ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUN

Jurnal Adminika Volume 1. No. 2, Juli – Desember 2015

ISSN : 2442-3343

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DU
PONT DAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PRIMER KOPERASI PRODUSEN
TAHU TEMPE INDONESIA (PRIMKOPTI) MURA KOTA LUBUKLINGGAU

Oleh :
Herman Paleni
Dosen Tetap Jurusan Manajemen STIE MURA Lubuklinggau
Email : ermanygy@gmail.com

Abstrak
Analisis Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Metode DuPont Dan Model Altman
Z-Score Pada Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (PRIMKOPTI) MURA
Kota Lubuklinggau, dilandaskan pada laporan keuangan yang cenderung mengalami
penurunan karena rendahnya tingkat penjualan, memberikan ruang untuk dapat
memberikan saran dan bertujuan untuk mengetahui Laporan Keuangan dengan Metode Du
Pont dan Model Altman Z-Score pada Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia
(PRIMKOPTI) MURA Kota Lubuklinggau. Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu observasi dan dokumentas, data berupa data sekunder sedangkan
metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik analisis Du Pont untuk
menentukan Return On Investment (ROI), hasil penelitian menunjukkan laporan keuangan
pada periode tahun 2008 ROI berada pada saat tertinggi 0,049%, pada periode tahun 2009
yaitu 0,047%, 2010 yaitu 0,037%, dan tahun periode 2011 yaitu 0,012% RIO mengalami
penurunan, kemudian periode tahun 2012 kembali mengalami peningkatan dengan ROI
yang diperoleh yaitu 0,025%. Kemudian menggunakan model Altman Z-Score, hasil
penelitian menunjukkan laporan keuangan pada periode tahun 2008 dalam keadaan
sehat/baik dengan ditandai dengan perolehan Z-Score 2,70 > 2,60. Pada periode tahun
2009 Z-Score diperoleh yaitu 2,55, pada periode tahun 2010 Z-Score diperoleh yaitu 2,15,
pada periode tahun 2011 Z-Score yang diperoleh yaitu 1,61 yang menunjukkan hasil ZScore mengalami penurunan, Primkopti dalam wilayah abu-abu. Hingga periode tahun
2012 dengan hasil Z-Score diperoleh 2,35 menunjukkan Z-Score sedikit meningkat dari
tahun 2011 dan masih dalam keadan abu-abu karena Z yang dicapai masih pada 1,70.
Kata Kunci : Analisis Laporan Keuangan, Metode Du Pont, Model Altman Z-Score

tentang akuntansi akan membantu dalam
mengelola financial perusahaan. Kondisi
keuangan perusahaan dapat diketahui dari
laporan keuangan perusahaan. Pada
umumnya

masyarakat
mengukur
keberhasilan
suatu
perusahaan

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perkembangan dunia ekonomi yang
semakin
cepat
menuntut
suatu
pengelolaan perusahaan yang baik. Bagi
pihak manajemen, pengetahuan yang baik

70

Jurnal Adminika Volume 1. No. 2, Juli – Desember 2015


berdasarkan laporan keuangan yang dapat
disajikan secara teratur setiap periodenya.
Media yang dipakai untuk melihat
kondisi kesehatan perusahaan adalah
laporan keuangan. Laporan keuangan
yang terdiri dari neraca, dan laba/rugi.
Menganalisis laporan keuangan berarti
menggali lebih banyak informasi yang
dikandung suatu laporan keuangan.
Untuk dapat meperoleh gambaran tentang
perkembangan
keuangan
suatu
perusahaan
perlulah
mengadakan
interpretasi atau analisa terhadap data
keuangan dari suatu perusahaan. Analisis
laporan keuangan perusahaan dapat
menjadi gambaran perusahaan tersebut

dalam keadaan baik/sehat atau tidak
baik/tidak sehat. Melalui analisis laporan
keuangan
dapat
mengetahui
perkembangan perusahaan dimasa yang
akan datang.
Koperasi Primer Produsen Tahu
Tempe Indonesia (Primkopti) Musi
Rawas Kota Lubuklinggau merupakan
organisasi
sosial
ekonomi
yang
beranggotakan pengrajin pengolah bahan
makanan kedelai dan merupakan usaha
bersama atas azas kekeluargaan yang
bertujuan bagi kesejateraan anggota serta
kepentingan masyarakat dan kepentingan
negara. Adapun usaha Primkopti kota

lubuklinggau meliputi pengolahan dan
penyaluran kacang kedele, pengadaan
dan penyaluran tepung tahu, pengadaan
dan penyaluran ragi tempe.
Primkopti Mura Kota Lubuklinggau
selalu berupaya untuk melakukan cara
untuk meningkatkan kinerja operasional
secara efektif dan efesien, terutama
kinerja keuangan perusahaanya. Dalam
menjalankan usahanya, primkopti tidak
melakukan analisis terhadap laporan
keuangan yang dimilikinya. Sehingga
pengurus atau pemilik belum mengetahui
secara detail mengenai keadaan laporan
keuangan yang sesungguhnya.

