berbagai kekuasaan dan informasi, serta
berupaya meningkatkan harga diri pengikutnya. Mereka lebih suka
memimpin lewat keterlibatan dan mengandalkan kharisma, kepakaran,
kontak, dan keterampilan antar pribadi mereka untuk mempengaruhi
orang lain. tetapi laki-laki lebih besar kemungkinan untuk
menggunakan suatu gaya komando dan pengendalian direktif. Mereka
mengandalkan otoritas formal posisi mereka sebagai pangkalan dari
pengaruh mereka.”
Berdasarkan beberapa pernyataan yang telah dipaparkan di atas, penulis
menilai ketiga aspek tersebut perlu diteliti. Jika ketiga aspek tersebut terbukti
mempengaruhi satu dengan yang lain atau memiliki keterkaitan yang
signifikan, maka ketiga hal ini semestinya dijadikan standar kompetensi yang
harus dimiliki seorang wasit, terutama wasit bola voli. Jika penelitian ini tidak
dilakukan, kinerja wasit bola voli tidak pernah akan meningkat karena
ketidaktahuan mereka mengenai hal-hal apa saja yang idealnya harus
dipahami dan dimiliki oleh seorang wasit.

Selain itu, bertolak dari beberapa rujukan yang digunakan, peneliti juga
belum menemukan kajian mengenai hubungan antara ketiga hal tersebut
terutama yang diterapkan kepada wasit bola voli. Maka dari itu, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengungkapkan gambaran secara umum
mengenai kecerdasan emosional, dan kinerja kepemimpinan seorang wasit
yang ditinjau dari perbedaan gender (pria dan wanita), serta mengetahui
apakah terdapat korelasi antara ketiga variabel tersebut atau tidak.
B. Rumusan Masalah
Pertanyaan penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tentang kecerdasan emosional dan kinerja
kepemimpinan wasit bola voli bila ditinjau dari perbedaan gender?

2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional
dengan perbedaan gender?
3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional
dengan kinerja kepemimpinan wasit bola voli?
4. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara perbedaan gender
dengan kinerja kepemimpinan wasit bola voli?
5. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional
dan kinerja wasit bola voli bila ditinjau dari perbedaan gender?

C. Tujuan Penelitian
Secara lebih spesifik, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui gambaran tentang kecerdasan emosional dan kinerja
kepemimpinan wasit bola voli bila ditinjau dari perbedaan gender.
2. Mengetahui hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional
dengan perbedaan gender.
3. Mengetahui hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional
dengan kinerja kepemimpinan wasit bola voli.
4. Mengetahui hubungan yang signifikan antara perbedaan gender dengan
kinerja kepemimpinan wasit bola voli.
5. Mengetahui hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan
kinerja wasit bola voli bila ditinjau dari perbedaan gender.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran istilah yang digunakan,
maka penulis memberikan penjelasan tentang beberapa istilah yang
digunakan dalam penelitian ini diantaranya:
1. “Kecerdasan emosional (emotional quotient / EQ) adalah kecerdasan
emosional sebagai kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan
perasaan orang lain, kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri
sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. (Daniel Golemen

1995:512-514 dalam Suryanti 2012:12)
2. “Gender adalah konsep yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan
antara laki-laki dan perempuan secara sosial budaya. Perbedaan ini
mengacu kepada unsur emosional dan kejiwaan, sebagai karakteristik
sosial dimana hubungan laki-laki dan perempuan dikonstruksikan
sehingga berbeda antara tempat dan waktu.” (Doyle:1985 dalam
Situmorang 2011:129)

3. “Kinerja adalah sebagai prestasi atau sumbangan yang diberikan baik
secara kuantitatif maupun kualitatif yang terukur dalam rangka membantu
tercapainya tujuan kelompok dalam satu unit kerja.” (Eliana 2006:36
dalam Tambunan 2009:12)
4. “Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang untuk
mengarahkan usaha-usaha ke arah pencapaian tujuan tertentu.” (Gibson
dan Hodgetts : 1986 dalam Suntoda 2012:2)

BAB II
Review Literature
A. Rujukan Teori
Untuk menentukan asumsi, penulis merujuk kepada beberapa penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dirujuk berasal dari jurnal,
skripsi, maupun tesis yang materi pembahasannya menyerupai dan relevan
dengan penelitian yang penulis lakukan. Sumber rujukan tersebut diantaranya
adalah:

1. Skripsi Mohamad Firdaus Ridwan (2015) dengan judul “Tingkat
Kepuasan Atlet Terhadap Kinerja Wasit Pada Kejuaraan Bola Voli
Senior Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014.”

2. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Diah Maharsi (2009) dengan judul
“Kontribusi Kemampuan Memanfaatkan Media Pembelajaran,
Kecerdasan Emosional Dalam Interaksi Sosial Dan Sikap Profesional
Guru Terhadap Kinerja Guru Dalam Pembelajaran.”
3. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Totong Umar (2011) dengan
judul “Pengaruh Outbond Training Terhadap Peningkatan Rasa
Percaya Diri Kepemimpinan Dan Kerjasama Tim.”
4. Jurnal Psikologi Nina Zulida Situmorang (2011) yang berjudul “Gaya
Kepemimpinan Perempuan.”
5. Jurnal Administrasi Bisnis Adriani Kusumawati (2007) yang berjudul
“Kepemimpinan Dalam Perspektif Gender: Adakah Perbedaan?”

6. Skripsi Erna Suryanti (2012) dengan judul “Tingkat Kecerdasan
Emosional (EQ) Atlet Pencak Silat (UKM) UNY Kategori Tanding.”

7. Tesis Don Juano Tambunan (2009) dengan judul “Hubungan Profesi Dan
Harapan Berkarir Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani
Olahraga Dan Kesehatan SMA Kabupaten Simalungun.”

8. Jurnal Keolahragaan Andi Suntoda Situmorang yang berjudul “ Gaya
Kepemimpinan Pelatih Olahraga Dalam Upaya Mencapai Prestasi
Maksimal.”

9. Skripsi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Debi Krisna Irawan (2014) yang
berjudul “Hubungan Antara Pemahaman (Interpretasi) Peraturan
Permainan dan Tingkat Kecemasan (Anxiety) Sebelum Memimpin
Pertandingan dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Voli.”
B. Hasil Penelitian dari Sumber Rujukan
Hasil penelitian pada daftar rujukan yang pertama adalah pada
penelitian Ridwan (2015:48) disebutkan bahwa “Masih ada atlet yang kurang
puas dengan kepemimpinan wasit pada kejuaraan bola voli senior provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014.” Data yang didapatkan mengenai

kepuasan atlet terhadap kinerja wasit bola voli yaitu pada kategori sangat
rendah 3,06%, kategori rendah 29,59%, kategori sedang 37,76%, kategori
tinggi 21,43%, dan kategori sangat tinggi 8,16%.
Selanjutnya pada pembahasan mengenai aspek yang lain, Maharsi
(2009:35) menyebutkan bahwa “kemampuan memanfaatkan media
pembelajaran, kecerdasan emosional, dan sikap profesional guru secara
bersama-sama memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru
dalam pembelajaran.” Analisis koefisen korelasi untuk kecerdasan emosional
terhadap kinerja guru didapatkan sebesar 0,480 dan rata-rata 93,35. Maka ini
termasuk ke dalam kategori tinggi.
Menurut Umar (2011:8) dalam pembahasan penelitiannya menyebutkan
“Dimana dalam outbound training dilakukan menggunakan unsur olahraga
dan permainan yang cenderung membuat peserta terlibat langsung secara
kognitif (pikiran), afektif (emosi) dan psikomotorik (gerakan fisik motorik).
Sehingga secara psikologis dapat dijumpai keterangsangan emosi dan fisik
motorik pada diri peserta. Hal tersebut secara langsung maupun tidak

langsung akan mendorong seseorang untuk menjadikan dirinya yang terbaik
dalam individu mauoun dalam kerja sama tim tanpa mereka sadari.”
Pernyataan dari Steers, Porter, dan Bigley (1996) yang dikutip oleh

