Identifikasi Indikator Konsep Kota Layak

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Identifikasi Indikator Konsep Kota Layak Huni di Kota
Surabaya dengan Metode Importance Performance Analysis” sebagai tugas dari mata kuliah
Ekonomi Kota.
Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam
proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini. Dan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Dosen Mata Kuliah Ekonomi Kota Bapak Ir Eko Budi Susanto, Lic. Rer. reg yang dan
Ibu Vely Kukinul Siswanto, S.T, M.T, M.Sc yang telah memberi tugas serta
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Bapak Dwija selaku Kabag Bappeko beserta staff yang turut membantu dalam
pengisian kuisioner ini
3. Masyarakat Kota Surabaya serta rekan - rekan yang telah membantu terselesainya
makalah ini.
Tujuan dari pembuatan mata kuliah ini adalah diharapkan penulis dapat menyimpulkan
bagaimana tingkat pelayanan eksisting dan tingkat kepentingan Kota Surabaya menuju Kota
Layak Huni dengan menggunakan metode analisis kinerja kepentingan atau Importance
Performance Analysis.
Demikian makalah Ekonomi Kota ini yang kiranya masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis

harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan
masukan informasi serta wacana yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

Surabaya, Mei 2015

Tim Penulis,

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2
BAB I ................................................................................................................................ 5
1.1

Latar Belakang......................................................................................................... 5

1.2

Rumusan Masalah .................................................................................................... 6


1.3

Tujuan .................................................................................................................... 6

1.4

Sistematika Penulisan ............................................................................................... 6

BAB II............................................................................................................................... 8
2.1

Pengertian Livable City...........................................................................................8

2.2

Prinsip Livable City ................................................................................................... 9

2.3

Livable City di Indonesia ..........................................................................................10


2.4

Metode Importance Performance Analysis (IPA).........................................................11

BAB III.............................................................................................................................15
3.1

Gambaran Umum Wilayah........................................................................................15

3.2

Kerangka Berfikir.....................................................................................................16

3.2

Uji Validitas dan Reabilitas .......................................................................................17

3.3


Skor Kepuasaan Pelanggan ......................................................................................19

3.4

Analisis Importance Performance Analysis (IPA).........................................................21

3.5

Hasil Wawancara (Data Kualitatif).............................................................................22

BAB IV .............................................................................................................................26
4.1

KESIMPULAN ..........................................................................................................26

4.2

SARAN ...................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27

LAMPIRAN KUISIONER ......................................................................................................28

3

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

1.
2.
3.
4.
5.

Kuadran Prioritas ..............................................................................................13
Contoh skor nilai dan kepuasan..........................................................................14
Peta Kota Surabaya...........................................................................................15

Diagram Pelaksanaan Penelitian.........................................................................16
Diagram Cartesius pengukuran kepuasan masyarakat maupun stakeholder ...........21

Tabel 1. Most Livable City Index 2009 & 2011 .................................................................................... 11
Tabel 2. Skor nilai kepuasan pelanggan ............................................................................................... 19

4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kota dapat diartikan sebagai pusat – pusat kegiatan manusia yang bersifat sosial

maupun yang bersifat ekonomi. Semakin besar sebuah kota, maka semakin besar juga
permasalahan - permasalahan yang dihadapai perkotaan tersebut yang salah satunya adalah
permasalahan ekonomi yang sering menjadi prioritas utama dalam perkembangan sebuah
perkotaan.

Permasalahan – permasalahan ekonomi kota merupakan bentuk ketimpangan dari
disparitas pembangunan antara wilayah kota dan desa. Salah satu dampak dari disparitas
pembangunan antar wilayah ini menyebabkan masyarakat desa cenderung melakukan
urbanisasi. Urbanisasi masyarakat desa ke kota ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
dan mencari pekerjaan. Ketika kebutuhan dan kesempatan mendapatkan pekerjaan tidak
didapatkan ketika masyarakat desa menjadi masyarakat urban, permasalahan perkotaan mulai
muncul dari permasalahan tersebut. Perkotaan tidak mampu menyediakan sarana perumahan
dan permukiman, munculnya degradasi lingkungan pada perkotaan, permsalahan lapangan
pekerjaan, serta masalah ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang layak yang
dapat menimbulkan perkotaan tersebut menjadi terganggu sehingga bedampak pada ekonomi
kota tersebut.
Selain itu permasalahan - permasalahan ekonomi kota kedepannya juga dapat
menimbulkan berbagai macam tantangan yang harus dipecahkan oleh Stakeholder- Stakeholder
terkait, seperti pemerintah kota yang bersangkutan maupun masyarakat yang ada di dalam
kota tersebut. Sehingga kota tersebut dapat berkembang dengan baik dan dapat membuat
masyarakat yang ada di perkotaan tersebut bisa nyaman tinggal dengan segala kebutuhan yang
terpenuhi.
Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta.
Surabaya juga merupakan pusat kegiatan ekonomi di Provinsi JawaTimur, sehingga dapat
dipastikan bahwa Surabaya merupakan pusat perkembangan perkotaan bagi berbagai

kabupaten di bagian timur Pulau Jawa. Akibatnya, konsentrasi penduduk untuk berurbanisasi
akan cenderung terkonsentrasi di kota Surabaya.

Dengan begitu, Kota Surabaya menjadi daya tarik bagi pendatang – pendatang dari
desa untuk mencari pekerjaan di kota. Sehingga adanya proses urbanisasi ini menyebabkan
kepadatan penduduk Kota Surabaya semakin meningkat yang berimbas pada kondisi kelayak
hunian tinggal di kota Surabaya. Karena inti dari permasalahan dalam ekonomi kota salah satu
tantangan yang dihadapi adalah tingkat kelayak hunian maka peneliti disini ingin mengetahui
bagaimana tingkat kelayak hunian kota surabaya berdasarkan kondisi pada sekarang
dibandingkan dengan tingkat kepentingan yang diinginkan nantinya.

1.2

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dasar tentang kota layak huni?
2. Bagaimana aspek kriteria dalam penentuan serta penilaian kota layak huni?
3. Apa saja indikator yang menjadi alat analisa kinerja kepentingan dalam penentuan kota
layak huni pada kota surabaya?
4. Bagaimana tingkat pelayanan eksisiting dan tingkat kepentingan dalam penentuan kota

layak huni pada kota surabaya?