ISSN : 2442-3343

Melalui observasi yang dilakukan oleh
penulis lebih jauh lagi pada Primkopti,

jika dilihat dari sisi penjualan Primkopti.
Pada periode tahun 2008 penjualan
sebesar Rp. 4.165.892.125,- dan pada
periode
tahun
2009
mengalami
penurunan menjadi Rp. 4.085.681.840,dan pada periode tahun 2010 juga
mengalami penurunan menjadi Rp.
2.883.159.650,- . Terjadinya peningkatan
kembali pada periode tahun 2011 jumlah
penjualan sebesar Rp. 4.363.966.700,dan pada periode tahun 2012 penjualan
juga mengalami sedikit peningkatan
menjadi Rp. 4.388.829.765,-.
Jika dilihat dari tabel, total aktiva
Primkopti
cenderung
mengalami
peningkatan. Pada periode tahun 2008
sampai dengan periode tahun 2011. Jika

dilihat
dari
perbandingan
antara
penjualan dan total aktiva, yang mana
jumlah total aktiva selalu lebih besar
dibandingkan dengan penjualan yang
terjadi. Keadaan ini menunjukkan bahwa
Primkopti belum memanfaatkan aktiva
secara efektif dan efesien dalam
menghasilkan laba yang maksimal.
Begitu pula dengan total biaya yang juga
bergantung pada sektor penjualan, total
biaya mengalami peningkatan pada
periode tahun 2010 ke periode tahun
2011.
Selain itu jika dilihat dari tabel, SHU
Bruto Primkopti pada periode tahun 2008
sebesar Rp. 116.168.975,- dan pada
periode

tahun
2009
mengalami
penurunan menjadi Rp. 110.247.850.-.
Hingga pada tahun 2010 dan 2011. Pada
periode tahun 2012 SHU Bruto Primkopti
mengalami peningkatan dari tahun
periode 2011 yaitu sebesar Rp.
95.874.635. Terjadinya penurunan pada
SHU Bruto Primkopti menyebabkan
terjadinya penurunan pula pada SHU
Netto Primkopti yang mana pada periode
tahun 2008 sebesar Rp. 30.553.740,- dan
pada periode tahun 2009 mengalami

71

Jurnal Adminika Volume 1. No. 2, Juli – Desember 2015

penurunan menjadi Rp. 28.530.732,hingga pada periode tahun 2011 dan pada

periode tahun 2012 SHU Netto
mengalami peningkatan dari tahun 2011
yaitu menjadi Rp. 16.407.976.
Setiap perusahaan tentu ingin berusaha
untuk meningkatkan hasil lebih baik,
sehingga dapat menjaga kondisi usaha
yang dijalankan dalam keadaan sehat,
terus berkembang dan bahkan mampu
bertahan dimasa yang akan datang.
Namun tidak dapat dipungkiri pasang
surut dalam menjalankan usaha pasti
dilalui apalagi ditambah dengan dunia
persaingan juga semakin menjulang
tajam. Jika Primkopti tidak mampu
melakukkan perubahan untuk kedepan
tentu usaha yang ada akan mengalami
permasalahan
yang
cukup
mengkhawatirkan.

Dengan melakukan perubahan, baik
dari sisi penjualan hingga pada beberapa
elemen yang lain yang ikut berperan
penting juga perlu diperbaiki akan
menjadikan perusahaan bermental baja.
Sehingga Primkopti dapat mewujudkan
tujuannya dan dapat memaksimalkan
perusahaannya kedepan lebih baik lagi
dan mampu memperoleh keuntungan
yang tinggi guna menjaga kesehatan
usahanya. Dari latar belakang di atas oleh
sebab itu, penulis tertarik untuk
mengetahui laporan keuangan Primkopti
maka peneliti perlu mengetahuinya
melalui penggunaan pendekatan metode
Du Pont untuk menentukan ROI dan ZScore untuk menentukan kesehatan
perusahaan, sehingga judul dalam
penelitian ini adalah “Analisis Laporan
Keuangan Menggunakan Metode Du
Pont dan Model Altman Z-Score pada

Primer Koperasi Produsen Tahu
Tempe
Indonesia
(PRIMKOPTI)
Mura Kota Lubuklinggau”.

