EDUKASI BERKUALITAS TINGGI UNTUK TIAP SI
EDUKASI BERKUALITAS TINGGI UNTUK TIAP SISWA
Quipper Video menyediakan materi belajar berupa video secara online bagi siswa yang ingin
memperluas pengetahuan, belajar tanpa batas, dan bersiap diri menghadapi tes masuk.
Kesenjangan pendidikan kini masih sering ditemukan di kalangan masyarakat; dari
kurangnya jumlah guru, ukuran kelas yang terlampau besar, hingga kecilnya jumlah
pendapatan yang menyebabkan keterbatasan fasilitas belajar. Akibatnya, anak-anak yang
tinggal di penjuru desa harus menanggung tantangan pendidikan. Dengan Quipper Video,
kami memimpikan masyarakat di mana anak-anak memiliki kesempatan dan hak yang sama
dalam mengakses pendidikan bermutu tinggi, tanpa memandang lokasi dan latar belakang.
Kini, siswa dapat belajar dari tutor terbaik di mana saja, kapan saja, dengan biaya yang sangat
terjangkau.
Pengguna Quipper Video telah berkembang sangat pesat, menjadikannya layanan belajar
video online nomor satu di negara-negara yang mengaplikasikannya, dipimpin oleh Indonesia
dan Filipina. Study Sapuri, layanan yang sama, telah menjadi perangkat tambahan belajar
terbesar di Jepang, baik offline maupun online.
MENGHUBUNGKAN SISWA DAN GURU
Quipper School adalah platform pembelajaran online untuk tingkat SD, SMP dan SMA yang
memfasilitasi siswa dalam proses belajar, serta mendukung guru mengelola kelas.
Guru di belahan dunia manapun, baik di sekolah negeri maupun swasta, bekerja sangat keras
setiap hari untuk memberikan pendidikan terbaik bagi siswa. Bahkan lebih dari 20% waktu
guru bekerja dihabiskan untuk membuat tugas, mengoreksi, dan menilai hasil kerja siswa.
Dengan memanfaatkan teknologi, Quipper School membantu meringankan beban guru
dengan menyederhanakan proses pengelolaan tugas tersebut. Quipper School membantu
mengirimkan tugas ke siswa, mengoreksi dan menganalisa hasil pekerjaan siswa secara
efisien, sekaligus merangkum performa individual siswa. Quipper School ingin
memberdayakan guru sehingga dapat fokus untuk menyediakan pendidikan berkualitas tinggi
kepada generasi masa depan.
SEBUAH REVOLUSI BELAJAR DENGAN TEKNOLOGI, KARENA PENDIDIKAN
ADALAH HAK
Baik di negara maju maupun negara berkembang, jurang prestasi dalam pendidikan masih
tetap ada dan bahkan sangat terasa di beberapa negara. Misi Quipper adalah ingin menjadi
“Distributors of Wisdom” (Penyebar Ilmu Pengetahuan) dan menutupi jurang tersebut.
Melihat penggunaan internet setiap harinya di dunia, penggunaan perangkat seluler dan tablet
dalam proses belajar online ikut bertumbuh pula. Di Quipper, kami ingin melakukan revolusi
pendidikan dengan mengumpulkan ilmu-ilmu bermanfaat di seluruh dunia ke dalam platform
online kami. Quipper ingin membuat dunia menjadi tempat di mana anak-anak mendapatkan
kesempatan untuk belajar apapun yang mereka inginkan, tanpa batasan dan tantangan. Kami
yakin bahwa belajar adalah suatu hak, bukan kebanggaan.
https://school.quipper.com/id/.
Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada pendidikan tingkat menengah baik itu SMP
maupun SMA di Indonesia semakin mudah terselenggara dengan kehadiran beberapa startup
pendidikan, salah satunya adalah Quipper School. Lalu, apa keistimewaan dari startup
pendidikan asal Inggris ini?
Baca juga: 5 startup pendidikan asing yang berekspansi ke Indonesia
Didirikan oleh Masayuki Watanabe di London pada Desember 2010, Quipper School
merupakan startup pendidikan yang menyediakan dua layanan utama:
Pertama: Quipper School Learn sebuah portal khusus siswa dimana mereka bisa
mengakses atau membaca materi pelajaran, menjawab soal, mengirimkan pesan ke
guru, dan melihat performa belajar teman sekelasnya.
Kedua: Quipper School Link sebuah portal khusus untuk guru dimana mereka dapat
menyiapkan tugas, melihat perkembangan siswa, mengirim pesan ke siswa, mengelola
kelas, dan membuat kelas online.
Secara teknis, melalui Quipper School Indonesia, guru dapat memberikan tugas
kepada siswa secara online dan siswa dapat mengerjakannya (sekaligus mempelajari
topik mata pelajaran yang berkaitan dengan tugas tersebut) baik di dalam maupun di
luar kelas melalui perangkat mereka masing-masing yang terkoneksi dengan internet.
Setelah para siswa mengerjakan serta mengumpulkan tugasnya, sistem penilaian yang
tersedia pada platform Quipper School Indonesia akan melakukan analisis data secara
sederhana namun canggih yang akan membantu para Guru dalam mendapatkan
gambaran yang jelas tentang pencapaian siswa. Tentu saja sistem penilaian hanya
bersifat membantu, setelah guru secara manual memasukkan data soal dan
jawabannya. Sehingga sistem penilaian bertugas mencocokkan antara jawaban dari
siswa dengan kunci jawaban versi guru.
Para guru akan mendapatkan laporan mengenai seberapa baik sang siswa dalam
menguasai mata pelajaran tertentu, bagaimanakah kemajuan belajar setiap siswa,
mengetahui keunggulan atau potensi setiap siswa, siapa yang mendapat nilai tertinggi,
dan lainnya. Melalui gambaran tentang pencapaian ini, para siswa pada saat itu juga
akan memperoleh umpan balik mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki terkait
penguasaan terhadap suatu topik materi pelajaran tertentu.
Belum memperoleh pendapatan
Selama hampir setahun beroperasi di Indonesia, Quipper School Indonesia masih
menggratiskan layanan dan konten yang disediakannya. Bagaimanapun, kedepannya
Quipper School Indonesia berencana akan menyediakan fitur dan konten premium
berbayar seperti online tutoring (les online) dan konten untuk persiapan Ujian
Nasional (UN).
Sejauh ini pengguna yang sudah mendaftar di Quipper School Indonesia yaitu lebih
dari 50.000 guru dan lebih dari 250.000 siswa. Namun, dari akumulasi jumlah guru
dan siswa tersebut, baru 60 persen yang menjadi pengguna aktif bulanan. Para guru
dan siswa ini bersumber dari sekitar 10.000 sekolah (dengan perbandingan SMA 70
persen dan SMP 30 persen). Setiap kelas online dalam Quipper School Indonesia
sendiri dapat menampung hingga 60 siswa, tetapi para guru masih bisa membuat kelas
online sebanyak-banyaknya sesuai kebutuhan.
Disinggung mengenai minimnya pengguna terdaftar dari kalangan siswa, Quipper
School Indonesia mengatakan bahwa kemungkinan ini karena para guru yang sudah
mendaftar belum langsung mengaktifkan akun mereka. Sementara para siswa baru
akan mendaftar dan mengaktifkan akunnya, jika para guru terlebih dahulu sudah
menggunakan platform ini.
Quipper School Indonesia sendiri mengklaim selama ini belum menemui banyak
tantangan. Hal ini berkat adanya sebagian anggota tim yang berasal dari kalangan
guru yang terus memberikan nasihat berharga dan pengetahuan baru mengenai
ekosistem pendidikan nasional bagi tim Quipper School Indonesia. Kedepannya,
Quipper School Indonesia akan membuat konten untuk SD kelas 3 hingga 4, membuat
konten untuk pengguna mobile gadget, serta bekerjasama dengan dinas pendidikan
baik tingkat daerah dan tentu saja tingkat nasional.
Sejak November 2014, Quipper School sudah memperoleh pendanaan sebesar USD
10 juta (sekitar Rp 120 miliar) yang bersumber dari perusahaan Venture Capital (VC)
Atomico (Inggris), Globis (Jepang), 500 Startups (Amerika Serikat), dan Benesse
(Jepang). Pegawai Quipper School sendiri berjumlah sekitar 100 orang (tidak
termasuk Indonesia) yang tersebar di London, Tokyo, dan Manila (kantor pusat untuk
wilayah di Asia).
Baca juga: 4 CEO startup pendidikan ini berbagi rahasia dalam hal memperoleh
investasi
Bukan yang pertama di Indonesia
Quipper School Indonesia bukan merupakan startup pendidikan pertama yang
menyediakan platform untuk menunjang proses KBM di Indonesia. Sebelumnya
sudah ada nama seperti Kelase dan StudentBook. Perbedaan mencoloknya, Quipper
School Indonesia tidak hanya berupa platform yang menunjang proses KBM, tetapi
juga menyediakan materi pembelajaran berupa 10 mata pelajaran yang umumnya
diajarkan di sekolah negeri dan swasta, dengan lebih dari 1.300 pilihan topik beserta
soal-soalnya.
Menariknya, ribuan topik mata pelajaran dan soal yang tersedia di Quipper School
Indonesia dibuat oleh puluhan guru yang bekerja secara part time dan diklaim sesuai
dengan kurikulum nasional yang berlaku seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, IPA, dan IPS. Sementara di Kelase dan StudentBook, guru juga bisa
membuat materi pembelajaran, namun terbatas sesuai kebutuhan sekolah masingmasing dan dibuat oleh para guru setempat di sekolah tersebut.
Quipper School Indonesia sendiri baru beroperasi secara resmi pada Februari 2014
silam yang dikelola oleh 34 orang full time dan 41 hingga 60 orang part time
(semuanya guru yang bertugas membuat konten).
(Diedit oleh Lina Noviandari)
About Herry
Herry adalah bibliofil yang passionate dalam hal menulis dan berbicara mengenai
Pendidikan, Teknologi, Teknologi Pendidikan (EdTech), Bisnis, Gaya Hidup, Jurnalistik, dan
Pengembangan Diri. Selain aktif sebagai sukarelawan pada komunitas Startup Lokal, juga
aktif sebagai Inisiator komunitas Google Apps for Education Indonesia (belum resmi). Anda
bisa menghubunginya melalui e-mail: [email protected]
https://id.techinasia.com/quipper-school-platform-belajar-online-smp-sma-indonesia.
Metode Pembelajaran Melalui Internet.... Baca Selengkapnya di : http://www.medukasi.web.id/2013/07/metode-pembelajaran-melalui-internet.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Pembelajaran berbasis internet bagi siswa sekolah dasar sudah seharusnya mulai dikenalkan.