1.3

Tujuan

1. Mengetahui tentang pengertian dasar tentang kota layak huni sebelum menganalisis
kriteria apa saja yang emmpengaruhi kota layak huni tersebut
2. Dapat menjelaskan apa saja kriteria yang berpengaruh dalam penentuan kota layak huni
tersebut
3. Dapat menyebutkan dan menjelaskan indikator yang menjadi alat analisa kinerja
kepentingan dalam penentuan kota layak huni tersebut
4. Dapat menganalisa hasil dari analisis kinerja kepentingan yang menghubungkan antara
tingkat pelayanan eksisting dan tingkat kepentingan dalam penentuan kota layak huni
tersebut.

1.4

Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
sistematika penulisan pada makalah ini.
BAB I I TI NJAUAN PUSTAKA
6

Berisi tentang konsep dasar teori terkait kota layak huni, kriteria kota layak huni dan
penjelasan tentang teknik analisa kinerja kepentingan dalam penentuan kota layak huni.
BAB I I I PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan mengenai analisa kinerja kepentingan yang membahas
tentang tingkat pelayanan eksisting dan tingkat kepentingan dalam penentuan kota
layak huni di kota surabaya
BAB I V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran dari pembahasan yang telah dilakukan.

7

BAB I I
TI NJAUAN PUSTAKA

2.1


Pengertian Livable C ity

“A Livable City is a city where I can have a healthy life and where I have the chance for
easy mobility – by foot, by bicycle, by public transportation, and even by car where there is no
other choice…The Livable City is a city for all people. That means that the Livable City should be
attractive, worthwhile, safe for our children, for our older people, not only for the people who
earn money there and then go and live outside in the suburbs and in the surrounding
communities. For the children and elderly people it is especially important to have easy access
to areas with green, where they have a place to play and meet each other, and talk with each
other. The Livable City is a city for all. (D. Hahlweg, 1997)”
Kota layak huni atau Livable City adalah dimana masyarakat dapat hidup dengan
nyaman dan tenang dalam suatu kota. Menurut Hahlweg (1997), kota yang layak huni adalah
kota yang dapat menampung seluruh kegiatan masyarakat kota dan aman bagi seluruh
masyarakat. Menurut Evan (2002), konsep Livable City digunakan untuk mewujudkan bahwa
gagasan pembangunan sebagai peningkatan dalam kualitas hidup membutuhkan fisik maupun
habitat sosial untuk realisasinya. Dalam mewujudkan konsep Livable City harus didukung
dengan sustainable city, agar perencanaan ruang kota dapat terwujud sesuai rencana.
Dalam konteks keberlanjutan adalah kemampuan untuk mempertahankan kualitas hidup yang
dibutuhkan oleh masyarakat kota saat ini maupun masa depan.

“Therefore a Livable City is also a ‘sustainable city’: a city that satisfies the needs of the
present inhabitants without reducing the capacity of the future generation to satisfy their
needs( E. Salzano, 1997)”. Livable City adalah kota dimana ruang umum yang merupakan
pusat kehidupan sosial dan fokus keseluruh masyarakat (Salzano,1997). Menurut Evan (2002),
konsep Livable City digunakan untuk mewujudkan bahwa gagasan pembangunan sebagai
peningkatan dalam kualitas hidup membutuhkan fisik maupun habitat sosial untuk realisasinya.

“…there are those social groups for whom a Livable City is one where those elements
have been preserved or renewed which have always been an integral part of people friendly
places. These are, as Peter Smithson once beautifully said ‘relationships between streets and
buildings, and buildings amongst themselves, and trees, and seasons of the year, and
ornamentation, and events and other people.(A. Palej, 2000)” Konsep Livable City juga sangat
berkaitan dengan lingkungan. Livable City harus berkesinambungan dengan sistem ekologi dan
8

kenyamanan hidup bagi masyarakat kota. Pemulihan ekologi dapat memperbaiki lingkungan
dalam Livable City dan sustainability. Livable City harus menciptakan dan menjaga lingkungan
yang bersih.

“The coin of livability has two faces. Livelihood is one of them. Ecological sustainability is
the other. Livelihood means jobs close enough to decent housing with wages commensurate
with rents and access to the services that make for a healthful habitat. Livelihoods must also be
sustainable. If the quest for jobs and housing is solved in ways that progressively and
irreparably degrade the environment of the city, then the livelihood problem is not really being
solved. Ecological degradation buys livelihood at the expense of quality of life, with citizens
forced to trade green space and breathable air for wages.To be livable, a city must put both
sides of the coin together, providing livelihoods for its citizens, ordinary as well as affluent, in
ways that preserve the quality of the environment. (P. Evans, 2002)”
Pengertian Livable City dari perspektif orang-orang adalah kota yang layak huni dimana
masyarakat kota dapat mencari pekerjaan, melayani kebutuhan dasar termasuk air bersih dan
sanitasi, memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang layak, hidup dalam
komunitas yang aman dan lingkungan yang bersih. Dapat dikatakan bahwa Livable

City merupakan gambaran sebuah lingkungan dan suasana kota yang nyaman sebagai tempat
tinggal dan sebagai tempat untuk beraktifitas yang dilihat dari berbagai aspek, baik aspek fisik
(fasilitas perkotaan, prasarana, tata ruang, dll) maupun aspek non-fisik (hubungan sosial,
aktivitas ekonomi, dll).

2.2

Prinsip Livable City
Dalam mewujudkan kota yang layak huni atau Livable City harus mempunyai prinsip-

prinsip dasar. Prinsip dasr ini haru dimiliki oleh kota-kota yang inggin menjadikan kotanya
sebagai kota layak huni dan nyaman bagi masyarakat kota. Berikut ini merupakan prinsipprinsip dasar untuk mewujudkan Livable City:
1.

Menurut Lennard (1997), prinsip dasar untuk Livable Cityadalah:





Tersedianya berbagai kebutuhan dasar masyarakat perkotaan (hunian yang layak,
air bersih, listrik).
Tersedianya berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial (transportasi publik, taman
kota, fasilitas ibadah/kesehatan/ibadah).
Tersedianya ruang dan tempat publik untuk bersosialisasi dan berinteraksi.