ISSN : 2442-3343

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian
dalam
latarbelakang masalah, maka penulis
merumuskan masalah Bagaimanakah
Laporan Keuangan Primer Koperasi
Produsen Tahu Tempe Indonesia
(PRIMKOPTI) Mura Kota Lubuklinggau
Dengan Menggunakan Metode Du Pont
dan Model Altman Z-Score ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui Laporan
Keuangan Primer Koperasi Produsen
Tahu Tempe Indonesia (PRIMKOPTI)
Mura Kota Lubuklinggau Dengan
Menggunakan Metode Du Pont dan
Model Altman Z-Score.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh
dari penelitian ini adalah :
1. Menambah
pengetahuan,
dan
wawasan bagi penulis
2. Untuk mengetahui kondisi keuangan
Primer Koperasi Produsen Tahu
Tempe Indonesia (PRIMKOPTI)
Mura Kota Lubuklinggau.
3. Sebagai masukkan bagi Primer
Koperasi Produsen Tahu Tempe
Indonesia (PRIMKOPTI) Mura Kota
Lubuklinggau.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Agnes Sawir (2005, h.2)
menyatakan
laporan
keuangan
merupakan media yang dapat dipakai
untuk meneliti kondisi kesehatan
perusahaan adalah laporan keuangan
yang terdiri dari neraca, laporan labarugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan
laporan posisi keuangan. Sedangkan
menurut
Harmono
(2009,
h.35)
menyatakan laporan keuangan yaitu
menggambarkan dampak keuangan dari

72

Jurnal Adminika Volume 1. No. 2, Juli – Desember 2015

transaksi dan peristiwa lain yang
diklasifikasi dalam beberapa kelompok
besar menurut karakteristik ekonominya.
Selanjutnya menurut Sutrisno (2009, h.9)
menyatakan
laporan
keuangan
merupakan hasil akhir dari proses
akuntansi yang meliputi dua laporan
utama yaitu Neraca dan Laporan
Laba/Rugi.

ISSN : 2442-3343

Rasio profitabilitas, rasio leverage, dan
rasio efesiensi.
2.4 Perhitungan Metode Du Pont
Berikut ini merupakan uraian rumus –
rumus Du Pont adalah sebagai berikut :
1. Return On Investment (ROI)
Menurut Kasmir (2012, h.201)
menyatakan, Return On Investment
(ROI)
merupakan
rasio
yang
menunjukkan hasil (Return) atas
jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. ROI juga merupakan
suatu ukuran tentang efektivitas
manajemen
dalam
mengelola
aktivanya.
2. Margin Laba Bersih
Menurut Kasmir (2012, h.199-200)
menyatakan, Margin laba bersih
merupakan ukuran keuntungan dengan
membandingkan antara laba setelah
bunga dan pajak dibandingkan dengan
penjualan.
3. Perputaran Total Asset (Total Asset
Turn Over)
Menurut Kasmir (2012, h.185-186)
menyatakan, Total Asset Turn Over
merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur perputaran semua
aktiva yang dimiliki perusahaan dan
mengukur berapa jumlah penjualan
yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
4. Pendapatan Bersih
Pendapatan
bersih
merupakan
keutungan bersih perusahaan yang
diperoleh perusahaan setelah dikurangi
harga pokok penjualan, biaya operasi,
bunga dan pajak penghasilan

2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut standar akuntansi keuangan,
tujuan laporan keuangan adalah sebagai
berikut :
1. Menyediakan
informasi
yang
meyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan disusun untuk
memenuhi kebutuhan bersama oleh
sebagian besar pemakainya, yang
secara
umum
menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian masa
lalu.
3. Laporan keuangan juga menunjukkan
apa yang dilakukan manajemen atau
pertangung jawaban manjemen atas
sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. (Agnes Sawir 2005, h.2)
2.3 Pengertian Metode Du Pont
Metode
Du
Pont
merupakan
persamaan yang menunjukkan bagaimana
margin laba, rasio perputaran total asset,
dan ekuitas bergabung untuk menentukan
ROI. (Brigham Houston 2010, h.16).
Sedangkan menurut Agnes Sawir (2005,
h.26) menyatakan Analisis Du Pont
merupakan pendekatan terpadu terhadap
analisis rasio keuangan. Selanjutnya
menurut Mohammad Muslich (2007,
h.55) menyatakan Analisis Du Pont
memberikan suatu kerangka analisis yang
menggabungkan berbagai macam rasio.

2.5 Pengertian Z-Score
Menurut Agnes Sawir (2005, h.23-24)
menyatakan, Z–Score merupakan suatu
model untuk memprediksi kebangrutan
perusahaan. Dalam studinya Edward I.
Altman, setelah menyeleksi 22 rasio
keuangan. Hal yang menarik mengenai
Z–Score adalah keandalannya sebagai

73

Jurnal Adminika Volume 1. No. 2, Juli – Desember 2015

ISSN : 2442-3343

Agnes Sawir (2005, h.24) menyatakan
Bila
hasil
perhitungan
Z–Score
perusahaan :
- Z–Score > 2,60 berarti segalanya
berjalan baik.
- Z–Score < 1,10 Berarti kebangkrutan
terjadi.
- Z–Score mencapai 1, 70 perusahaan
berada dalam wilayah abu – abu.
Artinya ada banyak perusahaan dengan
skor yang lebih tinggi telah bangrut,
sementara perusahaan dengan skor lebih
rendah masih bisa bertahan hidup.
Hal yang menarik mengenai Z-score
adalah keandalannya sebagai alat analisis
tanpa memperhatikan bagaimana ukuran
perusahaan.