Untuk itu para guru hendaknya sudah tahu lebih dahulu tentang dunia internet sebelum
menerapkan pembelajaran tersebut pada siswa. Persiapan yang tak kalah pentingnya yaitu
sarana komputer. Tentu saja dalam hal ini hanya dapat diterapkan di sekolah-sekolah yang
mempunyai fasilitas komputer yang memadai. Walaupun sebenarnya dapat juga diusahakan
oleh sekolah yang tidak mempunyai fasilitas komputer misalnya dengan mendatangi warnet
sebagai patner dalam pembelajaran tersebut. Setelah semua perangkat untuk pembelajaran
siap, guru mulai melakukan pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar internet. Bagi
siswa sekolah dasar tentu saja akses-akses yang ringan yang berkaitan dengan mata pelajaran
yang diajarkan. Disinilah kepiawaian seorang guru ditampilkan dalam mendampingi,
membimbing dan mengolah metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diharapkan
tercapai..... Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2013/07/metodepembelajaran-melalui-internet.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Beberapa metode yang dapat dilakukan oleh guru, diantaranya: diskusi, demonstrasi, problem
solving, inkuiri, dan descoveri. Guru memberikan topik tertentu pada siswa, kemudian siswa
mencari hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut dengan mencari (down load) dari internet.
Guru juga dapat memberikan tugas-tugas ringan yang mengharuskan siswa mengakses dari
internet, suatu misal dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa dapat mencari karya puisi
atau cerpen dari internet. Siswa juga dapat belajar dari internet tentang hal-hal yang up to
date yang berkaitan dengan pengetahuan. Guru memberi tugas pada siswa untuk mencari
suatu peristiwa muthakir dari internet kemudian mendiskusikannya di kelas, lalu siswa
menyusun laporan dari hasil diskusi tersebut. ....
Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2013/07/metode-pembelajaranmelalui-internet.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Metode-metode tersebut dapat dilakukan guru dengan model-model pembelajaran yang
bervariasi sehingga siswa semakin senang, tertarik untuk mempelajarinya sehingga proses
pembelajaran tersebut menjadi pembelajaran yang bermakna. Dengan pembelajaran berbasis
internet diharapkan siswa akan terbiasa berpikir kritis dan mendorong siswa untuk menjadi
pembelajar otodidak. Siswa juga akan terbiasa mencari berbagai informasi dari berbagai
sumber untuk belajar. Pembelajaran ini juga mendidik siswa untuk bekerjasama dengan siswa
lain dalam kelompok kecil maupun tim. Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya yaitu
dengan pembelajaran berbasis internet pengetahuan dan wawasan siswa berkembang, mampu
meningkatkan hasil belajar siswa, dengan demikian mutu pendidikan juga akan meningkat.....
Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2013/07/metode-pembelajaranmelalui-internet.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Junita Sesarianti Universitas Negeri Semarang
Marimin Marimin Universitas Negeri Semarang
Partono Partono Universitas Negeri Semarang
Abstract
Dalam dunia pendidikan hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses
belajar mengajar. Hal ini dapat terjadi dikarenakan hasil belajar sangat mempengaruhi guru
dan siswa. Hasil belajar siswa penting bagi guru dikarenakan guru mampu mengetahui
tingkat keberhasilan dalam memberikan suatu materi pembelajaran melalui hasil belajar
siswa sehingga seorang guru dapat melakukan evaluasi apabila hasilnya kurang maksimal.
Dengan media pembelajaran yang menggunakan internet nilai yang diperoleh para siswa jauh
lebih baik jika dibandingkan dengan nilai tugas praktik yang jauh dari kriteria ketuntasan
minimum, SMK YPPM Boja Kabupaten Kendal pada kelas X AP1 terdapat 20 siswa
(60,20%) tidak tuntas, sedangkan untuk kelas X AP2 terdapat 22 siswa (60,82%) berada pada
kriteria tidak tuntas. Terdapat dugaan adanya ketidaktuntasan nilai siswa disebabkan karena
kurang efektifnya media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar.. Pada
SMK YPPM Boja belum menggunakan internet sebagai media pembelajaran yang bisa
mempermudah dan meningkatkan hasil belajar siswa-siswinya, sementara ini
pembelajarannya sekedar mengenalkan apa itu internet secara umum dan hanya digunakan
hal-hal yang tidak bermanfaat dan berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Dari hasil
penelitian di peroleh data sebagai berikut : rata-rata nilai pre-test pada kelas kontrol adalah
66,48 dan pada kelas eksperimen adalah 62,32, berarti rata-rata hasil pre-test antara kedua
kelas tersebut hasilnya tidak berbeda jauh. rata-rata nilai post-test pada kelas kontrol adalah
72,51 dan pada kelas eksperimen adalah 73,41. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen
lebih baik dari kelompok kontrol. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata yang diperoleh
kelompok eksperimen adalah 73,41 dan nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelompok kontrol
adalah 66,48. Hasil belajar siswa yang menggunakan media internet dan e-learning lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Pengajaran dengan menggunakan media
internet dan e-learning dapat digunakan oleh para guru sebagai media pembelajaran alternatif
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar melakukan pertemuan/rapat
dan dapat digunakan pada pokok bahasan yang lain.
A. Pendahuluan
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui
pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi.
Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu
tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik
sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi
sesuai dengan cita-citanya.
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) menurut Dohmen (dalam Rahadi, 2008) adalah suatu bentuk
pembelajaran yang dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan bantuan media.
Makna PJJ merupakan kebalikan pendidikan langsung (direct education) atau pendidikan
melalui tatap muka. Sedangkan menurut Moore (dalam Rahadi, 2008), PJJ adalah suatu
metode pembelajaran dimana proses pengajaran terpisah dari proses belajar, sehingga
komunikasi antara pengajar dengan si belajar harus difasilitasi dengan media cetak,
media elektronik atau media lain.
Jadi, dari dua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa PJJ adalah suatu
pembelajaran dimana adanya keterpisahan antara kegiatan pengajaran dari kegiatan
belajar, dimana dalam komunkasi antara pengajar dengan si belajar mengunakan
bantuan media pembelajaran, berupa media elektronik, media cetak, dan lain sebagainya.
Internet adalah jaringan komputer. Tetapi jaringan komputer belum tentu internet. Jaringan
sekelompok komputer yang sifatnya terbatas disebut sebagai jaringan lokal (Local Area
Network). Internet merupakan jaringan yang terdiri atas ribuan bahkan jutaan komputer,
termasuk di dalamnya jaringan lokal, yang terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon,
kabel) dan jangkauanya mencakup seluruh dunia (Kamarga, 2002). Jaringan ini bukan
merupakan suatu organisasi atau institusi, sifatnya bebas, karena itu tidak ada pihak yang
mengatur dan memilikinya.
Penemuan internet dianggap sebagai penemuan yang cukup besar, yang mengubah dunia dari
bersifat lokal atau regional menjadi global. Sumber-sumber informasi dunia dapat diakses
oleh siapa pun dan di mana pun melalui internet.
Seiring perkembangan zaman, pemanfaatan internet untuk pendidikan di Indonesia
khususnya di perguruan tinggi terus berkembang yang dipelopori oleh Institut Teknologi
Bandung. Pemanfaatan internet di sektor pendidikan sudah berkembang pesat yang disebut
e-learning.
PJJ sangat membutuhkan pembelajaran yang sifatnya bisa diakses kapanpun, dimanapun
tanpa ada batas ruang dan waktu. E-learning merupakasn salah satu alternatif sumber belajar
dalam PPJ tersebut. Oleh karena itu, makalah ini akan memfokuskan membahas mengenai
pemanfaatan e-learning sebagai sumber belajar dalam PJJ.
1. B. Pengertian Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)
Telah banyak ahli yang membahas mengenai pengertian dan karakteristik pendidikan jarak
jauh. Walaupun agak sulit untuk mendapatkan satu definisi yang diterima oleh semua pakar
pendidikan jarak jauh, namun karakteristik pendidikan jarak jauh yang dikemukakan oleh
Keegan (dalam Hardhono, 2008) dapat dipakai sebagai acuan dasar untuk pembahasan dalam
artikel ini. Berikut ini adalah karakteristik pendidikan jarak jauh yang dikemukakan oleh
Keegan, yaitu :
ada keterpisahan yang mendekati permanen antara tenaga pengajar (guru atau dosen)
dari peserta ajar (siswa atau mahasiswa) selama program pendidikan
ada keterpisahan yang mendekati permanen antara seorang peserta ajar (siswa atau
mahasiswa) dari peserta ajar lain selama program pendidikan
ada suatu institusi yang mengelola program pendidikannya
pemanfaatan sarana komunikasi baik mekanis maupun elektronis untuk
menyampaikan bahan ajar
penyediaan sarana komunikasi dua arah sehingga peserta ajar dapat mengambil
inisiatif dialog dan mengambil manfaatnya.
Jadi dari uraian karakteristik pendidikan jarak jauh tersebut dapat disimpulkan bahwa
keterpisahan kegiatan pengajaran dari kegiatan belajar adalah ciri yang khas dari pendidikan
jarak jauh. Pemisah kedua kegiatan tersebut dapat berupa jarak fisik, misalnya karena peserta
ajar bertempat tinggal jauh dari lokasi institusi pendidikan. Pemisah dapat pula jarak nonfisik yaitu berupa keadaan yang memaksa seseorang yang tempat tinggalnya dekat dari lokasi
institusi pendidikan namun tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di institusi tersebut.
Keadaan seperti ini terjadi misalnya karena pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.
Jarak sebagai pemisah hendak diatasi melalui pendidikan jarak jauh dengan memanfaatan
rancangan instruksional dan rancangan interaksi supaya kegiatan belajar yang dirancang
dengan sugguh-sungguh dapat tercapai. Teori yang berkembang sebagai hasil dari upaya
untuk mengatasi jarak dalam kegiatan ini dikenal dengan teori jarak transaksional.Karena ciri
khasnya adalah keterpisahan jarak baik dalam arti fisik dan non-fisik maka kegiatan
pembelajaran tatap muka dapat dikatakan terjadi dalam frekuensi yang rendah. Isi
pembelajaran disampaikan melalui media dalam berbagai jenis sedangkan
komunikasi/interaksi antara peserta ajar dengan tenaga pengajarnya atau dilakukan dengan
memanfaatkan sarana komunikasi. Dengan demikian program pendidikan dapat diikuti dari
dari mana saja dan kapan saja selama media belajar dan sarana komunikasi dua arah tersedia
supaya peserta ajar dan tenaga pengajarnya dapat berinteraksi untuk membahas isi
pembelajaran.
Tiga dari lima media/teknologi yang dapat dipakai dalam penyelenggaraan pendidikan jarak
jauh yang telah diidentifikasi Moore dan Kearsley (dalam Handhono, 2008) berkaitan dengan
teknologi informasi dan komunikasi. Ketiga media/teknologi tersebut adalah radio dan
televisi, telekonferensi, dan pembelajaran berbantuan komputer. Dua media yang tidak
terkaitan dengan teknologi komunikasi dan informasi adalah cetak dan audio/video kaset.
