Implementasi syirkah dalam lembaga keuan (1)

IMPLEMENTASI SYIRKAH
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Kontemporer yang
diampu oleh : Imam Mustofa,SHI,MSI

Disusun Oleh :
Karunia Dewi
NPM.141265710

KELAS C
JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
METRO
TA.2016/2017
1

BAB I
PENDAHULUAN
Musyarakah atau syirkah yaitu pemilik modal yang mengadakan perjanjian untuk
menyertakan modalnya kepada suatu proyek. Masing-masing pihak memiliki hak untuk ikut
sertadalam manajemen proyek tersebut. Prinsip ini juga dapat diterapkan ke dalam semua jenis

pembiayaan. Pembiayaan musyarakah atau syirkah ialah pembiayaan sebagai kebutuhan modal
pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi
antara bank sebagai penyandang dana dengan pengelola usaha sesuai dengan kesepakatan.
Musyarakah atau syirkah dalam konteks perbankan merupakam akad kerja sama pembiayaan
antara bank syariah (Islamik Banking), atau beberapa keuangan secara bersama-sama, dan nasabah untuk
mengelola suatu kegiatan usaha. Masing-masing memasukkan penyertaan dana sesui porsi yang
disepakati. Pengelolaan kegiatan usaha, dipercaya kepada nasabah. Selaku pengelola, nasabah wajib
menyampaikan laporan berkala mengenai perkembangan usaha kepada bank-bank sebagai pemilik dana.
Disamping itu, pemilik dana dapat melakukan intervensi kebijakan usaha.

Setiap sektor usaha membutuhkan modal usaha atau pinjaman modal usaha, hal ini yang
biasa mengajukan adalah para Pedagang, para Pengrajin, dan para Petani yang bertujuan
produktif1. Mereka inilah yang sangat terbantu oleh adanya permodalan usaha yang ada di
lembaga keuangan. Dengan ini para pelaku usaha mempunyai harapan yang lebih baik dan maju
dalam usahanya. Al-Musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan dalam hal pembiayaan proyek.
Dalam hal ini nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama menyediaan dana untuk melaksanakan
proyek tersebut. Keuntungan dari proyek dibagi sesui dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih
dulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al- Musyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan
investasi seperti pada lembaga keuangan modal ventura.


1 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 80.

2

BAB 11
PEMBAHASAN
Implementasi syirkah dalam Lembaga Keuangan Syariah
Pembiayaan musyarakah atau syirkah ialah pembiayaan sebagai kebutuhan modal pada
suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi antara
bank sebagai penyandang dana dengan pengelola usaha sesuai dengan kesepakatan. Prinsip bagi
hasil dalam musyarakah

ini berbeda dengan prinsip bunga tetap (yang dianut bank

konvensional) di mana akan menagih penerima pembiayaan (costumer/nasabah) untuk suatu
jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan costumer/nasabah bahkan sekalipun
ia menderita rugi akibat krisis moneter yang dijual kemampuan bank untuk menolaknya2.
Implementasi syirkah dalam LKS harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Proyek atau kegiatan usaha yang akan dikerjakan feasible dan tidak bertentangan dengan syariah
2. Pihak-pihak yang turut dalam kerja sama memasukkan dana musyarakah, dengan sketentuan :

a. Dapat berupa uang tunai atau asset yang likuid.
b. Dana yang tertimbun bukan lagi milik perorangan, tetapi menjadi dana usaha.
Musyarakah atau syirkah

dalam konteks perbankan merupakam akad kerja sama

pembiayaan antara bank syariah (Islamik Banking), atau beberapa keuangan secara bersamasama, dan nasabah untuk mengelola suatu kegiatan usaha. Masing-masing memasukkan
penyertaan dana sesui porsi yang disepakati. Pengelolaan kegiatan usaha, dipercaya kepada
nasabah. Selaku pengelola, nasabah wajib menyampaikan laporan berkala mengenai
perkembangan usaha kepada bank-bank sebagai pemilik dana. Disamping itu, pemilik dana
dapat melakukan intervensi kebijakan usaha.3

Musyarakah dalam Perbankan Syariah, yaitu :
1. Musyarakah permanen, di mana pihak bank merupakan partner usaha tetap dalam suaru
proyek atau usaha. Bentuk ini merupakan alternatif bagi investasi surat-surat berharga atau
saham, yang dapat dijadikan salah satu portofolio investasi bank.
2. Musyarakah digunakan untuk skim pembiayaan modal kerja. Bank merupakan partner
awal dari sebuah usaha atau proses produksi. Dalam skim ini pihak bank akan
2 Veithzal Rivai & Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2008), h. 47.