alat analisis tanpa memperhatikan
bagaimana ukuran perusahaan.
Menurut Mohammad Muslich (2007,
h.59) menyatakan salah satu studi tentang
prediksi perusahaan adalah Multiple
Discriminant Analysis yang dilakukkan
oleh Edward I. Altman mempergunakan
lima jenis rasio yaitu working Capital To
Total Asset, Retained Earning To Total
Asset, Earning Before Interest And Taxes
To Total Asset, Market Value Of Equity
To Book Value Of Total Debt Dan Sales
To Total Asset
2.6 Penilaian Perusahaan Dari Hasil Z
– Score

Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka pemikiran pada penelitian ini adalah
Metode Du Pont (X1)
Indikator :
- ROI
- Margin Laba Bersih
- Perputaran Tot. Aktiva
Sumber : Agnes Sawir (2005,h.27)

Laporan Keuangan (Y)
Indikator :
- Neraca
- Laba Rugi

Model Altman Z-Score (X2)
Indikator :
- Modal Kerja
- Laba Ditahan
- Laba Sebelum Bunga & Pajak
- Nilai Pasar Modal Sendiri
Sumber : Agnes Sawir (2005,
h.24)

Sumber : Sutrisno (2009, h.9)

laporan laba/rugi Primer Koperasi
Produsen Tahu Tempe Indonesia
(PRIMKOPTI) Mura Kota Lubuklinggau
dari periode tahun 1996 sampai dengan
Periode tahun 2012. Soeratno (2008,
h.97) menyatakan bahwa sampel adalah
bagian
yang
menjadi
obyek

III. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Menurut Soeratno (2008, h.97)
menyatakan populasi yaitu seluruh
jumlah data yang digunakan dalam
penelitian . Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh laporan neraca dan

74

Jurnal Adminika Volume 1. No. 2, Juli – Desember 2015

sesungguhnya dari suatu penelitian. Yang
akan menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah data laporan keuangan berupa
neraca dan laporan laba/rugi Primer
Koperasi
Produsen
Tahu
Tempe
Indonesia (PRIMKOPTI) Mura Kota
Lubuklinggau dari periode tahun 2008 2012.

ISSN : 2442-3343

ROI = Margin Laba Bersih x
Perputaran Total Aktiva
2. Model Altman Z – Score
Pada model Altman Z – Score yang
akan digunakan peneliti sebagai bahan
analisis yaitu Menurut Agnes Sawir
(2005:23) menyatakan bahwa Altman
membuat versi empat variabel yaitu :
X1 = Modal kerja / Total Aktiva
X2 = Laba Ditahan / Total Aktiva
X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak /
Total Aktiva
X4 = Nilai Pasar Modal Sendiri / Total
Utang
Dan
dinyatakan
dalam
rumus
menentukan z-score adalah
Z-Score = 6,56 (X1) + 3,26 (X2) + 6,72
(X3) + 1,05 (X4)

3.2 Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah cacatan tertulis
tentang berbagai kegiatan atau peristiwa
tertentu.
3.3 Teknik Analisis Data
Berikut merupakan teknik analisis
yang akan digunakan yaitu :
1. Metode Du Pont

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Perhitungan Metode Du Pont
Adapun data yang digunakan sebelum menghitung atau menentukan Return On
Investment (ROI) dari metode Du Pont pada Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe
Indonesia (PRIMKOPTI) MURA Kota Lubuklinggau dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1
Rincian Penjualan, Total Aktiva, Total Biaya, EAIT dan HPP pada PRIMKOPTI
Ket
2008
2009
2010
2011
2012

Penjualan
4.165.892.125
4.085.681.840
2.883.159.650
4.363.966.700
4.388.829.765

Tot.Aktiva
591.894.195
603.320.116
697.820.627
748.436.516
697.597.314

Tot.Biaya
85.615.235
81.717.523
73.473.162
85.641.674
79.698.125

EAIT
30.553.740
28.530.732
25.639.758
8.407.976
16.176.510

HPP
4.049.723.150
3.975.433.990
2.784.046.730
4.269.917.050
4.292.955.130

4.1.2 Perhitungan Model Altman Z-Score
Adapun rekapitulasi dari hasil perhitungan di atas, yang terdiri dari periode tahun 2008 2012 yang diteliti berdasarkan model Altman Z-Score yaitu :
Tabel 4.2
Rekapitulasi Perhitungan Altman Z-Score Primkoti
Ket
2008
2009
2010
2011
M.K/T.A
X1
0,193
0,188
0,173
0,123
L.D/T.A
X2
0,011
0,010
0,010
0,006
EBIT/T.A
X3
0,196
0,183
0,142
0,126
N.P.M.S/TA X4
0,066
0,062
0,047
0,013