9





Keamanan, Bebas dari rasa takut.
Mendukung fungsi ekonomi, sosial dan budaya.
Sanitasi lingkungan dan keindahan lingkungan fisik.

2. Menurut Douglass (2002), dalam Livable City dapat dikatakan bertumpu pada 4 (empat)
pilar, yaitu:





2.3

Meningkatkan sistem kesempatan hidup untuk kesejahteraan masyarakat.
Penyediaan lapangan pekerjaan.
Lingkungan yang aman dan bersih untuk kesehatan, kesejahteraandan untuk
mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

Good governance.

Livable City di I ndonesia
Untuk mengetahui persepsi warga kota mengenai tingkat kenyamanan kota-kota besar

di Indonesia maka Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) melakukan penelitian Indonesia
Most Livable City Index (MLCI) 2011. Kegiatan ini merupakan sebuah indeks tahunan yang
menunjukkan tingkat kenyamanan warga kota untuk tinggal, menetap dan beraktivitas di suatu
kota yang ditinjau dari berbagai aspek perkotaan. Indeks ini dihasilkan dengan dengan
pendekatan : ”Snapshot, Simple and Actual” yang dilakukan di 15 kota besar di Indonesia, yaitu
Yogyakarta, Denpasar, Makasar Manado, Surabaya, Semarang, Banjarmasin, Batam, Jayapura,
Bandung, Palembang, Palangkaraya, Jakarta, Pontianak dan Medan. Kriteria indikator yang
digunakan IAP dalam melakukan penelitian ini adalah terdiri dari 26 indikator yang
dikelompokkan ke dalam 9 kriteria utama, yaitu:
a. Aspek Tata Ruang (Tata Kota, RTH),
b. Aspek Lingkungan (Kebersihan, Polusi),
c. Aspek Transportasi (Jalan, Angkutan),
d. Aspek Fasilitas Kesehatan,
e. Aspek Fasilitas Pendidikan,
f.

Aspek Infrastruktur – Utilitas (Listrik, Air, Telekomunikasi),

g. Aspek Ekonomi (LapanganKerja, LokasiKerja),
h. Aspek Keamanan,
i.

Aspek Sosial (Kebudayaan, InteraksiWarga).

10

Dari penelitian ini didapatkan hasil dari Indonesia Most Livable City Index 2011 adalah
dengan index rata-ratanya 54,26% penduduk yang merasa nyaman tinggal dikotanya. “Ini

memperlihatkan bahwa kota-kota tersebut masih berada dalam kondisi yang jauh dari ideal,
(IAP, 2011)” Hasil index di atas meningkat dibandingkan dengan hasil penelitian MLCI pada
tahun 2009 yang sangat jauh dari ideal, yaitu dengan jumlah index rata-ratanya sebesar
54,17%.
Tabel 1. Most Livable City I ndex 2009 & 2011
Kota

2009

2011

Yogyakarta

65,34

66.52%
63.63%

Denpasar
Makasar

56,52

58.46%

Manado

59,90

56.39%

Surabaya

53,13

56.38%

Semarang

52,52

54.63%

Banjarmasin

52,61

53.16%
52.60%

Batam
Jayapura

53,86

52.56%

Bandung

56,37

52.32%
52.15%

Palembang
Palangkaraya

52,04

50.86%

Jakarta

51,90

50.71%

Pontianak

43,65

46.92%

Medan

52,28

46.67%

Sumber: I AP, 2011

2.4

Metode I mportance Performance Analysis ( I PA)
Metode Importance Performance Analysis (IPA) pertama kali diperkenalkan oleh Martilla

dan James (1977) dengan tujuan untuk mengukur hubungan antara persepsi konsumen dan
prioritas peningkatan kualitas produk/jasa yang dikenal pula sebagai quadrant analysis (Brandt,
2000 dan Latu & Everett, 2000). Metode Importance Performance Analysis (IPA) telah diterima
secara umum dan dipergunakan pada berbagai bidang kajian karena kemudahan untuk
diterapkan dan tampilan hasil analisa yang memudahkan usulan perbaikan kinerja (Martinez,
11

2003). IPA mempunyai fungsi utama untuk menampilkan informasi berkaitan dengan faktorfaktor pelayanan yang menurut konsumen sangat mempengaruhi kepuasan dan loyalitas
mereka, dan faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen perlu ditingkatkan karena kondisi
saat ini belum memuaskan.

Importance Performance Analysis (IPA) secara konsep merupakan suatu model multiatribut. Tehnik ini mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan penawaran pasar dengan
menggunakan dua kriteria yaitu kepentingan relatif atribut dan kepuasan konsumen. Penerapan
teknik Importance Performance Analysis dimulai dengan identifikasi atribut-atribut yang relevan
terhadap situasi pilihan yang diamati. Daftar atribut-atribut dapat dikembangkan dengan
mengacu kepada literatur-literatur, melakukan interview, dan menggunakan penilaian
manajerial. Di lain pihak, sekumpulan atribut yang melekat kepada barang atau jasa dievaluasi
berdasarkan seberapa penting masing-masing produk tersebut bagi konsumen dan bagaimana
jasa atau barang tersebut dipersepsikan oleh konsumen.
Evaluasi ini biasanya dipenuhi dengan melakukan survey terhadap sampel yang terdiri
atas konsumen. Setelah menentukan atribut-atribut yang layak, konsumen ditanya dengan dua
pertanyaan. Satu adalah atribut yang menonjol dan yang kedua adalah kinerja perusahaan
yang menggunakan atribut tersebut. Dengan menggunakan mean, median atau pengukuran
ranking, skor kepentingan dan kinerja atribut dikumpulkan dan diklasifikasikan ke dalam
kategori tinggi atau rendah; kemudian dengan memasangkan kedua set rangking tersebut,
masing-masing atribut ditempatkan ke dalam salah satu dari empat kuadran kepentingan
kinerja (Crompton dan Duray, 1985). Skor mean kinerja dan kepentingan digunakan sebagai
koordinat untuk memplotkan atribut-atribut individu pada matriks dua dimensi yang ditunjukkan
pada gambar berikut:

12

Gambar 1. Kuadran Prioritas
Keterangan :


Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi pelanggan, termasuk
unsur–unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun produk tidak sesuai keinginan





pelanggan sehingga tidak puas.
Menunjukkan unsur pokok yang sudah ada pada produk sehingga wajib dipertahankan
serta dianggap sangat penting dan memuaskan.
Menunjukkan faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan, keberadaannya
biasa–biasa saja dan dianggap kurang penting serta kurang memuaskan.
Menunjukkan

faktor

yang

mempengaruhi

pelanggan

kurang

penting

namun

pelaksanaannya berlebihan, dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan.