3 Imam mustofa,,Fiqih muamalah kontemporer,(Jakarta:Rajawali pers,2016). Hlm. 146

3

menyediakan dana untuk membeli aset atau alat-alat produksi, begitu juga dengan partner
musyarakah lainnya.
Musyarakah digunakan untuk pembiayaan jangka pendek. Mislanya pembiayaan
perdagangan, eksport, import, atau keperluan khusu nasabah lainnya.4
Pembiayaan syirkah dalam dunia perbankan syariah antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pembiayaan dalam modal kerja, dapat di alokasinya untuk perusahaan yang bergerak
dalam bidang kontruksi, industry, perdagangan, dan jasa.
2. Pembiayaaan investasi, dapat di alokasikan untuk perusahaan yang bergerak dalam
bidang industry.
3. Pembiayaan secara indikasi, baik untuk kepentingan modal kerja maupun investasi.
Implementasi pembiayaan syirkah dalam lembaga keuangan syariah dapat dilihat dalam skema berikut:

Akad Syirkah
(1)

(1)

50%
50% Modal

Pak Toha

Keahlian atau
Keterampilan

50%
Laba

50% Modal
Keahlian atau
keterampilan

Proyek
/usaha
bisnis

50%


Pak Hendri

50%

Keterangan :
Rugi
1. Pak hendri dan pak toha mereka melakukan akad syirkah untuk melaksanakan sebuah proyek
2.
3.
4.
5.

bisnis
Masing-masing menyertakan modol 50% : 50%
Mereka bekerja bersama-sama untuk menjalankan bisnis tersebut.
Resiko proyek bisnis ditanggung bersama.
Keuntungan dari proyek tersebut dibagi bersama dengan porsi 50% : 50%
4 Suhrawardi K.Lubis & Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), h.58.


4

Implementasi akad musyarakah oleh bank syariah diterapkan pada pembiayaan
usaha atau proyek (project financing) yang dibiayai oleh lembaga keuangan yang tidak
100%. Sedangkan selebihnya oleh nasabah. Disamping itu juga diterapkan pada sindikasi
antar lembaga keuangan5. Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan
investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema modal
ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu. Setelah itu, bank
melakukan investasi atau menjual bagian sahamnya secara singkat atau bertahap.6
Aplikasi Akad Musyarakah atau syirkah dalam Lembaga Keuangan Syariah Kontemporer
Musyarakah dapat digunakan untuk :
1. Pembagian modal kerja untuk membiayai suatu proyek yang dimiliki oleh nasabah.
2. Pembiayaan KPR Syariah dengan menggunakan model declining balance atau mesyarakah
mutanaqisah.7
Cara Membagi Keuntungan dan Kerugian
Dari macam-macam serikat tersebut, sebetulnya masih dipersilisihkan oleh para ulama. Seperti
syafi’iyah berpendapat bahwa yang sah dilakukan hanyalah syirkah al-inan, sementara syirkah selain itu
batal untuk dipalukan.
Cara membagi keuntungan atau kerugian tergantung besar dan kecilnya modal yang mereka
tanamkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh praktik berserikat pada table berikut ini.


8

TABEL: Cara membagi keuntungan dan kerugian
Nama

Pokok

Jumlah

Anggota

Masing-masing

Pokok

Masjid

Rp 1.500


Untung

Persentase
Untung
1/10 x ¼ x
6,00 = ¼ x

Tamami

600= Rp 150
1/10 x 1/6 x

Rp 1.000
Rp 6.000

Rp 600

6.000 = 1/6 x
60 = Rp 100


5 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah : Lingkup, Peluang, Tantangan, dan Prospek,(Jakarta : Alvabet, 1999),
h.203.
6 M.Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2015), h.
362.
7 Chandra Natadipurba,Ekonomi Islam 101,edisi 2,(Bandung : PT Mobidelta
Indonesia,2016),hlm.292
8 Suhendi H,Fiqih muamalah,(Jakarta : Rajawali pers,2013),hlm.132