75

2012
0,206
0,009
0,137
0,044

Jurnal Adminika Volume 1. No. 2, Juli – Desember 2015

ISSN : 2442-3343

4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Hasil Perhitungan Metode Du Pont
Hasil dari penelitian laporan keuangan Primkopti Mura Kota Lubuklinggau dengan
menggunakan Metode Du Pont pada periode tahun 2008 – tahun 2012 dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Motode Du Pont
Tahun
ROI
M.L.B
P.T.A
L.B
PJL
T.B
T.Akt

2008

2009

2010

2011

2012

0,049%
0,007
7,038x
30.553.740
4.165.892.125
4.135.338.385
591.894.195

0,047%
0,007
6,772x
28.530.732
4.085.681.840
4.057.151.108
603.320.116

0,037%
0,009
4,132x
25.639.758
2.883.159.650
2.857.519.892
697.820.627

0,012%
0,002
5,831x
8.407.976
4.363.966.700
4.355.558.724
748.436.751

0,025%
0,004
6,291x
16.176.510
4.388.829.765
4.372.653.255
697.597.314

Berdasarkan tabel 3 di atas, ROI
Primkopti pada tahun 2008 sebesar
0,049%, mengalami penurunan pada
tahun 2009 menjadi 0,047%. Pada tahun
2010 ROI Primkopti juga mengalami
penurunan menjadi 0,037%, hingga pada
tahun 2011 mengalami penurunan drastic
yaitu 0,012%. ROI kembali meningkat
pada tahun 2012 yaitu 0,025%.
Terjadinya penurunan ROI Primkopti,
hal ini tentu saja menunjukkan kinerja
yang kurang baik pada periode tahun
2009, 2010, dan 2011. artinya
pengembalian perusahaan atas investasi
pada aktivanya menunjukkan hal yang
negatif. Tentunya peneurunan ROI
Primkopti tahun 2009, 2010, dan 2011
tentu ada penyebabnya.
Jika dilihat dari tabel penurunan ini
disebabkan oleh terjadinya penurunan
terhadap nilai perputaran total aktiva dari
tahun 2008 yaitu 7,038x, pada tahun 2009
mengalami penurunan menjadi 6,772x,
pada tahun 2010 juga masih mengalami
penurunan
menjadi
4,132x
dan
mengalami peningkatan pada tahun 2011
dan tahun 2012 yaitu 5,831x dan 6,291x.
Sehingga walapun margin laba bersih
pada tahun 2008 margin laba pada tahun
2008 sebesar 0,007 dan pada tahun 2009
masih 0,007 dan meningkat pada tahun
2010 menjadi 0,009 tidak dapat

mendongkrak
nilai
ROI
supaya
meningkat. Sama halnya pada tahun 2011
walaupun perputaran total aktiva
mengalami peningkatan namun margin
laba bersih tahun 2011 tidak mengalami
peningkatan hanya sebesar 0,002 tidak
akan mampu meningkatkan niali ROI.
Dapat dilihat dari tahun 2012 baik
perputaran total aktiva mengalmi
peningkatan
didukung
dengan
peningkatan margin laba bersih tentu
dapat meningkatkan ROI Primkopti
menjadi 0,025% meningkat dari tahun
2011 yang hanya memperoleh ROI
sebesar 0,012%.
Jika dilihat dari tabel laba bersih pada
tahun
2008
sebesar
30.553.740.
mengalami penurunan pada tahun 2009
menjadi 28.530.732, dan mengalami
penurunan pada tahun 2010 yaitu
25.639,758 hingga pada tahun 2011 juga
mengalami penurunan cukup drastic
menjadi 8.407.976. Pada tahun 2012 laba
bersih kembali mengalami peningkatan
menjadi 16.176.510.
Terjadinya penurunan laba bersih pada
tahun 2009,2010, dan 2011 tentu ada
penyebabnya. Untuk memperoleh laba
bersih yaitu dari perhitungan penjualan –
total biaya. Jika ditinjau dari penjualan
pada tahun 2008 sebesar 4.156.892.125
an pada tahun 2009 mengalami
76

Jurnal Adminika Volume 1. No. 2, Juli – Desember 2015

penurunan menjadi 4.085.681.840. Pada
tahun 2010 penjualan masih mengalami
penurunan
menjadi
2.883.159.650.
penjualan meningkat pada tahun 2011
dan tahun 2012 yaitu 4.363.966.700 dan
4.388.829.765.
Jika dilihat dari sisi total biaya pada
tahun 2008 yaitu sebesar 4.135.338.385.
pada tahun 2009 menurun menjadi
4.057.151.108. dan apda tahun 2010
mengalami penurunan juga menjadi
2.857.519.892 dan pada tahun 2011 dan
2012 total biaya mengalami peningkatan
yaitu 4.355.558.724 dan 4.372.653.255.
Laba bersih mengalami penurunan
dari tahun 2009 disebabkan oleh
penjualan mengalami penurunan, laba
bersih
ditahun
2010
mengalami
penurunan disebabkan oleh penjualan
juga mengalami penurunan dengan total
biaya mengalami penurunan. pada tahun
2011 laba bersih mengalmi penurunan
disebabkan oleh total biaya yang sangat
meningkat yaitu 4.355.558.724 yang
hamper menyamai penjualan yaitu
4.363.966.700. pada tahun 2012 laba
bersih mengalami peningkatan, penujalan
mengalami peningkatan dengan total
biaya yang nilainya cukup jauh dari
penjualan.
Perputaran total aktiva pada tahun
2008 yaitu 7,083x. pada tahun 2009
mengalami penurunan yaitu 6,772x dan
pada tahun 2010 juga menurun menjadi
4,132x dan pada tahun 2011 mengalami
peningkatan menjadi 5,831x hingga pada

