STUDI KETERSEDIAAN THORIUM UNTUK MENINGK

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2017
Makassar, 12-13 Oktober 2017

ISSN: 2355-7524

STUDI KETERSEDIAAN THORIUM UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN
ENERGI NUKLIR
Abimanyu Bondan, Siti Alimah, Hadi Suntoko
Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir-BATAN,Jl Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta, 12710

email: bondan.wicaksono@batan.go.id
ABSTRAK
STUDI KETERSEDIAAN THORIUM UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN ENERGI
NUKLIR. Kajian ketersediaan thorium untuk meningkatkan penyediaan bahan bakar nuklir
dilakukan. Saat ini sebagian besar reaktor nuklir di dunia telah menggunakan bahan bakar
uranium. Penggunaan bahan bakar uranium secara terus menerus akan menyebabkan
menurunnya sumberdaya uranium. Oleh karena itu, bahan bakar nuklir alternatif seperti
thorium perlu dikembangkan. Thorium adalah bahan fertil (dapat biak), sehingga
penggunaannya sebagai bahan bakar, thorium harus diubah menjadi bahan fisil terlebih
dahulu, yakni bisa dicampur dengan bahan fisil seperti uranium (U-235) diperkaya,
plutonium (Pu-239) atau U-233. Thorium jika menyerap neutron akan menjadi U-233 yang

menghasilkan energi sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar nuklir. Tujuan studi ini
adalah mengetahui ketersediaan thorium untuk meningkatkan penyediaan bahan bakar
nukir. Metodologi yang digunakan adalah kajian literatur dan analisis. Hasil studi
menunjukkan bahwa sumberdaya spekulatif thorium di Indonesia tersebar di daerah sabuk
granit timah sebesar 133.668 ton pada tahun 2016. Ketersediaan sumber daya thorium
dunia terbesar adalah di negara India sebesar 846,000 ton.
Kata kunci: thorium, bahan fertil, uranium, bahan bakar nuklir, keamanan.
ABSTRACT
AVAILABILITY STUDY OF THORIUM TO INCREASE NUCLEAR ENERGY SCURITY.
Study of the availability of thorium to increase the supply of nuclear fuel elements have been
done. Nuclear reactors today use uranium fuel. The use of uranium as a nuclear fuel
continuously will cause the availability of uranium reserves as a source of fissile material
decrease. Therefore, an alternative raw materials such as thorium needs to be developed.
Thorium is a fertile material. Therefore for use as a fuel, thorium mixed with fissile material
such as enriched uranium (U-235), plutonium (Pu-239) or U-233. In case of absorbing
neutrons Thorium will be U-233 and produces energy that can be used as nuclear fuel. The
aim of this study was to determine the availability of thorium to increase the supply's nuclear
fuel. The methodology used is a literature review and analysis. The study shows that the
speculative thorium resources in Indonesia spread in the Granite Belt region of 133 668
tonnes in 2016. The availability of the world's largest thorium resource is in India amount of

846,000 tons.
Keyword: thorium avibility, fertile material,uranium, nuclear fuel element,
PENDAHULUAN.
Dewasa ini, teknologi reaktor nuklir yang sedang beroperasi di dunia sebagian besar
menggunakan bahan bakar uranium. Penggunaan bahan bakar uranium secara terus
menerus akan menyebabkan cadangan uranium semakin lama semakin menipis. Oleh
karena itu, bahan bakar alternatif untuk meningkatkan penyediaan bahan bakar nuklir perlu
dikembangkan, yaitu thorium. Penggunaan thorium sebagai bahan bakar, adalah dalam
bentuk thorium oksida (berkisar 60-70%) yang dicampur dengan bahan fisil uranium (U-235)
diperkaya, plutonium (Pu-239) atau U-233 yang diperoleh dari olah ulang bahan bakar
thorium [1,2]. Karena thorium merupakan bahan dapat biak, yang apabila menyerap neutron
akan dikonversi menjadi bahan fisil (bahan dapat belah). Proses perubahan ini dapat
dijelaskan sebagai berikut: thorium jika menyerap neutron dan selama lebih kurang 28 hari
akan menjadi U-233 yang sifanya fisil sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar
reaktor nuklir.
Beberapa tipe reaktor yang dapat menggunakan bahan bakar nuklir berbasis thorium
adalah PWR, BWR, PHWR, FBR, HTGR dan MSR. Pada reaktor PWR dan BWR telah dikaji
dan diuji coba model desain teras berbahan bakar thorium, diantaranya Indian Point I PWR
(Amerika Serikat), Borax IV dan Elk River BWR (Amerika Serikat), dan reaktor air ringan
pembiak (Light Water Breeder Reactor - LWBR) Shippingport (Amerika Serikat). Reaktor

