Arah Politik internasional Indonesia Ter

MAKALAH POLITIK INTERNASIONAL
“ARAH POLITIK INTERNASIONAL INDONESIA TERHADAP
MALAYSIA PADA MASA PRESIDEN SOEKARNO SAMPAI
PRESIDEN JOKOWI”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah politik internasional
Dosen Pengampu

:

Drs. Tri Cahya Utama, MA

Makalah ini disusun oleh:
Ghiebiel Fido Caliptra
14010412130075, No Absen 014, Kelas 14

Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Diponegoro
Semarang
2015


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Konsep Zoon Politicon yang pernah dikemukakan oleh aristoteles yang
berarti manusia merupakan makluk sosial. Manandakan jika manusia perlu
membutuhkan bantuan manusia lainnya untuk bertahan hidup. Adanya fenomena
saling membutuhkan antara umat manusia secara langsung maupun tidak
langsung berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi yang dilakukan dapat
berupa interaksi yang positif dan juga interaksi yang negatif. Dimaksud dengan
interaksi positif adalah interaksi yang dilakukan antar umat manusia dengan
tujuan untuk saling membantu dan meningkatkan kesejahteraan hidup secara
bersama-sama dan dengan adanya hal tersebut manusia dapat mencapai tujuannya.
Interaksi yang dilakukan oleh manusia juga tidak selalu berupa interaksi
yang positif, interaksi yang negatif dapat muncul apabila respon dan reaksi
menimbulkan kerugian baik dari salah satu pihak maupun semua pihak dalam
sebuah interaksi seperti terjadinya konflik, permusuhan dan perang. Dalam ruang
lingkup Hubungan Internasional juga terdapat interaksi baik itu berupa interaksi
yang positif maupun negatif antar negara pada sistem internasional. Interaksi
positif dalam hubungan antar negara merupakan interaksi yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan keamanan negara dalam berbagai macam bidang
seperti bidang ekonomi, politik, sosial dan militer. Bentuk dari interaksi positif
antar negara tersebut seperti adanya kerjasama antar negara baik bersifat bilateral
dan multilateral. Adanya kerjasama ini membuktikan bahwa negara membutuhkan

negara lain untuk mencapai tujuan nasionalnya dan juga sebagai batu loncatan
untuk mencapai tujuan internasional negara tersebut. interaksi negatif juga bisa
terjadi pada hubungan antar negara, interaksi negatif tersebut seperti adanya
permusuhan antar negara, konflik bahkan perang. Munculnya permusuhan,
konflik dan bahkan perang jelas menimbulkan kerugian bagi setiap pihak yang
terlibat didalamnya. Pihak yang kalah jelas mengalami kerugian yang paling besar
dari suatu konflik namun pihak yang menang tetap mengalami kerugian walaupun
jumahnya sedikit, ini seperti peribahasa “menang jadi arang kalah jadi abu”
artinya dalam sebuah permusuhan pasti menimbulkan kerugian baik dari pihak
yang kalah mupun pihak yang menang. Adanya interaksi positif dan interaksi
negatif yang timbul karena adanya hubungan antar negara tersebut tidak terlepas
dari kepentingan nasional suatu negara.
Negara dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya di dunia dan
sistem internasional harus didukung dengan kekuatan nasional negara tesebut.
Kekuatan nasional ini berperan penting dalam mewujudkan kepentingan nasional

suatu negara karena apabila kekuatan nasionalnya baik dibandingkan negara lain
maka negara tersebut dapat lebih mudah menekan negara lain baik secara
langsung maupun tidak langsung demi mencapai kepentingan nasionalnya.
Terdapat tiga unsur dari kekuatan nasional1 yaitu pertama ada yang bersifat
dirasakan seperti militer dan tidak dapat dirasakan seperti sifat maupun watak
bangsa. Kedua, ada yang berubah seperti penduduk suatu negara dan tidak dapat
berubah seperti wilayah suatu negara. Terakhir yaitu dinamis seperti kekuatan
suatu bangsa. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya jika kepentingan nasional
tersebut memiliki peran penting dalam mewujufkan kepentingan nasional suatu
1 Catatan mata kuliah politik internasional tanggal 16 maret 2015

negara. Kepentingan nasional suatu negara terkait dalam berbagai macam bidang
yaitu kepentingan dalam bidang ekonomi, kepentingan dalam bidang politik
maupun kepentingan dalam bidang militer.
Pada makalah ini lebih berfokus kepada kepentingan nasional dalam
bidang politik. Kemampuan negara dalam perpolitikan internasional seperti
melakukan perundingan dan diplomasi harus didukung dengan kekuatan nasional
negaranya. Tujuan dari perundingan dan diplomasi yang dilakukan oleh suatu
negara dapat lebih mudah tercapai jika negara tersebut memiliki kekuatan
nasional yang lebih besar dari negara lainnya yang terlibat didalam perundingan

tersebut. kekuatan nasional suatu negara juga menjadi pedoman untuk
memposisikan negara dalam percaturan politik global. Semua negara dalam
melakukan tindakan didunia Internasional seperti berusaha memperjuangkan
kepentingan nasional di bidang politik dalam sistem politik Internasional pasti
berdasarkan kekuatan nasional negaranya. Indonesia dalam melakukan manuver
politik Internasionalnya juga berdasarkan kekuatan nasionalnya.
Mulai dari Presiden Soekarno sampai Presiden Jokowi kekuatan nasional
Indonesia cenderung mengalami dinamika perubahan. Perubahan yang terjadi
tidak terlepas dari gaya kepemimpinan masing-masing Presiden yang pernah
menjabat. Ada yang bertipe kepemimpinan keras dan tegas sekaligus memiliki
rasa nasionalisme yang tinggi dan ada pula yang memiliki tipe kepemimpinan
yang cenderung lunak dan mengalah terhadap negara lain guna mendapatkan
teman dan menjalin kerjasama sebanyak mungkin. Apapun gaya kepemimpinan
Presiden Indonesia dari Era Soekarno sampai Jokowi saat ini dala politik
Internasionalnya pasti untuk memperjuangkan kepentingan nasional demi

kesejahteraan Indonesia itu sendiri. Tentu saja hal tersebut harus didukung
sepenuhnya oleh kekuatan nasional yang prima. Setidaknya kekuatan nasional
suatu bangsa memiliki delapan unsur yaitu2: Geografi, Sumber Daya Alam,
Kemampuan Industri, Kesiapan Militer, Penduduk, Semangat Bangsa dan

