Ilmu ilmu sosial dalam islam

PENGANTAR ILMU SOSIAL
SOSIOLOGI AGAMA
AGAMA DAN PELAPISAN SOSIAL

Disusun Oleh: Nama
Nim

: ENI JUNIKA
: F1032151002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNG PURA
PONTIANAK
2015

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya-lah maka penulis bisa menyelesaikan TUGAS
ilmu sosial ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu sehingga tugas ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tugas ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurna nya tugas ini. Semoga dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita guna memahami lebih dalam lagi
mengenai sosiologi agama.Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu
meminta maaf dan memohon permakluman bila mana ada kekurangan dan ada
tulisan yang kami buat kurang tepat.
Saya sebagai penulis mengharapkan semoga tugas ini memberikan
informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Pontianak, …………… 2015

i
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan
Kata Pengantar………………………………………………………………...i
Daftar Isi…………………………………………………………………….…ii
BAB 1.GAMBARAN UMUM MATA KULIAH...………………………....1

1.1.Sosiologi Agama….…...………………………………………….1
BAB II. TEORI/KONSEP…………………………………………………….7
2.1.Konsep Sosiologi Agama………………………………………..7
2.2.Teori Fungsionalisme….…….………………………………….11
2.3.Teori Konflik…………………………………………………....12
BAB III. APLIKASI TEORI……………………………………………...…14
3.1.Aplikasi Teori Konflik……………………………………...…..14
BAB III. PENUTUP…..……………..…………………………………..…....16
4.1.Kesimpulan………………………………………………..…….16
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
GAMBARAN UMUM MATA KULIAH
1.1.Sosiologi Agama
Agama merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat
yang perlu dipelajari oleh sosiolog ataupun para ilmuan sosial lainnya.Di
dalam kehidupan masyarakat, agama muncul karena sifat ketauhidan
masyarakat tersebut. Oleh karena itu agama perlu dipelajari dan dihayati oleh

manusia karena kebutuhan manusia terhadap sang maha pencipta. Di dalam
agama dijumpai ungkapan materi dan budaya dalam tabiat manusia serta
dalam system nilai, moral, etika, kajian, agama, khususunya agama islam
merupakan kebutuhan hidup bagi masyarakat Indonesia, khususnya
mayoritas. Oleh karena itu, kajian agama seperti Islam, Budha, Hindu, tidak
hanya sebatas konsep saja, teori dan aspek-aspek kehidupan manusia beserta
hukumnya.Tapi harus dihayati dan direnungi untuk diamalkan dalam
kehidupan manusia.Ide-ide keagamaan dan konsep-konsep keagamaan itu
tidak dipaksa oleh hal-hal yang bersifat fisik tapi bersifat rohani.Karenanya
agama merupakan suatu institusi ajaran yang menyajikan lapangan ekspresi
dan implikasi yang begitu hukum ataupun undang-undang yang dibuat oleh
masyarakat. Ada beberapa definisi dari sosiologi agama antara lain :
1. Sosiologi agama mempelajari peran agama di dalam masyarakat, praktik,

1
2

latar sejarah, perkembangan dan tema universal suatu agama di dalam
masyarakat.
2. Sosiologi agama merupakan ilmu yang membahas tentang hubungan

antara berbagai kesatuan masyarakat atau perbedaan masyarakat secara
utuh dengan berbagai sistem agama, tingkat dan jenis spesialisasi
berbagai peranan agama dalam berbagai masyarakat dan sistem
keagamaan yang berbeda.
3. Sosiologi agama juga studi tentang fenomena sosial, dan memandang
agama sebagai fenomena sosial. Sosiologi agama selalu berusaha untuk
menemukan pinsip-prinsip umum mengenai hubungan agama dengan
masyarakat.
4. Sosiologi agama adalah suatu cabang sosiologi umum yang mempelajari
masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai keteranganketerangan ilmiah dan pasti, demi kepentingan masyarakat agama itu
sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.
Menurut pandangan sosiologi, agama yang terwujud dalam kehidupan
masyarakat adalah fakta social. Sebagaimana suatu fakta sosial, agama
dipelajari oleh sosiolog dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Disiplin
ilmu yang dipergunakan oleh sosiolog dalam mempelajari masyarakat
beragama itu lah yang disebut sosiologi agama.