1

Studi Ketersedian Thorium Untuk Meningkatkan ...
Abimanyu Bondan, dkk

ISSN: 2355-7524

berpendingin gas (HTGR) dengan menggunakan thorium sebagai bahan bakar juga telah
dioperasikan, yaitu Dragon (Inggris), Peach Bottom (Amerika Serikat), AVR (Jerman), THTR
(Jerman) dan Fort St. Vrain (Amerika Serikat) [3]. Reaktor temperatur tinggi generasi IV
berbahan bakar thorium juga telah didesain, yaitu PBMR (Afrika Selatan), GTMHR (USA),
reaktor lelehan garam (MSR) dan reaktor berbasis akselerator atau Accelerator Driven
System(ADS). Perkembangan lain pemanfaatan thorium pada CANDU-6 (PHWR), adalah
dalam tahap perhitungan desain. Thorium juga telah diteliti sebagai bahan bakar reaktor
cepat dengan daya 100MWe pada Advanced Fast Reactor-100 (AFR-100).
Thorium ada dalam beberapa bentuk isotop, diantara yang tersedia di alam, lebih dari
99,99% thorium alam adalah thorium-232 (bahan yang akan diubah menjadi bahan bakar
nuklir), sisanya adalah thorium-230 dan thorium-228 [4]. Thorium alam ditemukan dalam
mineral monasit, thorit (thorium silikat), orangit dan thorianit (mineral radioaktif yang tersusun
dari thorium oksida dan uranium) [5]. Diantara berbagai mineral tersebut, monasit memiliki

kandungan thorium cukup tinggi, yaitu dapat mencapai sekitar 12%, namun rata-rata
mengandung sekitar 6-7%[5]. Pemanfaatan thorium sebagai bahan bakar nuklir akan
menghasilkan nilai tambah pasir monasit yang sangat tinggi. Untuk mendapatkan sejumlah
energi yang sama, dibutuhkan thorium yang lebih sedikit, sebagai contoh untuk
mendapatkan listrik sebesar 1 giga watt dibutuhkan 4 juta ton batubara, sementara dengan
uranium membutuhkan 200 juta ton, dan dengan menggunakan thorium hanya
membutuhkan 100 ton.
Saat ini, BATAN berencana membangun dan mengoperasikan Reaktor Daya
Eksperimental (RDE) untuk mendukung kebijakan pemerintah di bidang energi dan
ketenagalistrikan. RDE direncanakan untuk mendemonstrasikan teknologi pembangkitan
listrik dan aplikasi panas proses untuk industri, sehingga RDE akan bertipe HTGR. Reaktor
HTGR merupakan salah satu PLTN yang dapat menggunakan bahan bakar berbasis
thorium, meskipun masih perlu dilakukan penelitian dan pengembangan terlebih dahulu.
Untuk mengetahui agar ketersediaan bahan bakar nuklir berbasis thorium tidak
menemui kendala di kemudian hari, maka studi ketersediaan thorium untuk produksi bahan
bakar reaktor perlu dilakukan. Oleh karena itu tujuan penulisan makalah ini adalah
mengetahui ketersediaan thorium untuk meningkatkan penyediaan bahan bakar nuklir.
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah kajian literatur dan analisis.
Hasil studi diharap dapat menjadi masukan penyediaan bahan bakar nuklir, guna
menyongsong pembangunan RDE di Indonesia.