Kualitas Demokrasi. Kedelapan unsur ini harus memiliki keadaan atau kondisi
yang prima untuk mendukung suatu negara khususnya Indonesia dalam
percaturan Politik Internasional dan untuk memperjuangkan kepentingan nasional
Indonesia di kancah sistem Internasional.
Telah menjadi suatu fenomena umum terkait ketegangan antara Indonesia
dengan Malaysia. Ketegangan ini muncul sejak Era Presiden Soekarno dan
bahkan hubungan antara Indonesia dengan Malaysia maih mengalami dinamika di
suatu saat melunak dan suatu saat dapat kembali menegang karena hal yang
berkaitan dengan sengketa perbatasan wilayah maupun kekerasan terhadap Tenaga
Kerja Indonesia yang ada

di Malaysia. Gejolak hubungan antara Indonesia

dengan Malaysia ini berbeda-beda bergantung pada sikap politik Internsaional
yang diambil setiap presiden Indonesia dari Soekarno sampai Jokowi. Arah
pengambilan politik internasional Indonesia yang berbeda pada setiap era
kepemimpinan Presiden Indonesia pada masa soekarno sampai Jokowi terkait
hubungan antara Indonesia dengan Malaysia menjadi sesuatu yag menarik untuk
dianalisa, maka dengan adanya hal tersebut saya berusaha menganalisa
perkembangan perubahan manuver politik Indonesia dengan Malaysia dari

Presiden Soekarno, Soeharto, B.J Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur),
Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jokowi.

2 ibid

Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah hubungan antara Indonesia dengan Malaysia yang
selalu besifat dinamis?
2. Bagaimana peran kekuatan nasional Indonesia dalam mengambil
keputusan politik internasional terkait hubungan antara Indonesia dengan
Malaysia?
3. Bagaimana arah politik internasional Indonesia terhadap Malaysia mulai
dari Presiden Soekarno sampai Jokowi?

Tujuan
1. Menjelaskan sejarah hubungan antara Indonesia dengan Malaysia yang
selalu besifat dinamis.
2. Menjelaskan peran kekuatan nasional Indonesia dalam mengambil
keputusan politik internasional terkait hubungan antara Indonesia dengan
Malaysia.

3. Menjelaskan arah politik internasional Indonesia terhadap Malaysia mulai
dari Presiden Soekarno sampai Jokowi.

PEMBAHASAN

Dalam membahas arah dari politik Internasional Indonesia terkait
hubungannya dengan Malaysia. Terlebih dahulu menjelaskan apakah politik
Internasional itu? Sebagai dasar dalam menganalisa politik internasional indonesia
pada masing-masing era pemerintahan presidennya, mulai dari Soekarno sampai
Jokowi. Pertama pengertian dari politik internasional itu sendiri, menurut catatan
mata kuliah Politik Internasional, Politik Internasional adalah bidang studi yang
berupaya memahami dan mempelajari hubungan politik antar negara bangsa
dadlam substansi politik antara negara bangsa. Muncul istilah Global Politik yang
berarti bidang studi yang tidak hanya mempelajari hal yang berkaitan dengan
politik namun juga ekonomi dalam hubungan antar negara di Sistem
Internasional.
Politik global juga menjangkau tidak hanya pada negara namun juga aktor
lain seperti perusahaan multinasional dan juga badan Mom-Governmental
Organization. Persamaan dari politik Internasional dengan politik global adalah
sama-sama mempelajari politik dalam lingkup hubungan antar negara dan bersifat

internasional. Perbedaannya adalah politik global membahas atau mempelajari hal
yang lebih luas tidak hanya dalam bidang politik namun juga dalam bidang
ekonomi. Negara dalam perannya di kancah perpolitikan internasional pasti
berdasarkan dari kepentingan nasional negaranya.
Menurut John T Rourke, kepentingan nasional bersifat kontroversial dan
sering menimbulkan pro dan kontra.
Terdapat empat pandangan kontra atau menolak mengenai konsep kepentingan
nasional yaitu:3
a) Kepentingan nasional tidak ada, yang ada hanya kepentingan penguasa.
3 Catatan politik internasional tanggal 2 maret 2015

b) Pemimpin sebaiknya didalam membuat keputusan sesuai dengan
kepentingan nasional, namun yang terjadi pemimpin memberikan
tanggapan terhadap sesuatu masalah kurang dipikirkan.
c) Kepentingan nasional terlampau sulit dirumuskan, tidak rasional dan
terlalu beragam.
d) Identik dengan egoisme nasional suatu negara dan dianggap tidak etis.
Keempat pernyataan kontra mengenai kepentingan nasional disanggah atau
dibantah dengan empat pandangan yang pro atau setuju dengan kepentingan
nasional yaitu:

a) Mengakui bahwa masyarakat dan kepentingan bersifat heterogen.
b) Kepentingan nasional dapat dirumuskan melalui tahap-tahap demokratis.
c) Kepentingan nasional berupa sintesis dari berbagai kepentingan nasional
yang tumpang tindih.
d) Kepentingan nasional bisa merupakan kepentingan kelompok mayoritas,
akan tetapi perlu memperhatikan kepentingan minoritas.
Untuk dapat memperjuangan kepentingan nasionalnya suatu negara hatus
memiliki kekuatan nasional yang prima. Kekuatan nasional suatu negara menjadi
faktor kunci atau pedoman agar negara dihormati di kancah internasional. Posisi
negara juga dapat ditentukan ari kekuatan nasionalnya, apabila kekuatan nasional
suatu negara baik dan prima maka posisi negara tersebut akan dihormati dan
diperhitungkan pada dunia internasional sedangkan apabila kekuatan nasionalnya
kurang dan lemah maka posisi negara tersebut dalam dunia internasional akan
dipandang sebelah mata oleh negara lain.