3

Mata kuliah sosiologi agama ini dimaksudkan agar mahasiswa bisa mengkaji

ilmu agama tidak hanya dari satu agama saja tetapi mengkaji semua agama
secara sosiologis.
Bila dikatakan bahwa yang menjadi sasaran sosiologi agama adalah
masyarakat agama, sesungguhnya yang dimaksud bukanlah agama sebagai
suatu sistem (dogma dan moral), tetapi agama sebagai fenomena sosial,
sebagai fakta sosial yang dapat dilaksanakan dan dialami oleh banyak orang.
Menurut Keith A. Roberts, sasaran (objek) kajian sosiologi agama adalah
memfokuskan kajian pada:
1).

Kelompok-kelompok
pembentukannya,

dan

lembaga

kegiatan

demi


keagamaan,

yang

kelangsungan

meliputi
hidupnya,

pemeliharaannya dan pembaharuannya.
2). Perilaku individu dalam kelompok-kelompok tersebut atau proses sosial
yang mempengaruhi status keagamaan dan perilaku ritual.
3). Konflik antar kelompok, misalnya Katolik lawan Protestan, Kristen
dengan Islam dan sebagainya.
Sosiologi agama memberikan kontribusi yang tidak kecil lagi bagi instansi
keagamaan. Sebagai sosiologi positif ia telah membuktikan daya gunanya
dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan yang muncul dalam masyarakat
sertamenunjukkan cara-cara ilmiah untuk perbaikan dan pengembangan


4

masyarakat, demikian juga sosiologi agama bermaksud membantu para
pemimpin agama dalam mengatasi masalah-masalah sosio-religius yang tidak
kalah beratnya dengan masalah-masalah sosial nonkeagamaan, memberikan
pengetahuan tentang pola-pola interkasi sosial keberagamaan yang terjadi
dalam masyarakat, membantu kita untuk mengontrol atau mengendalikan

setiap tindakan dan perilaku keberagamaan kita dalam kehidupan
bermasyarakat, dengan bantuan sosiologi agama, kita akan semakin
memahami nilai-nilai, norma, tradisi dan keyakinan yang dianut oleh
masyarakat lain serta memahami perbedaan yang ada. Tanpa hal itu, mejadi
alas an untuk timbulnya konflik di antara umat beragama, membuat kita lebih
tanggap, kritis dan rasional untuk mengahadapi gejala-gejala social
keberagamaan masyarakat, serta kita dapat mengambil tindakan yang tepat
dan akurat terhadap setiap situasi sosial yang kita hadapi.Dalam sosiologi
agama juga ada pendekatan penting dalam penelitiannya mengenai agama,
yaitu:
1. Pendekatan teologis,
yakni pendekatan kewahyuan atau pendekatan keyakinan peneliti sendiri.

Pendekatan ini biasanya dilakukan dalam penelitian terhadap suatu agama
untuk kepentingan agama yang diyakini si peneliti, atau penelitian
terhadap suatu agama oleh pemeluk agama itu sendiri untuk menambah

5

pembenaran

keyakinan

terhadap

agama

yang

dipeluknya

itu.