Matriks di atas digunakan untuk menggambarkan prioritas atribut-atribut guna perbaikan ke
depan (Slack, 1991) dan dapat memberikan panduan untuk formulasi strategi (Burns, 1986).
Contoh Skor Nilai Kepentingan dan Kepuasan yang digunakan adalah sebagai berikut:

13

Gambar 2. Contoh skor nilai dan kepuasan

Rumus yang digunakan dalam IPA adalah sebagai berikut :

14

BAB I I I
PEMBAHASAN

3.1

Gambaran Umum Wilayah
Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia memiliki luas sekitar

326,37 km2 dan secara astronomis terletak di antara 07°21’ Lintang Selatan dan 112°36’ s/d
112°54’ Bujur Timur. Sebagian besar wilayah Surabaya merupakan dataran rendah dengan
ketinggian 3 – 6 meter di atas permukaan air laut, kecuali di sebelah Selatan dengan ketinggian
25 – 50 meter di atas permukaan air laut.

Gambar 3. Peta Kota Surabaya

Batas Administrasi :
Utara

: Selat madura dan Kab. Bangkalan

Timur

: Selat Madura

Selatan

: Kab. Sidoarjo

Barat

: kab. Gresik

15

Populasi penduduk Kota Surabaya sampai dengan bulan Juni 2005 mencapai 2.701.312
jiwa, yang terdiri dari penduduk laki – laki sejumlah 1.358.610 jiwa dan penduduk perempuan
sejumlah 1.342.702 jiwa, dengan tingkat kepadatan 8.277 jiwa / km2. Secara administrasi
pemerintahan kota Surabaya dikepalai oleh Walikota yang juga membawahi koordinasi atas
wilayah administrasi Kecamatan yang dikepalai oleh Camat. Jumlah Kecamatan yang ada di
kota Surabaya sebanyak 31 Kecamatan dan jumlah Kelurahan sebanyak 163 Kelurahan dan
terbagi lagi menjadi 1.363 RW (Rukun Warga) dan 8.909 RT (Rukun Tetangga).
Secara topografi Kota Surabaya merupakan dataran rendah yaitu 80,72 % (25.919,04
Ha) dengan ketinggian antara -0,5 – 5m SHVP atau 3 – 8 m LWS, sedang sisanya merupakan
daerah perbukitan yang terletak di Wilayah Surabaya Barat (12,77%) dan Surabaya Selatan
(6,52%). Adapun 8 kemiringan lereng tanah berkisar 0 - 2% daerah dataran rendah dan 2 - 15
% daerah perbukutan landai. Jenis batuan yang ada terdiri dari 4 jenis yang pada dasarnya
merupakan tanah liat atau unit-unit pasir. Sedang jenis tanah, sebagian besar berupa tanah
alluvial, selebihnya tanah dengan kadar kapur yang tinggi (daerah perbukitan). Sebagaimana
daerah tropis lainnya, Surabaya mengenal 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau. Curah
hujan rata-rata 172 mm, dengan temperatur berkisar maksimum 30° C dan minimum 25° C.
(Stasiun Pengamat Perak 1/Tahun 2004).

3.2

Kerangka Berfikir
M ulai

Survey
Pendahuluan

St udi Lit erat ur

Perumusan
M asalah

Ident ifikasi
Variabel

Penent uan
Sampel

Penyusunan
Kuisioner

Pengumpulan
Dat a

Uji Validit as
dan Reabilit as

Valid dan
Reliabel

Analisis dat a
dengan IPA

Int erpret asi

Kesimpulan
dan saran

Selesai

Gambar 4. Diagram Pelaksanaan Penelitian
16

3.2

Uji Validitas dan Reabilitas
Uji ini dilakukan guna menguji apakah terdapat kesenjangan (gap) antara Harapan

dengan Persepsi dalam variabel yang dianalisis. Uji dilakukan dengan membedakan nilai Mean
antara Harapan dengan Persepsi dan perbedaan tersebut berlangsung dalam kelompok sampel
yang sama (pelanggan sama, mengisi kuesioner sama). Nilai Mean tiap variabel diinput ke
dalam SPSS, berlaku untuk variabel Harapan dan variabel Persepsi.
Guna menguji ada tidaknya gap, digunakan Wilcoxon Signed-Rank Test. Uji ini
diciptakan oleh Frank Wilcoxon tahun 1945. Uji ini diterapkan pada data-data yang sifatnya non
parametrik seperti data tidak berdistribusi normal dan diukur dengan skala yang lebih rendah
dari interval.
Wilcoxon Signed-Rank Test diterapkan jika terdapat 2 perangkat skor yang ingin
diperbandingkan. Skor-skor tersebut berasal dari partisipan yang sama. Skor yang berbeda
adalah skor Harapan dan skor Persepsi. Partisipan yang sama adalah Pelanggan yang sama.
Uji validitas dapat dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung (corrected item
total correlation) dengan r tabelnya. Apabila nilai r hitung > r tabel dan nilai r positif, maka
butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid, Ghozali (2005). Rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai corrected item total correlation adalah korelasi product

moment yang

dituliskan dengan rumus:

Uji reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

17

sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah cukup baik. Uji

reliabilitas

dilakukan dengan menggunakan koefisien Cronbach Alpha dengan rumus sebagai berikut
Arikunto (2006) :

Uji Wilcoxon Signed-Rank Test dilakukan dengan menggunakan SPSS. Tata tertib dalam
melakukan uji ini dengan SPSS adalah:
1. Buat 2 variabel baru yaitu : (a) Mean Harapan tiap Responden dan (b) Mean Persepsi
tiap Responden.
2. Klik menu Analyze > Nonparametric Tests > 2 Related Samples.
3. Pada jendela Two-Related Samples Test masukkan Mean Harapan ke Variable 1 dan
Mean Persepsi ke Variable 2.
4. Pastikan Test Type Wilcoxon sudah terceklis.
5. Klik OK.
Pembuktian uji diterjemahkan ke dalam Hipotesis deskriptif berikut:







H0 : Tidak ada kesenjangan antara Harapan dengan Persepsi pelanggan.
H1

:

Ada

kesenjangan

antara

Harapan

dengan

Persepsi

pelanggan.

