TASAWUF DAN PROBLEMA EKONOMI pada

TASAWUF DAN PROBLEMA EKONOMI
Makalah Revisi
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tasawuf Sosial
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. M. Amin Syukur, M.A

Oleh :
Yuniar Rahmawati

1504046022

TASAWUF DAN PSIKOTERAPI
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SEMARANG
2016

I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan ekonomi selalu menjadi daya tarik tersendiri di berbagai
lapisan masyarakat, baik dalam lingkungan kelompok maupun individu.
Ekonomi menjadi hal yang sangat sensitif untuk dibicarakan. Banyak
permasalahan yang muncul yang disebabkan karena masalah ekonomi. Islam
sendiri, menganggap ekonomi sebagai suatu rangsangan bagi jiwa dan sarana
berhubungan dengan Allah. Begitu banyak permasalahan karena ekonomi.
Dalam dunia Islam ada pembahasan tentang ilmu Tasawuf, tasawuf adalah
mendekatkan diri kepada Allah. Pada umumnya tasawuf dikenal dengan
menempuh kehidupan zuhud. Zuhud yaitu menghindari gemerlap kehidupan
duniawi, rela hidup dalam keprihatinan, melakukan berbagai jenis amalan
ibadah, melaparkan diri, mengerjakan shalat malam, dan melantunkan berbagai
jenis wirid sampai fisik atau dimensi jasmani seseorang menjadi lemah dan
dimensi jiwa atau ruhani menjadi kuat, tentu perekonomian dalam kehidupan
muslim harus ditinggalkan.
Namun yang kita lihat sekarang ini, banyak masyarakat yang tidak
mengamalkan zuhud, banyak sekali masalah – masalah perekonomian yang
terjadi dalam kehidupa. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai tasawuf
dalam menyelesaikan problema ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Tasawuf?

2. Bagaimana pengertian ekonomi dan problemanya ?
3. Apakah Tasawuf dapat menyelesaikan problema ekonomi ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Tasawuf.
2. Untuk mengetahui pengertian dan problema ekonomi.
3. Untuk mengetahui Tasawuf dan problema ekonomi.

II PEMBAHASAN

1 | TA S AW U F S O S I A L

A. Pengertian Tasawuf Tasawuf.
Tasawuf dalam etimologi berasal dari kata shafa’ yang artinya suci bersih, hati
seorang sufi diibaratkan suci bersih ibarat kilat kaca, ada juga yang mengatakan
shuf yang artinya bulu binatang, karena para sufi ini tak lagi mau menggenakan
pakaian keduniawian, lantaran ke-zuhudan, dan ada juga yang mengatakan shuffah,
yang artinya segolongan sahabat pada zaman nabi yang hidup di serambi masjid
Nabi, tetapi ada juga yang mengatakan menurut ahli bahasa, sufi diambil dari
bahasa yunani yang diadopsi oleh bangsa arab, yaitu theoshopie dari dua kata yang
berarti theo artinya tuhan dan shopos yang artinya cinta1

Secara terminologi tasawuf diartikan secara variatif oleh para Sufi. al – Jurairi
mengatakan, bahwa tasawuf adalah memasuki ke dalam segala budi (akhlak) yang
bersifat sunni, dan keluar dari budi pekerti yang renda.2 Menurut Syekh
Muhammad al - Kurdi, tasawuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui
hal ihwal (perbuatan) kebaikan dan kebaikan jiwa, cara membersihkannya dari
(sifat- sifat yang buruk) dan mengisinya dengan sifat – sifat terpuji, cara melakukan
suluk, melangkah menuju keridhaan Alllah dan meninggalkan larangan-Nya.3
Sedangkan menurut Abu Bakar Al-Kitani berkata: “Tasawuf adalah Akhlak.
Barangsiapa yang beratambah akhlaknya, maka bertambahlah pula keteguhan
hatinya.4
Tasawuf juga berarti kesadaran seorang hamba, adanya dialog dan komunikasi
dengan Tuhan. Dengan adanya kesadaran secara terus –menerus, maka secara
otomatis seseorang akan berlaku baik terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama manusia,
dan terhadap alam semesta. Artinya orang itu akan melakukan kesalehan secara
individual dan sosial.5 Dapat disimpulkan berarti tasawuf adalah perilaku terpuji
yang mendekatkan seorang hamba terhadap Tuhannya.
Tasawuf pada umunya dikenal dengan menempuh kehidupan zuhud. Zuhud
yaitu menghindari gemerlap kehidupan duniawi. Dalam Tasawuf terdapat banyak
1 Hamka, Tasauf Moderen (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987 ), hlm. 12.
2 Anwar Rosihon, Akhlak Tasawyf, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2010), hlm.