Antara kepentingan Nasional dan Kekuatan Nasional memiliki keterkaitan,
dimana apabila kekuatan nasionalnya bagus maka negara dapat lebih mudah untuk
mencapai tujuan kepentingan nasionalnya namun apabila kekuatan nasionalnya
lemah maka negara akan kesulitan untuk mencapai kepentingan nasionalnya.
Kepentingan nasional mencakup kepentingan dalam bidang ekonomi, politik,

sosial dam militer. Penjelasan diatas dapat membantu dalam menganalisa arah
politik Indonesia terhadap Malaysia pada masing-masing Presiden Indonesia
mulai dari Soekarno sampai Jokowi.
A. Sejarah Hubungan Indonesia Dengan Malaysia Yang Selalu Bersifat
Dinamis.
Hubungan antara Indonesia dengan Malaysia sebenarnya sudah dimulai
pada zaman kerjaan dulu. Pada zaman itu raja-raja di Sabah dan Sarawak telah
menjalin hubungan dalam bidang politik dan ekonomi. Interaksi antara
masyarakat ari kerajaan Indonesia dengan kerajaan Malaysia terjalin baik belum
ada ketegangan. Bahkan hubungan antara kedua kerajaan saling mempengaruhi
satu sama lain seperti pada pengangkatan Raja Lumu yang merupakan Raja
Selangor dari keturunan Minangkabau. Pengangkata Raja Lumu ini diterima baik
oleh rakyat selnagor sendiri. Raja Lumu sebagai Sultan Selangor yang baru
diangkat pada tahun 1742 sendiri seorang yang terpandang, dia adalah anak atau
keturunan dari pembesar Bugis Daeng Chelak. Tidak hanya itu, hubungan antara
kedua negara yang terjalin dengn baik pada masa kerajaan dapat dilihat dengan
berpindahnya suku bugis datang ke tanah melayu dan pulau lainnya karena tempat
asal mereka diserang oleh kerajaan Madhapahit. Serangan dari Madjapahit
tersebut juga membuat sultan Bugis Pangeran Parameswara juga pindah ke


Tumasik atau Singapura. Tumasik pada saat itu merupakan wilayah kecil dan
dengan kedatangan Parameswara daerah tersebut menjadi sebuah kota dagang
yang besar yang menyaingi Sriwijiya bahkan Madjapahit pada masanya.
Kerukunan yang terjalin antara bangsa Melayu ini mulai terganggu dengan
kedatangan Inggris dan Belanda. Berdasarkan perjanjian London 1824 yang
menyatakan jika Inggris menyerahkan daerah Sumatera kepada Belanda dan
Inggris tidak boleh untuk melakukan perjanjian dagang kepada siapapun pedagang
yang berasal dari Sumatera. Begitu pula dengan Belanda yang harus menyerahkan
Malaka dan beberapa daerah di Semenanjung Malaysia kepada Inggris ditambah
lagi Belanda juga tidak boleh untuk melakukan perjanjian dagang dengan
pedagang yang berasal dari Malaya dan semenanjung Malaysia. Kedatangan
kedua negara dengan berdasarkan perjanjian tersebut dianggap oleh peneliti
Malaysia sebagai strategi pecah-belah (devide at empera) bangsa Melayu. Campur
tangan kolonialisme ini ternyata tidak mengubah kehidupan socio-cultural dari
masyarakat kedua negara, namun hal tersebut berubah ketika Perang Dingin
terjadi. Perang Dingin yang membagi dunia menjadi dua yaitu blok barat yang
berfaham liberal dan blok timur yang berfaham komunis.
Konflik Ideologi antara liberal yang diusung oleh Amerika Serikat dan
komunis yang diusung oleh Uni Soviet. Perseteruan antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet ini juga menyebar sampai kawasan Asia Tenggara. Salah satu negara
yang terkena dampak dari Perang Dingin adalah Malaysia. Malaysia yang baru
merdeka pada tahun 1957 tersebut memutuskan untuk memilih blok barat karena
masih kuatnya pengaruh Inggris disana ditambah lagi masih lemahnya Malaysia
dalam mengahadapi perang apabila pecah perang antara blok narat dan blok timur.