Atau, dalam bentuk Hipotesis Statistik berikut :
H0 : d = 0, artinya tidak ada gap antara Persepsi dengan Harapan.
H1 : d ≠ 0, artinya ada gap antara Persepsi dengan Harapan pelanggan.
Di mana Hipotesis Statistik berlaku tatkala kondisi berikut terpenuhi :
Jika zhitung < ztabel pada tingkat signifikansi 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika zhitung > ztabel pada tingkat signifikansi 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

Berikut hasil SPSS Uji Validitas dan Reabilitas sesuai dengan tingkat pelayanan eksisting
dan tingkat kepentingan :

18

I nterpretasi :
Dengan signifikansi sebesar 0.05 dapat diketahui nilai z tabel 1,96 dan dibandingkab
debgan nilai Zscore sehingga menolak Ho dan menerima H1, dan artinya Ada kesenjangan
antara Harapan dengan Persepsi pelanggan. Sehingga berdasarkan Uji Validitas dan Uji
Reabilitas dapat dilanjutkan dengan analisis kinerja kepentingan (Importance Performance
Analysis) atau menganalisis data dengan Skor Kepuasan Pelanggan.

3.3

Skor Kepuasaan Pelanggan
Secara keseluruhan skor kepuasan pelanggan tiap atribut dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Tabel 2. Skor nilai kepuasan pelanggan
Skor
Pernyataan

Persepsi Ekspetasi

Tingkat
Kepuasan

Aspek Tata Ruang
Tata Kota

4.2

4.4

-0.2

19

RTH

3.8

4.4

-0.6

Kebersihan

3.4

4.0

-0.6

Polusi

3.2

4.0

-0.8

Jalan

4.0

4.4

-0.4

Angkutan

1.4

4.6

-3.2

Aspek Fasilitas

4.2

4.6

-0.4

4.0

4.4

-0.4

Listrik

4.2

4.4

-0.2

Air

3.0

3.8

-0.8

Telekomunikasi

4.0

4.2

-0.2

Lapangan Kerja

3.0

4.2

-1.2

Lokasi Kerja

3.2

4.0

-0.8

Aspek Keamanan

3.8

4.0

-0.2

Kebudayaan

3.6

3.8

-0.2

Interaksi Warga

3.6

3.8

-0.2

Aspek Lingkungan

Aspek Transportasi

Kesehatan
Aspek Fasilitas
Pendidikan
Aspek I nfrastruktur
Utilitas

Aspek Ekonomi

Aspek Sosial

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa semua atribut memiliki nilai negatif yang
berarti bahwa setiap atribut tersebut belum mem enuhi harapan pelanggan. Dari data tersebut maka
perlu analisis lebih lanjut untuk menentukan skala prioritas dalam usaha perbaikan dari setiap atribut
yang ada, adapun cara untuk menentukan skala prioritas pembenahan yang ada adalah dengan
menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA).

20

3.4

Analisis I mportance Performance Analysis ( I PA)
Pada bagian ini dibahas mengenai pemetaan dari nilai kinerja (x) dan harapan (y), dari

hasil tersebut maka akan terbentuk matriks yang terdiri dari empat buah kuadran yang masingmasing kuadran menggambarkan skala prioritas dalam mengambil kebijakan baik berupa
peningkatan kinerja atau mempertahankan kinerja Surabaya menjadi Kota Layak Huni. Berikut
adalah data sebaran kinerja dan harapan Masyarakat maupun Stakeholder:

Gambar 5. Diagram Cart esius pengukuran kepuasan masyarakat maupun stakeholder

Dari gambar tersebut maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1.

Kuadran A
Kuadran A menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap penting oleh masyarakat

maupun stakeholder namun tidak terlaksanakan dengan baik dalam langkah Surabaya menjadi
Kota Layak Huni. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini adalah Aspek Transportasi
– Angkutan. Dengan demikian item-item tersebut menjadi skala prioritas utama Surabaya untuk
diperbaiki untuk menjadi Kota Layak Huni.

21

2.

Kuadran B
Kuadran B menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap penting dan memuaskan

masyarakat maupun stakeholder yang sudah dilaksanakan dengan baik oleh Kota Surabaya
menjadi Kota Layak Huni. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini adalah:
a. Aspek Tata Ruang – Tata Kota
b. Aspek Tata Ruang – Ruang Terbuka Hijau
c. Aspek Transportasi - Jalan
d. Aspek Fasilitas Kesehatan
e. Aspek Fasilitas Pendidikan
f.

Aspek Infrastruktur Utilitas - Listrik

g. Aspek Infrastruktur Utilitas - Telekomunikasi
h. Aspek Ekonomi – Lapangan Kerja
Dengan demikian item-item tersebut perlu dipertahankan kinerjanya oleh Surabaya
untuk menjadi Kota Layak Huni.

3.

Kuadran C
Kuadran C menunjukkan faktor yang dianggap kurang penting oleh masyarakat dan tidak

terlaksanakan dengan baik oleh Surabaya untuk menjadi Kota Layk Huni. Variabel-variabel yang
termasuk dalam kuadran ini adalah :
a. Aspek Lingkungan - Kebersihan
b. Aspek Lingkungan - Polusi
c. Aspek Infrastruktur Utilitas - Air
d. Aspek ekonomi – Lokasi kerja
e. Aspek Keamanan
f.

Aspek Sosial - Kebudayaan

g. Aspek Sosial – Interaksi Warga
Dengan demikian item-item diatas dapat diabaikan/mempunyai skala prioritas pembenahan
bagi kota Surabaya dalam menuju Kota Layak Huni.