TEORI
Thorium ditemukan dalam jumlah kecil di beberapa batuan dan tanah. Beberapa
kelebihan thorium sebagai bahan bakar dibanding uranium adalah thorium tidak perlu
pengkayaan, limbah aktivitas tinggi dan berumur panjang lebih rendah dibandingkan bahan
bakar uranium, keterdapatan thorium lebih banyak 3-4 kali dibanding endapan uranium.
Thorium terdapat dalam mineral thorianit, ytrokrasit, zirkelit, zirkon, thorit, thalenit, thortveit,
gadolinit, alanit, schelkinit, xenotim dan monasit [6]. Sifat-sifat kimia dari thorium dan logam
tanah jarang (Rare Earth Element) pada dasarnya sama, sehingga pemisahannya sulit dan
memakan waktu. Konsentrat tanah jarang harus diproses secara kimia untuk memisahkan
dari komponen lain dari mineral pembentuk dan pengotor.
Karakteristik Endapan Thorium
Deposit Thorium biasanya berasosiasi dengan unsur-unsur tanah jarang lainya.
Seperti U,Ce,Y,Li dan unsur tanah jarang lainya. Ada beberapa model keterdapatan deposit
U-Th, diantaranya yang berhubungan dengan proses magmatisme dan model deposit yang
berhubungan dengan sedimentasi. Tipe deposit yang berhubungan dengan proses
magmatisme diantaranya adalah IOCG (Iron Oxide Copper Gold), Intrusive – pegmatite
hosted dan Volcanic – Caldera hosted, batuan tersebut dapat menjadi batuan induk atau
batauan sumber mineral Thorium. Batuan induk yang mengandung thorium kemudian
tererosi dan tersaring secara alamiah, endapan thorium akan terakumulasi pada endapanendapan sungai dan pantai. Tipe deposit Uranium-Thorium sedimen diantaranya
Sedimentary Phoporite (disebut sebagai tipe Phosporite), Tipe Black Shale, dan tipe

Sandstone Host. Deposit ini kebanyakan berasal dari cekungan-cekungan sedimen tua [7].
Di Indonesia deposit Thorium pada umumnya ditemukan pada asosiasi granit.
sehingga mayoritas endapan thorium ditemukan pada jalur timah. Cebakan monasit primer
terbentuk melalui beberapa fase, yaitu pertama fase pneumatolitik, selanjutnya fase kontak
2

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2017
Makassar, 12-13 Oktober 2017

ISSN: 2355-7524

pneumatolitik–hidrotermal tinggi dan fase terakhir adalah hipotermal–mesotermal. Fase yang
terakhir ini merupakan fase terpenting dalam penambangan karena mempunyai arti
ekonomis dimana larutan yang mengandung timah dan monasit dengan komponen utama
silika (SiO2) mengisi perangkap pada jalur sesar, kekar, dan zona lemah lainnya. Sedangkan
untuk cebakan monasit sekunder terbentuk dari cebakan monasit primer yang mengalami
pelapukan, tererosi, tertransportasi, dan terendapkan sebagai endapan koluvial, kipas
aluvial, aluvial sungai, maupun aluvial lepas pantai. Endapan monasit primer pada umumnya
terdapat pada batuan granit,sedangkan endapan monasit sekunder terdapat pada sungaisungai tua dan dasar lembah baik yang terdapat di darat maupun di laut. Granit merupakan
batuan sumber dan endapan aluvial merupakan tempat akumulasi monasit sekunder [5].

Cebakan endapan Thorium membentang sepanjang Malaysia, Pulau Bangka,
Belitung, dan Kalimantan Barat. Mineralisasi thorium dipengaruhi oleh proses geologi
sebagai berikut:
1. Alterasi hidrotermal, yaitu perubahan mineralogi dan komposisi kimia yang
terjadi ketika batuan berinteraksi dengan larutan hidrotermal [8]. Sehingga
mineralisasi granit berubah dan muncul kandungan thorium.
2. Proses Pelarutan dan pengendapan thorium akibat air meteorik
3. Proses Supergene, yaitu anomali kandungan thorium pada tanah laterit
sedangkan pada batuan sekitarnya tidak terlalu tinggi.
Ketersediaan Thorium
Kelimpahan thorium dapat mencapai 3-4 kali lebih banyak dibanding uranium alam
dan belum tereksploitasi secara komersial sehingga dapat menjaga keberlangsungan energi
nuklir. Untuk melihat ketersediaan bahan baku thorium di pasaran dunia maka perlu dilihat
berbagai produsen/pemasok thorium di dunia. Tabel 1 memperlihatkan perkiraan sumber
thorium di dunia [9].
No
1
2
3
4

5
6
7
8
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Tabel 1. Perkiraan sumber thorium di dunia [9]
Nama Negara
Jumlah Thorium (ton)
India
846,000
Brasil