2. Pendekatan keilmuan,
yaitu pendekatan yang memakai metodologi ilmiah, penelitian yang
memakai aturan-aturan yang lazim dalam penelitian keilmuan. Pendekatan
ini memakai metodologi tertentu yang diakui kebenarannya oleh dunia
keilmuan, sistematis atau runtut dalam cara kerjanya, empiris yang diambil
dari dunia nyata bukan dari pemikiran atau angan-angan.
Ada dua bidang keilmuan yang digunakan dalam penelitian agama, yaitu :
1. Bidang ilmu budaya
bidang keilmuan ini menentukan pada pencarian informasi substansi
objek penelitian, tidak terikat oleh model metodologi yang baku dan
ketat sebagaimana dalam bidang ilmu alam.
1. bidang ilmu sosial.
Bidang ilmu ini adalah penelitian ilmiah yang mempunyai aturan-aturan
yang lazim, yang harus diikuti oleh setiap peneliti. Yang menjadi objek
penelitian agama dengan memakai pendekatan ilmu sosial ini adalah
keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam masyarakat pemeluk

agama, yang merupakan akibat dari terjadinya proses interaksi diantara
anggota masyarakat, atau antara kelompok dalam suatu masyarakat
beragama atau antara suatu masyarakat beragama dengan masyarakat

6
beragama yang lain, baik sebagai proses masyarakat maupun keadaan
statis masyarakat tertentu. Sebelum penelitian, harus dirumuskan
terlebih dahulu metodologi apa yang akan digunakan dalam penelitian
suatu objek penelitian. Langkah penentuan masalah, pencarian konsepkonsep, perumusan hipotesis, pencarian data ke lapangan serta
kesimpulan yang diambil merupakan rangkaian sistem yang harus
dilalui sebagai suatu disiplin dalam perjalanan penelitian yang
dikerjakan.
Dari definisi-definisi tersebut diatas kiranya sudah cukup jelas
memberikan gambaran kepada kita bahwa sosiologi agama pada hakikatnya
adalah cabang dari sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama
(religious society) secara sosiologis untuk mencapai keterangan-keterangan ilmiah
dan pasti demi untuk masyarakat agama itu sendiri dan umat atau masyarakat
pada umumnya.

BAB II
KONSEP DAN TEORI
2.1. Konsep sosiologi agama
Sosiologi agama adalah suatu cabang ilmu otonom yang muncul setelah
abad ke-19. Pada prinsipnya, ilmu ini sama dengan sosiologi secara umum,

hanya saja sosiologi agama ini membicarakan salah satu aspek dari berbagai
fenomena sosial, yaitu agama dalam perwujudan sosial. Sosiologi agama
memusatkan perhatiannya terutama untuk memahami makna yang diberikan
oleh suatu masyarakat kepada sistem agamanya sendiri dan berbagai

hubungan antaragama dan struktur sosial lainnya, juga dengan berbagai
aspek budaya.
Para ahli sosiologi agama memandang agama sebagai suatu pengertian
yang lebih luas dan universal, dari sudut pandang sosial dan tidak melulu
membicarakan suatu agama yang di teliti oleh para penganut agama tertentu,
tetapi semua agama dan di semua daerah di dunia tanpa memihak dan
memilahnya.
Pengkajiannya bukan diarahkan kepada bagaimana cara seseorang
beragama, melainkan di arahkan kepada kehidupan agama secara kolektif
terutama dipusatkan kepada fungsi agama dalam mengembangkan atau
menghambat kelangsungan hidup dan pemeliharaan kelompok-kelompok
masyarakat.

7
8

Perhatiannya juga di tujukan pada agama sebagai salah satu aspek dari
tingkah lakukelompok dan kepada peranan yang dimainkannya selama
berabad-abad hingga sekarang.Konsep sosiologi agama di sini adalah
meninjau tidak hanya satu agama, tetapi lebih dari satu agama yang di kaji
secara sosiologis.Dalam membicarakan agama berarti menjelaskan dan
memahami keberadaan agama-agama yang berlaku dan di akui secara
umum, baik yang berlaku pada suatu bangsa tertentu atau bangsa-bangsa
lain yang dijadikan agama resmi. Bila tokoh agama yang berbicara, maka
pembicaraannya akan mewakili agama yang di peluknya dan agama-agama
lain yang sedang di perbincangkan itu berarti harus ada titik persamaan yang
dapat di jadikan pola piker dan acuan di dalam membahas sesuatu persoalan
yang berhubungan dengan kehidupan keagamaan secara menyeluruh.