ISSN : 2442-3343

tahun 2012 mengalami peningkatan
menjadi 6,291x.
Pada tahun 2009 dan tahun 2010
perputaran total aktiva mengalami
penurunan, ini menunjukkan kearah
positif desebabkan kenaikkan total aktiva.
Komponen perputaran tot. aktiva yaitu
penjualan : total aktiva.
Sehingga hubungan penjualan dan
total aktiva berbanding terbalik. Dapat
dilihat pada tahun 2009 penjualan
mengalami penurunan dari tahun 2008.
tentu saja ini menyebabkan nilai
perputaran total aktiva menurun. Begitu
pula pada tahun 2010, penjualan
mengalami penurunan jumlah total aktiva
mengalami peningkatan tentu ini ekan
memperburuk hasil perputaran total
aktiva. Kondisi perputaran total aktiva
menurun
menunjukkan
bahwa
perusahaan masih kurang efesien dalam
mengelolah kecepatan perputaran total
aktiva. Kenaikkan total aktiva meliputi
aktiva
lancar
yang
mengalami
peningkatan.
Pada tahun 2011 perputaran total
aktiva mengalmi peningkatan, disebabkan
penjualan
mengalami
peningkatan
walapun total aktiva meningkat, begitu
pula pada tahun 2012 perputaran
mengalami
peningkatan disebabkan
penjualan mengalami peningkatan dari
meningkatnya penjualan, menunjukkan
perusahaan efesien dalam mengelolah
perputaran total aktiva.

4.2.2 Analisis Hasil Perhitungan Model Altman Z-Score
Berikut ini merupakan rumus dalam menentukan nilai Z-Score adalah :
Z-Score = 6,56 (X1) + 3,26 (X2) + 6,72 (X3) + 1,05 (X4)
Z-Score 08 = 6.56(0,193) + 3,26(0,011) + 6,72(0,196) + 1,05(0,066) = 2,70
Z-Score 09 = 6.56(0,188) + 3,26(0,010) + 6,72(0,183) + 1,05(0,062) = 2,55
Z-Score 10 = 6.56(0,173) + 3,26(0,010) + 6,72(0,146) + 1,05(0,047) = 2,15
Z-Score 11 = 6.56(0,111) + 3,26(0,006) + 6,72(0,126) + 1,05(0,013) = 1,61
Z-Score 12 = 6.56(0,206) + 3,26(0,009) + 6,72(0,137) + 1,05(0,044) = 2,35

77

Jurnal Adminika Volume 1. No. 2, Juli – Desember 2015

Tahun
2008
2009
2010
2011
2012

ISSN : 2442-3343

Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Model Altman Z-Score
Z-Score
Ketetapan Skor
Penilaian
2,70
>2,60
Sehat / Baik
2,55
>1,70
Abu-Abu
2,16
>1,70
Abu-Abu
1,61
1,70
Abu-Abu

Dari hasil perhitungan model Altman
Z-Score pada tahun 2008 hasil yang
diperoleh sebesar 2,70 menunjukkan
keadaan Primer Koperasi Produsen Tahu
Tempe
Indonesia
Mura
Kota
Lubuklinggau sehat atau tidak mengalami
kebangkrutan, karena nilai Z-Score
melebihi 2,60. tingginya hasil Z-Score
ditandai dengan hasil perhitungan X1
yaitu modal kerja / total aktiva sebesar
0,193. Perhitungan X2 yaitu laba ditahan
/ total aktiva sebesar 0,011. Perhitungan
X3 yaitu EBIT / total aktiva sebesar
0,196 dan hingga pada perhitungan X4
yaitu nilai pasar modal sendiri / total
utang sebesar 0,066.
Pada tahun 2009 hasil yang diperoleh
dari perhitungan Z-Score yang diperoleh
mengalami penurunan yaitu 2,55.
Terjadinya penurunan hasil Z-Score tentu
ada penyebabnya. Jika ditinjau dari nilai
X1 yaitu modal kerja / total aktiva
sebesar 0,188 yang mengalami penurunan
dari tahun 2008. Ditinjau dari hasil
perhitungan X2 yaitu laba ditahan / total
aktiva sebesar 0,010 yang mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan
tahun 2008. Jika ditinjau dari hasil
perhitungan X3 yaitu EBIT / total aktiva
sebesar 0,183 yang juga mengalami
penurunan.
Hingga
pada
hasil
perhitungan X4 yaitu nilai pasar modal
sendiri / total utang sebesar 0,062 yang
juga mengalami penurunan.
Terjadinya penurunan dari hasil
perhitungan X1, X2, X3, dan X4 yang
menyebabkan nilai Z-Score pada tahun
2009 mengalami penurunan.
Z-Score