3.5

Hasil Wawancara (Data Kualitatif)
Dalam penelitian ini pembuat makalah memilih tiga responden sesuai dengan kriteria

yang telah ditentukan oleh pembuat makalah yaitu dari badan perencanaan Kota Surabaya
yang membuat rencana pengembangan kota Surabaya, selain itu responden yang kami tuju
22

adalah akademisi yang menegerti mengenai perencanaan Kota Surabaya dan juga mengerti
perbedaan antara Surabaya dan kota kota lain di dunia sehingga dapat lebih mudah untuk
membandingkan antara Kota Surabaya dengan kota lain di dunia, selain itu responden lain
adalah masyarakat dari Kota Surabaya yang sudah lama menetap di Kota Surabaya yaitu lebih
dari lima tahun supaya dalam penelitian ini dapat mengetahui persepsi dari masyarakat
Surabaya apakah mereka nyaman tinggal di Surabaya dan juga mengerti keseluruhan tentang
Surabaya karena sudah lama tinggal di Kota Surabaya.
Pada wawancara yang kami lakukan kepada Bapak Dwija, Seorang kepala bidang fisik
badan perencanaan Kota Surabaya beliau mengatakan bahwa Kota Surabaya dapat dikatakan
kota yang layak huni karena beberapa aspek. Jika ditijau dari aspek tata ruangnya, dalam
perencanaan Kota Surabaya sudah dapat dikatakan baik dan dapat mendukung konsep Livable
City karena perencanaan di Kota Surabaya sudah menimbang keseluruhan aspek termasuk
pembangunan Green Open Space. Lalu jika ditinjau dari aspek lingkungan termasuk kebersihan
dan polusi, Surabaya sudah mengupayakan dan menginisiasi aspek lingkungan ini. untuk
meningkatkan kebersihan lingkungan Kota Surabaya, pemerintah sudah menyediakan beberapa
tempat sampah hingga lingkungan terkecil yaitu permukiman sehingga dari pemerintahan
sendiri sudah berupaya tinggal pelaksanaannya saja yang masih kurang. Lalu pemerintah juga
sudah berupaya untuk mengurangi polusi dengan cara menginisiasi masyarakat untuk ikut serta
melakukan Car Free Day di Jalan Darmo dan Jalan Kertajaya. lalu jika ditinjau dari aspek
transportasi, Kota Surabaya memang masih kurang dalam masalah Public Transportation. Maka
dari itu pada pemerintahan Bu Risma ini sudah dikembangkan Surotram dan Boyorail untuk
mengupayakan Public Transportation tadi. Jika dilihat dari aspek ketersediaan fasilitas
kesehatan, Surabaya juaranya karena banyak sekali rumah sakit yang berstandart internasional
seperti RS dokter Sutomo, dan RS mitra keluarga di Surabaya Barat. Surabaya juga mau
membuat pusat jantung dan pusat transplantasi di daerah Surabaya. Lalu dari puskesmasnya
sendiri juga sudah berstandart pelayanan yang baik. Jika ditijau dari fasilitas pendidikan, Kota
Surabaya telah memiliki fasilitas yang baik mulai dari pendidikan dasar hingga tingkat
universitas seperti ITS, Unair, SMA 5 dan lain lain. Jika ditinjau dari ketersediaan utilitas yang
ada di Surabaya sendiri seperti air, listrik dan telekomunikasi, saya rasa semua sudah terlayani
sehingga sudah baik dalam pelakasaannya juga. Jika ditinjau dari aspek ekonomi yaitu
ketersediaan lapangan pekerjaan, sebenarnya pemerintahan sudah berupaya untuk memenuhi
kebutuhan akan pekerjaan bagi masyarakat yang ada diSurabaya tapi masih banyak

23

masyarakat selain dari daerah lain yang berurbanisasi ke Surabaya sehingga angka
pengangguran di Kota Surabaya masih tinggi. Jika ditinjau dari aspek keamanan kota Surabaya
sebenarnya sudah aman karena dilihat tidak adanya tawuran antar pelajar, maupun tawuran
antar warganya sehingga dapat dikatakan aman tetapi jika dilihat dari kriminalitasnya memang
di beberapa titik Surabaya masih terdapat pencuri dan pembegal tapi sebenarnya itu
kebanyakan berasal dari Madura jadi pemerintahan sendiri kesusahan untuk mencegah
kriminalitas tersebut. Dan jika ditinjau dari aspek sosial sebenanrnya Surabaya sudah
beruapaya untuk mewujudkan green community tersebut yaitu dengan cara membuat lomba
antar kampong dengan tema kebersihan. Dari situ kita bisa dapat manfaat lingkungannya dan
dapat mewujudkan livable city.
Selain mewawancarai badan perencanaan Kota Surabaya, kami juga mewawancarai
seorang akademisi yang mengerti tentang perencanaan yang baik dalam mewujudkan livable
city dan juga mengerti keseluruhan Surabaya. Beliau adalah seorang seketaris jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota yaitu Bu Rulli Pratiwi Setiawan. Beliau menilai bahwa Kota
Surabaya belum dapat dikatakan livable city karena masih kurang dalam aspek tranportasi, dan
keamanannya. Beliau juga menambahkan kota yang layak huni harus harus menyediakan
tempat rekreasi yang bersifat open space atau terbuka bukan hanya mall saja yang menjadi
tempat rekreasinya. Berikut merupakan hasil wawancara pembuat makalah dengan Bu Rulli
mengenai Surabaya.
Dari aspek tata kotanya sebenarnya perencanaann Kota Surabaya sudah sangat baik
dan mendukung konsep livable city tetapi dalam implementasi dan pengendaliannya saja yang
masih kurang sehingga implementasi yang baik guna mewujudkan livable city. Jika ditinjau dari
aspek lingkungan Surabaya sudah terbukti dengan melihat banyaknya penghargaan adipura
yang didapatkan dengan kata lain kebersihan di Kota Surabaya amat terjaga. Tapi jika dilihat
tingkat polusinya, Kota Surabaya memang tinggi tapi pemerintah juga telah beruapaya dengan
cara Car Free Day dan green and clean program sehingga harapannya polusi di Surabaya dapat
berkurang. Jika ditinjau dari aspek transportasi maka Public Transportation merupakan
permasalahan dari Kota Surabaya. Kemacetan Kota Surabaya juga disebabkan oleh kurangnya