Untuk menjaga stabilitas pertahanan dan keamanan dalam negeri
Malaysia, Perdana Menteri Malaysia pada waktu itu Tunku Abdul Rahman
menandatangai perjanjian di bidang militer antara Malaysia dan Inggris yang
bernama AMDA (ANGLO-MALAYA DEFENCE AGREEMENT) 4 perjanjian ini
berisi tentang penyerahan tanggungjawab pertahanan Malaysia di tangan Inggris.
Keberpihakan Malaysia pada blok barat ditekankan oleh Perdana Menteri Tunku
Abdul yang menyatakan “Tanah Melayu bukanlah sebuah negara berkecuali. Kita
anti Komunis dan menyokong pihak Barat”.5 Dari pernyataan tersebut jelas jika
Malaysia memang pro terhadap blok barat.
Indonesia yang pada saat berlangsungnya Perang Dingin juga belum lama
menikmati kemerdekaan dari kolonialisme Belanda dan Jepang. Sikap Indonesia
terhadap Malaysia sudah kurang begitu baik karena Indonesia pada waktu itu
tidak mengakui kemerdekaan dari Malaysia, dasar dari Indonesia tidak mengakui
kemerdekaan dari Malaysia adalah kebanyakan pemimpin Indonesia menyatakan
jika Malaysia tidak merdeka seutuhnya sebab masih ada campur tangan Inggris
didalam pemerintahan Malaysia. Ditambah lagi dengan kecurigaan Indonesia
terhadap pangkalan militer Inggris yang ada di Malaysia. Kecurigaan tersebut
dirasa wajar karena Indonesia sendiri masih mengalami “trauma” terhadap
kolonialisme dan menganggap jika bentuk kerjasama antara Malaysia dengan
Inggris tersebut merupakan bentuk kolonialisme baru.
Didalam negeri Indonesia pada masa awal kemerdekaan mengalami
pergolakan seperti munculnya sejumlah pemberontak yang ingin mengoyahkan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satunya adalah munculnya
4 http://www.sejarawan.com/255-sejarah-singkat-hubungan-awal-indonesia-malaysia.html 11
mei 2015
5 ibid

PRRI6 pada tahun 1949 atau pada awal Republik Indonesia Serikat dibentuk.
Pemberontakan dilakukan pada tahun 1956 dan pada tahun 1957 munculah
beberapa dewan seperti dewan banteng dan dewan gajah yang berusaha
melakukan pemberontakan. Pemberontakan PRRI ini menjadi konflik tidak hanya
didalam negeri namun juga di luar negeri karena pada saat itu Malaysia
membolehkan Inggris dan sekutunya untuk mengakses pelabuhannya. Pelabuhan
itu digunakan untuk menyuplai barang kebutuhan PRRI selama melakukan
pemberontakan terhadap pemerintahan Indonesia.
Konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia semakin memanas saat
akan dibentuknya Federasi Malaysia yang meliputi persekutuan tanah melayu,
Singapura, Brunei, Sabah dan Serawak. Indonesia menganggap pembentukan dari
Federasi Malaysia tersebut sebagai ancaman dari negara barat yang berusaha
untuk memperluas pengaruhnya sampai ke Indonesia. Tidak hanya Indonesia,
Filipina juga tidak setuju dengan pembentukan Federasi Malaysia tersebut karena
kawasan Sabah yang menjadi salah satu kawasan didalam Federasi Malaysia
merupakan kawasan dari peninggalan Sultan Hulu yang disewakan kepada
Inggris. Peredaan konfrontasi coba digagas dengan membuat perjajian oleh ketiga
pihak yaitu Malaysia, Indonesia dan Filipina. Dimulai dari Filipina yang
memprakarsia pertemuan tingkat wakil menteri dari ketiga negara pada tanggal 917 april 19637, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan antara menteri luar negeri
masing-masing negara yang diadakan bulan juni 1963. 8 Konfrontasi benar-benar

6 ibid
7 http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/485/Dwikora diakses 11 mei 2015
8 ibid

mereda pada saat pertemuan antara Soekarno dengan Tunku Abdul Rahman pada
tanggal 1 juni 1963.9
Situasi yang mulai kondusif ini tidak berlangsung lama karena sebelum
diadakannya pengambilan suara oleh PBB, Federasi Malaysia sudah terbentuk.
Pembentukan Federasi Malaysia yang tiba-tiba ini membuat hubungan antara
Indonesia dengan Malaysia memanas, Indonesia menganggap Malaysia
melanggar perjanjian yang telah dibuat. Mengetahui hal tersebut Soekarno
membentuk Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang intinya adalah perang dengan
Malaysia dengan mengerahkan segala sumber kekuatan. Sikap Malaysia sendiri
terhadap serangan yang dilakukan oleh Indonesia adalah membicarakan kasus ini
kepada Dewan Keamanan (DK) PBB. Pada sidang umum PBB Soekarno
menyatakan sikap jika Malaysia masuk kedalam PBB, Indonesia akan keluar dari
keanggotaan PBB. Hubungan Indonesia dengan Malaysia cenderung memanas
pada saat pemerintahan Soekarno.
Presiden Soekarno kemudian digantikan oleh Presiden Soeharto. Soeharto
yang memiliki pola pikir yang lebih condong ke barat membuat Indonesia
membuka “keran” investasi besar-besaran. Konfrontasi dengan Malaysia juga
berangsur-angsur mereda dan kerjasama secara bilateral lebih memungkinkan
untuk dilakukan. situasi kondusif ini juga tercipta dengan kesamaan pandangan
antara Indonesia dengan Malaysia mengenai komunisme, kedua negara sepakat
untuk memerangi komunisme. Soeharto sendiri sebelum menjadi Presiden
merupakan komandan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang memberantas G 30
S PKI pada beberapa kota di Indonesia. Malaysia sendiri juga mengalami
pergantian Perdana Menteri dari Tunku Abdul Rahman ke Tun Abdul Razak.
9 ibid