Sampai di sini telah diulas mengenai pengertian dan karakteristik pendidikan jarak jauh, sisi
di mana teknologi informasi dan komunikasi dapat berperan, serta aspek-aspek yang perlu
diiperhatikan dalam menerapkan media/teknologi. Dengan demikian cukuplah kerangka yang
diperlukan untuk mengulas peran teknologi komunikasi dan informasi dalam
penyelenggaraan pendidikan jarak jauh di Indonesia dalam upaya untuk mengatasi kendala
ruang dan waktu dalam menyampaikan program pendidikan/pembelajaran.
1. C. Pengertian E-learning
Electronic learning (e-learning) kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi
masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang.
Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada
prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat
bantunya. E-learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif
baru di Indonesia.
E-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa
bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa
audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Dengan kata lain elearning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti
telepon, audio, vidiotape, transmisi satelit atau komputer.
Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi
e-learning.
Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan
‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan
menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning
menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya.
Dengan kata lain e-learning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa
teknologi seperti telepon, audio, vidiotape, transmisi satelit atau komputer.
Banyak hal yang mendorong mengapa e-learning menjadi salah satu pilihan untuk
peningkatan mutu pendidikan, antara lain pesatnya fasilitas teknologi informasi, dan
perkembangan pengguna internet di dunia saat ini berkembang dengan cepat. Penggunaan
internet menjadi suatu kebutuhan dalam mendukung pekerjaan atau tugas sehari-hari. Apalagi
dengan tersedianya fasilitas jaringan (Internet infrastructure) dan koneksi internet (Internet
Connections), serta tersedianya piranti lunak pembelajaran (management course tools). Juga
orang yang terampil mengoperasikan atau menggunakan internet semakin meningkat
jumlahnya (Soekartawi, 2002).
1. D. Pendidikan Jarak Jauh Berbasis Web
Distance Learning atau pendidikan jarak jauh sebenarnya bukanlah sesuatu hal atau barang
yang baru di dunia pendidikan. Sudah cukup banyak lembaga atau institusi yang melakukan
hal ini dan biasanya dilakukan dengan mengirimkan berbagai materi kuliah dan informasi
dalam bentuk cetakan, buku, CD-ROM, video langsung ke alamat peserta pendidikan jarak
jauh. Tidak hanya hal-hal yang berhubungan dengan kuliah secara langsung saja yang
dikirimkan ke peserta tapi juga berbagai masalah administrasi dan manajemennya.
Bila kembali ke konsep dasar pada suatu sistem pendidikan ‘tradisional’ yang dilakukan saat
ini, para siswa dan guru bertemu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sistem pendidikan
‘tradisional’ ini kelak akan bergeser ke pada suatu ‘distance learning based education
paradigm’ dengan dilandasi bahwa agak sulit untuk mengumpulkan peserta kursus, training
atau pendidikan pada satu waktu dan tempat tertentu sedangkan peserta tersebar di wilayah
yang berbeda-beda dan pada dasarnya materi-materi yang seharusnya disampaikan di kelas,
dapat diberikan tanpa kehadiran para peserta dan dosen secara langsung di kelas.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan
teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep distance learning ini. Ciri
teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta
menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat
bagi perkembangan distance learning selanjutnya.
Bergesernya perkembangan distance learning ke media internet membuat munculnya suatu
paradigma baru dalam distance learning yaitu ‘asyncronous time and separated location
distance learning’. Jelasnya, media ini mampu menembus batasan waktu dan tempat.
Cepatnya penyampaian informasi dan materi menjadikan teknologi ini sebagai suatu
pertimbangan utama penggunaannya dalam distance learning. Hal ini sejalan dengan adanya
cyberschool yang telah ada saat ini. Konsep cyberschool sebenarnya bagian dari suatu
kesatuan distance learning, hanya saja cyberschool kurang memfasilitasi interaksi antara
murid dan guru. Cyberschool hanya mendistribusikan materi-materi secara online.
Memadukan dua hal ini akan sangat menguntungkan untuk mewujudkan suatu internet
community di Indonesia khususnya.
Suatu sistem pendidikan jarak jauh secara umum, akan sukses apabila didalamnya melibatkan
interaksi maksimal antara guru dan muridnya, antara murid dengan berbagai fasilitas
pendidikan dan interaksi antara murid dengan murid serta melibatkan pola pembelajaran yang
aktif di dalam interaksi itu. Kita mendapati berbagai aspek di atas dalam sistem pendidikan
tradisional yang melibatkan interaksi ‘face-to-face’ antara murid dan guru, apakah sistem
pendidikan jarak jauh dapat mengatasi interaksi ‘face-to-face’ antara guru dan murid di kelas
secara 100 %. Jawabannya, tergantung kepada media yang digunakan tapi angka 100 % itu
bukanlah sesuatu mudah untuk dicapai oleh sistem pendidikan jarak jauh, yang jelas ada
suatu trade-off teknologi yang dapat mendekati angka di atas.
Penggunaan teknologi dalam menunjang suatu sistem pendidikan jarak jauh harus
diperhatikan dari bentuk pendidikan yang diberikan. Suatu kursus bahasa Inggris salah
satunya, pada akhir perkuliahan peserta dituntut untuk mempunyai reading dan listening skill
yang baik, untuk itu medianya dapat berupa sound, gambar dan bentuk multimedia lainnya
yang dapat di kirimkan melalui internet.
Bila dibatasi pada web based distance learning maka pengguna atau dalam hal ini guru dan
murid memerlukan fasilitas internet untuk tetap menjaga konektivitas dengan distance
learning tersebut. Kemampuan peserta untuk tetap menjaga connectivity menentukan bagi
kesinambungan suatu sistem pendidikan jarak jauh. Dengan cara inilah kita dapat
menciptakan suatu internet based community di Indonesia.
Suatu sistem pendidikan jarak jauh dapat kita sederhanakan dan formulasikan sebagai berikut
:
Materi pendidikan + teknologi untuk berinteraksi + guru = pembelajaran bagi murid.
Apabila kita umpamakan suatu web based distance course sebagai suatu community maka di
dalamnya harus dapat memfasilitasi bertemunya atau berinteraksinya murid dan guru. Agak
sulit memang untuk memindahkan apa yang biasa dilakukan oleh guru di depan kelas kepada
suatu bentuk web atau materi online yang harus melibatkan interaksi berbagai komponen di
dalamnya. Adanya sistem ini membuat mentalitas dosen dan guru harus berubah dan sudah
seharusnya, perbedaan karakteristik guru atau dosen dalam mengajar tidak tampak dalam
metode ini.
Seperti layaknya sebuah sekolah atau universitas, metode ini juga harus mampu memberikan
informasi perkuliahan kepada peserta. Informasi itu harus selalu dapat diakses oleh siswa dan
dosen serta selalu ter-update setiap waktu.
Informasi yang sering dibutuhkan itu berupa silabus kuliah, jadwal kuliah, pengumuman,
siapa saja peserta kuliah, materi kuliah dan penilaian atas prestasi siswa.
Bila kita buatkan suatu model maka suatu web based distance learning setidaknya memiliki
unsur-unsur sebagai berikut :
Pusat kegiatan siswa
sebagai suatu community, web based distance learning harus mampu untuk menjadikan
sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa dimana mahasiswa dapat mengasah
kemampuannya, membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya.
Interaksi dalam group
Disini para murid dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materi-materi yang
telah diberikan oleh dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit
ulasan tentang materi yang diberikannya.
Personal administratif supporting system
dimana para siswa dapat me-review membershipnya dalam suatu course, menyediakan
informasi siswa, prestasi mahasiswa dan sebagainya
General information
Menyediakan informasi umum untuk peserta atau pengunjung web pada umumnya. Serta
menyediakan beberapa fasilitas untuk umum tanpa proses registrasi peserta terlebih dahulu.
Pendalaman dan ujian
Biasanya dosen atau guru sering mengadakan quiz-quiz singkat dan tugas-tugas yang
bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir
masa belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh suatu web based distance learning
Digital library
Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada buku tapi juga
pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai
penunjang dan berbentuk sebagai suatu database.
Materi online diluar materi kuliah
Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan-bahan bacaan dari web-web lainnya.
Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk memberikan
bahan-bahan online lainnya untuk di publikasikan kepada peserta lainnya.
Mewujudkan ide dan keinginan di atas dalam suatu bentuk realitas bukanlah suatu pekerjaan
yang mudah tapi bila kita lihat ke negara lain yang telah lama mengembangkan web based
distance learning, sudah banyak sekali institusi atau lembaga yang memanfaatkan metode ini.
Bukan hanya skill yang dimiliki oleh para engineer yang diperlukan tapi juga berbagai
kebijaksanaan dalam bidang pendidikan sangat mempengaruhi perkembangannya. Jika dilihat
dari kesiapan sarana pendukung misalnya hardware maka agaknya hal ini tidak perlu
diragukan lagi. Hanya satu yang selalu menjadi concern utama pengguna internet di
Indonesia yaitu masalah bandwidth, tentunya dengan bandwidth yang terbatas ini mengurangi
kenyamanan khususnya pada non text based material.
1. E. Metode Pembelajaran E-learning dalam PJJ
Pada dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian (delivery system) dari e-learning dalam
PJJ, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah.
Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah.
Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
Dilaksanakan melalui cara langsung artinya pada saat instruktur memberikan
pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan.
Dilaksanakan melalui cara tidak langsung misalnya pesan dari instruktur direkam
dahulu sebelum digunakan. (Kamarga, 2002)
Karakteristik e-learning dalam PJJ antara lain adalah:
Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Guru dan siswa, siswa dan sesama siswa
atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi
oleh hal-hal yang bersifat protokoler.
Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks)
Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di
komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila
yang bersangkutan memerlukannya
Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal
yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
(Kamarga, 2002)
Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang
tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan mempengaruhi tugas guru dalam proses
pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar didominasi oleh peran guru, karena itu
disebut the era of teacher. Kini, proses belajar dan mengajar, banyak didominasi oleh peran
guru dan buku (the era of teacher and book) dan pada masa mendatang proses belajar dan
mengajar akan didominasi oleh peran guru, buku dan teknologi (the era of teacher, book and
technology). (Purbo, 2001). Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau
tidak mau, kita harus berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi informasi. Hal ini
disebabkan karena teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh
karena itu, kita sebaiknya tidak ‘gagap’ teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan
bahwa siapa yang terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh
kesempatan untuk maju.
Informasi sudah merupakan ‘komoditi’ sebagai layaknya barang ekonomi yang lain. Peran
informasi menjadi kian besar dan nyata dalam dunia modern sekarang ini. Hal ini bisa
dimengerti karena masyarakat sekarang menuju pada era masyarakat informasi (information
age) atau masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society). Oleh karena itu tidak
mengherankan kalau ada perguruan tinggi yang menawarkan jurusan informasi atau teknologi
informasi, maka perguruan tinggi tersebut berkembang menjadi pesat.
