Integrasi Sains dalam Al Quran Bahan Pen

INTEGRASI SAINS DALAM AL-QURAN
BAHAN PENAMBAH MAKANAN

Nama: Alindah
NIM: 1414163118
Fakultas/Jurusan: Tarbiyah/IPA-Biologi C.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2017

Makanan yang halal berarti makanan yang tidak kotor dari segi zatnya,
tidak rusak (kadaluarsa) atau tidak bercampur benda najis. Ada juga yang
mengartikan sebagai makanan atau minuman yang mengundang selera bagi
yang akan mengkonsumsinya dan tidak membahayakan fisik serta akalnya.
Makanan yang halal pasti akan bersifat toyyib, akan tetapi makanan yang
toyyib belum tentu besifat halal. Makanan yang bersifat aman artinya tidak
menyebabkan penyakit, dengan kata lain aman secara duniawi dan ukhrawi.
Keamanan makanan ini dinyatakan dalam al-Qur’an.

‫حنلابلا ط نيلمببا نواتل ننقوا الل ل ننه ال ل نمذي أ نن ؤتنؤم مبمه نمؤؤممننونن‬
‫نونكنلوا مم ل نما نرنزقنك ننم الل ل ننه ن‬

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya (Q.S. Al-maidah:88).
Ayat

ini

makanan/minuman

memerintahkan

manusia

untuk

mengkonsumsi

yang halal dalam konteks ketakwaan pada saat

menjalankan perintah konsumsi makanan. Ayat tersebut juga memerintahkan

untuk berhati-hati memilih makanan dan bagimana mendapatkannya,
sedangkan bagi produsen masalah keimanan dan ketakwaan ini dapat
dihubungkan dengan bagaimana makanan tersebut dibuat, karena makanan ini
nantinya dikonsumsi oleh masyarakat luas, sehingga tanggung jawab secara
moral pada diri sendiri dan lingkungan serta pada Allah menjadi hal yang
sangat utama.
Produk halal tidak saja memenuhi kebutuhan aspek syar`i, melainkan
juga terjaga dari segi kualitas dan higienisnya. Itu sebabnya produk halal

dicari konsumen Muslim di dunia, karena bagi konsumen Muslim, sudah jelas
sebagaimana dalam al-Qur’an.

‫خط ننوا م‬
‫ت ال لنشيؤ ن‬
‫عندلوو‬
‫حنلابلا ط نيلمببا نونلا تنتلنمبنعوا ن‬
‫طامن إمن ل ننه ل نك نؤم ن‬
‫نيا أ ني لننها ال لننانس نكنلوا مم ل نما مفي ال ؤأ نؤرمض ن‬
‫نممبيون‬
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat

di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.(Q.S.Albaqarah:168).
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah mengarahkan untuk memakan
makanan halal yang terbaik untuk umat-Nya. Tetapi manusia itu sendiri lalai
dan mengikuti hawa nafsu. Sekarang pola hidup manusia cenderung
konsumtif, serba instan, mudah dan yang penting enak dirasa oleh lidah tanpa
memikirkan efek buruk yang akan muncul dari kebiasaan keliru tersebut.
Tanpa disadari, makanan yang lezat dinikmati, akhirnya merusak jasmani
dengan berbagai penyakit yang menyerangnya. Salah satu pemicu makanan
lezat serta menarik untuk disantap, ialah bahan (zat kimia) yang ditambahkan
ke dalam makanan tersebut.
Menurut undang-undang RI No 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pada Bab
II mengenai Keamanan Pangan, pasal 10 tentang Bahan Tambahan Pangan
dicantumkan:
1. Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang
menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan pangan yang
dinyatakan terlarang atau melampau ambang batas maksimal yang
telah ditetapkan.
2. Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau
dapat digunakan sebagai bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau


proses produksi pangan serta ambang batas maksimal sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 (www.wikipedia.org).
Bahan Tambahan Pangan (BTP) atau zat aditif adalah zat atau bahan
yang ditambahkan pada makanan pada waktu pembuatan, penyimpanan, dan
pengepakan. Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan,
yaitu:
1.

Zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat;

2.

Zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan
bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya,
seperti

amil

asetat


dan

asam

askorbat

(Nisrina,

2011.

https://ininisrina.wordpress.com/)
Permenkes No 722/MenKes/Per/ IX/88 telah mengatur bahan-bahan
yang boleh digunakan. Bahan-bahan tersebut bisa untuk mengawetkan,
mewarnai, mengemulsi, memantapkan, dan mengentalkan. Bahan pengawet
yang banyak di jual di masyarakat dan digunakan untuk mengawetkan
berbagai bahan pangan salah satunya adalah asam benzoat, benzoat ini
umumnya terdapat dalam bentuk garam natrium dan kaliumm benzoat yang
sifatnya mudah larut. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan berbagai
pangan dan minuman, seperrti sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus

sambal, selai jeli, manisan, kecap dan lain-lain (Cahyadi, 2008: 5).
Bahan tambahan pangan sudah meluas penggunaannya di masyarakat.
Hampir semua industri pangan baik besar maupun industri rumah
menggunakan bahan tambahan makanan. Pemakaian bahan tambahan
makanan memang tidak dilarang, selama zat yang digunakan aman untuk
kesehatan dan tigak disunakan secara sembarang dan tidak salah
menerapkannya. Oleh karena itu, sebaiknya, produsen, penjual makanan

maupun konsumen harus mengenali berbagai macam bahan tambahan
makanan agar makanan tetap aman bagi masyarakat.
Berbagai macam bahan tambahan makanan yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
1. Bahan Pemanis
Bahan pemanis adalah bahan kimia yang ditambahkan pada makanan
atau minuman yang berfungsi untuk memberikan rasa manis. Bahan
pemanis ini ada dua macam, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan.
Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari
bahan-bahan nabati maupun hewani. Pemanis alami berfungsi juga sebagai
sumber energi. Contohnya gula tebu mengandung zat pemanis fruktosa,
gula merah, madu dan kulit kayu manis.

Pemanis buatan adalah senyawa hasil sintetis laboratorium yang
merupakan bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis
pada makanan. Pemanis buatan tidak atau hampir tidak mempunyai nilai
gizi. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722 / Menkes / per / IX / 1988
tentang batasan maksimum penggunaan bahan kimia dalam makanan.
Beberapa pemanis buatan yang beredar di pasaran di antaranya:
a. Aspartam : Nama kimianya aspartil fenilalanin metil ester, merupakan
pemanis dalam produk minuman ringan. Aspartam merupakan pemanis
yang berkalori sedang. Aspartam dapat terhidrolisis atau bereaksi
dengan air dan kehilangan rasa manis, sehingga lebih cocok digunakan
untuk pemanis yang berkadar air rendah.
b. Sakarin : Sakarin sangat populer digunakan dalam industri makanan
dan minuman karena harganya yang murah. Namun penggunaan
sakarin tidak boleh melampaui batas maksimal yang ditetapkan, karena

bersifat karsogenik (dapat memicu timbulnya kanker). jika penambahan
sakarin terlalu banyak justru menimbulkan rasa pahit dan getir. Es krim,
gula-gula, es puter, selai, kue kering, dan minuman fermentasi biasanya
diberi pemanis sakarin.
c. Siklamat : Makanan dan minuman yang sering dijumpai mengandung

siklamat antara lain: es krim, es puter, selai, saus, es lilin, dan berbagai
minuman fermentasi. Beberapa negara melarang penggunaan siklamat
karena diperkirakan mempunyai efek karsinogen.
d. Sorbitol : pemanis yang digunakan untuk pemanis kismis, selai dan roti,
serta makanan lain.
e. Asesulfam K: senyawa 6-metil-1,2,3-oksatiazin-4(3H)-on-2,3-dioksida
atau asam asetoasetat dan asam sulfamat. Berdasarkan hasil pengujian
laboratorium, asesulfam K merupakan pemanis yang tidak berbahaya.
Pemanis alami
Pada suhu tinggi

Pemanis buatan
Cukup stabil bila dipanaskan.

bisa terurai.
Memiliki
kalori

Memiliki kalori rendah.


tinggi.
Berasa

Berasa manis sampai puluhan bahkan ratusan

manis

normal.
Harganya

kali rasa manis gula.
Harganya sangat terjangkau.

cenderung

lebih

tinggi.
Lebih


aman

dikonsumsi.