Public Transportation sehingga menyebabkan masyarakat di Kota Surabaya cenderung untuk
memilih kendaraan pribadi. Maka dari itu kuantitas jalan di Surabaya sudah timpang dengan
pertumbuhan kendaraan pribadi. Jika ditinjau dari ketersediaan fasilitas kesehatan sudah cukup
baik karena bukan hanya rumah sakit saja yang memiliki standart pelayanan yang tinggi tapi

24

puskesmas juga miliki standart ISO sehingga pelayanan kesehatan di Surabaya sudah baik. Jika
ditinjau dari aspek ketersediaan fasilitas pendidikan Surabaya juga sudah baik dan dapat
mengakomodasi seluruh penduduk dari Kota Surabaya. Dari aspek utilitas, ketesediaan listrik
dan telekomunikasi sudah 99% artinya hampir seluruhnya masyarakat di Kota Surabaya sudah
terpenuhi listrik dan telekomunikasinya tetapi ketersediaan air bersih hanya sebesar 80%
karena masih terdapat beberapa kelurahan yang belum mendapatkan supply air bersih seperti
kenjeran, sidotopo wetan dan beberapa di Surabaya Utara. Jika ditinjau dari pemenuhan aspek
ekonomi yaitu ketersediaan lapangan pekerjaan di Surabaya sendiri sebenarnya masih kurang
ditambah lagi dengan bonus demografi yaitu penambahan jumlah angka usia produktif
makanya sekarang ini banyak sekali mengupayakan untuk wirausaha untuk menyediakan
lapangan pekerjaan baru. Jika ditinjau dari aspek keamanan, Surabaya masih kurang aman
karena tingkat kriminalitas di Surabaya masih tinggi dan dapat dirasakan sendiri ketidakaman
kita ketika berjalan dimalam hari, lalu banyak sekali pencurian motor di beberapa titik di
Surabaya.
Selain dari responden tersebut kita juga melakukan survey kepada masyarakat Surabaya
yang sudah tinggal lama di Surabaya yaitu bernama Auke, pria usia 20 tahun yang sudah dari
kecil tinggal di Surabaya. Kita menanyakan kriteria yang telah disusun sebelumnya dalam
mengevaluasi apakah Kota Surabaya sudah menjadi livable city? Beliau berkata Surabaya
sebenarnya sudah dapat dikatakan kota layak huni karena saya sangat nyama tinggal di
Surabaya tetapi dari aspek Public TransportationI nya saja yang kurang sehingga perlu adanya
pembenahan dari pemerintah terhapat Public Transportation yang ada di Surabaya. Lalu juga
banyak terjadi kriminalitas di beberapa titik yang ada di Kota Surabaya.

25

BAB I V
KESI MPULAN

4.1

KESI MPULAN
Berdasarkan analisis kinerja kepentingan atau Importance Performance Analysis dapat

disimpulkan bahwa dalam menuju Kota Surabaya menjadi Kota Layak Huni prioritas yang perlu
diutamakan adalah tentang aspek transportasi pada angkutan sedangkan untuk aspek yang
perlu dipertahankan seperti Aspek Tata Ruang – Tata Kota, Aspek Tata Ruang – Ruang Terbuka
Hijau, Aspek Transportasi – Jalan, Aspek Fasilitas Kesehatan, Aspek Fasilitas Pendidikan, Aspek
Infrastruktur Utilitas – Listrik, Aspek Infrastruktur Utilitas – Telekomunikasi, Aspek Ekonomi –
Lapangan Kerja sedangkan aspek seperti Aspek Lingkungan – Kebersihan, Aspek Lingkungan –
Polusi, Aspek Infrastruktur Utilitas – Air, Aspek ekonomi – Lokasi kerja, Aspek Keamanan, Aspek
Sosial – Kebudayaan, Aspek Sosial – Interaksi Warga dapat diabaikan dalam menuju Surabaya
menjadi Kota Layak Huni karena aspek tersebut dinilai berlebihan menurut masyarakat maupun
stakeholder.
Selain itu, Berdasarkan analisis kualitatif dengan mewawancarai beberapa responden
dapat disimpulkan bahwa Kota Surabaya sudah dapat dikatakan layak huni oleh beberapa
responden terkait, ditunjukkan dengan penilaian berbagai aspek menuju kota layak huni yang
dinilai baik akan tetapi dinilai kurang pada beberapa aspek seperti aspek transportasi khususnya
transportasi massal (angkutan umum). Dalam menuju kota layak huni, pemenuhan kebutuhan
transportasi massal memang diperlukan untuk mendukung kriteria kota yang livable. Dengan
begitu disarankan prioritas ke depan kota Surabaya lebih mengedepankan konsep Transportasi
massal dengan moda monorail dan trem.

4.2

SARAN
Untuk menuju Surabaya menjadi Kota Layak Huni Surabaya perlu memperhatikan

prioritas utama tentang aspek transportasi – angkutan yaitu tentang perbaikan angkutan masal
maupun inovasi baru dalam hal massal transportation. Rencana kota Surabaya ke depan adalah
Surabaya memfokuskan pada angkutan massal yaitu rapid mass transportation dengan
menggunakan trem dan monorail sehingga prioritas tersebut dapat menjadikan kota surabaya
menjadi benar – benar kota layak huni seperti Kota Melbourne di Australia

26

DAFTAR PUSTAKA
Oktaviani, Desi. 2012. Pengembangan Industri Berbasis Perikanan dengan Pendekatan

Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Tuban. Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh Nopember

Branch, Melville C, 1995 : Perencanaan Kota Kompresif. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.

Douglass, Mike.2002. From global intercity competition to cooperation for livable cities
and economic resilience in Pacific Asia. Environment and Urbanization 2002 14:
53.
Evans,

Peter.

2002.