Perkembangan pengguna internet di dunia ini berkembang sangat cepat karena beberapa hal,
antara lain:
Menggunakan internet adalah suatu kebutuhan untuk mendukung pekerjaan atau tugas
sehari-hari
Tersedianya fasilitas jaringan (Internet infrastructure) and koneksi internet (Internet
Connections)
Semakin tersedianya piranti lunak pembelajaran (management course tools)
Keterampilan jumlah orang yang mengoperasikan atau menggunakan internet
Kebijakan yang mendukung pelaksanaan program yang menggunakan internet
tersebut (Soekartawi, 2002).
Pemanfatan internet untuk e-learning di Indonesia bisa ditingkatkan kalau fasilitas yang
mendukungnya memadai, baik fasilitas yang berupa infrastruktur maupun fasilitas yang
bersifat kebijakan. Hal ini bukan saja didukung oleh data, namun juga semakin banyaknya
warung-warung internet (warnet) yang muncul di pelosok Indonesia. Pengguna internet
bukan saja dari kalangan pelajar dan mahasiswa, namun juga dari kalangan masyarakat yang
lain. Hal ini bisa dipakai sebagai indikasi bahwa internet memang diperlukan untuk
membantu kelancaranan pekerjaan atau tugas-tugas pengguna internet.
Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi pelajaran secara online saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain seolah peserta
didik belajar di hadapan pengajar melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan
internet. Untuk dapat menghasilkan
e-learning yang menarik dan diminati, Purbo
(2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu
“sederhana, personal, dan cepat”. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik
dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada panel yang
disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu
belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar
menggunakan sistem e-learning-nya.
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru
yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang
lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang
dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar
komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap
keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran
dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
Untuk meningkatkan daya tarik belajar, Purbo (2002) menambahkan perlunya menggunakan
teori games. Teori ini dikemukakan setelah diadakan sebuah pengamatan terhadap perilaku
para penggemar games komputer yang berkembang sangat pesat. Bermain games komputer
sangatlah mengasyikan. Para pemain akan dibuat hanyut dengan karakter yang dimainkannya
lewat komputer tersebut. Bahkan mampu duduk berjamjam dan memainkan permainan
tersebut dengan senang hati. Fenomena ini sangat menarik dalam mendesain e-learning.
Dengan membuat sistem e-learning yang mampu menghanyutkan peserta didik untuk
mengikuti setiap langkah belajar di dalamnya seperti layaknya ketika bermain sebuah games.
Penerapan teori games dalam merancang materi e-learning perlu dipertimbangkan karena
pada dasarnya setiap manusia menyukai permainan.
Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik belajar secara
konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet. Karena itu eleraning perlu mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran
konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan yang operasional dan dapat diukur,
ada apersepsi atau pre tes, membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif,
uraian materi yang jelas, contoh-contoh konkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi, post
test, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-learning
perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi, ahli komunikasi,
programmer, seniman, dan lain-lain.
1. F. Faktor – Faktor dalam Pemanfaatan E-Learning dalam PJJ
Ahli-ahli pendidikan dan ahli internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran dalam PJJ (Hartanto dan
Purbo, 2002) antara lain:
Analisis Kebutuhan (Need Analysis). Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu
dipertimbangkan adalah apakah memang memerlukan e–learning dalam PJJ.
Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab berdasarkan atas
saran orang lain. Setiap lembaga menentukan teknologi pembelajaran sendiri yang
berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan atau need
analysis yang mencakup studi kelayakan baik secara teknis, ekonomis, maupun
social.
Rancangan Instruksional yang berisi tentang isi pelajaran, topik, satuan kredit, bahan
ajar/kurikulum.
Evaluasi yaitu sebelum program dimulai, ada baiknya dicobakan dengan mengambil
beberapa sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi.
Terakhir yang harus diperhatikan masalah yang sering dihadapi yaitu:
Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan
internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.
Masalah ketersediaan software (piranti lunak). Bagaimana mengusahakan piranti
lunak yang tidak mahal.
Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada.
Masalah skill and knowledge.
1. G. Kelebihan dan Kekurangan E-Learning dalam PJJ
Menyadari bahwa di internet dapat ditemukan berbagai informasi dan informasi itu dapat
diakses secara lebih mudah, kapan saja dan di mana saja, maka pemanfaatan internet menjadi
suatu kebutuhan.
Ada empat hal yang perlu disiapkan sebelum pemanfaatan internet untuk e-learning yaitu:
Melakukan penyesuaian kurikulum. Kurikulum sifatnya holistik. Pengetahuan,
keterampilan dan nilai (values) diintegrasikan dengan kebutuhan di era informasi ini.
Kurikulumnya bersifat competency based curriculum.
Melakukan variasi cara mengajar untuk mencapai dasar kompetensi yang ingin
dicapai dengan bantuan komputer.
Melakukan penilaian dengan memanfaatkan teknologi yang ada (menggunakan
komputer, online assessment system)
Menyediakan material pembelajaran seperti buku, komputer, multimedia, studio, dll
yang memadai. Materi pembelajaran yang disimpan di komputer dapat diakses
dengan mudah baik oleh guru maupun siswa. (Soekartawi, 2002)
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur,
memberikan penjelasan tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam PJJ
(Soekartawi, 2002), antara lain dapat disebutkan sbb:
Tersedianya fasilitas
e-moderating. Guru dan siswa dapat berkomunikasi secara
mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan
berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur
dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa
jauh bahan ajar dipelajari.
Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau
diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
Bila siswa memerlukan tambahan informasi berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti
dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas.
Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif
Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi
atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang
bertugas di kapal, di luar negeri, dsb-nya.
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak
terlepas dari berbagai kekurangan antara lain:
Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri.
Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar
dan mengajar.
Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis
Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan bukan pendidikan.
Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut menguasai teknik pembelajaran yang menggunakan
internet.
Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagal
Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan
masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer).
Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan bidang internet dan
kurangnya penguasaan bahasa komputer.
Kini pemerintah telah berupaya untuk memanfaatkan dan memaksimalkan tersedianya
informasi teknologi dengan membentuk Kantor Menteri Negara Informasi dan Teknologi. Di
tiap departemen bahkan ada unit yang menangani teknologi informasi. Di Depdiknas
misalnya ada Pustekkom atau Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi untuk Pendidikan;
di tiap Universitas ada Pusat Komputer, dan masih banyak contoh lain. Sayangnya cyberlaws
di Indonesia yang juga pernah dibahas dan disiapkan, belum juga selesai hingga kini. Elearning kini banyak digunakan oleh para penyelenggara PJJ.
Kalau dahulu hanya Universitas Terbuka yang diijinkan menyelenggarakan pendidikan jarak
jauh, maka kini dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
No.107/U/2001 (2 Juli 2001) tentang Penyelenggaraan Program Pendidikan Tinggi
Jarak Jauh, maka perguruan tinggi tertentu yang mempunyai kapasitas
menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh menggunakan e-learning, juga
telah diijinkan menyelenggarakannya.
Lembaga-lembaga pendidikan non-formal seperti kursus-kursus, juga telah memafaatkan
keunggulan e-learning ini untuk program-programnya.
1. H. Bahan Ajar Melalui E-Learning
Melalui pemanfaatkan teknologi informasi, diharapkan materi ajar dapat diakses oleh siapa
saja dan kapan saja. Akses terhadap materi ajar sebenarnya dapat diatur bila dikehendaki
karena tersedia fasilitas pengaman. Hanya orang yang telah mendaftar saja yang bisa
mengakses materi ajar tersebut. Karena mahalnya pembuatan bahan ajar maka negara sebagai
penanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa perlu menyiapkan bahan tersebut
sehingga dapat dipakai di seluruh Indonesia.
Persoalan mendasar berkenaan dengan model ajar ini, adalah keterbatasan pihak sekolah
untuk menyediakan komputer termasuk internet dalam proses pengajaran. Oleh karena itu
perlu ada aksi untuk menyiapkan institusi pendidikan (ready for learning), yaitu dengan cara
melibatkan para guru dan departemen terkait, misalnya depdiknas, dan departemen ristek
yang ada di wilayah masing-masing. Mereka ini harus menyiapkan termasuk mengetahui
materi ajar yang tersedia dan cara akses atau mendapatkannya. Mereka bertanggungjawab
membantu institusi pendidikan termasuk mengkomunikasikan materi ajar yang tidak
dipahami sehingga dapat mempelajarinya dalam waktu tertentu.
Saat ini telah banyak sekali sumber belajar yang berbasis komputer bahkan berbasis
multmedia (buatan dalam dan luar negeri) baik yang berfungsi sebagai materi pokok, maupun
sebagai materi pengayaan. Namun penelitian tentang dampak dari penggunaan sumber
belajar tersebut belum banyak dilakukan, terutama dalam hal kemungkinan adanya
miskonsepsi yang ditimbulkan oleh sumber belajar itu. Oleh karena itu, studi tentang
pengembangan, uji coba dan standardisasi perangkat lunak komputer kependidikan harus
segera dilakukan oleh departemen atau pihak yang berkepentingan dan kita semua.
1. I. Penutup
Kebijakan institusi pendidikan dalam memanfaatkan teknologi internet menuju e-learning
perlu kajian dan rancangan mendalam. E-learning bukan semata-mata hanya memindahkan
semua pembelajaran pada internet. Hakikat e-learning adalah proses pembelajaran yang
dituangkan melalui teknologi internet. Di samping itu
prinsip sederhana, personal, dan cepat perlu dipertimbangkan. Untuk
menambah daya tarik dapat pula menggunakan teori games Oleh karena itu prinsip dan
komunikasi pembelajaran perlu didesain seperti layaknya pembelajaran konvensional. Di sini
perlunya pengembangan model e-learning yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa media pembelajaran secanggih apapun tidak akan
bisa menggantikan sepenuhnya peran guru/dosen. Penanaman nila-nilai dan sentuhan
kepribadian sulit dilakukan. Di sini tantangan bagi para pengambil kebijakan dan perancang
e-learning. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa fungsi e-learning dalam PJJ adalah
untuk memperkaya wawasan dan pemahaman peserta didik, serta proses pembiasaan agar
melek sumber belajar khususnya teknologi internet.
E-learning merupakan singkatan dari Elektronic Learning, merupakan cara baru dalam
proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai
sistem pembelajarannya. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa ahli mencoba menguraikan
pengertian e-learning menurut versinya masing-masing, diantaranya :
Jaya Kumar C. Koran (2002)
e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan
rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi
pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
Dong (dalam Kamarga, 2002)
e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat
elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Rosenberg (2001)
menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk
mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan
Darin E. Hartley [Hartley, 2001]
eLearning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet
atau media jaringan komputer lain.
LearnFrame.Com dalam Glossary of eLearning Terms [Glossary, 2001]
eLearning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk
mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun
komputer standalone.
E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik
(internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal misalnya adalah
pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun
berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan
pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan
diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola
oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang memang
bergerak dibidang penyediaan jasa e-learning untuk umum.