Situmorang (2011:3) menyebutkan bahwa “gaya kepemimpinan perempuan
lebih demokratik dibanding pria dalam lingkungan organisasi yang sama.”
Lalu ungkapan yang sama persis pun dinyatakan oleh penelitian dari
Kusumawati (2007:41) bahwa “...perempuan cenderung mengambil gaya
kepemimpinan yang lebih demokratis, sedangkan laki-laki lebih besar
kemungkinan untuk menggunakan suatu gaya komando dan pengendalian
direktif...”
Kemudian pernyataan selanjutnya dikutip dari Irawan (2014:22) yaitu
“Kepemimpinan itu secara garis besar merupakan suatu pemberian pengaruh
pada seseorang yang bekerja sama dalam suatu kegiatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama. Bila dikaitkan dengan wasit,
kepemimpinan merupakan proses membawa semua anggota tim yang tengah
bertanding untuk dapat mendukung semua keputusan yang wasit berikan.”
Pengaruh emosi yang muncul pada atlet dapat mengubah perilaku yang
dapat mengganggu koordinasi gerak yang halus dan gerak yang kompleks
sehingga menghambat kinerja di lapangan. Meningkatnya stres dalam
pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif baik dalam hal
fisik maupun psikis sehingga kemampuan olahraganya menurun dan
menghambat pencapaian prestasi. Untuk itu, diperlukan kecerdasan
emosional dimiliki atlet pencak silat kategori tanding agar dapat

mengendalikan aspek rasa dengan baik. sehingga kinerja konvensional IQ
dapat lebih efektif. Dengan demikian atlet dapat mengoptimalkan
kemampuan selama pertandingan berlangsung.” (Suryanti, 2012:24)
Suntoda (2009:12) mengemukakan Kaitannya dengan penerapan gaya
kepemimpinan dalam upaya mencapai prestasi yang maksimal dalam lahraga,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1). Tidak ada gaya kepemimpinan pelatih yang dapat digeneralisasikan, dan
cocok untuk diterapkan sepanjang waktu atau berbagai situasi.
2). Setiap gaya kepemimpinan pelatih akan berhasil dengan baik jika
dilakukan dengan tepat, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik situasi.

3). Tidak terpaku pada gaya kepemimpinan pelatih tertentu.
4). Gaya kepemimpinan pelatih yang baik adalah mengambil hal-hal yang
positif dari masing-masing gaya, kemudian dipadukan dan diterapkan ke
dalam situasi yang cocok.
5). Tidak perlu ragu-ragu untuk mengkombinasikan berbagai gaya
kepemimpinan pelatih.
6). Jika pencapaian prestasi tidak berhasil, hendaknya secara hati-hati dalam
mengevaluasi dan tidak segera menyalahkan kepemimpinan pelatih yang
telah diterapkan.
C. Kerangka Pikir
Dalam memimpin pertandingan, seorang wasit akan mengerahkan
semua kemampuan mewasiti, sikap kepemimpinan, termasuk kemampuan
dalam hal kecerdasan terutama kecerdasan emosional untuk mencapai suatu
keberhasilan dalam memimpin pertandingan (kinerja).
Kinerja merupakan output terakhir yang akan dijadikan sebagai objek
penilaian yang berawal dari beberapa aspek yang tadi disebutkan. Jika salah
satu tidak dimiliki dengan baik, maka hal ini akan berdampak kepada kinerja
wasit di lapangan. Oleh karena itu, baik aspek kecerdasan emosional maupun
kinerja kepemimpinan wasit merupakan sekian dari beberapa faktor
pendukung terciptanya kinerja atau keberhasilan kerja yang diharapkan dari
seorang wasit.
D. Hipotesis
Menurut beberapa pendapat yang mendefinisikannya, wasit secara
terjemahan bebasnya adalah seseorang yang diberikan tugas untuk memimpin
sebuah pertandingan atau perlombaan dalam kegiatan olahraga. Beranjak dari
pengertian itulah, sosok seorang wasit menjadi lebih kompleks ketika
beberapa hal seperti kecemasan, kecerdasan emosional, atau kepemimpinan
yang dituntut untuk dimiliki oleh seorang wasit yang didasari alasan yakni
agar pertandingan berjalan dengan lancar. Seperti yang dikemukakan Irawan
(2014:7) bahwa “Asumsi dasar yang kedua yang dikemukakan bahwa wasit
yang baik adalah wasit yang tidak memiliki rasa cemas saat akan menghadapi
sebuah pertandingan. Karena jika seorang wasit terganggu oleh perasaan
cemas yang berlebihan maka dapat dipastikan pertandingan tidak akan
berjalan dengan lancar.”

