PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN EKON

PERTUMBUHAN EKONOMI
DAN
PEMBANGUNAN EKONOMI

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Tri SindyAmelia
Wahid Rizal Syarifullah
Turaichan Ajhuri
Syofiyana Anggun Rakhilda
Syaiful Bachri
6. Yasinta Yumni Abhari

(35)
(34)
(33)

(32)
(31)
(36)

\

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
DINAS PENDIDIKAN
UPT SMA NEGERI 1 SUMENEP

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
2.1.2 Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi
2.1.3 Manfaat Pertumbuhan Ekonomi
2.1.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi
2.1.5 Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi
2.1.6 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
2.2 Pembangunan Ekonomi
2.2.1 Pengertian dan Definisi Pembangunan Ekonomi
2.2.2 Pembangunan Ekonomi sebagai Prioritas Pembangunan Nasional
2.2.3 Strategi Pembangunan Ekonomi
2.2.4 Mengapa Pembangunan Ekonomi harus berhasil
2.2.5 Perbedaan dan Persamaan antara Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Selama hampir setengah abad, perhatian utama masyarakat perekonomian dunia
tertuju pada cara-cara untuk mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan nasional.
Para ekonom dan politisi dari semua negara, baik negara-negara kaya maupun miskin,
yang menganut sistem kapitalis, sosialis maupun campuran, semuanya sangat
mendambakan dan menomorsatukan pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pada
setiap akhir tahun, masing-masing negara selalu mengumpulkan data-data statistiknya
yang berkenaan dengan tingkat pertumbuhan GNP relatifnya, dan dengan penuh harap
mereka menantikan munculnya angka-angka pertumbuhan yang membesarkan hati.
“Pengejaran pertumbuhan” merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua
negara di dunia dewasa ini. Seperti kita telah ketahui, berhasil-tidaknya programprogram pembangunan di negara-negara dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggirendahnya tingkat pertumbuhan output dan pendapatan nasional.
Mengingat konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur penilaian
pertumbuhan ekonomi nasional sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas,
maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus berusaha mempelajari
hakekat dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut. Pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi
ialah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan

pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya
makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain
yaitu

distribusi pendapatan.

Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha

meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi
potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi,
penambahan

pengetahuan,

peningkatan

ketrampilan,

penambahan


kemampuan

berorganisasi dan manajemen.
Banyak Negara berkembang di dunia ini yang sudah berhasil menunjukan
pertumbuhan ekonomi di Negara itu sendiri, tetapi permasalahan dalam Negara itu
sendiri pun masih banyak yang belum terselesaikan, seperti contohnya : pengangguran,
tingkat kelahiran yang sangat tinggi, minimnya tenaga ahli, dan susahnya mendapatkan

tempat untuk bekerja. Keadaan ini pun menjadi sorotan oleh ahli ahli ekonomi dengan
permasalahan “pembangunan bukan lah arti dari pembangunan”
Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi sering kali di kait kan dengan
suatu hal yang sama oleh beberapa ahli ekonomi, tetapi pada dasar nya dua hal itu
berbeda pengertiannya. Dengan ada nya pertumbuhan ekonomi maka akan ada
pembangunan ekonomi itu sendiri dimana dengan pertumbuhan ekonomi itu sendiri
akan memuncul kan pembangunan pembangunan ekonomi.
Perubahan-perubahan

pada

berbagai


sektor

ekonomi

tersebut

akan

mengakibatkan terjadinya pertumbuhan ekonomi, yang ditandai dengan naiknya
produksi nasional, pendapatan nasional, dan pendapatan perkapita. Situasi semacam itu
akan berlangsung secara terus-menerus
Tujuan bernegara suatu bangsa adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakatnya, namun hal tersebut sangat sulit untuk direalisasikan mengingat
beragam persoalan yang dihadapi oleh negara tersebut. Pembangunan ekonomi dewasa
ini pada kenyataannya masih meletakkan peranan Negara/pemerintah dalam proses
pertumbuhan

ekonomi.


Paradigma

pembangunan

ekonomi

yang

meletakkan

Negara/pemerintah dalam merencanakan, dan melaksanakan pembangunan dalam
kenyataannya kurang berhasil, hal ini disebabkan oleh kurangnya kesempatan yang
diberikan kepada rakyat untuk ikut dalam proses pemilihan dan pelaksanaan
pembangunan perekonomian bangsa.Untuk itu pembangunan ekonomi perlu diubah
dalam artian perlu dibangun suatu sistem ekonomi yang mantap, kuat, dan dapat
bertahan yakni dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat
langsung sebagai pelaku-pelaku ekonomi yang dapat meningkatkan perekonomian
nasional.
Pembangunan ekonomi nasional juga tidak lepas dari derasnya arus globalisasi
ekonomi, sekarang ini manusia dengan ide, bakat, IPTEK, beserta barang dan jasa yang

dihasilkan dapat dengan mudah melewati batas Negara. Pergerakan yang relatif bebas
dari manusia, barang dan jasa yang dihasilkan, ternyata bukan hanya telah
menimbulkan saling keterkaitan dan ketergantungan tetapi juga telah menimbulkan
persaingan global yang semakin ketat.

Adanya keterkaitan dan ketergantungan serta persaingan global menyebabkan
hampir semua kehidupan dalam suatu Negara terpengaruh oleh ekonomi internasional.
Dengan kata lain dalam era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini dapat dikatakan
tidak ada lagi Negara yang “autarki”, yaitu Negara yang hidup terisolasi, tanpa
mempunyai hubungan ekonomi, keuangan, maupun perdagangan internasional.
Keseimbangan ekonomi nasional sangat dipengaruhi ekonomi internasional, yaitu
impor (M) sebagai supply dan expor (X) sebagai demand dari luar negeri.
Untuk mengantisipasi derasnya arus globalisasi ekonomi diatas maka yang perlu
disiapkan adalah bagaimana engoptimalkan sumberdaya manusia yang ada. Sumber
daya manusia merupakan salah satu faktor produksi dalam usaha menghasilkan barang
atau jasa oleh satuan-satuan ekonomi. Bahkan menurut Adam Smith bahwa
“Manusialah sebagai factor produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsabangsa”.