E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana,
misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan
perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan
tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).
Quipper Video menyediakan materi belajar berupa video secara online bagi siswa yang ingin
memperluas pengetahuan, belajar tanpa batas, dan bersiap diri menghadapi tes masuk.
Kesenjangan pendidikan kini masih sering ditemukan di kalangan masyarakat; dari
kurangnya jumlah guru, ukuran kelas yang terlampau besar, hingga kecilnya jumlah
pendapatan yang menyebabkan keterbatasan fasilitas belajar. Akibatnya, anak-anak yang
tinggal di penjuru desa harus menanggung tantangan pendidikan. Dengan Quipper Video,
kami memimpikan masyarakat di mana anak-anak memiliki kesempatan dan hak yang sama
dalam mengakses pendidikan bermutu tinggi, tanpa memandang lokasi dan latar belakang.
Kini, siswa dapat belajar dari tutor terbaik di mana saja, kapan saja, dengan biaya yang sangat
terjangkau.
Pengguna Quipper Video telah berkembang sangat pesat, menjadikannya layanan belajar
video online nomor satu di negara-negara yang mengaplikasikannya, dipimpin oleh Indonesia
dan Filipina. Study Sapuri, layanan yang sama, telah menjadi perangkat tambahan belajar
terbesar di Jepang, baik offline maupun online.
MENGHUBUNGKAN SISWA DAN GURU
Quipper School adalah platform pembelajaran online untuk tingkat SD, SMP dan SMA yang
memfasilitasi siswa dalam proses belajar, serta mendukung guru mengelola kelas.
Guru di belahan dunia manapun, baik di sekolah negeri maupun swasta, bekerja sangat keras
setiap hari untuk memberikan pendidikan terbaik bagi siswa. Bahkan lebih dari 20% waktu
guru bekerja dihabiskan untuk membuat tugas, mengoreksi, dan menilai hasil kerja siswa.
Dengan memanfaatkan teknologi, Quipper School membantu meringankan beban guru
dengan menyederhanakan proses pengelolaan tugas tersebut. Quipper School membantu
mengirimkan tugas ke siswa, mengoreksi dan menganalisa hasil pekerjaan siswa secara
efisien, sekaligus merangkum performa individual siswa. Quipper School ingin
memberdayakan guru sehingga dapat fokus untuk menyediakan pendidikan berkualitas tinggi
kepada generasi masa depan.
SEBUAH REVOLUSI BELAJAR DENGAN TEKNOLOGI, KARENA PENDIDIKAN
ADALAH HAK
Baik di negara maju maupun negara berkembang, jurang prestasi dalam pendidikan masih
tetap ada dan bahkan sangat terasa di beberapa negara. Misi Quipper adalah ingin menjadi
“Distributors of Wisdom” (Penyebar Ilmu Pengetahuan) dan menutupi jurang tersebut.
Melihat penggunaan internet setiap harinya di dunia, penggunaan perangkat seluler dan tablet
dalam proses belajar online ikut bertumbuh pula. Di Quipper, kami ingin melakukan revolusi
pendidikan dengan mengumpulkan ilmu-ilmu bermanfaat di seluruh dunia ke dalam platform
online kami. Quipper ingin membuat dunia menjadi tempat di mana anak-anak mendapatkan
kesempatan untuk belajar apapun yang mereka inginkan, tanpa batasan dan tantangan. Kami
yakin bahwa belajar adalah suatu hak, bukan kebanggaan.
https://school.quipper.com/id/.
Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada pendidikan tingkat menengah baik itu SMP
maupun SMA di Indonesia semakin mudah terselenggara dengan kehadiran beberapa startup
pendidikan, salah satunya adalah Quipper School. Lalu, apa keistimewaan dari startup
pendidikan asal Inggris ini?
Baca juga: 5 startup pendidikan asing yang berekspansi ke Indonesia
Didirikan oleh Masayuki Watanabe di London pada Desember 2010, Quipper School
merupakan startup pendidikan yang menyediakan dua layanan utama:
Pertama: Quipper School Learn sebuah portal khusus siswa dimana mereka bisa
mengakses atau membaca materi pelajaran, menjawab soal, mengirimkan pesan ke
guru, dan melihat performa belajar teman sekelasnya.
Kedua: Quipper School Link sebuah portal khusus untuk guru dimana mereka dapat
menyiapkan tugas, melihat perkembangan siswa, mengirim pesan ke siswa, mengelola
kelas, dan membuat kelas online.
Secara teknis, melalui Quipper School Indonesia, guru dapat memberikan tugas
kepada siswa secara online dan siswa dapat mengerjakannya (sekaligus mempelajari
topik mata pelajaran yang berkaitan dengan tugas tersebut) baik di dalam maupun di
luar kelas melalui perangkat mereka masing-masing yang terkoneksi dengan internet.
Setelah para siswa mengerjakan serta mengumpulkan tugasnya, sistem penilaian yang
tersedia pada platform Quipper School Indonesia akan melakukan analisis data secara
sederhana namun canggih yang akan membantu para Guru dalam mendapatkan
gambaran yang jelas tentang pencapaian siswa. Tentu saja sistem penilaian hanya
bersifat membantu, setelah guru secara manual memasukkan data soal dan
jawabannya. Sehingga sistem penilaian bertugas mencocokkan antara jawaban dari
siswa dengan kunci jawaban versi guru.
Para guru akan mendapatkan laporan mengenai seberapa baik sang siswa dalam
menguasai mata pelajaran tertentu, bagaimanakah kemajuan belajar setiap siswa,
mengetahui keunggulan atau potensi setiap siswa, siapa yang mendapat nilai tertinggi,
dan lainnya. Melalui gambaran tentang pencapaian ini, para siswa pada saat itu juga
akan memperoleh umpan balik mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki terkait
penguasaan terhadap suatu topik materi pelajaran tertentu.
Belum memperoleh pendapatan
Selama hampir setahun beroperasi di Indonesia, Quipper School Indonesia masih
menggratiskan layanan dan konten yang disediakannya. Bagaimanapun, kedepannya
Quipper School Indonesia berencana akan menyediakan fitur dan konten premium
berbayar seperti online tutoring (les online) dan konten untuk persiapan Ujian
Nasional (UN).
Sejauh ini pengguna yang sudah mendaftar di Quipper School Indonesia yaitu lebih
dari 50.000 guru dan lebih dari 250.000 siswa. Namun, dari akumulasi jumlah guru
dan siswa tersebut, baru 60 persen yang menjadi pengguna aktif bulanan. Para guru
dan siswa ini bersumber dari sekitar 10.000 sekolah (dengan perbandingan SMA 70
persen dan SMP 30 persen). Setiap kelas online dalam Quipper School Indonesia
sendiri dapat menampung hingga 60 siswa, tetapi para guru masih bisa membuat kelas
online sebanyak-banyaknya sesuai kebutuhan.
Disinggung mengenai minimnya pengguna terdaftar dari kalangan siswa, Quipper
School Indonesia mengatakan bahwa kemungkinan ini karena para guru yang sudah
mendaftar belum langsung mengaktifkan akun mereka. Sementara para siswa baru
akan mendaftar dan mengaktifkan akunnya, jika para guru terlebih dahulu sudah
menggunakan platform ini.
Quipper School Indonesia sendiri mengklaim selama ini belum menemui banyak
tantangan. Hal ini berkat adanya sebagian anggota tim yang berasal dari kalangan
guru yang terus memberikan nasihat berharga dan pengetahuan baru mengenai
ekosistem pendidikan nasional bagi tim Quipper School Indonesia. Kedepannya,
Quipper School Indonesia akan membuat konten untuk SD kelas 3 hingga 4, membuat
konten untuk pengguna mobile gadget, serta bekerjasama dengan dinas pendidikan
baik tingkat daerah dan tentu saja tingkat nasional.
Sejak November 2014, Quipper School sudah memperoleh pendanaan sebesar USD
10 juta (sekitar Rp 120 miliar) yang bersumber dari perusahaan Venture Capital (VC)
Atomico (Inggris), Globis (Jepang), 500 Startups (Amerika Serikat), dan Benesse
(Jepang). Pegawai Quipper School sendiri berjumlah sekitar 100 orang (tidak
termasuk Indonesia) yang tersebar di London, Tokyo, dan Manila (kantor pusat untuk
wilayah di Asia).
Baca juga: 4 CEO startup pendidikan ini berbagi rahasia dalam hal memperoleh
investasi
Bukan yang pertama di Indonesia
Quipper School Indonesia bukan merupakan startup pendidikan pertama yang
menyediakan platform untuk menunjang proses KBM di Indonesia. Sebelumnya
sudah ada nama seperti Kelase dan StudentBook. Perbedaan mencoloknya, Quipper
School Indonesia tidak hanya berupa platform yang menunjang proses KBM, tetapi
juga menyediakan materi pembelajaran berupa 10 mata pelajaran yang umumnya
diajarkan di sekolah negeri dan swasta, dengan lebih dari 1.300 pilihan topik beserta
soal-soalnya.
Menariknya, ribuan topik mata pelajaran dan soal yang tersedia di Quipper School
Indonesia dibuat oleh puluhan guru yang bekerja secara part time dan diklaim sesuai
dengan kurikulum nasional yang berlaku seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, IPA, dan IPS. Sementara di Kelase dan StudentBook, guru juga bisa
membuat materi pembelajaran, namun terbatas sesuai kebutuhan sekolah masingmasing dan dibuat oleh para guru setempat di sekolah tersebut.
Quipper School Indonesia sendiri baru beroperasi secara resmi pada Februari 2014
silam yang dikelola oleh 34 orang full time dan 41 hingga 60 orang part time
(semuanya guru yang bertugas membuat konten).
(Diedit oleh Lina Noviandari)
About Herry
Herry adalah bibliofil yang passionate dalam hal menulis dan berbicara mengenai
Pendidikan, Teknologi, Teknologi Pendidikan (EdTech), Bisnis, Gaya Hidup, Jurnalistik, dan
Pengembangan Diri. Selain aktif sebagai sukarelawan pada komunitas Startup Lokal, juga
aktif sebagai Inisiator komunitas Google Apps for Education Indonesia (belum resmi). Anda
bisa menghubunginya melalui e-mail: [email protected]
https://id.techinasia.com/quipper-school-platform-belajar-online-smp-sma-indonesia.
Metode Pembelajaran Melalui Internet.... Baca Selengkapnya di : http://www.medukasi.web.id/2013/07/metode-pembelajaran-melalui-internet.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Pembelajaran berbasis internet bagi siswa sekolah dasar sudah seharusnya mulai dikenalkan.