Hubungan antara Soeharto dengan Tun Abdul Razak terjalin harmonis dan hal
tersebut juga berimbas dengan semakin eratnya hubungan antara Indonesia
dengan Malaysia. Hubungan kedua negara pada masa itu dapat di istilahkan
seperti hubungan “Abang dan Adik”.
Tun Abdul Razak menganggap Soeharto sebagai Abang sedangkan
Soeharto menganggap Tun Abdul Razak sebagai adik. Hubungan tersebut juga
berdampak kepada semakin meningkatnya kerjasama yang dilakukan oleh kedua
negara. Indonesia yang berperan sebagai Abang senantiasa membantu adiknya
yaitu Malaysia yang baru merdeka dengan cara mengirimkan tenaga ahli dan staf
pengajar dari Indonesia untuk membantu pembangunan dan perkembangan dari
Malaysia, sedangkan Malaysia senantiasa mendukung Indonesia pada setiap
tindakan dan sikap Indonesia dalam percaturan Politik Internasional.
Hubungan yang serasi ini mulai mengalami perunahan semenjak Malaysia
dipimpin oleh Mahathir. Kepemimpinan Mahathir hampir sama dengan Soeharto
yaitu sama-sama keras kepala. Perdana Menteri Mahathir tidak mau dirinya
dianggap sebagai adik oleh Soeharto. Hubungan antara Indonesia dan Malaysia
tidak seharmonis dulu karena sang “adik” Malaysia mulai memberontak dan tidak
mau diatur lagi oleh “Abang” Indonesia. Sikap tidak kooperatif yang ditunjukan
oleh Mahathir salah satu halnya dikarenakan oleh semakin kuatnya perekonomian
Malaysia dibandingkan 20 tahun terakhir. Mahathir menginginkan kalau Malaysia
tidak dianggap lagi sebagai adik dari Indonesia yang mengisyaratkan bahwa
Malaysia berada di bawah Indonesia, Malaysia menginginkan posisi yang setara
dengan Indonesia pada waktu itu. Keberanian Mahathir dalam untuk tidak lagi
menurut kepada Indonesia adalah pada kasus pulau Sipadan-Ligitan. Pada

sengketa pulau Sipadan-Ligitan Mahathir menolak usulan dari Soeharto yang
menginginkan sengketa dibawa ke forum kawasan ASEAN karena Indonesia pasti
diuntungkan dan dapat memenangkan sengketa sebab Indonesia dijuluki sebagai
saudara tua oleh sebagian besar anggota ASEAN. Hal itu membuat Malaysia
enggan menyelesaikan kasus sengketa ini pada rana kawasan ASEAN, namun
yang diinginkan oleh Mahathir adalah penyelesaian kasus sengketa dibawah
pengadilan internasional.
Persaingan antara Mahathir dan Soeharto yang semakin sengit karena
kedua pemimpin memiliki pemikiran yang tegas dan kepala batu. Untuk meredam
gesekan antara kedua pemimpin tersebut maka orang-orang dibawah Soeharto dan
Mahathir sering menjalin komunikasi untuk menemukan jalan tengah agar
persaingan tidak beerlangsung terus menerus dan melebar. Peredaan gesekan yang
dilakukan oleh orang-orang dibawah kedua pemimpin tersebut membuat suasana
tetap kondusif walaupun sebenarnya terjadi rivalitas antara Soeharto dan
Mahathir.
Hubungan antara Indonesia dengan Malaysia setelah era kepemimpinan
Seoharto dan Mahathir juga mengalami dinamika. Presiden Indonesia selanjutnya
adalah B.J Habibie yang hanya memerintah selama kurang lebih tiga bulan. Masa
pemerintahan yang singkat tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap
hubungan antara Indonesia dengan Malaysia, namun yang perlu menjadi catatan
adalah pada pemerintahan Habibie yang singkat Indonesia kehilangan sesuatu
yang berharga yaitu lepasnya Timor Leste dari Indonesia karena kebijakan
Habibie yang memilih jalan untuk melakukan pemungutan suara pada rakyat

Timor Leste dan hasilnya sebagian besar rakyat Timor Leste memilih untuk
memerdekakan diri.
Semasa pemerintahan Presiden Habibie yang singkat kemudian digantikan
oleh sosok kyai besar yaitu KH Abdurrahman Wahid atau sering disebut dengan
Gus Dur. Masa pemerintahan Gus Dus juga tidak genap empat tahun melainkan
kurang lebih hanya tiga tahun. Hubungan antara Indonesia dengan malaysia pada
saat pemerintahan Gus Dur tidak mengalami perubahan yang berarti. Gus Dur
dengan ajarannya pluralisme yaitu menghormati Suku, Ras dan Agama setiap
orang menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih toleran dan menghormati
perbedaan. Pemahaman tentang Pluralisme tersebut juga berpengaruh kepada
sikap Indonesia terhadap Malaysia pada waktu itu. Hubungan antara Indonesia
dengan Malaysia terbilang cukup kondusif karena prinsip dasar Pluralisme itu
sendiri yang menjunjung tinggi toleransi setiap orang bahkan termasuk terhadap
Malaysia sendiri.
Pada pemerintahan Presiden selanjutnya Indonesia dipimpin oleh sesosok
perempuan yang merupakan anak dari Presiden Indonesia pertama Seokarno yaitu
Ibu Megawati Soekarno Putri. Hubungan Indonesia dengan Malaysia pada saat
pemerintahaan Megawati juga mengalami dinamika karena adanya beberapa
peristiwa besar dan penting yang mewarnai hubungan Indonesia dengan Malaysia.
Salah satunya yaitu Indonesia menyetujui jika kasus sengketa pulau SipadanLigitan di bawa ke pengadilan Internasional, maka dengan dibawanya kasus
tersebut ke pengadilan internasional membuat Indonesia kalah dan pulau SipadanLigitan jatuh ke tangan Malaysia.10 Tentu hal tersebut menimbulkan kekecewaan,
10 http://candrawiguna.com/kasus-sipadan-dan-ligitan-bukan-kesalahan-megawati/ diakses 10
mei 2015