Sebagian

dapat

berpotensi

karsinogen

(penyebab kanker).

Keunggulan utama pemanis sintetis dibandingkan gula alami adalah
harga jualnya yang jauh lebih murah dan tingkat kemanisannya jauh lebih

tinggi. Inilah yang menjadi alasan utama pemakaian pemanis sintetis oleh
para produsen makanan atau minuman, terutama para pengusaha kecil
dengan modal terbatas.

2. Bahan Pewarna
Bahan pewarna merupakan bahan alami ataupun bahan kimia yang
ditambahkan ke dalam makanan. Penambahan bahan pewarna pada
makanan bertujuan untuk memberi penampilan tertentu atau warna yang
menarik. Warna yang menarik dapat menjadikan makanan lebih
mengundang selera.
Bahan pewarna alami yang banyak digunakan yaitu daun suji (hijau),
buah kakao (cokelat), kunyit (kuning), cabai merah (merah), wortel
(kuning), karamel (cokelat karamel), gula merah (coklat), anggur (ungu),
stroberi (merah) dan tomat (orange).
Bahan pewarna buatan yaitu beta-karoten (warna oranye sampai
kuning), santoxantin (warna merah), dan apokaroten (warna oranye),
indigokarmin (biru), eritrosin (merah), tartrasin (kuning), biru berlian,
coklat HT, eritrosin, hijau FCS, hijau S, indigotin, karmoisin, kuning FCS,
kuning kuinolin, merah allura, ponceau 4R.
Bahan sintetis yang dilarang ialah : auramin, amaranth, kuning
metanil, rhodamin B, ponceau SX, ponceau 3R, butter yellow, chrysoidine,
citrus red no 2, guinea green B, magenta, oil orange SS, Oil orange XO,
Oil yellow AB dan sudan 1.

Pewarna alami
Lebih aman dikonsumsi.
Warna

yang

Pewarna buatan
Kadang-kadang
memiliki

efek

negatif tertentu.
dihasilkan Dapat mengembalikan warna asli,

kurang stabil, mudah berubah kestabilan warna lebih tinggi, tahan
oleh

pengaruh

tingkat lama, dan dapat melindungi vitamin

keasaman tertentu.

atau zat-zat makanan lain yang peka

terhadap

cahaya

selama

penyimpanan.
Untuk mendapatkan warna Praktis dan ekonomis.
yang bagus diperlukan bahan
pewarna

dalam

banyak.
Keanekaragaman

jumlah
warnanya Warna

yang

dihasilkan

lebih

terbatas.
beraneka ragam.
Tingkat keseragaman warna Keseragaman warna lebih baik.
kurang baik.
Kadang-kadang memberi rasa Biasanya tidak menghasilkan rasa
dan

aroma

yang

agak dan aroma yang mengganggu.

mengganggu.

Mengingat banyak kelemahan yang dijumpai pada zat pewarna alami,
banyak orang yang beralih menggunakan bahan pewarna sintetis. Bahan
pewarna sintetis ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan pewarna
alami dalam hal keanekaragaman warna, kestabilan warna, daya tahan
simpan dan harga yang sangat murah. Meskipun bahan pewarna tersebut
diizinkan, kamu harus selalu berhati-hati dalam memilih makanan yang
menggunakan bahan pewarna buatan karena penggunaan yang berlebihan
tidak baik bagi kesehatanmu.