Salah


mengembangkan

satu

sektor

sumberdaya

perekonomian

manusia

nasional

yang

dimasa

diharapkan
datang


untuk
adalah

mengarahkan/melibatkan masyarakat agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya
dengan menciptakan lapangan kerja dalam artian berwirausaha.
Untuk mendorong jiwa kewirausahaan atau entrepreneurship berpijak pada
asumsi dan keyakinan bahwa kinerja seseorang atau sekelompok orang merupakan
hasil akhir atau relstante dari tiga unsur yang selalu berinteraksi yaitu: kemauan,
kemampuan, dan kesempatan. Pada umumnya, titik tolak semua keberhasilan termasuk
sebagai wirausaha adalah kemauan, tetapi kemauan tersebut akan berkembang atau
mandeg sesuai dengan dan atau simultan dengan perkembangan kemampuan dan
kesempatan yang tersedia dan atau dapat dimamfaatkan.
1.2 Rumusan Masalah
1.

Apa pengertian pertumbuhan ekonomi ?

2.


Cara menghitung pertumbuhan ekonomi

3.

Indikator perhitungan pertumbuhan ekonomi

4.

Manfaat pertumbuhan ekonomi

5.

Teori Pertumbuhan Ekonomi
a.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis

b. Teori Klasik dan Neo Klasik
6.

Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi

7.

Bagaimana dampak globalisasi ekonomi terhadap proses pembangunan ekonomi ?

8.

Bagaimana peran MSDM yang berorientasi kewirausahaan dalam proses
pembangunan ekonomi ?

9.

Bagaimana peran perguruan tinggi terhadap proses pembangunan ekonomi ?

10.

Bagaimana Pembangunan Ekonomi sebagai prioritas pembangunan nasional?

11.

Bagaimana Strategi Pembangunan ekonomi di Indonesia?

12.

Mengapa industrialisasi dijadikan sebagai alternative?

13.

Mengapa pembangunan ekonomi harus berhasil?

14.

Apa perbedaan dan pesamaan antara Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi?

1.3 Tujuan Penelitian
A.

Memahami Tentang Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi

B.

Mengetahui strategi yang dipakai dalam pembangunan ekonomi di Indonesia

C.

Menjelaskan mengenai Industrialisasi sebagai alternative

D.

Menjelaskan mengenai pembangunan ekonomi yang harus berhasil

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PertumbuhanEkonomi
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi ( Economic Growth ) adalah perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat
bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat
dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan
kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor
produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang
sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan
produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat
dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994;10).
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi
suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap
penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun
sebelumnya. Berkelanjutan pertumbuhan ekonomi harus mengarah standar hidup yang lebih
tinggi nyata dan kerja meningkat.

Menurut Sadono Sukirno (1996: 33), pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output
perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut
merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin
tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat,
meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan.
Simon Kuznet mendefenisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai
“kemampuan negara itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang terus
meningkat bagi penduduknya, pertumbuhan kemampuan ini berdasarkan pada
kemajuan

teknologi

dan

kelembagaan

serta

penyesuaian

ideologi

yang

dibutuhkannya”.
Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat Pertumbuhan Ekonomi


Tingkat Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)



Tingkat Pertumbuhan PNB (Produk Nasional Bruto)

Dalam praktek angka, PNB kurang lazim dipakai, yang lebih populer dipakai adalah PDB,
karena angka PDB hanya melihat batas wilayah,terbatas pada negara yang bersangkutan.


Sumber Kenaikan Perumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDP riil per
kapita. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah nilai pasar
keluaran total sebuah negara, yang merupakan nilai pasar semua barang jadi dan jasa
akhir yang diproduksi selama periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi yang
berlokasi di dalam sebuah negara.
Kenaikan GDP dapat muncul melalui:
1. Kenaikan penawaran tenaga kerja
Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih banyak.
Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja baru cenderung akan kurang
produktif dibandingkan tenaga kerja lama.
2. Kenaikan modal fisik atau sumber daya manusia

Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak disertai oleh
kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik produktivitas tenaga kerja maupun
menyediakan secara langsung jasa yang bernilai. Investasi dalam modal sumber daya
manusia merupakan sumber lain dari pertumbuhan ekonomi.
3. Kenaikan produktivitas
Kenaikan produktivitas masukan menunjukkan setiap unit masukan tertentu memproduksi
lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk
perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala produksi. (Case
dan Fair, 1999;326)

2.1.2 Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi
Untuk dapat mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi, maka harus dipahami terlebih
dahulu apa yang dimaksud dengan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic
Product (GDP).
PDB atau GDP adalah total produksi barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu
wilayah pada periode tertentu, misalnya satu tahun. (Di level provinsi di Indonesia biasanya
disebut Produk Domestik Regional Bruto-PDRB)
PDB jika dibagi dengan jumlah penduduk maka menjadi PDB per kapita. Ukuran ini
lebih spesifik karena memperhitungkan jumlah penduduk serta mencerminkan kesejahteraan
penduduk di suatu tempat.
Ada banyak pendapat mengenai penyebab naik turunnya total produksi barang dan jasa,
namun banyak ahli ekonomi yang setuju akan dua penyebab berikut ini :
(1) Sumber pertumbuhan. Ahli-ahli ekonomi sering merujuk pada tiga sumber pertumbuhan,
yaitu : (a) peningkatan tenaga kerja, (b) peningkatan modal, dan (c) peningkatan
efisiensidimana kedua faktor ini digunakan. Jumlah tenaga kerja dapat meningkat jika pekerja
yang telah tersedia bekerja lebih lama, atau jika ada tambahan tenaga kerja baru. Sedangkan
persediaan modal dapat meningkat jika perusahaan mendorong kapasitas produktifnya
dengan menambah pabrik dan peralatan (investasi). Efisiensi bertambah ketika output yang