padahal rencana kasus sengketa pulau Sipadan-Ligitan sudah terjadi sejak era
Soeharto namun pada saat itu Soeharto masih tetap dengan pendiriannya yang
menolak jika kasus tersebut dibawa ke pangadilan internasional. Kebijakan politik
internasional yang dilakukan oleh Megawati tersebut terkesan lunak kepada
Malaysia dengan menyetujui penyelesaian sengketa di pengadilan internasional
yang berujung pada lepasnya wilayah Indonesia ke Malaysia.
Selama empat tahun memerintah Megawati digantikan oleh Susilo
Bambang Yudhoyono atau biasa disebut dengan SBY. Presiden yang dipilih oleh
rakyat dan memenangkan pemilu selama dua periode ini mempunyai strategi
sendiri dalam percaturan politik internasional. Cara atau strategi tersebut adalah
million friends and zero enemy, terlihat jelas jika SBY lebih berusaha untuk
memperbanyak teman dalam dunia internasional daripada bermusuhan dengan
negara lain. Semboyan million friends and zero enemy membuat SBY banyak
mengalah dalam kasus-kasus terstentu. Hal ini membuat Indonesia terkesan
lembek di mata dunia dan cenderung tidak berani mengambil keputusan yang
tegas dan beresiko. Pada hubungan Indonesia dengan Malaysia sikap lunak dan
terkesan mengalah dari kebijakan politik internasional SBY terlihat dalam
beberapa peristiwa seperti lebih mengedepankan proses secara diplomasi daripada
berusaha untuk menekankan kepentingannya kepada Malaysia terkait sengketa
wilayah yang acap kali terjadi, diplomasi yang dilakukan pun dirasa kurang
agresif untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia sendiri.
Pada kasus kabut asap akibat kebakaran hutan di Riau sikap SBY malah
meminta maaf kepada Malaysia dan Singpura karena kerugian yang ditimbulkan
oleh asap tersebut, padahal kedua negara lebih sering menikmati oksigen yang

dihasilkan oleh hutan-hutan yang ada di Indonesia. 11 Pidato SBY pada saat di
Mabes TNI yang berkaitan dengan krisis hubungan yang terjadi antara Indonesia
dengan Malaysia menyiratkan tentang ketidak tegasan SBY dalam mengambil
suatu kebijakan yang strategis terkait krisis hubungan Indonesia-Malaysia.
Manuver politik internasional yang diambil SBY terkait hubungannya dengan
Malaysia cenderung bermain aman seperti semboyan SBY yang ingin mencari
teman sebanyak-banyaknya dan menghindari sebuah permusuhan. Presiden
Jokowi Dodo atau kerap dipanggil dengan Jokowi menggantikan Presiden SBY
yang telah dua periode memerintah.
Politik internasional Jokowi terhadap Malaysia dapat dilihat dari tegasnya
keputusan yang diambil terkait daerah perbatasan seperti pada kasus Ambalat
dimana banyaknya kapal dan pesawat dari Malaysia yang melanggar perbatasan,
sehingga Jokowi memutuskan untuk mengirim tiga pesawat Sukhoi ke pangkalan
militer di Tarakan. Jokowi berusah untuk memperketat daerah perbatasan yang
coba dilanggar oleh Malaysia. Tidak hanya itu, usaha Jokowi dalam memperkuat
daerah perbatasan yang rawan terjadi pelanggaran lintas batas dengan
mambangaun pangkalan militer di kawasan Tanjung Datu, Kecamatan Paloh, di
perbatasan Kalimantan Barat dengan Malaysia tengah dibangun. Walaupun
Jokowi masih beberapa tahun lagi memerintah namun sikap tegas Jokowi
terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Malaysia mendapatkan apresiasi
tersendiri dari masyarakat. Tegasnya sikap Jokowi tersebut tidak terlalu
menggangu hubungan dibidang politik maupun ekonomi antara Indonesia dengan
Malaysia.
11 http://news.liputan6.com/read/294282/sikap-sby-tidak-tegas-terhadap-malaysia diakses 9 mei
2015

B. Peran Kekuatan Nasional Indonesia Dalam Mengambil Keputusan
Politik Internasional Terkait Hubungan Antara Indonesia Dengan
Malaysia.
Berbicara mengenai kekuatan nasional tentunya berbicara mengenai unsurunsur yang menunjang dari kekuatan nasional tersebut. terdapat setidaknya
delapan unsur yang menunjang kekuatan nasional suatu negara yaitu: Geografi,
Natural Resource, Kemampuan Industri, Kesiapan Militer, Penduduk, Semangat
Bangsa dan Kualitas Pemerintah. Indonesia tentu saja harus memperkuat delapan
unsur tersebut untuk dapat menunjang kekuatan nasionalnya dan memperjuangkan
kepentingan nasionalnya. Kekuatan Nasional Indonesia dinagi kedalam tiga era
yaitu orde lama, orde baru dan masa setelah reformasi. Pada masa orde lama yang
dipimpin oleh Presiden Soekarno, kekuatan nasional Indonesia bertumpu kepada
empat hal yaitu kesiapan militer, penduduk, watak bangsa dan kualitas
pemerintahan.
Pada hubungan dengan Malaysia Indonesia unggul terhadap keempat hal
tersebut, maka dengan adanya hal tersebut Indonesia berani secara terangterangan berkonfrontasi dengan Malaysia. Pertama kesiapan militer, Indonesia
jauh lebih siap dibandingkan dengan Malaysia pada waktu itu. Kesiapan militer
Indonesia sudah terbentuk pada saat melawan penjajah Belanda yang kejam
merampas Sumber Daya Alam Indonesia tanpa memperhatikan nasib adri
masyarakat Indonesia hal tersebut membuat masyarakat Indonesia lebih siap
untuk berperang, sedangkan Malaysia kurang begitu siap sebab pada masa
penjajahan Malaysia lebih lama dijajah oleh Inggris.