Sebagai seorang wasit, tentulah harus memiliki sikap kepemimpinan
yang baik, terutama saat memimpin pertandingan. “Sikap kepemimpinan
wasit di lapangan sangat dibutuhkan karena wasit harus memiliki pendirian
yang kuat serta harus memiliki keputusan yang ajeg atau tidak berubah-ubah”
(Irawan, 2014:22).
Selain hal di atas, kecerdasan emosional (EQ) juga tidak kalah
pentingnya bagi seorang wasit. Namun, yang kemudian menjadi perhatian
adalah apakah terdapat perbedaan atau tidak jika kinerja kepemimpinan wasit
dan kecerdasan emosional bila ditelaah dari segi perbedaan gender antara
wasit pria dan wanita. Berangkat dari hal tersebut dan merujuk kepada
beberapa penelitian yang telah diungkap tadi, maka perbedaan gender dinilai
akan berpengaruh terhadap aspek yang dimiliki seorang wasit bola voli
terutama pada aspek kepemimpinan atau leadership.
BAB III
Metode Penelitian
A. Desain dan Alur Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman pada suatu penelitian. Hal ini berguna untuk memperjelas apa jenis
penelitian yang digunakan, berapa variabel yang ada pada penelitian tersebut,
dan variabel mana yang termasuk ke dalam variabel bebas dan variabel
terikatnya. Berikut desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini.

X1

Y

X2
Keterangan :
X1

: Kecerdasan Emosional

X2

: Kinerja Kepemimpinan Wasit Bola Voli

Y

: Perbedaan Gender

Selanjutnya adalah alur penelitian. Alur penelitian ini berguna untuk
memperjelas tahapan yang akan dilalui pada suatu penelitian. Tujuannya agar

tahapan atau langkah yang telah ditentukan tidak terlewat, sehingga penelitian
tidak melebar keluar pembahasan serta berjalan sesuai dengan apa yang telah
disusun sebelumnya. Alur pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kecerdasan
Emosional

Populasi

Sampel

Angket

Gender
Kinerja
Kepemimpinan

Kesimpulan

Pengolahan

Data
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah wasit bola voli indoor yang
berlisensi nasional di Jawa Barat. Target untuk sampel penelitian adalah wasit
bola voli indoor pria dan wanita di Jawa Barat yang berlisensi Nasional.
Pemilihan sampel menggunakan teknik yang disebut dengan purposive
sample. Penggunaan teknik ini karena dari jumlah populasi keseluruhan akan
diambil beberapa wasit bola voli yang paling memenuhi ketentuan yaitu wasit
pria dan wanita yang dalam hal ini dapat digunakan untuk meneliti dari segi
perbedaan gender, bersertifikat nasional, memiliki pengalaman yang cukup
pada setiap tingkatan pertandingan sehingga dapat mengungkapkan
kecerdasan emosional dan kinerja kepemimpinan berdasarkan gendernya
masing-masing. Sedangkan untuk sampel dalam penelitian ini penulis
mengacu pada penjelasan dari Arikunto (2006:183) mengenai syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam purposive sample yaitu:
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau
karakteristik tertentu, yang merupakan ciri pokok populasi.
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek
yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada
populasi (key subjectis).
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam
studi pendahuluan.

Hasil

Atas dasar penjelasan tersebut maka penulis mengambil kepada
sebagian dari jumlah keseluruhan wasit bola voli di lingkungan pengurus
daerah Provinsi Jawa Barat yang dianggap paling banyak memiliki ciri-ciri
yakni 20 orang wasit pria dan 10 orang wanita serta memiliki sertifikat
nasional. Pengambilan sampel sebanyak 30 orang wasit pria dan wanita
tersebut karena faktor keterbatasan wasit di Jawa Barat yang dinilai penulis
memenuhi kriteria yang ditetapkan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian sangat diperlukan dalam suatu penelitian karena
instrumen ini dapat lebih memperjelas tentang alat yang akan digunakan oleh
penulis serta dapat membantu penulis dalam penelitian maupun pengolahan
datanya nanti. Penelitian ini menggunakan instrumen sebanyak 2 buah, yaitu
angket mengenai kecerdasan emosional yang diisi oleh sampel, dan angket
yang di dalamnya penilaian kinerja kepemimpinan wasit yang diisi oleh
peneliti dan penilaiannya dilakukan sebelum, saat, dan setelah wasit
memimpin pertandingan.
Instrumen yang pertama mengenai kecerdasan emosional menggunakan
instrumen berupa angket yang diadopsi dari Lane dkk. (Agusliani, 2014:42).
Angket ini berisi sejumlah pertanyaan/pernyataan yang diajukan untuk
mengetahui bagaimana kecerdasan emosional para wasit bola voli. Sedangkan
instrumen kedua yakni mengenai kinerja wasit bola voli diadopsi dari tes
kinerja wasit Heryana (Bahri, 2013:34). Dalam penelitian sebelumnya tes
kinerja ini telah diujikan kepada wasit bulu tangkis dan bola voli, sehingga
instrumen ini dinilai yang paling sesuai untuk mengetahui kinerja pada wasit
bola voli.
Validitas instrumen yang pertama adalah sebesar sebesar 0,89 dan
reliabilitas sebesar 0,86 (Lane, dkk. dalam Agusliani, 2014:42). Sedangkan
teknik pemberian skor menggunakan skala Likert berdasarkan kategori untuk
setiap butir penyataan positif, yaitu Tidak Pernah Merasakan dengan poin 1,
Pernah Merasakan dengan poin 2, Merasakan dengan poin 3, dan Sering
Merasakan dengan poin 4. Kategori untuk setiap butir pernyataan negatif,