632,000
Australia
595,000
Amerika Serikat
595,000
Mesir
380,000
Turki
374,000
Venezuela
300,000
Kanada
172,000
Rusia
155,000
Afrika
148,000
China Selatan
100,000
Norway

87,000
Greenland
86,000
Finland
60,000
Sweden
50,000
Kazakhstan
50,000
Negara lain
1,725,000
Total
6,355,000

Monasit merupakan mineral yang mengandung unsur-unsur tanah jarang (REE)
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Thorium, uranium, scandium, yitrium dan 15 unsurunsur yang termasuk dalam lantanida bisanya terdapat dalam mineral monasit. Monasit
dapat ditemukan sebagai endapan plaser pantai dan sungai. Monasit sebagai limbah hasil
penambangan timah di Pulau Bangka menghasilkan unsur uranium, thorium, RE dan fosfat.
Monasit memiliki kandungan thorium berbeda-beda, tergantung dari proses terbentuknya,
batuan sumber penyusun endapan monasit, dan proses yang bekerja selama endapan

monasit tersebut terbentuk.
Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis monasit dengan perbedaan komposisi, yang
tidak selalu mengandung unsur radioaktif seperti thorium, yaitu: monasit-(Ce) dengan
formula (Ce,La,Nd,Th,Y)PO4, monasit-(La) dengan formula (La,Ce, Nd)PO4, dan monasit(Nd) dengan formula (Nd,La,Ce)PO4

3

Studi Ketersedian Thorium Untuk Meningkatkan ...
Abimanyu Bondan, dkk

ISSN: 2355-7524

Untuk saat ini, ekstraksi unsur tanah jarang di dunia hanya ada di satu negara saja,
yaitu Tiongkok dengan lebih dari 90% produksi dunia. Namun demikian Tiongkok juga
sebagai konsumen terbesar unsur-unsur tanah jarang tersebut, terhitung 70% dari total
produksi dunia [10]. Hasil produksi unsur-unsur tanah jarang dan kuota ekspor dari Tiongkok
dapat dilihat di Gambar 1.
Ribu Ton

Gambar 1.

Produksi dan kuota ekspor Rare Earth Element (REE) Tiongkok [10]

Monasit selain diperoleh dari batuan, juga diperoleh dari produk samping tambang
timah. Di Indonesia terutama diperoleh dari hasil tailing penambangan timah. Dikarenakan
Indonesia berada pada jalur Tin Belt, maka cadangan bijih timah beserta material ikutanya
termasuk Monasit juga melimpah. Berdasarkan dari data Pusat Sumber Daya Geologi dalam
neraca mineral logam tahun 2013, Indonesia mempunyai sumberdaya hipotetik monasit
sebesar 1,5 milyar ton [11]. Dengan potensi sebesar itu maka pengolahan monasit di
Indonesia menjadi sangat menarik terutama untuk menghasilkan thorium sehingga akan
meningkatkan penyediaan bahan bakar nuklir.
Untuk memperoleh thorium dari monasit dilakukan proses pelindihan, pemisahan dan
o
pengendapan. Selanjutnya dilakukan kalsinasi pada temperatur 1100 C untuk memperoleh
serbuk thorium oksida. Sedangkan untuk meningkatkan serbuk thorium oksida menjadi
grade nuklir dilakukan lagi proses ekstraksi, stripping, pengendapan dan kalsinasi.
Selanjutnya dibentuk menjadi pellet dan bahan bakar, yang kemudian dirakit menjadi bahan
bakar. Penggunaan bahan bakar nuklir berbasis thorium oksida umumnya berkisar antara
60-70% yang digunakan sebagai campuran dengan bahan bakar uranium oksida (UO2) di
dalam bahan bakar nuklir reaktor eksperimental maupun reaktor daya[1].
PEMBAHASAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam thorium,
karena seperti diketahui Indonesia dilewati oleh jalur sabuk granit. Granit di Indonesia
berasosiasi dengan timah yang dapat ditemukan di Jalur Timah, Diantaranya BangkaBelitung, Kalimantan Barat (Karimata, Ketapang, Rirang, Tanah Merah). Selain itu juga
penelitian sumberdaya thorium dilakukan di daerah Mamuju, Sulawesi Barat, Daerah
Mamuju merupakan daerah eksplorasi baru yang cukup menarik, karena memiliki kadar Th
dan U yang cukup tinggi. Kadar Th dan U yang tinggi dalam batuan terdapat di sebaran
batuan vulkanik Adang [12].
Sumber daya thorium di Pulau Bangka bertipe cebakan plaser atau cebakan yang
dipengaruhi oleh proses endapan sungai. Keberadaan thorium di Pulau Bangka terutama
hanya terdapat dalam mineral monasit, yang dikategorikan sebagai cebakan (deposit)
monasit yang terendapkan dan terkonsentrasi sebagai cebakan plaser baik sebagai plaser
sungai maupun plaser pantai, seperti cebakan plaser monasit yang terdapat di Australia dan
India [5]. Selain Bangka Belitung potensi sumberdaya thorium juga terdapat di pulau
4

