RANCANG BANGUN REAKTOR UNTUK MEMANFAATKA

RANCANG BANGUN REAKTOR UNTUK MEMANFAATKAN MINYAK
JELANTAH SEBAGAI BAHAN BAKU BIODIESEL
Gusnadi Mohammad Hapsal1 , Ilham Ayuning Tanjung Sari1 , Hikmawati Susanti2 ,
Magda Dwi Apriani3
LNG Academy, Perminatan Mechanical & Rotating1 , Listrik & Instrumentasi2 ,
Pengolahan Gas3
Bontang, Kalimantan Timur
Email : gusnadihapsal@gmail.com, ilhamayuning@yahoo.co.id,
hikmawatisusanti@gmail.com, magdadwi@icloud.com

Abstrak
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam
lemak. Biodiesel dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel serta terbuat dari bahan baku yang
dapat diperbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Salah satu sumber bahan baku organik yang dapat
digunakan dalam pembuatan biodiesel adalah minyak jelantah. Minyak jelantah merupakan minyak kelapa sawit
yang telah digunakan untuk proses penggorengan dalam memasak.
Melalui proses transesterifikasi, asam lemak trigliserida dalam minyak jelantah diubah menjadi
senyawa ester dengan menggunakan senyawa alkohol metanol dengan bantuan katalis basa kuat KOH untuk
mempercepat reaksi. Katalis KOH dilarutkan dalam metanol kemudian dicampur dengan minyak jelantah yang
telah disaring. Proses transesterifikasi dilakukan dengan cara mengaduk serta memanaskan ketiga campuran
tersebut hingga temperatur 60°C selama 1 jam. Kemudian, campuran tersebut diendapkan selama 1 jam agar

terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan biodiesel dan gliserol. Secara teoritis, lapisan biodiesel akan berada di
lapisan atas karena memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan dengan densitas gliserol. Setelah
terbentuk dua lapisan, pisahkan lapisan biodiesel dari gliserol. Untuk memurnikan biodiesel, biodiesel dicuci
dengan menggunakan metode wet washing menggunakan air hangat dengan temperatur sekitar 60°C untuk
mencegah terbentuknya emulsi selama proses pencucian. Proses pencucian tersebut dilakukan dalam tiga tahap
dengan volume air yang sama pada setiap tahapnya. Setelah melalui proses pencucian, biodiesel dipanaskan
terlebih dahulu pada temperatur 100-105°C selama 30 menit untuk menguapkan sisa air dari proses sebelumnya.
Lalu, biodiesel disaring kembali agar biodiesel yang dihasilkan cukup murni.
Dalam sekali produksi, dari 25 L minyak jelantah yang diproses dapat menghasilkan produk biodiesel
sekitar 17,5 L. Apabila biodiesel hasil produksi ini dibandingkan dengan bahan bakar solar non subsidi, maka
akan menghasilkan penghematan. Dengan biaya produksi biodiesel sebesar Rp7.518,00/L dan harga pasar untuk
bahan bakar solar non subsidi sebesar Rp11.250,00/L, maka dalam setahun penghematan yang didapat sebesar
Rp47.676.765,00. Dari total penghematan tersebut, didapat nilai payback period dari proyek ini selama 2,1
tahun.
Kata kunci : minyak jelantah, transesterifikasi, biodiesel

REACTOR DESIGN UTILIZATION WASTE COOKING OIL AS RAW MATERIAL
OF BIODIESEL
Gusnadi Mohammad Hapsal1 , Ilham Ayuning Tanjung Sari1 , Hikmawati Susanti2 ,
Magda Dwi Apriani3

LNG Academy, Specialization Mechanical & Rotating1 , Electrical & Instrumentaion2 ,
Gas Processing3
Bontang, East Borneo
Email : gusnadihapsal@gmail.com, ilhamayuning@yahoo.co.id,
hikmawatisusanti@gmail.com, magdadwi@icloud.com

Abstrak
Biodiesel is a fuel which consisting of mono-alkyl esters mixture from long chain fatty acids. Biodiesel
is used as an alternative fuel for diesel engines and made from renewable raw materials such as vegetable oils or
animal fats. One source of organic raw materials that can be used in the production of biodiesel is waste cooking
oil. Waste cooking oil is palm oil that has been used for frying in the cooking process.
By transesterification process, triglyceride fatty acids in waste cooking oil is converted into esters using
methanol with the aid of a strong base KOH catalyst to accelerate the reaction. KOH catalyst is dissolvef in
,methanol and then mixed with waste cooking oil that has been filtered. Transesterification process is carried out
by stirring and heating the mixture to a temperature of 60°C for an hour. Then the mixture is settling for an hour
in order to form two layers, which is biodiesel and gliserol. Theoritically, biodiesel layer will be in the top layer
because it has a lower density than density of glycerol. Once formed of two layers, separate the biodiesel from
the glycerol. To purify the biodiesel, biodiesel is washed using wet washing method by warm water with a
temperature of about 60°C. to prevent the formation of emulsions during the washing process. The washing
process is carried out in three stages with same water volume in every stage. After that, biodiesel is preheated at

temperature of 100-105°C for 30 minutes to evaporate the remaining water from the previous process. Then,
biodiesel is filtered again so biodiesel produced pure enough.
In one production, from 25 L waste cooking oil processed can produce biodiesel with volume about
17,5 L. If it is compared by non-subsidized diesel fuel, it will result savings. With biodiesel production costs
Rp7.518,00/L and the price for non-subsidized diesel fuel Rp11.250,00/L, then in a year savings obtained
Rp47.767.765,00. From this total savings, payback period values obtained from this project is 2,1 years.
Key words : waste cooking oil, transesterification, biodiesel