145.

3http://www.masuk-islam.com/pembahasan-tasawwuf-lengkap-pengertiantasawuf-dasar-dasar-tasawauf-tujuan-tasawuf-perkembangan-tasawauf-dll.html,
diakses pada 6 November 2016.
4 ‘Abdul Halim Mahmud, Membebaskaskan Manusia Dari Kesesatan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 246.
5 Amin Syukur, Tasawuf Kontekstual : Solusi Problem Manusia Modern,
(Yogyakarta : Pustaka pelajar, 2003), hlm. 86.

2 | TA S AW U F S O S I A L

ajaran – ajaran yang membuat seseorang yang bertasawuf atau Sufi akan merasakan
kedekatannya dengan Tuhan. Ajaran tasawuf diantaranya adalah Zuhud, Wara’
Sabar, Syukur, Qanaah, Muraqabah dan masih banyak lagi.

B. Pengertian Ekonomi dan Problema Ekonomi
Ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai kajian tentang perilaku manusia
dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber – sumber produktif yang langka
untuk memproduksi barang – barang dan jasa – jasa serta mendistribusikannya
untuk dikonsumsi.6 Ekonomi adalah segala aspek yang mempengaruhi hajat hidup

orang banyak atau segala tuntutan kebutuhan hidup yang menuntut orang untuk
berusaha, berkerja dan sebagainya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan demikian, bidang ekonomi dalam perilaku manusia berhubungan dengan
produksi, distribusi, dan konsumsi.
Allah berfirman dalam Q.S Al – Muthaffifin : 1 – 6

Kecelakaan bagi orang-orang yang curang,

(yaitu) mereka yang apabila

menerima takaran atas orang lain, mereka meminta dipenuhi, dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi, tidakkah mereka
menduga bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang
besar, hari manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?
dan Allah berfirman dalam Q.S Ar – Rum : 39

6 Monzer Kahf, Ekonomi Islam : Telaah Analitik terhadap Fungsii Sistem
Ekonomi Islam, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995) hlm. 2.

3 | TA S AW U F S O S I A L


Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat
demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).

Ayat – ayat ini mengutuk perilaku ekonomi yang ada dan menyimpang, serta
ayat – ayat ini mengaitkan perilaku ekonomi dengan ajaran tentang pertanggung
jawaban di hadapan Allah di hari Kiamat kelak.
Menurut Al-Ghazali, kegiatan ekonomi merupakan kebajikan yang dianjurkan
oleh islam. Al-Ghazali membagi manusia dalam tiga kategori, yaitu 7:
a. orang yang mementingkan kehidupan duniawi golongan ini akan celaka.
b. orang yang mementingkan tujuan akhirat daripada tujuan duniawi golongan
ini kan beruntung.
c. golongan yang kegiatan duniawinya sejalan dengan tujuan-tujuan akhirat.
Al-Ghazali juga mengatakan bahwa aktivitas ekonomi harus dilakukan secara
efisien karena merupakan bagian dari pemenuhan tugas keagamaan seseorang. Ia
mengidentifikasi tiga alasan mengapa seseorang harus melakukan aktivitas-aktivitas
ekonomi, yaitu8 :
a. untuk mencukupi kebutuhan hidup yang bersangkutan.