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2017
Makassar, 12-13 Oktober 2017

ISSN: 2355-7524

Singkep [13,14] yang memikiki setting geologi yang sama dengan Bangka Belitung. Sama
halnya dengan Pulau Bangka, keberadaan sumberdaya thorium yang ada di Kalimantan
Barat juga berasal dari endapan plaser. Sebaran endapan thorium terakumulasi pada
endapan sungai, rawa, dan pantai. mineral radioaktif dalam mineral berat dikenali dari data
hasil analisis butir. Keberadaan thorium di daerah Kepulauan Riau sampai Kalimantan Barat
berkaitan dengan sebaran batuan granitik dan endapan placer hasil lapukannya. Batuan
granitik berumur Trias tersebut merupakan bagian dari “sabuk granit timah” yang
membentang dari Indochina – Semenanjung Thailand – Malaysia – Kepulauan Riau –
Bangka Belitung – Kalimantan Barat dan kaya dengan endapan timah [12]
Proses pembentukan dan akumulasi thorium di daerah Mamuju berbeda dengan
pembentukan di Bangka Belitung dan Ketapang Kalimantan Barat. Proses akumulasi
thorium di Kabupaten Mamuju lebih terkait dengan proses vulkanisme batuan alkalin basal,
alterasi hidrothermal, pengkayaan supergen dan lateritisasi. Pada beberapa sampel batuan
dari batuan vulkanik Adang dilakukan analisis XRF. Kadar thorium yang terdapat di dalam
batuan mencapai 1100 ppm pada beberapa sampel batuan yang diambil [15]. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sampai dengan tahun 2016
sumberdaya spekulatif thorium di Indonesia adalah 133.668 Ton. Dengan jumlah
sumberdaya di Pulau Bangka Belitung paling besar dengan 126.207 ton, jumlah
sumberdaya spekulatif di Ketapang sebesar 4.707 ton, Singkep Kepulauan Riau sebesar
433 ton, dan di Kabupeten Mentawa, Dereb dan Katingan Provinsi Kalimantan Barat
sebesar 2.261 ton [16]. Keterdapatan sumberdaya spekulatif thorium di Indonesia sampai
dengan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2.

Peta sumberdaya spekulatif thorium di Indonesia (update 2016) [16]

Proses ekstraksi thorium dari alam telah diupayakan. dalam skala laboratorium.
proses ekstraksi dengan metode pegendapan telah dikuasai. Di Indonesia telah diperoleh
hasil kajian untuk mendapatkan ThO2 melalui proses penggerusan, dekomposisi, filtrasi
sampai dengan pengendapan untuk mendapatkan ThO2 dari monasit [17,18]. Dan hasil dari
uji laboratorium pengolahan monasit menjadi logam tanah jarang (RE) oksida telah
dikembangkan dengan hasil berupa RE2O2 sebanyak 45kg dengan kemurnian 93,59% dan
Th 1143 ppm [19]. Dengan dikuasainya teknologi produksi thorium dari pengolahan monasit
maka prospek produksi thorium akan meningkat.
Pada Tabel 1 terlihat urutan sumber daya thorium terbesar dari India, Brasil, Australia,
Amerika Serikat, Mesir, Turki dan Venezulea. Seperti skema pada gambar 3, apabila
5

Studi Ketersedian Thorium Untuk Meningkatkan ...
Abimanyu Bondan, dkk

ISSN: 2355-7524

thorium menyerap neutron maka dihasilkan U-233 yang bersifat fisil [1]. Penggunaan bahan
bakar thorium bertujuan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar uranium oksida dan
sebagai bahan bakar alternatif sehingga keamanan dan kemandirian energi nuklir dapat
terjamin.