Bentuk dari penjajahan oleh Inggris bukan hanya mengambil sumber daya
yang ada namun juga berusaha untuk membantu daerah jajahanya dengan
memberikan fasilitas yang memadai seperti sekolah dan rumah sakit. Hal tersebut
membuat Malaysia “rela” untuk dijajah namun segala fasilitas yang menunjang
kehidupan mereka terpenuhi daripada harus berperang. Kedua yaitu penduduk,
Indonesia mempunyai banyak jumlah penduduk dibanding dengan Malaysia.
Keunggulan dalam jumlah penduduk merupakan keuntungan sendiri dari
Indonesia sebab memiliki relawan yang siap berperang lebih banyak daripada
Malaysia.
Ketiga adalah watak bangsa, Indonesia yang sudah 3,5 tahun dijajah
menjadikan watak bangsanya anti dengan segala bentuk penjajahan dan berusaha
untuk memeranginya, maka dengan adanya hal tersebut watak bangsa Indonesia
yang siap berperang melawan penjajah merupakan suatu keunggulan dari
Indonesia. Malaysia juga merupakan bangsa yang pernah mengalami penjajahan
namun bentuk penjajahan yang dialami Malaysia berbeda dengan Indonesia.
Penjajahan di Malaysia yang dilakukan oleh Inggris tidak hanya mengambil
Sumber Daya saja namun juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat negara
yang dijajah. Fasilitas dan kesejahteraan yang terpenuhi membuat watak bangsa
Malaysia senderung tidak mau melakukan perlawanan. Keempat yaitu kualitas
pemerintahan, Indonesia dengan Presiden Soekarno berupaya untuk mengobarkan
semangat

nasionalisme

kepada

seluruh

pemuda

Indonesia

untuk

mempertahanakan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan hal tersebut
merupakan sebuah keunggulan.

Malaysia dengan pemimpinnya Tunku Abdul Rahman hanya bergantung
kepada Inggris untuk mempertahankan keamanan wilayah dari Malaysia dan tidak
dapat berjuang sendiri mempertahankan kedaulatannya. Pada era orde baru yang
dipimpin oleh Soeharto kekuatan nasional Indonesia betumpu kepada empat hal
ang telah dijelaskan sebelumnya namun ditambah dengan satu faktor lagi yaitu
kemampuan industri. Soeharto yang dikenal sebagai bapak pembangunan
membuka investasi besar-besaran kepada perusahaan asing yang ingin
menanamkan modalnya di Indonesia. Semakin pesatnya pertumbuhan industri
karena masuknya arus investasi asing maka pertumbuhan ekonomi Indonesia juga
untuk meningkat, inilah yang menjadi keunggulan tambahan Indonesia dalam
bersaing dengan Malaysia pada bidang ekonomi dan Industri.
Kekuatan nasional Indonesia tersaingi oleh Malaysia pada saat
kepemimpinan Mahathir. Dibawah kepemimpinan Mahathir Malaysia menjadi
negara dengan perkembangan ekonomi yang sangat pesat dan dapat menyaingi
Indonesia. Setaranya kekuatan nasional antara Indonesia pada era Soeharto
dengan Malaysia pada era Mahathir membuat Indonesia kesulitan dalam
memperjuangkan kepentingan nasionalnya di Malaysia. Selanjutnya, pada era
setelah reformasi yang dipimpin oleh B.J Habibie, KH Abdurrahman Wahid,
Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, Jokowi. Kekuatan
nasional Indonesia pada era setelah reformasi cenderung berimbang dengan
Malaysia bahkan Malaysia bisa berada diatas Indonesia dengan kemajuan
ekonominya yang pesat. Perimbangan kekuatan nasional antara Indonesia dengan
Malaysia membuat kedua negara tidak mudah untuk menekankan pengaruhnya
demi kepentingan nasional di bidang politik internasional masing-masing negara.

C. Arah Politik Internasional Indonesia Terhadap Malaysia Mulai Dari
Presiden Soekarno Sampai Jokowi.
Untuk mempermudah dalam menganalisa arah politik internasional
Indonesia terhadap Malaysia, variabel penelitian dibagi menjadi tujuh variabel
yaitu: Soekarno, Soeharto, B.J Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY dan Jokowi.
Ketujuh varibel tersebut akan dimasukan kedalam neraca arah politik
Internasional. Dari neraca yang telah diolah bersama ketujuh variabel tersebut
akan diketahui arah politik Internasional Indonesia terhadap Malaysia.
NERACA ARAH POLITIK INTERNASIONAL INDONESIA
TERHADAP MALAYSIA
KONFRONTASI

KERJASAMA
G
F

E

D

C
B
A
Keterangan:

a) Presiden Soekarno: memiliki sifat nasionaslisme tinggi sehingga politik
internasional Indonesia terhadap Malaysia lebih cenderung untuk
melakukan konfrontasi sebab adanya Inggris dalam pihak Malaysia
membuat Soekarno beranggapan apa yang dilakukan oleh Inggris adalah
penjajahan bentuk baru yang patut untuk diperangi. Ditambah lagi keadaan
Indonesia pada saat itu yang baru saja merdeka dari penjajahan membuat
Indonesia berusaha memerangi segala jenis penjajahan yang berusaha
merebut kemerdekaan dari Indonesia.
b) Presiden Soeharto: memiliki politik internasional yang lebih condong ke
barat, hal ini ditunjukan dengan dibukanya investasi besar-besaran di
Indonesia sehingga industri Indonesia berkembang pesat pada waktu itu.
Ditambah lagi dengan ideologi anti komunis Soeharto membuat dia lebih
condong ke barat. Malaysia pada saat itu juga anti komunis sehingga
hubungan kedua negara dapat terjalin dengan harmonis dan diibaratkan
seperti “abang dan adik”. Walaupun dalam perkembangannya hubungan
Indonesia dan Malaysia pernah mengalami rivalitas yang sengit pada saat
Malaysia dipimpin oleh Mahathir, namun rivalitas tidak banyak menggagu
keharmonisan hubungan kedua negara.
c) B.J Habibie: masa kepemimpinan yang singkat membuat politik
internasional Presiden B.J Habibie terhadap Malaysia tidak terlalu terlihat
dan bahkan dapat dikatakan kecil.
d) Gus Dur: faham pluralitas yang menjunjung tinggi toleransi dan sifat
saling menghargai. Hal ini berdampak kepada terjalinnya hubungan yang
kondusif antara Indonesia dengan Malaysia.