3. Bahan Pengawet
Bahan pengawet adalah bahan kimia yang dapat mencegah atau
menghambat proses fermentasi (pembusukan), pengasaman, atau peruraian

lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme sehingga
makanan tidak mudah rusak atau menjadi busuk.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 172 yaitu:

‫نيا أ ني لننها ال ل نمذينن آنمننوا نكنلوا ممؤن ط نيلمنبا م‬
‫ت نما نرنزقؤننانكؤم نواؤشك ننروا ل مل ل نمه إمؤن نكن ؤتنؤم إم لنيانه تنؤعنبندونن‬
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik
yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benarbenar kepada-Nya kamu menyembah.
Makna ayat diatas menyebutkan bahwa semua yang tidak diharamkan
oleh agama adalah bersifat halal, tak terkecuali dengan pengawet yang
digunakan sebagai bahan tambahan makan. Pengawet makanan yang
bersumber dari barang yang haram akan bersifat haram, bahan pengawet
makanan apabila berupa hewan yang halal jika disembelih dengan tidak
menyebut nama Allah pun bersifat haram.
Bahan pengawet alami dalam kehidupan sehari-hari yaitu gula batu
(Buah-buahan yang disimpan dalam larutan gula pekat akan menjadi awet
karena mikroorganisme sukar hidup di dalamnya), gula merah, garam,
kunyit,

cengkih

dan

kulit

kayu

manis

(Hayati,

2009.

https://elokkamilah.wordpress.com/).
Bahan pengawet mengunakan senyawa kimia sintetis bertujuan untuk
mempertahankan pangan dari gangguan mikroba, sehingga bahan pangan
lebih awet dan tidak merubah tampilan dari bahan pangan tersebut. Bahanbahan pengawet tersebut, antara lain sebagai berikut.
a. Asam asetat : biasa dikenal asam cuka, Bahan ini menghasilkan rasa
masam jika jumlahnya terlalu banyak dan

mempunyai sifat

antimikroba. Makanan yang memakai pengawet asam cuka antara lain
acar, saos tomat, dan saus cabai.
b. Benzoat : banyak ditemukan dalam bentuk asam benzoat maupun
natrium benzoat (garamnya). Berbagai jenis soft drink (minuman
ringan), sari buah, nata de coco, kecap, saus, selai, dan agar-agar
diawetkan dengan menggunakan bahan jenis ini.
c. Sulfit : biasa dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit.makanan
yang diawetkan menggunakan sulfit yaitu potongan kentang, sari nanas,
dan udang beku.
d. Propil galat : produk makanan yang mengandung minyak atau lemak
dan permen karet serta untuk memperlambat ketengikan pada sosis.
e. Propianat : sering digunakan asam propianat dan garam kalium atau
natrium propianat. Propianat selain menghambat kapang juga dapat
menghambat

pertumbuhan bacillusmesentericus yang

menyebabkan

kerusakan bahan makanan. Bahan pengawetan produk roti dan keju
biasanya menggunakan bahan ini.
f. Garam nitrit : biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit.
Kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam
air. Bahan ini digunakan sebagai bahan pengawet keju, ikan, daging,
dan juga daging olahan seperti sosis, atau kornet, serta makanan kering
seperti kue kering. Perkembangan mikroba dapat dihambat dengan
adanya nitrit ini.
g. Sorbat : dalam bentuk asam atau garam sorbat. Sorbat sering digunakan
dalam pengawetan margarin, sari buah, keju, anggur, dan acar. Asam
sorbat sangat efektif dalam menekan pertumbuhan kapang dan tidak

memengaruhi cita rasa makanan pada tingkat yang diperbolehkan.
Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat
perlukaan di kulit.
4. Penyedap Rasa
Bahan penyedap rasa merupakan bahan tambahan makanan yang
berguna untuk melezatkan bahan makanan. Penyedap berfungsi menambah
rasa nikmat dan menekan rasa yang tidak diinginkan dari suatu bahan
makanan.
Penyedap rasa alami sudah digunakan dalam mengolah makanan,
seperti: garam, cuka, lada, cabai, bawang putih dan rempah-rempah
lainnya. Tentu saja pemakaian bahan-bahan ini tidak menimbulkan
masalah, malah kemungkinan sangat baik untuk mendukung kesehatan,
kecuali pemakaian yang sangat berlebihan.
Bahan kimia sebagai penyedap rasa adalah Monosodium Glutamat
(MSG), yaitu garam yang berasal dari asam glutamat. Senyawa ini
memberi rasa gurih. Di pasaran dikenal dengan vetsin. Kadang pula
penyedap rasa memakai gula alami untuk rasa manis, tetapi rasa manis
alami juga telah bergeser digantikan dengan pemanis sintetis.