lebih dapat diperoleh dari jumlah tenaga kerja dan/atau modal yang sama. Ini sering disebut
sebagai Total Factor Productivity (TFP).
(2) Terjadinya penurunan (downturns) pada ekonomi. Ini menjawab pertanyaan mengapa
output dapat turun atau naik lebih lambat. Secara logika, apapun yang menyebabkan
penurunan pada tenaga kerja, modal, atau TFP akan menyebabkan penurunan pada output
atau setidaknya pada tingkat pertumbuhan output. Misalnya, peristiwa seperti bencana alam,
penyebaran penyakit berbahaya dan kerusuhan.
Lalu bagaimana PDB diukur? Caranya, total nilai berbagai macam barang dan jasa
diagregasikan. Namun karena berton-ton baja tidak mungkin dijumlahkan begitu saja dengan,
misalnya, produksi roti, maka proses agregasi dilakukan berdasarkan nilai uang produksi
barang-barang tersebut. Di Indonesia PDB diukur setiap tiga bulanan dan tahunan oleh Biro
Pusat Statistik (BPS).
Nilai total pendapatan nasional dalam satuan harga sekarang disebut dengan PDB
nominal (PDB atas dasar harga berlaku). Nilainya tentu berubah dari waktu ke waktu, seiring
dengan perubahan kuantitas produksi barang/jasa atau dalam harga dasarnya.
Jika nilai nominal ini dihitung dalam harga yang tetap atau dipatok, didapatlah nilai
PDB riil (PDB atas dasar harga konstan). Untuk menghitung nilai riil tersebut dipilihlah satu
tahun dasar—misalnya tahun 2000. Kemudian, nilai semua barang dan jasa dihitung
berdasarkan harga masing-masing yang berlaku pada tahun tersebut. Karena harga barang
sudah tetap, PDB riil dianggap hanya berubah sesuai dengan adanya perubahan kuantitas
barang/jasa.
Perubahan PDB ini mencerminkan perubahan kuantitas output produksi secara riil.
Inilah yang sehari-hari disebut dengan pertumbuhan ekonomi. Jadi yang disebut sebagai
“pertumbuhan ekonomi” tidak lain mengacu pada peningkatan nilai total barang dan jasa
yang diproduksi dalam sebuah perekonomian.
Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%

g = tingkat pertumbuhan ekonomi
PDBs = PDB riil tahun sekarang
PDBk = PDB riil tahun kemarin
2.1.3 Manfaat Pertumbuhan Ekonomi
Manfaat Pertumbuhan Ekonomi antara lain sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhannya untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan
nasional Pendapatan perkapitanya dipergunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran
penduduk, sebab semakin meningkat pendapatan perkapita dengan kerja konstan
semakin tinggi tingkat kemakmuran penduduk dan juga produktivitasnya.
2. Sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk perencanaan
pembangunan nasional atau sektoral dan regional. Sebagai dasar penentuan prioritas
pemberian bantuan luar negari oleh Bank Dunia atau lembaga internasional lainnya.
Sebagai dasar pembuatan prakiraan bisnis, khususnya persamaan penjualan bagi
perusahaan untuk dasar penyusunan perencanaan produk dan perkembangan sumbur
daya (tenaga kerja dan modal). (Dornbuch, R dan Fischer, S, 1994:649-651).
2.1.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori dibangun berdasarkan pengalaman empiris, sehingga teori dapat dijadikan sebagai dasar
untuk memprediksi dan membuat suatu kebijakan. Terdapat beberapa teori yang
mengungkapkan tentang konsep pertumbuhan ekonomi, secara umum teori tersebut sebagai
berikut:
A. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis
Teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
1. Werner Sombart (1863-1947)

Menurut Werner Sombart pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan:
a.

Masa perekonomian tertutup

Pada masa ini, semua kegiatan manusia hanya semata-mata untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri. Individu atau masyarakat bertindak sebagai produsen sekaligus
konsumen sehingga tidak terjadi pertukaran barang atau jasa. Masa pererokoniam ini
memiliki ciri-ciri:
1.

Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan sendiri

2.

Setiap individu sebagai produsen sekaligus sebagai konsumen

3.

Belum ada pertukaran barang dan jasa

b. Masa kerajinan dan pertukangan
Pada masa ini, kebutuhan manusia semakin meningkat, baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif akibat perkembangan peradaban. Peningkatan kebutuhan
tersebut tidak dapat dipenuhi sendiri sehingga diperlukan pembagian kerja yang sesuai
dengan keahlian masing-masing. Pembagian kerja ini menimbulkan pertukaran barang
dan jasa. Pertukaran barang dan jasa pada masa ini belum didasari oleh tujuan untuk
mencari keuntungan, namun semata-mata untuk saling memenuhi kebutuhan. Masa
kerajinan dan pertukangan memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut:
 Meningkatnya kebutuhan manusia
 Adanya pembagian tugas sesuai dengan keahlian
 Timbulnya pertukaran barang dan jasa
 Pertukaran belum didasari profit motive
c. Masa kapitalis
Pada masa ini muncul kaum pemilik modal (kapitalis). Dalam menjalankan
usahanya kaum kapitalis memerlukan para pekerja (kaum buruh). Produksi yang
dilakukan oleh kaum kapitalis tidak lagi hanya sekedar memenuhi kebutuhanya,
tetapi sudah bertujuan mencari laba. Werner Sombart membagi masa kapitalis
menjadi empat masa sebagai berikut:

c.1 Tingkat prakapitalis
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
1.

Kehidupan masyarakat masih statis

2.

Bersifat kekeluargaan

3.

Bertumpu pada sektor pertanian

4.

Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri

5.

Hidup secara berkelompok

c.2 Tingkat kapitalis
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
1.

Kehidupan masyarakat sudah dinamis

2.

Bersifat individual

3.

Adanya pembagian pekerjaan

4.

Terjadi pertukaran untuk mencari keuntungan

c.3 Tingkat kapitalisme raya
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
1.

Usahanya semata-mata mencari keuntungan

2.

Munculnya kaum kapitalis yang memiliki alat produksi

3.

Produksi dilakukan secara masal dengan alat modern

4.

Perdagangan mengarah kepada ke persaingan monopoli

5.

Dalam masyarakat terdapat dua kelompok yaitu majikan dan buruh

c.4 Tingkat kapitalisme akhir
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu :
1. Munculnya aliran sosialisme
2. Adanya campur tangan pemerintah dalam ekonomi
3. Mengutamakan kepentingan bersama
2. Friedrich List (1789-1846)

Menurut Friendrich List, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi empat
tahap sebagai berikut:
1. Masa berburu dan pengembaraan
2. Masa beternak dan bertani
3. Masa bertani dan kerajinan
4. Masa kerajinan, industri, perdagangan

3. Karl Butcher (1847-1930)

Menurut Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibedakan menjadi empat
tingkatan sebagai berikut:
1. Masa rumah tangga tertutup
2. Rumah tangga kota
3. Rumah tangga bangsa

4. Rumah tangga dunia
4. Walt Whiteman Rostow (1916-1979)

W.W.Rostow mengungkapkan teori pertumbuhan ekonomi dalam bukunya yang bejudul
The Stages of Economic Growth menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian dibagi
menjadi 5 (lima) sebagai berikut:
a.

Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)
1.

Merupakan masyarakat yang mempunyai struktur pekembangan dalam fungsifungsi produksi yang terbatas.

b.

2.

Belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi modern

3.

Terdapat suatu batas tingkat output per kapita yang dapat dicapai

Masyarakat pra kondisi untuk periode lepas landas (the preconditions for take off)
1. Merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi dimana masyarakat sedang berada
dalam proses transisi.
2. Sudah mulai penerapan ilmu pengetahuan modern ke dalam fungsi-fungsi
produksi baru, baik di bidang pertanian maupun di bidang industri.

c.

Periode Lepas Landas (The take off)
1.

Merupakan interval waktu yang diperlukan untuk emndobrak penghalangpenghaang pada pertumbuhan yang berkelanjutan.

2.

Kekuatan-kekuatan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi diperluas

3.

Tingkat investasi yang efektif dan tingkat produksi dapat meningkat

4.

Investasi efektif serta tabungan yang bersifat produktif meningkat atau lebih
dari jumlah pendapatan nasional.

5.

Industri-industri baru berkembang dengan cepat dan industri yang sudah ada
mengalami ekspansi dengan cepat.

d.

Gerak Menuju Kedewasaan (Maturity)
1.

Merupakan perkembangan terus menerus daimana perekonoian tumbuh secaa
teratur serta lapangan usaha bertambah luas dengan penerapan teknologi
modern.

2.

Investasi efektif serta tabungan meningkat dari 10 % hingga 20 % dari
pendapatan nasional dan investasi ini berlangsung secara cepat.

3.

Output dapat melampaui pertamabahn jumlah penduduk

4.

Barang-barang yang dulunya diimpor, kini sudah dapat dihasilkan sendiri.

5.

Tingkat perekonomian menunjukkkan kapasitas bergerak melampau kekuatan
industri pad masa take off dengan penerapan teknologi modern

e.

Tingkat Konsumsi Tinggi (high mass consumption)
1.

Sektor-sektor industri emrupakan sektor yang memimpin (leading sector)
bergerak ke arah produksi barang-barang konsumsi tahan lama dan jasa-jasa.

2.

Pendapatn riil per kapita selalu meningkat sehingga sebagian besar masyarakat
mencapai tingkat konsumsi yang melampaui kebutuhan bahan pangan dasar,
sandang, dan pangan.

3.

Kesempatan kerja penuh sehingga pendapata nasional tinggi.

4.

Pendapatan nasional yang tinggi dapat memenuhi tingkat konsumsi tinggi.

B. Teori Klasik dan Neo Klasik


Teori Klasik
1. Adam Smith

Teori Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya
bertumpu pada adanya pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan
penduduk maka akan terdapat pertambahan output atau hasil. Teori Adam Smith ini
tertuang dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of
the Wealth of Nations.
2. David Ricardo
Ricardo berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin
besar sampai menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah
tenaga kerja melimpah. Kelebihan tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi
turun. Upah tersebut hanya dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup
minimum sehingga perekonomian akan mengalami kemandegan (statonary state).
Teori David Ricardo ini dituangkan dalam bukunya yang berjudul The Principles
of Political and Taxation.


Teori Neoklasik
a.

Robert Solow
Robert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan

rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian
teknologi modern dan hasil atau output. Adapun pertumbuhan penduduk dapat
berdampak positif dan dapat berdampak negatif. Oleh karenanya, menurut Robert
Solow pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif.
b. Harrord Domar
Teori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif, karena
pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal tersebut.
Teori ini juga membahas tentang pendapatan nasional dan kesempatan kerja.
2.1.5 Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:
a. Faktor Sumber Daya Manusia

Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga
dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam
proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada
sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki
kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
b. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam
melaksanakan proses pembangunannya. Namun, sumber daya alam saja tidak
menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh
kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang
tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan
mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

c. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong
adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula
menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak
kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan
ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju
pertumbuhan perekonomian.
d. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi
yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong
proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya
yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas,
jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses
pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.

e. Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal
sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena
barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
2.1.6 Pertumbuhan ekonomi Indonesia
Menurut Subandi (2005), pertumbuhan ekonomi Indonesia dibagi dalam beberapa masa:
1. Masa Orde Lama (1945-1966)
Pada masa ini perekonomian berkembang kurang menggembirakan sebagai
dampak ketidakstabilan kehidupan politik dan seringnya pergantian kabinet.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup menggembirakan dengan laju pertumbuhan 6,9
% pada periode 1952-1958, turun drastis menjadi hanya 1,9% dalam periode 19601965, sementara itu deficit anggaran belanja pemerintah terus meningkat dari tahun
ke tahun. Deficit anggaran terus dibiayai dengan pencetakan uang baru, sehingga
tingkat harga terus membumbung dan mencapai puncaknya pada tahun 1966.
2. Masa Orde Baru
Pada masa peralihan dari orde lama ke orde baru, ditandai dengan kondisi
perekonomian yang tidak menentu, antara lain:
a.

Ketidak mampuan pemerintah untuk memenuhi kewajiban hutang luar negeri
+ US $ 2 miliar

b.

Penerimaan devisa ekspor hanya setengah dari pengeluaran untuk impor
barang dan jasa;

c.

Ketidak mampuan pemerintah mengendalikan anggaran belanja dan
menmungut pajak;

d.

Percepatan laju inflasi mencapai 30-40% perbulan;

e.

Buruknya kondisi prasarana perekonomian.