yang diperoleh sebesar 2,55 < 2,60. dapat
diartikan Primkopti dalam keadaan
kurang sehat namun belum mengalami
pada titik kebangkrutan. Primkopti pada
tahun 2009 berada dalam wilayah abuabu karena nilai Z-Score 2,55 >1,70,
yang dapat menjadi penilaian bagi
Primkopti untuk lebih meningkatkan
usahanya.
Pada tahun 2010 hasil yang diperoleh
dari perhitungan Z-Score yang diperoleh
mengalami penurunan yaitu 2,15.
Terjadinya penurunan hasil Z-Score tentu
ada penyebabnya. Jika ditinjau dari nilai
X1 yaitu modal kerja / total aktiva
sebesar 0,173 yang mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya. Ditinjau dari hasil
perhitungan X2 yaitu laba ditahan / total
aktiva sebesar 0,010 yang mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan
tahun 2008. Jika ditinjau dari hasil
perhitungan X3 yaitu EBIT / total aktiva
sebesar 0,146 yang juga mengalami
penurunan.
Hingga
pada
hasil
perhitungan X4 yaitu nilai pasar modal
sendiri / total utang sebesar 0,047 yang
juga mengalami penurunan.
Terjadinya penurunan dari hasil
perhitungan X1, X2, X3, dan X4 yang
menyebabkan nilai Z-Score pada tahun
2010 mengalami penurunan.
Z-Score
yang diperoleh sebesar 2,15 < 2,60.
Dapat diartikan Primkopti dalam keadaan
kurang sehat namun belum mengalami
pada titik kebangkrutan. Primkopti pada
tahun 2010 berada dalam wilayah abuabu karena nilai Z-Score 2,15 >1,70,
yang dapat menjadi penilaian bagi
78

Jurnal Adminika Volume 1. No. 2, Juli – Desember 2015

Primkopti untuk lebih meningkatkan
usahanya.
Pada tahun 2011 hasil yang diperoleh
dari perhitungan Z-Score yang diperoleh
mengalami penurunan yaitu 1,61.
Terjadinya penurunan hasil Z-Score tentu
ada penyebabnya. Jika ditinjau dari nilai
X1 yaitu modal kerja / total aktiva
sebesar 0,111 yang mengalami penurunan
dari tahun 2008,2009 dan 2010. Ditinjau
dari hasil perhitungan X2 yaitu laba
ditahan / total aktiva sebesar 0,006 yang
mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan tahun 2008,2009, dan 2010. Jika
ditinjau dari hasil perhitungan X3 yaitu
EBIT / total aktiva sebesar 0,126 yang
juga mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya.
Hingga
pada
hasil
perhitungan X4 yaitu nilai pasar modal
sendiri / total utang sebesar 0,013 yang
juga mengalami penurunan. Terjadinya
penurunan dari hasi X1, X2, X3, dan X4
yang menyebabkan nilai Z-Score pada
tahun 2011 mengalami penurunan. ZScore yang diperoleh sebesar 1,61 < 2,60
dan 1,70. dapat diartikan Primkopti
dalam keadaan kurang sehat namun
belum
mengalami
pada
titik
kebangkrutan. Primkopti pada tahun 2011
berada dalam wilayah abu-abu karena
nilai Z-Score 1,61 >1,10, yang dapat
menjadi penilaian bagi Primkopti untuk
lebih meningkatkan usahanya.
Pada tahun 2012 hasil yang diperoleh
dari perhitungan Z-Score yang diperoleh
mengalami peningkatan yaitu 2,35.
Terjadinya peningkatan hasil Z-Score
dari tahun 2011, terjadinya peningkatan
tentu ada penyebabnya. Jika ditinjau dari
nilai X1 yaitu modal kerja / total aktiva
sebesar
0,206
yang
mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya.
Ditinjau dari hasil perhitungan X2 yaitu
laba ditahan / total aktiva sebesar 0,009
yang juga mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun 2011. Jika
ditinjau dari hasil perhitungan X3 yaitu