b. untuk mensejahterakan keluarga.
c. untuk membantu orang lain yang membutuhkan.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas ekonomi memiliki tujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Masyarakat sekarang cenderung menghalalkan cara apapun untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, yang menimbulkan problem – problem
ekonomi. Salah satu problem ekonomi terbesar di Indonesia adalah kemiskinan.
Masalah kemiskinan sebenarnya tidak diinginkan oleh siapapun, namun, dalam
realitas kehidupan manusia hal itu tetap ada. Islam sebenarnya melarang praktek
transaksi ekonomi yang dapat menganggu keserasian atau keharmonisan hubungan
antar anggota masyarakat9.
Allah berfirman dalam Q.S al – Hasyr : 7
7 P3EI (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam), Ekonomi Islam,
(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2008) hlm 110.
8 Adiwarman Azwar, Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada. 2012) hlm 63.
9 Monzer Kahf, Ekonomi Islam..., hlm. 4.

4 | TA S AW U F S O S I A L

Apa saja harta rampasan (fay’) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang

berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan;
supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya di antara kalian
saja. Apa saja yang Rasul berikan kepada kalian, terimalah. Apa saja yang Dia
larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya
Allah sangat keras hukuman-Nya.
Ayat di atas menjelaskan bahwa sebenarnya Al-Quran memegang prinsip
keadilan distributif (distributive justice),

dimana sekelompok masyarakat tidak

diperkenankan menjadi terlalu kaya sementara kelompok lainnya menderita
kemiskinan, ini bertentangan dengan harkat kemanusiaan.10 Namun kenyataan
sekarang ini memang begitu adanya, yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin miskin. Ini dikarenakan maraknya korupsi yang dilakukan oleh oknum –
oknum tidak bertanggung jawab.
Dari sini jelas, bahwa kekayaan di Indonesia berjalan seperti kaum kapitalisme
yang dalam prinsipnya berpendapat “siapa yang kuat merekalah yang menang, dan
siapa yang banyak modalnya dialah yang berkuasa. Adanya prinsip diatas akhirnya
akan membuat jurang pemisah antara si kaya dengan si miskin, si kaya menjadi

semakin kaya dan si miskin menjadi semakin miskin dan tertindas.11
Dari Badan Pusat Statistik diperoleh data, pada Maret 2016, jumlah penduduk
miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,01 juta orang (10,86 persen). 12 Indonesia
sekarang ini tercatat sebagai negara termiskin di Dunia dengan urutan ke-68 yang
torehan pertahunya adalah $3,900.

Menurut pakar ekonomi, Rahman Herry B

Koestanto, S.E menyebutkan masuknya Indonesia kedalam negara termiskin di
Dunia terjadi karena kurangnya pemanfaatann yang maksimal dalam pengolahan
10Adnan, Islam Sosialis : Pemikiran Sistem Ekonomi Sosialis Religius
Sjafruddin Prawiranegara, (Jogjakarta : Pustaka Rasail, 2004), hlm. 131.
11Adnan, Islam Sosialis..., hlm. 127.
12 http://www.bps.go.id/brs/view/id/1229, diakses pada 6 November 2016.

5 | TA S AW U F S O S I A L

keuangan di Indonesia13. Kemiskinan terjadi karena pengolahan keuangan yang
tidak sesuai amanah dan penyelewengan – penyelewangan yang dilakukan oleh