yaitu Tidak Pernah Merasakan poinnya 4, Pernah Merasakan poinnya 3,
Merasakan poinnya 2, dan Sering Merasakan poinnya 1.
Sedangkan instrumen yang kedua memiliki tingkat validitas sebesar
0,923 yang didapatkan dari Bahri (2013:40). Selanjutnya pemberian skor
kinerja wasit dalam penelitian ini merujuk kepada skala sikap Likert yang
disertai dengan lima tingkatan skala yaitu Sangat Baik dengan poin 5, Baik
dengan poin 4, Cukup dengan poin 3, Jelek dengan poin 2, dan Sangat Jelek
dengan poin 1. (Bahri, 2013:35).
D. Treatment (Perlakuan)
Perlakuan yang diberikan kepada sampel adalah dua jenis. Pertama
adalah sampel penelitian diberikan angket mengenai kecerdasan emosional,
dengan beberapa item pertanyaan yang berkaitan dengan maksud untuk
mengungkap kecerdasan emosional wasit bola voli. Perlakuan ini diberikan
kepada setiap wasit yang telah memimpin suatu pertandingan.
Perlakuan yang kedua adalah berkaitan dengan kinerja. Perlakuan ini
diberikan kepada wasit dengan cara penulis memperhatikan wasit tersebut
selama bertugas, dan menilai setiap kinerja yang dilakukannya dengan
mengisi lembar penilaian kinerja wasit. Treatment ini dilakukan sebelum atau
pada saat persiapan sebelum pertandingan dimulai, saat pertandingan
berlangsung, dan setelah pertandingan berakhir.
Kedua perlakuan ini dilakukan sebanyak satu kali kepada setiap wasit
yang bertugas, dan penelitian ini dianggap telah lengkap bila semua wasit
yang dipilih menjadi sampel penelitian telah mengalami kedua perlakuan ini.
Waktu yang digunakan untuk mengambil informasi tersebut adalah selama
kompetisi tersebut dilaksanakan.
E. Pengolahan Data
1. Menghitung rata-rata (Nurhasan, dkk. 2008:23) dengan rumus sebagai
berikut:
=
Keterangan :
= Nilai rata-rata yang dicapai

= Skor yang diperoleh
n = Jumlah orang atau peristiwa
∑ = “sigma” yang berarti jumlah
2. Menghitung nilai simpangan baku (Nurhasan, dkk. 2008:38) dengan
rumus sebagai berikut:

Keterangan :
s = Simpangan baku
x = Skor yang dicapai seseorang
= Nilai rata-rata
n = banyaknya jumlah orang
3. Menguji normalitas data dengan menggunakan uji kenormalan Lillefors.
Prosedur yang digunakan menurut (Nurhasan, dkk. 2008:118-119) adalah
sebagai berikut:
a. Hitung nilai rata-rata ( X́ ¿ dan simpangan baku (S).
b. Hitung nilai Zi masing-masing skor yang didapat dengan pendekatan:
X i − X́
S
c. Tentukan luas daerah dengan bantuan tabel F (nilai-nilai Z). Jika nilai Zi
Z 1=

nya negatif, maka ketentuannya ( 0,5 – hasil tabel Z1 ) dan jika nilai Z1
nya positif, maka dalam menentukan F ( Z1 ) adalah ( 0,5 + hasil tabel
Z1).
d. Selanjutnya dihitung proporsi S ( Z1 ) dengan pendekatan urutan skor
dibagi jumlah keseluruhan.
urutan
S (Z i)=
n
e. Menghitung selisih F ( Z1 ) - S ( Z1 ) kemudian tentukan harga mutlaknya.
f. Hasil selisih tersebut ambil harga terbesar (Lo).
g. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo dengan
nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih.
Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesisnya adalah : hipotesis