5

Karson

Rp 500

1/10 x 1/12 x
6.000 = 1/12 x

Lilian

600 = Rp 50

1/10 x ½ x

Rp 3.000

6.000 = ½ x
60 = Rp 300

Skema Pembiayaan Musyarakah
Dalam pembiayaan musyarakah, bank syariah memberikan modal sebagaian dari total
keseluruhan modal yang dibutuhkan. Bank syariah dapat menyertakan modal sesuai porsi yang disepakati
dengan nasabah. Misalnya, bank syariah memberikan modal 70%, dan 30% sisanya berasal dari modal
nasabah. Pembagian hasil keuntungan, tidak harus dihitung sesuai porsi modal yang ditempatkan, akan
tetapi sesuai dengan kesepakkatan dalam kontrak awal, misalnya 60% untuk nasabah dan 40% untuk bank
syariah.9

Akad pembiayaan musyarakah
Shahibul maal
2

Shahibul maal
(Bank syariah)

(nasabah)
3, Modal 30%

2. Modal 70%
Kerja Sama
Usaha
4, Pengeluaran Usaha

Bagi hasil 60%
5. pendapatan

Bagi Hasil 40%

9. Ismail,,Perbankkan Syariah,edisi pertama,(Jakarta : Prenadamedia Group,2011), hlm.187

6
6. Modal

Modal 30%

Modal 70%

Keterangan:
1. Bank syariah (shahibul maal 1) yang dan nasabah (shahibul maal 2) menandatangani akad
pembiayaan musyarakah
2. Bank syariah menyerahkan dana sebesar 70% dari kebutuhan proyek usaha yang akan dijalankan
oleh nasabah.
3. Nasabah menyerahkan dana sebesar 30% dan menjalankan usaha sesuai dengan kontrak.
4. Pengelolaan proyek usaha dijalankan oleh nasabah dapat dibantu oleh bank syariah atau
menjalankan bisnisnya sendiri, bank syariah memberikan kuasa kepada nasabah untuk mengelola
usaha.
5. Hasil usaha atas kerja sama yang dilakukan antara bank syariah dan nasabah dibagi sesuai dengan
nisbah yang telah diperjanjikandalam akad pembiayaan, misalnya 60% untuk nasabah dan 40%
untuk bank syariah. Namun dalam hal terjadi kerugian, maka bank syariah akan menanggung
kerugian sebesar 30%.
6. Setelah kontrak berakhir, maka modal dikembalikan kepada masing-masing mitra kerja, yaitu
70% dikembalikan kepada bank syariah dana 30% dikembalikan kepada nasabah. 10

Al-Musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan dalam hal pembiayaan proyek. Dalam hal
ini nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama menyediaan dana untuk melaksanakan proyek
tersebut. Keuntungan dari proyek dibagi sesui dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih
dulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al- Musyarakah dapat pula dilakukan
untuk kegiatan investasi seperti pada lembaga keuangan modal ventura.

10 Ibid,hlm.247

7

Pembiayaan Musyarakah atau Syirkah dalam Bank
a. Pada setiap permohonan pembiyaan Musyarakah baru, bank perketentuan internal diwajibkan
untuk menerangkan esensi dari pembiayaan musyarakah serta kondisi penerapannya. Hal
yang wajib dijelaskan antara lain meliputi esensi pembiayaan musyarakah sebagai bentuk
kerja sama investasi bank ke nasabah, definisi dan terminology, profit sharing atau revenue
sharing, keikutsertaan dalam skema penjaminan, terms and conditions,dan cara perhitungan
bagi hasil.
b. Bank wajib menerima nasabah untuk mengisi formulir permohonan pembiayaan
musyarakah, dan pada formulir tersebut wajib diinformasikan mengenai”
1) Usaha yang ditawarkan untuk dibiayai.
2) Jumlah kebutuhan dana investasi.
3) Jangka wakty investasi.
c. Dalam memproses permohonan pembiayaan musyarakah dimaksud, bank wajib melakukan
analisis mengenai:
1) Kelengkapan administrasi yang disyaratkan.
2) Aspek hukum
3) Aspek personal
4) Aspek usaha yang meliputi pengelolaan (manajemen), produksi,pemasaran, dan
keuangan.
d. Bank menyampaikan tanggapan atas permohonan dimaksud sebagai tanda adanya tahapan
penawaran dan penerimaan.
e. Pada waktu penandatanganan akad antara para nasabah dan bank, pada kontrak akad tersebut
wajib diinformasikan:
1) Tanggal dan tempat melakukan akad
8