Untuk itu para guru hendaknya sudah tahu lebih dahulu tentang dunia internet sebelum
menerapkan pembelajaran tersebut pada siswa. Persiapan yang tak kalah pentingnya yaitu
sarana komputer. Tentu saja dalam hal ini hanya dapat diterapkan di sekolah-sekolah yang
mempunyai fasilitas komputer yang memadai. Walaupun sebenarnya dapat juga diusahakan
oleh sekolah yang tidak mempunyai fasilitas komputer misalnya dengan mendatangi warnet
sebagai patner dalam pembelajaran tersebut. Setelah semua perangkat untuk pembelajaran
siap, guru mulai melakukan pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar internet. Bagi
siswa sekolah dasar tentu saja akses-akses yang ringan yang berkaitan dengan mata pelajaran
yang diajarkan. Disinilah kepiawaian seorang guru ditampilkan dalam mendampingi,
membimbing dan mengolah metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diharapkan
tercapai..... Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2013/07/metodepembelajaran-melalui-internet.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Beberapa metode yang dapat dilakukan oleh guru, diantaranya: diskusi, demonstrasi, problem
solving, inkuiri, dan descoveri. Guru memberikan topik tertentu pada siswa, kemudian siswa
mencari hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut dengan mencari (down load) dari internet.
Guru juga dapat memberikan tugas-tugas ringan yang mengharuskan siswa mengakses dari
internet, suatu misal dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa dapat mencari karya puisi
atau cerpen dari internet. Siswa juga dapat belajar dari internet tentang hal-hal yang up to
date yang berkaitan dengan pengetahuan. Guru memberi tugas pada siswa untuk mencari
suatu peristiwa muthakir dari internet kemudian mendiskusikannya di kelas, lalu siswa
menyusun laporan dari hasil diskusi tersebut. ....
Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2013/07/metode-pembelajaranmelalui-internet.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Metode-metode tersebut dapat dilakukan guru dengan model-model pembelajaran yang
bervariasi sehingga siswa semakin senang, tertarik untuk mempelajarinya sehingga proses
pembelajaran tersebut menjadi pembelajaran yang bermakna. Dengan pembelajaran berbasis
internet diharapkan siswa akan terbiasa berpikir kritis dan mendorong siswa untuk menjadi
pembelajar otodidak. Siswa juga akan terbiasa mencari berbagai informasi dari berbagai
sumber untuk belajar. Pembelajaran ini juga mendidik siswa untuk bekerjasama dengan siswa
lain dalam kelompok kecil maupun tim. Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya yaitu
dengan pembelajaran berbasis internet pengetahuan dan wawasan siswa berkembang, mampu
meningkatkan hasil belajar siswa, dengan demikian mutu pendidikan juga akan meningkat.....
Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2013/07/metode-pembelajaranmelalui-internet.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Junita Sesarianti Universitas Negeri Semarang
Marimin Marimin Universitas Negeri Semarang
Partono Partono Universitas Negeri Semarang
Abstract
Dalam dunia pendidikan hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses
belajar mengajar. Hal ini dapat terjadi dikarenakan hasil belajar sangat mempengaruhi guru
dan siswa. Hasil belajar siswa penting bagi guru dikarenakan guru mampu mengetahui
tingkat keberhasilan dalam memberikan suatu materi pembelajaran melalui hasil belajar
siswa sehingga seorang guru dapat melakukan evaluasi apabila hasilnya kurang maksimal.
Dengan media pembelajaran yang menggunakan internet nilai yang diperoleh para siswa jauh
lebih baik jika dibandingkan dengan nilai tugas praktik yang jauh dari kriteria ketuntasan
minimum, SMK YPPM Boja Kabupaten Kendal pada kelas X AP1 terdapat 20 siswa
(60,20%) tidak tuntas, sedangkan untuk kelas X AP2 terdapat 22 siswa (60,82%) berada pada
kriteria tidak tuntas. Terdapat dugaan adanya ketidaktuntasan nilai siswa disebabkan karena
kurang efektifnya media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar.. Pada
SMK YPPM Boja belum menggunakan internet sebagai media pembelajaran yang bisa
mempermudah dan meningkatkan hasil belajar siswa-siswinya, sementara ini
pembelajarannya sekedar mengenalkan apa itu internet secara umum dan hanya digunakan
hal-hal yang tidak bermanfaat dan berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Dari hasil
penelitian di peroleh data sebagai berikut : rata-rata nilai pre-test pada kelas kontrol adalah
66,48 dan pada kelas eksperimen adalah 62,32, berarti rata-rata hasil pre-test antara kedua
kelas tersebut hasilnya tidak berbeda jauh. rata-rata nilai post-test pada kelas kontrol adalah
72,51 dan pada kelas eksperimen adalah 73,41. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen
lebih baik dari kelompok kontrol. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata yang diperoleh
kelompok eksperimen adalah 73,41 dan nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelompok kontrol
adalah 66,48. Hasil belajar siswa yang menggunakan media internet dan e-learning lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Pengajaran dengan menggunakan media
internet dan e-learning dapat digunakan oleh para guru sebagai media pembelajaran alternatif
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar melakukan pertemuan/rapat
dan dapat digunakan pada pokok bahasan yang lain.
A. Pendahuluan
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui
pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi.
Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu
tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik
sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi
sesuai dengan cita-citanya.
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) menurut Dohmen (dalam Rahadi, 2008) adalah suatu bentuk
pembelajaran yang dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan bantuan media.
Makna PJJ merupakan kebalikan pendidikan langsung (direct education) atau pendidikan
melalui tatap muka. Sedangkan menurut Moore (dalam Rahadi, 2008), PJJ adalah suatu
metode pembelajaran dimana proses pengajaran terpisah dari proses belajar, sehingga
komunikasi antara pengajar dengan si belajar harus difasilitasi dengan media cetak,
media elektronik atau media lain.
Jadi, dari dua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa PJJ adalah suatu
pembelajaran dimana adanya keterpisahan antara kegiatan pengajaran dari kegiatan
belajar, dimana dalam komunkasi antara pengajar dengan si belajar mengunakan
bantuan media pembelajaran, berupa media elektronik, media cetak, dan lain sebagainya.
Internet adalah jaringan komputer. Tetapi jaringan komputer belum tentu internet. Jaringan
sekelompok komputer yang sifatnya terbatas disebut sebagai jaringan lokal (Local Area
Network). Internet merupakan jaringan yang terdiri atas ribuan bahkan jutaan komputer,
termasuk di dalamnya jaringan lokal, yang terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon,
kabel) dan jangkauanya mencakup seluruh dunia (Kamarga, 2002). Jaringan ini bukan
merupakan suatu organisasi atau institusi, sifatnya bebas, karena itu tidak ada pihak yang
mengatur dan memilikinya.
Penemuan internet dianggap sebagai penemuan yang cukup besar, yang mengubah dunia dari
bersifat lokal atau regional menjadi global. Sumber-sumber informasi dunia dapat diakses
oleh siapa pun dan di mana pun melalui internet.
Seiring perkembangan zaman, pemanfaatan internet untuk pendidikan di Indonesia
khususnya di perguruan tinggi terus berkembang yang dipelopori oleh Institut Teknologi
Bandung. Pemanfaatan internet di sektor pendidikan sudah berkembang pesat yang disebut
e-learning.
PJJ sangat membutuhkan pembelajaran yang sifatnya bisa diakses kapanpun, dimanapun
tanpa ada batas ruang dan waktu. E-learning merupakasn salah satu alternatif sumber belajar
dalam PPJ tersebut. Oleh karena itu, makalah ini akan memfokuskan membahas mengenai
pemanfaatan e-learning sebagai sumber belajar dalam PJJ.
1. B. Pengertian Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)
Telah banyak ahli yang membahas mengenai pengertian dan karakteristik pendidikan jarak
jauh. Walaupun agak sulit untuk mendapatkan satu definisi yang diterima oleh semua pakar
pendidikan jarak jauh, namun karakteristik pendidikan jarak jauh yang dikemukakan oleh
Keegan (dalam Hardhono, 2008) dapat dipakai sebagai acuan dasar untuk pembahasan dalam
artikel ini. Berikut ini adalah karakteristik pendidikan jarak jauh yang dikemukakan oleh
Keegan, yaitu :
ada keterpisahan yang mendekati permanen antara tenaga pengajar (guru atau dosen)
dari peserta ajar (siswa atau mahasiswa) selama program pendidikan
ada keterpisahan yang mendekati permanen antara seorang peserta ajar (siswa atau
mahasiswa) dari peserta ajar lain selama program pendidikan
ada suatu institusi yang mengelola program pendidikannya
pemanfaatan sarana komunikasi baik mekanis maupun elektronis untuk
menyampaikan bahan ajar
penyediaan sarana komunikasi dua arah sehingga peserta ajar dapat mengambil
inisiatif dialog dan mengambil manfaatnya.
Jadi dari uraian karakteristik pendidikan jarak jauh tersebut dapat disimpulkan bahwa
keterpisahan kegiatan pengajaran dari kegiatan belajar adalah ciri yang khas dari pendidikan
jarak jauh. Pemisah kedua kegiatan tersebut dapat berupa jarak fisik, misalnya karena peserta
ajar bertempat tinggal jauh dari lokasi institusi pendidikan. Pemisah dapat pula jarak nonfisik yaitu berupa keadaan yang memaksa seseorang yang tempat tinggalnya dekat dari lokasi
institusi pendidikan namun tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di institusi tersebut.
Keadaan seperti ini terjadi misalnya karena pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.
Jarak sebagai pemisah hendak diatasi melalui pendidikan jarak jauh dengan memanfaatan
rancangan instruksional dan rancangan interaksi supaya kegiatan belajar yang dirancang
dengan sugguh-sungguh dapat tercapai. Teori yang berkembang sebagai hasil dari upaya
untuk mengatasi jarak dalam kegiatan ini dikenal dengan teori jarak transaksional.Karena ciri
khasnya adalah keterpisahan jarak baik dalam arti fisik dan non-fisik maka kegiatan
pembelajaran tatap muka dapat dikatakan terjadi dalam frekuensi yang rendah. Isi
pembelajaran disampaikan melalui media dalam berbagai jenis sedangkan
komunikasi/interaksi antara peserta ajar dengan tenaga pengajarnya atau dilakukan dengan
memanfaatkan sarana komunikasi. Dengan demikian program pendidikan dapat diikuti dari
dari mana saja dan kapan saja selama media belajar dan sarana komunikasi dua arah tersedia
supaya peserta ajar dan tenaga pengajarnya dapat berinteraksi untuk membahas isi
pembelajaran.
Tiga dari lima media/teknologi yang dapat dipakai dalam penyelenggaraan pendidikan jarak
jauh yang telah diidentifikasi Moore dan Kearsley (dalam Handhono, 2008) berkaitan dengan
teknologi informasi dan komunikasi. Ketiga media/teknologi tersebut adalah radio dan
televisi, telekonferensi, dan pembelajaran berbantuan komputer. Dua media yang tidak
terkaitan dengan teknologi komunikasi dan informasi adalah cetak dan audio/video kaset.