oknum – oknum yang tidak petanggung jawab, yang tidak lain adalah korupsi.
Dari data yang diperoleh dari website KPK, dijelaskan bahwa rekapitulasi tindak
pidana korupsi, per 31 Agustus 2016, di tahun 2016 KPK melakukan penanganan
tindak pidana korupsi dengan rincian : penyelidikan 61 perkara, penyidikan 58
perkara, penuntutan 46 perkara, inkracht 41 perkara, dan eksekusi 53 perkara. Dan
total penanganan perkara tindak pidana korupsi dari tahun 2004-2016 adalah
penyelidikan 813 perkara, penyidikan 526 perkara, penuntutan 435 perkara, inkracht
361 perkara, dan eksekusi 386 perkara.14
Sangat disayangkan, korupsi yang dilakukan di Indonesia sangat menjijikkan,
mereka para pelaku korupsi hanya mementingkan dirinya sendiri, mereka tidak
peduli dengan kemiskinan di negaranya yang semakin menjadi, yang mereka tahu
hanya mengkayakan diri mereka sendiri, dan mereka sungguh telah digilakan oleh
kenikmatan duniawi.
Korupsi yang semakin menjadi menimbulkan masalah kemiskinan, dan
kemiskinan dapat menimbulkan tindakan kejahatan dan gangguan sosial lainnya.15
Masyarakat miskin yang tidak memegang iman dan tidak memiliki pendirian yang
teguh cenderung akan melakukan hal – hal negatif, seperti melakukan pencurian,
perampasan, penipuan, kekerasan, dan perilaku – perilaku negatif lainnya.

C. Penyelesaian Problema Ekonomi dengan Tasawuf

Problem ekonomi terbesar di Indonesia sekarang ini adalah kemiskinan. Salah
satu penyebab kemiskinan adalah korupsi. Orang yang korupsi adalah orang yang
gila harta. Mereka sangat senang akan indahnya gemerlap duniawi. Orang yang
korupsi dalam diri mereka terdapat sifat al- hirsh.

13https://id.crowdvoice.com/posts/indonesia-masuk-urutan-ke-68-negaratermiskin-2gMx, diakes pada 1 November 2016.
14http://acch.kpk.go.id/statistik, diakses pada 2 November 2016.
15 Lesta Karolina Sebayang, Keterkaitan Desentralisasi Fiskal Sebagai
Political Prosess Dengan Tingkat Kemiskinan Di Indonesia, Jurnal Ekonomi Dan
Kebijakan, Volume 1, Nomor 1, September, 2008,hlm. 65. pdf.

6 | TA S AW U F S O S I A L

al- hirsh yaitu keinginan yang berlebih – lebihan terhadap materi. 16 Cara untuk
menghilangkan sifat ini, muhasabah atau introspeksi diri. Muhasabah dilakukan
dengan mengadakan penghayatan atas keimanan dan ibadahnya, mengadakan
latihan dan berusaha secara bersungguh – sungguh untuk merubah sifat tercela yang
ada pada dirinya. Perilaku tercela, muncul dalam waktu yang tidak pernah kita
sadari, maka dari itu kita harus selalu introspeksi diri atau muhasabah.17
Selain muhasabah, setiap manusia harus memiliki sikap zuhud. Zuhud adalah
memalingkan aktivitas ruhani dari hal – hal yang bersifat keduniawian. 18 Tujuan
Zuhud adalah ketauhidan, artinya menjauhkan diri dari segala hal yang bersifat
dunia sama halnya dengan menjauhkan diri dari segala sesuatu selain Allah.
Seseorang yang zuhud atau disebut zahid, akan menerima dengan ikhlas segala
sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Seorang zahid tidak boleh
melakukan perbuatan dosa dan harus menjauhkan diri dari sifat wara’.19
Wara’ adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak jelas atau belum jelas
hukumnya (subhat).20 Wara’ juga mempunyai pengertian suatu maqam yang
memiliki kedudukan bagi seorang sufi dalam kaitannya dengan urusan mencari
rizki yang halal maupun haramnya sesuatu. Ibrahim bin Adam berkata “Wara’
artinya meninggalkan sesuatu yang subhat, sedangkan meninggalkan apa yang tidak
bermanfaat berarti meninggalkan hal – hal yang berlebihan.21
Zuhud dan Wara’ merupakan maqam yang beriringan. Seorang penguasa
diharapkan memiliki sikap zuhud dan wara’, tidak berlebih – lebihan dalam
keduniawian dan meninggalkan hal yang subhat agar terhindar dari korupsi. Selain
itu seorang penguasa hendaknya memiliki sikap itsar, yaitu mendahulukan dan
mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri.22
Gemerlapnya duniawi selalu mendorong nafsu manusia untuk mendapatkan
kenikmatan dunia. Untuk menghindari nafsu keduniawian seharusnya umat Islam
16 Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999),
hlm. 114.
17Amin Syukur, Menggugat...,hlm. 115.
18 Hasyim Muhammad, Psikologi Qur’ani, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya,
2015, hlm. 43.
19 Hasyim Muhammad, Psikologi..., hlm. 45.
20 Hasyim Muhammad, Psikologi..., hlm. 35.
21 Hasyim Muhammad, Psikologi..., hlm. 36.
22 Sudirman Tebba, Tasawuf Positif, ( Jakarta : Kencana, 2003), hlm 16.