Secara keseluruhan program ekonomi pemerintah orde baru dibagi menjadi dua
jangka waktu yang saling berkaitan, yaitu program jangka pendek dan program
jangka panjang.
3. Masa Reformasi (1998- sekarang)
Pada masa reformasi ini perekonomian Indonesia ditandai dengan krisis
moneter yang berlanjut menjadi krisis ekonomi. Pada tahun 1977 pertumbuhan
ekonomi 6% dan pada tahun 1998 menjadi 5,5%.
Pada tahun 1999 laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan telah menjadi
positif. Ini menunjukkan pertanda pemulihan ekonomi Indonesia

2.2 Pembangunan Ekonomi
2.2.1 Pengertian dan Definisi Pembangunan Ekonomi
Beberapa definisi tentang pembangunan ekonomi: menurut H.F. Williamson menyatakan
bahwa “Pembangunan ekonomi adalah suatu proses di mana suatu Negara dapat
menggunakan sumber-sumber produksinya sedemikian rupa sehingga dapat memperbesar
produksi perkapita”. Sedangkan menurut Simon Kuznets menyatakan bahwa “Economic
Under Development” antara lain ialah ketidak mampuan untuk menyediakan tingkat
penghidupan yang layak bagi sebagian besar penduduk suatu Negara dan sebagai akibatnya
timbullah kemiskinan dan kemelaratan.
Menurut G.M. Meier & R.E. Baldwin menyatakan bahwa “Pembangunan ekonomi
adalah suatu proses dengan proses mana pendapatan nasional riel (Net National Income)
suatu perekonomian bertambah dalam suatu periode yang lama”. Kenaikan pendapatan yang

tetap artinya: kenaikan pendapatan nasional yang tidak turun tetapi naik secara tetap
(sustained development).
Menurut Prof.Dr. Sumitro Djoyohadikusumo menyatakan bahwa “pembangunan
ekonomi adalah bagaimana cara menaikkan pendapatan serta produktiviteit perkapita dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya.
Menurut Schumpeter, perkembangan adalah perubahan spontan dan terputus-putus dalam
keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada
sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan
mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan
ekonomi adalah cara yang digunakan oleh suatu Negara untuk meningkatkan pendapatan
perkapita yang selanjutnya meningkatkan pendapatan nasional.
2.2.2

Pembangunan Ekonomi sebagai Prioritas Pembangunan Nasional

Ketika berbagai negara baru memperoleh kembali kemerdekaannya, apakah melalui
perang kemerdekaan atau melalui jalan damai di meja perundingan, kemerdekaan tersebut
bukan hanya menyangkut bidang politik, akan tetapi juga dalam bidang-bidang kehidupan
dan penghidupan yang lain. Salah satu implikasi dari persepsi demikian ialah bahwa suatu
negara, bangsa bebas untuk menentukan dan memilih sendiri cara-cara yang ingin
ditempuhnya dalam upaya mencapai tujuan negara, bangsa yang bersangkutan.
Terlepas dari cara dan pendekatan yang dilakukan, berbagai tindakan yang diambil,
termasuk kebijaksanaan dan prioritas pembangunannya dimaksudkan untuk meningkatkan
kesejahteraan seluruh warga masyarakat. Itulah sebabnya berkembang pandangan yang
mengatakan bahwa suatu negara modern merupakan suatu negara kesejahteraan (welfare
state). Meskipun di banyak negara industri maju konsep “negara kesejahteraan tidak lagi
menonjol seperti halnya di masa-masa lalu karena biaya yang sangat besar yang harus
dikeluarkan oleh pemerintah untuk menjamin tingkat kesejahteraan yang tinggi bagi para
warganya, kiranya masih relevan menekankan bahwa bagi negara-negara yang tergolong
miskin dan sedang membangun konsep tersebut masih wajar untuk diwujudkan dan
mekanisme
pembangunan.

untuk mencapai tujuan itu ialah dengan melakukan berbagai kegiatan

Siapapun akan mengakui bahwa pembangunan merupakan kegiatan yang rumit karena
sifatnya multifaset dan multidimensional. Karakteristik demikian merupakan tuntutan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Itulah sebabnya bidang-bidang yang menjadi “objek”
pembangunan termasuk bidang politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan, sosial budaya,
pendidikan, ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dan administrasi pemerintahan negara.
Akan tetapi karena berbagai faktor keterbatasan yang dihadapi oleh suatu negara bangsa
seperti keterbatasan dana, keterbatasan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pembangunan, keterbatasan daya, dan keterbatasan
waktu pada umumnya suatu negara dihadapkan pada keharusan untuk menentukan skala
prioritas pembangunannya. Kemampuan yang dimiliki tidak memungkinkan penyelenggaraan
pembangunan dilakukan secara simultan dengan intensitas yang sama.
Tuntutan dalam penentuan prioritas dalam pembangunan bagi negara-negara yang sedang
membangun pada umumnya menunjuk pada pembangunan di bidang ekonomi. Tuntutan
demikian mudah dipahami dan diterima karena memang kenyataan menunjukan bahwa
keterbelakangan negara-negara tersebut paling terlihat dalam bidang ekonomi. Seperti
dimaklumi, berbagai ciri negara terbelakang atau sedang berkembang dalam bidang ekonomi
antara lain ialah :
1.

Banyaknya rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan absolut. Memang benar bahwa
berbagai negara menggunakan kriteria yang berbeda-beda tentang batas garis kemiskinan
tersebut. Ada yang menggunakan pendapatan perkapita penduduk. Ada yang menggunakan
konsumsi kalori 2000 unit dan protein 50 gram perhari sebagai tolak ukur yang kemudian
diterjemahkan ke uang. Dewasa ini makin banyak negara yang menggunakan kriteria Bank
Dunia sebagai patokan, yaitu apabila seseorang berpenghasilan sampai dengan $300 Amerika
Serikat setiap tahunnya, yang bersangkutan dikategorikan sebagai orang yang hidup dibawah

2.

garis kemiskinan.
Di pihak lain, terdapat sejumlah kecil warga negara yang dengan standar internasional
sekalipun tergolong sebagai orang yang kaya raya, terutama mereka yang menjadi usahawan
pada tingkat konglomerat bahkan ada diantaranya yang menguasai perusahaan yang bersifat
oligopoly. Kesenjangan antara orang-orang berada seperti itu dengan warga masyarakat yang
tergolong miskin sangat besar. Kesenjangan tersebut mengundang “bibit” kecemburuan sosial
yang tidak mustahil menjurus kepada keresahan bahkan terganggunya ketertiban dan
keamanan umum.

3.

