Kebudayaan Abad Pertengahan Eropa dalam

Kebudayaan Abad Pertengahan Eropa
PENDAHULUAN
Kita sebagai manusia sering melakukan kegiatan seperti makan, minum, bersalaman
dengan orang, berinteraksi dengan orang lain, namun kita tidak menyadari bahwa itu
merupakan bagian dari sebuah kebudayaan. Itulah realita yang ada dalam kehidupan kita, kita
telah melakukan suatu aktivitas kebudayaan. Menurut Ilmu Antropologi, kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.[1]
Kebudayan memiliki tiga wujud yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari
ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya; wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat; wujud kebudayaan
sebagai benda-benda hasil karya manusia. Selain itu kebudayaan juga memiliki unsure-unsur,
unsure itu terdiri dari unsur bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan
hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Dari itu
dapat dikatakan bahwa setiap tindakan yang dilakukan manusia dapat disebut sebagai suatu
kebudayaan.
Bila kita membicarakan suatu kebudayaan, pasti akan teringat dengan salah satu kiblat
kebudayaan dunia yaitu kebudayaan Eropa, walaupun kebudayaan Timur Tengah dan Mesir
tidak dapat kita kesampingkan juga. Salah satu yang menarik dari kebudayaan Eropa ialah
disitulah awal peradaban manusia dimulai. Bermula dari peradaban Yunani hingga
dilanjutkan peradaban Romawi dengan berbagai macam kebudayaan yang dihasilkan

tentunya. Berbagai macam kebudayaan yang muncul pada kedua zaman itu telah banyak
memberi sumbangsih pada perkembangan kebudayaan di dunia. Setelah zaman itu munculah
zaman dimana orang menyebutnya zaman kegelapan, zaman tidak berkembangnya ilmu
pengetahuan dan lebih dominannya doktrin-doktrin gereja. Sebutan lain untuk zaman ini ialah
Abad Pertengahan, abad kegelapan Eropa dan juga awal berjayanya kebudayaan Eropa. Hal
ini cukup menarik dimana ketika masyarakat Eropa terjatuh dalam keterpurukan, namun
mereka dapat kembali bangkit dari keterpurukan itu serta dapat kembali seperti masa
kejayaan Romawi atau Yunani. Inilah yang menarik dari kebudayaan Eropa, saya akan

mencoba membahas kebudayaan Eropa pada masa Abad Pertengahan. Dengan berbagai
sumber diharapkan akan timbul tulisan yang representatif.

PEMBAHASAN
Banyak penulis mengatakan abad pertengahan merupakan abad dimana ilmu
pengetahuan dan pemikiran manusia tidak berkembang. Doktrin agama dianggap lebih
menonjol dalam kehidupan masyarakat. Namun kebudayaan Eropa pada abad ini juga tetap
berkembang dengan berbagai cara. Ilmu pengetahaun juga turut bekembang pada abad
pertengahan dengan munculnya kumpulan pengetahun yang disebut “ensiklopedia”, satusatunya kelompok sosial yang memiliki otoritas untuk menjawab segala pertanyaan. Salah
satu tokoh penyusun ensiklopedia ialah Isidore dari Seville (638) yang menyusun
Erymologies. Seorang tokoh besar dalam Zaman kegelapan. Karyanya yang disebutkan itu

terkenal sepanjang Zaman Pertengahan, dan boleh disetarakan Encyclopedia Britanica.
Ketika masa Karoling mulai bermunculan sekolah-sekoloah terkenal seperti sekolahsekolah Irlandia, Anglo-Saxon, Karel Agung. Kemunculan sekolah-sekolah ini tidak lepas
dari campur tangan dari Karel Agung yang sangat memperhatikan ilmu pengetahuan. Pada
era ini juga muncul dua sarjana hebat, yaitu Alcuin dan Eginhard dengan karyanya Life of
Charlemagne. Namun menjelang abad XI perdagangan bangkit kembali, mobilitas penduduk
meningkat, dan kota-kota tumbuh pesat di Italia Utara. Bersamaan dengan kesemuanya itu
bangkit pula minat yang tinggi untuk menggali kembali peradaban Yunani dan Romawi.
Minat untuk menggali karya-karya besar sarjana Arab dan Yunani juga cukup tinggi. Dan,
sepanjang abad pertengahan, bahkan hingga zaman modern ini, pandangan yang lebih
mementingkan berpikir secara logis daripada mengamati alam secara langsung cukup
mendominasi para sarjana. Sedanglan para ahli logika abad pertengahan berpendapat bahwa
semua hal mungkin dapat didiskusikan dalam terang buku-buku Aristoteles tentang logika
yang baru diketemukan kembali. Berilutmya pada abad XII dan XIII banyak sarjana yang
berminat mempelajari karya-karya Aristoteles tentang moral dan filsafat. Pada beberatahun
berikutnya mulai muncul beberapa universitas dan menjamur dimana-mana. Organisasi
universitas dibentuk setelak gilda-gilda bermunculan. Para guru dan murid membentuk
semacam kursus. murid berkedudukan sebagai pemagang, yakni orang yang belajar
keterampilan mengajar. Sedangkan guru berkedudukan sebagai master, dan mereka inilah