e) Megawati: pengambilan keputusan Megawati terhadap kasus sengketa
pulau Sipadan-Ligitan yang setuju oleh ajakan Malaysia untuk
menyelesaikan kasus ini di pengadilan internasional menggambarkan jika
lunaknya Megawati terhadap Malaysia. Sikap yang lunak dan cenderung
mengalah ini membuat hubungan antara Indonesia dengan Malaysia jauh
dari gesekan dan dapat memungkinkan untuk kerjasama.
f) Susilo Bambang Yudhoyono: semboyan million friends and zero enemy
yang diusung oleh SBY menegaskan jika politik internasional Indonesia
bersahabat, mudah melakukan kerjasama dan cenderung untuk mengalah
sekaligus menghindari terjadinya permusuhan. Sikap SBY ini membuat
Indonesia lembek di mata Dunia dan merendahkan harga diri Indonesia
sendiri. Kerjasama menjadi lebih mudah dilakukan dan konfrontasi dengan
negara lain juga dapat terhindarkan.
g) Jokowi: sikap Jokowi yang tegas dalam permasalahan batas wilayah
membuat benih-benih dari konfrontasi bisa saja terjadi namun apa yang
dilakukan oleh Jokowi seperti lebih ketat menjaga daerah perbatasan tidak
sampai menggangu hubungan bilateral antara Indonesia dengan Malaysia.
Hal ini dikarenakan tindakan penjagaan pada batas wilayah dilakukan
secukupnya dan tidak berlebihan, sehingga tidak mengganggu hubungan
kedua negara dalam bidang politik maupun ekonomi.

KESIMPULAN

Hubungan antara Indonesia dengan Malaysia yang dinamis sebagian besar
dipengaruhi oleh pemimpin kedua negara. Pada awal hubungan mulai terjadi
konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia terkait masuknya Inggris dalam
Malaysia yang dianggap Indonesia sebagai ancaman. Pergantian pemimpin pada
Indonesia yang semula kaku dengan nasionalisme tinggi yaitu Soekarno beganti
dengan Soeharto yang lebih condong ke barat dikarenakan kesamaan idiologi antikomunis.
Hubungan antara Indonesia dengan Malaysia mulai harmonis semenjak
Indonesia dipimpin oleh Soeharto dan muncul istilah Abang dan Adik dari
keharmonisan hubungan kedua negara, namun hubungan Indonesia dengan
Malaysia pernah mengalami gesekan pada saat Malaysia dipimpin oleh Mahathir.
Setelah era Soeharto berakhir dan muncul reformasi hubungan Indonesia dan
Malaysia tetap dinamis, namun Indonesia lebih banyak mengalah untuk bisa
meneruskan kerjasama dengan Malaysia seperti yang digambarkan dalam diagram
terkecuali Jokowi yang berani dan tegas untuk menjaga daerah perbatasan
Indonesia. Ketegasan Jokowi dalam menjaga daerah peerbatsan tidak sampai
menggagu hubungan antara Indonesia dengan Malaysia karena penjagaan tidak
dilakukan secara berlebihan. Kekuatan nasional kedua negara juga berperan dalam
manuver politik internasional yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

a) http://www.edisicetak.joglosemar.co/berita/sby-gagal-tunjukkan-sikap-tegas-

soal-malaysia-23900.html diakses 9 mei 2015
b) http://news.liputan6.com/read/294282/sikap-sby-tidak-tegas-terhadap-malaysia

diakses 9 mei 2015
c) http://nasional.news.viva.co.id/news/read/558039-indonesia-bangun-

pangkalan-militer-di-perbatasan-dengan-malaysia diakses 9 mei 2015
d) http://intelijenpost.com/halk

omentar-162-tki-ilegal-mewarnai-bisnis-oknum-

21.html diakses 10 mei 2015
e) http://jakartagreater.com/memperbaiki-pagar-rumah-di-tengah-kemelut-

kawasan/ diakses 10 mei 2015
f) http://candrawiguna.com/kasus-sipadan-dan-ligitan-bukan-kesalahan-

megawati/ diakses 10 mei 2015
g) http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2013/11/131125_lapsus_suhar

to_stabiltas_dulu_sekarang diakses 10 mei 2015
h) http://indonesiabicara.weebly.com/diskusi/relevansi-politik-luar-negeri-bebas-

aktif-di-era-revolusi-mental diakses 10 mei 2015
i) http://www.kaskus.co.id/thread/5213c2febe29a0c635000002/suharto-vs-

mahathir-di-balik-panas-dinginnya-hubungan-ri-malaysia diakses 11 mei 2015
j) http://socio-politica.com/2014/02/09/usman-ali-dan-harun-said-luka-lama-dari-

era-politik-konfrontasi-soekarno/ diakses 11 mei 2015
k) https://www.academia.edu/5275999/Politik_Luar_Negeri_RI_pada_Orde_Baru

_Soeharto_ diakses 11 mei 2015
l) http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/485/Dwikora diakses 11 mei

2015

m) http://pusatstudimalindo.org/ewrwrw/ 11 mei 2015
n) http://www.sejarawan.com/255-sejarah-singkat-hubungan-awal-indonesiamalaysia.html 11 mei 2015
o) “Persaudaraan

Sepanjang

Masa,

Mencari

Jalan

Penyelesaian

Damai

Konfrontasi Indonesia-Malaysia 1963-1966”, Linda Sunarti
p) “Politik Luar Negeri Malaysia Terhadap Indonesia 1957 – 1976: Dari
Konfrontasi Menuju Kerjasama”, Linda Sunarti

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Partisipasi Politik Perempuan : Studi Kasus Bupati Perempuan Dalam Pemerintahan Dalam Kabupaten Karanganyar

3 106 88

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157