Dalam pengertian sosiologi, agama adalah gejala social yang umum dan di
miliki oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia ini tanpa terkecuali, ia
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan social dan bagian dari
sistem di masyarakat.para sosiolog dan arkeolog menyisihkan ide tentang
Tuhan Yang Maha Pencipta. Mereka beralasan bahwa setiap agama klasik di
Timur, seperti Budha, Jainisme, dan Kong Fu Cu, semata-mata didasarkan
pada etika, tidak memuat unsur ketuhanan dan ibadah.

9

Dalam kajian teologis, ada dua kategori asal usul agama yang di anut oleh
manusia yaitu :
1. Agama kebudayaan (culture religion) yaitu agama yang ada karena hasil
proses antropologis, yang terbentuk dari adat istiadat dan melembaga
dalam bentuk agama formal.
2. Agama samawi atau agama wahyu (revelead religion) yaitu agama yang di
percayai dan di wahyukan tuhan melalui malaikatnya kepada utusan nya
yang di pilih dari manusia. Dalam kajian keilmuan (scientific approach),
para ilmuan membedakan agama menjadi dua kelompok besar yaitu
spiritualisme dan meterialisme. Agama Materialisme yaitu agama yang
mendasarkan kepercayaan terhadap adanya tuhan yang dilambangkan
dalm wujud benda-benda material, seperti patung-patung manusia,
binatang, atau berhala-berhala atau sesuatu yang dibangun atau di buat
untuk di sembah. Agama Spiritualisme yaitu agama penyembah sesuatu
(zat) gaib yang tidak tampak secara lahiriah, sesuatu yang tidak dapat
dilihat dan tidak berbentuk, spiritualisme ini terbagi dalam beberapa
kelompok seperti :

a. Agama ketuhanan (theistic religion) yaitu agama yang para
penganutnya menyembah tuhan (theos). Agama ini mempunyai
keyakinan bahwa tuhan adalah tempat manusia menaruh kepercayaan
b.

10
dan kecintaan kepada nya adalah kebahagiaan, yang masuk kategori
ini yaitu :
1) Monoteisme yaitu bentuk religi yang berdasarkan kepada
kepercayaan terhadap satu tuhan yang terdiri dari upacara-upacara
guna memuja tuhan tadi.
2) Politeisme yaitu bentuk religi yang berdasarkan kepercayaan akan

adanya banyak tuhan yang memiliki tradisi keagamaan tuhan tadi.
c. Agama penyembah ruh yaitu kepercayaan orang primitive kepada roh
nenek moyang, roh pemimpin atau roh para pahlawan yang telah
meninggal. Yang termasuk kategori ini :
1) Animisme yaitu bentuk agama yang mendasarkan diri pada
kepercayaan bahwa di sekeliling tempat tiggal manusia itu diam
berbagai macam roh yang berkuasa dan terdiri atas aktivitas
pemujaan.
2) Pra animisme (dinamisme) adalah bentuk agama yang berdasarkan
kepercayaan terhadap kekuatan sakti yang ada dalam segala hal,
ada tiga bentuk penyembahan kekuatan tersebut yaitu :
a) Penyembahan terhadap gejala alam, seperti hujan, Guntur,
gempa bumi dan topan.
b) Penyembahan terhadap ansir-anasir alam, seperti tanah, air, api,
angin dan udara.

11
c) Penyembahan terhadap benda alam sekeliling dalam bentuk :
1. Animatisme yaitu suatu kepercayaan bahwa benda dan
tumbuh-tumbuhan di sekitar manusia itu berjiwa dan bisa
berpikir seperti manusia.