yang menentukan kapan seseorang murid dapat menjadi master. Tapi sebelumnya murid

harus menempuh dan lulus semacam ujian. Jika lulus ia menjadi bachelor.
Kesusteraan juga turut berkembang, dengan bentuk khas kesusteraan periode ini
adalah hagiografi, atau kisah-kisah para santo. Banyak dari kisah-kisah ini yang telah disusun
menjadi semacam antologi yang dikenal sebagai Acta Sanctorum atau kisah Para Santo.
Kisah ini menjadi bacaan umum di biara-biara, tempat kisah-kisah itu berasal. Gregorius
Agung, Paus pada 590-604 adalah pemimpin gereja yang paling bersemangat mendorong
penulisan tentang kehidupan para santo. Karyanya sendiri yang berjudul Dialogoues, yang
ditulis untuk menyenagkan umat Kristen, penuh dengan berbagai cerita keajaiban untuk
menunjukkan kebenaran agama Kristen. Karya lain Gregorius, yakni Magna Moralia,
merupakan komentar atau catatan terhadap Kitab Job. Karya ini menjadi fondasi teologi
selam Zaman Pertengahan. Tokoh lain yang cukup berpengaruh ialah Boethius dengan karya
yang berkaitan teologi dan karya besarnya adalah Consolation of Philosophy yang ditulis
dalam penjara. Selain kedua tokoh itu masih ada Cossiodorus seorang Italia yang
berpengaruh dalam penyelenggaraan pendidikan pada zaman pertengahan.
Ketika awal zaman ini praktis ilmu kedokteran tidak mengalami kemajuan.
Pengetahuan kedokteran yang sempat dikembangkan oleh Hippocrates dan Galen terabaikan.
Para sarjana lebih suka menerima pengetahuan atas dasar otoritas orang-orang seperti Pilinius
letimbang melakukan penyelidikan secara langsung. Dalam perkembangan berikutnya ilmu
kedokteran dapat bangkit dari keterpurukan. Sebagian pengetahuan dan keterampilan yang
tinggi, yang diwarisi oleh para praktisi kedokteran Arab dri bangsa Yunani masuk kembali ke

Eropa melalui Salerno. Hingga abad XI, ilmu tentang anatomi tubuh manusia belum dikenal
di Barat. Kemudian Constantinus Africanus menekankan perlunya praktek pembedahan, dan
boleh jadi inilah awal kebangkitan kembali studi tentang anatomi manusia. Para sarjana lebih
mencurahkan perhatiannya pada ilmu kedokteran Arab. Dari sinilah penemuan kembali ilmu
kedokteran kuno, sebagaimana yang pernah dikembangkan para sarjana Yunani, menjadi
sesuatu yang sangat memungkinkan.
Ilmu hukum tidak begitu hilang di abad pertengahan, ini dibuktikan ketika abad XI da
XII memori tentang hukum Romawi kuno yang dikodofikasikan oleh Kaisar Justianus
tidaklah hilang sama sekali. Disana-sini para sekretaris dan penasehat uskup dan raja
menyimpan dokumen-dokumen resmi yang masih ada kaitannya dengan hukum Romawi.
Karena para raja, bangsawan, dan pemimpin gereja membutuhkan orang-orang yang terlatih

dalam bidang hukum, maka para pengacara atau ahli hukum diangkat menduduki pos-pos
administratif dalam pemerintahan gereja maupun negara.
Selama abad gelap, di Eropa Barat tidak ada gaya khas yang berkembang. Mundurnya
peradaban Romawi berakibat pada melemahnya upaya pengembanhan gaya arsitektur
orisinal. Ketika kondisi sosial dan ekonomi pada abad X mengalami peningkatan. Hal ini
mendorong kebangkitan kembali aktivitas seni abad pertengahan. Gereja-gereja yang
dibangun dengan gaya baru di segala penjuru Eropa Barat mengingatkan kembali pada
baslika-baslika yang dibangun di Roma abad IV, V, dan VI. Salah satu gereja gaya

