Identifikasi Peran Partai Politik dalam

Identifikasi Peran Partai Politik dalam Pemilu di Indonesia
A. Pendahuluan
Kegiatan pemilihan umum merupakan salah satu bentuk perwujudan dari
masyarakat demokrasi. Pemilihan umum dilaksanakan dengan tujuan agar aktoraktor yang duduk dalam kursi pemerintahan dikenal dan dipilih oleh rakyat.
Sehingga esensi dari demokrasi adalah adanya keterbukaan dalam pelaksanaan
pesta demokrasi atau pemilihan umum.
Seperti halnya Indonesia sebagai negara demokrasi di Indonesia yang
menekankan kebebasan berpikir dan memilih kepada seluruh masyarakat. Dalam
hal menentukan hak suara politik, masyarakat diwadahi dengan bentuk kegiatan
pemilihan umum. Pemilihan umum di Indonesia terbagi atas pemilihan presiden dan
wakil presiden; pemilihan calon legislatif DPR/DPRD/DPD; dan pemilihan gubernur
dan pemilihan walikota.
Tujuan diadakannya pemilihan umum adalah untuk mewujudkan demokratisasi;
hak-hak rakyat; serta partisipasi masyarakat dalam politik untuk melakukan
pendidikan politik dan pembangunan politik masyarakat. Selain menentukan aktoraktor yang akan memegang kendali pemerintahan, pemilihan umum juga melibatkan
sejumlah masyarakat dan diperolehnya statistik terpercaya dalam volume besar 1
(jumlah peserta pemilu hingga hasil suara pemilu).

Kegiatan pemilihan umum di Indonesia dilaksanakan sejak tahun 1955 yang
berupa pemilihan anggota DPR dan pemilihan anggota konstituante. Adapun jumlah
partai politik yang menjadi peserta dalam pemilu 1955 sebanyak 44, yang masih

dibagi ke dalam oganisasi kemasyarakatan; partai politik; dan perorangan. Pemilihan
1 Newton, Kenneth dan Jan W. Van Deth. 2016. Perbandingan Sistem Politik:
Teori dan Fakta. Terj. Imam Muttaqin. Cet.ke-1. Bandung: Nusamedia, hal. 309.

umum selanjutnya adalah pada tahun 1971 yang diikuti oleh 9 partai politik dan 1
Golongan Karya. Hingga pada masa Oder Baru selanjutnya pemilu diikuti oleh 2
partai politik dan 1 Golongan Karya. Pada masa reformasi, peserta pemilu (parpol)
dalam pemilu 1999 berjumlah 48 partai politik. 2
Hal tersebut menunjukkan bahwa selain masyarakat yang memegang kendali
atas pemerintahan demokrasi, dalam pemilu dibutuhkan partai politik sebagai
peserta yang menjadi perpanjangan tangan masyarakat kepada pemerintah.
Tuntutan-tuntutan yang diaspirasikan oleh masyarakat dibawa oleh partai politik
yang mengusungnya. Setelah menduduki posisi legislatif, tuntutan atau kepentingan
masyarakat dibuat menjadi kebijakan bersama dengan eksekutif dan menghasilkan
output yang berupa undang-undang.
Akan tetapi, peran partai politik dalam pemilu atau sebelum menduduki posisi
legislatif adalah melakukan sosialisasi politik; rekrutmen politik; partisipasi politik;
komunikasi politik; hingga pada pengendali konflik. Sehingga, dalam pembahasan
akan diuraikan mengenai identifikasi peran dan fungsi partai politik dalam pemilu.
Penulis mengambil contoh secara acak pada 3 partai politik di waktu pemilu legislatif

yang berbeda, yaitu pileg 2009 dan 2014, yaitu fungsi sosialisasi politik Partai
Nasdem pada pemilihan umum legislatif 2014 dan PKS pada pemilihan umum
legislatif 2009. Selain itu, ada juga fungsi komunikasi politik dan peran PDIP dalam
mewakili aspirasi masyarakat.

B. PEMBAHASAN
2

Imam Hidajat. 2012. Teori-teori Politik. Malang: Setara Press, hal. 160-162.

Dalam menguraikan peran dan fungsi partai politik di Indonesia, perlu diuraikan
beberapa partai yang melaksanakan peran dalam konteks pemilihan umum.
Beberapa fungsi dan peran partai politik yang diuraikan, yaitu:
1. Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para
anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota
masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang
berlangsung dalam masyarakat. Dari segi metode penyampaian pesan, sosialisasi
politik dibagi dua, yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik
merupakan suatu proses dialogik di antara pemberi dan penerima pesan. Sehingga

masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai; norma-norma; simbol-simbol
politik. Sedangkan indoktrinasi politik adalah proses sepihak ketika penguasa
memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai; norma;
dan simbol yang dianggap pihak yang berkuasa sebagai ideal dan baik. 3
Contoh partai politik yang menjalankan peran sosialisasi politik dalam pemilu,
yaitu Partai Nasdem dan PKS. Partai Nasional Demokrat (Nasdem) adalah sebuah
partai politik di Indonesia yang baru diresmikan pada tanggal 26 Juli 2011. Surya
Paloh yang merupakan pendiri organisasi partai ini. Hal ini terlihat dari bisnis media
yang dipimpinnya, Metro TV, yang selalu memberikan berita terbaru seputar aktivitas
Partai Nasdem.
Sosialisasi politik yang diterapkan Nasdem, dalam rangka pelaksanaan peran
dan fungsi sebagai suatu partai yaitu dengan pencanangan program gerakan
perubahan. Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis kesuksesan partai Nasdem
dalam mencuri hati publik. Kemunculan Nasdem ini mengejutkan, dan berhasil
menempati papan tengah dengan suara 5,9% pemilih. Nasdem juga dianggap
3

Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo, hal. 117.

berhasil merebut suara pemilih partai-partai yang tidak masuk parlemen pada pemilu

2014. Seperti data yang menunjukkan bahwa Partai Nasdem termasuk dalam10
partai politik yanng mencapai angka 3,5% 4 perolehan kursi pada pemilu legislatif
2014.
Sosialisasi politik yang digunakan oleh Partai Nasdem adalah melalui
teknologi informasi yang berupa televisi. Penyiaran slogan ‘gerakan perubahan’
dengan cepat mendapat perhatian publik. Keberhasilan Partai Nasdem memperoleh
simpati masyarakat karena gencarnya kampanye di media massa khususnya televisi
milik Surya Paloh, yaitu MetroTV dan jaringan MNC Group milik Harry Tanoe.
Sesuai dengan peran partai politik sebagai sosialisasi politik, Partai Nasdem
memperkenalkan simbol politik kepada masyarakat melalui media massa televisi.
Penayangan yang disiarkan terus-menerus membuat masyarakat mengenal profil
Partai Nasdem bahkan sebelum berinteraksi dengan anggota-anggota partai. Dalam
hal ini, media massa sebagai saluran penting dalam menyampaikan visi-misi Partai
Nasdem.
Dari survei yang dilakukan LSI terhadap 2.418 responden di 33 provinsi pada
25 Februari hingga 5 Maret 2012, Nasdem berhasil menempati urutan keempat di
bawah Golkar, PDIP, dan Demokrat. Pada survei itu ketiga besar partai ini meraih
suara 17,7 persen, 13,6 persen dan 13,4 persen.
Selain Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera PKS merupakan salah satu
partai Politik yang berbasiskan masyarakat muslim. Sehingga, kecenderungan

bentuk sosialisasi politik yang dilakukan oleh PKS pada pemilu 2009 adalah lebih
menyasar pada masyarakat muslim. Metode sosialisasi politik PKS adalah bersifat
dakwah atau mengajak setiap umat muslim untuk menjalani syiar Islam kepada
4

(https://www.merdeka.com/politik/ini-perolehan-kursi-resmi-parpol-pemilu-2014.html),
diakses pada 08 Oktober 2017.

masyarakat. Syiar dilakukan bukan hanya di mesjid, namun juga dilaksanakan di
berbagai tempat diantaranya rumah ke rumah.
Hal yang menarik dari peran PKS sebagai sosialisasi politik adalah bentuk
sosialisasi yang berupa kegiatan tarbiyah yang tetap mengaitkan dengan pendidikan
politik.

Taribiyah

memberikan

materi


saluran

politik

yang

bertujuan

agar

peserta tarbiyah (dalam hal ini masyarakat) dapat mengetahui hak-hak sosialnya
dalam dunia politik. Selain itu, masyarakat membandingkan beberapa saluran politik
untuk melihat kelebihan; kesamaan; dan kekurangannya dengan objektif; memilih
saluran politik dengan benar yang sesuai dengan aspirasinya, dan terlibat aktif untuk
menyalurkan ide-idenya dalam memperbaiki masyarakat pada saluran politik yang
dipilihnya.
Jika Partai Nasdem menggunakan media elektronik sebagai bentuk
sosialisasi politik, maka PKS menggunakan media cetak berupa alat-alat peraga
politik yang terdiri dari baliho; spanduk; poster; pamflet majalah. Tujuan sosialisasi
politik PKS dengan


menggunakan media cetak adalah media cetak dapat

ditempatkan di seluruh titik tempat umum dimana masyarakat mengaksesnya setiap
hari, seperti jalan raya. Jadi, proses sosialisasi politik PKS dapat tersampaikan pada
masyarakat mengenai simbol-simbol politik; visi-misi dan pendidikan politik yang
telah diperoleh melalui metode syiar.