2. Fetishme, yaitu suatu bentuk agama yang berdasarkan
kepercayaan akan adanya jiwa dalam benda alam tertentu
dan mempunyai aktivitas keagamaan guna memuja bendabenda berjiwa tadi.
3. Agama penyembah binatang (animal worship), yaitu
kepercayaan orang-orang kuno dan orang-orang primitive
yang mengganggapbinatang-binatang tertentu memiliki
jiwa kesucian.

2.2. Teori Fungsionalisme
Salah satu teori mengenai sosiologi agama antara lain adalah teori
fungsionalisme, yang menjelaskan keberadaan lembaga-lembaga sosial
seperti agama dalam hal kebutuhan bahwa lembaga-lembaga akan bertemu
dalam masyarakat.Teori ini melihat konsep sakral sebagai ciri khas dari agama,
bukan iman dalam supranatural.Melihat agama sebagai refleksi dari
kepedulian terhadap masyarakat.agama bisa memberikan pola bangunan
untuk agama yang lebih kompleks.Ditegaskan lagi bahwa moralisme tidak
dapat dipisahkan dari agama.Suci yaitu agama memperkuat kepentingan
12

kelompok yang sangat sering bentrok dengan kepentingan individu, fungsi
agama adalah kelompok kohesi yang sering dilakukan lewat menghadiri ritual
kolektif.Dia menegaskan bahwa pertemuan kelompok ini disediakan khusus
lewat jenis energi, yang disebut gelembung, yang membuat anggota
kelompok kehilangan individualitas mereka dan merasa bersatu dengan dewadewa dan dengan demikian dengan kelompok juga.Metode yang diusulkan
untuk kemajuan dan perbaikan pertama adalah untuk berhati-hati mempelajari
agama dalam bentuk yang paling sederhana dalam satumasyarakat

kontemporer dan kemudian sama dalam masyarakat lain dan membandingkan
agama-agama itu dan hanya di antara masyarakat yang sama.

2.3.Teori Konflik
Jika kita berbicara tentang agama, kita juga pastinya akan menemukan
konflik-konflik, baik internal maupun eksternal di dalam suatu agama. Hal ini
lah yang bisa kita kaji secara sosiologi menggunakan teori konflik.Di dalam
suatu masyarakat dapat dijumpai hal-hal yang dianggap baik, namun ada
golongan-golongan tertentu yang merasa dirugikan.Konflik yang terjadi di
agama bisa banyak menyebabkan permasalahan. Karl Marx dan Friedrich
Engels dalam ”Communist Manifesto” (1848) menganggap bahwa proses
terpenting dalam masyarakat adalah terjadinya pertentangan kelas / Class
Struggle. Menurut Marx dan Engels, maka suatu golongan yang memerintah

13

mempunyai kedudukan tersebut, oleh karena menguasai sarana produksi
yang penting bagi kelangsungan hidup masyarakat. Walaupun pertentangan
kelas merupakan titik sentral dari teori Marx, akan tetapi kebanyakan sosiolog
kontemporer meninjau konflik yang terjadi antara golongan ras berbeda,
agama yang berbeda, antara produsen dengan konsumen, dan seterusnya