Produk Domestik Kotor (Gross Domestic Product) yang rendah antara lain disebabkan oleh
produktivitas nasional yang rendah sebagai salah satu konsekuensi dari sumber daya manusia

4.

yang tidak terampil.
Tingkat pendidikan rakyat yang belum tinggi dan bahkan banyak diantara penduduk yang
masih buta aksara. Seperti dimaklumi, jika pendidikan rata-rata warga masyarakat dalam
suatu negara adalah lulusan Sekolah Dasar, negara tersebut digolongkan sebagai negara
terbelakang. Jika pendidikan warga sudah mencapai lulusan sekolah menengah pertama,
negara dikategorikan sebagai negara berkembang. Suatu negara disebut negara maju apabila
pendidikan rata-rata para warganya sudah mencapai lulusan sekolah menengah atas.
Meskipun pendidikan merupakan bidang diluar ekonomi, hal ini perlu diperhatikan, berkaitan

langsung dengan tersedia tidaknya tenaga kerja yang terampil
5.
Perekonomian yang masih bersifat tradisional, dalam arti berkisar pada kegiatan pertanian.
Tingkat produktivitas pertanianpun pada umumnya rendah antara lain karena :
a) Teknik bertani yang sudah using
b)
Penggunaan pupuk, insektisida, dan pestisida yang rendah, baik karena para petani
yang tidak mengetahui cara-cara menggunakannya dengan tepat maupun karena
ketidakmampuan para petani untuk membelinya.
c)
Rendahnya pengetahuan para petani tentang pertanian modern sehingga mereka sering
“terpukau” hanya pada satu jenis komoditi tertentu seperti padi dan belum memahami
6.

pentingnya tekhnik yang lebih mutakhir seperti diversifikasi dan intensifikasi.
Kegiatan perekonomian lainnya, seperti perikanan, peternakan, holtikultura, sering hanya

7.

berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri dan tidak ditujukan pada kebutuhan pasar.
Alhasil, kalaupun ada komoditi yang dihasilkan untuk dijual kepasaran, termasuk untuk
diekspor, bentuknya masih berupa bahan mentah dan bukan berupa produk jadi. Salah satu
faktor penyebabnya ialah tidak dikuasainya tekhnik-tekhnik pengolahan mutakhir yang dapat

8.

meningkatkan nilai tambah produk tersebut
Infrastruktur yang mutlak diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi seperti jalan, sarana
transportasi dan sarana komunikasi yang tidak memadai. Kondisi prasarana yang ada pun

sering pada kondisi tidak atau kurang terpelihara.
9.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan sering tidak terkendali seperti dikatakan seorang
pakar ekonomi bahwa “Di negara-negara terbelakang yang kaya makin kaya dan yang
miskin dapat anak” juga karena prevalennya pandangan bahwa kekayaan seseorang diukir
dari jumlah anaknya. Pertumbuhan penduduk yang tinggi itu juga terjadi karena keluarga
yang tidak mampu ingin mempunyai banyak anggota keluarga yang ikut serta dalam mencari
nafkah keluarga.
10. Tingkat kewirausahaan yang rendah yang antara lain disebabkan oleh beberapa faktor
seperti :

a)

Menjadi pegawai terutama di pemerintahan diapandang sebagai profesi yang jauh lebih

terhormat ketimbang menjadi “pedagang”
b) Tidak adanya modal dan sulitnya memperoleh kredit
c)
Keengganan mengambil risiko
d) Lokus of control yang bersifat eksternal dalam arti terdapatnya persepsi bahwa “nasib
seseorang tidak berada di tangan sendiri melainkan ada kekuatan diluar dirinya yang
mengaturnya”
e)
Tidak dimilikinya kemahiran dalam berbagai fungsi manajerial seperti produksi,
pemasaran, promosi, dan keuangan
Dengan perkataan lain, penduduk miskin di negara-negara terbelakang dihadapkan
kepada “lingkaran setan” yang mengandung komponen sebagai berikut :
1.

Pendapatan perkapita yang rendah

2.

Yang berakibat pada ketidakmampuan menabung

3.

Yang pada gilirannya berakibat pada tidak terjadinya pembentukan modal (no
capital formation)

4.

Tidak terjadinya pemupukan modal berarti tidak adanya investasi

5.

Tidak adanya investasi, berarti tidak terjadinya perluasan usaha

6.

Tidak adanya perluasan usaha berarti makin sempitnya kesempatan kerja

7.

Sempitnya kesempatan kerja, berarti tingginya tingkat pengangguran

8.

Pengangguran berarti tidak adanya penghasilan

9.

Tidak adanya penghasilan berakibat pada tidak bergesernya posisi seseorang
dibawah garis kemiskinan

Situasi seperti ini yang dihadapi oleh sebagian besar warga negara secara individual pasti
tercermin pada perekonomian secara makro atau pada tingkat nasional.
2.2.3

Strategi Pembangunan Ekonomi

Kiranya mudah untuk menerima pendapat bahwa tidak ada satu pun strategi
pembangunan ekonomi yang cocok digunakan oleh semua negara berkembang yang ingin
meningkatkan kesejahteraan materiil para warganya. Dikatakan demikian karena strategi
yang mungkin dan tepat ditempuh dipengaruhi oleh banyak faktor seperti : (a) persepsi para
pengambil keputusan tentang prioritas pembangunan yang berkaitan dengan slfat
keterbelakangan yang dihadapi oleh masyarakat, (b) luasnya wilayah kekuasaan negara, (c)
jumlah penduduk, (d) tingkat pendidikan masyarakat, (e) topografi wilayah kekuasaan negara
—apakah negara kepulauan atau daratan (landlocked country)—, (f) jenis dan jumlah

kekayaan alam yang dimiliki, dan (g) sistem politik yang berlaku di negara yang
bersangkutan.
Berbeda halnya dengan beberapa dekade yang lalu, dewasa ini kategorisasi negaranegara terbelakang dan sedang membangun sudah berbeda berkat pembangunan ekonomi
yang telah dilaksanakan selama ini, Kategorisasi dimaksud ialah: (1) Negara-negara
terbelakang yang masih ditandai oleh perekonomian yang agraris sifatnya. (2) Sebaliknya
negara-negara yang sedang berkembang ada yang sudah mulai melakukan industrialisasi
meskipun baru pada tahap permulaan dengan objek-objek yang masih saugat terbatas seperti
di bidang agrobisnis. (3) Befaerapa negara sudah digolongkan sebagai "Newly Industrializing
Countries "—NIC s—karena tahap industrialisasinya sudah demikian jauh sehingga banyak
sektor perekonomian yang sudah menerapkan teknologi tinggi. Di Benua Asia, khususnya,
negara-negara tersebut terakhir ini adakalanya dikenal dengan istilah "Macan Asia" seperti
Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Dengan