2. Komunikasi Politik

Komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi mengenai politik
dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah. Dalam
hal ini partai politik berfungsi sebagai komunikator politik yang tidak hanya
menyampaikan segala keputusan dan penjelasan pemerintah kepada masyarakat,
namun

juga

menyampaikan


aspirasi

dan

kepentingan

berbagai

kelompok

masyarakat kepada pemerintah.5
Contoh peran partai politik sebagai komunikasi politik adalah PDIP dalam
memperjuangkan proses pemekaran wilayah di Kabupaten Cilacap menjelang
pemilu 2014. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh PDIP dalam proses
pemekaran wilayah di Kabupaten Cilacap sesuai dengan fungsi komunikasi politik.
Dalam proses komunikasi politik, PDIP menyampaikan aspirasi dan kepentingan
masyarakat kepada pemerintah sehingga proses dalam komunikasi politik dibagi
dua, yaitu agregasi kepentingan dan artikulasi kepentingan.
Proses agregasi kepentingan berlangsung pada saat salah satu warga
Kabupaten Cilacap bagian barat menyampaikan aspirasi mereka kepada salah satu

anggota PDIP mengenai usulan pemekaran wilayah yang diinginkan warga dengan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan.
Sedangkan proses artikulasi kepentingan yang dilakukan adalah melalui
penekanan aspirasi, dimana ada beberapa pihak masyarakat yang tidak setuju
dengan proses pemekaran wilayah, namun aspirasi pemekaran lebih lebih dominan
diinginkan oleh warga sehingga partai membuat isu pemekaran wilayah yang
merupakan satu-satunya isu yang dibahas dalam partai. Setelah itu PDIP
membahas topik tersebut dalam forum partai dan mengolah aspirasi tersebut dan
dirumuskan untuk disampaikan dalam sidang paripurna dalam DPRD. Setiap

5

Ramlan Surbakti, Op.cit., hal. 119.

tahapan tersebut dikomunikasikan kembali kepada masyarakat melalui PWCB
sebagai wakil masyrakat di Kabupaten Cilacap bagian barat.

3. Peran Komunikator; Mediator; Negosiator dan Lobbying Politik
Berdasarkan data sebelumnya yang menjelaskan keterlibatan PDIP dalam
mewakili aspirasi masyarakat di Kabupaten Cilacap dalam rangka pemekaran

wilayah, PDIP sebagai partai politik memiliki peran sebagai komunikator; mediator;
negosiator hingga pada lobbying politik. PDIP berperan sebagai politikus dalam
proses pemekaran. Komunikator politik sebagai politikus terjadi saat anggota fraksi
PDIP menyampaikan aspirasi masyarakat kepada fraksi lain di DPRD, yang berhasil
diterima dari masyarakat melalui fungsi komunikasi politik yang sudah dilaksanakan.
Adapun peran negosiasi politik yang dilaksanakan oleh PDIP dalam proses
pemekaran adalah pada saat melaksanakan fungsi sosialisasi politik dengan
menegosiasikan proses pemekaran wilayah kepada beberapa anggota fraksi. Fraksi
PDIP

melakukan

negosiasi

supaya

terdapat

kesepakatan


bersama

untuk

memperjuangkan kepentingan dan keuntungan dari berbagai pihak.
Dalam proses lobbying politik ketika Gubernur Jawa Tengah mengadakan
pertemuan dengan DPC PDIP Cilacap. Pada pertemuan tersebut, DPC PDIP
melakukan lobbying kepada Guberbur Jawa Tengah dengan meminta bantuan untuk
dapat melancarkan proses pemekaran wilayah pada tingkat provinsi. Pada tahap ini,
PDIP menjadi kelompok penekan untuk dapat memperjuangkan pemekaran wilayah
di Kabupaten Cilacap.
Peran PDIP selanjutnya adalah sebagai mediator politik, yaitu pada saat
PDIP menjalankan fungsi pengatur konflik politik. Dalam penyelesaikan konflik antar
kecamatan yang memperebutkan posisi penentuan ibukota kabupaten baru, PDIP

melakukan mediasi untuk mempertemukan kedua pihak tersebut dan menengahi
dengan memberikan kriteria-kriteria penetapan ibukota kabupaten baru. Hal tersebut
membuat masyarakat mengerti cara penentuan ibukota kabupaten baru, sehingga
konflik tersebut dapat diselesaikan.

C.

PENUTUP
Partai politik di Indonesia menjalankan beberapa peran dan fungsi,

diantaranya adalah sebagai sosialisasi politik dan komunikasi politik. Dalam
sosialisasi

politik,

Partai

Nasdem

menggunakan

media

elektronik

untuk

memperkenalkan simbol politik dan visi-misi partai pada pileg 2014. Sedangkan
sosialisasi politik PKS pada pileg 2009 melalui media cetak. Fungsi partai politik
sebagai komunikasi politik terlihat pada PDIP sebagai perwakilan masyarakat dalam
pemekaran wilayah. Hal tersebut juga menjadikan PDIP memenuhi perannya
sebagai komunikator; lobbying; negosiasi; serta mediator politik dalam mewakili
kepentingan masyarakat menjelang pemilihan umum 2014.

REFERENSI
Hidajat, Imam. 2012. Teori-teori Politik. Cet.ke-3. Malang: Setara Press.
Newton, Kenneth dan Jan W. Van Deth. 2016. Perbandingan Sistem
Politik: Teori dan Fakta. Terj. Imam Muttaqin. Cet.ke-1. Bandung: Nusamedia.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.
(https://www.merdeka.com/politik/ini-perolehan-kursi-resmi-parpol-pemilu2014.html), diakses pada 08 Oktober 2017.