Kecenderungan masyarakat yang menginginkan serba praktis serta siap
saji, sering mendorongnya terjebak dalam penggunaan bahan tambahan
makanan, karena tidak repot menghaluskan bumbu untuk penyedap masakan,
menghemat biaya, kadang menggunakan pemanis sintetis.
Departemen Kesehatan melalui BPOM (Badan Pengawasan Obat dan
Makanan) memang sudah menetapkan batas aman dari zat-zat kimia di dalam
BTP. Di luar batas aman, tentunya sudah tidak aman lagi bagi kesehatan tubuh
manusia. Artinya, takaran yang dikonsumsi melebihi yang sudah ditentukan.
Sebaliknya dengan BTP ini, dampak positip hanya sepihak, yaitu segi

keuntungan dari produsen (penjual) makanan. Ironisnya, makanan-makanan
dengan kandungan zat aditif ini dikonsumsi orang-orang sehat. Selain
produsen, konsumen pun terkena imbasnya apabila terlalu berlebihan
mengkonsumsi, karena zat-zat ini kurang baik, bahkan cenderung akan
merusak kesehatan tubuh (Anonim. 2010. Hati-hati Penggunaan Bahan
Makanan. http://almanhaj.or.id/).
Meskipun zat aditif pada makanan tetap dibolehkan penggunaannya, tetapi
sebagai pengguna maupun konsumen, tentunya harus menyadari pentingnya
kesehatan jangka panjang, terutama anak-anak sebagai generasi penerus.
Mengingat pengetahuan yang minim tentang zat-zat kimia ini, maka sikap
yang baik bagi masyarakat ialah menghindari makanan ataupun minuman
yang mengandung bahan tambahan makanan. Jika terpaksa harus membeli
produk makanan yang mengandung unsur tersebut, hendaklah teliti terhadap
makanan yang akan dibeli.
Tentunya sebagai manusia menginginkan generasi yang baik, kuat dan
tangguh. Salah satu pendukungnya adalah makanan yang dikonsumsi jelas
berkualitas baik. Bisa dibayangkan, jika anak-anak memiliki bekal
kecerdasan, calon pendidik masyarakat, pada akhirnya tidak sanggup
meneruskan cita-cita karena terjadi kerusakan dalam tubuhnya yang
mengakibatkan sakit berkepanjangan. Jadi sebagai manusia setidaknya
mengerti bahkan memahami zat aditif yang mempunyai banyak negatinya
bagi kehidupan dan harus lebih selektif dan teliti makanan yang akan dibeli.

Daftar Pustaka
Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Edisi kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Anonim.

2010.

Hati-hati

Penggunaan

Bahan

Makanan.

http://almanhaj.or.id/content/2776/slash/0/hati-hati-penggunaan-bahanpenambah-makanan/, diakses 05 April 2017 pukul 20.10.
Hayati,

Kamilah.

2009.

Pengawet

Makanan.

https://elokkamilah.wordpress.com/kimia-farmasi-dan-medisinal2/pengawet-makanan-sebuah-bahasan-untuk-penetapan-halalantoyyiban/, diakses 05 April 2017 pukul 20.15.
Nisrina.

2011.

Bahan

Kimia

dalam

Makanan.

https://ininisrina.wordpress.com/cerdas/ipa-2/bahan-bahan-kimiadalam-kehidupan/bahan-kimia-dalam-makanan/, diakses 05 April 2017
pukul 20.00.
www.wikipedia.org/wiki/aditif_makanan.

Profil Penulis
Penulis ini adalah salah satu mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon jurusan
Ipa-Biologi. Dia bernama Alindah. Hobby membaca buku. Untuk mengenal
lebih lanjut add account facebook alindah.