7 | TA S AW U F S O S I A L

menanamkan sikap Qana’ah dalam dirinya yaitu rasa merasa cukup, artinya merasa
cukup dengan rizki yang diperoleh. Walaupun penghasilan kecil harus diterima
dengan

sabar

dan

ikhlas,

sehingga

tidak

terdorong

untuk

melakukan

korupsi.23Sebenarnya, Islam tidak melarang umatnya untuk hidup kaya, namun
Islam melarang umatnya untuk berlebih –lebihan. Islam mengharapkan umatnya
menggunakan harta yang dimilikinya sebagai sarana untuk bekal di akhirat bukan
hanya sekedar pemuas nafsu saja.
Sebuah hadits menyebutkan bahwa Allah Swt. mewahyukan kepada salah
seorang nabi-Nya, “Aku hanya mengambil orang yang tidak lari dari mengingatKu. Ia tidak memiliki selain Aku. Ia tidak berhajat kepada sesuatu pun dari
makhluk-Ku. Jika ia dibakar api, ia tidak merasakan sakit. Jika ia dipotong dengan
menggunakan gergaji, ia tidak merasakan sakit apapun. Barangsiapa yang cintanya
tidak menyampaikannya kepada batasan ini, maka dari mana ia mengetahui apa
yang ada di balik cinta ituberupa karamah dan mukasyaf. Semua itu berada di balik
cinta dan cinta berada di balik iman”.24
Sebagai Umat Islam seharusnya selalu mencintai dan mengingat Allah, bukan
mencintai kehidupan duniawi, karena sejatinya kehidupan di dunia ini tidaklah
kekal, dan hidup di dunia ini harus selalu muraqabah, yaitu meyakini sepenuh hati
bahwa Allah selalu melihat dan mengawasi kita. Tuhan mengetahui seluruh gerakgerik kita dan bahkan segala yang terlintas dalam hati diketahui Allah.25 Maka
dengan menerapkan sikap muraqabah kita akan terhindar dari perilaku buruk yang
merugikan diri sendiri, orang lain maupun alam semesta.

III KESIMPULAN
Problem ekonomi terbesar yang dialami Indonesia saat ini adalah kemiskinan.
Kemiskinan ini terjadi karena banyaknya korupsi yang merajalela. Tasawuf yang
didasarkan pada Al- Quran dan Hadist bisa dijadikan solusi untuk mengatasi
persoalan tersbut, yakni pemberantasan korupsi harus dilakukan dari diri sendiri.
23 Sudirman Tebba, Tasawuf..., hlm 13.
24 Al-Ghazali, Mutiara Ihya’ ‘Ulumuddin, terjemahan Ismail Yaqub, (Bandung:
PT Mizan Pustaka, 2008), hlm.402
25 Puji Wastuti, Konsep Muraqabah Dan Implikasinya Dalam Kehidupan
Kontemporer : Telaah Atas Kitab Risalatun Al Muawanah Karya Al Sayyid Abdullah
Bin Alwi Al Haddad, Skripsi Fakultas Tarbiyah, STAIN Salatiga, 2014, hlm 90.