2) Definisi dan esensi pembiayaan musyarakah
3) Usaha yang dibiayai
4) Posisi para nasabah dan bank adalah sebagai pemilik modal
5) Penentuan pihak yang akan mengelola usaha
6) Hak dan kewajiban bank dan para pihak/pengelola
7) Investasi yang ditanamkan, dijamin atau tidak
8) Jumlah uang yang akan disetorkan/diinvestasikan oleh para pihak
9) Jangka waktu pembiayaan
10) Pembagian keuntungan adalah sesuai nisbah bagi hasil yang disepakati, sedangkan
pembagian kerugian adalah proporsional sesuai sharing modal masing-masing dan tidak
berubah sepanjang jangka waktu investasi yang disepakati
11) Metode penghitungan: profit sharing atau revenue sharing
12) Status penjaminan pembiayaan revenue sharing
13) Rumus penghitungan an factor-faktor yang mengurangi nilai pendapatan yang akan
dibagi
14) Contoh perhitungan bagi hasil
15) Tata cara pembayaran baik penarikan maupun pengembalian dana 11

11 Ascarya,Akad an produk bank syariah,( Jakarta : Rajawali Pers,2011), hlm.235

9

Contoh Kasus
Syirkah Inan.
Merupakan iuran beberapa orang untuk diperdagangkan bersama atau membuat suatu kerjasama
dan hasil labanya dibagi sesuai
12

presentase besar iuran masing-masing . Berikut contoh kasusnya dalam lembaga keuangan syariah.
Kerja sama yang dilakukan antara BAS (Bank Aman Syariah) dengan pak Hendri sebagai
kontraktor pembangunan jembatan. Kerjasama ini membutuhkan modal Rp. 1.000.000.000 (1.M) dengan
nilai kontrak 1,5 M. Pak Hendri dan BAS membuat perjanjian dengan modal 70% dari bank dan 30% dari
12 Andi ali akbar,Prinsip-prinsip Dasar Transaksi Syariah,(Banyuwangi:PP.Darussalam
Blokagung 2014),hlm.38

10

pak Hendri, dan dari kedua pihak sama-sama bekerja membangun jembatan tersebut dari pak hendri
memiliki pekerja, dan dari bank menyewa pekerja untuk sama-sama membangun jembatan tersebut. Ada
100 orang yang bekerja membangun jembatan tersebut. Setelah itu para pekerja dibayar oleh bank 70
orang pekerja, dan 30 orang lainnya dibayar oleh pak hendri. Setelah itu keuntungan yang didapat dari
proyek tersebut sebesar Rp. 500.000.000,00 yang akan dibagi dua sesuai dengan kesepakan di awal yaitu
70%:30%, untuk BAS mendapatkan Rp. 350.000.000,00 dan untuk pak hendri mendapatkan keuntungan
sebesar Rp.150.000.000,00.

DAFTAR PUSTAKA

Andi ali akbar, Prinsip-prinsip dasar transaksi syari’ah, Banyuwangi :PP
Darussalam Blokagung, 2014.
Ascarya, Akad dan produk bank syariah,Jakarta :Rajawali Pers,2011
Chandra Natadipurba, Ekonomi Islam 101,edisi 2, Bandung : PT Mobidelta
Indonesia,2016.
Dr.Kasmir,S.E,M.M, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta : Rajawali pers,2015.

11

Drs. Ismail, MBA,Ak, Perbankkan Syariah,edisi pertama, Jakarta : Prenada media
Group,2011.
Imam mustofa, S.H.,M.SI, Fiqih muamalah kontemporer, Jakarta:Rajawali
pers,2016.
M.Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik, Bandung :
CV Pustaka Setia, 2015
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani, 2011
Suhendi H, Fiqih muamalah, Jakarta :Rajawalipers, 2013.
Suhrawardi K.Lubis & Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta : Sinar
Grafika, 2012
Veithzal Rivai & Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management,
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008
Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah : Lingkup, Peluang, Tantangan, dan
Prospek,Jakarta : Alvabet, 1999.

12