menyimak

kategorisasi

seperti

dikemukakan

di

atas

dan

dengan

memperhitungkan faktor-faktor yang dihadapi, dapat disimpulkan adanya dua bentuk strategi
pembangunan yang biasa ditempuh oleh negara-negara sedang berkembang ialah modernisasi
pertanian dan industrialisasi.
Modernisasi Pertanian. Pentingnya modernisasi pertanian harus dipandang paling sedikit
dari dua sisi. Sisi yang pertama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam negeri sendiri,
terutama bahan pangan. Sisi kedua menyangkut penumbuhan dan pengembangan agrobisnis
yang menghasilkan berbagai komiditi untuk ekspor.
Mengenai sisi yang pertama —yaitu pemuasan kebutuhan dalam negeri sendiri— dapat
dikemukakan hal-hal sebagai berikut: Yang ingin dihilangkan ialah ketergantungan suatu
negara kepada negara-negara lain untuk memenuhi berbagai jenis kebutuhannya.
Menghilangkan segala bentuk ketergantungan merupakan sasaran yang sangat penting karena
apabila tidak, akibatnya dalam berbagai bidang lain seperti bidang politik, persenjataan,
pinjaman luar negeri, teknologi, dan berbagai bidang lain pasti immcul. Dalam kaitan itulah
mengapa sebagian besar negara-negara terbelakang dan sedang membangun pernah
terlibat dengan apa yang dikenal sebagai "revolusi hijau" (green revolution). Seperti
dimaklumi, revolusi hijau pada dasarnya bertitik tolak dari dan berorientasi pada peningkatan
produksi bahan pangan. Semangat tinggi untuk terlibat dalam revolusi ini didorong oleh
keinginan

kuat

dari

negara-negara

tersebut

untuk

paling

sedikit

mengurangi

ketergantungannya pada negara-negara lain untuk penyediaan bahan pokok tersebut dengan
sasaran akhir swasembada. Hasilnya memang sangat menggembirakan bahkan dapat

dikatakan mengaguinkan. Ada beberapa negara yang demikian suksesnya melaksanakan
revolusi tersebut sehingga negara-negara yang tadinya harus mengimpor sebagian bahan
pangan yang dibutuhkannya, dapat mencukupi kebutuhannya dan bahkan ada yang sudah
mampu mengekspornya ke negara lain. Akan tetapi meskipun demikian, masalah yang
dihadapi di sektor pertanian cukup banyak dan rumit.
Telah pernah disinggung bahwa struktur perekonomian dari negara-negara terbelakang
bersifat agraris sentris. Hal ini berarti bahwa sebagian besar penduduk adalah masyarakat tani
yang pada umumnya tinggal di daerah pedesaan. Telah dicatat pula bahwa sebagian petani
tersebut masih menggunakan cara-cara bertani yang tradisional karena cara-cara itulah yang
sudah mereka kuasai dan diwarisinya secara turun-temurun dari nenek inoyang mereka. Caracara demikian terbukti tidak produktif antara lain karena (a) bibit yang digunakan tidak tinggi
mutunya, (b) cara mengolah tanah yang kurang baik, (c) sistem irigasi yang tidak memadai,
(d) penggunaan pupuk yang terbatas pada pupuk alami, (e) kurangnya penggunaan insektisida
dan pestisida untuk memberantas hama, dan (f) kegiatan pasca panen yang berakibat pada
tidak sedikitnya hasil produksi yang terbuang.
Faktor-faktor itulah yang menuntut harus terjadinya modernisasi pertanian. Dalam kaitan
ini hams ditekankan bahwa hambatan yang sering dihadapi dalam modernisasi pertanian
bukan semata-mata masalah penguasaan teknik bertani secara mutakhir. Bukan pula hanya
karena kemampuan ekonomi yang rendah. Yang jauh lebih penting untuk mendapat perhatian
ialah menemukan cara yang paling lepat untuk merubah sikap mental dari para petani
tersebut.
Para pakar pertanian sering mengemukakan paling sedikit tujuh hal yang harus menjadi
perhatian dalam upaya modernisasi pertanian.
Pcrtama: Memperkenalkan cara bertani yang modern seperti penggunaan mesin-mesin
yang sesuai dengan topografi wilayah pertanian tertentu. Misalnya traktor dalam pengolahan
tanah, alat penuai masinal, dan alat penyemprot hama. Hal'ini sering dikenal dengan istilah
mekanisasi pertanian.
Kedua: Menggunakan bibit unggul yang telah dikembangkan melalui penelitian yang
dilakukan oleh para peneliti pertanian dan telah terbukti membuahkan hasil yang jauh lebih
inemuaskan dibandingkan dengan bibit yang selama ini dikenal oleh para petani. Pada dekade
enam puluhan dan tujuh puluhan, misalnya, di sektor pertanian padi, ditemukan dan
dikembangkan PB5 dan PB8 oleh "International Rice Research Institute" di Los Banos,
Filipina yang ternyata menghasilkan padi dalam jumlah yang jauh lebih besar per hektar
dibandingkan dengan bibit-bibit yang biasa digunakan oleh para petani di berbagai negara