Energi

Fertil
Energi

Gambar 3.

Fissil
Produk
Fissi

Proses peluruhan Th-232 menjadi U-233 setelah menyerap neutron [1]

Beberapa reaktor daya dan reaktor eksperimen yang telah menggunahan thorium
sebagai bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 2. Isotop fertil Th-232 bersifat seperti U-238,
yang bila menyerap neutron akan menjadi Th-233, kemudian meluruh menjadi Pa-233
dengan memancarkan β, dan selanjutnya akan meluruh menjadi isotop fisil U-233 [20].

(1)

Tabel 2. Penggunaan Thorium Pada Reaktor Daya Dan Ekperimen [3]
Nama dan
Negara

Tipe

Power

Bahan Bakar

Masa Operasi

HTGR
Experimen
(Pebble bed
reactor)
HTGR
Reaktor Daya
(Pebble Type)

15 MW(e)

Driver Th+235U,
partikel bahan bakar
berlapis oksida dan
dikarbida
Driver Th+235U,
partikel bahan bakar
berlapis oksida dan
dikarbida

1967 – 1988

Lingen, Jerman

BWR
Irradiasi-testing

60 MW(e)

Pelet uji bahan bakar
Th,Pu)O2

Ditutup pada
1973

Dragon, Inggris
OECD-Euratom,
Swedia,
Norwegia &
Swiss

HTGR
Experimental
(Pin-in-Block
Design)

20 MWt

Driver Th+235U,
partikel bahan bakar
berlapis oksida dan
dikarbida

1966 – 1973

Peach Bottom,
USA

HTGR
Experimental
(Blok Prismatik)

40 MW(e)

1966 – 1972

Fort St Vrain,
USA

HTGR Power
(Prismatic Block)

330
MW(e)

MSRE
ORNL, USA

MSBR

7.5 MWt

Driver Th+235U,
partikel bahan bakar
berlapis oksida dan
dikarbida
Driver Th+235U,
partikel bahan bakar
berlapis oksida dan
dikarbida
233U
Molten Fluorides

AVR, Jerman

THTR, Jerman

6

300
MW(e)

1985 - 1989

1976 - 1989

1964 - 1969

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2017
Makassar, 12-13 Oktober 2017
Shippingport &
Indian Point,
USA

WBR
PWR
(Pin Assemblies)

Borax IV & Elk
River
Reactors, USA

BWRs
(Pin Assemblies)

SUSPOP/KSTR
KEMA,
Netherlands
KAMINI,
CIRUS, &
DHRUVA, India
KAPS 1&2,
KGS 1&2,
RAPS 2,3&4,
India
FBTR, India

ISSN: 2355-7524

100
MW(e)
285
MW(e)
2.4 MW(e)
24 MW(e)

Driver Th+235U
Pelet oksida

1977 - 1982
1962 - 1980

Driver Th+235U
Pelet oksida

1963 – 1968

Aqueous
Homogenous
Suspension
(Pin Assemblies)
MTR
Thermal

1 MWt

Th+ HEU
Pelet oksida

1974 - 1977

30 kWt
40 MWt
100 MWt

Al-233U Driver Fuel
‘J’ rod of Th & ThO2
‘J’ rod of ThO2

Operasi

PHWR
(Pin Assemblies)

220
MW(e)

Pelet ThO2

Dilanjutkan
pada PHWR
baru

LMFBR
(Pin Assemblies)