diterima apabila Lo < L α tabel , dan hipotesis ditolak apabila Lo > L α
tabel.
4. Menghitung korelasi antara variabel X dengan variabel Y dengan
menggunakan rumus:
Σ X1Y 1
γ=
2
2
( Σ X 1) ( Σ Y 1 )
Keterangan :
γ
= Korelasi antara variabel X dan variabel Y
X1
= Beda antara tiap skor dengan nilai rata-rata variabel X
Y1
= Beda antara tiap skor dengan nilai rata-rata variabel Y
5. Menguji signifikansi korelasi antara variabel X dan variabel Y dengan



menggunakan rumus uji t sebagai berikut:
r √ n−2
t=
√ 1−r 2
Keterangan:
t = nilai t-hitung yang dicari
r = koefisien korelasi variabel
n = banyaknya sampel
6. Menguji korelasi ganda (Nurhasan, dkk. 2008:197) dengan menggunakan
rumus:



r 2 x y 1 +r 2 x y 2−2 rx y 2 r y 1 y 2
Rx y 1 y 2=
1−r 2 y 1 y 2
Keterangan:
Rx y 1 y 2
= Koefisien korelasi ganda
rx y 1
= Koefisien korelasi antara X dengan y 1
rx y 2
= Koefisien korelasi antara X dengan y 2
r y 1,2
= Koefisien korelasi antara y 1 dengan y 2
7. Uji signifikansi koefisien korelasi ganda (Nurhasan, dkk. 2008:199)
dengan rumus:
R2 /k
F=
( 1−R2 ) /n−k−1
F = Tingkat signifikansi
r = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah sampel
8. Menghitung determinan, untuk mengetahui kontribusi setiap variabel
dengan menggunakan rumus:
2
D=r X 100
Keterangan:
D = Presentase yang dicari

r2

= Kuadrat dari korelasi
Daftar Pustaka

Agusliani, R. (2014). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan
Kerjasama Tim Dalam Cabang Olahraga Bola Voli. Skripsi, Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan
Indonesia.
Bahri, S. (2013). Hubungan Antara Tingkat Kepercayaan Diri Dengan
Kinerja Kepemimpinan Wasit Bola Voli Indoor Jawa Barat. (Skripsi).
Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Irawan, D. K. (2014). Hubungan Antara Pemahaman (Interpretasi)
Peraturan Permainan dan Tingkat Kecemasan (Anxiety) Sebelum
Memimpin Pertandingan dengan Rasa Percaya Diri Wasit Bola Voli.
(Skripsi). Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Kusumawati, A. (2007). Kepemimpinan Dalam Perspektif Gender: Adakah
Perbedaan?. Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 1 Nomor 1.
Maharsi, D. (2009). Kontribusi Kemampuan Memanfaatkan Media
Pembelajaran, Kecerdasan Emosional Dalam Interaksi Sosial Dan
Sikap Profesional Guru Terhadap Kinerja Guru Dalam
Pembelajaran. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Volume 2, Nomor 1.
Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ridwan, M. F. (2015). Tingkat Kepuasan Atlet Terhadap Kinerja Wasit Pada
Kejuaraan Bola Voli Senior Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2014. (Skripsi). Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Yogyakarta.

Situmorang, A. S. Gaya Kepemimpinan Pelatih Olahraga Dalam Upaya
Mencapai Prestasi Maksimal. Fakultas Pendidikan Olahraga Dan
Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Situmorang, N. Z. (2011). Gaya Kepemimpinan Perempuan. Makalah
Psikologi Pada Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra,
Arsitektur, dan Sipil). Fakultas Psikologi, Universitas Gunadharma.
Suryanti, E. (2012). Tingkat Kecerdasan Emosional (EQ) Atlet Pencak Silat
(UKM) UNY Kategori Tanding. (Skripsi). Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Tambunan, D. J. (2009). Hubungan Profesi Dan Harapan Berkarir Terhadap
Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan SMA
Kabupaten Simalungun. (Tesis). Pascasarjana, Universitas Medan.
Umar, T. (2011). Pengaruh Outbond Training Terhadap Peningkatan Rasa
Percaya Diri Kepemimpinan Dan Kerjasama Tim. Jurnal Ilmiah
SPIRIT ISSN 1411-8319 Vol. 11 No. 3. FKIP Jurusan Pendidikan
Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.