Sampai di sini telah diulas mengenai pengertian dan karakteristik pendidikan jarak jauh, sisi
di mana teknologi informasi dan komunikasi dapat berperan, serta aspek-aspek yang perlu
diiperhatikan dalam menerapkan media/teknologi. Dengan demikian cukuplah kerangka yang
diperlukan untuk mengulas peran teknologi komunikasi dan informasi dalam
penyelenggaraan pendidikan jarak jauh di Indonesia dalam upaya untuk mengatasi kendala
ruang dan waktu dalam menyampaikan program pendidikan/pembelajaran.
1. C. Pengertian E-learning
Electronic learning (e-learning) kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi
masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang.
Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada
prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat
bantunya. E-learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif
baru di Indonesia.
E-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa
bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa
audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Dengan kata lain elearning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti
telepon, audio, vidiotape, transmisi satelit atau komputer.
Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi
e-learning.
Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan
‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan
menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning
menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya.
Dengan kata lain e-learning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa
teknologi seperti telepon, audio, vidiotape, transmisi satelit atau komputer.
Banyak hal yang mendorong mengapa e-learning menjadi salah satu pilihan untuk
peningkatan mutu pendidikan, antara lain pesatnya fasilitas teknologi informasi, dan
perkembangan pengguna internet di dunia saat ini berkembang dengan cepat. Penggunaan
internet menjadi suatu kebutuhan dalam mendukung pekerjaan atau tugas sehari-hari. Apalagi
dengan tersedianya fasilitas jaringan (Internet infrastructure) dan koneksi internet (Internet
Connections), serta tersedianya piranti lunak pembelajaran (management course tools). Juga
orang yang terampil mengoperasikan atau menggunakan internet semakin meningkat
jumlahnya (Soekartawi, 2002).
1. D. Pendidikan Jarak Jauh Berbasis Web
Distance Learning atau pendidikan jarak jauh sebenarnya bukanlah sesuatu hal atau barang
yang baru di dunia pendidikan. Sudah cukup banyak lembaga atau institusi yang melakukan
hal ini dan biasanya dilakukan dengan mengirimkan berbagai materi kuliah dan informasi
dalam bentuk cetakan, buku, CD-ROM, video langsung ke alamat peserta pendidikan jarak
jauh. Tidak hanya hal-hal yang berhubungan dengan kuliah secara langsung saja yang
dikirimkan ke peserta tapi juga berbagai masalah administrasi dan manajemennya.
Bila kembali ke konsep dasar pada suatu sistem pendidikan ‘tradisional’ yang dilakukan saat
ini, para siswa dan guru bertemu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sistem pendidikan
‘tradisional’ ini kelak akan bergeser ke pada suatu ‘distance learning based education
paradigm’ dengan dilandasi bahwa agak sulit untuk mengumpulkan peserta kursus, training
atau pendidikan pada satu waktu dan tempat tertentu sedangkan peserta tersebar di wilayah
yang berbeda-beda dan pada dasarnya materi-materi yang seharusnya disampaikan di kelas,
dapat diberikan tanpa kehadiran para peserta dan dosen secara langsung di kelas.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan
teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep distance learning ini. Ciri
teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta
menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat
bagi perkembangan distance learning selanjutnya.
Bergesernya perkembangan distance learning ke media internet membuat munculnya suatu
paradigma baru dalam distance learning yaitu ‘asyncronous time and separated location
distance learning’. Jelasnya, media ini mampu menembus batasan waktu dan tempat.
Cepatnya penyampaian informasi dan materi menjadikan teknologi ini sebagai suatu
pertimbangan utama penggunaannya dalam distance learning. Hal ini sejalan dengan adanya
cyberschool yang telah ada saat ini. Konsep cyberschool sebenarnya bagian dari suatu
kesatuan distance learning, hanya saja cyberschool kurang memfasilitasi interaksi antara
murid dan guru. Cyberschool hanya mendistribusikan materi-materi secara online.
Memadukan dua hal ini akan sangat menguntungkan untuk mewujudkan suatu internet
community di Indonesia khususnya.
Suatu sistem pendidikan jarak jauh secara umum, akan sukses apabila didalamnya melibatkan
interaksi maksimal antara guru dan muridnya, antara murid dengan berbagai fasilitas
pendidikan dan interaksi antara murid dengan murid serta melibatkan pola pembelajaran yang
aktif di dalam interaksi itu. Kita mendapati berbagai aspek di atas dalam sistem pendidikan
tradisional yang melibatkan interaksi ‘face-to-face’ antara murid dan guru, apakah sistem
pendidikan jarak jauh dapat mengatasi interaksi ‘face-to-face’ antara guru dan murid di kelas
secara 100 %. Jawabannya, tergantung kepada media yang digunakan tapi angka 100 % itu
bukanlah sesuatu mudah untuk dicapai oleh sistem pendidikan jarak jauh, yang jelas ada
suatu trade-off teknologi yang dapat mendekati angka di atas.
Penggunaan teknologi dalam menunjang suatu sistem pendidikan jarak jauh harus
diperhatikan dari bentuk pendidikan yang diberikan. Suatu kursus bahasa Inggris salah
satunya, pada akhir perkuliahan peserta dituntut untuk mempunyai reading dan listening skill
yang baik, untuk itu medianya dapat berupa sound, gambar dan bentuk multimedia lainnya
yang dapat di kirimkan melalui internet.
Bila dibatasi pada web based distance learning maka pengguna atau dalam hal ini guru dan
murid memerlukan fasilitas internet untuk tetap menjaga konektivitas dengan distance
learning tersebut. Kemampuan peserta untuk tetap menjaga connectivity menentukan bagi
kesinambungan suatu sistem pendidikan jarak jauh. Dengan cara inilah kita dapat
menciptakan suatu internet based community di Indonesia.
Suatu sistem pendidikan jarak jauh dapat kita sederhanakan dan formulasikan sebagai berikut
:
Materi pendidikan + teknologi untuk berinteraksi + guru = pembelajaran bagi murid.
Apabila kita umpamakan suatu web based distance course sebagai suatu community maka di
dalamnya harus dapat memfasilitasi bertemunya atau berinteraksinya murid dan guru. Agak
sulit memang untuk memindahkan apa yang biasa dilakukan oleh guru di depan kelas kepada
suatu bentuk web atau materi online yang harus melibatkan interaksi berbagai komponen di
dalamnya. Adanya sistem ini membuat mentalitas dosen dan guru harus berubah dan sudah
seharusnya, perbedaan karakteristik guru atau dosen dalam mengajar tidak tampak dalam
metode ini.
Seperti layaknya sebuah sekolah atau universitas, metode ini juga harus mampu memberikan
informasi perkuliahan kepada peserta. Informasi itu harus selalu dapat diakses oleh siswa dan
dosen serta selalu ter-update setiap waktu.
Informasi yang sering dibutuhkan itu berupa silabus kuliah, jadwal kuliah, pengumuman,
siapa saja peserta kuliah, materi kuliah dan penilaian atas prestasi siswa.
Bila kita buatkan suatu model maka suatu web based distance learning setidaknya memiliki
unsur-unsur sebagai berikut :
Pusat kegiatan siswa
sebagai suatu community, web based distance learning harus mampu untuk menjadikan
sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa dimana mahasiswa dapat mengasah
kemampuannya, membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya.
Interaksi dalam group
Disini para murid dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materi-materi yang
telah diberikan oleh dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit
ulasan tentang materi yang diberikannya.
Personal administratif supporting system
dimana para siswa dapat me-review membershipnya dalam suatu course, menyediakan
informasi siswa, prestasi mahasiswa dan sebagainya
General information
Menyediakan informasi umum untuk peserta atau pengunjung web pada umumnya. Serta
menyediakan beberapa fasilitas untuk umum tanpa proses registrasi peserta terlebih dahulu.
Pendalaman dan ujian
Biasanya dosen atau guru sering mengadakan quiz-quiz singkat dan tugas-tugas yang
bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir
masa belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh suatu web based distance learning
Digital library
Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada buku tapi juga
pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai
penunjang dan berbentuk sebagai suatu database.
Materi online diluar materi kuliah
Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan-bahan bacaan dari web-web lainnya.
Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk memberikan
bahan-bahan online lainnya untuk di publikasikan kepada peserta lainnya.
Mewujudkan ide dan keinginan di atas dalam suatu bentuk realitas bukanlah suatu pekerjaan
yang mudah tapi bila kita lihat ke negara lain yang telah lama mengembangkan web based
distance learning, sudah banyak sekali institusi atau lembaga yang memanfaatkan metode ini.
Bukan hanya skill yang dimiliki oleh para engineer yang diperlukan tapi juga berbagai
kebijaksanaan dalam bidang pendidikan sangat mempengaruhi perkembangannya. Jika dilihat
dari kesiapan sarana pendukung misalnya hardware maka agaknya hal ini tidak perlu
diragukan lagi. Hanya satu yang selalu menjadi concern utama pengguna internet di
Indonesia yaitu masalah bandwidth, tentunya dengan bandwidth yang terbatas ini mengurangi
kenyamanan khususnya pada non text based material.
1. E. Metode Pembelajaran E-learning dalam PJJ
Pada dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian (delivery system) dari e-learning dalam
PJJ, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah.
Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah.
Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
Dilaksanakan melalui cara langsung artinya pada saat instruktur memberikan
pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan.
Dilaksanakan melalui cara tidak langsung misalnya pesan dari instruktur direkam
dahulu sebelum digunakan. (Kamarga, 2002)
Karakteristik e-learning dalam PJJ antara lain adalah:
Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Guru dan siswa, siswa dan sesama siswa
atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi
oleh hal-hal yang bersifat protokoler.
Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks)
Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di
komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila
yang bersangkutan memerlukannya
Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal
yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
(Kamarga, 2002)
Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang
tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan mempengaruhi tugas guru dalam proses
pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar didominasi oleh peran guru, karena itu
disebut the era of teacher. Kini, proses belajar dan mengajar, banyak didominasi oleh peran
guru dan buku (the era of teacher and book) dan pada masa mendatang proses belajar dan
mengajar akan didominasi oleh peran guru, buku dan teknologi (the era of teacher, book and
technology). (Purbo, 2001). Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau
tidak mau, kita harus berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi informasi. Hal ini
disebabkan karena teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh
karena itu, kita sebaiknya tidak ‘gagap’ teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan
bahwa siapa yang terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh
kesempatan untuk maju.
Informasi sudah merupakan ‘komoditi’ sebagai layaknya barang ekonomi yang lain. Peran
informasi menjadi kian besar dan nyata dalam dunia modern sekarang ini. Hal ini bisa
dimengerti karena masyarakat sekarang menuju pada era masyarakat informasi (information
age) atau masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society). Oleh karena itu tidak
mengherankan kalau ada perguruan tinggi yang menawarkan jurusan informasi atau teknologi
informasi, maka perguruan tinggi tersebut berkembang menjadi pesat.