Asia. Dewasa ini upaya untuk menemukan dan mengembangkan varietas unggul lain terus
berlanjut sebagai bagian dari revolusi hijau tersebut di muka yang memungkinkan hasil
pertanian lebih besar lagi.
Ketiga: Penggunaan insektisida dan pestisida untuk memberantas hama yang sering
merusak tanaman dan pada gilirannya menurunkan produksi hasil pertanian. Ternyata
melakukannya jauh lebih sulit daripada membicarakan. Para petani di negara-negara agraris
menghadapi paling sedikit tiga jenis masalah dalam kaitan ini, yaitu: (a) kemampuan
ekonomi yang rendah yang tidak memungkinkan mereka untuk secara mudah menyisihkan
dana untuk membeli obat-obat tersebut dan oleh karena itulah pemerintah di berbagai negara
berkembang memberikan subsidi kepada para petani, (b) para petani sering kurang
pengetahuan tentang manfaat penggunaan dan pemerintah berusaha untuk menyediakan
tenaga-tenaga penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani
tersebut, dan (c) juga ternyata bahwa hasil pertanian menjadi terkontarainasi dengan bahanbahan pemberantas hama yang pasti tidak baik untuk kesehatan manusia.
Keempat: Penggunaan sistem irigasi yang lebih baik agar tanaman meinperoleh air yang
diperlukannya untuk tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang diharapkan. Masalah
irigasi pun bukanlah sesuatu yang mudah untuk diatasi. Masalah irigasi bukanlah masalah
yang berdiri sendiri akan tetapi berkaitan dengan masalah erosi, penebangan kayu di hutan
secara tidak bertanggung jawab, berkembang pesatnya penduduk yang memerlukan lebih
banyak lahan untuk pemukiman dan bahkan juga "terambilnya" tanah pertanian yang
produktif untuk kepentingan industri, bahkan juga untuk kegiatan olahraga kaum mapan
seperti golf, Akan tetapi terlepas dari itu, sistem irigasi tetap merupakan aspek penting dari
modernisasi pertanian.
Kelima: Penggunaan pupuk yang lebih intensif. Berbagai jenis pupuk, termasuk pupuk
kimiawi dan pupuk alam, diperlukan baik untuk kepentingan mempertahankan kesuburan
tanah maupun untuk meningkatkannya. Masalah kemampuan ekonomi dan sikap timbul lagi
dalam hal ini seperti tampak pada segi-segi lain dari modernisasi pertanian.
Keenam: Intensifikasi pertanian. Jika hal-hal yang telah disinggung di muka terlaksana
dengan baik, salah satu hasilnya ialah dimungkinkannya intensifikasi. Pada, dasarnya
intensifikasi berarti pertanian yang meningkatkan produktivitas tanah —per hektar misalnya
—• dengan tetap menanam satu jenis tanaman andalan tertentu, apakah itu tanaman pangan
untuk konsumsi dalam negeri atau tanaman lain untuk diekspor.
Ketujuh: Diversifikasi dan ekstensifikasi. Kiranya telah umum diketahui bahwa yang
dimaksud dengan diversifikasi dan ekstensifikasi pertanian ialah upaya yang sistematik untuk

menganekaragamkan jenis-jenis tanaman pertanian dan tidak terpukau hanya pada satu
tanaman andalan. Sasarannya pun ber-macam-macam seperti penyuburan tanah, peningkatan
produktivitas, dan peningkatan penghasilan para petani.
Di muka telah disinggung bahwa masalah modernisasi pertanian tidak hanya berkisar
pada posisi ekonomi para petani yang rendah yang tidak serta merta memungkinkan mereka
menggunakan pupuk,, obat hama, dan mekanisasi pertanian. Masalah-masalah tersebut
memang merupakan masalah nyata. Akan tetapi tidak kalah pentingnya ialah mengatasi
masalah rendahnya pengetahuan dan keterampilan pertanian modern, yang pada umumnya
mengarah kepada masalah sikap mental yang berkisar pada kecenderungan menolak
perubahan. Empat masalah yang tampaknya menonjol ialah:
1. Masalah tradisi dan adat istiadat yang demikian mengakarnya sehingga menjadi
penghalang bagi peningkatan produktivitas pertanian. Yang dimaksud ialah bahwa
pada umumnya di negara-negara terbelakang dan sedang membangun, tanah milik
seseorang dipandang sebagai wujud kekayaan dan simbol status yang sangat penting.
Demikian pentingnya status tanah sebagai wujud kekayaan seseorang sehingga suatu
keluarga akan berupaya keras agar tanah yang dimilikinya jangan sampai berkurang
dan bahkan jika mungkin bertambah. Orang tua tidak akan puas jika tidak
mewariskan sebidang tanah kepada anaknya yang sudah menikah. Memang luas tanah
milik seseorang akan kecil karena orang tua mewariskan tanah miliknya kepada
semua anak-anaknya. Berkurangnya luas tanah yang dimiliki dianggap sebagai hal
yang wajar. Akan tetapi terdapat satu implikasi pewarisan tanah yang tidak
menguntungkan bagi modernisasi pertanian, yaitu sulitnya melakukan mekanisasi
pertanian yang merupakan salah satu sebab turunnya produktivitas pertanian.
2. Harus diakui bahwa hasil pertanian —temiasuk hasil perkebunan, perikanan, dan
peternakan— untuk ekspor dari negara-negara terbelakang dan sedang membangun
sebagian besar merupakan komoditi lemah dalam pasaran internasional dan sering
tidak mampu bersaing dengan negara-negara maju yang juga mengekspor produk
pertaniannya. Misalnya, dengan ditemukannya karet sintesis, karet alam menghadapi
persaingan yang sangat berat di pasaran internasional. Demikian juga halnya dengan
kopra dan kelapa sawit (Crude Palm Oil —CPO) yang merupakan bahan baku utama
untuk berbagai jenis produk jadi seperti minyak goreng, mentega, sabun, dan lainlain, Seperti dimaklumi, kini terdapat bahan baku substitusi untuk membuat produk-

produk tersebut. Untuk minyak goreng dan mentega, misalnya, kacang-kacangan dan
biji-bijian makin banyak digunakan. Produknya bahkan makin disukai banyak orang
karena kandungan lexnak dan kolesterol yang lebih rendah ketimbang kopra d.an
kelapa sawit. Sabun pun makin banyak berupa detergen. Oleh karena itu, meskipun
secara kuantitatif para petani dapat meningkatkan produktivitasnya, tidak . dengan
sendirinya berakibat pada peningkatan penghasilan riil para petani. Mereka
dihadapkan kepada masalah peningkatan mutu dan pengetahuan tentang pemasaran
karena hanya dengan demikianlah produk tersebut dapat dipasarkan, baik di dalam
negeri dalam rangka swasembada mau-pun untuk kepentingan ekspor.
3. Kalaupun para petani bersedia untuk merubah sikap dan caranya bertani, mereka
menghadapi kendala dalam bentuk ketidakadaan modal yang diperlukan untuk
modernisasi pertanian. Memang benar di berbagai negara terda