Romanesque yang terkenal adalah katedral Pisa, yang selesai dibangun pada 1903 dan contoh
lainnya adalah gereja biara Cluny.
Abad pertengahan memunculkan berbagai macam kebudayaan, salah satunya
arsitektur Ghotik. Arsitektur Ghotik adalah kreasi para genius abad pertengahan. Sebagai
gaya dalam seni, gaya Ghotik ini lebih baik bila diperbandingkan dengan gaya-gaya lainnya.
Beberapa kritikus menempatkan gaya Ghotik ini lebih tinggi daripada artsitektur Yunani.
Pengaruh arsitektur Ghotik lebih luas daripada gaya Romanisque. Perbedaan utama
keduanya adalah bahwa gaya Ghotik serba lancip, sedangkan gaya Romanisque serba bundar.
Selama masa Romanisque penggambaran peristiwa-peristiwa kurang tampak hidup.
Para senimannya tidak memakai model yang hidup, tetapi langsung memahatkan bayanganbayangan yang ada dalam memori mereka. Hasilnya seni pahat Romanisque tidak tampak
naturalistik. Bila pemahat Ghotik sebelum memahat mereka pelajari dulu obyek yang akan
mereka pahat secara cermat dan naturalistik. Satu hal yang khas dalam seni pahat Ghotik
adalah penampilannya yang kaku hingga sering mengecoh para pengamat.
Pada abad pertengahan seni musik diabdikan pada gereja. Pada mulanya pemimpin
gereja tidak suka menggunakan musik dalam kebaktian keagamaan. Alasan utamanya adalah
karena musik telah menjadi ritus–ritus orang kafir. Namun akhirnya berangsur-angsur musik
mulai masuk dalam prosesi keagamaan gereja. Hal initidak lepas dari campur tangan dari
Gregorius Agung yang tertarik pada seni musik. Inovasi dalam seni musik banyak
bermunculan saat puncak abad pertengahan tiba. Guida d’Arezzo (1050) melengkapi sistem
notasi yang telah dikembangkan pada masa itu. Organ adalah alat musik yang paling penting

dalam abad pertengahan. Alat musik tiup dan bersenar juga digunalan dalam abad
pertengahan.

Bahasa adalah unsur dasar yang sekaligus permanen dalam kebudayaan. Ada berbagai
macam bahasa yang berkembang di abad pertengahan, seperti bahasa Latin Klasik dan Pop,
Latin Pop dan bahas-bahasa Romawi, Germanik, dan Kelt. Selain itu bahasa Latin tetap
dipakai sebagai bahasa gereja dan bahasa kaum terpelajar. Selam masa ini juga bermunculan
berbagai kesusteraan, seperti febel, epos binatang buas, cerita-cerita roman, dan kronik.
Di masa abad pertengahan sebagian besar alat-alat yang dipergunakan merupakan
warisan dari bangsa Yunani dan Ronawi. Namun pada abad ini dapat ditemukan beberapa
penemuan teknologi baru yang sangat bermanfaat pada abad-abad berikutnya. Kita ambil
contoh penemuan alat giling model awal, penenunan, pemintalan, kompas dan cross-staff,
astrolable dan armillary sphere, perkapalan, busur, artileri, baju baja (zirah), senjata api,
khronometer (pengukuran waktu), percetakan dan kertas.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Arsitektur Gothic Pada Gereja Abad Pertengahan.
http://bersatulahdalamgerejakatolik.blogspot.com/2012/06/arsitektur-gothic-pada-gerejaabad.html, diakses tanggal 29 September 2012, pukul 12.30 WIB


Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Lucas, Henry S. 1993. Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan (penerjemah Sugihardjo Sumobroto
& Budiawan). Yogyakarta: Tiara Wacana

[1]

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 144.