8 | TA S AW U F S O S I A L

setiap manusia harus menanamkan ajaran – ajaran tasawuf agar terhindar dari nafsu
duniawi.
Dengan zuhud dan wara’ seorang penguasa tidak akan korupsi karena di dalam
dirinya terdapat sifat yang mulia, yakni tidak mendewakan harta serta menghindari
hal yang shubhat. Mereka tidak akan mau menerima penghasilan yang tidak jelas
asal – usulnya, dan mereka harus memiliki sifat itsar,sifat itsar sangat dioerlukan
oleh penguasa karena mereka seharusnya memikirkan kepentingan orang lain
bukan hanya kepentingan dirinya. Hidup di dunia haruslah merasa diawasi karena
setiap yang kita lakukan, Allah selalu mengetahuinya.
IV PENUTUP
Demikianlah makalah ini Kami selesaikan. Penulis mohon maaf apabila masih
banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Penulis sangat mengharap kritik
dan saran dari pembaca dengan harapan bisa menjadi motovasi Kami agar dapat
menciptakan karya tulis yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adnan, Islam Sosialis : Pemikiran Sistem Ekonomi Sosialis Religius Sjafruddin
Prawiranegara, Pustaka Rasail, Jogjakarta , 2004.

9 | TA S AW U F S O S I A L

2. Al – Ghazali, ‘Ihya ‘Ulumuddin jilid VII, terjemahan Ismail Yakub, C.V. Faizan,
Jakarta, 1989.
3. Anwar Rosihon, Akhlak Tasawuf, CV Pustaka Setia, Bandung, 2010.
4. Azwar, Adiwarman, Karim, Ekonomi Mikro Islami, PT.Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2012.
5. Halim Mahmud, ‘Abdul, Membebaskaskan Manusia Dari Kesesatan, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2005.
6. Hamka, Tasauf Moderen, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1987.
7. Kahf, Monzer , Ekonomi Islam : Telaah Analitik terhadap Fungsii Sistem
Ekonomi Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995.

8.

Muhammad, Hasyim, Psikologi Qur’ani, CV. Karya Abadi Jaya, Semarang,
2015.

9. P3EI (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam), Ekonomi Islam,
PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
10. Sebayang, Lesta Karolina, Keterkaitan Desentralisasi Fiskal Sebagai Political
Prosess Dengan Tingkat Kemiskinan Di Indonesia, Jurnal Ekonomi Dan
Kebijakan, Volume 1, Nomor 1, September, 2008. pdf.

11. Syukur, Amin, Tasawuf Kontekstual : Solusi Problem Manusia Modern, Pustaka
pelajar, Yogyakarta, 2003.
12. ---------------- , Menggugat Tasawuf, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,1999.
13. Tebba, Sudirman, Tasawuf Positif, Kencana, Jakarta, 2003.
14. Wastuti, Puji , Konsep Muraqabah dan Implikasinya Dalam Kehidupan
Kontemporer : Telaah atas Kitab Risalatun al Muawanah Karya al Sayyid
Abdullah bin Alwi al Haddad, Skripsi Fakultas Tarbiyah, STAIN Salatiga, 2014.

10 | T A S A W U F S O S I A L

15. http://acch.kpk.go.id/statistik.
16. https://id.crowdvoice.com/posts/indonesia-masuk-urutan-ke-68-negara-

termiskin-2gMx.
17. http://www.bps.go.id/brs/view/id/1229.
18. http://www.masuk-islam.com/pembahasan-tasawwuf-lengkap-pengertian-

tasawuf dasar-dasar-tasawauf-tujuan-tasawuf-perkembangan-tasawauf-dll.html.

11 | T A S A W U F S O S I A L