ISSN : 2442-3343

EBIT / total aktiva sebesar 0,137 yang
juga mengalami peningkatan. Hingga
pada hasil perhitungan X4 yaitu nilai
pasar modal sendiri / total utang sebesar
0,044 yang juga mengalami peningkatan.
Terjadinya peningkatan X1, X2, X3,
dan X4 yang menyebabkan nilai Z-Score
2012 mengalami peningkatan yaitu 2,35.
Namun
walaupun
mengalami
peningkatan, pada tahun 2012 Primkopti
masih dalam wialyah abu-abu. Nilai ZScore 2,35 < 2,60 dan 2,35 > 1,70.
Primkopti masih dalam keadaan kurang
sehat namun belum mengalami pada titik
kebangkrutan.
Primkopti Mura Kota Lubuklinggau
pada tahun 2008 dalam keadaan sehat.
Pada tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012
Primkoti berada dalam wilayah abu-abu,
yang artinya dalam keadaan kurang sehat
namun
belum
mengalami
titik
kebangkrutan. Pada dalam wilah abu-abu
perusahan
masih
bisa
untuk
meningkatkan usahanya dengan baik
hingga tidak mengalmi pada titik
kebangkrutan, namun jika perusahaan
tidak dapat dikendalikan dengan baik
akan terjadi kebangkrutan. Perusahaan
akan mengalami kebangkrutan jika nilai
Z-Score yang diperoleh < 1,10.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi
pada penelitian ini maka penulis menarik
beberapa kesimpulan :
1. Pada tahun 2008 ROI mengalami titik
puncak, artinya pada saat ini ROI
berada pada saat yang tertinggi. Hal
ini dipengaruhi oleh penjualan yang
tinggi berbanding terbalik jika
dibandingkan dengan tahun-tahun
berikutnya. Ditinjau dari hasil Z-Score
model Altman Z-Score pada tahun
2008 Primkopti dalam keadaan sehat /

79

Jurnal Adminika Volume 1. No. 2, Juli – Desember 2015

baik
dengan
ditandai
dengan
perolehan Z-Score 2,70 > 2,60.
2. Pada tahun 2009, 2010, dan 2011 ROI
Primkopti mengalami penurunan,
mengalami titik yang terendah yang
dipengaruhi oleh penjulan yang juga
mengalami
penurunan.
sehingga
efesiensi Primkopti perusahaan sangat
inefesien bila disbanding dengan tahun
2008 dan 2012. Ditinjau dari model
Altman Z-Score hasil yang diperoleh
tahun 2009 2,55. Tahun 2010 yaitu
2,16, dan tahun 2011 yaitu 1,69 yang
menunjukkan
hasil
Z-Score
mengalami penurunan. Primkopti
dalam wilayah abu-abu ditandai
dengan hasil Z-Score yang diperoleh
berada pad Z-Score 1,70.
3. Pada tahun 2012 ROI Primkopti
mengalami prestasi yang baik, yang
ditandai
dengan
terjadinya
peningkatan ROI yaitu 0,025 yang
meningkat dari tahun 2011. jika
ditinjau dari model Altman Z-Score
pada tahun 2012 berada dalam wilayah
abu-abu
karena
Z-Score
yang
diperoleh 2,35.>1,70. pada tahun ini
nilai Z-Score mengalami peningkatan.

ISSN : 2442-3343

berinvestasi pada aktiva tersebut dapat
dialihkan kepada investasi yang lebih
menguntungkan.
2. Kondisi laporan keuangan Primkopti
yang diukur dengan Model Altman ZScore untuk dapat menghindari
kegagalan dapat dilakukkan dengan
cara
meningkatkan
laba
dan
meningkatkan penjualan dan biaya
ditekankan serendah mungkin. Tetap
berhati-hati dalam pengelolaan dan
menjalankan
operasi
dengan
melakukkan tindakan perbaikkan
sehingga dapat menghindari gannguan
terhadap kelangsungan usaha.

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene F. dan Joe F. Houston.
2010. Dasar – Dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta : Selemba
Empat
Harahap, Sofyan Syafri 2011. Analisis
Kritis Atas Laporan Keuangan.
Jakarta :
PT. Raja Grafindo
Persada.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
saran yang dapat disampikan sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
laporan keuangan Primkoti selama
tahun 2009, 2010, dan 2012
mengalami
penurunan,
ditandai
dengan menurunnya hasil ROI. Hal ini
membuktikan
kurang
efektifnya
Primkopti dalam mengelola aktiva.
Karena pada tahun ini justru aktiva
mengalami peningkatan pada saat
penjualan mengalami penurunan.
untuk
mengatasi
hal
ini
sebaiknyaPrimkopti
tidak
perlu
berlebihan berinvestasi pada aktinya.
Karena biaya yang dikeluarkan untuk

Harmono. 2009. Manajemen Keuangan.
Jakarta : PT. Bumi Aksara
Muslich, Mohammad. 2007. Manajemen
Keuangan Moderen. Jakarta :
Bumi Aksara.
Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja
Keuangan dan Perencanaan
Keuangan Perusahaan. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D .
Bandung :
Alpabeta

80

Jurnal Adminika Volume 1. No. 2, Juli – Desember 2015

Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan
Teori, Konsep, dan Aplikasi.
Yogyakarta : Ekonisia.

81

ISSN : 2442-3343