Livable Cities? The Politics of Urban Livelihood and

Sustainability.University of California Press, Berkeley.
Hahlweg, D. 1997. “The City as a Family” In Lennard, S. H., S von Ungern Sternberg, H.
McCarthy, Mark. 2002. Urban Development And Health Inequalities. Scand J Public

Health 2002 30: 59.
Salzano, E. 1997. “Seven Aims for the Livable City” in Lennard, S. H., S von UngernSternberg, H. L. Lennard, eds. Making Cities Livable. International Making Cities
Livable Conferences. California, USA: Gondolier Press
Santoso,

Eko

Budi.

2010.

Strategi

Pengembangan

Perkotaan

Di

Wilayah

Gerbangkertosusilo Berdasarkan Pendekatan Daya Saing Wilayah
Palej, A. 2000. “Architecture for, by and with Children: A Way to Teach Livable City”
Paper presented at the International Making Cities Livable Conference, Vienna,
Austria, 2000.
Wheeler, Stephen M . 2004. Planning For Sustainability, Creating Livable, Equitable, And

Ecological Communities. New York. Routledge.

27

LAMPI RAN KUI SI ONER

Nama

:

Bapak / Ibu yang saya hormati,

Jenis Kelamin

:

Ekononomi kota merupakan salah satu kunci dalam
peningkatan kemampuan dan kesejahteraan masyarakat kota
dalam bidang ekonomi. Salah satu konsep tantangan dan
peluang dalam ekonomi kota ini adalah Livable City (Kota
layak Huni). Dengan strategi Livable City ini diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota kaitannya dengan
tingkat kenyamanan dalam suatu kota yang dapat
meningkatkan produktivitas kerja yang berimbas pada
ekonomi kota Surabaya dengan dilakukan penilaian dari
masyarakat, maupun stakeholder yang berkepentingan
terhadap kondisi eksisting serta bagaimana tingkat
kepentingannya. Data tersebut selanjutnya digunakan dalam
penelitian untuk tugas mata uliah Ekonomi Kota.

Pekerjaan

:

Usia

:

Pendidikan terakhir

:

Keterangan: *coret yang tidak perlu

Pernyataan
Aspek Tata Ruang
Tata Kota

Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kondisi penataan kota
yang disesuaikan dengan
RTRW dan RDTRK

RTH
Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu, saya sampaikan
terimakasih.
Hormat saya,
Peneliti

Keterangan

Kondisi Ruang Terbuka
Hijau di Kota Surabaya

Aspek Lingkungan
Kebersihan

Kondisi lingkungan di Kota
Surabaya

Polusi

Meliputi polusi udara,
polusi air, limbah baik cair
maupun padat

Aspek Transportasi
Jalan

Meliputi ketersediaan jalan
baik jalan nasional,
28

provinsi, kota, dan lokal
Angkutan

Lokasi Kerja

lokasi kerja

Tersedianya angkutan
umum serta sarana

Aspek Keamanan

prasarana pendukung
Kondisi fasilitas ksehatan

Aspek Sosial

Kesehatan

berupa rumah sakit,

Kebudayaan

puskesmas, balai

Kondisi fasilitas pendidikan

Pendidikan

berupa TK, SD, SMP, SMA

Kebiasaan masyarakat di
Kota Surabaya

Interaksi Warga

lain-lain.
Aspek Fasilitas

Tingkat kriminalitas di Kota
Surabaya

Aspek Fasilitas

pengobatan, klinik, dan

Kedekatan jarak terhadap

Hubungan antar interaksi
warga

Petunjuk:

Aspek I nfrastruktur Utilitas

Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai dengan tingkat

Listrik

Kondisi sarana dan

pelayanan pada kondisi yang sebenarnya serta tingkat

prasarana jaringan listrik

kepentingan dalam konsep Livable City di Kota Surabaya.

Kondisi sarana dan

Berikan tanda cek (v) pada jawaban yang menurut Anda

prasarana jaringan air

sesuai.

Air

Telekomunikasi

Kondisi sarana dan
prasarana jaringan
telekomunikasi

Aspek Ekonomi
Lapangan Kerja

Kondisi ketersediaan
lapangan kerja di Kota
Surabaya
29

PERNYATAAN TENTANG TI NGKAT PELAYANAN
EKSI STI NG

Aspek Fasilitas
Kesehatan
Aspek Fasilitas

Berikut ini merupakan pernyataan terkait tingkat pelayanan

Pendidikan

yang sebenarnya di lapangan.

Aspek I nfrastruktur

Skor: 1. Sangat tidak baik

Utilitas

2. Tidak baik

Listrik

3. Cukup baik

Air

4. Baik

Telekomunikasi

5. Sangat baik

Aspek Ekonomi
Lapangan Kerja

Jawablah pernyataan berikut sesuai petunjuk diatas
Pernyataan

Lokasi Kerja

Skor
1

2

3

Aspek Keamanan
4

5

Aspek Sosial

Aspek Tata Ruang

Kebudayaan

Tata Kota

Interaksi Warga

RTH
Aspek Lingkungan
Kebersihan
Polusi
Aspek Transportasi
Jalan
Angkutan
30

PERNYATAAN TENTANG TI NGKAT KEPENTI NGAN

Kesehatan
Aspek Fasilitas

Berikut ini merupakan pernyataan terkait tingkat kepentingan

Pendidikan

untuk pengembangan.

Aspek I nfrastruktur

Skor: 1. Sangat tidak penting

Utilitas

2. Tidak penting

Listrik

3. Cukup penting

Air

4. Penting

Telekomunikasi

5. Sangat penting

Aspek Ekonomi
Lapangan Kerja

Jawablah pernyataan berikut sesuai petunjuk diatas.
Pernyataan

Lokasi Kerja

Skor
1

2

3

Aspek Keamanan
4

5

Aspek Sosial

Aspek Tata Ruang

Kebudayaan

Tata Kota

Interaksi Warga

RTH
Aspek Lingkungan
Kebersihan
Polusi
Aspek Transportasi
Jalan
Angkutan
Aspek Fasilitas
31

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang (2003-2009)

19 136 149

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Konsep kecerdasan ruhani guru dalam pembentukan karakter peserta didik menurut kajian tafsir Qs. 3/Ali-‘Imran: 159

9 101 103

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Sistem Informasi Absensi Karyawan Di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung

38 158 129