Perkembangan pengguna internet di dunia ini berkembang sangat cepat karena beberapa hal,
antara lain:
Menggunakan internet adalah suatu kebutuhan untuk mendukung pekerjaan atau tugas
sehari-hari
Tersedianya fasilitas jaringan (Internet infrastructure) and koneksi internet (Internet
Connections)
Semakin tersedianya piranti lunak pembelajaran (management course tools)
Keterampilan jumlah orang yang mengoperasikan atau menggunakan internet
Kebijakan yang mendukung pelaksanaan program yang menggunakan internet
tersebut (Soekartawi, 2002).
Pemanfatan internet untuk e-learning di Indonesia bisa ditingkatkan kalau fasilitas yang
mendukungnya memadai, baik fasilitas yang berupa infrastruktur maupun fasilitas yang
bersifat kebijakan. Hal ini bukan saja didukung oleh data, namun juga semakin banyaknya
warung-warung internet (warnet) yang muncul di pelosok Indonesia. Pengguna internet
bukan saja dari kalangan pelajar dan mahasiswa, namun juga dari kalangan masyarakat yang
lain. Hal ini bisa dipakai sebagai indikasi bahwa internet memang diperlukan untuk
membantu kelancaranan pekerjaan atau tugas-tugas pengguna internet.
Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi pelajaran secara online saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain seolah peserta
didik belajar di hadapan pengajar melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan
internet. Untuk dapat menghasilkan
e-learning yang menarik dan diminati, Purbo
(2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu
“sederhana, personal, dan cepat”. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik
dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada panel yang
disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu
belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar
menggunakan sistem e-learning-nya.
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru
yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang
lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang
dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar
komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap
keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran
dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
Untuk meningkatkan daya tarik belajar, Purbo (2002) menambahkan perlunya menggunakan
teori games. Teori ini dikemukakan setelah diadakan sebuah pengamatan terhadap perilaku
para penggemar games komputer yang berkembang sangat pesat. Bermain games komputer
sangatlah mengasyikan. Para pemain akan dibuat hanyut dengan karakter yang dimainkannya
lewat komputer tersebut. Bahkan mampu duduk berjamjam dan memainkan permainan
tersebut dengan senang hati. Fenomena ini sangat menarik dalam mendesain e-learning.
Dengan membuat sistem e-learning yang mampu menghanyutkan peserta didik untuk
mengikuti setiap langkah belajar di dalamnya seperti layaknya ketika bermain sebuah games.
Penerapan teori games dalam merancang materi e-learning perlu dipertimbangkan karena
pada dasarnya setiap manusia menyukai permainan.
Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik belajar secara
konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet. Karena itu eleraning perlu mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran
konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan yang operasional dan dapat diukur,
ada apersepsi atau pre tes, membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif,
uraian materi yang jelas, contoh-contoh konkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi, post
test, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-learning
perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi, ahli komunikasi,
programmer, seniman, dan lain-lain.
1. F. Faktor – Faktor dalam Pemanfaatan E-Learning dalam PJJ
Ahli-ahli pendidikan dan ahli internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran dalam PJJ (Hartanto dan
Purbo, 2002) antara lain:
Analisis Kebutuhan (Need Analysis). Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu
dipertimbangkan adalah apakah memang memerlukan e–learning dalam PJJ.
Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab berdasarkan atas
saran orang lain. Setiap lembaga menentukan teknologi pembelajaran sendiri yang
berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan atau need
analysis yang mencakup studi kelayakan baik secara teknis, ekonomis, maupun
social.
Rancangan Instruksional yang berisi tentang isi pelajaran, topik, satuan kredit, bahan
ajar/kurikulum.
Evaluasi yaitu sebelum program dimulai, ada baiknya dicobakan dengan mengambil
beberapa sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi.
Terakhir yang harus diperhatikan masalah yang sering dihadapi yaitu:
Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan
internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.
Masalah ketersediaan software (piranti lunak). Bagaimana mengusahakan piranti
lunak yang tidak mahal.
Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada.
Masalah skill and knowledge.
1. G. Kelebihan dan Kekurangan E-Learning dalam PJJ
Menyadari bahwa di internet dapat ditemukan berbagai informasi dan informasi itu dapat
diakses secara lebih mudah, kapan saja dan di mana saja, maka pemanfaatan internet menjadi
suatu kebutuhan.
Ada empat hal yang perlu disiapkan sebelum pemanfaatan internet untuk e-learning yaitu:
Melakukan penyesuaian kurikulum. Kurikulum sifatnya holistik. Pengetahuan,
keterampilan dan nilai (values) diintegrasikan dengan kebutuhan di era informasi ini.
Kurikulumnya bersifat competency based curriculum.
Melakukan variasi cara mengajar untuk mencapai dasar kompetensi yang ingin
dicapai dengan bantuan komputer.
Melakukan penilaian dengan memanfaatkan teknologi yang ada (menggunakan
komputer, online assessment system)
Menyediakan material pembelajaran seperti buku, komputer, multimedia, studio, dll
yang memadai. Materi pembelajaran yang disimpan di komputer dapat diakses
dengan mudah baik oleh guru maupun siswa. (Soekartawi, 2002)
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur,
memberikan penjelasan tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam PJJ
(Soekartawi, 2002), antara lain dapat disebutkan sbb:
Tersedianya fasilitas
e-moderating. Guru dan siswa dapat berkomunikasi secara
mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan
berkomunikasi itu dilakukan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur
dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa
jauh bahan ajar dipelajari.
Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau
diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
Bila siswa memerlukan tambahan informasi berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti
dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas.
Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif
Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi
atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang
bertugas di kapal, di luar negeri, dsb-nya.
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak
terlepas dari berbagai kekurangan antara lain:
Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri.
Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar
dan mengajar.
Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis
Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan bukan pendidikan.
Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut menguasai teknik pembelajaran yang menggunakan
internet.
Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagal
Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan
masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer).
Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan bidang internet dan
kurangnya penguasaan bahasa komputer.
Kini pemerintah telah berupaya untuk memanfaatkan dan memaksimalkan tersedianya
informasi teknologi dengan membentuk Kantor Menteri Negara Informasi dan Teknologi. Di
tiap departemen bahkan ada unit yang menangani teknologi informasi. Di Depdiknas
misalnya ada Pustekkom atau Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi untuk Pendidikan;
di tiap Universitas ada Pusat Komputer, dan masih banyak contoh lain. Sayangnya cyberlaws
di Indonesia yang juga pernah dibahas dan disiapkan, belum juga selesai hingga kini. Elearning kini banyak digunakan oleh para penyelenggara PJJ.
Kalau dahulu hanya Universitas Terbuka yang diijinkan menyelenggarakan pendidikan jarak
jauh, maka kini dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
No.107/U/2001 (2 Juli 2001) tentang Penyelenggaraan Program Pendidikan Tinggi
Jarak Jauh, maka perguruan tinggi tertentu yang mempunyai kapasitas
menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh menggunakan e-learning, juga
telah diijinkan menyelenggarakannya.
Lembaga-lembaga pendidikan non-formal seperti kursus-kursus, juga telah memafaatkan
keunggulan e-learning ini untuk program-programnya.
1. H. Bahan Ajar Melalui E-Learning
Melalui pemanfaatkan teknologi informasi, diharapkan materi ajar dapat diakses oleh siapa
saja dan kapan saja. Akses terhadap materi ajar sebenarnya dapat diatur bila dikehendaki
karena tersedia fasilitas pengaman. Hanya orang yang telah mendaftar saja yang bisa
mengakses materi ajar tersebut. Karena mahalnya pembuatan bahan ajar maka negara sebagai
penanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa perlu menyiapkan bahan tersebut
sehingga dapat dipakai di seluruh Indonesia.
Persoalan mendasar berkenaan dengan model ajar ini, adalah keterbatasan pihak sekolah
untuk menyediakan komputer termasuk internet dalam proses pengajaran. Oleh karena itu
perlu ada aksi untuk menyiapkan institusi pendidikan (ready for learning), yaitu dengan cara
melibatkan para guru dan departemen terkait, misalnya depdiknas, dan departemen ristek
yang ada di wilayah masing-masing. Mereka ini harus menyiapkan termasuk mengetahui
materi ajar yang tersedia dan cara akses atau mendapatkannya. Mereka bertanggungjawab
membantu institusi pendidikan termasuk mengkomunikasikan materi ajar yang tidak
dipahami sehingga dapat mempelajarinya dalam waktu tertentu.
Saat ini telah banyak sekali sumber belajar yang berbasis komputer bahkan berbasis
multmedia (buatan dalam dan luar negeri) baik yang berfungsi sebagai materi pokok, maupun
sebagai materi pengayaan. Namun penelitian tentang dampak dari penggunaan sumber
belajar tersebut belum banyak dilakukan, terutama dalam hal kemungkinan adanya
miskonsepsi yang ditimbulkan oleh sumber belajar itu. Oleh karena itu, studi tentang
pengembangan, uji coba dan standardisasi perangkat lunak komputer kependidikan harus
segera dilakukan oleh departemen atau pihak yang berkepentingan dan kita semua.
1. I. Penutup
Kebijakan institusi pendidikan dalam memanfaatkan teknologi internet menuju e-learning
perlu kajian dan rancangan mendalam. E-learning bukan semata-mata hanya memindahkan
semua pembelajaran pada internet. Hakikat e-learning adalah proses pembelajaran yang
dituangkan melalui teknologi internet. Di samping itu
prinsip sederhana, personal, dan cepat perlu dipertimbangkan. Untuk
menambah daya tarik dapat pula menggunakan teori games Oleh karena itu prinsip dan
komunikasi pembelajaran perlu didesain seperti layaknya pembelajaran konvensional. Di sini
perlunya pengembangan model e-learning yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa media pembelajaran secanggih apapun tidak akan
bisa menggantikan sepenuhnya peran guru/dosen. Penanaman nila-nilai dan sentuhan
kepribadian sulit dilakukan. Di sini tantangan bagi para pengambil kebijakan dan perancang
e-learning. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa fungsi e-learning dalam PJJ adalah
untuk memperkaya wawasan dan pemahaman peserta didik, serta proses pembiasaan agar
melek sumber belajar khususnya teknologi internet.
E-learning merupakan singkatan dari Elektronic Learning, merupakan cara baru dalam
proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai
sistem pembelajarannya. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa ahli mencoba menguraikan
pengertian e-learning menurut versinya masing-masing, diantaranya :
Jaya Kumar C. Koran (2002)
e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan
rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi
pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
Dong (dalam Kamarga, 2002)
e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat
elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Rosenberg (2001)
menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk
mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan
Darin E. Hartley [Hartley, 2001]
eLearning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet
atau media jaringan komputer lain.
LearnFrame.Com dalam Glossary of eLearning Terms [Glossary, 2001]
eLearning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk
mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun
komputer standalone.
E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik
(internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal misalnya adalah
pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun
berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan
pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan
diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola
oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang memang
bergerak dibidang penyediaan jasa e-learning untuk umum.
E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana,
misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan
perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan
tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).