40 MWt

Selimut ThO2

Operasi

KESIMPULAN
Sumberdaya spekulatif thorium di Indonesia saat ini terdapat di sepanjang sabuk
granit timah yang membentang dari Kepulauan Riau, Bangka Belitung sampai Kalimantan
Barat serta potensi kandungan thorium di daerah Mamuju Sulawesi Barat diperkirakan
sejumlah 133.668 ton. Ketersediaan sumber daya thorium dunia terbesar terdapat di negara
India. Dengan adanya sumber daya thorium di Indonesia dan dunia, maka ketersediaan ini
dapat meningkatkan penyediaan bahan bakar nuklir.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis sampaikan pada Kepala Pusat PKSEN Bapak Yarianto Sugeng
Budi Susilo dan Kepala Bidang Kajian Data Tapak Bapak Sriyana. yang telah memberikan
arahan dan masukan dalam penulisan. Serta Kepala Bidang Eksplorasi Pusat Teknologi
Bahan Galian Nuklir, Bapak Heri Syaeful yang telah mendukung dalam penulisan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Purwadi Kasino Putro, dkk., “Pembuatan Serbuk Thorium Oksida dari Pasir Monasit
sebagai Bahan Bakar Nuklir”, Laporan Teknis Program Intensif Peneliti dan
Perekayasa, Ristek 2010.
2. Palanki Balakrishna, “ThO2 and (U,Th)O2 Processing- A Review”, natural science
Vol. 4, November 2012.
3. IAEA, “Thorium Fuel Cycle–Potential Benefits and Challenges”, IAEA-TECDOC1450, 2005
4. “Chemical and Physical information”, http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp147c3.pdf diakses Februari 2013.
5. Ngadenin, H. Syaeful, K. S. Widana, and M. Nurdin, “Potensi Thorium dan Uranium
di Kabupaten Bangka Barat”, Eksplorium, vol. 35, no. 2, pp. 69–84, 2014
6. Erlan Dewita, “Analisis Potensi Thorium Sebagai Bahan Bakar Nuklir Alternatif PLTN”,
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, Vol 14. No. 1, Juni 2012
7. Saleem S Drera, Klara I Bjork, Julian F Kelly, “Thorium Fuef Production And Results
From Begining Of Life Irradiation”, Progress in Nuclear Energy, 2013.
8. Browne P.R.L., 1991, “Hydrothermal Alteration and Geothermal Systems”, Geology
Lecture Course, University of Auckland, New Zealand.
9. World Nuclear Association, http://www.world-nuclear.org/info/Current-and-FutureGeneration/Thorium/, diakses Februari 2017.
10. Caixa Bank Research, “Commodities a Source of Growth”, Monthly Report Economic
and Financial Market Outlook, 2014

7

Studi Ketersedian Thorium Untuk Meningkatkan ...
Abimanyu Bondan, dkk

ISSN: 2355-7524

11. Pusat Sumber Daya Geologi ESDM, “Neraca Sumber Daya Mineral”, 2013.
12. Tjokrokardono Soeprapto, “Tinjauan Sumberdaya Monasit di Indonesia Sebagai
Litbang/Industri Superkonduktor”, Seminar IPTEK Nuklir dan Pengelolaan
Sumberdaya Tambang,Vol 11, Mei 2002
13. Bambang Soetopo, dkk, “Laporan Eksplorasi Thorium di Jalur Timah, Tahapan Survei
Tinjau”, PTBGN-BATAN, 2015
14. Ngadenin dan Adhika Junara K, “Identifikasi Keterdapatan Mineral Radioaktif Pada
Granit Muncung Sebagai Tahap Awal Untuk Penilaian Prospek uranium dan Thorium
di Pulau Siangkep”, Eksplorium, Vol 37 No 2, Hal 63-72, 2016
15. I Gde Sukadana, dkk, “Tectonic Setting of Adang Volcanic Complex in Mamuju
Region, West Sulawesi Province”, Eksplorium, Vol 36 No.1 Hal 31-44, Jakarta, 2015
16. PTBGN, “Sumberdaya Mineral Radioaktif di Indonesia”, Laporan Teknis, 2016, tidak
dipublikasi.
17. Hafni Lissa N, dkk, “Kebutuhan Desain Awal Pada pilot Plant Pengolahan Monasit
Menjadi Thorium Oksida (ThO2)’, Eksplorium, Vol 35, No 2 Hal 131-141, Jakarta,
2014
18. Kurnia Trinopiawan dan Sumiarti, “Pemisahan Thorium dari uranium pada Monasit
dengan Metode Pengendapan”, Eksplorium Vol 33 No 1 Hal 55-62, 2012.
19. Hafni Lissa N, dkk, “Kebutuhan Desain Awal Pada pilot Plant Pengolahan Monasit
Menjadi Thorium Oksida (ThO2)’, Eksplorium, Vol 35, No 2 Hal 131-141, Jakarta,
2014
20. Liu Chanyun, “Design and Neutronic of Thotium Fuel in pressurized Water
Reactors”, KTH Engeneering Science, Sweden, 2008

8