BAB III
APLIKASI SALAH SATU TEORI
3.1.Aplikasi Teori Konflik
Berdasarkan pemaparan sebelumnya mengenai teori maupun konsep yang
berkaitan dengan sosiologi agama, maka penulis akan mengaplikasikan salah
satu teori dengan keterkaitan mengenai ‘’agama dan pelapisan sosial’’.
Kita ketahui bahwa agama dan pelapisan sosial adalah dua hal yang
berbeda tapi memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang
lainnya.Agama bisa di defenisikan sebagai sebuah sistem kepercayaan, yang
didalamnya meliputi aspek-aspek seperti hukum, moral, budaya dan
lainnya.Sedangkan pelapisan sosial adalah sebuah strata yang terbentuk di
masyarakat karena adanya perbedaan status sosial. Jika hal ini kita kaji
menggunakan teori konflik maka dapat kita analisis bahwa pelapisan ini bisa
menyebabkan pembentukan kelas-kelas sosial yang mengarah pada konflik
sosial. Yang dimana kelas bawah berusaha naik ke atas dan kelas atas
berusaha dengan berbagai cara mempertahan kan status nya. Di tinjau lebih
lanjut bahwa kita bisa membagi kelas sosial ini menjadi upper-upper class,
lower-upper class, upper-middle class, lower middle class, upper-lower class
dan lower-lower class. Di dalam teori konflik, mencangkup suatu proses

dimana terjadi pertentangan hak atas kekayaan, kekuasaan, kedudukan dan
seterusnya.
14
15

Dimana salah satu pihak berusaha menghancurkan pihak yang lainnya.Di
dalam suatu masyarakat dapat di jumpai hal-hal yang dianggap baik, namun
ada golongan-golongan tertentu yang merasa di rugikan.Contohnya, kekayaan
material, kekuasaan, kedudukan dan lain-lain, hal ini lah yang bisa mengarah
pada pertikaian atau konflik.
Menurut dahrendorf, setiap masyarakat hampir setiap saat tunduk pada
proses perubahan, teoritisi konflik melihat pertikaian dan konflik dalam
sistem sosial. Mereka melihat berbagai elemen kemasyarakatan menyumbang
terhadap dis integrasi dan perubahan. Teoritis konflik melihat apapun
keteraturan yang terdapat di dalam masyarakat berasal dari pemaksaan
terhadap anggotanya oleh mereka yang berada di atas.Mereka juga
menekankan pada peran kekuasaan dalam mempertahankan ketertiban dalam
masyarakat.
Antara agama dan pelapisan social ini jelas memiliki hubungan yang
mengandung multi interprestasi.Penelitian Weber misalnya, menyatakan
bahwa stratifikasi sosial di anggap sebagai factor yang menentukan
kecenderungan-kecenderungan keagamaan dan orientasinya. Tak heran, jika
Weber menyimpulkan bahwa bahwa kelas-kelas yang secara ekonomi paling
tidak mampu, seperti budak dan para buruh harian, tidak akan pernah
bertindak sebagai pembawa panji-panji agama tertentu.

BAB IV

PENUTUP
4.1.KESIMPULAN
Sosiologi agama adalah suatu cabang ilmu otonom yang muncul setelah
abad ke-19. Pada prinsipnya, ilmu ini sama dengan sosiologi secara umum,
hanya saja sosiologi agama ini membicarakan salah satu aspek dari berbagai
fenomena sosial, yaitu agama dalam perwujudan sosial. Sosiologi agama
memusatkan perhatiannya terutama untuk memahami makna yang diberikan
oleh suatu masyarakat kepada sistem agamanya sendiri dan berbagai
hubungan antaragama dan struktur sosial lainnya, juga dengan berbagai aspek
budaya.Semoga dengan dibuatnya praktikum 1 yang mengenai Sosiologi
Agama ini bisa memberikan manfaat dan bisa menjadi referensi bagi kita
dalam memahami lebih dalam mengenai agama yang ditinjau secara
sosiologis.

16

DAFTAR PUSTAKA
Kahmad Dadang. 2009. SOSIOLOGI AGAMA. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi_agama.html
https://orthevie.wordpress.com/.../pengertian-tempat-fungsi-dan-aliransantriblarah.blogspot.com/2013/04/pengertian-sosiologi-agama.html

yuk-kitabelajar.blogspot.com/2013/09/sosiologi-agama_23.html
mahasiswahindu.blogspot.com/2014/09/sosiologi-agama.html
miss-fajriah.blogspot.com/2014/03/makalah-sosiologi-agama.html